ANALISIS EKONOMI USAHA AGROINDUSTRI MINUMAN JAHE INSTAN (Studi Kasus Di Desa Buwun Sejati Kecamatan Narmada Lombok Barat) JURNAL

  ANALISIS EKONOMI USAHA AGROINDUSTRI MINUMAN JAHE INSTAN (Studi Kasus Di Desa Buwun Sejati Kecamatan Narmada Lombok Barat) JURNAL Oleh : SYACHAR SURYAWAN NIM : C1G 109 003 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MATARAM 2016

  

ANALISIS EKONOMI USAHA AGROINDUSTRI

MINUMAN JAHE INSTAN

(Studi Kasus Di Desa Buwun Sejati

Kecamatan Narmada Lombok Barat)

  Economic Analysis Of Business Of Instant Ginger Drink (Case Study In The Village Of Buwun Sejati Narmada West Lombok)

  Syachar Suryawan*, Taslim Sjah**, Syarif Husni*** Mahasiswa*, Pembimbing Utama**, Pembimbing Pendamping***

  Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Mataram Email: [email protected]

  

ABSTRAK

  Penelitian ini adalah metode diskriptif. Unit analisis dalam penelitian ini adalah usaha jahe instan. Penentuan daerah sampel dengan menggunakan metode

  

purposive sampling dengan pertimbangan bahwa Desa Buwun Sejati memiliki

  kelompok usaha jahe instan. Penelitian dilakukan dengan teknik survei dengan wawancara langsung sebanyak 20 responden yang mengolah jahe instan di Desa Buwun Sejati Kecamatan Narmada. Data dianalisis menggunakan analisis deskriptif dan Break Even Point (BEP). Hasil penelitian dan pembahasan diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: a). Keuntungan pengusaha minuman jahe instan sebesar Rp 85.466/proses produksi atau Rp 1.025.592/bulan. b). Rentabilitas usaha Minuman Jahe Instan mentah sebesar 3,48%, bermakna bahwa setiap modal yang diinvestasikan sebesar Rp 100 untuk memproduksi minuman jahe instan dapat menghasilkan keuntungan sebesar Rp 3,48. c) Produksi minuman jahe instan sebanyak 3,70 Kg/proses produksi, lebih besar dari BEP produksi yaitu 0,15 Kg/proses produksi. Harga yang ditentukan sebesar Rp 100.000/Kg, lebih besar dari BEP harga yaitu Rp 70.543/Kg. Penerimaan per proses produksi sebesar Rp 370.000, lebih besar dari BEP penerimaan yaitu Rp 14.876. d) Nilai R/C ratio lebih besar 1 yaitu 1,43, artinya usaha minuman jahe instan layak untuk diusahakan. Hambatan yang dihadapi oleh pengusaha minuman jahe instan adalah (a) Bahan baku jahe tidak selalu tersedia dan (b) Kemasan yang tidak sesuai dengan keinginan konsumen.

  Kata kunci : Agroindusrtri, Jahe Instan, Break Even Point (BEP)

ABSTRACT

  This research uses a descriptive method. The unit of analysis in this study is the instant ginger business. The determination of the sample area used a purposive sampling method, with consideration that the Buwun Sejati village has a instant ginger business group. The study was conducted a direct interview survey techniques with as many as 20 respondents who cultivate instant ginger in the Buwun Sejati village District of Narmada. Data were analyzed using descriptive analysis and Break Even Point (BEP). The results of research and discussion obtained some conclusions as follows: a). Advantages of instant ginger drink businessmen Rp 85.466 / is production process or Rp 1.025.592 / month. b). The instant Ginger Beverage business oude profitability is 3,48%, meaning that any Rp 100 capital invested to produce instant ginger drink can make a profit of Rp 3,48. c) Production of instant ginger drink is as much as 3,70 Kg / production process, greater than BEP production of 0,15 Kg / production process. The determined price of Rp 100.000 / Kg, is greater than the BEP price of Rp 70.543 / Kg. Admission per production process is Rp 370.000, larger than the BEP reception of USD 14.876. d) The value of R / C ratio is greater than 1 (1,43), meaning that the instant ginger drink business deserves to be pursued. Barriers faced by instant ginger drink entrepreneurs is (a) Raw ginger is not always available and (b) packaging that does not comply with the wishes of the consumer.

  Keywords: Agroindusrtry, Instant Ginger, Break Even Point (BEP

PENDAHULUAN

  Lombok Barat merupakan Kabupaten penghasil tanaman jahe di Provinsi NTB untuk produksi jahe di Kabupaten Lombok Barat selama 5 tahun terakhir, dimana luas hutannya tersebar. Salah satunya terdapat di Desa Buwun Sejati. Desa Buwun Sejati memiliki luas lahan hutan yang cukup besar, sebagian besar masyarakatnya menggantungkan hidup pada hutan.

  Agroindustri minuman jahe instan sangat strategis untuk meningkatkan nilai ekonomi usaha, harganya juga lebih murah jika dibandingkan dengan komoditi pertanian lainnya. Sehingga diperlukan diversifikasi produk olahan dari bahan baku jahe supaya harga jual produk menjadi lebih mahal dan diperoleh keuntungan lebih besar dari produk aslinya (minuman jahe instan). Dengan adanya nilai ekonomi usaha diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan keuntungan pengusaha.

  Berdasarkan uraian di atas, yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah: (1). Berapa besar keuntungan, rentabilitas dan break even point (BEP) pada usaha agroindustri minuman jahe instan,(2). Berapa besar efisiensi usaha pada produk minuman jahe instan. (3). Hambatan apa saja yang dihadapi pengusaha dalam pengolahan agroindustry minuman jahe instan di Desa Buwun Sejati Kecamatan Narmada.

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1). Besar keuntungan, rentabilitas dan break even point (BEP) agroindustri minuman jahe instan di Desa Buwun Sejati Kecamatan Narmada. 2). Efisiensi usaha agroindustri minuman jahe instan di Desa Buwun Sejati Kecamatan Narmada. 3). Hambatan yang dihadapi pengusaha dalam pengelolahan agroindustri minuman jahe instan di Desa Buwun Sejati Kecamatan Narmada. Manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan: 1). Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam mengembangkan usaha agroindustri minuman jahe instan di Desa Buwun Sejati. 2). Sebagai bahan informasi dan referensi bagi peneliti lain yang ingin mengkaji permasalahan yang sama. 3). Sebagai bahan informasi bagi pengusaha agroindustri minuman jahe instan dalam meningkatkan usahanya.

METODOLOGI PENELITIAN

  Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu suatu metode tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada waktu sekarang dengan jalan mengumpulkan data, menyusun, menganalisis, menginterpretasikan, dan menarik kesimpulan (Sugiyono, 2011). Unit analisis dalam penelitian ini adalah pengusaha usaha jahe instan di Desa Buwun Sejati Kecamatan Narmada. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Buwun Sejati Kecamatan Narmada menggunakan metode

  

Purposive Sampling dengan pertimbangan bahwa di desa tersebut yang memiliki

  kelompok usaha jahe instan. Penentuan responden dalam usaha penelitian ini dengan menggunakan metode Sensus yaitu dengan mengambil semua anggota dalam kelompok Pade Baru Sejati sebanyak 20 orang yang mengolah jahe instan di Desa Buwun Sejati Kecamatan Narmada. jenis data yang digunakan dalam penelitian yaitu data kualitatif dan data kuantitatif, sedangkan sumber data menggunakan data primer dan data skunder. Data dilaksanakan dengan teknik survei.

  Untuk mengetahui biaya dan keuntungan, analisis rentabilitas usaha, analisis efisiensi usaha dan Break Even Point.

  1. Biaya dan Keuntungan

  Menurut soekartawi (2005), untuk mengetahui keuntungan pengusaha dianalisis ini dengan menggunakan analisis biaya dan keuntungan.

  I= TR-TC …………………….. (7)

  Dimana : I = Keuntungan (Income) TR = Total penerimaan (Total Revenue) TC = Total Biaya (Total Cost)

  2. Analisis Rentabilitas Usaha

  Menurut Riyanto (1997), untuk menganalisis Rentabilitas Usaha, menggunakan rumus.

  RU = LU/MU x 100% …………………………. (8)

  Keterangan : RU = Rentabilitas Usaha LU = Laba Usaha MU = Modal Usaha

  3. Analisis Efisiensi Usaha

  Menurut Soekartawi (1995), untuk mengetahui efesiensi usaha agroindustri jahe instan digunakan kriteria investasi yang umum, RC ratio.

  ……………………………………. (9) Efisiensi = R/C

  Keterangan : R = penerimaan usaha agroindustri minuman jahe instan (Rp) C = Biaya total usaha agroindustri minuman jahe instan (Rp)

  Kriteria yang digunakan dalam penentuan efisiensi usaha adalah : R/C > 1 berarti usaha sudah dijalankan dengan efisien R/C = 1 berarti usahayangdijalankan dalam kondisi titik impas/ BEP

  (Break even point) R/C < 1 berarti usaha tidak dijalankan dengan efisien.

4. Break Even Point

  Menurut Syamsuddin (2001), perhitungan break-even point meliputi BEP dalam penerimaan (Rp), BEP kuantitas produksi (kg) dan BEP harga (Rp/kg) menggunakan rumus sebagai berikut.

  a.

  …………………………………. (10) b.

  ……………………… (11) c.

  …………………………………... (12) Keterangan : Y = Produksi total (kg) P = Harga produksi (Rp/kg) S = Penerimaan atau nilai produksi (Rp)

  VC = Biaya variabel (Rp) AVC = Biaya variabel per unit (Rp/kg) FC = Biaya tetap (Rp) TC = Biaya total (Rp)

  Untuk mengidentifikasi hambatan yang dihadapi oleh pengusaha agroindustri Minuman Jahe Instan dilakukan inventarisasi terhadap hambatan yang timbul, baik dari dalam diri pengrajin maupun dari luar, meliputi hambatan teknis dan hambatan ekonomi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

  

1. Analisis Biaya dan Pendapatan Agroindustri Minuman Jahe Instan di

Desa Buwun Sejati Kecamatan Narmada Lombok Barat

  Dalam penelitian ini analisis biaya dan pendapatan difokuskan pada analisis biaya tetap (fixed cost), biaya variabel (variabel cost), produksi dan nilai produksi pada agroindustri minuman jahe instan di Desa Buwun Sejati Kecamatan Narmada Lombok Barat Tahun 2016.

a. Biaya Produksi

  Biaya produksi yang dikeluarkan perajin pada agroindustri minuman jahe instan meliputi biaya bahan baku, biaya bahan penolong, biaya tenaga kerja dan biaya penyusutan peralatan. Biaya produksi yang dikeluarkan minuman jahe instan dapat dilihat pada Tabel 2.

  Tabel 2. Rata-rata Total Biaya Produksi Per Proses Produksi Pada Agroindustri Minuman Jahe Instan di Desa Buwun Sejati Kecamatan Narmada Lombok Barat, 2016

  No Jenis Biaya Minuman Jahe Instan Jumlah Harga Nilai

  (Unit) (Rp/Unit) (Rp)

  1 Biaya Variabel (BV)

  a. Bahan Baku (Kg) 3,70 20.000 74.000

  b. Bahan Penolong (Rp) 135.900

  c. Tenaga Kerja (HKO) 3,90 70.200 Jumlah

  280.100

  2 Biaya Tetap (FC)

  a. Penyusutan Alat 874,05

  b. Surat Ijin PIRT 10,42

  c. Listrik 3.550

  Jumlah 4.434,47

  Total Biaya Produksi 284.534,47 Sumber: Data Primer Diolah, 2016

  Berdasarkan Tabel 2. total biaya per proses produksi untuk minuman jahe instan sebesar Rp 284.534,47 dengan biaya variabel sebesar Rp 280.100 dan biaya tetap sebesar Rp 4.434,47. Biaya variabel terdiri dari biaya bahan baku, biaya bahan penolong, dan biaya tenaga kerja. Biaya bahan penolong merupakan biaya yang paling banyak yaitu Rp 135.900 dengan bahan penolong dalam bentuk gula pasir, gas, plastik alumunium voil dan label. Kemudian biaya terkecil yaitu biaya tenaga kerja sebesar Rp 70.200. Total biaya bahan baku minuman jahe instan sebesar Rp 74.000. Untuk melihat rincian rata-rata biaya bahan penolong minuman jahe instan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Rata-rata Biaya Bahan Penolong Per Proses Produksi Agroindustri minuman jahe instan di Desa Buwun Sejati Kecamatan Narmada Lombok Barat, 2016

  Minuman Jahe Instan No Uraian Satuan

  Jumlah Harga Nilai (Rp) Jumlah

  (Rp/ Satuan)

  1 Gula Pasir Kg 3,70 12.000 44.400

  2 Gas Kg 1,38 6.000 8.250

  3 Plastik Biji 37 2.000 74.000 Alumunium Voil

  4 Label Biji 37 250 9.250 Jumlah

  135.900 Sumber: Data Primer Diolah, 2016

  Berdasarkan Tabel 3. menunjukkan bahwa rata-rata biaya penggunaan plastik alumunium voil merupakan yang paling tinggi yaitu Rp 74.000 dan biaya terendah yaitu penggunaan gas sebesar Rp 8.250. Hal ini dikarenakan plasik alumunium voil di buat khusus untuk bahan obat-obatan dan berbeda dari plastik yang lain. Kemudian total biaya tenaga kerja sebesar Rp 70.200 dengan total HKO sebanyak 3,90. Untuk melihat rincian penggunaan tenaga kerja pada tahapan kegiatan dapat dilihat pada Tabel 4. berikut: Tabel 4. Rata-rata Biaya Tenaga Kerja Per Proses Produksi pada Tahap Kegiatan

  Produksi Agroindustri Minuman Jahe Instan di Desa Buwun Sejati Kecamatan Narmada Lombok Barat, 2016

  Minuman Jahe Instan Total Upah

  TKDK TKLK No Tahap Kegiatan

  (Rp) Jumlah Total Jumlah Total

  HKO Upah HKO Upah (Rp/PP) (Rp/PP)

  1 Pengupasan 0,24 4.371 0,19 3.429 7.800

  2 Pemotongan 0,24 4.371 0,19 3.429 7.800

  3 Pencucian 0,24 4.371 0,19 3.429 7.800

  4 Blender/ 0,24 4.371 0,19 3.429 7.800 Penghalusan

  5 Penyaringan 0,24 4.371 0,19 3.429 7.800 Air Jahe

  6 Pencampuran 0,24 4.371 0,19 3.429 7.800 Jahe dan Gula Pasir

  7 Pengayakan 0,24 4.371 0,19 3.429 7.800

  8 Pegemasan 0,24 4.371 0,19 3.429 7.800

  9 Pelabelan 0,24 4.371 0,19 3.429 7.800 Jumlah 2,19 39.343 1,71 30.857 70.200

  Berdasarkan Tabel 4. menunjukkan bahwa rata-rata penggunaan tanaga kerja luar keluarga pada tahap pengupasan sampai pelabelan lebih kecil yaitu 1,71 HKO/proses produksi dengan nilai upah sebesar Rp 30.857/proses produksi dibandingkan dengan penggunaan tenaga kerja dalam keluarga yaitu sebesar 2,19 HKO/proses produksi dengan nilai upah sebesar Rp 39.343/proses produksi. Hal yang menyebabkan perbedaan tingakt upah tenaga kerja dikarenakan ini merupakan usaha sampingan dan kebanyakan hanya menggunakan tenaga kerja dalam keluarga. Selanjutnya untuk biaya tetap terdiri dari biaya penyusutan peralatan, surat ijin PIRT, dan listrik. Rata-rata biaya penyusutan alat sebesar Rp 874,05/proses produksi, biaya surat ijin PIRT sebesar Rp 10,42/proses produksi.

  Kemudian total biaya listrik sebesar Rp 3.550/proses produksi. Perbedaan biaya penyusutan peralatan ini disebabkan oleh banyaknya jumlah alat yang digunakan. Untuk lebih jelasnya rincian penggunaan peralatan pada agroindustri Minuman Jahe Instan dapat dilihat pada Tabel 5.

  Tabel 5. Rata-rata Nilai Penyusutan Peralatan Per Proses Produksi Pada Agoindustri Minuman Jahe Instan di Desa Buwun Sejati Kecamatan Narmada Lombok Barat, 2016

  No Peralatan Minuman Jahe Instan Nilai (Rp)

  1 Baskom 6.946

  2 Ember 4.125

  3 Wajan 1.250

  4 Timbangan 4.807

  5 Kompor Gas dan Tabung Gas 14.494

  6 Pisau 6.833

  7 Sealer 9.750

  8 Sutil 4.475

  9 Saringan 3.375

  10 Toples 4.917

  11 Blender 15.464 Jumlah 76.436

  Sumber: Data Primer Diolah, 2016 Berdasarkan Tabel 5. rata-rata penyusutan peralatan per proses produksi minuman jahe instan sebesar Rp 874,05. Nilai penyusutan tertinggi yaitu blender sebesar Rp 310,10 sedangkan nilai penyusutan peralatan terendah yaitu wajan dengan nilai sebesar Rp 8,68. Jumlah biaya penyusutan ditentukan oleh jumlah unit alat yang digunakan, harga alat, dan lama pemakaian. Semakin pendek lama pemakaian maka nilai penyusutan semakin tinggi.

  

b. Analisis Pendapatan Agroindustri Minuman Jahe Instan di Desa Buwun

Sejati Kecamatan Narmada Lombok Barat

  Produksi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jumlah produk minuman jahe instan yang dihasilkan pada agroindustri minuman jahe instan yang produksi dengan harga produksi minuman jahe instan per kilogram. Keuntungan usaha adalah selisih antara nilai produksi dikurangi dengan biaya produksi pada agroindustri minuman jahe instan yang dinyatakan dalam satuan rupiah. Hasil penelitian terhadap jumlah produksi, nilai roduksi, keuntungan pada agroindustri minuman jahe instan di Desa Buwun Sejati Kecamatan Narmada Lombok Barat disajikan pada Tabel 6.

  Tabel 6. Rata-Rata Produksi, Nilai Produksi, dan Pendapata Per Proses Produksi pada Agroindustri Minuman Jahe Instan di Desa Buwun Sejati Kecamatan Narmada Lombok Barat, 2016

  No Uraian Nilai

  1 Produksi (Kg) 3,70

  2 Harga (Rp/ Kg) 100.000

  3 Niai Produksi (Rp) 370.000

  4 Total Biaya Produksi (Rp) 284.534

  5 Keuntungan 85.466

  Sumber: Data Primer Diolah, 2016 Berdasarkan Tabel 6. rata-rata produksi minuman jahe instan per proses produksi oleh penjual minuman jahe instan di Desa Buwun Sejati sebanyak 3,70

  Kilogram, dengan rata-rata nilai produksi sebesar Rp 370.000 dan total biaya produksi sebesar Rp 284.534. Selisih rata-rata nilai produksi dikurangi total biaya produksi diperoleh rata-rata keuntungan minuman jahe instan sebesar Rp 85.466 per proses produksi. Keuntungan dibagi dengan jumlah produksi menghasilkan keuntungan per kilogram, sehingga diperoleh keuntungan sebesar Rp 23.099/ kilogram.

  

2. Analisis Efisiensi Usaha Agroindustri Minuman Jahe Instan di Desa

Buwun Sejati Kecamatan Narmada Lombok Barat Analisis Return Cost Ratio bertujuan untuk seberapa jauh setiap rupiah

  biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan usaha yang dapat memberikan sejumlah penerimaan sebagai manfaatnya. Analisis return Cost Ratio merupakan perbandingan antara total penerimaan (Revenue) dengan total biaya (Total Cost). Besarnya nilai R/C ratio usaha minuman jahe instan di Desa Buwun Sejati Kecamatan Narmada Lombok Barat dapat dilihat pada Tabel 7.

  Tabel 7. Return Cost Ratio (R/C ratio) Agroindustri Minuman Jahe Instan di Desa Buwun Sejati Kecamatan Narmada Lombok Barat, 2016

  No Uraian Minuman Jahe Instan (Rp/PP)

  1 Nilai Produksi (TR) 370.000

  2 Total Biaya Produksi (TC) 284.534

  3 Kelayakan Usaha (R/C) 1,43 Data Primer Diolah, 2016

  Berdasarkan Tabel 7. dapat diketahui bahwa nilai R/C ratio sebesar 1,43. Angka ini bermakna setiap Rp 1 yang dikorbankan untuk memproduksi minuman jahe instan, dapat memberikan penerimaan sebesar Rp 1,43. Dengan demikian usaha minuman jahe instan dapat dikategorikan layak untuk dikembangkan, karena berdasarkan hasil analisis R/C ratio angka yang diperoleh R/C ratio > 1.

  

3. Rentabilitas Usaha Minuman Jahe Instan di Desa Buwun Sejati

Kecamatan Narmada Lombok Barat

  Rentabilitas usaha agroindustri minuman jahe instan dalam penelitian ini adalah perbandingan antara laba yang diperoleh per proses produksi dengan jumlah modal yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan yang dinyatakan dalam persen. Kemampuan suatu usaha untuk memperoleh keuntungan dapat diukur dari modal yang diinvestasikan ke dalam perusahaan. Dari batasan tersebut dapat diukur rentabilitas perusahaan setelah diketahui berapa laba bersih perusahaan yang diperoleh dalam suatu periode tertentu.

  Menurut Riyanto (1997), bagi perusahaan pada umumnya masalah rentabilitas adalah lebih penting daripada masalah laba, karena laba yang besar belum dapat dijadikan ukuran bahwa perusahaan itu dapat bekerja dngan efisien. Efisiensi tersebut dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan modal yang diinvetasikan. Hasil analisis rentabilitas usaha agroindustri minuman jahe instan dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Rentabilitas Usaha Agroindustri Minuman Jahe Instan di Desa Buwun

  Sejati Kecamatan Narmada Lombok Barat, 2016 No Uraian Minuman Jahe Instan

  (Rp/PP)

  1 Laba Bersih 85.466

  2 Modal Sendiri 284.534

  3 Rentabilitas Usaha (%) 3,48 Sumber: Data Primer Diolah, 2016

  Berdasarkan Tabel 8. dapat diketahui bahwa rentabilitas usaha minuman jahe instan sebesar 3,48%. Angka ini bermakna bahwa setiap modal yang diinvestasikan sebesar Rp 100 untuk memproduksi minuman jahe instan dapat menghasilkan laba sebesar Rp 3,48.

  

4. Break Even Point (BEP) Agroindustri Minuman Jahe Instan di Desa

Buwun Sejati Kecamatan Narmada Lombok Barat

  Analisis BEP diketahui melalui harga produksi minimal yang harus diperoleh dan dibandingkan dengan jumlah produksi yang telah dicapai, BEP juga dapat memberikan informasi tentang jumlah produksi minimal yang harus dicapai dan harga jual produk terendah yang harus dibebankan agar perusahaan tidak mengalami kerugian atau dengan kata lain mencapai titik impas. Untuk lebih jelasnya mengenai hasil BEP agroindustri minuman jahe instan di Desa Buwun Sejati Kecamatan Narmada Lombok Barat dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Nilai BEP Agroindustri Minuman Jahe Instan di Desa Buwun Sejati Kecamatan Narmada Lombok Barat, 2016

  No Uraian Satuan Minuman Jahe Instan

  b. Harga Rp/Kg 70.543

  C

  Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa Hambatan yang dihadapi pengusaha minuman jahe instan antara lain: Iklim dan Kemasan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 10.

  14.876/proses produksi. Penerimaan aktual yang diperoleh sebesar Rp 370.000/proses produksi. Apabila dibandingkan dengan BEP penerimaan, maka penerimaan aktual yang diperoleh lebih besar dari BEP penerimaan sehingga usaha minuman jahe instan memperoleh keuntungan.

  c. BEP Penerimaan Nilai BEP penerimaan pada usaha minuman jahe instan sebesar Rp

  BEP harga lebih kecil dari pada harga jual rata-rata minuman jahe instan, oleh karena itu usaha pembuatan minuaman jahe instan sudah memperoleh keuntungan karena harga jual rata-rata ditentukan lebih besar dari BEP harga.

  b. BEP Harga Nilai BEP harga minuman jahe instan adalah Rp 70.543/Kg. Apabila dibandingkan dengan harga jual minuman jahe instan Rp 100.000/Kg, maka

  Nilai BEP produksi minuman jahe instan tercapai pada jumlah produksi 0,15 Kg/proses produksi. Jumlah produksi aktual yang dicapai sebanyak 3,70 Kg/proses produksi, hal ini berarti dengan memproduksi minuman jahe instan produsen memperoleh keuntungan.

  Berdasarkan Tabel 9. menunjukkan bahwa nilai BEP pada usaha minuman jahe instan yaitu: a. BEP Produksi

  c. Penerimaan Rp 14.876 Sumber: Data Primer Diolah, 2016

  a. Produksi Kg 0,15

  (Rp/PP)

  3 BEP

  c. Penerimaan (S) Rp 370.000

  b. Harga per unit (P) Rp/Kg 100.000

  a. Produksi Total (Y) Kg 3,70

  2 Produksi

  d. Total Biaya (TC) Rp 284.534

  c. Biaya Tetap (FC) Rp 4.434

  b. Biaya Variabel Per/Unit (AVC) Rp 69.250

  a. Biaya Variabel (VC) Rp 280.100

  1 Biaya Produksi

7. Hambatan Pengusaha Pada Agroindustri Minuman Jahe Instan di Desa Buwun Sejati Kecamatan Narmada Lombok Barat.

  Tabel 10. Hambatan yang Dialami Pengusaha Minuman Jahe Instan di Desa Buwun Sejati Kecamatan Narmada Lombok Barat, 2016

  No Uraian Responden Jumlah (Orang) Persentase (%)

  1 Bahan Baku

  4

  40

  2 Kemasan 20 100 Sumber: Data Primer diolah, 2016

  Berdasarkan Tabel 10. bahwa Hambatan yang dialami oleh pengusaha minuman jahe instan adalah sebagai berikut:

  1. Bahan Baku Bahan baku jahe tidak selalu tersedia, sehingga produksi minuman jahe instan menjadi terganggu. Hambatan ini di kemukakan oleh 4 orang responden (40%). Menurut responden, produksi jahe terganggu karena curah hujan yang relatif tinggi.

  2. Kemasan Kemasan yang tidak sesuai dengan keinginan konsumen. Konsumen ingin kemasan kecil (sekali seduh), tetapi pengusaha hanya mempunyai kemasan yang berukuran besar. Pengusaha tidak dapat membuat kemasan kecil karena alatnya terlalu mahal bagi pengusaha.

KESIMPULAN DAN SARAN

  Dari hasil penelitian dan pembahasan diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: Keuntungan pengusaha minuman jahe instan sebesar Rp 85.466/ proses produksi atau Rp 1.025.592/bulan. Rentabilitas usaha Minuman Jahe Instan mentah sebesar 3,48%, bermakna bahwa setiap modal yang diinvestasikan sebesar Rp 100 untuk memproduksi minuman jahe instan dapat menghasilkan keuntungan sebesar Rp 3,48. Produksi minuman jahe instan sebanyak 3,70 Kg/proses produksi, lebih besar dari BEP produksi yaitu 0,15 Kg/proses produksi. Harga yang ditentukan sebesar Rp 100.000/Kg, lebih besar dari BEP harga yaitu Rp 70.543/Kg. Penerimaan per proses produksi sebesar Rp 370.000, lebih besar dari BEP penerimaan yaitu Rp 14.876. Nilai R/C ratio lebih besar 1 yaitu 1,43, artinya usaha minuman jahe instan layak untuk diusahakan. Hambatan yang dihadapi oleh pengusaha minuman jahe instan adalah (a) Bahan baku jahe tidak selalu tersedia dan (b) Kemasan yang tidak sesuai dengan keinginan konsumen. Saran : Permasalahan kemasan merupakan permsalahan yang dialami oleh semua pengusaha minuman jahe instan. Dengan demikian diharapkan kepada pengusaha minuman jahe instan untuk bisa membuat kemasan yang berukuran kecil sesuai yang diinginkan konsumen sehingga produksi minuman jahe tetap berjalan dengan baik. Untuk mempelancar kegiatan tersebut, diperlukan adanya dukungan dari pemerintah baik berupa permodalan atau alat pembuat kemasan maupun keterampilan guna mengembangkan usaha dan meningkatkan pengetahuan yang dimiliki oleh pengusaha.

DAFTAR PUSTAKA

  Riyanto, B. 1997. Dasar-dasar Pembelanjaran perusahaan. Yogyakarta: Gajah Mada. Saparinto, C. Dan Setyaningrum. H. D. 2013. Jahe. Jakarta: Penebar Swadaya. Soekartawi. 1995. Analisis Usaha Tani. Jakarta: Universitas Indonesia. Soekartawi. 2005. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Syamsuddin, L. 2001. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Dokumen yang terkait

ANALISIS EKONOMI AGROINDUSTRI TAHU DAN PENGARUH BEBERAPA STATUS SERTA VOLUME USAHA TERHADAP CURAHAN JAM KERJA (Studi Kasus di Kecamatan Tamanan Kabupaten Bondowoso)

0 24 61

ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH GULA KELAPA (Studi Kasus Di Desa Rejoagung Kecamatan Srono Kabupaten Banyuwangi)

3 25 21

ANALISIS USAHA TANI TEMBAKAU (Studi Kasus di Desa Tawing, Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung)

1 18 2

ANALISIS USAHA DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KELANTING (Studi Kasus di Desa Gantimulyo Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur)

18 125 55

POTENSI USAHA MINUMAN INSTAN HERBAL PENGHILANG BAU BADAN.

0 1 8

BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul - TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG MITRA USAHA BUDIDAYA JAHE OLEH PERUSAHAAN SIDO UTOMO (Studi Kasus Di Desa Sukarame Kecamatan BengkunatKabupaten Pesisir Barat) - Raden Intan Repository

0 1 10

BAB III LAPORAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Desa Sukarame - TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG MITRA USAHA BUDIDAYA JAHE OLEH PERUSAHAAN SIDO UTOMO (Studi Kasus Di Desa Sukarame Kecamatan BengkunatKabupaten Pesisir Barat) - Raden Intan Repository

0 0 23

TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG MITRA USAHA BUDIDAYA JAHE OLEH PERUSAHAAN SIDO UTOMO (Studi Kasus Di Desa Sukarame Kecamatan BengkunatKabupaten Pesisir Barat) - Raden Intan Repository

0 0 10

ANALISIS USAHA DAN PEMASARAN JAHE INSTAN DAN KUNYIT INSTAN DI DESA BUWUN SEJATI KECAMATAN NARMADA - Repository UNRAM

0 2 16

ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN USAHA AGROINDUSTRI TAPE SINGKONG Di KECAMATAN GUNUNGSARI KABUPATEN LOMBOK BARAT JURNAL

0 0 11