ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU EKSPLOITASI ANAK UNTUK AKTIVITAS MENGEMIS DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM (Studi Kasus di Kota Makassar)

ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU EKSPLOITASI
ANAK UNTUK AKTIVITAS MENGEMIS DITINJAU
DARI PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM
(Studi Kasus di Kota Makassar)

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar
Sarjana Hukum Jurusan Hukum Pidana dan Ketatanegaraan
pada Fakultas Syari‟ah dan Hukum
UIN Alauddin Makassar

Oleh:

WISNU AGUNG PANCORO
NIM: 10300113053

FAKULTAS SYARI‟AH DAN HUKUM

UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2018
i


PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama

: Wisnu Agung Pancoro

NIM

: 10300113053

Tempat/Tgl. Lahir

: Jeneponto, 30-Jannuari-1996

Jurusan

: Hukum Pidana dan Ketatanegaraan

Fakultas


: Syariah dan Hukum

Alamat

: Jl. Sultan Alauddin, Lr. 79 RT: 02/ RW:05

Judul

: Analisis Yuridis terhadap Pelaku Eksploitasi Anak untuk
Aktivitas Mengemis Ditinjau dari Perspektif Hukum Pidana
Islam (Studi Kasus di Kota Makassar)
Penuh kesadaran bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya sendiri. Jika

dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini merupakan duplikasi, tiruan, plagiat, atau
dibuat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang
diperoleh karenanya batal demi hukum.

Makassar, 28 Februari 2018
Penyusun,


WISNU AGUNG PANCORO
NIM : 10300113053

ii

iii

KATA PENGANTAR
 
   
Alhamdulillah, segala puji dan syukur hanya milik Allah SWT, yang telah
memberikan kekuatan, kesabaran dan kesehatan kepada penulis sehingga tulisan ini
dapat diselesaikan. Salam dan Shalawat tidak lupa kita kirimkan semoga tetap
tercurahkan kepada Nabiullah Muhammad SAW yang telah menyinari dunia ini
dengan cahaya Islam. Teriring harapan semoga kita termasuk umat beliau yang akan
mendapatkan syafa‟at di hari kemudian. Amin.
Sebagai manusia yang penuh dengan keterbatasan, banyak kendala yang
peneliti hadapi dalam penyusunan skripsi ini. Akan tetapi berkat bantuan-Nya dan
bantuan dari berbagai pihak, skripsi ini dapat diselesaikan walaupun tidak luput dari

berbagai kekurangan. Oleh karena itu, penulis menghanturkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada, Ayahanda Muji Tabah tercinta dan Ibunda St. Subaedah
tersayang dalam memberikan semangat dan mendoakanku serta mendukung saya
dalam penulisan ini. Atas segala pengorbanan, pengertian, kepercayaan, dan segala
doanya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dengan baik. Kiranya Allah SWT
senantiasa melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita semua.
Selanjutnya ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
penulis sampaikan kepada:
1.

Prof. Dr. Musafir Pababbari, M.Si, selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar selaku pimpinan tertinggi. Prof. Dr. Mardan, M.Ag selaku
Wakil Rektor I. Prof. Dr. H. Lomba Sultan, M.A selaku Wakil Rektor II dan
Prof. Siti Aisyah, M.A.,Ph.D. selaku Wakil Rektor III Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar.

iv

v


2.

Prof. Dr. Darussalam Syamsuddin, M.Ag, selaku dekan Fakultas Syari‟ah dan
Hukum, dan para wakil dekan yang selalu memberikan waktunya untuk
memberikan bantuan dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

3.

Dra. Nila Sasrawati, M.Si, dan Dr. Kurniati, M.H.I.,masing-masing selaku
ketua jurusan dan sekertaris jurusan Hukum Pidana dan Ketatanegaraan, telah
membantu dan memberikan petunjuk terkait dengan pengurusan akademik
sehingga penyusunan lancar dalam menyelesaikan semua mata kuliah dan
penyusunan skripsi ini.

4.

Kepala perpustakaan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar dan kepala
Perpustakaan Fakultas Syari‟ah dan Hukum serta para pengelola atau
pustakawan yang telah banyak membantu dalam memenuhi kebutuhan referensi
kepada penulis.


5.

Dr. Dudung Abdullah, M.Ag. selaku Pembimbing I dan Dr. Abdul Wahid
Haddade, L.c, M. HI Selaku Pembimbing II, yang telah meluangkan waktu dan
pikiran dalam membimbing dan mengarahkan penulis dengan penuh kesabaran
hingga penyelesaian skripsi ini.

6.

Para Dosen Jurusan Hukum Pidana dan Ketatanegaraan yang telah mendidik
dan membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama di bangku perkuliahan.

7.

Para staf akademik Fakultas Syariah dan Hukum atas konstribusinya kepada
penulis.

8.


Sahabat-sahabatku Muh. Akhsan Ramadhan, Sabri, Nasrun Tantu, Rosmini
masnung, SH., dan Wesesah Dwi Pama yang selalu menemani dan memberi
dukunngan baik secara langsung maupun tidak langsung dari awal semester
sampai saat ini.

vi

9.

Teman seperjuangan Hukum Pidana dan Ketatanegaraan angkatan 2013 yang
telah memberi semangat dan dukungan kepada penulis.

10.

Seluruh pihak yang penulis tidak sebutkan satu persatu yang telah banyak
membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akan tetapi, penulis menyadari bahwa kekurangan itu selalu ada.Oleh karena

itu, masukan dari berbagai pihak sangat diharapkan agar tercapai hasil yang maksimal.
Penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi masyarakat, serta berbagai

pihak yang berhubungan dengan skripsi ini.

Makassar, 28 Februari 2018
Penulis

WISNU AGUNG PANCORO
10300113053

DAFTAR ISI
JUDUL ..................................................................................................................

i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .............................................................

ii

PENGESAHAN SKRIPSI ...................................................................................

iii


KATA PENGANTAR ..........................................................................................

iv

DAFTAR ISI .........................................................................................................

vii

PEDOMAN TRANSLITERASI DAN SINGKATAN ......................................

ix

ABSTRAK ............................................................................................................

xvii

BAB I

PENDAHULUAN ..............................................................................


1

Latar Belakang .....................................................................................
Rumusan Masalah ................................................................................
Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus .................................................
Kajian Pustaka .....................................................................................
Tujuan dan Kegunaan ..........................................................................

1
7
7
9
12

BAB II TINJAUAN TEORETIS ...................................................................
A. Tinjauan Umum Tentang Eksploitasi Anak .........................................
1. Pengertian Anak .............................................................................
2. Pengertian Eksploitasi Anak ..........................................................
3. Ciri-ciri Anak yang Dieksploitasi ..................................................

B. Pengemis .............................................................................................
1. Pengertian Pengemis ......................................................................
2. Pelaku Eksploitasi Anak untuk Aktivitas Mengemis .....................
C. Konsep Perlindungan Anak .................................................................

14
14
14
16
18
19
19
21
21

BAB III
A.
B.
C.
D.
E.
F.

METODOLOGI PENELITIAN .......................................................
Jenis Dan Lokasi Penelitian .................................................................
Pendekatan Penelitian ..........................................................................
Sumber Data.........................................................................................
Metode Pengumpulan Data ..................................................................
Instrument Pengumpulan Data .............................................................
Teknik Pengolahan dan Analisis Data .................................................

33
33
34
34
35
36
37

BAB IV

ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU EKSPLOITASI

A.
B.
C.
D.
E.

ANAK UNTUK AKTIVITAS MENGEMIS PERSPEKTIF

vii

viii

HUKUM PIDANA ISLAM ...............................................................

39

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................... 39
B. Analisis Terjadinya Eksploitasi Anak Untuk Aktivitas Mengemis ..... 42
C. Tinjauan Yuridis tentang Pelaku Eksploitasi Anak Untuk
Aktivitas Mengemis ............................................................................. 48
D. Perspektif Hukum Pidana Islam tentang Eksploitasi Anak Untuk
Aktivitas Mengemis ............................................................................. 53
E. Upaya Penanggulangan Eksploitasi Anak Untuk Aktivitas
Mengemis ............................................................................................. 61
BAB V PENUTUP ...........................................................................................
A. Kesimpulan ..........................................................................................
B. Implikasi Penelitian .............................................................................

77
77
78

KEPUSTAKAAN .................................................................................................

79

LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................. 83
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

ix

PEDOMAN TRANSLITERASI DAN SINGKATAN
A. Transliterasi Arab-Latin
Daftar huruf bahasa Arab dan Transliterasinya ke dalam huruf Latin
dapat dilihat pada tabel beriku :
1. Konsonan
Huruf Arab

Nama

Huruf Latin

Nama

‫ا‬

Alif

tidak dilambangkan

tidak dilambangkan

‫ب‬

Ba

B

Be

‫ث‬

Ta

T

Te

‫د‬

Sa

‫ج‬

Jim

J

̇

‫ح‬

Ha



ha (dengan titik di bawah)

‫خ‬

Kha

Kh

ka dan ha

‫د‬

Dal

D

De

‫ر‬

Zal

Z

zet (dengan titik di atas)

‫س‬

Ra

R

Er

‫ص‬

Zai

z

Zet

‫ط‬

Sin

s

Es

‫ػ‬

Syin

sy

es dan ye

‫ؿ‬

Sad



es (dengan titik di bawah)

‫ض‬

Dad



de (dengan titik di bawah)

‫ط‬

Ta



te (dengan titik di bawah)

‫ظ‬

Za



zet (dengan titik di bawah)

‫ع‬

„ain



apostrof terbalik

es (dengan titik di atas)
Je

ix

x

‫غ‬

Gain

g

Ge

‫ف‬

Fa

f

Ef

‫ق‬

Qaf

q

Qi

‫ن‬

Kaf

k

Ka

‫ي‬

Lam

l

El

َ

Mim

m

Em

ْ

Nun

n

En

ٚ

Wau

w

We

٘

Ha

h

Ha

‫ء‬

hamzah



Apostrof

ٜ

Ya

y

Ye

Hamzah (‫ )ء‬yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda apa
pun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda ( ‟ ).
2. Vokal
Vokal bahasa Arab, seperti vokal Bahasa Indonesia, terdiri atas vokal
tunggal atau menoftong dan vokal rangkap atau diftong.
Vokal tunggal Bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat,
transliterasinya sebagai berikut :
Tanda

Nama

Huruf Latin

Nama

‫ا‬

fatḥah

A

a

‫ا‬

Kasrah

I

i

‫ا‬

ḍammah

U

u

xi

Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara
harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu :
Tanda

Nama

Huruf Latin

Nama

ٜ

fatḥah dan yaa‟

Ai

a dan i

‫ؤ‬

fathah dan wau

Au

a dan u

Contoh:
‫ويْف‬

: kaifa

‫ْ ي‬ٛ٘

: haula

3. Maddah
Maddah atau vocal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf,
transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu :

Harakat dan Huruf

Nama

Huruf dan Tanda

Nama

ٜ…│ ‫… ا‬

Fathah dan alif atau

̅

a dan garis di atas

̅

i dan garis di atas

yaa‟
ٜ

Kasrah dan yaa‟

ٚ

Dhammmah
waw
Contoh:
‫ِاث‬
ِٝ‫س‬
ًْ‫لي‬
‫ْ ث‬ّٛ‫ي‬

: m ̅ta

: ram ̅
: q l̅ a

: yam ̅tu

dan

̅

u dan garis di atas

xii

4. Taa’ marbuutah
Transliterasi untuk taa‟marbuutah ada dua, yaitu taa‟marbuutah yang hidup
atau mendapat harakat fathah, kasrah, dan dhammah, transliterasinya adalah
[t].sedangkan

taa‟

marbuutah

yang

mati

atau

mendapat

harakat

sukun,

transliterasinya adalah [h].
Kalau pada kata yang berakhir dengan taa‟ marbuutah diikuti oleh kata yang
menggunakan kata sedang al- serta bacaan kedua kata tersebut terpisah, maka taa‟
marbuutah itu ditransliterasikan dengan ha [h].
Contoh :
ْ ‫ْاْل‬
‫ْ ضت‬ٚ‫طفاٌش‬

: raudah al- aṭf ̅l

‫ ا ٌْفاضٍتاٌّذيْٕت‬: al- mad n̅ ah al- f ̅dilah
‫ا ٌْح ْىّت‬

: al-hikmah

5. Syaddah (Tasydid)
Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan
sebuah tanda tasydid( َ), dalam transliterasi ini dilambangkan dengan perulangan
huruf (konsonan anda) yang diberi tanda syaddah.
Contoh :
‫سبَّٕا‬
‫ٔ َّجيْٕا‬

: rabban ̅

‫ا ٌْحك‬

: al- haqq

ُِّ‫ٔع‬

: nu”ima

ٚ‫عذ‬

: „aduwwun

: najjain ̅

xiii

Jika huruf ٜ ber-tasydid di akhir sebuah kata dan didahului oleh huruf
kasrah (‫ )بي‬maka ia ditranslitersikan sebagai huruf maddah menjadi i.

Contoh :
‫عٍي‬

: „Ali (bukan „Aliyyatau „Aly)

‫عشبي‬

: „Arabi (bukan „Arabiyyatau „Araby)

6. Kata Sandang
Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf ‫( اي‬alif
lam ma‟arifah). Dalam pedoman transiliterasi ini, kata sandang ditransilterasikan
seperti biasa, al-, baik ketika ia diikuti oleh huruf syamsiyah maupun huruf
qamariyah.

Kata

sandang

tidak

mengikuti

bunyi

huruf

langsung

yang

mengikutinya.kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan
dihubungkan dengan garis mendatar (-).
Contoh :
‫ اٌ َّؾّظ‬: al-syamsu (bukan asy-syamsu)
‫ اٌ َّضٌضٌت‬: al-zalzalah (az-zalzalah)
‫ ا ٌْفٍغفت‬: al-falsafah
‫ا ٌْبَلد‬
7. Hamzah

: al-bil ̅du

Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrof („) hanya berlaku bagi
hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila hamzah terletak di awal
kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ia berupa alif.
Contoh :
ْ ْٚ‫ حاِْش‬: ta‟muruuna

xiv

‫ْ ع‬ٌَّٕٛ‫ا‬

: al-nau‟

‫ؽ ْيء‬

: syai‟un

‫اِشْ ث‬

: umirtu

8. Penulisan Kata Bahasa Arab Yang Lazim Digunakan Dalam Bahasa
Indonesia
Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah atau
kalimat yang belum dibakukan dalam Bahasa Indonesia. Kata, istilah atau kalimat
yang sudah lazim dan telah menjadi bagian dari perbendaharaan bahasa Indonesia,
atau sering ditulis dalam tulisan Bahasa Indonesia, atau lazim digunakan dalam dunia
akademik tertentu, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalnya, kata
Al-Qur‟an (dari Al-Qur‟an), al-hamdulillah, dan munaqasyah. Namun, bila kata-kata
tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks Arab, maka harus ditransliterasi
secara utuh. Contoh :
Fizilaal Al-Qur‟an
Al-Sunnah qabl al-tadwin
ّٰ
9. Lafz al- Jalaalah (‫)للاه‬
Kata “Allah” yang didahului partikel seperti huruf jar dan huruf lainnya atau
berkedudukan sebagai mudaafilaih (frasa nominal), ditransliterasi tanpa huruf
hamzah.
Contoh :
‫ديْٕ ٰالل‬

ٰ ‫ ب‬billaah
diinullah ‫اللا‬

Adapun taamarbuutah di akhir kata yang disandarkan kepada lafz al-jalaalah,
ditransliterasi dengan huruf [t].contoh :
hum fi rahmatillaah

xv

10. Huruf Kapital
Walau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf capital (All Caps), dalam
transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang penggunaan huruf
capital berdasarkan pedoman ajaran Bahasa Indonesia yang berlaku (EYD). Huruf
kapital, misalnya, digunakan untuk menuliskan huruf awal nama diri (orang, tempat,
bulan) dan huruf pertama pada permulaan kalimat. Bila nama diri didahului oleh kata
sandang (al-), maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri
tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Jika terletak pada awal kalimat, maka
huruf A dari kata sandang tersebut menggunakan huruf capital (Al-). Ketentuan yang
sama juga berlaku untuk huruf awal dari judul refrensi yang didahului oleh kata
sandang al-, baik ketika ia ditulis dalam teks maupun dalam catatan rujukan (CK, DP,
CDK, dan DR). contoh:
Wa ma muhammadun illaa rasul
Inna awwala baitin wudi‟ alinnasi lallazii bi bakkata mubarakan
Syahru ramadan al-lazii unzila fih al-Qur‟an
Nazir al-Din al-Tusi
Abu Nasr al- Farabi
Al-Gazali
Al-Munqiz min al-Dalal
Jika nama resmi seseorang menggunakan kata ibnu (anak dari) dan Abu
(bapak dari) sebagai nama kedua terakhirnya, maka kedua nama terakhir itu harus
disebutkan sebagai nama akhir dalam daftar pustaka atau daftar referensi. Contoh:

xvi

Abu Al-Wafid Mummad Ibn Rusyd, ditulis menjadi: Ibnu Rusyd, Abu Al-Walid
Muhammad (bukan : rusyd, abu al-walid Muhammad ibnu)
Nasr Hamid Abu Zaid, ditulis menjadi: Abu Zaid, Nasr Hamid (bukan: Zaid, Nasr
Hamid Abu)

B. Daftar Singkatan
Beberapa singkatan yang dilakukan adalah :
Swt.

= subhanallahu wata‟ala

Saw.

= sallallahu „alaihi wasallam

r.a

= radiallahu „anhu

H

= Hijriah

M

= Masehi

QS…/…4

= QS Al-Baqarah/2:4 atau QS ̅li-„Imr ̅n/3:4

HR

= Hadis Riwayat

Nama
Nim
Judul

ABSTRAK
: Wisnu Agung Pancoro
: 10300113053
: Analisis Yuridis Terhadap Pelaku Eksploitasi Anak Untuk Aktivitas
Mengemis Ditinjau Dari Perspektif Hukum Pidana Islam (Studi
Kasus di Kota Makassar)

Pokok masalah dalam penelitian ini adalah analisis yuridis dan perspektif
hukum pidana Islam terhadap pelaku eksploitasi anak untuk aktivitas mengemis di
kota Makassar. Sehingga selanjutnya di-breakdown ke dalam beberapa submasalah
atau pertanyaan penelitian, yaitu: 1) Bagaimana analisis yuridis terhadap pelaku
eksploitasi anak untuk aktivitas mengemis di kota Makassar?, 2) Bagaimana
perspektif hukum pidana Islam terhadap pelaku eksploitasi anak untuk aktivitas
mengemis di kota Makassar?
Penelitian ini tergolong dalam jenis kualitatif dengan pendekatan penelitian:
yuridis, sosiologis dan normatif syar‟i. Sumber data penelitian adalah data-data Dinas
Sosial Kota Makassar, anak jalanan atau pengemis anak dan orang tua dari anak yang
mengemis wilayah kota Makassar, buku-buku dan al-qur‟an, jurnal atau karya tulis
ilmiah, dan perundang-undangan. Metode pengumpulan data adalah observasi,
wawancara dan dokumentasi. Instrument penelitian yang digunakan adalah
handphone atau kamera, kertas dan pulpen. Teknik pengumpulan data dan analisis
data dilakukan dengan menggunakan analisis kualitatif. Dan pengujian keabsahan
data menggunakan triangulasi sumber.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa benar adanya keberadaan pelaku
eksploitasi anak di kota Makassar, berdasarkan peraturan pemerintah (Peraturan
Daerah Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Pembinaan Anak Jalanan, Gelandangan,
Pengemis dan Pengamen di Kota Makassar) menunjukkan bahwa eksploitasi anak
untuk aktivitas mengemis adalah suatu perbuatan kriminal dan melanggar hukum dan
undang-undang telah mengatur jalannya masalah penanggulangan eksploitasi
tersebut. Akan tetapi, dalam penerapannya dan upaya-upaya yang dilakukan belum
efektif. Sebab kurangnya personil pekerja sosial pada badan Dinas Sosial kota
Makassar sehingga sulit menjangkau luasnya wilayah kota Makassar, kurangnya
kerjasama dengan semua element masyarakat anggaran dana. Dalam perspektif
hukum pidana Islam juga sangat menentang tindakan eksploitasi terhadap anak,
dalam Islam pemeliharaan anak diatur dalam konsep haḍanah, yakni menjunjung
tumbuh kembang anak baik secara lahiriah sampai batinnya.
Implikasi dari penelitian ini adalah: 1) untuk pemerintah, perlu adanya
kebijakan yang lebih khusus terhadap masalah eksploitasi anak. 2) untuk orang tua
maupun anak, diharapkan bisa lebih menyadari mengenai konsep pemeliharaan anak
dan perlunya pemahaman lebih terhadap tumbuh kembang anak. 3) untuk
masyarakat, diharapkan dapat lebih perhatian terhadap kondisi sosial terkhusus
terhadap anak jalanan atau pengemis anak dijalanan agar dapat memberinya harapan
bukan uang, dan ikut serta membantu pemerintah dalam pemeliharaan anak sebagai
genarasi penerus bangsa yang pandai dan cerdas.

xvii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anak merupakan tunas dan generasi bangsa yang harus mendapat perlakuan
dan pengurusan dengan benar dan baik dari orang tua yang merupakan
penanggungjawab atas tugas dan kewajibannya dalam memelihara serta mengasuh
anak.
Anak adalah bagian dari generasi muda sebagai salah satu sumber daya
manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa
yangmemiliki peranan srategisyang mempunyai ciri dan sifat khusus, memerlukan
pembinaan

dan

perlindungan

dalam

rangka

menjamin

pertumbuhan

dan

perkembangan fisik, mental dan sosial secara utuh, serasi, selaras, dan seimbang. 1
Sebagian dari generasi muda, anak merupakan cita-cita perjuangan bangsa sekaligus
modal sumberdaya manusia bagi pembangunan nasional sebagaimana dijelaskan
dalam pasal 34 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 bahwa “fakir miskin dan anakanak terlantar dipelihara negara.2
Anak dalam Islam mengikat pada konsep haḍanah, para ulama fiqih
mendefenisikan hadhanah, yaitu melakukan pemeliharaan anak-anak yang masih
kecil, baik laki-laki maupun perempuan, atau yang sudah besar tetapi belum
mumayyiz, menyediakan sesuatu yang menjadi kebaikannya, menjaganya dari sesuatu

1

Mohammad Taufik Makarao, dkk. Hukum Perlindungan Anak dan Penghapusan Kekerasan
dalam Rumah Tangga (Cet. 1; Jakarta: PT Rineka Cipta, 2013), h. 1.
2

Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945, Pasal. 34 ayat (4).

1

2

yang menyakiti dan merusaknya, mendidik jasmani, rohani, dan akalnya agar mampu
berdiri sendiri menghadapi hidup dan memikul tanggung jawabnya. 3 Pemeliharaan
anak dalam Islam hukumnyawajib, sebagaimana Allah berfirman dalam QS AlBaqarah/2:233 yang berbunyi:

             

               
               

              
           
Terjemahnya:
“Para ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun
penuh,bagi yang ingin menyusui secara sempurna. Dan kewajiban ayah
menanggung nafkah dan pakaian mereka dengan cara yang patut. Seseorang
tidak dibebani lebih dari kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita
karena anaknya dan jangan pula seorang ayah (menderita) karena anaknya,
ahli waris pun (berkewajiban) seperti itu pula. Apabila keduanya ingin
menyapih dengan persetujuan dan permusyawaratan antara keduanya, maka
tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin menyusukan anakmu
kepada orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan
pembayaran dengan cara yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan
ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”4
Anak

yang

dilahirkan

mendapat

jaminan

pertumbuhan

fisik

dan

perkembangan jiwa dengan baik. Bahkan jaminan tersebut harus tetap diperolehnya

3
4

Sabri Samin dan Andi Narmaya Aroeng, Fikih II (Makassar: Alauddin press, 2010), h. 161.

Kementrian Agama RI, Al-Quran Terjemahan dan Tafsir (Cet. 1; Bandung: Syamil Quran,
2011), h. 37.

3

walau ayahnya telah meninggal dunia, karena para waris pun berkewajiban
demikian, yakni berkewajiban memenuhi kebutuhan ibu sang anak agar ia dapat
melaksanakan penyususan dan pemeliharaan anak itu, dengan baik. Adapun yang
dimaksud dengan para waris adalah yang mewarisi sang ayah, yakni anak yang
disusukan. Dalam arti, warisan yang menjadi hak anak dari ayahnya yang meninggal
digunakanantara lain untuk biaya penyususan bahkan makan dan minum ibu yang
menyusuinya. Ada juga yang berpendapat, bahwa yang dimaksud para waris adalah
para ibu yang menyusui itu. Betapapun, ayat ini memberi jaminan hukum untuk
kelangsungan hidup dan pemeliharaan anak.5
Dan Juga disebutkan dalam QS Al-Kahfi/18:46 yang berbunyi:

            

 

Terjemahnya:
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan
yang terus menerus adalah lebih baikpahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih
baik untuk menjadiharapan.”6
Ayat di atas menamai harta dan anak, yakni hiasan atau sesuatu yang
dianggap baik atau indah. Ini memang demikian karena ada unsur keindahan pada
harta disamping manfaat, demikian juga pada anak, disamping anak dapat membela
dan membantu orang tuanya. Penamaan keduanya sebagai hiasan jauh lebih tepat

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an Volume 1
(Cet. 2; Jakarta: Lentera Hati, 2004), h. 505.
5

6

Kementrian Agama RI, Al-Quran Terjemahan dan Tafsir, h. 299.

4

daripada menamainya sesuatu yang berharga karena kepemilikan harta dan kehadiran
anak tidak dapat menjadikan seseorang berharga atau menjadi mulia. Kemuliaan dan
penghargaan hanya diperoleh melalui iman dan amal saleh.7
Negara Republik Indonesia merupakan salah satu anggota Perserikatan
Bangsa Bangsa yang ikut meratifikasiConvention on the Rights of the Child (CRC)
atau Konvensi Hak Hak Anak (KHA), dengan keputusan Presiden Nomor 36 Tahun
1990.8
Dengan mengacu pada UUD Negara RI Tahun 1945 dan Konvensi PBB
tentang hak anak pada tanggal 22 Oktober 2002, terbitlah Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002 tentang perlindungan anak. Piranti lunak itu merupakan wujud nyata
sekaligus sebagai upaya pemenuhan dan perlindungan atas hak-hak anak di Indonesia,
yang pada prinsipnya mencakup “segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi
anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi
secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”.9 Selain itu, dalam Undang-Undang
Nomor 4 tahun 1979 pasal 2 sampai dengan pasal 8 mengatur hak-hak anak tentang
kesejahteraan anak.10

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an Volume 7
(Cet. 5; Jakarta: Lentera Hati, 2012), h. 306-307.
7

8

Abdul Rahman Kanang, Perlindungan Hukum dan Pemenuhan Hak Kontitusional Anak
(Perspektif Hukum Internasional, Hukum Positif dan Hukum Islam), (Cet. 1: alauddin university press,
2011), h. 6.
9

Oyo Sunaryo Mukhlas, Pranata Sosial Hukum Islam (Cet. 1; Bandung: PT Refika Aditama,
2015), h. 156.
10

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan
Anak. Pasal 2-8.

5

Dalam Konvensi Hak Anak yang telah diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia
disebutkan dan diakui bahwa anak-anak pada hakikatnya berhak untuk memperoleh
pendidikan yang layak dan mereka seyogianya tidak terlibat dalam aktivitas ekonomi
secara dini. Namun demikian, akibat tekanan kemiskinan, kurangnya animo orang tua
terhadap arti penting pendidikan, dan sejumlah faktor lain, maka secara sukarela
maupun terpaksa anak menjadi salah satu sumber pendapatan keluarga yang
penting.11
Harus diakui selama ini masih ada budaya dalam masyarakat yang kurang
menguntungkan terhadap anak. Meski tak ada data resmi mengenai budaya mana saja
yang merugikan anak, baik merugikan secara emosional maupun fisik. Ada
ketentuanterlazim dalam masyarakat, misalnya dalam praktik pengasuhan anak,
pembiasaan bekerja sejak kecil kepada anak dan masih banyak praktik-praktik lain
yang merugikan anak yang “berlindung” atas nama adat-budaya.12 Selain itu, faktor
penyebab eksploitasi ini ketika orang tua yang karena kondisi kemiskinan dan merasa
bahwa anak merupakan milik orang tua sendiri sehingga memaksa anak yang masih
dibawah umur untuk dapat memberikan kontribusi ekonomi kepada keluarga
(menjadi pengamen jalanan dan pengemis anak), dan terkadang orang tua melibatkan
anaknya untuk melakukan aktivitas mengemis.
Sehingga perlindungan anak merupakan upaya penting dan segera harus
dilakukan. Tidak ada kata yang tepat selain mengatakan bahwa perlindungan anak
adalah hal yang terpenting dalam membangun investasi terbesar peradaban suatu
bangsa. Mengapa tidak, Sebab apabila fenomena berbagai bentuk kekerasan terus
11

Bagong Suryanto, Masalah Sosial Anak Edisi Revisi, (Cet. 3; Jakarta: Kencana, 2016).h.

12

Bagong Suryanto, Masalah Sosial Anak Edisi Revisi, h. 31.

121.

6

menimpa kaum anak, bukan tidak mungkin ketika mereka mencapai usia dewasa,
mereka akan menjadi penyumbang terbesar kejahatan di sebuah negara. 13Dan seperti
apa yang tengah terjadi saat ini ialah masih jauh dari pemenuhan hak-hak anak untuk
tumbuh berkembang, mendapatkan pendidikan yang layak, bebas dari diskriminasi
dan lain-lain. Akibatnya, tak sedikit anak-anak yang mempengaruhi kondisi mental
dan psikologi anak (anak-anak yang sering murung, sulit berkonsentrasi, agresif dan
sebagainya. Sampai akhirnya ada penyimpangan perilaku bahkan melakukan tindak
pidana kejahatan tanpa mengenal status sosial dan ekonomi.Anak yang kekurangan
perhatian secara fisik, mental dan sosial, menghadapi kerasnya perjuangan hidup
yang mereka hadapi, dan pada umumnya tinggal/berada di komunitas pinggiran
sehingga dipaksa melakukan aktivitas mengemis.
Fenomena pengemis anak ada di kota-kota di seluruh Indonesia, seperti
halnya fenomena pengemis di Mall Panakukang-Jl. Pengayoman, Fly Over-Jl. Urip
Sumohardjo dan kawasan Talasalapang-Jl. Sultan Alauddin kota Makassar,
merupakan tindakan eksploitasi anak dengan mengambil keuntungan pribadi terhadap
anak yang diajak mengemis sebagai alat untuk menarik empati lebih dari orang lain.
Perbuatan ini sangat merugikan anak dimana waktu anak hilang karena pekerjaan saja
sehingga waktu untuk belajar atau bermain kurang atau bahkan tidak ada.
Dari uraian latar belakang di atas, fenomena ini menarik untuk dikajidalam
bentuk skripsi dengan judul “Analisis Yuridis Terhadap Pelaku Eksploitasi Anak
Untuk Aktifitas Mengemis Ditinjau Dari Perspektif Hukum Pidana Islam (Studi
Kasus di Kota Makassar)”.

13

Majda el muhtaj, dimensi-dimensi HAM mengurai hak ekonomi, social, dan budaya (Cet. 1;
Jakarta: rajawali pers, 2008), h. 229.

7

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembahasan dari latar belakang, maka yang menjadi pokok
masalah terkait dengan judul skripsi yang dibahas yaitu “Bagaimana analisis yuridis
terhadap pelaku eksploitasi anak untuk aktivitas mengemis ditinjau dari perspektif
hukum pidana Islam (studi kasus di kota Makassar)?”.
Adapun sub permasalahannya yaitu:
1. Bagaimana analisis yuridis terhadap pelaku eksploitasi anak untuk
aktivitas mengemis?
2. Bagaimana perspektif hukum pidana Islam terhadap pelaku eksploitasi
anak untuk aktivitas mengemis?
C. Fokus dan Deskripsi Fokus
Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan penelitiannya pada analisis
yuridis dan perspektif hukum pidana Islam terhadap pelaku eksploitasi anak untuk
aktivitas mengemis di depan toko harapan baru dan lahan parkir Mall PanakukangJl. Pengayoman, Fly Over-Jl. Urip Sumohardjo dan kawasan Talasalapang-Jl.
Sultan Alauddin kota Makassar. Judul skipsi ini mengembangkan sejauh mana
pelaku eksploitasi anak untuk aktivitas mengemis di Kota Makassar.
Adapun deskripsi fokus merujuk pada penanganan pelaku eksploitasi anak
untuk aktivitas mengemis di kota Makassar. Mencegah kemungkinan anak
terpuruk akibat eksploitasi dunia kerja yang tidak sejalur dengan kelangsungan
pendidikan dan sosialnya, dan tidak terlibat dalam aktivitas ekonomi secara dini.

8

untuk mendapatkan gambaran dan memudahkan pemahaman terhadap
fokus penelitian dan deskripsi fokus terkait dengan permasalahan pelaku
eksploitasi anak untuk aktivitas mengemis tersebut. Maka peneliti membuatnya
dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 1.1 Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus
No. Fokus

Deskripsi Fokus

1.

Orang yang melakukan suatu perbuatan

Pelaku

secara

sengaja/sewenag-wenang

dan

mengambil keuntungan dari orang lain.
2.

Eksploitasi

Eksploitasi

(exploitation)

adalah

politik

pemanfaatan yang secara sewenang-wenang
atau terlalu berlebihan terhadap sesuatu
subyek eksploitasi hanya untuk kepentingan
ekonomi

semata-mata

tanpa

mempertimbangkan rasa kepatutan, keadilan
serta kompensasi kesejahteraan.14
3.

Ekslpoitasi anak



Pemanfaatan untuk keuntungan sendiri
melalui anak yang digunakan sebagai
media mencari uang.



14

129.

Eksploitasi

yang

dimaksud

ekpsloitasi

anak

untuk

ialah
aktivitas

Surayin, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Cet. 4; Bandung: CV Yrama Widiya, 2007), h.

9

mengemis. Sedangkan terdapat 2 variabel
yang dapat diuraikan pada aktivitas
mengemis, antara lain:
1. Pelaku eksploitasi yang menggunakan
anak dengan menyuruhnya mengemis
di jalan-jalan atau lokasi-lokasi yang
dimaksud.
2. Pelaku eksploitasi yang menggunakan
anak untuk aktivitas mengemisnya
dengan

harapan

agar

lebih

mendapatkan empati dari orang lain.
4.

Studi di kota Makassar

a. Dinas Sosial kota Makassar
b. Mall Panakukang Makassar,
Jl. Pengayoman
c. Fly over, Jl. Urip Sumohardjo
d. Talaslapang, Jl. ST. Alauddin

D. Kajian Pustaka
Skripsi ini berjudul “Analisis Yuridis Terhadap Pelaku Eksploitasi Anak
Untuk Aktivitas Mengemis Ditinjau Dari Perspektif Hukum Pidana Islam (Studi
Kasus di Kota Makassar)”. Dari hasil penelusuran yang telah dilakukan, ditemukan
beberapa buku, penelusuran internet, dan peraturan perundang-undangan yang
membahas tentang eksploitasi anak. Adapun penelusuran-penelusuran tersebut, yaitu:

10

1. Sabri Samin dan Andi Narmaya Aroeng dalam bukunya Fikih II,menjelaskan
tentang anak dalam Islam mengikat pada konsep haḍanah,yaitu melakukan
pemeliharaan anak-anak yang masih kecilatau yang sudah besar, baik laki-laki
maupun perempuan, menyediakan sesuatu yang menjadi kebaikannya,
menjaganya dari sesuatu yang menyakiti dan merusaknya, mendidik jasmani,
rohani, dan akalnya agar mampu berdiri sendiri menghadapi hidup dan
memikul tanggung jawabnya. Buku ini memberikan gambaran umum
pemeliharan anak dalam Islam. Namun eksploitasi anak, penyelewengan
terhadap hak-hak anak oleh pelaku, tidak secara khusus dibahas dalam buku in,
sehingga fikih dalam akar persoalan yang dihadapi anak jalanan (masalah anak
secara khusus) tidak mampu menjelaskan secara umum tentang eksploitasi
anak.
2. Oyo Sunaryo Mukhlas dalam bukunya Pranata Sosial Hukum Islam,
menyatakan bahwa segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan
hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara
optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Buku ini menjunjung
perlindungan dan pemeliharaan anak. Namun, tidak menjelaskan tentang
masalah-masalah yang terjadi pada anak hingga terjadinya diskriminasi atau
eksploitasi dari orang tua anak itu sendiri. Buku ini hanya sedikit menjelaskan
bagaimana anak mengalami diskriminasi oleh orang tuanya.
3. Bagong Suryanto dalam bukunya Masalah Sosial Anak Edisi Revisi, Anak
rawan atau kategori rawan bukan hanya bertumpu pada penelantaran dan
diskriminatif, namun buku ini masih perlu secara menonjol memaparkan

11

masalah anak yang mengemis dengan latar belakang eksploitasi ekonomi,
faktor penyebabnya ialah ketika orang tua yang karena kondisi kemiskinan dan
merasa bahwa anak merupakan milik orang tua sendiri sehingga memaksa
anak yang masih dibawah umur untuk dapat memberikan konstribusi ekonomi
kepada keluarga (menjadi pengamen jalanan dan pengemis anak), dan
terkadang orang tua melibatkan anaknya untuk melakukan aktivitas mengemis.
Akibat tekanan kemiskinan, kurangnya animo orang tua terhadap arti penting
pendidikan, dan sejumlah faktor lain, maka secara sukarela maupun terpaksa
anak menjadi salah satu sumber pendapatan keluarga yang penting.
4. Abdul Rahman Kanang dalam bukunya Perlindungan Hukum dan Pemenuhan
Hak Konstitusional (Perspektif Hukum Internasional, Hukum Positif dan
Hukum Islam), buku ini memaparkan penegakkan keadilan dan perlindungan
terhadap anak, sebagian dari generasi muda/ penerus cita-cita bangsa dalam
pembangunan nasional. Dan merupakan amanah dari Allah SWT untuk
menjaga, memelihara dan memenuhi kebutuhan anak, sebagaimana telah
diibaratkan bahwa anak merupakan perhiasan di dunia yang wajib hukumnya
dipelihara. Namun demikian secara spesifik masih perlu paparan eksploitasi
secara ekonomi dan tentang pelaku eksploitasi anak untuk aktifitas mengemis.
Dengan demikian Islam adalah tonggak yang melarang terjadinya penelantaran
terhadap anak dan sangat menegakkan perlindungan dari tinfdakan eksploitasi
sekalipun dan pemenuhan hak-hak anak.
5. Gufran Kordi dalam bukunya Durhaka Kepada Anak (Refleksi Mengenai Hak
dan Perlindungan Anak), secara umum hanya memaparkan aplikasi
perlindungan anak yang mengalami kekerasan, eksploitasi dalam perdagangan

12

anak dan anak yang dieksploitasi secara seksual di kota Makassar khususnya.
Analisis terhadap masalah-masalah sosial anak cenderung pada tindakan
kriminal anak dan perbandingan antara Undang-undang secara umum tentang
anak dengan secara khusus di kota Makassar. padahal ada satu gejala sosial
yang sebenarnya perlu perhatian lebih, yaitu eksploitasi secara ekonomi (satu
persoalan yang tak kunjung surut “kemiskinan”). Maka alangkah lebih baik
mengedepankan dan membahas tuntas tentang eksploitasi secara ekonomi ini
(pengemis anak).
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini tentunya tidak akan
menyimpang dari apa yang dipermasalahkan sehingga tujuannya yaitu untuk:
1. Mengetahui bagaimana analisis yuridis terhadap pelaku eksploitasi anak untuk
aktivitas mengemis.
2. Mengetahui bagaimana perspektif hukum pidana Islam terhadap pelaku
eksploitasi anak untuk aktivitas mengemis.
Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi perkembangan ilmu
pengetahuan khususnya dalam bidang hukum yang berkaitan dengan
eksploitasi anak yang ada di Indonesia terkhusus di wilayah kota Makassar.
2. Praktis
Berdasarkan analisis dan pembahasan di atas, maka ada beberapa hal
yang dapat menjadi catatan kita bersama guna meminimalisir kemungkinan
terjadinya tindakan- tindakan serupa pada masa yang akan datang, mengingat

13

apa yang tertulis pada pasal 20 Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak yang berbunyi: “Negara, pemerintah, masyarakat, keluarga,
dan orangtua berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan
perlindungan anak”. 15 Oleh karena itu, ada beberapa kegunaan yang dapat
dijadikan acuan bagi kita semua, antara lain:
1) Pemerintah, sebagai bahan informasi yang menjadi referensi dalam
membuat kebijakan dan penanganan terkhusus masalah pelaku eksploitasi
anak untuk aktivitas mengemis di kota Makassar.
2) Orangtua, agar lebih memahami bahwa anak bukanlah milik pribadi karena
anak juga memiliki hak sebagaimana untuk memenuhi proses tumbuh
kembangnya, dan anak harus diberikan perhatian serta dijaga dari segala
kemungkinan adanya diskriminasi dan eksploitasi anak.
3) Masyarakat,sebagai bahan informasi bahwa peran masyarakat tidak kala
pentingnya dalam mendukung perlindungan anak dari segala macam
eksploitasi terkhusus pada ekploitasi anak untuk aktivitas mengemis,
sehingga dapat lebih peka dan tidak menutup mata terhadap keadaan
sekitar sehingga apabila terjadi eksploitasi terhadap anak maka
penanganannya dapat lebih cepat guna menghindari kemungkinan yang
lebih buruk pada anak yang bersangkutan.

15

Pasal. 20.

Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak,

BAB II
TINJAUAN TEORETIS
A. Tinjauan Umum Tentang Eksploitasi Anak
1. Pengertian Anak
Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun,
termasuk anak yang masih dalam kandungan. 16 Anak merupakan penyambung
keturunan dan sebagai investasi masa depan yang menjadi sandaran di usia lanjut,
anak dianggap sebagai modal untuk meningkatkan peringkat hidup yang dapat
mengontrol status sosial orang tua. Anak juga sebagai harta dan penenang bagi
orang tua, dan sewaktu-waktu bisa menjadi lambing penerus dikala orang tuanya
telah meninggal.17
Anak merupakan amanah sekaligus karunia dari Allah swt. Lebih lanjut
dikatakan bahwa anak adalah tunas, potensi, dan generasi muda penerus cita-cita
perjuangan bangsa yang memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat
khusus yang menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada masa
depan.18
Anak adalah bagian dari generasi muda sebagai salah satu sumber daya
manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa, yang
memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus, memerlukan

16

Repulik Indonesia, Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, Pasal. 1 ayat (1).
17

Siska Lis Sulistiani, Kedudukan Hukum Anak Hasil Perkawinan Beda Agama Menurut
Hukum Positif dan Hukum Islam, (Cet. 1; Bandung: PT Refika Aditama, 2015), h. v.
18

M. Nasir Djamil, Anak Bukan Untuk Dihukum, (Cet. 2; Jakarta: Sinar Grafika, 2013), h. 8.

14

15

pembinaan dan perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan
perkembangan fisik, mental dan sosial secara utuh, serasi, selaras, dan
seimbang.19
Anak (jamak: anak-anak) adalah seorang lelaki atau perempuan yang
belum dewasa atau belum mengalami masa pubertas. Anak juga merupakan
keturunan kedua, dimana kata “anak” merujuk pada lawan dari orang tua, orang
dewasa adalah anak dari orang tua mereka, meskipun mereka telah dewasa.
Menurut psikologi, anak adalah periode perkembangan yang merentang dari masa
bayi hingga usia lima sampai enam tahun, periode ini biasanya disebut dengan
periode prasekolah, kemudian berkembang setara dengan tahun-tahun sekolah
dasar. Walaupun begitu istilah ini juga sering merujuk pada perkembangan
mental seseorang, walaupun usianya secara biologis dan kronologis seseorang
sudah termasuk dewasa namun apabila perkembangan mentalnya ataukah urutan
umurnya maka seseorang dapat saja diasosiasikan dengan istilah “anak”.20
Anak merupakan bagian dari keluarga yang membutuhkan pemeliharaan,
kasih sayang dan juga tempat yang aman bagi perkembangannya. 21 Sedangkan
dalam Islam menjelaskan anak adalah sesuatu yang dianggap baik dan sebagai
perhiasan dunia (QS Al Kahfi/18:46).22

19

Mohammad Taufik Makarao, dkk. Hukum Perlindungan Anak dan Penghapusan Kekerasan
dalam Rumah Tangga, (Cet. 1; Jakarta: PT Rineka Cipta, 2013), h. 1.
20

“Anak”, WikipediA. http://id.m.wikipedia.org/wiki/Anak. (28 Oktober 2017)

21

Syamsu Yusuf. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja (Cet.10; Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2004), h. 33.
22

Kementrian Agama RI, Al-Quran Terjemahan dan Tafsir, (Cet. 1; Bandung: Syamil Quran,
2011), h. 299.

16

Al-Ghazali berpendapat bahwa anak dilahirkan dengan membawa fitrah
yang seimbang dan sehat. Kedua orangtuanyalah yang memberikan agama kepada
mereka. Demikian pula anak dapat terpengaruh oleh sifat-sifat yang buruk. Ia
mempelajari sifat-sifat yang buruk dari lingkungan yang dihidupinya, dari corak
hidup yang memberikan peranan kepadanya dan dari kebiasaan-kebiasaan yang
dilakukannya.23
Dalam berbagai perundang-undangan berlaku penentuan batas umur anak
yang berbeda-beda. Batas umur anak merupakan batasan umur maksimum
sebagai bentuk kemampuan anak menurut hukum. Hal ini mengakibatkan
perubahan status umur anak menjadi umur dewasa atau menjadi subjek hukum
yang dapat bertanggungjawab secara mandiri terhadap perbuatan dan tindakan
hukum yang dilakukannya.24 Untuk itu, pengertian yang digunakan dalam uraian
ini ialah menurut Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang perubahan atas
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak yaitu seorang
yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang ada dalam kandungan.
2. Pengertian Eksploitasi Anak
Eksploitasi adalah memanfaatkan, memperalat dan memeras orang lain
untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau lembaga baik material maupun non
material.25 Eksploitasi adalah pemanfaatan untuk keuntungan sendiri, pengisapan,

23

Syamsu Yusuf. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, h. 10.

24

Abdul Rahman Kanang. Hukum Perlindungan Anak dari Eksploitasi Seks Komesial
Perspektif Hukum Nasional dan Internasional (Cet. 1; Makassar: Alauddin University Press, 2014), h.
25-26.
25

Republik Indonesia, Perda Kota Makassar Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Pembinaan Anak
Jalanan, Gelandangan, Pengemis dan Pengamen. Pasal 1 (ff).

17

pemerasan (tentang tenaga orang lain). Eksploitasi atas diri orang lain merupakan
perbuatan yang tidak terpuji.26
Eksploitasi (exploitation) adalah politik pemanfaatan yang secara
sewenang-wenang atau terlalu berlebihan terhadap sesuatu subyek eksploitasi
hanya untuk kepentingan ekonomi semata-mata tanpa mempertimbangkan rasa
kepatutan, keadilan serta kompensasi kesejahteraan.27
Saat ini, anak sering kali dijadikan sebagai subjek untuk mencari
keuntungan oleh berbagai pihak baik itu dari orang-orang terdekatnya seperti
orang tua maupun dari pihak lain dengan memanfaatkan tenaga dan waktu anak,
hal ini biasa disebut dengan istilah eksploitasi anak.
Eksploitasi adalah tindakan dengan atau tanpa persetujuan korban yang
meliputi tetapi tidak terbatas pada pelacuran, kerja atau pelayanan paksa,
perbudakan atau praktik serupa perbudakan, penindasan, pemerasan, pemanfaatan
fisik, seksual, organ reproduksi atau secara melawan hukum memindahkan atau
mentransplantasi organ dan/ atau jaringan tubuh atau pemanfaatan tenaga atau
kemampuan seseorang oleh pihak lain untuk mendapatkan keuntungan baik
materil maupun in-materil.28
Eksploitasi anak adalah tindakan sewenang-wenang dan perlakuan yang
bersifat diskriminatif terhadap anak yang dilakukan oleh masyarakat ataupun
keluarga dengan tujuan memaksa anak tersebut untuk melakukan sesuatu tanpa
“Eksploitasi”,
Arti
Kata-Kamus
Besar
Bahasa
Indonesia
(KBBI).
https://typoonline.com/kbbi?kata=Eksploitasi. (28 Oktober 2017).
27
Surayin, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Cet. 4; Bandung: CV Yrama Widiya, 2007), h.
129.
28
Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Perdagangan Orang, Pasal 1 (7).
26

18

memperhatikan hak anak seperti perkembangan fisik dan psikisnya. Eksploitasi
anak dibawah umur berarti mengeksploitasi anak untuk melakukan tindakan yang
menguntungkan pada segi ekonomi, sosial ataupun politik tanpa memandang
umum anak yang statusnya masih hidup dimasa kanak-kanaknya (kurang dari 17
tahun). (Soeharto:2005)
Sehingga dapat dikatakan bahwa, eksploitasi anak yaitu segala bentuk
upaya atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang
terhadap anak laki-laki maupun perempuan yang masih berumur dibawah 18
tahun dengan tujuan pemanfaatan fisik maupun psikis yang menguntungkan bagi
orang atau kelompok tersebut sehingga menimbulkan kerugian terhadap anak.
3. Ciri-ciri Anak yang Dieksploitasi
United Nations Children‟s Fund (UNICEF) telah menetapkan beberapa
kriteria atau ciri-ciri anak yang di eksploitasi secara ekonomi, anatara lain:29
a. Kerja penuh waktu (full time) pada umur yang masih dini/ usia anak;
b. Terlalu banyak waktu yang digunakan untuk bekerja;
c. Pekerjaan yang menimbulkan tekanan fisik, sosial dan psikologi yang
tidak seharusnya terjadi;
d. Upah yang tidak mencukupi;
e. Tanggungjawab yang terlalu banyak;
f. Pekerjaan yang menghambat akses pada pendidikan; dan

29

Hardius Usman; Nachrowi Djalal Nachrowi, Pekerja Anak di Indonesia, (Jakarta: PT
Gramedia Widiasarana Indonesia, 2004), h. 174.

19

g. Pekerjaan yang mengurangi martabat dan harga diri anak seperti:
pebudakan atau pekerjaan kontrak dan eksploitasi seksual.
Sedangkan dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 2000 dan berdasarkan
Konvensi ILO Nomor 128 yakni bentuk-bentuk eksploitasi dan bentuk pekerjaan
terburuk anak, antara lain:30
a. Segala bentuk perbudakan atau praktik sejenis perbudakan seperti
penjualan dan perdagngan anak, kerja ijion, perhambahaan (kerja paksa)
atau wajib kerja, termasuk pengerahan anak secara paksa dan untuk
dimanfaatkan dalam konflik senjata;
b. Pemanfaatan, penyediaan atau penawaran untuk pelacuran, produksi
pornografi atau pertunjukan-pertunjukan porno;
c. Pemanfaatan, penyediaan atau penawaran anak untuk kegiatan terlarang,
khususnya untuk produksi dan perdagangan obat-obatan terlarang
sebagaimana yang diatur dalam perjanjian internasioanal yang relevan;
d. Pekerja

yang

sifat

atau

keadaan

tempat

pekerjaan

itu

dapat

membahayakan kesehatan, keselamatan atau moral anak.
B. Pengemis
1. Pengertian Pengemis
Pengemis merupakan orang-orang yang memperoleh penghasilan dengan
meminta-minta di mu