Eksistensi Perda-Perda Syariat di Kabupaten Takalar (Analisis Yuridis, Politis dan Konstitusional) - Repositori UIN Alauddin Makassar

EKSISTENSI PERDA-PERDA SYARIAT DI KABUPATEN TAKALAR

  (Analisis Yuridis, Politis dan Konstitusional) Skripsi

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Hukum Jurusan Ilmu Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum

  UIN Alauddin Makassar Oleh:

ABDURRAHMAN SUPARDI USMAN

  NIM: 10500111005

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN ALAUDDIN MAKASSAR 2015

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

  Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : ABDURRAHMAN SUPARDI USMAN NIM : 10500111005 Tempat/Tgl. Lahir : Sungguminasa, 1 Maret 1993 Jur/Prodi/Konsentrasi : Ilmu Hukum, Hukum Tata Negara Fakultas/Program : Syariah dan Hukum, Strata satu Alamat : Takalar Judul : Eksistensi Perda-Perda Syariat di Kabupaten Takalar

  (Analisis Yuridis, Politis dan Konstitusional) Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini benar adanya hasil karya sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa skripsi ini merupakan duplikat, tiruan, plagiat atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

  Takalar, 01 Maret 2015 Penyusun, Abdurrahman Supardi Usman NIM: 10500111005

  

PENGESAHAN SKRIPSI

  Skripsi yang berjudul, “Eksistensi Perda-Perda Syariat di Kabupaten Takalar (Analisis yuridis, Politis dan konstitusional)”, yang disusun oleh Abdurrahman Supardi Usman, NIM: 10500111005, Mahasiswa Jurusan Ilmu Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar, telah diuji dan dipertahankan dalam sidang munaqasyah yang diseleggarakan pada hari Selasa, tanggal 10 Maret 2015 M, bertepatan dengan 19 Jumadil Awal 1436 H, dinyatakan telah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum.

  Makassar, 10 Maret 2015 M.

  19 Jumadil Awal 1436 H. DEWAN PENGUJI:

  Ketua : Prof. Dr. H. Ali Parman, M.A. (...........................................) Sekretaris : Dr. Hamsir, M.Hum. (...........................................) Munaqisy I : Prof. Dr. H. Ali Parman, M.A. (...........................................) Munaqisy II : Rahman Syamsuddin, S.H., M.H. (...........................................) Pembimbing I : Ahkam Jayadi, S.H., M.H. (...........................................) Pembimbing II : Drs. M. Tahir Maloko, M.HI. (...........................................)

  Diketahui oleh: Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar, Prof. Dr. H. Ali Parman, M.A.

  NIP. 195704141986031003

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kepada Allah swt. atas limpahan kasih, sayang berserta segala transendenitas nikmat-Nya sehingga skripsi yang berjudul: EKSISTENSI PERDA-

  

PERDA SYARIAT DI KABUPATEN TAKALAR (Analisis Yuridis, Politis dan

Konstitusional) dapat dilesaikan. Adapun skripsi ini ditulis dan diajukan untuk

  memenuhi salah satu syarat meraih gelar Sarjana Hukum pada jurusan Ilmu Hukum, Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

  Kompleksitas dalam proses penyelesaian skripsi ini tidaklah menjadi obstruksi, oleh karena hadirnya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu dengan segala rasa hormat, disampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1.

  Ayahanda Supardi Usman Dg. Mannang, S.Ip., M.Si. dan Ibunda Layana Dg.

  Sugi atas romantisme keluarga, kompleksitas edukasi, serta dukungan moral dan finansial yang diberikan.

  2. Prof. Dr. H. A. Qadir Gasing HT., M.S., selaku Rektor UIN Alauddin Makassar.

  3. Prof. Dr. H. Ahmad Thib Raya, MA., selaku PgS Rektor UIN Alauddin Makassar.

  4. Prof. Dr. H. Ali Parman, M.A., selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar, Dr. Hamsir, S.H., M.Hum., selaku Ketua Jurusan Ilmu Hukum dan Istiqamah, S.H., M.H., selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Hukum atas ketersediaan sarana dan prasarana akademis maupun administratif yang memudahkan terselesaikannya skripsi ini.

  5. Ahkam Jayadi, S.H., M.H. dan Drs. M. Tahir Maloko, M.H.I. atas arahan dan petunjuk yang diberikan sebagai pembimbing dalam penyelesaian skripsi ini.

  6. Bapak dan Ibu dosen pada Jurusan Ilmu Hukum UIN Alauddin Makassar atas teladan dan konduksi edukasi yang diberikan selama proses menempuh pendidikan di Jurusan Ilmu Hukum UIN Alauddin Makassar.

  7. Rekan-rekan seperjuangan: Prihatini Hudahanin, Andri Maulana, Agusriani, Andi Jaya Kasma, Ashar Natsir, Andri Serti P., Amrullah Nur Hidayat, Nurchaliq Majid, Didin Darmadin, serta saudara-saudari Ilmu Hukum 2011 tanpa terkecuali. Oleh karena motivasi, empati, inspirasi dan kontribusi yang diberikan dalam proses penyelesaian skripsi ini.

  8. Mr. Leonard Kleinrock (Penemu Internet), Mr. Lawrence Edward Page dan Mr.

  Sergey Mikhailovich Brin (Pendiri Google), Mr. Lawrence G. Tesler (penemu ), serta Mr. Charles Simonyi (Penemu Office Word) atas inovasi

  cut/copy-paste

  dan penemuaanya yang sangat membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

  9. Seluruh pihak yang sedikit banyak berkontribusi atas penyelesaian penelitian dan skripsi ini yang tidak mampu disebutkan satu-persatu.

  Besar harapan agar skripsi ini dapat berimplikasi positif dalam perkembangan hukum di Indonesia, baik dalam dimensi teoritis maupun praktis. Namunpun demikian, ungkapan tak ada gading yang tak retak tentunya tetap menjadi representasi citra dari skripsi ini yang tak mampu menyentuh kesempurnaan. Kurang dan lebihnya mohon dimaafkan.

  Semoga Allah swt. selalu menaungi kita sekalian dengan rahmat-Nya dan semoga Allah swt. akan menilai dan menakar produk kerja keras ini sebagai amal ibadah yang berkelanjutan di sisi-Nya. Amin.

  Takalar, 7 Maret 2015 Penulis, Abdurrahman Supardi Usman NIM: 10500111005

  DAFTAR ISI JUDUL ...................................................................................................................... i PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................................................... ii PENGESAHAN ........................................................................................................ iii KATA PENGANTAR .............................................................................................. iv DAFTAR ISI ............................................................................................................. vii PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................................................... ix

  ABSTRAK ................................................................................................................ xvi BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................

  1-11 A.

  Latar Belakang Masalah ..............................................................

  1 B.

  Fokus Peneitian dan Deskripsi Fokus .........................................

  7 C.

  Rumusan Masalah .......................................................................

  8 D.

  Kajian Pustaka .............................................................................

  8 E.

  Tujuan Dan Kegunaan Penelitian................................................

  11 BAB II TINJAUAN TEORITIS ..................................................................... 12-22 A.

  Perda Syariat ...............................................................................

  12 B.

  Perspektif Yuridis Konstitusional dan Politis .............................

  18 C.

  Kerangka Konseptual ..................................................................

  22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 23-26 A.

  Jenis dan Lokasi Penelitian .........................................................

  23 B.

  Pendekatan Penelitian .................................................................

  23 C.

  Sumber Data ................................................................................

  24 D.

  Metode Pengumpulan Data .........................................................

  24 E.

  Instrumen Penelitian....................................................................

  25 F.

  Teknik Pengolahan dan Analisis Data ........................................

  26 G.

  Pengujian Keabsahan Data ..........................................................

  26 BAB IV EKSISTENSI PERDA-PERDA SYARIAT DI KABUPATEN TAKALAR ........................................................................................ 27-66 A.

  27 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...........................................

  B.

  Perspektif Yuridis Konstitusional ...............................................

  33 C.

  Perspektif Politis .........................................................................

  58 BAB V PENUTUP ......................................................................................... 67-71

  67 A.

  Kesimpulan .................................................................................

  B.

  Implikasi Penelitian .....................................................................

  70

  DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................

  xviii LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................................ xxi RIWAYAT HIDUP ................................................................................................... xxxvii

PEDOMAN TRANSLITERASI

  Huruf Arab

Nama Huruf Latin Nama

  ا alif tidak

  dilambangkan

  tidak dilambangkan ب ba b be ت ta t te ث s\a s\ es (dengan titik di atas)

  ج jim j je ح h}a h} ha (dengan titik di bawah) خ kha kh ka dan ha

  د dal d de ذ z\al z\ zet (dengan titik di atas)

  ر ra r er ز zai z zet

  س sin s es ش syin sy es dan ye

  ص s}ad s} es (dengan titik di bawah) ض d}ad d} de (dengan titik di bawah)

  ط t}a t} te (dengan titik di bawah) ظ z}a z} zet (dengan titik di bawah) ع

  ‘ain ‘ apostrof terbalik غ gain g ge Hamzah ( ء) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda apa pun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda (’).

  Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut:

  Nama Huruf Latin Nama Tanda fath}ah a a

  َ ا

  kasrah i i

  َ ا

  ك kaf k ka ل lam l el

  م mim m em ن nun n en

  و wau w we ـه ha h ha

  ء hamzah ’ apostrof ى ya y ye ق qaf q qi

2. Vokal

  Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu: Contoh: َفـْيـَك : kaifa

  ْوـَه َل : haula

  Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harkat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu: Nama Huruf Latin Nama Tanda fath}ah dan ya a

  i

  a

  dan i

  ْىَـ fath}ah dan wau au a

  dan u

  ْوَـ Nama

3. Maddah

  Harkat dan Huruf fath}ah dan alif atau ya

  َ ... ا َ ... | ى kasrah dan ya

  ــ ى d}ammah dan wau

  ــُـ و Huruf dan

  Tanda a> i> u>

  Nama a dan garis di atas i dan garis di atas u dan garis di atas Contoh: َت : ma>ta اَـم ىـَمَر : rama> َلـْيـِق : qi>la

  : yamu>tu ُت ْوُـمـَي 4.

  Ta marbu>t}ah Transliterasi untuk ta marbu>t}ah ada dua, yaitu: ta marbu>t}ah yang hidup atau mendapat harkat fath}ah, kasrah, dan d}ammah, transliterasinya adalah [t]. Sedangkan ta marbu>t}ah yang mati atau mendapat harkat sukun, transliterasinya adalah [h].

  Kalau pada kata yang berakhir dengan ta marbu>t}ah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka ta marbu>t}ah itu ditransliterasikan dengan ha (h).

  Contoh: : raud}ah al-at}fa>l

  ِلاَفْط لأا ُ฀ ةـَضْوَر : al-madi>nah al-fa>d}ilah

  ُ฀ ةَلــِضاَـفـْلَا ُ฀ ةـَنـْيِدـَمـْلَا : al-h}ikmah

  ُ฀ ةــَمـْكـِحْـلَا 5. Syaddah (Tasydi>d)

  Syaddah atau tasydi>d yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda ), dalam transliterasi ini dilambangkan dengan perulangan tasydi>d (

  ฀ huruf (konsonan ganda) yang diberi tanda syaddah.

  Contoh: َانــّبَر : rabbana> َانــْيـّجـَن : najjai>na>

  : al-h}aqq ُ฀ قـَحـْـلَا

  : al-h}ajj ُ฀ جـَحـْـلَا

  : nu“ima َمــّعُن ٌّوُدـَع : ‘aduwwun Jika huruf

  ى ber-tasydid di akhir sebuah kata dan didahului oleh huruf kasrah ( ىـِــــ), maka ia ditransliterasi seperti huruf maddah (i>).

  Contoh: ٌّىـِلـَع : ‘Ali> (bukan ‘Aliyy atau ‘Aly) ىـِـبَرـَع : ‘Arabi> (bukan ‘Arabiyy atau ‘Araby)

6. Kata Sandang

  Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf (alif لا lam ma ‘arifah). Dalam pedoman transliterasi ini, kata sandang ditransliterasi seperti biasa, al-, baik ketika ia diikuti oleh huruf syamsiah maupun huruf qamariah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung yang mengikutinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan dihubungkan dengan garis mendatar (-).

  Contohnya: ُسـْمـ : al-syamsu (bukan asy-syamsu) ّ฀ شلَا

  : al-zalzalah (az-zalzalah) ُ฀ ةـَـلَزـْـلّزلَا

  : al-falsafah ُ฀ ةَفـسْلـَفـْـلَا ُدَلاـِــبـْـلَا : al-bila>du

  7. Hamzah Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrof (’) hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila hamzah terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ia berupa alif.

  Contohnya: َنْوُرـُمأَـت : ta’muru>na ُءْوـّنـْـلَا : al-nau’ ٌءْيـَش : syai’un

  أ ْرـِمُ฀ ُ฀ ُت : umirtu

  8. Penulisan Kata Arab yang Lazim digunakan dalam Bahasa Indonesia Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah atau kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata, istilah atau kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari pembendaharaan bahasa Indonesia, atau sudah sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalnya kata

  Al- Qur’an (dari al-Qur’a>n), Sunnah, khusus dan umum. Namun, bila kata-kata tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks Arab, maka mereka harus ditransliterasi secara utuh.

  Contoh: Fi> Z{ila>l al- Qur’a>n Al-Sunnah qabl al-tadwi>n Al- ‘Iba>ra>t bi ‘umu>m al-lafz} la> bi khus}u>s} al-sabab 9. Lafz} al-Jala>lah (

  للها)

  Kata “Allah” yang didahului partikel seperti huruf jarr dan huruf lainnya atau berkedudukan sebagai mud}a>f ilaih (frasa nominal), ditransli-terasi tanpa huruf hamzah.

  Contoh: ُنْـيِد ِللها di>nulla>h

  ِاِب ِللها billa>h Adapun ta marbu>t } ah di akhir kata yang disandarkan kepada lafz} al-jala>lah, ditransliterasi dengan huruf [ t]. Contoh:

  ْمـُه ْيِف ِةَمـْــحَر ِللها hum fi> rah}matilla>h

10. Huruf Kapital

  Walau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital ( All Caps), dalam transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang penggunaan huruf kapital berdasarkan pedoman ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku (EYD). Huruf kapital, misalnya, digunakan untuk menuliskan huruf awal nama diri (orang, tempat, bulan) dan huruf pertama pada permulaan kalimat. Bila nama diri didahului oleh kata sandang (al-), maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Jika terletak pada awal kalimat, maka huruf A dari kata sandang tersebut menggunakan huruf kapital (Al-). Ketentuan yang sama juga berlaku untuk huruf awal dari judul referensi yang didahului oleh kata sandang al-, baik ketika ia ditulis dalam teks maupun dalam catatan rujukan (CK, DP, CDK, dan DR).

  Contoh: Wa ma> Muh}ammadun illa> rasu>l Inna awwa la baitin wud}i‘a linna>si lallaz\i> bi Bakkata muba>rakan Syahru Ramad}a>n al-laz\i> unzila fi>h al- Qur’a>n Nas}i>r al-Di>n al-T{u>si> Abu>> Nas}r al-Fara>bi> Al-Gaza>li>

  Al-Munqiz\ min al-D}ala>l Jika nama resmi seseorang menggunakan kata Ibnu (anak dari) dan Abu> (bapak dari) sebagai nama kedua terakhirnya, maka kedua nama terakhir itu harus disebutkan sebagai nama akhir dalam daftar pustaka atau daftar referensi. Contohnya:

  Abu> al-Wali>d Muh}ammad ibnu Rusyd, ditulis menjadi: Ibnu Rusyd, Abu> al-Wali>d Muh}ammad (bukan: Rusyd, Abu> al-Wali>d Muh}ammad Ibnu)

  Nas}r H{a>mid Abu> Zai>d, ditulis menjadi: Abu> Zai>d, Nas}r H{a>mid (bukan: Zai>d, Nas}r H{ami>d Abu>)

  

ABSTRAK

Nama : Abdurrahman Supardi Usman NIM : 10500111005 Judul : Eksistensi Perda-Perda Syariat di Kabupaten Takalar (Analisis Yuridis, Politis dan Konstitusional)

  Sebagai daerah berpenduduk mayoritas muslim dengan persentase mencapai 99,77%, Kabupaten Takalar melalui pemerintahnya berusaha menjamin hak-hak kehidupan beragama masyarakatnya. Bentuk penjaminan hak-hak tersebut selanjutnya terinterpretasi ke dalam bentuk Peraturan Daerah (Perda) yang selanjutnya familiar disebut Perda Syariat. Adapun Perda-Perda Syariat yang dimaksudkan adalah Peraturan Daerah Kabupaten Takalar No. 02 Tahun 2006 tentang Berpakaian Muslim dan Muslimah di Kabupaten Takalar, Peraturan Daerah Kabupaten Takalar No. 13 Tahun 2003 tentang Bebas Baca Tulis Al-

  Qur’an pada Sekolah Dasar (SD)/ Madrasah Ibtidaiyah (MI), dan Peraturan Daerah Kabupaten Takalar No. 02 Tahun 2004 tentang Larangan Memproduksi, Mengedarkan Mengkonsumsi Minuman Keras Beralkohol, Narkotika dan Obat Psikotropika.

  Melaui penelitian ini, penulis mencoba memandang keberadaan Perda-Perda Syariat di Kabupaten Takalar melalui perspektif yuridis, politis dan konstitusional. Selanjutnya terekstraklah rumusan masalah berupa bagaimana Eksistensi Perda-Perda Syariat di Kabupaten Takalar dalam perspektif Yuridis Konstitusional? dan Bagaimana eksistensi perda-perda syariat di Kabupaten Takalar dalam perspektif politis? Rumusan masalah pertama berorientasi pada kesesuain Perda-Perda tersebut dengan konsepsi sistem hukum Friedman dan kesesuaiannya dengan konstitusi. Sedangkan rumusan masalah kedua mengacu pada dasar kebijakan dan kontinuitas implementasi.

  Ditinjau dari perspektif penelitian hukum, penelitian ini selain berjenis penelitian hukum normatif, juga mengakomodasi penilitian hukum empiris. Menurut bentuk, penelitian ini tergolong Field Research Kualitatif. Sedangkan secara metodik, penelitian ini berjenis evaluasi formatif. Adapun menurut tingkat eksplanasi dari penelitian ini, maka penelitian ini berjenis deskriptif. Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis, politis dan pendekatan konstitusional.

  Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Perda-perda bernuansa syariat di Kabupaten Takalar segi substansi hukum merupakan bentuk positifikasi norma yang bersumber dari hukum Islam menjadi kaidah hukum positif. 2) Ditinjau dari struktur hukum, perda-perda bernuansa syariat di Kabupaten Takalar legal ditegakkan oleh Satuan Polisi Pamong Praja dengan berkoordinasi dengan Kepolisian. 3) Ditinjau dari segi kultur hukum, eksistensi Perda-perda bernuansa syariat di Kabupaten Takalar didukung oleh kultur dan budaya masyarakat Takalar yang cenderung religius oleh karena hasil akulurasi peradaban Makassar dan Islam. 4) Berdasarkan elaborasi penulis, tidak ditemui pelanggaran konstitusional oleh perda-perda tersebut. 5) lahirnya Perda-perda tersebut didasari inisiatif Pemerintah Daerah Kabupaten Takalar untuk mengakomodir aspirasi bersyariat masyarakat Takalar yang mayoritas beragama Islam. 6) Kekurangan dalam pelaksanaan perda-perda tersebut dapat ditemui pada lemahnya penegakan Pasal 2 ayat (1) Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2004.

  Implikasi teoritis dari penelitian ini adalah menghadirkan perspektif baru terkait Peraturan Daerah (bernuansa) Syariat. Bahwa benar secara positivistik Perda Syariat tidaklah dikenal dalam pergaulan hukum nasional. Akan tetapi Peraturan Daerah dengan nuansa dan berangkat dari norma Syariat adalah benar pula adanya dan nyata eksistensinya. Selain itu, menghadirkan pula perspektif baru terhadap base line Perda (bernuansa) Syariat di Kabupaten Takalar bukan sebatas berasal dari ajaran agama Islam, melainkan juga berasal dari produk akulturasi dan kulturisasi peradaban Makassar-Islam.

  Implikasi praktis dari penelitian ini adalah memberikan rekomendasi bagi Pemerintah Kab. Takalar agar penegakan Peraturan Daerah di Kabupaten Takalar dapat dijalankan secara komprehensif kepada seluruh lapisan masyarakat sebagaimana diatur dalam ruang lingkup keberlakuannya, tidak parsial serta tidak bersifat sporadis semata.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kabupaten Takalar adalah kabupaten yang secara astronomis terletak antara

  5°3’-5°38’ Lintang Selatan dan 119°22’-119°39’ Bujur Timur. Di sebelah timur secara administratif berbatasan dengan Kabupaten Gowa dan Jeneponto. Di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Gowa. Sedangkan di sebelah barat dan selatan di batasi

  1 oleh Selat Makassar dan Laut Flores.

  Dengan populasi mencapai 269.603 (dua ratus enam puluh Sembilan ribu enam ratus tiga) jiwa, 268.995 (dua ratus enam puluh delapan ribu Sembilan ratus Sembilan puluh lima) jiwa di antaranya beragama Islam. Dengan kata lain 99,77% penduduk

2 Kabupaten Takalar beragama Islam.

  Sebagai daerah berpenduduk mayoritas muslim dengan persentase mencapai 99,77% tersebut, Kabupaten Takalar melalui pemerintahnya berusaha menjamin hak- hak kehidupan beragama masyarakatnya. Bentuk penjaminan hak-hak tersebut selanjutnya terinterpretasi lebih luas ke dalam dimensi perangkat rekayasa sosial yang teraplikasi dalam bentuk Peraturan Daerah (Perda).

  1 Badan Pusat Statistik Kabupaten Takalar, Kabupaten Takalar dalam Angka 2008 (Takalar: BAPPEDA, 2008), h. 1. 2 Badan Pusat Statistik, ”Penduduk Menurut Wilayah dan Agama yang Dianut,” situs resmi Menjadi unik dalam peradaban hukum modern bahwa peraturan daerah memungkinkan diri untuk meresap dan mengatur domain privat masyarakatnya. Akan tetapi hal ini menjadi rasional dan relevan mengingat kompleksitas agama Islam dalam mengikat dan melekati setiap person penganutnya. Ikatan kompleks ini tertuang dalam satu wadah yang familiar disebut syariat dalam wawasan Islam. Syariat sendiri menjadi dimensi yang (seharusnya) tidak terpisahkan dengan manusia muslim. Sebagaimana Allah berfirman dalam QS. al-

  Jāsyiyah/45: 18, sebagai berikut:

  ﴾ ٨١ ﴿ َنوُمَلْعَي َلَ َنيِذَّلا ءاَوْهَأ ْعِبَّتَت َلََو اَهْعِبَّتاَف ِرْمَْلْا َنِّم ٍةَعيِرَش ىَلَع َكاَنْلَعَج َّمُث

  Terjemahnya: Kemudian Kami jadikan engkau (Muhammad) mengikuti syariat (peraturan) dari agama itu, maka ikutilah (syariat itu) dan janganlah engkau ikuti keinginan

  

3

orang-orang yang tidak mengetahui.

  Semangat pembangunan ekosistem syariat di Kabupaten Takalar selanjutnya dapat dilihat dari peran aktif pemerintah daerah. Peran aktif tersebut dapat diukur dengan lahirnya perda-perda syariat yang menyentuh masyarakat Kabupaten Takalar. Perda-perda tersebut diantaranya Peraturan Daerah Kabupaten Takalar Nomor 13 Tahun 2003 tentang Bebas Baca Tulis Al-

  Qur’an pada Sekolah Dasar (SD)/ Madrasah Ibtidaiyah (MI), Peraturan Daerah Kabupaten Takalar Nomor 02 Tahun 2004 tentang Larangan Memproduksi, Mengedarkan Mengkonsumsi Minuman Keras Beralkohol,

3 Kementerian Agama RI, Al-

  Qur’an Terjemah Tafsiryah. (Cet. IV; Yogyakarta: Ma’had Narkotika dan Obat Psikotropika, serta Peraturan Daerah Kabupaten Takalar Nomor 02 Tahun 2006 tentang Berpakaian Muslim dan Muslimah di Kabupaten Takalar.

  Kehadiran perda-perda ini tentunya menjadi media pelengkap dan pendukung terwujudnya ekosistem syariat dalam kehidupan bermasyarakat Kabupaten Takalar.

  Misalnya pada Peraturan Daerah Kabupaten Takalar Nomor 13 Tahun 2003 tentang Bebas Baca Tulis Al-

  Qur’an pada Sekolah Dasar (SD)/ Madrasah Ibtidaiyah (MI) tepatnya pada pasal 3 ayat (2), bahwa untuk menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar maka murid-murid SD yang beragama Islam di Kabupaten Takalar diwajibkan

  4

  mampu baca tulis Al- Para murid SD dan MI yang Qur’an dengan standarisasi tertentu. beragama Islam diwajibkan terlebih dahulu menguasai baca tulis Al-

  Qur’an yang dibuktikan dengan sertifikat atau ijazah yang menyatakan kelulusan terhadap ujian dari tim penguji yang ditunjuk dengan Keputusan Kepala Daerah.

  Setiap eksistensi akan memicu kelahiran perspektif yang beragam. Demikian pula halnya eksistensi perda-perda dengan semangat syariat di Kabupaten Takalar ini, tentunya dapat dianalisa dari berbagai perspektif pula. Dalam perspetif konstitusional misalnya, bahwa apakah kehadiran perda-perda yang mengatur dimensi keagamaan tidak menjadi sebuah bentuk pelampauan atau tumpangtindih kewenangan. Bukankah melalui UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, negara telah mengatur

4 Pemerintah Kabupaten Takalar, Peraturan Daerah Kabupaten Takalar No. 13 Tahun 2003

  Tentang Bebas Baca Tulis Al- Qur’an pada Sekolah Dasar (SD) / Madrasah Ibtidaiyah (MI), bab III, bahwa urusan agama menjadi salah satu dari enam urusan pemerintahan yang menjadi domain pemerintah pusat.

  Menilik dalam romantisme hukum, norma menjadi faktor yang meliputi legal

  

culture dalam setiap peradaban hukum. Norma agama menjadi salah satu faktor kuat

  dalam pergaulan hukum di Indonesia. Norma agama menurut Kansil adalah sebuah aturan hidup berupa perintah, larangan, dan anjuran yang diterima manusia dari Tuhan.

  Para pemeluk agama meyakini bahwa peraturan-peraturan hidup berasal dari Tuhan

  5

  menuju jalan hidup yang benar. Jika norma agama adalah sebuah norma hukum yang sakral, religius dan suprarasional, apakah ia harus ditransformasikan menjadi sebuah kaidah hukum.

  Salah satu ciri norma agama adalah sanksi yang bersifat ukhrawi yang direpresentasikan dalam bentuk dosa. Norma ini mengikat dengan iman bahwa pelanggaran akan diganjar di akhirat kelak. Hal ini menjadi jiwa dari setiap norma agama dalam masyarakat bahwa iman-lah yang menjadikan norma agama menjadi berbeda dan sakral. Namun dalam konteks kekinian, sakralitas iman tersebut nampak terdegradasi oleh keadaan yang mengharuskan intervensi oleh perda dalam mengatur prilaku keimanan masyarakat beragama. Hal ini disebabkan oleh hukum formal yang mengharuskan umat beragama memahami dan menjalankan hukum agamanya sesuai interpretasi Pemerintah Daerah terhadap aturan agama tersebut.

5 C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum Indonesia (Jakarta: Rineka

  Misalnya dalam Peraturan Daerah Kabupaten Takalar No. 02 Tahun 2004 tentang Larangan Memproduksi, Mengedarkan Mengkonsumsi Minuman Keras Beralkohol, Narkotika dan Obat Psikotropika, tepatnya pada pasal 7 ayat (1) yang mengancam setiap konsumen, produsen, dan distributor minuman keras beralkohol dengan pidana kurungan maksimal 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp.

  6

  5.000.000,- (lima juta rupiah). Adapun bagi pemeluk agama Islam, Allah swt. telah melarang konsumsi khamr atau minuman keras. Sebagaimana firman-Nya dalam QS. al-

  Māidah/5: 90, sebagai berikut:

  

ْمَُُّلَعَل ُُوُبِنَتْجا َف ِناَطْيَّشلا ِلَمَع ْنِّم ٌسْجِر ُمَلَْزَلْاَو ُباَصنَلْاَو ُرِسْيَمْلاَو ُرْمَخْلا اَمَّنِإ ْاوُنَمآ َنيِذَّلا اَهُّيَأ اَي

﴾ ٠٩ ﴿ َنوُحِلْفُت

  Terjemahnya: Hai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman keras, berjudi, (berkurban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar

  7 kamu beruntung.

  Beriring dengan perintah menjauhi minuman keras tersebut, terdapat pula sanksi yang mengancam para peminum khamar. Jika seorang muslim meminum khamar atau

6 Pemerintah Kabupaten Takalar, Peraturan Daerah Kabupaten Takalar No. 02 Tahun 2004

  

tentang Larangan Memproduksi, Mengedarkan Mengkonsumsi Minuman Keras Beralkohol, Narkotika dan Obat Psikotropika, 7 bab V, pasal 7. meminum sesuatu yang dicampur dengannya maka wajib ditegakkan hukuman atas

  8

  dirinya. Batas hukuman bagi peminum khamar adalah delapan puluh kali cambukan Dilihat secara sepintas semangat yang sama dapat dirasakan saat menyandingkan antara aturan hukum formal dan aturan Syariat Islam. Namun dengan telaah lebih jauh tentunya umat Islam di Kabupaten Takalar akan diperhadapkan pada pilihan spiritual: apakah meninggalkan konsumsi miras tersebut dikarenakan oleh kepatuhan menjauhi larangan Tuhan atau hanya dikarenakan ketakutan akan ancaman sanksi dari Peraturan Daerah? Padahal konstitusi dalam pasal 29 ayat (2) Undang- undang Dasar 1945 jelas menjamin kebebasan tiap-tiap penduduk beribadah menurut

  9

  agama dan kepercayaannya masing-masing. Terdengar menggelitik ketika transformasi norma agama menjadi kaidah hukum tersebut diinterpretasikan sebagai sebuah bentuk intervensi yang mencederai kebebasan spiritual masyarakat muslim.

  Menarik untuk ditelaah mengenai eksistensi perda syariat dalam jajaran hierarki perundang-undangan Indonesia. Apakah keberadaannya dapat didefinisikan tidak bermasalah secara konstitusi ataukah sebaliknya. Apakah urgensi pembentukannya memang relevan dengan tuntutan socio-religi dalam konteks kekinian ataukah keberadaannya hanya bagian dari alat rekayasa sosial?

8 Shalih bin fauzan, Al-Mulakhkhas al-Fiqhi, terj. Asmuni, Ringkasan Fiqh lengkap (Jakarta: Darul Falah, 2005), h. 1064.

  9 Dilatarbelakangi oleh pembahasan-pembahasan awal tersebut, maka menjadi penting dan sangat menarik bagi penulis untuk meneliti masalah ini dan menuangkannya ke dalam skripsi yang berjudul:

  “Eksistensi Perda-perda Syariat di Kabupaten Takalar (Analisis Yuridis, Polit is dan Konstitusional)”.

  B.

   Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus

  Berlandaskan dari latarbelakang tersebut maka tercapailah fokus penelitian sebagai berikut: 1)

  Perda-perda Syariat di Kabupaten Takalar; 2)

  Perspektif yuridis konstitusional dan politis terhadap Perda-perda Syariat di Kabupaten Takalar;

  Untuk menghindari terjadinya kekeliruan penafsiran pembaca terhadap variabel-variabel atau kata-kata dan istilah-istilah teknis yang terkandung dalam pointer-pointer fokus tersebut, maka fokus penelitian tersebut terdahulu dideskripsikan lebih lanjut sebagai berikut:

  Syariat dapat diartikan sebagai hukum agama yang menetapkan peraturan hidup manusia atau hubungan manusia dengan Allah swt. Serta dapat pula diartikan sebagai hubungan manusia dengan manusia dan alam sekitar berdasarkan Al- qur’an dan

  10

  hadis. Penggunaan kata syariat dalam pergaulan bahasa Indonesia selanjutnya menjadi lekat dengan agama Islam. Adapun dalam penulisan skripsi ini, kata syariat 10 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi II, (Jakarta: disandingkan dengan kata perda sehingga menjadi sebuah frasa tersendiri yaitu perda syariat. Frasa perda syariat dihadirkan sebagai representasi dari peraturan-peraturan daerah di Kab. Takalar yang mengacu pada Peraturan Daerah Kabupaten Takalar No.

  02 Tahun 2006 tentang Berpakaian Muslim dan Muslimah di Kabupaten Takalar, Peraturan Daerah Kabupaten Takalar No. 13 Tahun 2003 tentang Bebas Baca Tulis Al- Qur’an pada Sekolah Dasar (SD)/ Madrasah Ibtidaiyah (MI), dan Peraturan Daerah Kabupaten Takalar No. 02 Tahun 2004 tentang Larangan Memproduksi, Mengedarkan Mengkonsumsi Minuman Keras Beralkohol, Narkotika dan Obat Psikotropika.

  Adapun perspektif yuridis konstitusional terkait bagaimana Perda-Perda Syariat di Kabupaten Takalar menjalankan fungsi eksistensinya dalam dimensi sistem hukum dan dimensi konstitusionalme. Sedangkan perspektif politis yang dimaksudkan adalah cara pandang terkait apa yang menjadi landasan kebijakan lahirnya perda-perda tersebut dan bagaimana kontinuitas implementasinya.

  C.

   Rumusan Masalah

  1) Bagaimana eksistensi perda-perda syariat di Kabupaten Takalar dalam perspektif yuridis konstitusional?

  2) Bagaimana eksistensi perda-perda syariat di Kabupaten Takalar dalam perspektif politis?

  D.

   Kajian Pustaka

  Untuk Skripsi berjudul “Eksistensi Perda-perda Syariat di Kabupaten Takalar (Analisis Yuridis, Politis dan Kons titusional)”, dari hasil penelusuran yang telah dilakukan, ditemukan beberapa buku yang dengan pembahasan yang relevan dengan Penelitian ini . Adapun buku-buku tersebut adalah: 1)

  Hubungan antara Negara dan Agama (Studi Pemikiran Buya Hamka) karya Ahmad M. Sewang. Buku ini membahas tentang ciri khas agama Islam terkait hubungan agama dan negara. Paham sekuleris yang bermaksud memisahkan antara fungsi-fungsi negara dengan dan dalam kaitannya dengan fungsi-fungsi agama, tidaklah berlaku pada Islam. Oleh karena kompleksitas Islam tidaklah sekedar agama dalam arti religi, tetapi mencakup ideologi dan kehidupan secara universum. Dalam Islam, menegakkan kebenaran dan menjalankan keadilan adalah sebuah kewajiban syariat yang penting dan asasi. Selanjutnya jika dalam pelaksanaan dari kewajiban itu tidaklah mungkin dapat tercapai secara koheren tanpa adanya tool of social engineering, maka pengadaan alat tersebut (berupa kaidah hukum) dengan sendirinya menjadi sebuah

  11 kewajiban.

2) Legislatif Drafting Teori dan Teknik Pembuatan Peraturan Daerah oleh W.

  Riawan Tjandra dan Kresno Budi Harsono. Membahas pemikiran Bagir Manan, bahwa idealnya ada empat hal yang melandasi penyusunan perundang-undangan yang tangguh dan berkualitas, yaitu: landasan

11 Ahmad M. Sewang dan Syamsudduha Saleh, Hubungan Agama dan Negara (Studi

  12

  yuridis, sosiologis, filosofis dan politis. Hal ini tentunya juga berlaku bagi penyusunan peraturan daerah oleh karena peraturan daerah juga merupakan bagian dari perundang-undangan. Keempat aspek ini tentunya diharapkan melandasi pembentukan peraturan darah guna terwujudnya peraturan daerah yang tangguh dan berkualitas. 3)

  Hukum Pemerintahan Daerah oleh Martin Jimung. Mengemukakan bahwa otonomi daerah dipilih dalam sebuah negara kesatuan dengan beberapa alasan, antara lain: membebasan pusat dari beban mikronasional, keinginan terhadap pemberdayaan lokal, untuk menyalurkan alokasi kewenangan pusat ke daerah, pengembalian kepercayaan pusat ke daerah, dan semangat

  13

  desentralisasi. Sejatinya otonomi daerah selain memberikan wewenang pada daerah untuk mengelola daerahnya sendiri, juga memberikan ruang fokus bagi pemerintah pusat untuk berkonsentrasi pada kebijakan strategis makronasional.

  4) Relasi Agama dan Negara: Redefenisi Diskursus Konstitusionalisme di

  Indonesia oleh Yudi Junadi. Memandang bahwa kelahiran dan keberlangsungan eksistensi perda-perda yang bersumber dari hukum- hukum syariat Islam (selanjutnya familiar disebut dengan perda syariat)

  12 W. Riawan Tjandra dan Kresno Budi Harsono, Legislatif Drafting Teori dan Teknik Pembuatan Peraturan Daerah (Yogyakarta: Universitas Atmajaya, 2009). 13 Martin Jimung, “Hukum Pemerintahan Daerah”, dalam Hendra Karianga, Politik Hukum: merupakan bentuk pelemahan bagi penciptaan tatanan keadilan. Menurtnya, perda syariat bertentangan dengan norma yang terkandung dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang menjamin kebebasan beragama

  14 dan berkeyakinan bagi semua.

  E.

   Tujuan dan Kegunaan Penelitian

  Adapun Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1)

  Untuk mengetahui eksistensi perda-perda syariat di Kabupaten Takalar dalam perspektif yuridis konstitusional.

  2) Untuk mengetahui eksistensi perda-perda syariat di Kabupaten Takalar dalam perspektif politis.

  Sedangkan terkait kegunaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat sebagai: 1)

  Media pengetahuan atau wawasan baru bagi para mahasiswa/mahasiswi yang berminat mengkaji problematika perda di Indonesia.

  2) Rekomendasi wacana bagi kalangan yang berminat membahas permasalahan peraturan daerah (perda), baik di Kab. Takalar ataupun daerah lain.

14 Yudi Junadi, Relasi Agama dan Negara: Redefenisi Diskursus Konstitusionalisme di

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Perda Syariat 1. Peraturan Daerah Jimly Asshiddiqie menjelaskan bahwa dalam desentralisasi politik atau

  

staatskundige decentralisatie terjadi pelimpahan kekuasaan di bidang perundang-

  undangan dan di bidang pemerintahan atau regelende en besturende bevoegheiden

  15

  kepada unit-unit pemerintahan daerah otonom. Dalam pelimpahan kekuasaan di bidang perundang-undangan, peraturan daerah sebagai produk hukum yang dihasilkan oleh pemerintah daerah dalam relasi kemitraan antara eksekutif dan legislatif menjadi cerminan dari manfaat otonomi daerah.

  Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, peraturan daerah adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk DPRD dengan persetujuan bersama Kepala Daerah baik di Provinsi maupun Kabupaten/Kota, dengan melibatkan masyarakat luas dalam rangka penyelenggaraan Otonomi Daerah dan

  16 penjabaran lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

  Sedangkan di dalam UU No 12 Tahun 2011 yang terdapat dua pengertian tentang peraturan daerah, yakni peraturan daerah provinsi dan peraturan daerah

  15 16 Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara (Jakarta: Rajawali Pers, 2011) h. 295 Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, kabupaten/kota. Peraturan daerah provinsi adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dengan persetujuan bersama Gubernur. Sedang peraturan daerah Kabupaten/Kota adalah peraturan perundang- undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota

  17 dengan persetujuan bersama Bupati/Walikota.

  Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) dapat berasal dari DPRD atau kepala daerah (gubernur, bupati, atau wali kota). Raperda yang disiapkan oleh Kepala Daerah disampaikan kepada DPRD. Sedangkan Raperda yang disiapkan oleh DPRD disampaikan oleh pimpinan DPRD kepada Kepala Daerah. Pembahasan Raperda di DPRD dilakukan oleh DPRD bersama gubernur atau bupati/wali kota. Pembahasan bersama tersebut melalui tingkat-tingkat pembicaraan, dalam rapat komisi/panitia/alat kelengkapan DPRD yang khusus menangani legislasi, dan dalam rapat paripurna. Raperda yang telah disetujui bersama oleh DPRD dan Gubernur atau Bupati/Walikota disampaikan oleh Pimpinan DPRD kepada Gubernur atau Bupati/Walikota untuk disahkan menjadi Perda, dalam jangka waktu paling lambat 7 hari sejak tanggal persetujuan bersama. Raperda tersebut disahkan oleh Gubernur atau Bupati/Walikota dengan menandatangani dalam jangka waktu 30 hari sejak Raperda tersebut disetujui oleh DPRD dan Gubernur atau Bupati/Walikota. Jika dalam waktu 30 hari sejak

17 Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

  Raperda tersebut disetujui bersama tidak ditandangani oleh Gubernur atau

  18 Bupati/Walikota, maka Raperda tersebut sah menjadi Perda dan wajib diundangkan.

2. Syariat

  Syariat yang selanjutnya menjadi identik dengan

  ةيملاسإ ةعيرش (syarīat

  Islamīyyah) adalah hukum atau peraturan Islam yang mengatur seluruh sendi kehidupan umat Muslim. Selain berisi hukum dan aturan, syariat Islam juga berisi penyelesaian masalah kehidupan ini. Maka oleh sebagian penganut Islam, syariat Islam merupakan panduan menyeluruh dan sempurna seluruh permasalahan hidup manusia

  19 dan kehidupan dunia ini.

  Diperlukan sebuah perkenalan terhadap hukum Islam untuk dapat menyentuh interpretasi syariat. Islam adalah agama yang mengikat penganutnya secara utuh dengan tidak memisahkan dimensi material dan dimensi non-material dari kehidupan manusia itu sendiri. Oleh karena itu dalam hukum atau syariat Islam, aturan-aturan yang muncul tidak hanya permasalahan terkait iman dan alam ukhrawi, bahkan diatur sampai ke hal-hal duniawi.

  Berdasarkan hierarkis, sumber hukum Islam bersumber pada al- Qur’an, al-

  Hadis, dan al-ijtihad. Hal tersebut didasarkan pada hadis berikut:

  18 “Peraturan Daerah,” Wikipedia the Free Encyclopedia. ki/ Peraturan_Daerah_(Indonesia), (13 April 2014) 19 “Syariat Islam,” Wikipedia the Free Encyclopedia. (http://id.wikipedia.org/wiki

  

لها نم سانا نع ةبعش نب ةريغملا يخا نب رمع نب ثبراحلا نع نوع يبا نع ةبعش نع رمع نب صفح انثدح

}}

  

: َلاَق ِنَمَيْلا ىَلِإ اًذاَعُم َثَعْبَي ْنَأ َداَرَأ اَّمَل َمَّلَسَو ِهْيَلَع َّللَّا َّلَص َِّللَّا َلْوُسَر َّنَأ : )لبج نب( ذاعم اهباحصا نم صمح

ِلْوُسَر ِةَّنُُِب َف ؟ َلاَق ؟ َِّللَّا ِباَتِك ْيِف ْدــِجَت ْمَل ْنِإَف :َلاَق .َِّللَّا ِباـَتِكِب ْيِضْقَأ :َلاَق ؟ ٌءاــَضَق َكَل َضَرَع اَذِإ ْيِضْقَت َفْيَك

ُدِهَتْجَأ : َلاَق ؟ َِّللَّا ِباَتِك ْيِف َلا َو َمَّلَسَو ِهْي َلَع َّللَّا َّلَص َِّللَّا ِلْوُسَر ِةَّنُس ْيِف ْدــِجَت ْمَل ْنِإَف . َمَّلَسَو ِهْيَلَع َّللَّا َّلَص َِّللَّا

ْيِِْرُي اَمِل َِّللَّا ُلْوُسَر َََّفَو ْي ِذ َّلا َِِّللَّ ُدْمَحْلَا : َلاَقَف ، ُهَرَدَص َمَّلَسَو ِهْيَلَع َّللَّا َّلَص َِّللَّا ُلْوُسَر َبَرَضَف .ْوْلآ لآَو ْيِيْأَرِب

  20 {{ )دواد وبأ هاور ( َِّللَّا ُلْوُسَر