PERAN DINAS SOSIAL DALAM PENERTIBAN ANAK JALANAN, PENGEMIS DAN GELANDANGAN DI KOTA BANDAR LAMPUNG

(1)

ABSTRAK

PERAN DINAS SOSIAL DALAM PENERTIBAN ANAK JALANAN, PENGEMIS DAN GELANDANGAN DI KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh :

Citra Ayu Wardani

Keberadaan anak jalanan, gelandangan dan pengemis serta adanya pelaku eksploitasi merupakan beban bagi masyarakat kota. Faktor seperti kemiskinan, rendahnya pendidikan, terbatasnya pengetahuan/keterampilan, terbatasnya fisik/kesehatan, pengaruh pola pikir/budaya masyarakat, urbanisasi, terbatasnya/ ketiadaan lapangan pekerjaan dan sebagainya yang akhirnya banyak diantara anggota masyarakat demi mempertahankan hidupnya tinggal dijalan. Oleh karena itu masalah tersebut tidak dapat dibiarkan begitu saja oleh Pemerintahan Daerah khususnya dalam hal ini Dinas Sosial Kota Bandar Lampung, Menurut Peraturan Walikota No 15 Tahun 2008 tentang Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Sosial Kota Bandar Lampung, bahwa Dinas Sosial merupakan salah satu pihak yang ikut serta dalam penertiban Anak Jalanan, Pengemis dan Gelandangan sesuai dengan Peraturan Daerah No 3 Tahun 2010. Penelitian ini mengambil rumusan masalah yaitu Peran Dinas Sosial dalam penertiban Anak Jalanan, Pengemis dan Gelandangan di Kota Bandar Lampung, serta faktor-faktor penghambat dalam penertiban Anak Jalanan, Pengemis dan Gelandangan di Kota Bandar Lampung. Metode penelitian yang digunakan penulis adalah penelitian hukum normatif dan empiris, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis Peran Dinas Sosial Dalam Penertiban Anak Jalanan, Pengemis dan Gelandangan di Kota Bandar Lampung. Lokasi Penelitian di Kantor Dinas Sosial Kota dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) APIK lampung yang merupakan salah satu mitra dari Dinas sosial dalam penertiban anak jalanan, pengemis dan gelandangan di Kota Bandar Lampung. Sumber datanya menggunakan Data Primer dan Data Sekunder, Teknik Pengumpulan Data dengan studi kepustakaan dan studi lapangan, sedangkan pengolahan data dengan cara seleksi data, Klasifikasi Data dan Penyusunan Data.

Peran Dinas Sosial Kota Bandar Lampung dalam Penertiban Anak Jalanan, Pengemis dan Gelandangan tidak terlepas dari Peraturan Daerah nomor 3 Tahun 2010 yaitu dengan Tahap Penertiban dan Pembinaan. Faktor penghambat yang


(2)

harus dihadapi Dinas Sosial Kota Bandar Lampung dalam upaya penertiban anak jalanan, pengemis dan gelandangan: Faktor Ekonomi dari para Anak Jalanan, Pengemis dan Gelandangan, kurangnya dana serta belum adanya Panti dari Dinas Sosial yang khusus menangani Anak Jalanan, Pengemis dan Gelandangan.

Diharapkan agar kiranya Dinas Sosial Kota Bandar Lampung dapat memberikan kontribusi yang lebih baik lagi serta lebih meningkatkan kinerjannya khususnya di Bilang Pelayangan dan Rehabilitasi Sosial di Kota Bandar Lampung, serta dapat meningkatkan koordinasi dan kerjasama yang baik dengan LSM yang bermitra dengan Dinas Sosial Kota Bandar Lampung ( LSM APIK, LADA, Sinar Jati, 3ci dan al- achyar).


(3)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan permasalahan kesejahteraan sosial di Kota cenderung meningkat, munculnya berbagai fenomena sosial bersumber baik dari dalam masyarakat maupun akibat pengaruh globalisasi, industrialisasi dan derasnya arus informasi. Masalah kesejahteraan sosial merupakan kenyataan sosial kemasyarakatan di kota yang dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kemiskinan, rendahnya pendidikan, terbatasnya pengetahuan/keterampilan, terbatasnya fisik/kesehatan, pengaruh pola pikir/budaya masyarakat, urbanisasi, terbatasnya/ ketiadaan lapangan pekerjaan dan sebagainya yang akhirnya banyak diantara anggota masyarakat demi mempertahankan hidupnya terpaksa berada di tempat umum menjadi anak jalanan, gelandangan yang berperilaku sebagai pengemis di tempat umum dan jalanan. Keberadaan anak jalanan, gelandangan dan pengemis serta adanya pelaku eksploitasi merupakan beban bagi masyarakat kota.

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Alinea Keempat menegaskan bahwa tujuan di bentuknya Pemerintahan Negara Republik Indonesia adalah melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan


(4)

2

ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan sosial. Selanjutnya didalam pasal 34 Undang-Undang Dasar 1945 ditegaskan bahwa fakir miskin dan anak terlantardi pelihara oleh negara. Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dam memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusia serta negara bertanggungjawab atas penyediaan Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan Fasilitas Pelayanan Umum yang layak.

Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial dinyatakan bahwa penyelenggaraan sosial bertujuan meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas dan kelangsungan hidup, memulihkan fungsi sosial dalam rangka mencapai kemandirian, meningkatkan ketahanan sosial masyarakat dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara melembaga dan berkelanjutan, meningkatkan kualitas menajemen penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

Di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1980 tentang Penanggulangan Gelandangan dan Pengemis ditegaskan bahwa gelandangan dan pengemis tidak sesuai dengan norma kehidupan bangsa indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, karena itu perlu diadakan usaha-usaha pembinaan yang bertujuan untuk memberikan rehabilitasi agar mampu mencapai taraf hidup, kehidupan dan penghidupan yang layak sebagai Warga Negara Republik Indonesia.

Terkait dengan perlindungan anak menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak dinyatakan bahwa anak adalah potensi serta penerus cita-cita bangsa yang dasar-dasarnya telah diletakkan oleh generasi


(5)

3

sebelumnya. Agar setiap anak mampu memikul tanggung jawab tersebut maka perlu mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar secara rohani, jasmani maupun sosial.

Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Pelindungan Anak disebutkan bahwa negara menjamin kesejahteraan tiap-tiap warga negaranya, termasuk perlindungan terhadap hak anak yang merupakan hak asasi manusia. Upaya perlindungan anak perlu dilaksanakan sedini mungkin, yakni sejak dari janin dalam kandungan sampai anak berumur 18 tahun. Bertitik tolak dari konsepsi perlindungan anak yang utuh dan menyeluruh, maka kewajiban memberikan perlindungan kepada anak berdasarkan asas-asas sebagai berikut :

a. Non diskriminasi;

b. Kepentingan yang terbaik bagi anak;

c. Hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan; dan d. Penghargaan terhadap pendapat anak.

Disisi lain keberadaan anak jalanan, gelandangan dan pengemis dengan menggunakan jalan tidak sesuai dengan fungsi jalan dapat mengganggu keselamatan, keamanan dan kelancaran lalu lintas, hal tersebut tidak dapat dianggap sebagai suatu bentuk kewajaran dan perlu ditanggulangi secara berkesinambungan dan melibatkan seluruh komponen masyarakat baik dilingkup pemerintah kota maupun oleh masyarakat itu sendiri, berdasarkan Nilai-nilai Kemanusiaan dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku dengan mengedepankan peningkatan kualitas dan pemberdayaan Sumber Daya Manusia. Seiring dengan pelaksanaan Kebijakan Otonomi Daerah maka daerah harus


(6)

4

berperan aktif dalam melaksanakan upaya-upaya bagi penanganan permasalahn sosial tersebut.

Data pada Pusdatin Kesejahteraan Sosial Tahun 2010 menyebutkan bahwa pada Tahun 2009 populasi Anak Jalanan di Indonesia mencapai 85.013 jiwa. Penyebarannya hingga disemua Kota Propinsi di Indonesia. Namun apabila di lihat 10 angka yang memiliki angka terbesar maka dapat digambarkan dalam table sebagai berikut:

Tabel 1

Populasi Anak Jalanan di Indonesia Tahun 2009

No Propinsi Jumlah

1 Nusa Tenggara Barat 12.764

2 Nusa Tenggara Timur 12.937

3 Jawa Tengah 8.027

4 JawaTimur 7.872

5 Jawa Barat 4.650

6 Sulawesi Tengah 4.636

7 Banten 3.902

8 Sumatera Barat 3.353

9 Maluku 2.899

10 Lampung 2.799

Sumber : Pusdatin ( Pusat Data dan informasi) Data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial, 2010


(7)

5

Dari Tabel 1 diatas menunjukan bahwa profinsi Lampung ada dalam posisi ke 10 dan ini perlu ditindak lanjuti oleh para pihak yang terkait. Selain masalah Anak Jalanan, masalah umum Gelandangan dan Pengemis pada hakikatnya erat terkait dengan masalah ketertiban dan keamanan yang menganggu ketertiban dan keaman didaerah perkotaan. Dengan berkembangnya Anak Jalanan, Pengemis dan Gelandangan maka diduga akan memberi peluang munculnya gangguan keamanan dan ketertiban, yang pada akhirnya akan menganggu stabilitas sehingga pembangunan akan terganggu, serta cita-cita nasional tidak dapat diwujudkan. Jelaslah diperlukan usaha-usaha penanggulangan gepeng tersebut.

Sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 3 Tahun 2010, tentang penertiban Anak Jalanan, Pengemis dan Gelandangan menimbang:

1. Bahwa dalam rangka menjunjung tinggi Nilai- nilai Keadilan, ketertiban dan kemanfaatan sesuai pancasila dan Undang–Undang Dasar 1945, maka dipandang perlu melakukan pembinaan terhadap Anak Jalanan, Gelandangan dan Pengemis agar mereka dapat menjadi warga Kota Bandar Lampung yang bermartabat.

2. Bahwa mengingat keberadaan Anak Jalanan, Gelandangan dan Pengemis merupakan Fenomena Sosial yang keberadaannya membahayakan diri sendiri dan/atau orang lain serta Ketertiban Umum serta memungkinkan mereka menjadi sasaran Eksploitasi dan tindak kekerasan.

3. Bahwa Anak Jalanan, Gelandangan dan Pengemis merupakan warga yang memiliki Hak dan Kewajiban yang sama serta perhatian yang sama sehingga perlu dilakukan penanggulangan secara Komprehensif, Terpadu, Terarah dan Berkeseimbangan dengan melibatkan berbagai unsur baik


(8)

6

Pemerintah maupun Non Pemerintah agar mendapatkan penghidupan dan kehidupan yang layak.

Dinas Sosial saat ini sedang berupaya mengurangi pertumbuhan Anak Jalanan, Gelandangan dan Pengemis dengan cara menerapkan Peraturan Daerah (Perda) tersebut. Dinas Sosial Kota Bandar Lampung sering melakukan razia bagi para Anak Jalanan, Pengemis dan Gelandangan tersebut dan mereka diberikan pembinaan diPanti dan yang masih memiliki keluarga mereka dikembalikan lagi kekeluarganya.

Akan tetapi kenyataan dilapangan masih ada Anak Jalanan, Gelandangan dan Pengemis dipinggiran Kota Bandar Lampung, khususnya diperempatan Lampu merah dijalan protokol yang banyak dilalui oleh para pengguna jalan. Namun dalam pelaksanaannya Dinas Sosial Kota Bandar Lampung belum cukup optimal dalam kinerja penertiban Anak Jalanan, Pengemis dan Gelandangan di Kota Bandar Lampung.

Berdasarkan uraian diatas, untuk mengetahui tentang penertiban Anak Jalanan, Pengemis dan Gelandangan diKota Bandar Lampung maka penulis berkesimpulan untuk mengadakan penelitian mengenai :

“ PERAN DINAS SOSIAL DALAM PENERTIBAN ANAK JALANAN, PENGEMIS DAN GELANDANGAN DI KOTA BANDAR LAMPUNG “


(9)

7

1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup

1.2.1 Permasalahan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah :

a. Bagaimana Peran Dinas Sosial dalam penertiban Anak Jalanan, Pengemis, dan Gelandangan sesuai Peraturan Daerah (PERDA) Nomor 3 Tahun 2010 di Kota Bandar lampung?

b. Faktor–faktor apa saja yang menjadi penghambat Dinas Sosial dalam penertiban Anak Jalanan, Pengemis dan Gelandangan?

1.2.2 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup bidang ilmu penelitian ini adalah Hukum Kenegaraan khususnya Hukum Administrasi Negara. Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah Peran Dinas Sosial dalam penertiban Anak jalanan, Pengemis dan Gelandangan di Kota Bandar Lampung. Hal-hal yang menjadi kajian dalam penelitian ini adalah tentang Peran Dinas Sosial di Kota Bandar Lampung dalam penanganan penertiban Anak Jalanan, Pengemis dan Gelandangan. serta Faktor-faktor Penghambat dalam penertiban Anak Jalanan, Pengemis dan Gelandangan. Lokasi penelitian ini secara spesifik di laksanakan di Dinas Sosial Kota Bandar Lampung.

1.3 Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Setelah melihat pokok bahasan dan permasalahan yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan penelitian dalam penulisan skripsi ini antara lain sebagai berikut :


(10)

8

a. Untuk mengetahui dan menganalisis Peran Dinas Sosial dalam penertiban Anak Jalanan, Pengemis dan Gelandangan di Kota Bandar Lampung.

b. Untuk mengetahui dan menganalisis Faktor–faktor kendala yang dihadapi Dinas Sosial dalam penertiban Anak Jalanan, Pengemis dan Gelandangan.

1.3.2 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini mempunyai dua Aspek kegunaan, yaitu Kegunaan Teoritis dan Kegunaan Praktis.

a. Dari segi kegunaan Teoritis

Hasil penelitian diharapkan dapat mengembangkan teori, konsep, pelaksanaan Tugas pokok, Fungsi dan Tujuan Dinas Sosial dalam penertiban Anak Jalanan, Pengemis dan Gelandangan berdasarkan Peraturan Daerah (PERDA) Nomor 3 Tahun 2010 di Kota Bandar Lampung. Kegunaan penulisan untuk pelengkap secara objektif dengan menggunakan ilmu pengetahuan yang ada dalam penertiban Anak Jalanan, Pengemis dan Gelandangan di Kota Bandar Lampung berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang–undangan yang berlaku.

b. Dari segi Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan bahan referensi bagi para pihak yang berminat mendalami Ilmu Hukum Administrasi Negara.


(11)

9

1. Dapat dijadikan masukan yang berguna bagi Instansi yang berhubungan dengan penertiban Anak Jalanan, Pengemis dan Gelandangan di Kota Bandar Lampung.

2. Dapat memberikan masukan-masukan Kualitatif terhadap pelaksanaan penertiban Anak jalanan, Pengemis dan Gelandangan di Kota Bandar Lampung.

3. Sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Stara 1 khususnya pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.


(12)

0

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PengertianPeran

Peran menurut Soerjono Soekanto (1982:60), adalah Suatu system kaidah–kaidah yang berisikan patokan–patokan perilaku, pada kedudukan–kedudukan tertentu dalam masyarakat, kedudukan dimana dapat dipunyai pribadi atau kelompok– kelompok. Peran itu bersifat Sosiologis, pribadi yang mempunyai peran dinamakan Pemegang Peranan (role occupant) dan perilakunya adalah berperannya pemegang peranan, dapat sesuai atau mungkin berlawanan dengan apa yang ditentukan didalam kaidah – kaidah. Dikatakan juga bahwa Pemegang Peranan adalah Subjek Hukum.

Soerjono Soekanto (1983:5) mengatakan bahwa Suatu peran dapat diuraikan dalam unsur-unsur sebagai berikut :

a. Peranan yang ideal(ideal role);

b. Peranan yang seharusnya( expected role);

c. Peranan yang dianggap oleh diri sendiri( perceived role);dan d. Peranan yang sebenarnya dilakukan (actual role )

Sedangkan WJS Poerwadarminta( 1982 : 735 ) memberikan batasan bahwa Peran adalah orang yang memegang Pimpinan utama apabila akan terjadinya sesuatu


(13)

✁✁

atau peristiwa. Peran merupakan yang memegang pimpinan utama apabila akan terjadinya sesuatu atau peristiwa .

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Peran adalah aspek dinamis (tindakan atau perilaku) yang diharapkan seseorang yang menduduki posisi tertentu untuk melaksanakan Hak dan Kewajibannya sesuai dengan kedudukannya dalam suatu System Sosial.

Dalam pembahasan ini pemegang Peranan atau Subjek Hukumnya adalah Dinas Sosial Kota Bandar Lampung, yang berperan membantu dalam penertiban Anak Jalanan, Pengemis dan Gelandangan di Kota Bandar Lampung. Peranan Dinas Sosial dalam penertiban Anak jalanan, Pengemis dan Gelandangan diberikan tugas, wewenang dan fungsi membantu menyelenggarakan Pemerintahan, Administrasi, Organisasi dan Tatalaksana dan memberikan Pelayanan Administratif masyarakat kota Bandar Lampung.

2.2 Pengertian Anak jalanan , Pengemis dan Gelandangan 2.2.1 Pengertian Anak jalanan

Menurut UUD 1945, “Anak Terlantar itu dipelihara oleh Negara”. Artinya Pemerintah mempunyai tanggung jawab terhadap pemeliharaan dan pembinaan Anak-anak terlantar, termasuk Anak jalanan. Hak-hak asasi Anak terlantar dan Anak jalanan, pada hakekatnya sama dengan Hak-hak Asasi Manusia pada umumnya, seperti halnya tercantum dalam UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia .


(14)

✂ ✄

Begitu pula dalam Konvensi Regional I tentang Anak Jalanan di Asia pada tahun 1989 juga disebutkan bahwa Anak Jalanan adalah anak yang hidup dijalanan dan anak yang menghabiskan waktunya untuk bekerja dijalanan guna membiayai hidupnya, baik yang masih memiliki rumah dan keluarga maupun mereka yang sudah tidak memiliki keluarga lagi. Anak Jalanan sebagai suatu Permasalahan Sosial kemasyarakatan khususnya masyarakat perkotaan, dalam pandangan para pakar maupun Organisasi dan Departemen terkait belum memiliki suatu kesamaan pendapat maupun definisi yang seragam bagi hal tersebut.

Dalam Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 Peraturan Daerah (PERDA) Kota Bandar Lampung Nomor 3 Tahun 2010, Anak jalanan didefinisikan sebagai Anak yang berusia 0-18 tahun kebawah yang beraktivitas di jalanan antara 4-8 jam per hari.

Studi yang dilakukan oleh Soedijar (1989/1990) menunjukkan bahwa Anak Jalanan adalah Anak yang berusia antara 7-15 tahun yang bekerja di jalanan dan dapat mengganggu ketentraman dan keselarnatan orang lain serta mebahayakan dirinya sendiri.

Di lihat dari profil Anak jalanan Badan Pelatihan dan Perkembangan Kesejahteraan Sosial (BalatbangKesos, 2005) terdapat beberapa kecenderungan, yaitu :

1. Sebagian besar Anak Jalanan melakukan aktivitas berjualan dijalan; 2. Memperoleh makanan dengan cara membeli sendiri;

3. Lama tinggal dijalan dalam satu hari di atas 12 jam;

4. Memperoleh uang dengan hasil berjualan dan mengamen untuk membantu kebutuhan keluarga dan kurang betah dirumah.


(15)

☎ ✆

Anak-anak Jalanan mempunyai tipe :

1. Anak jalanan yang masih memiliki dan tinggal dengan orang tua;

2. Anak jalanan yang masih memiliki orang tua tapi tidak tinggal dengan orang tua;

3. Anak jalanan yang sudah tidak memiliki orang tua tapi tinggal dengan keluarga; dan

4. Anak jalanan yang sudah tidak memiliki orang tua dan tidak tinggal dengan keluarga.

Mulandar (1996: 112) memberikan empat ciri yang melekat ketika seorang Anak digolongkan sebagai Anak Jalanan :

1. Berada ditempat Umum ( Jalan, Pasar, Pertokoan, Tempat-tempat Hiburan) selama 3-24 jam sehari;

2. Berpendidikan Rendah (kebanyakan putus sekolah, sedikit sekali yang tamat SD);

3. Berasal dari Keluarga-keluarga tidak mampu (kebanyakan kaum Urbanisasi, beberapa diantaranya tidak jelas keluarganya); dan 4. Melakukan Aktivitas Ekonomi (melakukan pekerjaan pada Sektor

Informal).

Selain ciri khas yang melekat akan keberadaanya, Anak Jalanan juga dapat dibedakan dalam tiga kelompok. Surbakti dalam Suyanto (2002: 41) membagi pengelompokan Anak Jalanan tersebut sebagai berikut :


(16)

✝ ✞

a. Children On The Street;

yakni Anak-anak yang mempunyai kegiatan Ekonomi sebagai Pekerja Anak dijalanan, namun mempunyai hubungan yang kuat dengan Orang tua mereka. Fungsi Anak jalanan dalam kategori ini adalah untuk membantu memperkuat Penyangga Ekonomi keluarganya karena beban atau tekanan kemiskinan yang mesti ditanggung dan tidak dapat diselesaikan sendiri oleh orang tuanya.

b. Children Of The Street;

yakni Anak-anak yang berpartisipasi penuh dijalanan, baik secara Sosial dan Ekonomi, beberapa diantara mereka masih mempunyai hubungan dengan Orang tua mereka tetapi frekuensinya tidak menentu. Banyak diantara mereka adalah Anak-anak yang karena suatu sebab, biasanya kekerasan lari atau pergi dari rumah.

c. Children From Families Of The Street ;

yakni Anak-anak yang berasal dari keluarga yang hidup dijalanan, walaupun anak-anak ini mempunyai hubungan kekeluargaan yang cukup kuat, tetapi hidup mereka terombang-ambing dari suatu tempat ketempat yang lain dengan segala resikonya.

2.2.2 Pengertian Pengemis

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia(1991 dan 2001), yang sering dianggap sebagai rujukan resmi Bahasa Indonesia. Kata “mengemis,” menurut KBBI, berasal dari “emis” dan punya duapengertian:

1.“meminta-mintasedekah”

2. meminta dengan merendah-rendah dan dengan penuh harapan. Sedang “Pengemis” adalah Orang yang meminta-minta.


(17)

✟ ✠

Pengemis adalah Orang-orang yang mendapat penghasilan dengan meminta-minta ditempat umum dengan berbagai cara dan alasan untuk mengharapkan belas kasihan orang lain. Indikator :

a. Anak sampai usia dewasa (laki-laki/perempuan) usia 18-59 tahun; b. Meminta-minta dirumah-rumah Penduduk, Pertokoan, Persimpangan

Jalan (lampu lalu lintas), Pasar, tempat Ibadah dan tempat umum lainnya;

c. Bertingkah laku untuk mendapatkan belas kasihan berpura-pura sakit, merintih dan kadang-kadang mendoakan dengan bacaan-bacaan ayat suci, sumbangan untuk Organisasi tertentu; dan

d. Biasanya mempunyai tempat tinggal tertentu atau tetap, membaur dengan penduduk pada umumnya.

Menurut Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2010 pasal 1, Pengemis adalah seseorang atau kelompok dan/atau bertindak atas nama Lembaga Sosial yang mendapatkan penghasilan dengan meminta-minta dijalanan dan/atau ditempat umum dengan berbagai cara dan alasan untuk mengharapkan belas kasihan dari orang lain. Pengemis dibedakan menjadi 2 yaitu : Pengemis Produktif dan Pengemis Usia Lanjut. Pengemis Usia Produktif adalah Pengemis yang berusia 19 –59 Tahun termasuk pengemis yang bertindak atas nama Lembaga Sosial atau Panti Asuhan. sedangkan Pengemis Usia Lanjut adalah Pengemis yang berusia 60 tahun ke atas.

Pengemis adalah Orang-orang yang mendapatkan penghasilan dengan meminta-minta dimuka umum dengan berbagai cara dan alasan untuk mengharapkan belas


(18)

✡6

kasihan dari orang lain. Penjelasan ini dikemukan menurut Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 15 Tahun 2008.

Dua Faktor penyebab adanya Pengemis, yaitu Faktor Internal dan Faktor Eksternal. Faktor Internal meliputi sifat-sifat malas, tidak mau bekerja, mental yang tidak kuat, adanya cacat fisik ataupun cacat psikis. Sedangkan Faktor Eksternal meliputi faktor sosial, kultural, ekonomi, pendidikan, lingkungan, agama dan letak geografis. (Alkostar : 1984)

2.3.3 Pengertian Gelandangan

Menurut Departemen Sosial R.I (1992), Gelandangan adalah orang-orang yang hidup dalam keadaan tidak sesuai dengan Norma-norma kehidupan yang layak dalam masyarakat setempat serta tidak mempunyai tempat tinggal dan pekerjaan yang tetap diwilayah tertentu dan hidup mengembara di tempat umum.

Pasal 1 Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2010, menjelaskan bahwa Gelandangan adalah seseorang yang hidup dalam keadaan tidak sesuai Norma kehidupan yang layak dalam masyarakat, tidak mempunyai mata pencarian dan tidak mempunyai tempat tinggal tetap. Sedangkan Menurut Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 15 Tahun 2008, Gelandangan adalah Orang yang hidup dalam keadaan tidak sesuai dengan norma kehidupan yang layak dalam masyarakat setempat, tidak mempunyai tempat tinggal dan pekerjaan yang tetap diwilayah tertentu dan hidup mengembara di tempat umum.


(19)

☛ ☞

Gelandangan merupakan Lapisan Sosial, Ekonomi dan Budaya paling bawah dalam Stratifikasi masyarakat kota. Dengan demikian maka Gelandangan merupakan Orang-orang yang tidak mempunyai tempat tinggal atau rumah dan pekerjaan yang tetap atau layak, berkeliaran didalam Kota, makan-minum serta tidur disembarang tempat. ( Wirosardjono : 1990 )

Pengertian Gelandangan tersebut memberikan pengertian bahwa mereka termasuk golongan yang mempunyai kedudukan lebih terhormat daripada pengemis. Gelandangan pada umumnya mempunyai pekerjaan tetapi tidak memiliki tempat tinggal yang tetap (berpindah-pindah). Sebaliknya Pengemis hanya mengharapkan belas kasihan orang lain serta tidak tertutup kemungkinan golongan ini mempunyai tempat tinggal yang tetap.

Diberikan tiga gambaran umum Gelandangan, Menurut Muthalib dan Sudjarwo yaitu :

(1) sekelompok orang miskin atau dimiskinkan oleh masyarakatnya; (2) orang yang disingkirkan dari kehidupan khalayak ramai; dan

(3) orang yang berpola hidup agar mampu bertahan dalam kemiskinan dan keterasingan.

Dengan mengutip Definisi Operasional Sensus Penduduk maka Gelandangan terbatas pada mereka yang tidak memiliki tempat tinggal yang tetap, atau tempat tinggal tetapnya tidak berada pada wilayah pencacahan. Karena wilayah pencacahan telah habis membagi tempat hunian rumah tinggal yang lazim maka yang dimaksud dengan gelandangan dalam hal ini adalah orang-orang yang bermukim pada daerah daerah bukan tempat tinggal tetapi merupakan konsentrasi


(20)

✌8

hunian orang-orang seperti di bawah jembatan, kuburan, pinggiran sungai, emper toko, sepanjang rel kereta api, taman, pasar, dan konsentrasi hunian gelandangan yang lain.

2.3 Hak–Hak Anak Jalanan , Pengemis dan Gelandangan

Setiap masyarakat pasti memiliki Hak Asasi Manusia , Hak Asasi Manusia adalah Hak hidup, Hak kemerdekaan, Hak memiliki, Hak belajar, Hak untuk mencari nafkah dan lain lain . Demikian juga dengan Anak-anak, masa Anak anak adalah masa yang paling membahagiakan bagi kebanyakan orang. Karena pada masa itu, kita tidak mendapatkan tutntutan atau pun tetakanan sosial.

Pada masa anak-anak, yang menjadi sebuah tugas utama adalah bermain sembari belajar. Kesenangan pada masa anak-anak, akan berlanjut hingga usia remaja dimana tanggung jawab mulai diperkenalkan dan dibebankan pada anak-anak.Pada masa remaja inilah, seorang anak mulai dikenalkan dengan norma dan aturan yang berlaku didunia nyata. Pada masa ini pulalah, seorang anak mulai menjelajahi dunia yang lebih luas. Hanya saja, dewasa ini, beberapa remaja di Indonesia mendapatkan sorotan lebih. Terdapat beberapa kasus pelecehan seksual yang dilakukan oleh para remaja ini. Para anak-anak yang menginjak remaja ini melakukan pelecehan seksual kepada lawan jenis yang usianya tidak jauh berbeda.

Menurut UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, dan Keputusan Presiden RI No. 36 Tahun 1990 tentang Pengesahan Convention on the Right of the Child (Konvensi tentang hak Anak). Mereka perlu mendapatkan hak-haknya secara normal sebagaimana layaknya anak, yaitu Hak Sipil dan


(21)

✍9

Kemerdekaan (civil righ and freedoms), lingkungan keluarga dan pilihan pemeliharaan (family envionment and alternative care), kesehatan dasar dan kesejahteraan (basic health and welfare), pendidikan, rekreasi dan budaya (education, laisure and culture activites), dan perlindungan khusus (special protection).

Karna antara rakyat dan pemerintah pun terdapat Hak dan Kewajiban yang timbale balik, Rakyat mempunyai hak asasi yang perlu di perhatikan dan diurus oleh pemerintah, semetara rakyat berkewajiban mematuhi peraturan yang diterapkan oleh pemerintahnya. Sebaliknya pemerintah berhak di patuhi oleh rakyat dalam masalah-masalah kenegaraan selama tidak menyimpang dari ketentuan yang berlaku.Disamping memiliki Hak dan Kewajiban Pemerintah juga memiliki kewajiban untuk melayani dan memakmurkan rakyat serta berlaku adil terhadap mereka.( Drs. H. Burhanuddin Salam , 2006:11)

Dan salah satu yang menjadi sorotan oleh pemerintah adalah masalah Kesejahteraan Sosial. Secara umum masyarakat memandang bahwa masalah anak jalanan, pengemis dan geladangan merupakan masalah yang sangat kompleks . Ada 3 Model Penanganan anak jalanan ,yaitu :

1. Family base ,adalah model dengan memberdayakan keluarga anak jalanan melalui beberapa metode yaitu melalui pemberian modal usaha, memberikan tambahan makanan, dam memberikan penyuluhan berupa penyuluhan tentang keberfungsian keluarga. Dalam model ini diupayakan peran aktif keluarga dalam membina dan menumbuh kembangkan anak jalanan;


(22)

✎0

2. Institutional base, adalah model pemberdayaan melalui pemberdayaan lembaga-lembaga sosial di masyarakat dengan menjalin networking melalui berbagai institusi baik lembaga pemerintah mau pun lembaga social masyarakat;

3. Multi-system base, adalah model pemberdayaan melalui jaringan system yang ada mulai dari anak jalanan itu sendiri, keluarga anak jalanan, masyarakat, para pemerhati anak, akademisi, aparat penegak hukum serta instansi terkait lainnya.

Penanganan anak, seperti anak terlantar sering dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab. Sementara anak jalanan berhak untuk hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara wajar, sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.Sebab Jumlah anak jalanan di Indonesia mengalami peningkatan pesat dalam beberapa tahun belakangan. Pada tahun 1998, menurut Kementrian Sosial menyatakan bahwa terjadi peningkatan jumlah anak jalanan sekitar 400%. Dan pada tahun 1999 diperkirakan jumlah anak jalanan di Indonesia sekitar 50.000 anak dan 10% diantaranya adalah perempuan. Peningkatan jumlah anak jalanan yang pesat merupakan fenomena sosial yang perlu mendapat perhatian serius dari berbagai pihak. Perhatian ini tidak semata-mata terdorong oleh besarnya jumlah anak jalanan melainkan karena situasi dan kondisi anak jalanan yang buruk dimana kelompok ini belum mendapatkan hak-haknya bahkan sering dilanggar.


(23)

✏ ✑

Disampaikan juga tentang latar belakang perlunya upaya perlindungan terhadap anak terlantar, gelandangan dan pengemis yaitu :

1. Amanat UUD 1945 pasal 28 B (2) yang kemudian diterjemahkan ke dalam Undang-UndangdanPeraturanPemerintah yang mengatur tentang anak. 2. Memperbaiki kualitas hidup, kesejahteraan dan perlindungan anak

merupakan komitmen Jangka Panjang Pembangunan Nasional Indonesia : UU No. 17/ 2007 tentang RPJPN (2005-2025), dijabarkan ke RPJMN 2004-2009, 2010-2014 dst

3. Komitmen pemerintah RI dalam pembangunan manusia di tingkat global, yaitu Millenium Development Goals danWorld Fit forChildren yang diterjemahkan ke dalam PNBAI (2003-2015)

4. Penerapan peraturan yang benarterhadapanak (Convention on the Rights of The Child.

2.4 Kedudukan , Tugas Pokok , dan Fungsi Dinas Sosial Kota Bandar Lampung

Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota Bandar Lampung telah di tetapkan dengan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung nomor 3 Tahun 2008 . Kedudukan Dinas Sosial berdasarkan pasal 2 Peraturan Walikota Bandar Lampung nomor 15 Tahun 2008 di tentukan bahwa :

“ Dinas adalah unsur pelaksana Pemerintah Propinsi yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada walikota melalui Sekretaris daerah . Dinas di pimpin oleh Kepala Dinas .”


(24)

✒✒

Dinas Sosial adalah merupakan unsur pelaksana otonomi daerah yang melaksanakan urusan pemerintahan daerah yang di pimpin oleh seorang kepala Dinas yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada walikota melalui sekretaris Daerah.

Tugas pokok Dinas sosial berdasarkan pasal 3 Peraturan Walikota Bandar Lampung nomor 15 Tahun 2008 ditentukan bahwa :

“ Dinas sosial mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang Kesejahteraan Sosial berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan . “

Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada pasal 3 peraturan ini , Dinas sosial mempunyai fungsi berdasarkan pasal 4 Peraturan walikota Bandar Lampung nomor 15 Tahun 2008 adalah :

a. Perumusan Kebijakan teknis dibidang Kesejahteraan Sosial;

b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum sesuai dengan lingkup tugasnya;

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tugasnya; d. Pelaksanaan tugas lain yabg di berikan oleh walikota sesuai

dengan tugas dan fungsinya.

2.2 Dasar Hukum Dinas Sosial

Dalam melaksanakan penyelenggaraan tugas dan wewenang pelaksanaanya berlandarkan pada Landasan Hukum / Dasar Hukum yang di pakai terdiri dari :


(25)

✓ ✔

b. Undang-UndangNomor 4 Tahun 1974 Tentang Kesejahteraan Anak; c. Undang-UndangNomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak; d. Undang-UndangNomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia; e. Undang-UndangNomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak; f. Undang-UndangNomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan; g. Undang-UndangNomor 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial; h. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1980 Tentang Penanggulangan

Gelandangan dan Pengemis;

i. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1988 Tentang Usaha Kesejahteraan Bagi Anak yang mempunyai masalah;

j. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 1983 Tentang Koordinasi Usaha Kesejahteraan Sosial Gelandangan dan Pengemis; k. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1974 Tentang ketentuan-ketentuan

pokok kesejahteraan Sosial;

l. Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990 Tentang Pengesahan Konvensi tentang Hak-hak anak(convention on The Right of Child).


(26)

✕ ✖

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Masalah

Sesuai dengan rumusan yang akan dibahas, maka pendekatan masalah dalam penelitian ini menggunakan pendekatan Normatif–Empiris :

1. Pendekatan Normatif

Pendekatan normatif yaitu pendekatan dengan cara studi kepustakaan yang dilakukan dengan mengkaji kaidah-kaidah hukum, undang-undang, peraturan dan berbagai literatur yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.

2. Pendekatan Empiris

Pendekatan empiris yaitu dengan meneliti serta mengumpulkan data primer yang telah diperoleh secara langsung pada Objek penelitian melalui Wawancara atau Interview dengan responden atau nara sumber ditempat objek penelitian yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini di Dinas Sosial Kota Bandar Lampung guna mengetahui dan mempelajari pelaksanaan penertiban Anak jalanan, Pengemis dan Gelandangan di Kota Bandar Lampung.


(27)

✗ ✘

3.2 Sumber Data

Adapun Sumber Data didalam penelitian ini meliputi Data primer dan Data sekunder, yaitu :

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari keterangan-keterangan dan informasi-informasi responden secara langsung melalui wawancara dan observasi lapangan khususnya di Dinas Sosial Kota Bandar Lampung.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelusuran studi kepustakaan dengan mempelajari berbagai literatur, dokumen resmi, dan peraturan perundang-undangan yang terkait dalam objek penelitian. Data ini terdiri dari :

A. Bahan hukum primer, yaitu bahan – bahan hukum yang bersifat mengikat berupa peraturan perundang-undangan yang meliputi :

1. Undang – Undang Dasar 1945 Pasal 28 ayat (2) disebutkan bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. 2. Undang – Undang Dasar 1945 Pasal 34 disebutkan bahwa fakir

miskin dan anak terlantar di pelihara oleh Negara.

3. Undang–Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. 4. Undang–Undang No. 4 Tahun 1974 tentang Kesejahteraan Anak. 5. Undang–Undang No. 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial.


(28)

✙6 B. Bahan hukum sekunder yaitu bahan–bahan hukum yang dapat memberikan penjelasan bahan hukum primer berupa kumpulan hukum literatur, hasil karya ilmiah, seperti :

1. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1980 tentang Penanggulangan Gelandangan dan Pengemis.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1988 tentang Usaha Kesejahteraan bagi anak yang mempunyai masalah.

3. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 3 Tahun 2010 tentang pembinaan anak jalanan, pengemis dan gelandangan.

C. Bahan hukum Tersier, yaitu bahan–bahan yang berguna untuk memberikan penjelasan atas petunjuk terhadap bahan hukum primer dan sekunder seperti teori-teori dan pendapat-pendapat dari sarjana-sarjana atau ahli hukum, Kamus Besar Bahasa Indonesia, artikel, internet dan literatur-literatur lain yang berkaitan dengan pokok bahasan penelitian ini.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah prosedur dan sistematik secara standar untuk memperoleh data yang di perlukan yang ada hubungannya antara metode pengumpulan data dengan maslah yang akan di pecahkan. Langkah- langkah yang diperlukan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah :

a. Studi kepustakaan

Studi kepustakaan dilakukan dengan cara membaca, mempelajari, mengutip dan menelaah literatur – literatur atau referensi yang berupa


(29)

27

peraturan, pendapat para ahli yang ada hubungannya dengan permasalahan yang akan dibahas.

b. Studi Lapangan

Studi Lapangan dilakukan guna memperoleh data primer yang dilakukan dengan cara interview dan wawancara kepada Staf yang menangani tentang kajian yang dibahas. Adapun teknik wawancara yang di pergunakan dalam penelitian ini adalah dengan penggunaan wawancara terbuka dan langsung, dalam hal ini peneliti membuat pokok yang mengarah kepada permasalahan dan kemudian di kembangkan pada saat wawancara .

3.4 Metode Pengolahan Data

Setelah melakukan pengumpulan data, selanjutnya data-data tersebut tersebut diolah sehingga dapat di gunakan untuk menganalisis permaslahan yang ada . Data yang di peroleh baik melalui studi kepustakaan maupun studi lapangan dan studi dokumen selanjutnya diolah dengan cara :

a. Seleksi data

Seleksi data untuk mengetahui kelengkapan keseluruhan data yang terkumpul baik data primer maupun data sekunder yang diolah kembali, diteliti dan dievaluasi secara selektif sesuai dengan pokok permasalahan.


(30)

28

b. Klasifikasi data

Yaitu data yang telah selesai diseleksi, kemudian dikelompokkan sesuai pokok bahasan sehingga sesuai dengan jenis dan berhubungan dengan pokok bahasan.

c. Penyusunan data

Penyusunan data dengan cara mensistematiskan dan menempatkan data sesuai dengan pembahasan yang akan diteliti. Hal ini untuk memudahkan memberikan arti terhadap data yang telah disusun .

3.5 Analisis data

Setelah data di peroleh maka tahap selanjutnya adalah menganalisis data merupakan usaha untuk menemukan jawaban atas pertanyaan mengenai perihal di dalam rumusan masalah serta hal-hal yang diperoleh dari suatu penelitian pendahuluan. Dalam proses analisis data ini, rangkaian data yang telah tersusun secara sistematis menurut klasifikasinya kemudian diuraikan dan dianalisis secara kualitatif, yakni dengan memberikan pengertian terhadap data yang dimaksud menurut kenyataan yang diperoleh di lapangan, sehingga hal tersebut benar-benar menyatakan pokok permasalahan yang ada dan disusun dalam bentuk kalimat ilmiah secara sistematis selanjutnya ditarik suatu kesimpulan yang berupa jawaban permasalahan berdasarkan hasil penelitian.


(31)

6✚

BAB V

PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Dari uraian bab-bab diatas Peran Dinas Sosial dalam penertiban Anak jalanan,Pengemis dan Gelandangan di Kota Bandar Lampung, seperti yang telah dikutip pada bab-bab sebelumnya baik yang didukung oleh Data Sekunder maupun Data Primer, maka berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Peran Dinas Sosial dalam penertiban anak jalanan, pengemis dan gelandangan di Kota Bandar Lampung sesuai Peraturan daerah nomor 3 tahun 2010 masih belum optimal, ini dapat di lihat dari kinerja Dinas Sosial kota yang hanya bertugas penertiban saja. tetapi dalam upaya pembinaan dalam PERDA tersebut Dinas Sosial Kota masih bermitra dengan beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang salah satu nya adalah APIK Lampung. Karna sampai sekarang Dinas Sosial Kota Bandar Lampung belum memiliki Panti sendiri yang menangani Anak Jalanan, pengemis dan Gelandangan.


(32)

61

2. Faktor Penghambat dari Dinas Sosial Kota Bandar Lampung dalam penertiban Anak Jalanan, pengemis dan gelandangan adalah faktor ekonomi. Dalam hal ini Dinas Sosial Kota tidak bisa menghilangkan fenomena anak jalanan, pengemis dan gelandangan, Dinas Sosial dan LSM-LSM khususnya APIK yang memang itu berperan dalam penertiban ini hanya bisa meminimalisasikan kegiatan mereka yang terjun kejalan untuk meminta-minta. Selain ekonomi dari Anak Jalanan, Pengemis dan Gelandangan kurangnya dana dan belum tersedianya Panti khusus dari Dinas Sosial juga merupakan salah satu faktor penghambat dari Dinas Sosial Kota Bandar Lampung.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diuraikan diatas, maka dikemukakan saran bagi Peran Dinas Sosial dalam peneriban Anak Jalanan, Pengemis dan Gelandangan di Kota Bandar Lampung yaitu sebagai berikut:

1. Dinas Sosial Kota Bandar Lampung harus lebih mengoptimalkan perannya dalam penertiban Anak Jalanan, Pengemis dan Gelandangan di Kota Bandar Lampung bukan hanya dalam menertibkan tetapi juga pembinaan yang layak bagi para anak jalanan, pengemus dan gelandangan.

2. Dinas Sosial Kota Bandar Lampung juga harus lebih tegas dalam pemberian saksi bagi para Anak Jalanan, pengemis dan Gelandangan


(33)

6✛ yang nakal. Mereka yang telah mendapatkan pembinaan tetapi tetap turun kejalan untuk meminta-minta, mengamen, dan lain-lain.

3. Dinas Sosial Kota Bandar Lampung harus lebih bisa bekerja sama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat agar lebih terciptanya kinerja yang baik dan optimal bagi kesejahteraan para anak jalanan, pengemis dan gelandangan.

4. Dinas Sosial perlu mencantumkan didalam anggaran untuk penambahkan dana bagi penertiban Anak jalanan, Pengemis dan Gelandangan agar usaha penertiban lebih optimal.


(34)

(35)

DAFTAR PUSTAKA

Buwono X, Hamengku (Sultan of Yogyakarta),2007. Merajut Kembali Indonesia Kita. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Mujiyadi, B. 2011. TOR studi Kebutuhan pelayanan Anak Jalanan. Puslitbang Kesejahteraan Sosial Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial Kementerian Sosial, Jakarta. Moeliono, Laurike.2004.Pendampingan anak jalanan menurut para pendamping anak jalanan. Pusat Kajian Pembangunan Masyarakat, Unika Atmajaya.

Nurmayani, 2009. Hukum Administrasi Daerah. Universitas Lampung : Lampung. Ridwan, HR.2002.Hukum Administrasi Daerah.UII: Yogyakarta .

Salam, Drs. H. Burhanudin. 2006.Etika Sosial ( Asas Moral dan Kehidupan). Rineka Cipta, Jakarta.

Seabrook, jeremy.2006. Kemiskinan Global.Resist Book, Yogyakarta. Soekanto, Soerjono. 1986. Pengantar Penelitian Hukum. UI Press: Jakarta. Soekanto, Soerjono.1982.Sosiologi Suatu Pengantar. PT Rajawali Press, Jakarta. Suud, Mohammad.2006.Kesejahteraan sosial.PT. Prestasi Pustaka, Jakarta. Syani, Abdul.2007.Sosiologi, PT. Bumi Aksara, Jakarta.

Peraturan Perundang-undangan Undang-Undang Dasar 1945

Undang-Undang tahun 1999 tentang Hak asasi manusia

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2003 tentang Pemerintahan Daerah Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial

Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1980 tentang Penanggulangan Gelandangan dan Pengemis


(36)

Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 1988 tentang Usaha Kesejahteraan Bagi Anak yang mempunyai masalah

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 40 tahun 1983 tentang Koordinasi Usaha Kesejahteraan Sosial Gelandangan dan pengemis

Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990 tentang Pengesahan Konvensi tentang hak-hak anak (convention on the right of child)

Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 3 Tahun 2010 tentang Penertiban anak jalanan,pengemis dan gelandangan

Surat Kabar


(37)

Dedicated

I dedicated this little masterpiece of mine for my beloved family, especially my mother Dra. Suwarti

and father Wahyu Hidayat Hifnie, BE who always supporting me with all their might, their love and

pray are my aims to be success in everything to make them pround and happy.

And also to amazing sisters and brother, Citra Dwiyana Putri , Citra Janiencia Setiani and Taufik

Hidayat W.H who always have been supporting me and cheering me up whenever I am down and felt

tired, it is a blessed having all of you by my side.

Then, my life would not have been completed yet without all of my big family A Hifnie Adi Negara

and Darmo Suwito, am proud to be part of ours.

And for all of my friend, my especially to GOL and HIMA HAN , which I can not mention one by

one, what can i say more, without all of you i am totally all alone and nothing, your friendship and

kindness taught me lots about the power of bestfriend.

Last but not least, Thanks you so much University of Lampung (UNILA) , especially for Law

Department, you are the best, I present this to my beloved lectures, I am trully nothing without you


(38)

MOTTO

MAN JADDA WAJADA Siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil Jangan pernah meremehkan impian, walaupun setinggi apa pun.


(39)

PERAN DINAS SOSIAL DALAM PENERTIBAN ANAK JALANAN, PENGEMIS DAN GELANDANGAN DI KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh

CITRA AYU WARDANI Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(40)

Judul Skripsi :PERAN DINAS SOSIAL DALAM PENERTIBAN ANAK JALANAN, PENGEMIS DAN

GELANDANGAN DI KOTA BANDAR LAMPUNG

Nama Mahasiswa :Citra Ayu Wardani Nomor Pokok Mahasiswa :0852011056

Bagian :Hukum Administrasi Negara

Fakultas :Hukum

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Charles Jackson, S.H., M.H. Nurmayani, S.H., M.H. NIP 195512 17198103 1 002 NIP 196112 19198803 2 002

2. Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara

Nurmayani, S.H., M.H. NIP 196112 19198803 2 002


(41)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua :Charles Jackson, S.H, M.H. ...………....

Sekretaris/Anggota :Nurmayani, S.H., M.H. ....………...

Penguji Utama :Sri Sulastuti, S.H., M.H. ...

2. Dekan Fakultas Hukum

Dr. Heriyandi, S.H., M.S. NIP 19621109 198703 1 003


(42)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 5 Januari 1992, sebagai anak pertama dari empat bersaudara, dari pasangan Bapak Wahyu Hidayat Hifnie, BE dan Ibu Dra. Suwarti

Pendidikan Taman Kanak- kanak ( TK) Al-Munawarah Bandar Lampung diselesaikan tahun 1996. Pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SD 2 Sukajawa Bandar Lampung diselesaikan tahun 2002, Sekolah Menengah Pertama (SLTP ) di SMP Kartika II-2 (Persit) Bandar Lampung pada tahun 2005, dan Sekolah Menengah Atas ( SMA) di SMAN 10 Bandar Lampung diselesaikan tahun 2008.

Pada tahun 2008, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Hukum Universitas Lampung melalui jalur Mandiri (UM). Penulis juga aktif dalam kegiatan mahasiswa terdaftar sebagai salah satu anggota Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Hukum Universitas Lampung tahun 2008- 2010. serta aktif dalam HIMA HAN Fakultas Hukum tahun 2009-2011.


(43)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadiran Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan dan penyusunan skripsi dengan baik. Skripsi dengan judul “Peran Dinas Sosial dalam penertiban Anak Jalanan, Pengemis dan Gelandangan di Kota Bandar Lampung”ini adalah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa proses penulisan dan penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak, khususnya yang berada pada Program Sarjana Hukum Universitas Lampung. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Heryandi, S.H., M.S., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung;

2. Bapak Armen Yasir, S.H.,M.H selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Lampung, yang telah memberikan dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah di Fakultas Hukum Universitas Lampung;

3. Ibu Nurmayani, S.H., M.H., Ketua Jurusan Hukum Administrasi Negera Universitas Lampung dan selaku Dosen Pembimbing II yang telah dengan sabar meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam penulisan dan penyusunan skripsi;


(44)

4. Ibu Upik Hamidah, S.H., M.H., Sekretaris Jurusan Hukum Administrasi Negera Universitas Lampung;

5. Bapak Charles Jackson, S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing I yang telah sabar meluangkan waktu, serta memberikan kemudahan, arahan dan bimbingan dalam penulisan dan penyusunan skripsi;

6. Ibu Sri Sulastuti, S.H., M.H., selaku Pembahas I yang dengan sabar memberikan waktu, bantuan, saran serta kritik kepada penulis selama menyelesaikan skripsi;

7. Ibu Eka Deviani, S.H.,M.H. selaku Pembahas II yang dengan sabar telah memberikan waktu, saran dan kritik membangun, demi kesempurnaan skripsi ini;

8. Selvia Oktaviani, S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membantu dalam memberikan semangat dan motivasi kepada penulis selama menjalani kuliah di Fakultas Hukum Universitas Lampung;

9. Seluruh Dosen-Dosen dan Staf Fakultas Hukum Universitas Lampung yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih telah memberi bekal ilmu pengetahuan, bimbingan dan bantuan kepada penulis selama menjadi mahasiswa di Fakultas Hukum UNILA. Dan khusus untuk Staf di Jurusan Hukum Administrasi Negara pada Pak Marlan, ibu Herawati dan pak Misyo terima kasih;

10. Teristimewa untuk orang tuaku tercinta Bapak Wahyu Hidayat Hifnie, BE dan Ibu Dra. Suwarti yang telah membesarkan penulis dengan penuh kasih sayang, limpahan do’a, semangat, bantuan dan dukungan yang selalu mengiringi penulis. Serta memberikan banyak inspirasi dalam penulisan karya kecil ini sehingga karya kecil ini bisa terselesaikan dengan baik.


(45)

11. Yang Tersayang adik-adikku Citra Dwiyana Putri, Citra Janiencia Setiani dan Taufik Hidayat Wahyu Hifnie yang telah memberikan do’a, cinta, kasih sayang, motivasi,dan semangatnya.

12. Keluarga besarku A. Hifnie Adi Negara dan Darmo Suwito, makasih atas do’a, motivasi serta dukungannya selama ini semoga kalian bangga;

13. Sahabat seperjuanganku dari awal masuk FH sampai sekarang suka duka bersama Dira Oktria Almega, Inez Vania Herrera, Queen Pristi N.S, Irmayuli Frestia, Lucky Dina Ristama, Reza Fahlefi, Ria Andayani, Septiana Sari, dan A. Gema Dwi Putra. Terima kasih buat motivasi, dukungan dan kebersamaannya. I LOVE GOL ,I’ll be missing you all :)

14. Sahabat-sahabatku di HIMA HAN 2008, M. Tangguh Wicaksono, Iyai Iqbal, Cikwo Tya, Uut Mona, Feri Unyew, Sista Nadia, Yulai, Cuzzy, Ira, Jeke, Danu, Dova, semua anggota HIMA HAN tercinta yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas do’a, dukungan dan kebersamaan selama ini. “ kemesraan ini janganlah cepat berlalu”;

15. A. Indra Darmawan agung dan Adelia Rizki Andari sahabat dikala suka dan duka yang telah sabar menghadapi penulis,memberikan do’a, dukungan, dan movitasi selama ini;

16. Seluruh angkatan 2008 Fakultas Hukum, terimakasih atas canda dan tawa kalian selama perkuliahan ini yang takkan pernah dilupakan selamanya;

17. Kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga ALLAH SWT memberikan rahmat dan pahala atas segala bantuan yang kalian berikan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi penulis dalam mengembangkan


(46)

ilmu pengetahuan. Dalam Penulisan ini penulis menyadari bahwa skrispi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu segala saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan oleh penulis. Akhir kata penulis berharap skripsi ini nantinya dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Maret 2012 Penulis,


(1)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua :Charles Jackson, S.H, M.H. ...………....

Sekretaris/Anggota :Nurmayani, S.H., M.H. ....………...

Penguji Utama :Sri Sulastuti, S.H., M.H. ...

2. Dekan Fakultas Hukum

Dr. Heriyandi, S.H., M.S. NIP 19621109 198703 1 003


(2)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 5 Januari 1992, sebagai anak pertama dari empat bersaudara, dari pasangan Bapak Wahyu Hidayat Hifnie, BE dan Ibu Dra. Suwarti

Pendidikan Taman Kanak- kanak ( TK) Al-Munawarah Bandar Lampung diselesaikan tahun 1996. Pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SD 2 Sukajawa Bandar Lampung diselesaikan tahun 2002, Sekolah Menengah Pertama (SLTP ) di SMP Kartika II-2 (Persit) Bandar Lampung pada tahun 2005, dan Sekolah Menengah Atas ( SMA) di SMAN 10 Bandar Lampung diselesaikan tahun 2008.

Pada tahun 2008, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Hukum Universitas Lampung melalui jalur Mandiri (UM). Penulis juga aktif dalam kegiatan mahasiswa terdaftar sebagai salah satu anggota Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Hukum Universitas Lampung tahun 2008- 2010. serta aktif dalam HIMA HAN Fakultas Hukum tahun 2009-2011.


(3)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadiran Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan dan penyusunan skripsi dengan baik. Skripsi dengan judul “Peran Dinas Sosial dalam penertiban Anak Jalanan, Pengemis dan Gelandangan di Kota Bandar Lampung”ini adalah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa proses penulisan dan penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak, khususnya yang berada pada Program Sarjana Hukum Universitas Lampung. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Heryandi, S.H., M.S., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung;

2. Bapak Armen Yasir, S.H.,M.H selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Lampung, yang telah memberikan dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah di Fakultas Hukum Universitas Lampung;

3. Ibu Nurmayani, S.H., M.H., Ketua Jurusan Hukum Administrasi Negera Universitas Lampung dan selaku Dosen Pembimbing II yang telah dengan sabar meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam penulisan dan penyusunan skripsi;


(4)

4. Ibu Upik Hamidah, S.H., M.H., Sekretaris Jurusan Hukum Administrasi Negera Universitas Lampung;

5. Bapak Charles Jackson, S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing I yang telah sabar meluangkan waktu, serta memberikan kemudahan, arahan dan bimbingan dalam penulisan dan penyusunan skripsi;

6. Ibu Sri Sulastuti, S.H., M.H., selaku Pembahas I yang dengan sabar memberikan waktu, bantuan, saran serta kritik kepada penulis selama menyelesaikan skripsi;

7. Ibu Eka Deviani, S.H.,M.H. selaku Pembahas II yang dengan sabar telah memberikan waktu, saran dan kritik membangun, demi kesempurnaan skripsi ini;

8. Selvia Oktaviani, S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membantu dalam memberikan semangat dan motivasi kepada penulis selama menjalani kuliah di Fakultas Hukum Universitas Lampung;

9. Seluruh Dosen-Dosen dan Staf Fakultas Hukum Universitas Lampung yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih telah memberi bekal ilmu pengetahuan, bimbingan dan bantuan kepada penulis selama menjadi mahasiswa di Fakultas Hukum UNILA. Dan khusus untuk Staf di Jurusan Hukum Administrasi Negara pada Pak Marlan, ibu Herawati dan pak Misyo terima kasih;

10. Teristimewa untuk orang tuaku tercinta Bapak Wahyu Hidayat Hifnie, BE dan Ibu Dra. Suwarti yang telah membesarkan penulis dengan penuh kasih sayang, limpahan do’a, semangat, bantuan dan dukungan yang selalu mengiringi penulis. Serta memberikan banyak inspirasi dalam penulisan karya kecil ini sehingga karya kecil ini bisa terselesaikan dengan baik.


(5)

11. Yang Tersayang adik-adikku Citra Dwiyana Putri, Citra Janiencia Setiani dan Taufik Hidayat Wahyu Hifnie yang telah memberikan do’a, cinta, kasih sayang, motivasi,dan semangatnya.

12. Keluarga besarku A. Hifnie Adi Negara dan Darmo Suwito, makasih atas do’a, motivasi serta dukungannya selama ini semoga kalian bangga;

13. Sahabat seperjuanganku dari awal masuk FH sampai sekarang suka duka bersama Dira Oktria Almega, Inez Vania Herrera, Queen Pristi N.S, Irmayuli Frestia, Lucky Dina Ristama, Reza Fahlefi, Ria Andayani, Septiana Sari, dan A. Gema Dwi Putra. Terima kasih buat motivasi, dukungan dan kebersamaannya. I LOVE GOL ,I’ll be missing you all :)

14. Sahabat-sahabatku di HIMA HAN 2008, M. Tangguh Wicaksono, Iyai Iqbal, Cikwo Tya, Uut Mona, Feri Unyew, Sista Nadia, Yulai, Cuzzy, Ira, Jeke, Danu, Dova, semua anggota HIMA HAN tercinta yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas do’a, dukungan dan kebersamaan selama ini. “ kemesraan ini janganlah cepat berlalu”;

15. A. Indra Darmawan agung dan Adelia Rizki Andari sahabat dikala suka dan duka yang telah sabar menghadapi penulis,memberikan do’a, dukungan, dan movitasi selama ini;

16. Seluruh angkatan 2008 Fakultas Hukum, terimakasih atas canda dan tawa kalian selama perkuliahan ini yang takkan pernah dilupakan selamanya;

17. Kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga ALLAH SWT memberikan rahmat dan pahala atas segala bantuan yang kalian berikan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi penulis dalam mengembangkan


(6)

ilmu pengetahuan. Dalam Penulisan ini penulis menyadari bahwa skrispi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu segala saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan oleh penulis. Akhir kata penulis berharap skripsi ini nantinya dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Maret 2012 Penulis,