MANAJEMEN REHABILITASI SOSIAL PENGEMIS DI KOTA SERANG

MANAJEMEN REHABILITASI SOSIAL PENGEMIS DI KOTA SERANG SKRIPSI

  Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mrmperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Pada Konsentrasi Manajemen Publik Program Studi Ilmu Administrasi Negara

  Oleh Asep Saripudin

  NIM 6661130615

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG, 2017

  

ABSTRAK

Asep Saripudin. NIM. 6661130615. 2017. Manajemen Rehabilitasi Sosial

Pengemis di Kota Serang. Program Studi Ilmu Administrasi Negara.

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Dosen Pembimbing I, Dr. Suwaib Amirudin, M.Si; Dosen Pembimbing II,

Titi Stiawati, S.Sos., M.Si.

  Penanganan pengemis merupakan tanggung jawab Dinas Sosial dalam melihat fenomena pengemis di Kota Serang sesuai dengan yang tertulis dalam peraturan daerah nomor 2 tahun 2010 tentang pencegahan pemberantasan dan penanggulangan penyakit masyarakat. permasalahan penelitian ini, kurangnya sosialisasi perda nomor 2 tahun 2010, kurangnya sarana dan prasarana, kurangnya SDM, lemahnya kordinasi, dan kurangnya anggaran untuk rehabilitasi sosial. Tujuan penelitian ini untuk memaparkan dan mendeskripsikan karakteristik pengemis, model rehabilitasi sosial, dan proses manajemen rehabilitasi sosial pengemis di Kota Serang. teori yang digunakan untuk menganalisis yaitu menggunakan teori fungsi manajemen menurut Luther Gullick menurut Handoko (2003:11) yang meliputi: Planning, Organizing, Staffing, Directing, Coordinating,

  

Reporting, dan Budgeting, dengan menggunakan pendekatan kualitatif metode

  deskriptif. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa karateristik pengemis Kota Serang karna keturunan dan latar belakang pendidikan yang rendah, model rehabilitasi yang digunakan berupa pemberian pendidikan jasmani dan rohani serta memberikan pelatihan keterampilan, proses manajemen berjalan belum berjalan baik dan masih terdapat masalah di planning, directing, coordinating, dan budgeting. Saran yang menjadi rekomendasi peneliti yaitu, memberikan pembinaan bukan hanya kepada pengemisnya saja melainkan sampai keluarganya, melakukan pengawasan dari PSBK (Panti Sosial Bina Karya) sampai selesai dan perlu adanya rencana baru, pembinaan kerja, membentuk tim khusus dan mengajukan rencana anggaran baru.

  Kata Kunci : Manajemen, Pengemis, Rehabilitasi Sosial

  

Abstract

Asep Saripudin. NIM. 6661130615. 2017. Management Social Rehabilitation

Of Beggar In The Serang City. Program Studi Ilmu Administrasi Negara.

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Dosen Pembimbing I, Dr. Suwaib Amirudin, M.Si; Dosen Pembimbing II, Titi

Stiawati, S.Sos., M.Si.

  Handling beggar is the responbility of social services, as written in the local

regulation number 2 of 2010, about the prevention of eradication and disease

prevention community. This research problem is lack of socialization local

regulation, lack of infrastructure, lack of human resources, lack of coordination and

lack of budget for social rehabilitation. The purpose of this study is describe beggars,

social rehabilitation models, management process of social rehabilitation of beggars

in the Serang city. Theory used to analyze the theory of management functions by

Luther Gullick in Handoko (2013:11) the form: planning, organizing, staffing,

directing, coordinating, reporting and budgeting, using descpriptive method

qualitative approach. The result of this study, a model of rehabilitation that are used

for the provision of physical education and spiritual, and provide skills training, this

is because the characteristics of Serang city beggars who have offspring and low

educational background. Management process has not gone well and there are still

problems in planning, organizing, staffing, directing, coordinating, reporting and

budgeting. Recommended for provide guidance not only to beggars but to his family,

supervision of (social house building works) to complete and the need for a new plan,

coaching job, formed a special team and propose a new budget plan.

  Keywords : Beggar, Management, Social Rehabilitataion

LEMBAR PERSEMBAHAN

  “Musuh terbesarmu adalah dirimu sendiri dengan sejuta kemalasan, maka bangkit dan lawan kemalasan itu. ” – Ridwan Kamil “Dari semua hal, pengetahuan adalah yang paling baik, karena tidak kena tanggung jawab maupun tidak dapat dicuri, karena tidak dapat dibeli,dan tidak dapat dihancurkan.” – Hitopadesa “Some beautiful paths can’t be discovered without getting lost.” – Erol Ozan

  Skripsi ini kupersembahan untuk Kedua orang tua ku terkasih dan tercinta

  Bapak Sueb dan Ibu Baiyah, Serta keluargaku dan kekasihku

KATA PENGANTAR

  Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu, Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Illahi Rabbi kemudian solawat serta salam semoga terlimpah dan tercurah kepada Nabi besar

  Muhammad S.A.W yang telah mengiringi doa dan harapan penulis untuk mewujudkan terselesaikannya penelitian skripsi ini yang berjudul Manajemen

  

Rehabilitasi Sosial Pengemis Di Kota Serang. Penelitian skripsi ini dibuat

  sebagai persyaratan untuk memperoleh Gelar Sarjana Strata satu (S1) Ilmu Sosial dan Ilmu Politik pada konsentrasi Manajemen Publik program studi Ilmu Administrasi Negara. Sekalipun penulis menemukan hambatan dan kesulitan dalam memperoleh informasi akurasi data dari para narasumber namun disisi lain penulis juga sangat bersyukur karena banyak mendapat masukan untuk menambah wawasan dan pengetahuan khususnya pada bidang yang sedang diteliti oleh penulis. Untuk terwujudnya penulisan penelitian skripsi ini banyak pihak yang membantu penulis dalam memberikan motifasi baik waktu, tenaga, dan ilmu pengetahuannya. Maka dengan ketulusan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua tercinta atas curahan perhatian dan kasih sayangnya dan juga doa yang tak henti serta motivasi dalam pengerjaan skripsi ini.

  Pada kesempatan ini juga suatu kebanggaan bagi penulis untuk mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada berbagai pihak yang telah membantu dan mendukung, penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada:

  1. Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  2. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  3. Ibu Rahmawati, S.Sos., M.Si., Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  4. Bapak Iman Mukhroman, S.Sos, M.Si., Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  5. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S.Sos, M.Si., Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

  6. Ibu Listyaningsih, M.Si., Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  7. Bapak Riswanda, Ph.D Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  8. Kepada orang tuaku tercinta dan tersayang Bapak Sueb dan Ibu Baiyah yang telah menjadi motivator terbesar selama perjalanan hidupku.

  Terimakasih atas segala doa, bimbingan, kasih sayang, nasihat, semangat, perhatian, dukungan serta motivasi yang tidak ada henti- hentinya yang selalu diberikan untukku.

  9. Bapak Dr. Suwaib Amirudin, M.Si., dosen pembimbing I yang telah senantiasa memberikan arahan dan bimbingan secara sabar dan juga dukungan selama proses penyusunan skripsi, serta dosen pembimbing akademik yang telah membimbing sejak awal masuk.

  10. Ibu Titi Stiawati, S.Sos., M.Si., sebagai dosen pembimbing II dan juga yang peneliti anggap sebagai ibu diperkuliahan beliau telah senantiasa memberikan bimbingan, arahan dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

  11. Kepada seluruh Dosen Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama perkuliahan.

  12. Para staff Tata Usaha (TU) Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa atas segala bantuan informasi selama perkuliahan;

  13. Kepada Destysa Bella Al Jannah yang selalu mendampingi, tak pernah lelah memberikan semangat kepada saya dan yang saya cintai setelah orang tua saya.

  14. Pihak Dinas Sosial Kota Serang yang telah memberikan informasi, data, dan ketersediaan waktu dalam proses pengambilan data untuk penulis;

  15. Bapak H. Dul Barid selaku Kepala Bidang Pelayanan Dan Rehabilitasi Sosial di Dinas Sosial Kota Serang yang telah berkenan menjadi informan dan memberikan informasi, data, dan ketersediaan waktu dalam proses pengambilan data untuk penulis.

  16. Bapak Heli Supriatna Selaku Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial di Dinas Sosial Kota Serang yang telah menjadi informan dan memberikan informasi, data, dan ketersediaan waktu dalam proses pengambilan data untuk penulis serta ilmu pengetahuannya mengenai fokus penelitian pada skripsi ini;

  17. Bapak Raden Kuncahyo Selaku Kepala Seksi Penegakan Hukum Produk Hukum Daerah di Satuan Polisi Pamong Praja Kota Serang yang telah menjadi informan dan memberikan banyak informasi yang saya butuhkan selama penyusunan skripsi;

  18. Kepada kakak, adik keponakan dan sepupu tercinta yang memberikan warna dalam hidup dan memberikan semangat serta motivasi.

  19. Kepada seluruh saudara-saudaraku yang telah mendoakan, memberi semangat dan motivasi.

  20. Teman-teman kelas A angkatan 2013 Ilmu Administrasi Negara selama menuntut ilmu. Terimakasih atas semua kenangan selama empat tahun perkuliahan kalian luar biasa

  21. Kepada para sahabat Furqan Abdillah, Kartiwa Suryadinata, Firda Amalia, dan Wildan Firdaus yang telah memberikan dukungan serta keceriaan dan kebahagiaan;

  22. Kepada teman-temanku linda saraswati CS, fardan, delki, siti solihat, serta teman-teman lainnya yang telah memberikan semangat, motivasi dan kebahagiaan yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.

  23. Kawan-kawan Administrasi Negara 2013 B,C dan D yang juga saling menyemangati satu sama lain.

  24. Kawan-kawan KKM Kependudukan 20 yang juga memberikan pengalaman hidup serta motivasi dan semangat kepada penulis, terutama Dea Elma Pavitta yang sudah banyak membantu peneliti.

  25. Dan tidak lupa juga para senior ka Ndew, ka Dodo, ka Wungu dan yang lainnya atas semangat dan saran yang diberikan kepada penulis Dengan ini penelitian skripsi telah selesai disusun. Penulis meminta maaf apabila terdapat kesalahan-kesalahan dalam pembuatan skripsi ini. Maka dari itu kritik dan saran saya harapkan guna memperbaiki dan menyempurnakan skripsi berikutnya. Penulis pun berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa dan peneliti sendiri.

  Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu, Serang, 14 Maret 2017

  Penulis Asep Saripudin

  DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul Abstrak Lembar Persetujuan Lembar Orisinalitas Daftar Isi

  i

  Daftar Gambar

  iv

  Daftar Tabel

  v

BAB I PENDAHULUAN

  1.1 Latar Belakang Masalah

  1

  1.2 Identifikasi Masalah

  13

  1.3 Batasan Masalah

  13

  1.4 Rumusan Masalah

  14

  1.5 Tujuan Penelitian

  14

  1.6 Manfaat Penulisan

  14

  1.7 Sistematika Penulisan

  15 BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN ASUMSI

  DASAR

  2.1 Landasan Teori

  20

  2.1.2. Asas-Asas Manajemen

  24

  2.1.3. Fungsi Manajemen

  19

  2.1.4. Filasafat Manajemen

  43

  2.1.5. Tujuan Manajemen

  44

  2.1.6. Definisi Rehabilitasi Sosial

  45

  2.1.7. Definisi Pengemis

  46

  2.2 Penelitian Terdahulu

  48

  2.3 Kerangka Berfikir

  51

  2.4 Asumsi Dasar

  54 BAB III METODOLOGI PENELITIAN

  3.1 Metode Penelitian

  55

  3.2 Fokus Penelitian

  57

  3.3 Lokus Penelitian

  57

  3.4 Instrumen Penelitian

  57

  3.5 Informan Penelitian

  59

  3.6 Teknik Pengumpulan Data

  60

  3.7 Teknik Analisis Data

  64

  3.8 Triangulasi

  66

  3.9 Jadwal Penelitian

  67 BAB IV HASIL PENELITIAN

  4.1.1 Profil Kota Serang

  69

  4.1.2 Profil Dinas Sosial Kota Serang

  73

  4.2 Deskripsi Data

  79

  4.2.1 Deskripsi Data Penelitian

  79

  4.2.2 Data Informan Penelitian

  81

  4.3 Deskripsi Hasil Penelitian

  83

  4.4 Pembahasan 112

  4.4.1 Karateristik Pengemis Kota Serang 112

  4.4.2 Model Rehabilitasi Sosial 113

  4.4.3 Proses Manajemen 115

BAB V PENUTUP

  5.1 Kesimpulan 122

  5.2 Saran 125

  Daftar Pustaka Lampiran

  DAFTAR GAMBAR Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir

  53 Gambar 3.1 Analisis Data

  64

  DAFTAR TABEL Halaman

Tabel 1.1 Data Pengemis Menurut Kab/Kota Provinsi Banten

  4 Tabel 1.2 Pengemis Kota Serang Berdasarkan Kecamatan

  5 Tabel 1.3 Struktur Organisasi Dinas Sosial Kota Serang

  11 Tabel 1.3 Fungsi-fungsi manajemen menurut para ahli

  27 Tabel 3.1 Informan Penelitian

  59 Tabel 3.2 Pedoman

  62 Tabel 3.3 Jadwal Penelitian

  68 Tabel 4.1. Luas Wilayah Kota Serang

  70 Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur

  72 Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

  73 Tabel 4.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

  73 Tabel 4.5 Informan Penelitian

  82 Tabel 4.6 jumlah pengemis kampung kalisalak dan kebanyakan

  84

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

  Indonesia merupakan salah satu negara berkembang, dimana Indonesia terdiri dari beberapa pulau-pulau dari sabang sampai merauke. Pulau di Indonesia terdiri dari pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Papua dimana dari kelima pulau tersebut pulau Jawa menjadi titik pusat, hal ini dikarenakan salah satu provinsi di pulau Jawa menjadi ibu kota negara yaitu DKI Jakarta.

  Seiring padatnya penduduk yang disebabkan oleh cepatnya pertumbuhan penduduk di Indonesia, hal ini memicu pada keadaan ekonomi masyarakat yang semakin melemah, dimana lapangan pekerjaan yang minim membuat sebagian masyarakat di Indonesia berkehidupan kekurangan dan jauh dari kata cukup.

  Karena keadaan ekonomi yang kurang maka hal ini memicu sebagian warga Indonesia yang memilih pekerjaan secara instan dan langsung mendapatkan uang seperti menjadi pengemis dan pengamen. Hal ini semakin marak dimana setiap daerah mulai ramai khususnya di pulau jawa, banyak masyarakat dari pulau sebrang pulau jawa merantau ke pulau jawa untuk mencari pekerjaan dan sebagian memilih untuk menetap dan tinggal di pulau jawa, sehingga tidak dipungkiri kota- kota kecil yang semula sepi kini menjadi kota-kota yang ramai.

  Adapun yang dimaksud pengemis menurut peraturan pemerintah nomor 31 tahun 1980 pasal 1 butir 2, yang dimaksud dengan pengemis adalah orang-orang

  2

  yang mendapatkan penghasilan dengan meminta-minta dimuka umum dengan berbagai cara dan alasan untuk mengharapkan belas kasihan dari orang lain.

  Kehadiran pengemis di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari memburuknya perekonomian Indonesia sejak krisis moneter tahun 1998 dan masih berlangsung hingga sekarang. Indonesia termasuk dalam 5 besar negara yang memiliki jumlah pengemis terbanyak di dunia dengan perkiraan jumlah pengemis kurang lebih 15 juta jiwa. Jumlah tersebut akan terus bertambah sekitar 30-40 persen di tahun berikutnya. Bahkan setiap menjelang Idul Fitri pun, jumlah pengemis sudah meningkat hingga 100%. Meningkatnya jumlah pengemis dari tahun ke tahun mendapatkan perhatian serius dari pemerintah. Diantara dampak adanya pengemis yang paling menyita perhatian adalah terganggunya ketertiban lingkungan, meningkatnya tindakan kriminal, bertambahnya angka pengangguran, serta image negara yang terkesan kumuh dan tidak tertata dengan baik. Banyak upaya yang dilakukan untuk menangani mereka, seperti dengan pembagian makanan untuk keluarga miskin, kampanye “anti-memberi” yang diharapkan dapat membuat jera para pengemis karena tidak ada yang memberi, sampai dengan operasi penggarukan, yaitu metode pengangkutan dan pemindahan paksa para gelandangan dan pengemis yang dilakukan oleh dinas sosial. Pada kenyataannya, upaya-upaya tersebut kurang efektif dan bahkan dinilai tidak mampu mengendalikan laju pengemis yang tiap tahun semakin menjamur.

  Fenomena sosial pengemis di Indonesia semakin marak dimana mereka melakukan berbagai cara untuk mengemis, mulai dari yang berpura-pura cacat

  3

  dewasa dan lanjut usia saja yang menjadi pengemis anak dibawah 18 tahun juga ikut menjadi pengemis entah itu kemauan sendiri atau ada dorongan dari orang lain. Dapat kita bedakan antara pengemis anak-anak dengan anak jalanan, dimana menurut Departemen Sosial RI (2005: 5), anak jalanan adalah anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk melakukan kegiatan hidup sehari- hari di jalanan, baik untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalan dan tempat- tempat umum lainnya. Anak jalanan mempunyai ciri-ciri, berusia 5 sampai dengan 18 tahun, melakukan kegiatan atau berkeliaran di jalanan, penampilannya kebanyakan kusam dan pakaian tidak terurus, mobilitasnya tinggi. Sedangkan pengemis anak-anak adalah mereka anak berusia 5-18 tahun yang meminta-minta dimuka umum dengan mengharapkan belas kasihan dari orang lain.

  Fenomena pengemis anak-anak tersebut menyimpang hak anak sebagaimana yang tertulis dalam undang-undang nomor 23 tahun 2003 tentang perlindungan anak dalam BAB 3 tentanng hak dan kewajiban anak, pasal 9 butir 1 bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya. Bukan hanya pendidikan saja yang harus didapatkan oleh anak melainkan hak anak lainnya seperti yang tertulis pada pasal 11 dimana disebutkan bahwa setiap anak berhak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak yang sebaya, bermain, berekreasi, dan berkreasi sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya.

  Permasalahan sosial pengemis di Indonesia memang sangat sulit

  4

  1

  14

  32

  19

  8

  27

  6 Kota Cilegon

  16

  7

  23

  1

  5 Kota Tangerang

  2

  7 Kota Serang

  96 40 136 153 56 209

  8 Kota Tangsel

  15

  13

  28

  15

  7

  18

  78

  anti memberi namun tetap saja tidak bisa menyelesaikan permasalahan tersebut. Setiap daerah di Indonesia tidak lepas dari permasalahan sosial seperti pengemis di provinsi-provinsi lainnya juga tidak luput dari permasalahan tersebut seperti di Provinsi DKI Jakarta yang perkembangannya sangat pesat sehingga bukan hanya warga asli Jakarta yang menjadi pengemis tetapi juga dari daerah-daerah lain.

  31

  Permasalahan ini juga dirasakan Provinsi Banten dimana dari tahun ketahun jumlahnya selalu bertambah. Adapun data jumlah pengemis Provinsi Banten tahun 2014 dan 2015 berdasarkan kabupaten/kota sebagai berikut:

Tabel 1.1 Data Pengemis Menurut Kab/Kota Provinsi Banten

  No Kabupaten/Kota Jumlah Pengemis 2014 Jumlah 2015 Jumlah (L) (P) (L) (P)

  1 Kab. Pandeglang

  82 40 122

  37

  6

  43

  2 Kab. Lebak

  42

  24

  73

  24

  29

  53

  3 Kab. Tangerang

  47

  32 79 109 112 221

  4 Kab. Serang 134 69 203

  54

  22 Jumlah 439 257 695 412 243 655

  5

  Dari data diatas kita bisa lihat bahwa ada beberapa kabupaten dan kota yang mengalami kenaikan jumlah pengemis yaitu Kota Serang dan Kabupaten Tangerang dimana keduanya mengalami kenaikan di tahun 2015 sedangkan kabupaten dan kota yang lainnya berkurang. Berikut grafik perkembangan jumlah pengemis di Provinsi Banten:

Gambar 1.1 Perkembangan jumlah pengemis Provinsi Banten

  250 221 209 203

  200 136 150

  122

  79

  

78

100

  73

  53

  43

  32

  27

  28

  50

  23

  22

  2

2014 2015

  Melihat data kenaikan jumlah pengemis di Kota Serang tentu hal ini membuat resah pemerintah dimana melihat Kota Serang merupakan ibu kota Provinsi Banten yang letak geografisnya dekat dengan Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten. Jika dibandingkan dengan Kota Tangerang dan Kota Tangerang Selatan dimana jumlah pengemis mengalami penurunan mengingat dua kota tersebut termasuk kota penyanggah ibu kota DKI Jakarta dan daerahnya lebih ramai dari pada Kota Serang.

  Sementara pengemis yang berada di Kota Serang berasal dari kecematan

  6

  dan kecamatan Kasemen. Berikut data pengemis 2014 dan 2015 berdasarkan kecamatan yang berada di Kota Serang:

Tabel 1.2 Pengemis Kota Serang Berdasarkan Kecamatan Tahun 2014 Dan 2015

  No Kecamatan Jumlah Pengemis 2014 Jumlah 2015 Jumlah (L) (P) (L) (P)

  1 Curug

  13

  5

  18

  6

  5

  11

  2 Walantaka

  9

  6

  15

  5

  4

  9

  3 Cipocok Jaya

  19

  6

  25

  3

  2

  5

  4 Serang

  24

  6

  30

  90

  5

  95

  5 Taktakan

  5

  2

  7

  3

  3

  6 Kasemen

  26

  15

  41

  46

  40

  86 Jumlah

  96 40 136 153 56 209 (Sumber: Dinas Sosial Kota Serang)

  Berdasarkan gambar diatas dapat kita ketahui kecamatan yang paling banyak terdapat warganya menjadi pengemis yaitu kecamatan Serang dan kecamatan Kasemen hal ini dikarenakan kecamatan Serang letaknya di pusat Kota Serang sedangkan di kecamatan Kasemen terdapat tempat wisata religi Banten lama, tetapi banyak pula pengemis yang berasal dari dari kecamatan Kasemen yang mengemis di pusat Kota Serang dan sekitarnya. Berikut grafik perkembangan jumlah pengemis di Kota Serang:

  7 Gambar 1.2

  

Perkembangan Jumlah Pengemis Kota Serang

  95 100

  86

  80

  60

  41

  40

  30

  25

  18

  15

  20

  11

  9

  7

  

5

  3 Curug Walantaka Cipocok Jaya Serang Taktakan Kasemen 2014 2015

  Melihat banyaknya pengemis di Kota Serang, pemerintah Kota Serang mengeluarkan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2010 Tentang Pencegahan, Pemberantasan, Dan Penanggulangan Penyakit Masyarakat. Dalam perda tersebut disebutkan bahwa pengemis adalah salah satu jenis penyakit masyarakat, pemerintah Kota Serang melarang adanya pengemis di Kota Serang dan pemerintah melarang siapapun untuk memberi uang ataupun yang lainnya kepada pengemis. Peraturan itu tertuang dalam perda Kota Serang nomor 2 tahun 2010

  pasal 9 ayat 1,2, dan 3 yaitu :

  1. Setiap orang dilarang menjadi gelandangan dan pengemis

  2. Setiap orang dilarang menyuruh atau memaksa orang lain menjadi pengemis

  3. Setiap orang dilarang memberikan uang ataupun lainnya kepada pengemis. Dari pasal 9 ayat 1,2, dan 3 sudah jelas bahwa pengemis adalah salah satu tergolong kedalam penyakit masyarakat dan pemerintah sangat melarang

  8

  siapapun memaksa atau menyuruh orang untuk mengemis serta pemerintah melarang keras masyarakat untuk memberi uang santunan kepada pengemis.

  Sebab bila peraturan tersebut dilanggar maka akan didenda sebesar 50 juta atau kurungan penjara selama 3 bulan sesuai yang tertera dalam peraturan daerah nomor 2 tahun 2010 pasal 21 ayat 1 dan 2.

  Tanggung jawab atas Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial seperti pengemis menjadi salah satu tanggung jawab pemerintah untuk membantunya, hal ini seperti yang disebutkan dalam Undang-Undang Dasar tahun 1945 pasal 34 ayat 1 dan 2 yaitu :

  1. Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara

  2. Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan

  Untuk itu pemerintah Kota Serang, wajib untuk memerhatikan para Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial di Kota Serang khususnya pengemis.

  Sebab sebenanya mereka tidak ingin melakukan pekerjaan seperti itu karna mereka sadar bahwa bekerja sebagai pengemis merupakan pekerjaan terendah dimata masyarakat.(sumber: wawancara dengan seorang pengemis Kota Serang.

  senin, 24 oktober 2016 pukul 10:45)

  Sesuai fakta di lapangan bahwa masih banyaknya Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial seperti pengemis yang masih berkeliaran di tempat umum Kota Serang seperti lampu merah, halte, pasar, terminal, bahkan sampai kampus.

  Hal ini sungguh meresahkan warga karena banyaknya pengemis yang meminta- minta dengan memaksa, sehingga masyarakat merasa kehadiran pengemis di Kota

  9

  Serang sangatlah meresahkan serta tidak indah untuk dipandang dan membuat sebuah Kota terkesan kumuh.

  Rehabilitasi Sosial merupakan salah satu program yang dilakukan pemerintah khususnya pemerintah Kota Serang dalam mengatasi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial seperti eks NAPZA, Wanita Tuna Susila, dan Pengemis. Rehabilitasi Sosial berarti pemulihan kembali keadaan individu yang mengalamai permasalahan sosial kembali seperti semula, Rehabilitasi sosial merupakan upaya yang ditujukan untuk mengintegrasikan kembali seseorang kedalam kehidupan masyarakat dengan cara membantunya menyesuaikan diri dengan keluarga, masyarakat, dan pekerjaan.

  Dalam peraturan daerah Kota Serang nomor 2 tahun 2010 rehabilitasi sosial merupakan salah satu upaya pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah daerah Kota Serang dimana dalam hal ini Dinas Sosial merupakan pihak yang bertanggung jawab, hal tersebut tertera dalam perda Kota Serang nomor 2 tahun 2010 pasal 17 ayat 1-3 yaitu sebagai berikut:

  1. Pemerintah daerah dan masyarakat wajib melakukan pembinaan terhadap orang atau sekelompok orang yang terbukti melakukan penyakit masyarakat.

  2. Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan melalui kegiatan rehabilitasi sosial dan pemberdayaan sosial.

  3. Rehabilitasi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilaksanakan melalui kegiatan: a. Bimbingan, pendidikan, pelatihan dan keterampilan teknis;

  b. Bimbingan, penyuluhan rohaniah dan jasmaniah; c. Penyediaan lapangan kerja atau penyaluran tenaga kerja. Dinas sosial dalam peraturan daerah nomor 2 tahun 2010 merupakan

  Dinas yang menangani Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial salah satunya

  10

  oleh Satuan Polisi Pamong Praja (SATPOL PP) yang kemudian dibawa ke Dinas Sosial untuk didata dan direhabilitasi agar mereka tidak mengemis kembali, namun fakta di lapangan berbicara lain dimana mereka para pengemis hanya didata dan diberi surat perjanjian bahwa akan datang kembali dengan tanggal yang telah ditentukan oleh pihak Dinas Sosial.

  Rehabilitasi merupakan hal yang sangat penting untuk mengurangi permasalahan sosial Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial seperti pengemis di Kota Serang, karena dengan merehabilitasi para pengemis maka bukan tidak mungkin pengemis di Kota Serang akan berkurang dengan proses rehabilitasi sosial tersebut berjalan tanpa adanya hambatan. Rehabilitasi sosial merupakan upaya yang ditujukan untuk mengintegrasikan kembali seseorang kedalam kehidupan masyarakat dengan cara membantunya menyesuaikan diri dengan keluarga, masyarakat, dan pekerjaan. Seseorang dapat berintegrasi dengan masyarakat apabila memiliki kemampuan fisik, mental, dan sosial serta diberikan kesempatan untuk berpartisipasi. Dalam hal ini permasalahan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial seperti pengemis sangat perlu direhabilitasi agar pola pikir mereka berubah sehingga mereka tidak lagi mau mengemis.

  Dari hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti ditemukan masalah sebagai berikut.

  Pertama, Dalam implementasinya dari pertama berlakukannya perda nomor 2 tahun 2010 tersebut hingga kini belum berjalan baik hal ini dikarenakan adanya beberapa permasalahan seperti yang diungkapkan oleh kepala seksie

  11

  masyarakat yang belum tahu tentang isi perda tersebut hanya dan hanya tau perdanya saja tapi mereka tidak tahu isi dari perda tersebut. (sumber: wawancara

  

dengan kepala seksi pelayanan rehabilitasi sosial bapak Heli Priatna. Kamis, 20

oktober 2016 pukul 11:30 di Dinas Sosial Kota Serang)

  Kedua, kurangnya sarana dan prasarana yang menjadi hal paling penting dalam rehabilitasi sosial pengemis di Kota Serang. Permasalahan tersebut termasuk permasalahan yang sangat klasik dimana dari pertama diberlakukannya peraturan daerah nomor 2 tahun 2010 sampai sekarang masih belum ada panti rehabilitasi sosial di Kota Serang, hal ini sangat menghambat proses rehabilitasi sehingga rehabilitasi sosial di Kota Serang belum efektif hingga saat ini. Selain tidak adanya panti rehabiliatasi alat-alat penunjang lainnya pun dikatakan sangat kurang dimana masih tidak adanya alat keahlian seperti kompresor serta alat lainnya. (sumber: wawancara dengan kepala seksi pelayanan rehabilitasi sosial

  

bapak Heli Priatna. Kamis, 20 oktober 2016 pukul 11:30 di Dinas Sosial Kota

Serang)

  Ketiga, kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) di Dinas Sosial dimana kepala seksie satu-satunya yang menangani rehabilitasi sosial hal ini membuat kinerja Dinas Sosial kurang efektif sehingga dapat menghambat program kerja yang sudah dibuat. Sumber Daya Manusia yang dimaksud adalah sumber daya manusia dalam membina pengemis untuk direhabilitasi. (sumber: wawancara

  

dengan kepala seksi pelayanan rehabilitasi sosial bapak Heli Priatna. Kamis, 20

oktober 2016 pukul 11:30 di Dinas Sosial Kota Serang)

  12

  Keempat, kurangnya kordinasi antara Dinas Sosial dengan SATPOL PP selaku pihak pengekeskutor atau perazia pengemis di jalan atau tempat umumnya, kordinasi merupakan hal yang sangat penting dalam melakukan suatu kerja sama antar SKPD hal ini dikarenakan agar kerjasama berjalan dengan baik.(sumber:

  

wawancara dengan kepala seksi penegakan hukum produk hukum daerah bapak

Raden Kuncahyo. Selasa, 25 Oktober 2016 pukul 10:00 di Kantor Satpo PP Kota

Serang )

  Kelima, anggaran merupakan hal yang paling sensitif, dimana tanpa adanya anggaran maka semua kegiatan atau program tidak akan terlaksana. Pada hakikatnya semua kegiatan termasuk rehabilitasi sosial memerlukan anggaran yang cukup besar untuk menjalankannya pada program rehabilitasi sosial ditahun 2017 yang ditargetkan merehabilitasi 25 dari 75 orang dimana anggarannya sebesar Rp. 55.000.000, ini menjadi alasan yang membuat program rehabilitasi sosial kurang efektif. (sumber: wawancara dengn kepala bidang pelayanan dan

  

rehabilitasi sosial bapak Dul Barid, jumat 21 oktober 2016, pukul 09:00 di Dinas

Sosial Kota Serang)

  Berdasarkan latar belakang masalah yang telah peneliti paparkan diatas, maka peneliti ingin meneliti mendalam tentang Manajemen Rehabilitasi Sosial Pengemis Di Kota Serang.

1.2. Identifikasi Masalah

  Berdasarkan pendahuluan latar belakang masalah yang telah peneliti paprkan diatas maka peneliti mengeidentifikasikan masalah sebagai berikut:

  13

  1. Masih banyak masyarakat yang belum mengetahui perda nomor 2 tahun 2010 tentang pencegahan, pemberantasan dan penanggulangan penyakit masyarakat

  2. Kurangnya sarana dan prasaran pendukung rehabilitasi sosial pengemis di Kota Serang, seperti belum adanya tempat penampungan ataupun karantina untuk para penyandang masalah kesejahteraan sosial seperti pengemis dalam memberikan penyuluhan serta belum adanya alat penunjang pelatihan keahlian khusus.

  3. Kurangnya Sumber Daya Manusia membuat kinerja Dinas Sosial dinilai tidak baik dalam hal rehabilitasi sosial pengemis di Kota Serang.

  4. Lemahnya kordinasi antara Dinas Sosial dengan SATPOL PP

  5. Kurangnya anggaran yang membuat tidak adanya atau kurangnya alat- alat keahlian dikarenakan anggaran yang tidak mencukupi untuk mengadakan alat-alat keahlian tersebut.

1.3. Batasan Masalah

  Dari uraian-uraian latar belakang maslaah dan identifikasi masalah diatas peneliti mempunyai keterbatasan kemampuan dan berfikir secara menyeluruh.

  Maka dengan itu peneliti membuat batasan masalah penelitian yaitu, manajemen pengelolaan rehabilitasi sosial di Dinas Sosial dengan studi kasus pengemis di lampu merah dan Terminal Kota Serang.

  14

  1.4.Rumusan Masalah

  Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang telah peneliti paparkan dalam bahasan sebelumnya,maka dalam hal ini peneliti membuat Rumusan Masalah sebagai berikut:

  1. Bagaimana karakterisitik pengemis di Kota Serang?

  2. Bagaimana bentuk manajemen rehabilitasi sosial yang dilakukan oleh Dinas Sosial Kota Serang?

  3. Bagaimana proses manajemen rehabilitasi sosial di Dinas Sosial Kota Serang?

  1.5.Tujuan Penelitian

  Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Untuk mengetahui bagaimana karakteristik pengemis di Kota Serang

  2. Untuk mengetahui bagaimana model rehabilitasi sosial yang dilakukan Dinas Sosial Kota Serang

  3. Untuk memaparkan dan mendeskripsikan mengenai bagaimana proses manajemen rehabilitasi sosial pengemis di Kota Serang

  1.6.Manfaat Penelitian

  Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk semua pihak yang bersangkutan dalam penelitian ini, baik manfaat secara praktis maupun secara teoritis.

1.6.1. Manfaat Teoritis

  Beberapa manfaat secara praktis dari penelitian ini, yaitu sebagai

  15

  a. Pengembangan Keilmuan Melalui penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan keilmuan, khususnya dibidang Ilmu Administrasi Daerah b. Pengembangan Rehabilitasi

  Dengan penelitian ini diharapkan mampu mengembangkan pelaksanaan rehabilitasi sosial di Kota Serang

1.6.2. Manfaat Praktis

  Beberapa manfaat secara praktis dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut: a. Bagi peneliti

  Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai Manajemen Strategi Dinas Sosial Dalam Program Rehabilitasi Sosial Pengemis di Kota Serang

  b. Bagi pembaca Penelitian ini dapat memberikan masukan bagi penelitian ini dapat memberikan informasi secara tertulis maupun sebagai referensi instansi lokal khususnya Dinas Sosial kota Serang

1.7. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Latar belakang masalah menjelaskan mengapa peneliti mengambil judul penelitian tersebut, juga menggambarkan ruang lingkup dan kedudukan masalah

  16

  uraian ini, dapat bersumber dari hasil penelitian yang sudah ada sebelumnya, hasil seminar ilmiah, hasil pengamatan, pengalaman pribadi, dan intuisi logik. Latar belakang timbulnya masalah perlu diuraikan secara jelas, faktual dan logik.

  1.2 Identifikasi Masalah

  Mendeteksi aspek permasalahan yang muncul dan berkaitan dari judul penelitian atau dengan masalah atau variable yang akan diteliti. Identifikasi masalah biasanya dilakukan pada studi pendahuluan pada objek yang diteliti, observasi dan wawancara ke berbagai sumber sehingga semua permasalahan dapat diidentifikasi.

  1.3 Rumusan Masalah

  Menetapkan masalah yang paling penting dan berkaitan dengan judul penelitian.

  1.4 Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian mengungkapkan tentang sasaran yang ingin dicapai dengan dilaksanakannya penelitian, terhadap masalah yang telah dirumuskan. Isi dan rumusan tujuan penelitian sejalan dengan isi dan rumusan masalah.

  1.5 Manfaat Penelitian

  Menggambarkan tentang manfaat penelitian baik secara praktis maupun teoritis.

BAB II DESKRIPSI TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN

  17

  2.1 Deskripsi Teori

  Mengkaji berbagai teori yang relevan dengan permasalahan variabel penelitian, kemudian menyusunnya secara teratur dan rapi yang digunakan untuk merumuskan masalah.

  2.2 Kerangka Berpikir

  Kerangka berpikir menggambarkan alur pikiran penelitian sebagai kelanjutan dari kajian teori untuk memberikan penjelasan kepada pembaca.

  2.3 Asumsi Dasar Penelitian

  Menyajikan prediksi penelitian yang akan dihasilkan sebagai hipotesa kerja yang mendasari penulisan sebagai landasan awal penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

  3.1 Metode Penelitian

  Sub bab ini menjelaskan metode yang digunakan dalam penelitian

  3.2 Instrumen Penelitian

  Sub bab ini menjelaskan tentang proses penyusunan dan jenis alat pengumpul data yang digunakan. Dalam penelitian kualitatif instrumennya adalah peneliti itu sendiri.

  3.3 Informan Penelitian

  Sub bab ini menjelaskan tentang orang yang dijadikan sumber untuk mendapatkan data dan sumber yang diperlukan dalam penelitian. Dapat diperoleh dari kunjungan lapangan yang dilakukan di lokasi penelitian, dipilih secara purposive dan bersifat snowball sampling.

  18

  3.4 Teknik Pengumpulan Data

  Menguraikan teknik pengumpulan data hasil penelitian dan cara menganalisis yang telah diolah dengan menggunakan teknik pengolahan data sesuai dengan sifat data yang diperoleh, melalui pengamatan, wawancara, dokumentasi dan bahan-bahan visual.

  3.5 Teknik Analisis Data

  Sub bab ini menggambarkan tentang proses penyederhanaan data ke dalam formula yang sederhana dna mudah dibaca serta mudah diinterpretasi, maksudnya analisis data disini tidak saja memberikan kemudahan interpretasi, tetapi mampu memberikan kejelasan makna dari setiap fenomena yang diamati, sehingga implikasi yang lebih luas dari hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan simpulan akhir penelitian. Analisis data dapat dilakukan melalui pengkodean dan berdasarkan kategorisasi data.

  3.6 Uji Keabsahan Data

  Sub bab ini menggambarkan sifat keabsahan data dilihat dari objektifitas dalam subjektivitas. Untuk dapat mendapat data yang objektif berasal dari unsur subjektivitas objek penelitian, yaitu bagaimana menginterpretasikan realitas sosial terhadap fenomena-fenomena yang ada.

  3.7 Lokasi Penelitian

  Tempat yang dijadikan penelitian

3.8 Jadwal Penelitian Menjelaskan tentang tahapan waktu penelitian.

  19

BAB IV HASIL PENELITIAN

  4.1 Deskripsi Objek Penelitian

  Menjelaskan tentang objek penelitian yang meliputi lokasi penelitian secara jelas, struktur organisasi dari populasi atau sampel yang telah ditentukan serta hal lain yang berhubungan dengan objek penelitian.

  4.2 Hasil Penelitian

  Menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif.

  4.3 Pembahasan

  Merupakan pembahasan lebih lanjut terhadap hasil analisis data dan wawancara narasumber.

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

  Menyimpulkan hasil penelitian yang diungkapkan secara singkat, jelas, sejalan dan sesuai dengan permasalahan serta hipotesis penelitian.

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN ASUMSI DASAR

2.1. Landasan Teori

  Pada bab ini peneliti akan menggunakan beberapa teori yang mendukung masalah dalam penelitian ini, dimana berfungsi untuk menjelaskan dan menjadi panduan dalam penilitian. Teori yang akan digunakan adalah beberapa teori yang mendukung masalah peneliti mengenai Manajemen Rehabilitasi Sosial Pengemis Di Kota Serang.

2.1.1. Definisi Manajemen

  Menurut Stoner dalam Handoko (2003:9) menjelaskan definisi manajemen sebagai berikut : “Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha- usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah di tetapkan” Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur.

  Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi manajemen itu. Jadi, manajemen merupakan proses untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan. Manajemen dan organisasi bukan tujuan, tetapi hanya alat untuk mencapai tujuan yang diinginkan, karena tujuan yang dicapai itu adalah pelayanan atau laba.

  Sedangkan menurut Hasibuan dalam bukunya Manajemen pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sedangkan Manajemen menurut Sikula dalam Hasibuan (2011:2) yang di terjemahkan sebagai berikut:

  “bahwa manajemen pada umumnya dikaiktkan dengan aktivitas-aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, penempatan, pengarahan, pemotivasian, komunikasi, dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh setiap organisasi dengan tujuan untuk mengkoordinasikan berbagai sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan sehingga akan dihasilkan suatu produk atau jasa secara efisien.”