BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran - UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI DASAR BERKOMUNIKASI SECARA LISAN MELALUI METODE PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELOMPOK B TK PERTIWI KABUPATEN CILACAP - repository perpustakaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran 1. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun, meliputi

  unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran (Zainal Aqib 2002: 41).

  Istilah pendidikan mengandung unsur bimbingan pengajaran dan latihan. Pendidikan lebih menitikberatkan pada pembentukan kepribadian, bimbingan berhubungan dengan bantuan kepada peserta didik agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Pengajaran berhubungan dengan penyampaian pengetahuan kepada peserta didik. Latihan berhubungan dengan pemberian atau pembentukan ketrampilan kepada peserta didik dalam rangka pengajaran, perkembangan selanjutnya dewasa ini dipopulerkan istilah pembelajaran. Pengajaran atau

  instruction titik berat tinjauannya dari segi pendidik atau guru,

  sedangkan pembelajaran lebih menitik beratkan tinjauannya dari segi peserta didik (Oemar Hamalik, 1999: 55).

  Istilah pembelajaran merupakan istilah yang digunakan untuk mengganti istilah pengajaran, karena titik berat peninjauan yang berbeda.

  5 Pengajaran ditinjau dari segi guru yang mengajar, sedangkan pembelajaran ditinjau dari segi peserta didik yang belajar. Berbagai pengertian pembelajaran dirumuskan, berdasarkan teori tertentu, sehingga mengandung konsep pembelajaran yang berbeda pula.

  Pengertian pembelajaran dapat dijelaskan sebagai berikut ini : a.

  Pembelajaran adalah upaya menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik atau anak di sekolah. Rumusan ini mengandung konsep sebagai berikut : 1) Pembelajaran merupakan persiapan di masa depan; 2) Pembelajaran merupakan suatu proses penyampaian pengetahuan; 3) Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan pengetahuan; 4) Guru dipandang sebagai orang yang sangat berkuasa; 5) Anak selalu bersikap dan bertindak pasif.

  b.

  Pembelajaran adalah mewariskan kebudayaan kepada generasi muda melalui lembaga pendidikan sekolah. Rumusan ini mengandung konsep pembelajaran sebagai berikut: 1) Pembelajaran bertujuan membentuk manusia berbudaya; 2) Pembelajaran berarti suatu proses pewarisan; 3) Bahan pembelajaran bersumber dari kebudayaan; 4) Anak atau peserta didik sebagai generasi muda pewaris kebudayaan.

  c.

  Pembelajaran adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik. Rumusan ini mengandung konsep sebagai berikut: 1) Pembelajaran bertujuan mengembangakan atau mengubah tingkah laku peserta didik, 2)

  Kegiatan pembelajaran berupa pengorganisasian lingkungan, 3) Peserta didik merupakan organisme yang hidup, 4) Pembelajaran adalah upaya mempersiapkan peserta didik untuk menjadi warga masyarakat yang baik, 5) Tujuan pembelajaran adalah untuk membentuk warga negara yang baik, 6) Pembelajaran berlangsung dalam suasana kerja, 7) Peserta didik/anak merupakan calon warga negara yang memiliki potensi untuk kerja, dan 8) Guru merupakan pemimpin dan pembimbing bengkel kerja.

  d.

  Pembelajaran adalah suatu proses membantu anak menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari. Pengertian ini mengandung konsep sebagai berikut: 1) Tujuan pembelajaran adalah mempersipkan anak untuk hidup dalam masyarakat, 2) Kegiatan pembelajaran berlangsung dalam hubungan sekolah dan masyarakat, 3) Anak belajar secara aktif, dan 4) Guru juga bertugas sebagai komunikator (Oemar Hamalik 1999: 58-65).

  Pembelajaran pada dasarnya adalah proses penambahan informasi dan kemampuan baru. Ketika berpikir tentang informasi dan kemampuan apa yang harus dimiliki oleh anak, maka pada saat itu juga harus berpikir strategi apa yang akan diterapkan agar hal tersebut dapat tercapai secara efektif dan efisien. Ini sangat penting untuk dipahami, sebab apa yang harus dicapai akan menentukan bagaimana cara mencapainya (Sanjaya, 2006 : 127).

2. Tujuan Pembelajaran

  Tujuan pembelajaran dapat dilihat dari kebutuhan anak, mata pelajaran dan guru. Berdasarkan kebutuhan anak dapat ditetapkan apa yang hendak dicapai, dan dikembangkan dan diapresiasikan. Berdasarkan mata pelajaran yang ada dalam petunjuk kurikulum dapat ditentukan hasil-hasil pendidikan yang diinginkan. Guru sendiri adalah sumber utama tujuan bagi para anak, dan guru harus mampu menulis dan memilih tujuan-tujuan pendidikan yang bermakna, dan dapat terukur (Hamalik, 1999: 76).

  Dalam klasifikasi tujuan pendidikan, tujuan pembelajaran atau yang disebut dengan tujuan instruksional, merupakan tujuan yang paling khusus. Tujuan pembelajaran yang merupakan bagian dari tujuan kurikuler dapat didefinisikan sebagai kemampuan yang harus dimiliki oleh anak didik setelah mereka mempelajari bahasan tertentu dalam bidang studi tertentu dalam satu kali pertemuan (Wina Sanjaya, 2006: 66).

  Tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional adalah rumusan pernyataan mengenai kemampuan atau tingkah laku yang diharapkan dimiliki/dikuasai oleh anak didik setelah melakukan proses pembelajaran. Tujuan pembelajaran adalah niat atau harapan yang harus dicapai oleh anak. Dengan kata lain tujuan pembelajaran adalah hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh anak setelah mereka diberi pengajaran oleh guru (Nana Sudjana, 2005: 61).

B. Pembelajaran di Taman Kanak-Kanak

  Undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 12 ayat (2) menyebutkan bahwa selain jenjang pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat diselenggarakan pendidikan pra sekolah, yaitu pendidikan yang diselenggarakan utnuk mengembangkan pribadi, pengetahuan, dan ketrampilan yang melandasi pendidikan dasar serta mengembangkan diri secara utuh sesuai dengan asas pendidikan sedini mungkin dan seumur hidup.

  Menurut Depdiknas (2003, 9-11) bahwa pendekatan pembelajaran pada pendidikan TK dan RA dilakukan dengan berpedoman pada suatu program kegiatan yang telah disusun sehingga seluruh perilaku dan kemampuan dasar yang ada pada anak dapat dikembangkan dengan sebaik- baiknya. Pendekatan pembelajaran pada anak TK dan RA hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:

  1. Pembelajaran berorientasi pada prinsip-prinsip perkembangan anak yaitu: a.

  Anak belajar dengan baik apabila kebutuhan fisiknya terpenuhi serta merasakan aman dan tentram secara psikologis.

  b.

  Siklus belajar anak selalu berulang. c.

  Anak belajar melalui interaksi sosial dengan orang dewasa dan anak- anak lainnya.

  d.

  Minat dan keingintahuan anak akan memotivasi belajarnya.

  e.

  Perkembangan dan belajar anak harus memperhatikan perbedaan individu.

  2. Berorientasi pada Kebutuhan Anak Kegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi kepada kebutuhan anak. Anak usia dini adalah anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan baik perkembangan fisik maupun psikis (intelektual, bahasa, motorik, dan sosio emosional). Dengan demikian berbagai jenis kegiatan pembelajaran hendaknya dilakukan melalui analisis kebutuhan yang disesuaikan dengan berbagai aspek perkembangan dan kemampuan pada masing-masing anak.

  3. Bermain Sambil Belajar atau Belajar Seraya Bermain Bermain merupakan pendekatan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran pada anak usia TK dan RA. Upaya-upaya pendidikan yang diberikan oleh pendidik hendaknya dilakukan dalam situasi yang menyenangkan dengan menggunakan strategi, metode, materi/bahan dan media yang menarik serta mudah diikuti oleh anak. Melalui bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan dan memanfaatkan objek- objek yang dekat dengan anak, sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi anak. Bermain bagi anak merupakan proses kreatif untuk bereksplorasi, dapat mempelajari keterampilan yang baru dan dapat menggunakan simbol untuk menggambarkan dunianya. Ketika bermain mereka membangun pengertian yang berkaitan dengan pengalamannya.

  Pendidik mempunyai peran yang sangat penting dalam pengembangan bermain anak.

  4. Menggunakan Pendekatan Tematik Kegiatan pembelajaran hendaknya dirancang dengan menggunakan pendekatan tematik dan beranjak dari tema yang menarik minat anak. Tema sebagai alat/sarana atau wadah untuk mengenalkan berbagai konsep pada anak. Tema diberikan dengan tujuan: a.

  Menyatukan isi kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh.

  b.

  Memperkaya perbendaharaan kata anak.

  Standar Kompetensi Taman Kanak-kanak dan Raudhatul Athfal Jika pembelajaran dilakukan dengan memanfaatkan tema, maka pemilihan tema dalam kegiatan pembelajaran hendaknya dikembangkan dari hal-hal yang paling dekat dengan anak, sederhana, serta menarik minat anak. Penggunaan tema dimaksudkan agar anak mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas.

  5. Kreatif dan Inovatif Proses pembelajaran yang kreatif dan inovatif dapat dilakukan oleh pendidik melalui kegiatan-kegiatan yang menarik, membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk berfikir kritis dan menemukan hal-hal baru. Selain itu dalam pengelolaan pembelajaran hendaknya dilakukan secara dinamis. Artinya anak tidak hanya sebagai obyek tetapi juga sebagai subyek dalam proses pembelajaran.

  6. Lingkungan Kondusif Lingkungan pembelajaran harus diciptakan sedemikian menarik dan menyenangkan sehingga anak selalu betah dalam lingkungan sekolah baik di dalam maupun di luar ruangan. Lingkungan fisik hendaknya memperhatikan keamanan dan kenyamanan anak dalam bermain.

  Penataan ruang harus disesuaikan dengan ruang gerak anak dalam bermain sehingga dalam interaksi baik dengan pendidik maupun dengan temannya dapat dilakukan secara demokratis. Selain itu, dalam pembelajaran hendaknya memberdayakan lingkungan sebagai sumber belajar dengan memberi kesempatan kepada anak untuk mengekspresikan kemampuan interpersonalnya sehingga anak merasa senang walaupun antar mereka berbeda (perbedaan individual). Lingkungan hendaknya tidak memisahkan anak dari nilai-nilai budayanya yaitu dengan tidak membedakan nilai-nilai yang dipelajari di rumah dan di sekolah ataupun di lingkungan sekitar. Pendidik harus peka terhadap karakteristik budaya masing-masing anak.

  7. Mengembangkan Kecakapan Hidup Proses pembelajaran harus diarahkan untuk mengembangkan kecakapan hidup. Pengembangan konsep kecakapan hidup didasarkan atas pembiasaan-pembiasaan yang memiliki tujuan untuk mengembangkan kemampuan menolong diri sendiri, disiplin dan sosialisasi serta memperoleh keterampilan dasar yang berguna untuk kelangsungan hidupnya (Depdiknas, 2003: 9-11).

  Rancangan kurikulum bagi pendidikan akan menghasilkan suatu proses yang akan terjadi seluruhnya di TK. Rancangan tersebut akan merupakan silabus yang berupa daftar judul pelajaran dan urutannya yang tersusun secara runtut sehingga menjadi program. Dalam merencanakan suatu kurikulum untuk anak. Patmonodewo (2000: 54) menjelaskan bahwa guru harus memilih tujuan, bagaimana mengorganisasi isi kurikulum, memilih bentuk pengalaman belajar bagi anak, bagaimana urutan pelajaran diberikan dan kemudian menentukan bagaimana melakukan penilaian terhadap hasil belajar anak dan program itu sendiri.

  Kurikulum adalah seluruh/kegiatan sekolah untuk merangsang anak supaya belajar, baik di dalam maupun di luar sekolah. Anak tidak terbatas belajar dari apa yang diberikan di sekolah saja. Seluruh pengembangan aspek seseorang dijangkau dalam kurikulum itu, baik aspek fisik, intelektual, sosial maupun emosional (Patmonodewo, 2000: 56).

  Proses pembelajaran anak usia dini berbeda dengan proses pembelajaran di tingkat sekolah yang lebih tinggi. Seorang guru Taman- Kanak-Kanak harus mengetahui latar belakang anak didik dengan baik. Disamping itu guru TK juga harus memahami prinsip-prinsip belajar anak menurut Masitoh. dkk (2005: 74 -77) sebagai berikut:

  1. Anak adalah subyek belajar yang aktif.

  Anak selalu belajar aktif sesuai dengan sifat-sifat multidimensional anak aktivitas anak yang meliputi: (a) ketika anak bergerak, mereka mencari stimulasi yang dapat meningkatkan kesempatan anak untuk belajar, (b) anak menggunakan seluruh tubuh dan alat inderanya untuk belajar, dan (c) anak adalah peserta yang aktif dalam pengalamanya sendiri.

  2. Belajar anak dipengaruhi oleh kematangan.

  Kematangan merupakan suatu masa dimana pertumbuhan dan perkembangan mencapai titik kulminasi untuk melaksanakan tugas perkembangan tertentu. Kematangan anak dicapai dengan proses yang berbeda, oleh karena itu guru harus memahami bagaimana kematangan anak itu dapat dicapai, dan apa yang mungkin dilakukan untuk memfasilitasi kematangan tersebut.

  3. Belajar anak dipengaruhi oleh lingkungan.

  Anak memperoleh pengetahuan dan keterampilan tidak hanya dari kematangan, tetapi lingkungan memberikan kontribusi penting dalam mendukung proses belajar anak. Lingkungan yang dimaksud di sini bukan hanya lingkungan fisik, tetapi juga lingkungan psikologis. Karena anak akan belajar dengan baik apabila merasa aman dan nyaman secara psikologis.

  4. Anak belajar melalui kombinasi pengalaman fisik, interaksi sosial dan refleksi.

  Pengalaman fisik adalah pengalaman yang diperoleh anak melalui penginderaan terhadap objek-objek yang ada di lingkungan sekitarnya melalui kegiatan memanipulasi langsung, mendengar, melihat, meraba, merasa, menyentuh serta melakukan sesuatu dengan benda-benda tersebut.

  Pengalaman sosial anak dengan objek-objek dan lingkungan fisik juga dipengaruhi oleh interaksi dengan orang lain. Ketika anak bermain, berkata dan bekerja dengan kelompok atau dengan guru atau orang dewasa lainya mereka mengubah dan mengembangkan interpretasi ide- idenya. Dengan pengalaman tersebut anak membangun pengetahuanya secara internal melalui pengalaman sosialnya sehingga memperoleh informasi faktual.

  5. Anak belajar dengan gaya ang berbeda.

  Setiap anak memiliki gaya belajar yang bebeda. Ada yang tipe visual, auditif, dan kinestetik sesuai dengan modalitas yang paling tinggi masing-masing. Oleh karena itu guru harus menyediakan kegiatan yang memungkinkan anak menyajikan modalitas sehingga konsep-konsep atau keterampilan tertentu dapat diperoleh. Guru perlu merancang kegiatan yang dibutuhkan anak setiap hari yang memberikan kesempatan kepada anak untuk memilih kegiatan-kegiatan tersebut.

6. Anak belajar melalui bermain, dan dimanapun.

  Anak bermain di sekolah, di rumah dan dimanapun. Mereka bermain dengan orang lain, benda-benda dan ide-idenya sendiri. Melalui bermain anak dapat memahami, menciptakan, dan memanipulasi simbol- simbol, mereka berperan dan mentranformasikan objek-objek tersebut.

  Anak mengekplorasi hubungan sosial dan melakukan percobaan dengan berbagai peran sosial.

C. Kemampuan Bahasa Pada Anak Usia Dini 1.

  Pengertian Bahasa Anak Usia Dini Dalam kehidupan sehari-hari, kegiatan berbahasa tercermin dalam empat aspek keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Kegiatan menyimak dan berbicara diperoleh seseorang sejak berada di lingkungan rumah, sedangkan membaca dan menulis pada umumnya diperoleh setelah memasuki lingkungan sekolah (Mulyati, 2006:44).

  Bahasa merupakan rangkaian bunyi yang melambangkan pikiran, perasaan, serta sikap manusia. Jadi, bahasa dapat dikatakan sebagai lambang yang digunakan sesuai dengan kaidah yang berlaku dalam bahasa yang bersangkutan. Sesuai dengan kaidah pembentukannya, suatu rangkaian bunyi membentuk gabungan kata, klausa dan kalimat (Suhartono, 2005: 8).

  Akhadiah yang dikutip oleh Suhartono (2005: 8) menyatakan bahwa dengan bantuan bahasa, anak tumbuh dari organisasi biologis menjadi pribadi di dalam kelompok. Pribadi itu berpikir, merasa, bersikap, berbuat serta memandang dunia dan kehidupannya seperti masyarakat di sekitarnya.

  Secara sepesifik, pembelajaran bahasa untuk anak usia dini berbeda dengan anak usia sekolah, karena kemampuan berbahasa anak usia dini masih sangat sederhana. Dalam proses pembelajaran, bahasa bagi anak usia dini, menurut Suyanto (2005: 161) hendaknya mengembangkan hal-hal berikut: a.

  Kemampuan berkomunikasi secara oral.

  b.

  Kemampuan mengenal huruf dan membaca.

  c.

  Kemampuan mendengarkan dan memahami perintah.

  d.

  Kemampuan menulis.

  e.

  Kemampuan menggunakan literatur.

2. Fungsi Bahasa Anak Usia Dini Fungsi utama bahasa bagi anak adalah untuk berkomunikasi.

  Jauh sebelum anak mampu menyatakan sesuatu dengan bahasa, ia telah menunjukkan kemampuan berkomunikasi. Sebagai contoh, Adi (15 bulan) menginginkan sebuah bola yang ada di atas almari, ia hanya menunjuk bola tersebut sambil mengucapkan “eh, eh, eh ...”.

  Orangtuanya segera memahaminya dan mengambilkanya sambil berkata “bola” (Suyanto, 2005: 161).

  Menurut Halliday yang dikutip Suhartono (2005: 9) bahwa bahasa bagi anak usia dini terbagi menjadi tujuh fungsi yaitu: fungsi instrumental, fungsi menyeluruh, fungsi interaksi, fungsi kepribadian, fungsi pemecahan masalah, fungsi khayal, dan fungsi informasi.

  Fungsi instrumental terdapat dalam ungkapan bahasa, termasuk bahasa bayi, untuk meminta sesuatu (makanan, barang, dan sebagainya). Contoh seorang bayi atau anak yang lapar dia akan mengucapkan "makan makan" atau "ma makan"; artinya, mama saya lapar minta makan. Contoh dalam bahasa dewasa: "Saya pinjam buku itu"; "kopi ini untuk Bapak".

  Fungsi menyuruh (regulatory) ialah ungkapan untuk menyuruh orang lain berbuat sesuatu. Contoh: "Harap Saudara masuk ruangan dan duduk yang rapi"; "Tolong ambilkan buku Ibu di meja sana!".

  Fungsi interaksi terdapat dalam ungkapan yang menciptakan sesuatu iklim untuk hubungan antar pribadi. Contoh dalam ungkapan: "Halo kapan datang? Apa kabar selama di rantau? Kamu dapat salam dari Eni. Terima kasih infomasi kemarin." (Pembicaraan melalui telepon).

  Fungsi kepribadian (personal) ialah yang terdapat dalam unkapan yang menyatakan atau mengakhiri partisipasi. Contoh dalam bahasa orang dewasa: "Saya senang dengan (permainan) ini; Enak rasanya; Ini mengasyikkan; Saya sudah ngantuk; Selamat malam!".

  Fungsi pemecahan masalah (heuristic) terdapat dalam ungkapan yang meminta atau menyatakan jawab kepada suatu masalah atau persoalan, yaitu ungkapan yang menyatakan: "Coba uraikan bagaimana cara kerjanya; Sebab kejadian itu ialah ...".

  Fungsi khayalan (imaginative) ialah ungkapan yang mengajak pendengar untuk berpura-pura atau simulasi suatu keadaan seperti yang dilakukan anak-anak kalau bermain rumah-rumahan atau sekolah- sekolahan. Banyak bentuk karya sastra yang mempunyai fungsi kebahasaan ini. Contohnya, novel, roman, puisi, dan sebagainya.

  Fungsi ketujuh yang menurut Halliday paling lambat berkembang dalam anak, tetapi sayang paling banyak terdapat dalam lingkungan sekolah yaitu fungsi informatif yang memberitahukan sesuatu hal (informasi) kepada orang lain. Fungsi informatif inilah yang didapat jikalau ilmu disajikan di sekolah-sekolah sebagai suatu "produk" dan bukan sebagai suatu "proses".

3. Permasalahan Bahasa bagi Anak Usia Dini

  Berbicara merupakan tuntutan kebutuhan manusia hidup manusia. Sebagai mahluk sosial, manusia akan bekomunikasi dengan orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat utamanya. Stewart dan Kenner Zimmer yang dikutip oleh Suhartono (2005: 21) memandang kebutuhan akan komunikasi yang efektif dianggap sebagai suatu yang esensial untuk mencapai keberhasilan dalam setiap individu, baik aktivitas individu maupun kelompok.

  Menurut Suhartono (2005: 15-16) terdapat beberapa permasalahan yang berkaitan dengan bahasa bagi anak, antara lain: a.

  Keterbatasan kata-kata yang diketahuinya. Anak pada umumnya mempunyai kosa kata yang terbatas pada kosa kata yang pernah ia dengarkan dari orang-orang yang ada di sekelilingnya, terutama orang tuanya sendiri. Jika orang tua anak dalam berbahasa lancar anak akan mudah menirukan bahasa orang tuanya. Sebaliknya, jika orang tuanya dalam berbahasa kurang lancar dan fasih maka anak juga mempunyai kesulitan dalam berbahasa khususnya berbicara.

  b.

  Terdapat orang tua atau orang-orang yang ada di sekitar anak yang dengan sengaja bicara dengan lafal yang dibuat-buat dan mengarah pada lafal yang salah, maka anak akan menirukan lafal yang salah tersebut. Sebagai contoh: bila orang tua mengucapkan kata makan di depan anaknya dengan tujuan anak disuruh makan maka orang tua tersebut tidak mengucapkan kata makan secara benar tetapi yang diucapkan kata mamam. Hal ini akan direspon bahwa kata makan oleh anak tetap akan diucapkan kata mamam. Contoh lain: kata sayang diucapkan yayang, kata tidur diucapkan tiduk, dan sebagainya. c.

  Adanya beberapa anak yang mempunyai gangguan alat artikulasi sehingga anak tidak bisa mengucapkan bunyi-bunyi fonem tertentu.

  Misalnya terdapat anak yang tidak bisa mengucapkan bunyi er secara fasih. Ketidakmampuan pengucapan bunyi er itu dibawa anak sejak kecil sehingga setelah anak dewasa juga tetap tidak bisa mengucapkan bunyl tersebut.

  d.

  Ada kalanya anak-anak selalu menggunakan bentuk bahasa yang hanya dipahami oleh orang tuanya. Hal ini menimbulkan masalah tersendiri dalam mengembangkan bahasa anak tersebut setelah dia bergaul dengan teman-temannya baik di lingkungan rumah maupun jika ia memasuki taman kanak-kanak.

  e.

  Jika anak telah memasuki pendidikan di taman kanak-kanak akan mempunyai kesulitan dalam menggunakan bahasa, terutama jika anak tersebut di rumah berkomunikasi dengan menggunakan bahasa ibu bahasa daerah, sedang di taman kanak-kanak dalam berkomunikasi dengan teman-temannya menggunakan bahasa Indonesia. Kesulitan utama anak awal memasuki TK adalah menyesuaikan diri dalam berbahasa dengan teman-temannya.

  Permasalahan-permasalahan di atas mestinya tidak perlu terjadi jika orang tua anak di dalam berbahasa di rumah dilakukan secara benar dan sadar akan kepentingan bahasa anaknya dalam berinteraksi, baik sebelum ia masuk TK dan setelah masuk TK. Di sinilah pentingnya peran orang tua dalam membimbing dan mendidik anak-anaknya untuk mengembangkan kemampuan berbahasa.

D. Metode Picture and Picture

  Picture and picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan/diurutkan menjadi urutan logis (Yunita, 2009: 6).

  Langkah-langkah pembelajaran dengan metode Picture and picture yaitu: 1.

  Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.

  2. Menyajikan materi sebagai pengantar.

  3. Guru menunjukkan / memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi.

  4. Guru menunjuk / memanggil anak secara bergantian memasang / mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.

  5. Guru menanyakan alasan / dasar pemikiran urutan gambar tersebut.

  6. Dari alasan / urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep / materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.

  7. Kesimpulan / rangkuman.

  Kebaikan metode Picture and picture yaitu: 1. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing anak.

  2. Melatih berpikir logis dan sistematis.

  Adapun kekurangan metode Picture and picture yaitu memakan banyak waktu dan banyak anak yang pasif (Yunita, 2009: 6).

  Metode Picture and picture menggunakan media berbasis visual (image atau perumpamaan). Media ini memegang peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode Picture

  and picture . Media visual dapat memperlancar pemahaman dan

  memperkuat ingatan. Visual dapat pula menumbuhkan minat anak dan dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata. Agar menjadi efektif , visual sebaiknya ditempatkan pada konteks yang bermakna dan anak harus berinteraksi dengan visual (image) itu untuk meyakinkan terjadinya proses informasi (Arsyad, 2004: 91).

  Metode Picture and picture menggunakan media atau alat peraga dua dimensi. Alat peraga dua dimensi adalah alat peraga yang mempunyai ukuran panjang dan lebar. Alat peraga dua dimensi dalam penerapan metode Picture and picture berupa gambar mati seperti sejumlah gambar, foto, lukisan, baik dari majalah, buku, koran, atau berbagai gambar lain yang dapat digunakan sebagai alat bantu pembelajaran (Sudjana, 2005: 101).

  E.

  

Hubungan Metode Picture and Picture dengan Kemampuan

Berkomunikasi

  Secara umum bahasa anak dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu referensi dan ekspresif. Kata-kata benda umumnya digolongkan refensial, sedangkan kata-kata sosial digolongkan sebagai ekspresif. Banyak anak mengembangkan idiomorp (bukan kata sebenarnya), yang mereka sesuikan dengan benda yang mereka anggap berhubungan. Misalnya bila melihat bunga, anak membuat bunyi seperti sedang menghirup bau bunga. Untuk suatu jangka waktu tertentu, bunyi ini akan mewakili semua benda yang mempunyai bau. segera setelah itu anak akan mengembangkan ucapan- ucapan yang panjang (Suyanto, 2005: 73).

  Gambar yang mewakili esensi sebuah benda dapat dijadikan sebagai stimulus bagi anak untuk mengembangkan kemampuan berbahasanya.

  Dengan memperlihatkan sebuah gambar benda tertentu kepada anak, maka anak akan mengingat pengalamanya ketika bersentuhan dengan benda tersebut. Kemudian anak akan menghubungkan gambar tersebut dengan pengalamanya dengan ragam bahasa yang dikuasainya. Dengan demikian metode Picture and picture yang media utamanya adalah gambar memiliki efektifitas yang tinggi untuk merespon kemampuan berbahasa anak berdasarkan pengalaman nyata yang dialami oleh anak.

  Menurut Mulyasa (2005: 107) perkembangan mental peserta didik di sekolah antara lain meliputi kemampuan untuk bekerja secara abstrak menuju konseptual. Implikasinya pada pembelajaran, guru harus memberikan pengalaman yang bervariasi dengan metode pembelajaran yang efektif dan beragam. Pembelajaran juga harus memperhatikan minat dan kemampuan peserta didik.

  Penggunaan metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi anak berimplikasi pada efisiensi dan efektifitas pembelajaran anak. Sehingga guru dalam menerapkan metode juga harus berkaca pada situasi dan kondisi anak. Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru tidak boleh saklek hanya metode ceramah, tapi sekali dua kali guru juga menggunakan metode diskusi dan kerja kelompok. Dengan demikian anak akan memiliki kesan yang berarti pada saat belajar dan tidak mudah bosan.

  Bahasa memiliki peran yang penting bagi anak untuk mengkomunikasikan perasaanya. Seringkali anak TK berbicara mengenai sesuatu yang terjadi pada dirinya maupun pada orang lain. Mereka sering berbicara untuk mengeluarkan apa yang ada dalam pikiran mereka. Sikap ini mendorong meningkatkan penggunaan bahasa dan dialog dengan orang lain. Sebagian anak memiliki kesulitan mengungkapkan perasan dengan kata-kata dan menunjukkanya dengan perbuatan, terkadang mereka lebih mudah mengekpresikan perasaan bonekanya sendiri daripada perasaan mereka sendiri (Rachmawati & Kurniati, 2005: 76).

  Mengingat pentingnya bahasa bagi anak untuk mengkomunikasikan perasaan dan pemikiranya, dan seringkali anak kesulitan mengungkapkanya.

  Maka dibutuhkan media untuk meresponya berupa gambar yang relevan. pengaplikasian media tersebut dalam proses pembelajaran sangat cocok apabila digunakan metode Picture and picture.

F. Kompetensi Dasar Berkomunikasi

  Kompetensi dasar berkomunikasi sesuai kurikulum TK (2004) disajikan pada tabel berikut ini. Tabel 1. Kompetensi Dasar Berkomunikasi No Aspek Penilaian

  1 Dapat mendengarkan dan membedakan bunyi suara, bunyi bahasa dan mengucapkannya a. Menyebutkan berbagai bunyi/suara tertentu

  b. Menirukan kembali 3-4 urutan kata

  c. Menyebutkan kata-kata yang mempunyai suku kata awal yang sama

  2 Dapat mendengarkan dan memahami kata dan kalimat sederhana

  a. Melakukan 2-3 perintah secara sederhana

  b. Menyebutkan nama diri, nama orang tua, jenis kelamin, alamat rumah secara sederhana c. Menceritakan pengalaman/kejadian secara sederhana

  d. Menjawab pertanyaan tentang keterangan/informasi secara sederhana

  3 Memperkaya kosa kata yang diperlukan untuk berkomunikasi sehari- hari a. Bercerita menggunakan kata ganti aku, saya

  b. Menunjukkan gerakan-gerakan misalnya duduk, berdiri, berlari

  c. Menyebutkan posisi/keterangan tempat misal di luar rumah, di dalam rumah d. Menyebutkan waktu (pagi, siang, malam)

  4 Dapat menceritakan gambar (pra membaca)

  a. Bercerita tentang gambar yang disediakan

  b. Mengurutkan dan menceritakan isi gambar seri

  c. Menghubungkan gambar/benda dengan kata

  d. Menyebutkan waktu (pagi, siang, malam) Skor maksimal G.

   Evaluasi Hasil Belajar di Taman Kanak-Kanak

  Evaluasi adalah suatu proses memilih, mengumpulkan, dan menafsirkan informasi untuk membuat suatu keputusan. Meskipun terdapat berbagai alasan dilaksanakannya evaluasi, namun tujuan umumnya adalah untuk membuat suatu keputusan. Evaluasi dapat dilakukan untuk memperbaiki program, menghentikan program, atau membandingkan program. Tujuan evaluasi pendidikan anak usia dini adalah untuk merencanakan kurikulum individual bagi anak,, meningkatkan perkembangan kemampuan anak selanjutnya, serta keberhasilan belajar anak di kelas. Dengan demikian evaluasi terhadap anak usia dini adalah untuk menilai perkembanganya (Masitoh, 2005: 183).

  Evaluasi hasil belajar di taman kanak-kanak tidak menggunakan kata evaluasi, tetapi menggunakan kata assesment. Evaluasi sebagaimana dilaksanakan di sekolah-sekolah pada umumnya lebih banyak menggunakan tes tertulis dibandingkan unjuk kerja. Tes tertulis di taman kanak-kanak hendaknya dihindari karena membuat anak stres. Oleh karena itu untuk mengetahui hasil belajar anak didik di taman kanak-kanak menggunakan assesmen (Suyanto, 2005: 49).

  Assesment berbeda dengan evaluasi. Assesment merupakan proses

  pengamatan, pencatatan, dan pendokumentasian kemampuan dan karya anak sebagai dasar pengambilan keputusan pendidikan yang bermanfaat bagi anak. Tujuan utama assesment bukan untuk mengukur keberhasilan program atau kelulusan anak, tetapi untuk mengetahui perkembangan anak dan untuk menentukan bentuk bimbingan belajar yang tepat. Assesment tidak dilakukan di akahir tahun/program, tetapi dilakukan terus menerus sejalan dengan kegiatan pembelajaran. Assesment dilakukan secara alami, yaitu pada saat anak bermain, menggambar atau membuat karya. Informasi dari orang tua juga diperlukan agar guru dapat mengetahui perkembangan anak secara tepat. Dengan mengetahui tingkat perkembangan anak, guru dapat memberikan bantuan belajar yang tepat, sehingga anak dapat mencapai hasil belajar yang optimal (Suyanto, 2005: 50 - 52).

  Dewasa ini banyak metode evaluasi yang telah digunakan dalam pendidikan anak usia dini. Metode-metode tersebut menurut Masitoh. dkk (2005: 186) adalah sebagai berikut: a.

  Observasi atau pengamatan Menurut Patmonodewo (2000: 186) observasi adalah cara pengumpulan data penilaian yang pengisianya berdasarkan pengamatan langsung terhadap sikap dan perilaku anak. Hal-hal yang perlu diobservasi adalah perkembangan emosi, bermain sosial, perilaku prososial, perkembangan motorik kasar dan motorik halus, perkembangan kognitif, bahasa, keterampilan membaca dan menulis dini.

  b.

  Catatan anekdot Catatan anekdot adalah kumpulan catatan tentang perilaku tentang sikap dan perilaku anak secara khusus, baik perilaku positif maupun negatif.

  c.

  Percakapan atau interview Percakapan adalah metode penilaian yang dilakukan melalui bercakap-cakap atau wawancara antara anak dengan guru baik di dalam kelas maupun di luar kelas. d.

  Pemberian tugas Pemberian tugas adalah suatu metode penilaian dimana guru dapat memberikanya setelah melihat hasil kerja anak. pemberian tugas ini dapat dilakukan secara berkelompok, berpasangan atau individual, sehingga hasil pemberian tugas dapat berupa satu hasil karya kelompok, sepasang atau seorang anak.

  e.

  Portofolio Portofolio adalah suatu koleksi sistematis individu yang menggambarkan hal-hal yang dilakukan anak di kelas.

  Pelaksanaan evaluasi pada anak TK berbeda dengan evaluasi yang dilakukan di sekolah dasar atau sekolah lanjutan. ada beberapa prinsip dasar yang harus diperhatikan dalam mengevaluasi pada anak TK, yaitu: a.

  Menyeluruh Artinya tidak dilakukan secara terpisah dengan proses pembelajaranya. Mengingat evaluasi tersebut lebih banyak menilai proses dan hasil perbuatan anak.

  b.

  Berkesinambungan Artinya harus dilakukan denga terencana, bertahap, dan terus menerus. Hal ini dilakukan agar informasi yang diperoleh betul-betul berasal dari gambaran perkembangan proses pembelajaran pada anak TK. c.

  Berorientasi pada tujuan Artinya dalam menetapkan indikator harus menggunakan acuan standar. Guru dapat menilai hasil kegiatan anak melalui indikator yang terwujud dalam perilaku dan kemampuan tersebut.

  d.

  Obyektif Artinya penilaian dilakukan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Prasangka, keinginan, serta perasaan tertentu tidak boleh mempengaruhi penilaian yang dilakukan.

  e.

  Mendidik Artinya penilaian ini dapat digunakan untuk membina dan memberikan dorongan kepada semua anak dalam meningkatkan hasil pertumbuhan dan perkembanganya.

  f.

  Kebermaknaan Artinya penilaian harus memiliki arti baik bagi orang tua, guru, pembina, maupun anak sendiri atau pihak lain yang memerlukannya.

H. Hipotesis

  Hipotesis yang diajukan dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu: penerapan metode Picture and picture dapat meningkatkan kompetensi dasar berkomunikasi secara lisan pada anak kelompok B TK Pertiwi Kabupaten Cilacap.

I. Indikator dan Kriteria Keberhasilan

  Indikator yang digunakan untuk mengukur peningkatan keaktifan belajar anak adalah keterlibatan anak secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Anak dinyatakan aktif apabila: 1.

  Anak dapat menyebutkan berbagai bunyi/suara tertentu.

  2. Anak dapat melakukan 2-3 perintah secara sederhana.

  3. Anak dapat menceritakan pengalaman/kejadian secara sederhana.

  4. Anak dapat menjawab pertanyaan tentang keterangan/informasi secara sederhana.

  5. Anak dapat menunjukkan gerakan-gerakan misalnya duduk, berdiri, berlari.

  6. Anak dapat bercerita tentang gambar yang disediakan.

  Sedangkan kriteria keberhasilan pelaksanaan tindakan ini adalah apabila anak menunjukkan kriteria sebagai berikut:

  1. Secara individual ketercapaian belajar anak mencapai 65%.

  2. Secara klasikal ketercapaian belajar anak mencapai 75%.

  3. Keaktifan belajar anak secara klasikal minimal mencapai 75%.

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERITA ANAK PADA SISWA KELAS IV-A SDN MADE III LAMONGAN DENGAN METODE PICTURE AND PICTURE

0 3 18

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DENGAN PENDEKATAN TEMATIK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS II SDN 4 TAMANSARI KECAMATAN GEDONGTATAAN KABUPATEN PESAWARAN TAHUN AJARAN 2011/2012

0 14 30

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PICTURE AND PICTURE SISWA KELAS III SD NEGERI BANDUNGAN 01 KABUPATEN SEMARANG SEMESTER II 20142015

0 0 18

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN MODEL PICTURE AND PICTURE DI SEKOLAH DASAR

0 0 8

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN MODEL PICTURE AND PICTURE DI SEKOLAH DASAR

0 0 8

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MENGGUNAKAN MODEL PICTURE AND PICTURE SEKOLAH DASAR

1 1 9

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MELALUI METODE PICTURE TO PICTURE SISWA KELAS IV SDN RAPAMBINOPAKA KECAMATAN LALONGGASUMEETO KABUPATEN KONAWE

0 0 13

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MELALUI METODE PICTURE TO PICTURE SISWA KELAS IV SDN RAPAMBINOPAKA KECAMATAN LALONGGASUMEETO KABUPATEN KONAWE - Repository IAIN Kendari

0 0 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Konsep Pembelajaran - PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MELALUI METODE PICTURE TO PICTURE SISWA KELAS IV SDN RAPAMBINOPAKA KECAMATAN LALONGGASUMEETO KABUPATEN KONAWE - Repository IAIN Kendari

0 0 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rantai Pasok - RANTAI NILAI BERAS IR64 DI KECAMATAN WANAREJA KABUPATEN CILACAP - repository perpustakaan

0 1 8