LaPORAN PKL

BAB I PENDAHULUAN

  1.1. Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan (PKL)

  Perguruan tinggi merupakan lembaga yang bertanggung jawab dalam mendidik anak bangsa menjadi pelaku pembangunan dimasa mendatang. Namun dengan berbagai keterbatasannya Perguruan tinggi hanya memprioritaskan pada pembekalan anak didiknya dengan ilmu dan sedikit keterampilan selama proses perkuliahan. Ilmu yang diberikan lebih banyak bertumpu pada teori-teori yang tentunya tidak selalu ideal dilapangan. Untuk mengurangi kesenjangan ini, maka kepada mahasiswa tingkat akhir diwajibkan mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL).

  Praktek Kerja Lapangan (PKL) wajib dilaksanakan oleh Mahasiswa karena didalamnya banyak didapat pengalaman-pengalaman lapangan sehingga akan menambah wawasan dan pengetahuan yang mungkin tidak didapat dalam perkuliahan di Kampus. Selain itu, Praktek Kerja Lapangan (PKL) merupakan bentuk kuliah dimana Mahasiswa terjun langsung dilapangan. Diharapkan dengan melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Mahasiswa akan lebih banyak mengetahui seluk beluk proyek dan ilmu-ilmu lain di lapangan.

  1.2. Maksud dan Tujuan

  Praktek Kerja Lapangan (PKL) dimaksudkan agar Mahasiswa mampu menerapkan secara nyata dan jelas dari proses pelaksanaan konstruksi di lapangan dengan penerapan-penerapan teori-teori yang diperoleh pada bangku perkuliahan, sedangkan tujuannya adalah agar lulusan Perguruan tinggi khususnya sarjana Teknik Sipil mempunyai bekal lapangan yang cukup dalam memahami serta memecahkan persoalan yang dihadapi sesuai dengan disiplin ilmu yang diketahui. Adapun tujuan Khusus dari Praktek Kerja Lapangan (PKL) di antaranya adalah sebagai berikut : 1) Sebagai persyaratan kurikulum perkuliahan yang harus dipenuhi oleh setiap mahasiswa Fakultas Teknik Unram. 2) Mempersiapkan Sarjana Teknik Sipil yang siap pakai dalam melaksanakan

  Pembangunan Nasional di masa sekarang maupun di masa yang akan datang. 3) Mengenalkan kepada Mahasiswa mengenai sistem pelaksanaan suatu proyek konstruksi di lapangan.

  1.3. Lingkup Bahasan

  Karena banyaknya pekerjaan yang ada di lapangan dan terbatasnya waktu yang tersedia, adapun materi Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang wajib dipahami dan dipelajari serta dilaporkan adalah sebagai berikut :

  a. Pekerjaan Pondasi

  b. Pekerjaan Kolom dan Balok

  c. Review Design dan Anggaran Biaya untuk Struktur

  d. Rencana Kerja

  1.4. Deskipsi Proyek

  Data-data lengkap pembangunan perumahan griya kebon sajiq sebagai berikut : Nama Proyek : Pembangunan Perumahan Griya Kebon Sajiq Lokasi Proyek : Jln. AA Gede Ngurah No. 140 Blok B. 10 Pemilik Proyek : I Gusti Nyoman Artha S.H. Biaya Proyek (keseluruhan) : Rp. 1.100.000.000,00

1.5. Lokasi Proyek

  Proyek Pembangunan Perumahan Griya Kebon Sajiq bertempat di Jln. AA Gede Ngurah No. 140 Blok B.10 Abian Tubuh NTB.

Gambar 1.1 Denah Lokasi Praktek Kerja Lapangan

BAB II ORGANISASI PELAKSANAAN PROYEK

2.1. Unsur-unsur Proyek

  Di dalam pelaksanaan pekerjaan agar dapat tercapainya sasaran yang efektif dalam pelaksanaan, diperlukan suatu organisasi yang bertanggung jawab dalam menyelesaikan pekerjaan proyek tersebut. Organisasi proyek tersebut mempunyai fungsi dan peranan yang saling melengkapi di dalam penyelesaian proyek tersebut.

  Keuntungan yang didapat dengan adanya organisasi yang dibentuk, antara lain : a. Dapat membagi tugas antara masing-masing pelaksana.

  b. Koordinasi masing-masing unit kegiatan dapat berjalan dengan lancar.

  c. Dapat menempatkan seseorang atau tenaga ahli sesuai dengan bidangnya.

  d. Sebagai sarana yang dapat digunakan pemimpin untuk mengawasi bawahannya.

  Organisasi adalah berupa kegiatan yang mengatur dan menyusun pelaksanaan pekerjaan termasuk mengatur dan menyusun hubungan kerja organisasi yang melibatkan unsur-unsur pembangunan yang terdiri dari : a. Pemilik Proyek.

  b. Konsultan perencana.

  c. Konsultan pengawas.

  d. Kontraktor.

PEMILIK PROYEK KONTRAKTOR KONSULTAN

Gambar 2.1. Hubungan Antar Unsur-unsur Proyek Pada sistem ini pemilik pada tahap perekayasan dan perancangan

  (Engineering Design) mengadakan ikatan kontrak dengan Konsultan

  Perencana. Pada tahap pelaksanaan (Construction) Pemilik mengadakan ikatan kontrak dengan pihak Kontraktor. Pada sistem ini Kontraktor seakan- akan bekerja sendiri- sendiri secara independen. Perencana menyelesaikan tugas-tugas perencanaanya sebelum Pemilik memilih Kontraktor Pelaksana. Setelah penentuan Kontraktor biasanya pemilik meminta perencana menjadi pengawas pelaksanaan peroyek atas nama pemilik.

  1. Hubungan kerja antara Pemberi tugas dan Kontraktor adalah hubungan kontraktual yang dituangkan dalam surat perjanjian kerja.

  2. Hubungan kerja antara Pemberi tugas dengan Konsultan adalah hubungan kontraktual yang dituangkan dalam surat perjanjian kerja.

  3. Hubungan kerja antara Konsultan dengan Kontraktor adalah hubungan fungsional dalam menjalankan ketentuan tugas dan tanggung jawab masing-masing sebagaimana telah tertuang dalam dokumen pelaksanaan.

2.2 Hubungan Kerja Unsur-unsur Proyek

   Pemilik Proyek Pemilik Proyek adalah badan atau pejabat yang memberikan suatu pekerjaan dan menanggung semua biaya dari pekerjaan tersebut. Pemilik proyek dapat berupa perorangan maupun instansi baik pemerintah maupun swasta. Pada pekerjaan Pembangunan Perumahan Griya Kebon Sajiq.

  Pemilik proyek memiliki kewajiban antara lain :

  1. Bertanggung jawab atas tercapainya seluruh sasaran proyek yang dikelolanya.

  2. Memimpin seluruh staf proyek dan bersama–sama melaksanakan kegiatan sesuai dengan ketentuan, prosedur dan jadwal yang telah ditetapkan.

  3. Bersama bendahara menyediakan, mengelola dan bertanggung jawab terhadap keuangan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

  4. Menyetujui berita acara lainnya yang dibuat oleh Konsultan Pengawas.

  5. Mengadakan koordinasi dan memberikan pengarahan terhadap pelaksanaan proyek dalam kegiatan sehari–hari.

  6. Menyampaikan informasi mengenai hambatan yang dihadapi melalui jalur utusan langsung guna mendapatkan petunjuk penyelesaian masalah. Wewenang Pemilik Proyek adalah :

  1. Mengambil tindakan yang menyebabkan pengeluaran sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan untuk masing – masing tolak ukur dan dalam batas – batas yang sesuai dengan jenis pengeluaran dan pedoman pelaksanaan kegiatan.

  2. Mengadakan hubungan kerja dan kerjasama dengan instansi – instansi lainnya baik pusat maupun daerah menurut keperluannya, termasuk pembuatan kontrak kerja.

  3. Mengatur tata kerja proyek yang terperinci dalam suatu pedoman kerja sebagai petunjuk dalam pelaksanaan tugas sehari – hari dengan memperhatikan petunjuk yang ditetapkan Departemen atau Lembaga yang berada diatasnya.

   Konsultan Konsultan adalah badan hukum yang diserahkan tugas oleh pimpinan pelaksana kegiatan untuk melaksanakan pekerjaan pengawasan, antara lain :

  Kegiatan Konsultan selama kontrak berjalan adalah sebagai berikut :

  1. Melakukan pengawasan kualitas dan kuantitas pada pelaksanaan kontruksi.

  2. Inspeksi ke lapangan dapat diadakan bersama atau sendiri – sendiri.

  3. Rapat bulanan/rapat koordinasi untuk evaluasi program diadakan secara berkala oleh tiga pihak dan dibuatkan berita acaranya.

  4. Surat menyurat dari Pimpinan Pelaksana Kegiatan ke kontraktor maupun sebaliknya, melakukan perhitungan perubahan nilai kontrak (Amandemen Contract) dan eskalasi kontak berupa berita acara yang ditandatangani oleh tiga pihak, bila diperlukan.

  5. Setiap tagihan (termyn) kontraktor berdasarkan kemajuan fisik lapangan setiap bulannya yang telah disetujui dan ditandatangani oleh tiga pihak.  Kontraktor

  Kontraktor adalah suatu badan hukum yang berbentuk perusahaan baik umum maupun perorangan yang bergerak dalam bidang pelaksanaan pembangunan fisik dari suatu kontruksi. Dalam melaksanakan tugasnya kontaktor selaku pelaksana fisik harus mendapatkan persetujuan dari Tim Konsultan/Pengawas dan berkewajiban membuat laporan harian, mingguan, bulanan, dan laporan lainnya, guna dapat mengetahui kemajuan fisik konstruksi dan digunakan sebagai evaluasi baik Konsultan Pengawas maupun oleh Pemberi Tugas/owner . Kewajiban dari Kontraktor, adalah sebagai berikut :

  1. Memahami dan menaati seluruh ketentuan yang tercantum dalam surat kontrak kerja.

  2. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan gambar–gambar serta persyaratan (Spesifikasi Teknis) yang telah ditentukan.

  3. Menyerahkan pekerjaan bila telah selesai dan disetujui oleh pengawas.

  4. Mengadakan pengujian- pengujian untuk contoh-contoh bahan konstruksi yang akan dipakai.

  5. Melaksanakan seluruh perintah dari pemberi tugas selama tidak menyimpang dari persyaratan yang telah ditetapkan dalam kontrak kerja.

  6. Membuat Laporan peningkatan kegiatan dalam bentuk Kurva S/ Bar Chat.

  Hak Kontraktor, adalah :

  1. Mengikuti proses pelelangan, setelah mendapatkan undangan dari Pimpinan Proyek melalui pengumuman atau edaran.

  2. Berhak mendapatkan imbalan jasa yang besarnya sesuai dengan bobot atau persentasi pekerjaan yang telah dicapai di lapangan.

  3. Mengadakan perhitungan ulang apabila terjadi penyimpangan atas gambar kerja dengan pelaksanaan atas perintah Pemilik Proyek.

  4. Mendapatkan penambahan biaya berdasarkan harga yang telah disepakati, apabila terjadi penambahan pekerjaan atas perintah Pemilik Proyek. Tanggung jawab kontraktor, adalah :

  1. Bertanggung jawab terhadap keselamatan pekerjaan selama pelaksanaan.

  2. Bertanggung jawab atas kekeliruan yang terjadi oleh karena kelalaian pelaksana.

  3. Bertanggung jawab atas kekuatan dan kekokohan hasil pekerjaan sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan.

  4. Bertanggung jawab atas keselamatan bangunan selama masa pemeliharaan.

   Jasa Konsultan Pengawas Konsultan pengawas adalah badan hukum yang diserahi tugas oleh pemberi tugas untuk melaksanakan pengawasan pada suatu proyek.

  Kegiatan pengawasan bertujuan agar hasil pekerjaan konstruksi sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan. Konsultan Pengawas memiliki tugas utama pengawasan yang sangat penting dalam pengarahan di lapangan. a. Kewajiban Konsultan Pengawas 1) Mengawasi pelaksanaan pekerjaan lapangan.

  2) Menilai hasil pelaksanaan pekerjaan dan membuat berita acara penyerahan pekerjaan. 3) Mengadakan pemeriksaan terhadap bahan material yang akan digunakan dan berhak memberikan teguran atau penolakan bahan material yang digunakan jika tidak memenuhi syarat yang telah ditetapkan standar perencanaan. 4) Mengambil kebijaksanaan pemecahan masalah lapangan bila ada kesulitan teknis di lapangan.

  b. Hak Konsultan Pengawas 1) Merupakan wakil pemberi tugas dalam hal pengawasan pelaksanaan pekerjaan.

  2) Berhak menolak pekerjaan dari kontraktor berdasarkan penilaian- penilaian yang diberikan.

2.3. Proses Administrasi Proyek

  Setiap pimpinan proyek menerima Daftar Isian Proyek ( DIP ), maka mulai dilakukan design dan detailed engineering atau fase membuat gambar- gambar rencana dan gambar - gambar kerja serta RKS dan estimasi harga. Hasil kerja yang diproduksikan dalam tahap ini dinamakan dokumen pelelangan yang pada prinsipnya merupakan resep dan aturan permainan dalam membangun dan mendirikan sebuah proyek.

  Dalam kontrak engineering khususnya dalam pekerjaan sipil maka tiap - tiap proyek kekhususan yang mandiri dan ini semua diuraikan dalam uraian teknis maupun uraian khusus. Untuk proyek - proyek konstruksi, dokumen kontrak mengandung :

  1. Dokumen pelelangan, meliputi :

  a. Gambar – gambar bestek

  b. Rencana kerja dan syarat – syarat ( RKS )

  c. Lampiran – lampiran

  d. Risalah Aanwijzing

  2. Dokumen kontrak, meliputi :

  a. Gambar – gambar bestek

  b. Rencana kerja dan syarat – syarat ( RKS )

  c. Lampiran – lampiran

  d. Risalah Aanwijzing

  e. Surat–surat klarifikasi

  f. Estimasi biaya proyek

  2.3.1. Gambar bestek

  Gambar bestek merupakan penjelasan secara visual dari proyek yang akan didirikan yang memperlihatkan lingkup dan bentuk pekerjaan yang harus dibuat. Gambar bestek terbagi dalam beberapa macam gambar pekerjaan konstruksi, antara lain :

  1). Gambar prarencana ( Preliminary Drawing ) 2). Gambar informasi ( Information Drawing ) 3). Gambar proyek ( Site Drawing ) 4). Gambar kerja ( Detailed Working Drawing ) 5). Gambar hasil pelaksanaan ( As Built Drawing )

2.3.2. Rencana kerja dan syarat-syarat ( RKS )

  Untuk penyusunan kerja dan syarat-syarat perlu diperhatikan dalam hal job descriptions harus sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.29/Kepres/1984, yang memuat : 1). Syarat umum :

   Keterangan mengenai pemberian tugas,  Keterangan mengenai perencana,  Keterangan mengenai direksi,  Syarat-syarat peserta pelelangan,  Bentuk surat penawaran dan cara penyampaiannya.

  2). Syarat administrasi :

   Jangka waktu pelaksanaan,  Tanggal penyerahan pekerjaan,  Denda atas keterlambatan,  Besarnya jaminan pelelangan,  Besarnya jaminan pelaksanaan.

  3). Syarat teknis terdiri dari :  Jenis dan uraian pekerjaan yang harus dilaksanakan,  Jenis dan mutu bahan,  Gambar detail, gambar konstruksi dan lain sebagainya.

  Syarat teknis merupakan ketentuan teknis alat, bahan tenaga kerja dan prosedur pelaksanaan/uraian pekerjaan yang secara umum meliputi :

  1. Pekerjaan persiapan,

  2. Bangunan prasarana proyek,

  3. Penetapan evaluasi di lapangan,

  4. Pekerjaan galian tanah,

  5. Pekerjaan urugan tanah urug dan pasir urug,

  6. Pekerjaan pondasi,

  7. Pekerjaan konstruksi beton bertulang,

  8. Pekerjaan konstruksi batu bata,

  9. Pekerjaan plesteran dan spesi,

  10. Pekerjaan kayu kuda – kuda,

  11. Pekerjaan konstruksi atap dan penutup atap,

  12. Pekerjaan finishing cat,

  13. Pekerjaan instalasi listrik,

  14. Pekerjaan instalasi air kotor,

  15. Pekerjaan pelapis lantai dan pekerjaan finishing, 16. Dan lain – lain. Dalam hal ini pembahasan dibatasi pada pengawasan mutu beton pada pekerjaan Sloof, Balok, Pelat dan Kolom.

  2.3.3 Lampiran - lampiran ( Appendices )

  Pada bagian akhir dari dokumen tender ini diadakan lampiran- lampiran yang merupakan keterangan tambahan, seperti :  Daftar kuantitas pekerjaan ( bill of quality ),  Tabel harga bahan dan ongkos pekerjaan,  Surat jaminan tender ( tender bond ),  Surat jaminan pelaksanaan ( performance bond ),  Bentuk kontrak perjanjian pemborong,  Pembuatan surat penawaran.

  2.3.4 Risalah Aanwijzing

  Penjelasan lelang di lakukan di tempat dan waktu yang ditentukan di hadiri oleh para penyedia barang dan jasa yang terdaftar dalam daftar calon peserta lelang. Bila dipandang perlu panitia dapat memberikan penjelasan lanjutan dengan cara melakukan peninjaun langsung lapangan.

  Pemberian penjelasan mengenai dokumen lelang yang berupa pertanyaan dari peserta dan jawaban dari panitia peserta dan jawaban dari panitia serta keterangan lain termasuk perubahannya dari peninjaun lapangan harus di tuangkan dalam berita acara penjelasan yang di tanda tangani oleh panitia pengadaan dan sekurang-sekurangya dua wakil dari peserta yang hadir.

  2.3.5 Surat-surat klarifikasi

  Surat-surat klarifikasi ini dikerjakan secara tertulis kepada pemborong yang memenangkan pekerjaan, dan surat-surat klarifikasi tersebut merupakan bagian dari dokumen kontrak yang mengikat. Surat- surat klarifikasi ini sangat mempengaruhi lamanya proses evaluasi tender yang dibuat apabila :  Ada kesalahan kalkulasi,  Ada pernyataan yang tidak jelas dalam surat penawaran pemborong,

   Ada hal yang lupa dan lain-lain.

2.3.6 Estimasi Biaya Proyek

  Estimasi biaya merupakan biaya perkiraan yang digunakan untuk memperkirakan jumlah biaya yang diperlukan/disiapkan bagi pembangunan suatu konstruksi. Estimasi biaya proyek secara umum dapat dibagi empat, yaitu :  Estimasi kasar untuk pemilik

  Estimasi ini dibutuhkan oleh pemilik proyek untuk melaksanakan ide untuk membangun proyek tersebut.  Estimasi pendahuluan oleh perencana

  Estimasi ini dilakukan lebih teliti dan dilakukan setelah estimasi terdahulu/sudah ada gambar.  Estimasi detail oleh kontraktor Estimasi ini berbentuk penawaran dan disebut juga fixed price.  Biaya sesungguhnya setelah proyek selesai.

  Biaya yang dibayarkan setelah proyek selesai merupakan biaya langsung ( direct cost ) yang berhubungan dengan konstruksi atau bangunan. Biaya langsung terdiri dari dari :  Biaya inti ( Overhead )

  Biaya overhead merupakan biaya penunjang pelaksanaan konstruksi baik di lapangan maupun di kantor.  Biaya tak terduga ( cotigencies )

  Biaya tak terduga merupakan suatu biaya yang disiapkan sebagai akibat dari suatu bencana alam yang besarnya berkisar antara 0,5% sampai dengan 5% dari biaya total.  Keuntungan ( Profit )

  Keuntungan merupakan hasil jerih payah dari keahlian ditambah dari faktor resiko yang besarnya relatif masing-masing proyek.

2.4 Sistem Kontrak ( Contructions Contract )

  Dalam pelaksanaan pekerjaan pembangunan perlu diperhatikan macam dan jenis kontrak dengan variasinya yang dikenal dan diterapkan dalam dunia bisnis konstruksi.

  Berhubungan dengan banyaknya keanekaragaman pekerjaan proyek konstruksi maupun engineering dan pengaruh-pengaruh berbagai faktor, misalnya :  Urgensi,  Penyiapan dan sumber dananya,  Pola pemanfaatan,  Pengaturan jadwal,  Situasi dan kondisi setempat.

  Untuk mengatasi pengaruh faktor-faktor di atas maka dikembangkan jenis-jenis kontrak yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan antara yang memiliki pekerjaan dengan yang mengerjakan. Sistem kontak ( Contructions Contracts ) terbagi menjadi dua, yaitu :

1. Fixed Price Contract

  Kontrak dengan harga tetap mewajibkan kontraktor untuk melaksanakan pekerjaan hingga selesai sesuai dengan yang diisyaratkan dalam kontrak atas resikonya sendiri terhadap jumlah total biaya yang dikeluarkan dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut.

a. Lump Sum Contract

  Pekerjaan yang dilakukan dibawah kontrak semacam ini memerlukan gambar - gambar kerja yang jelas, spesifikasi dan bestek yang akurat dimana kedua belah pihak mempunyai satu interpretasi yang sama terhadap isi dan maksud dari dokumen tender tersebut. Oleh karena itu, pemilik proyek tahu jelas dari awal berapa biaya yang harus dikeluarkan, dan dari pihak kontraktor juga dapat menghitung biayanya dengan tepat.

  b. Kontrak “Jadwal Harga satuan” (Shedule of rates contract)

  Pada kontrak ini kontraktor menawarkan untuk menyelesaikan berbagai jenis pekerjaan dimana masing-masing pekerjaan mempunyai harga satuan yang tetap dengan volume sesuai dengan dengan yang dikerjakan.Karena itu,jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan maupun kualitas yang diinginkan harus ditentukan secara jelas.jumlah sebenarnya dari tiap pekerjaan tidak perlu ditetapkan lebih dahulu (hanya berupa taksiran).

  c. Kontrak “Daftar Volume” (Bill of Quantity Contract)

  Dengan kontak ini kontraktor menawarkan untuk menyelesaikan berbagai jenis pekerjaan dengan masing-masing jenis pekerjaan mempunyai harga satuan yang tetap dan volume pekerjaan berdasarkan gambar rencana.

2. Prime Cost Contract

  Pemilik proyek pada sistem kontrak ini mengganti ongkos yang dikeluarkan kontrak untuk melaksanakan pekerjaannya, ditambah dengan satu bentuk tambahan ongkos untuk biaya kerja pemborong. Kontrak semacam ini dapat juga dipakai untuk pekerjaan desain, pengadaan barang/peralatan, pekerjaan konstruksi, pelayanan manajemen ataupun kombinasi dari pekerjaan tersebut.

  Prime Cost Contract mencakup beberapa hal yang meliputi :

  a. Cost Plus Persentage Fee

  b. Cost Plus Fixed Fee Contract

  c. Cost Plus Variable Percentage Contract

  d. Target Estimasi Contract

  e. Guaranteed Maksimum Cost Contract

  f. Convertible Cost Contract

  g. Cost Plus Time and Material Contra

BAB III PELAKSANAAN PEKERJAAN

3.1. Uraian dan Struktur Administrasi Proyek

  Adapun struktur administrasi proyek Pembangunan Perumahan Griya Kebon Sajiq, diuraikan dalam rencana kerja dan syarat-syarat yang terdiri dari : a. Status proyek ditetapkan sebagai berikut :

  1) Judul proyek Proyek : Perusahaan Griya Kebon Sajiq

    Pekerjaan : Pembangunan Perumahan Griya Kebon Sajiq 2) Lokasi proyek adalah di Jln. AA Gede Ngurah No. 140 Blok B. 10

  b. Pejabat Pembuat Komitmen (owner) Adalah badan atau instansi atau orang perorangan yang memberikan tu gas/pekerjaan kepada kontraktor sebagai pelaksananya. Dalam hal ini yang menjadi Pejabat Pembuat Komitmen (owner) adalah Direktur Kepala Proyek.

  c. Kontraktor Pelaksana Adalah kontraktor yang telah mengajukan penawaran dan dinyatakan sebagai pemenang serta terikat dengan kontrak pemborongan pekerjaan.

  Kontraktor berlaku sebagai lembaga yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan pembangunan konstruksi fisik. (Hanya sebatas kontrak upah tenaga saja, Bahan dan lain – lain disediakan oleh kantor).

3.1.1 Struktur organisasi proyek dan tugas-tugasnya.

  Struktur organisasi proyek kontraktor pelaksana adalah menggambarkan struktur garis komando internal jenjang managerial personil-personil yang bertugas melaksanakan pekerjaan fisik proyek yang terdiri dari : a. Project Manager

  Tugas dan Kewajiban :

  1) Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan proyek. 2) Mengadakan pertemuan dengan pihak lain untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi selama melaksanakan proyek.

  3) Mengadakan negosiasi dengan pemilik proyek bila terjadi perubahan pekerjaan.

  b. Site Manager Tugas dan Kewajiban : 1) Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan proyek di lapangan.

  2) Memimpin pelaksanaan proyek. 3) Mengatur pelaksanaan proyek di lapangan. 4) Mengadakan negosiasi dengan direktur selaku penanggung jawab proyek bila terjadi perubahan pekerjaan.

  c. Koordinartor Pelaksana 1) Menjadwalkan proyek, manajer bertugas untuk merencanakan pelaksanaan proyek agar proyek dapat selesai tepat waktu.

  2) Mengimplementasikan rencana proyek, setelah membuat perencanaan, tugas manajer selanjutnya adalah mengimplementasikan perencanaan proyek tersebut di lapangan. 3) Mengontrol kerja sampai selesai, Seorang manajer harus dapat mengontrol semua pekerjaan proyek hingga selesai dan menjaga serta mengantisipasi agar proyek berjalan sesuai rencana. 4) Membina hubungan kooperatif, manajer bertanggung jawab untuk membina hubungan kooperatif dengan para pihak yang terlibat baik dalam struktur horizontal maupun vertical. 5) Melakukan inovasi, seorang manajer juga bertugas melakukan inovasi untuk merespon peluang dan ancaman yang tak terduga. 6) Memperkirakan Durasi Tugas, Teknik memperkirakan durasi tugas.

  d. Ahli Struktur Tugas dan tanggung jawab ahli Struktur adalah:

  1) Melakukan penelitian dan kajian mengenai kelayakan rencana bangunan 2) Membuat dan mebantu laporan yang diperlukan team leader. 3) Melaksanakan diskusi dengan anggota tim lainnya agar hasil pekerjaan menjadi komprehensif dan terpadu.

  e. Administrasi Keuangan 1) Mengawasi dan bertanggung jawab terhadap administrasi produksi dan administrasi keuangan.

  2) Membuat catatan laporan pemakaian bahan baku dan penjualan produk. 3) Bertanggung jawab dan mengawasi terhadap proses permintaan barang, penyimpanan dan pengeluaran produk dari gudang. 1) Memberikan laporan kepada kepala unit mengenai administrasi keuangan dan administrasi produk. 2) Menerima laporan dari administrasi keuangan. 3) Menerima laporan harian, bulanan dan tahuan dari administrasi produks i.

  f. Pelaksana Bangunan Tugas dan Kewajiban : 1) Memimpin pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan gambar kerja dan persyaratan kerja.

  2) Mengatur penempatan bahan-bahan konstruksi teknis dan alat kerja agar tercapai efisiensi kerja. 3) Menghitung dan merencanakan kebutuhan bahan konstruksi, teknis dan mengontrol pemakaiannya. 4) Mengatur dan memberi pengarahan kepada pekerja supaya dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan. g. Mandor Tugas dan Kewajiban : 1) Mengawasi jalannya proyek di lapangan.

  2) Memberikan petunjuk kerja kepada pekerja proyek.

3.2 Spesifikasi Teknis

  A. Lingkup Pekerjaan

  1. Persyaratan Teknis Umum ini merupakan persyaratan dari segi teknis yang secara umum berlaku untuk seluruh bagian pekerjaan dimana persyaratan ini bisa diterapkan untuk pelaksanaan kegiatan Pembangunan Perumahan Griya Kebon Sajiq, yang meliputi tipe perumahan :

  Tipe 55 a. Tipe 70 b. Tipe 110 c.

  2. Kecuali disebut secara khusus dalam dokumen-dokumen dimaksud berikut, lingkup pekerjaan yang ditugaskan termasuk tetapi tidak terbatas pada hal-hal sebagai berikut: a. Pengadaan tenaga kerja .

  b. Pengadaan Bahan / Material.

  c. Pengadaan peralatan & alat bantu, sesuai dengan kebutuhan lingkup pekerjaan yang ditugaskan.

  d. Koordinasi dengan Penyedia Barang / Jasa pekerja lain yang berhubungan dengan pekerjaan pada bagian pekerjan yang ditugaskan.

  e. Penjagaan kebersihan, kerapian, dan keamanan kerja.

  f. Pembuatan As Built drawing (Gambar terlaksana).

  B. Bahan

  1. Baru / Bekas Kecuali ditetapkan lain secara khusus, maka semua bahan yang dipergunakan untuk pekerjaan ini harus merupakan bahan yang baru, penggunaan barang bekas dalam komponen kecil maupun besar sama sekali tidak diperbolehkan.

  2. Persetujuan Bahan

  a. Untuk menghindarkan penolakan bahan di lapangan, dianjurkan dengan sangat agar sebelum sesuatu bahan/produk akan dibeli/dipesan/ diproduksi, terlebih dahulu dimintakan persetujuan dari Konsultan Pengawas atau kesesuaian dari bahan/Produk tersebut pada Persyaratan Teknis, yang mana akan diberikan dalam bentuk tertulis yang dilampirkan pada contoh/brosur dari bahan/produk yang bersangkutan untuk diserahkan kepada Konsultan Pengawas.

  b. Penolakan bahan di lapangan karena diabaikannya prosedur di atas sepenuhnya merupakan tanggung jawab Penyedia Barang/Jasa/suplier, yang mana tidak dapat diberikan pertimbangan keringanan apapun.

  c. Adanya persetujuan tertulis dengan disertai contoh/brosur seperti tersebut di atas tidak melepaskan tanggung jawab Penyedia Barang/ Jasa/Supplier dari kewajibannya dalam Perjanjian Kerja ini mengadakan bahan/Produk yang sesuai dengan persyaratannya, serta tidak merupakan jaminan akan diterima/ disetujuinya seluruh bahan/ produk yang digunakan sesuai dengan contoh brosur yang telah disetujui.

3.3 Uraian Pekerjaan 3.3.1 Tenaga dan Sarana Kerja.

  1. Alat-alat bantu kerja seperti; Scafolding, Bar Cutter, Waterpass, Alat Transport (Truk) Mesin potong keramik, Molen dan alat lainnya yang disebutkan dalam RKS ini.

  Alat kerja merupakan sarana yang penting dan besar artinya dalam pelaksanan suatu proyek. Dengan alat kerja yang lengkap akan dihasilkan kualitas pekerjaan yang baik, waktu yang singkat dan biaya yang efisien. Alat kerja dapat berupa alat mekanik maupun alat elektrik, tenaga manusia relatif lebih murah dari tenaga mesin, sehingga dari segi ekonomi pemakaian alat harus dipertimbangkan secara teliti. Alat-alat kerja yang dipakai dalam proyek ini sebagai berikut : a. Pesawat Waterpass.

  Digunakan sebagai penyipat datar suatu bidang untuk menentukan beda tinggi/elevasi bangunan pada penentuan tinggi bouwplank, pelaksanaan begisting plat lantai, balok portal dan pekerjaan lain yang mengharuskan suatu bidang harus datar.

  b. Roll meter.

  Digunakan untuk mengukur panjang ukuran.

  c. Mollen (Concrete Mixer) Agar tercapai adukan beton yang baik dan rata maka digunakan mesin pengaduk yaitu mollen dengan kapasitas yang tergantung dari volume yang ditargetkan. Prinsip kerjanya adalah dengan memasukkan bahan kedalam silinder yang berputar karena motor diesel.

  d. Gerobak tuang dorong dan ember Gerobak tuang adalah alat angkut yang menggunakan tenaga manusia untuk mengangkat mortal beton dari tempat pengadukan ke tempat pengecoran. Sedangkan ember berfungsi untuk mengangkut adukan beton dan air ketempat pengecoran.

  e. Vibrator Vibrator adalah alat untuk mengecilkan pori pada pekerjaan pengecoran sehingga tidak terjadi penumpukan kerikil ataupun rongga kosong yang menyebabkan kondisinya tidak merata, hal ini akan mengurangi proses pengeroposan.

  f. Cangkul dan Sekop Cangkul dan sekop digunakan dalam berbagai pekerjaan namun dalam pekerjaan ini digunakan untuk memasukkan agregat ke dalam suatu takaran campuran ataupun untuk memindahkan hasil campuran beton ke dalam ember atau gerobak tuang yang akan dibawa ke tempat pekerjaan beton dilakukan. g. Alat pemotong kawat dan besi Alat pemotong besi dan kawat sangat diperlukan untuk memotong besi agar mendapatkan ukuran besi yang diinginkan sesuai dengan perencanaan.

  2. Tenaga Kerja Tenaga yang diperlukan dilapangan sehubungan dengan pelaksanaan

  Pembangunan Perumahan Griya Kebon Sajiq adalah sebagai berikut :

  1. Tenaga pelaksana teknis yang terampil dan pengalaman dalam bidangnya dan pengawas, mandor serta kepala tukang yang cukup dalam melakukan pengawasan yang tepat untuk pekerjaan proyek tersebut.

  2. Tenaga kerja terampil, setengah terampil dan tidak terampil sesuai dengan kebutuhan dan keperluan untuk melaksanakan, penyelesaian dan perbaikan pekerjaan yang sesuai dan tepat pada waktunya.

  3. Tenaga kerja inti yang ditugaskan di lapangan terdiri dari :

  • Kepala proyek/site manager
  • Konsultan Pengawas  Site engineer
  • Logistik proyek Dalam penggunaan tenaga kerja harus sesuai dengan volume pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan, sehingga pemborosan terhadap tenaga kerja yang mengakibatkan kerugian dapat ditekan serendah- rendahnya. Apabila seorang pekerja sehubungan dengan pelaksanaaan, penyelesaian dan perbaikan pekerjaan yang menurut direksi pekerjaan berprilaku tidak baik, tidak cakap, atau ceroboh dalam melaksanakan tugasnya atau yang menurut pertimbangan direksi pekerjaan orang tersebut tidak patut dipekerjakan. Dan orang tersebut tidak boleh dipekerjakan lagi tanpa ijin tertulis dari direksi pekerjaan. Orang yang diberhentikan secara demikian dari pekerjaan, harus diganti secepatnya dengan seorang pengganti yang cakap yang disetujui oleh direksi pekerjaan

  3. Bahan bahan bangunan dalam jumlah yang cukup untuk setiap pekerjaan yang akan dilaksanakan agar pelaksanaan pekerjaan dapat selesai pada waktunya

3.3.2 Pengukuran (Uizet )

  Pengerjaan Pengukuran adalah pekerjaan pengukuran lokasi proyek untuk menentukan luasan, batas-batas kerja, ketinggian dan level eksisting lokasi proyek hingga menghasilkan akurasi data berupa gambar kerja (shop

  drawing) yang lengkap. Pekerjaan pengukuran dilakukan termasuk

  pengukuran dan penggambaran kembali lokasi pelaksanaan yang dilengkapi dengan keterangan-keterangan mengenai peil ketinggian tanah, letak bangunan eksisting yang ada dan akan di bongkar dengan memakai alat-alat yang sudah ditera kebenarannya. Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudut dilakukan dengan memakai alat-alat waterpass/theodolit yang ketepatannya dapat dipertanggungjawabkan. Pengukuran sudut menyiku dengan prisma atau benang secara azas segitiga phytagoras hanya diperkenankan untuk bagian-bagian kecil.

3.3.3 Pekerjaan Galian Dan Urugan A.Pekerjaan Galian

  1. Segala pekerjaan galian dilaksanakan sesuai dengan panjang, dalam, kemiringan dan lengkungan sesuai dengan kebutuhan konstruksinya atau sebagaimana ditunjukkan dalam gambar.

  2. Bilamana tanah yang digali ternyata baik untuk digunakan sebagai lapisan permukaan atau pembatas maka tanah ini perlu diamankan dahulu untuk penggunaan tersebut di atas.

  3. Tanah/galian yang tidak berguna harus disingkirkan dan diangkut ke luar dari halaman, dibuang dilingkungan sekitar.

  4. Penyingkiran dan pengangkutan di atas merupakan tanggung jawab Penyedia Barang/Jasa atau bilamana perlu memindahkan tanah-tanah atau bahan yang tidak dipakai atau kelebihan-kelebihan tanah yang digunakan untuk urugan atau sebagaimana yang diinstruksikan oleh Pengawas.

  B.Lingkup Pekerjaan

  Lingkup pekerjaan galian dan urugan meliputi :

  1. Galian pondasi batu kali

  2. Galian pondasi tangga

  3. Urugan kembali galian pondasi

  4. Urugan tanah peninggian peil bangunan

  5. Urugan tanah peninggian lingkungan

  6. Urugan pasir sesuai gambar kerja

  C.Pengurugan

  1. Semua bahan-bahan yang akan digunakan untuk urugan atau urugan kembali dengan sirtu harus dengan persetujuan Konsultan Pengawas dan user.

  2. Pengurugan harus dilakukan sampai diperoleh peil-peil yang di kehendaki, sebagaimana dibutuhkan konstruksi, elevasi bangunan atau sesuai dengan yang tertera dalam gambar kerja.

D. Pemadatan

  1. Hanya bahan-bahan yang telah disetujui yang dapat digunakan untuk pengurugan dan harus dilakukan lapis demi lapis dengan tebal sebesar- besarnya 20 cm.

  2. Setiap lapis harus ditimbris dan dipadatkan, dan sedapat-dapatnya dilakukan dengan mesin giling (tumbuk) atau stamper dengan menambahkan air dan disetujui Konsultan Pengawas. Penyedia Barang Jasa harus menyediakan stamper minimal 10 unit dan dimasukkan dalam dokumen penawaran data teknis.

3.3.4 Pekerjaan Pasangan

  A. Lingkup Pekerjaan

  Lingkup pekerjaan pasangan adalah sebagai berikut :

  1. Pasangan pondasi batu kali

  2. Pasangan dinding ½ bata

  3. Pasangan dinding trasram ½ bata

  4. Pasangan batu alam

  5. Pasangan Roster

  B. Bahan

  1. Batu kali Batu kali harus memiliki sisi terpanjang maksimal 150 cm, dan memiliki minimal 3 bidang kotak, batu kali bulat tidak boleh digunakan untuk pasangan. Batu kali harus keras, bersifat kekal dan tidak boleh mengandung bahan yang dapat merusak.

  2. Batu bata Bahan batu harus memenuhi syarat-syarat.

  a. Bermutu, matang, keras, ukuran-ukuran sama rata, seragam dan saling tegak lurus, tidak retak-retak tidak mengandung batu dan tidak berlubang-lubang.

  b. Ukuran : panjang : 22 cm - atau disesuaikan dengan ukuran di daerah setempat. lebar : 11 cm - atau disesuaikan dengan ukuran di daerah setempat. tebal : 5 cm - atau disesuaikan dengan ukuran di daerah setempat.

  c. Penyedia Barang/Jasa harus menyerahkan sample daripada bata yang akan dipakai untuk mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas. Batu bata yang ternyata tidak memenuhi syarat harus segera dikeluarkan dari site. d. Bata bata merah yang digunakan mempunyai toleransi ukuran sesuai dengan tabel 27-1 dan 27-2 PUBI tahun 1982 dan tabel 27-3 PUBI tahun 1982 (tentang kuat tekan) sedang bagian yang pecah tidak boleh lebih dari 10%

  3. Pasir Pasir yang digunakan harus berbutir tajam dan keras warna kehitaman, bersih dari campuran kotoran kadar lumpur maksimum 5% diambil dari sungai, pasir harus tidak mengandung zat-zat organik dan angka kehalusan lolos ayakan 0,3 mm sehingga dapat memenuhi persyaratan PUBI 1982

  4. Semen Semen yang digunakan untuk pekerjaan pondasi batu kali dan pasangan dinding bata harus memenuhi persyaratan yang sama digunakan untuk pembuatan beton.

  5. Roster Roster yang digunakan terbuat dari beton dan tanah liat, ukuran dan ketebalan sama. Ukuran dan jenis/model/bentuk sesuai dengan gambar kerja.

C. Pelaksanaan Pekerjaan

  1. Pekerjaan pasangan batu kali Pelaksanaan pasangan batu kali yang dilakukan di lapangan sesuai dengan ketentuan-ketentuan pekerjaan dan sesuai dengan gambar kerja yang ada.

  2. Pekerjaan pasangan dinding batu bata Pelaksanaan dari pasangan dinding di lapangan telah sesuai dengan aturan yang berlaku dan gambra kerja dari proyek tersebut.

3.3.5. Pekerjaan Beton Praktis

  A. Lingkup Pekerjaan

  Lingkup pekerjaan ini meliputi pekerjaan :

  1. Pekerjaan sloof praktis

  2. Pekerjaan kolom praktis

  3. Pekerjaan ring praktis

  4. Pekerjaan kolom, ring latieu praktis kusen alumunium

  B. Pengendalian Pekerjaan

  Kecuali ditentukan lain, maka semua pekerjaan beton harus mengikuti ketentuan-ketentuan seperti tertera dalam : ASTM C 150, ASTM C 33, SII- 0051- 74-, SII- 0013- 81, dan SII- 0136- 84.

  C. Bahan-bahan

  Bahan-bahan / material yang digunakan berupa agregat kasar, agregat halus, PC, dan sebagainya sesuai dengan yang dipakai pada beton konstruksi. Demikian juga mengenai cara penyimpanan. Perbandingan campuran untuk beton praktis adalah 1pc : 3ps : 5kr Semua bahan baja tulangan pada beton praktis sesuai lingkup pekerjaan diatas menggunakan besi diameter P12 mm polos berisi 4 (empat) untuk tulangan pokok , dan sengkang/begel diameter P8 mm jarak dengan 150 mm dengan tegangan tarik minimal dan regangan.

3.3.6 Pekerjaan Beton Struktur

A. Ketentuan Umum

  1. Persyaratan-persyaratan konstruksi beton, istilah teknik dan atau syarat- syarat pelaksanaan pekerjaan beton secara umum menjadi satu kesatuan dalam persyaratan teknis ini. Di dalam segala hal yang menyangkut pekerjaan beton dan struktur beton harus sesuai dengan standard-standard yang berlaku, yaitu : a. SNI - 3 (1970) Peraturan Umum Untuk Bahan Bangunan Di Indonesia.

  b. SNI - 8 Peraturan Semen Portland Indonesia c. Standard Industri Indonesia (SII).

  d. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung, 1983.

  e. Tata Cara Pembebanan Rumah dan Gedung.

  f. American Society of Testing Material (ASTM).

  B. Lingkup Pekerjaan

  Lingkup pekerjaan yang diatur di dalam persyaratan teknis ini meliputi seluruh pekerjaan beton/struktur beton yang sesuai dengan gambar rencana :

  1. Pekerjaan beton/struktur beton yang sesuai dengan gambar rencana, termasuk di dalamnya pengadaan bahan, upah, pengujian dan peralatan- bantu yang berhubungan dengan pekerjaan tersebut.

  2. Pengadaan, detail, fabrikasi dan pemasangan semua penulangan (reinforcement) dan bagian-bagian dari pekerjaan lain yang tertanam di dalam beton.

  3. Perancangan, pelaksanaan dan pembongkaran acuan beton, penyelesaian dan perawatan beton dan semua jenis pekerjaan lain yang menunjang pekerjaan beton.

  C. Bahan-bahan

  1. Semen Semen yang digunakan adalah Semen Multi Mortal yaitu semen instan.

  2. Agregat Kasar Agregat kasar yang digunakan untuk beton struktur adalah batu pecah dengan persyaratan sebagai berikut : a. Batu pecah adalah butiran mineral hasil pecahan batu alam yang dapat melalui ayakan berlubang persegi 76 mm dan tertinggal di atas ayakan berlubang persegi 20 mm b. Kerikil dan batu pecah harus keras, bersih serta besar butirannya dan gradasinya tergantung pada penggunaannya c. Kerikil dan batu pecah tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 %

  3. Agregat Halus Pasir untuk pekerjaan beton harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam PBI-1971/NI-3 diantaranya yang paling penting : a. Butir-butir harus tajam, keras tidak dapat dihancurkan dengan jari dan pengaruh cuaca.

  b. Kadar lumpur tidak boleh lebih dari 5%

  c. Pasir harus terdiri dari butiran-butiran yang beraneka ragam besarnya, apabila diayak dengan ayakan 150, maka sisa butiran di atas 4 mm, minimal 2 % dari berat sisa butiran-butiran di atas ayakan 1 mm minimal 10 % dari berat sisa butiran-butiran di atas ayakan 0,25 mm, berkisar antara 80 % sampai 90 % dari berat.

  d. Pasir laut tidak boleh digunakan

  4. Air Air yang digunakan untuk campuran beton harus memenuhi ketentuan- ketentuan berikut ini: a. Harus bersih, tidak mengandung lumpur, minyak dan benda terapung lainnya yang dapat dilihat secara visual.

  b. Tidak mengandung benda-benda tersuspensi lebih dari 2 gram/ liter.

  c. Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan dapat merusak beton (asam-asam, zat organic, dan sebagainya) lebih dari 15 gram/ liter. Kandungan clorida (Cl) tidak lebih dari 500 ppm dan senyawa sulfat (sebagai SO

  3 ) tidak lebih dari 100 ppm.

  5. Besi tulangan waremash Besi tulangan waremash yang digunakan adalah M – 8 Ketentuan baja tulangan menyesuaikan dengan baja tulangan struktur.

  6. Baja Tulangan Baja tulangan yang digunakan harus memenuhi ketentuan-ketentuan berikut ini : a. Tidak boleh mengandung serpih-serpih, lipatan-lipatan, retak-retak, gelombang-gelombang, cerna-cerna yang dalam, atau berlapis-lapis.

  b. Untuk tulangan utama (tarik / tekan lentur) harus digunakan baja

  tulangan deform (BJTD), dengan jarak antara dua sirip melintang tidak boleh lebih dari 70 % diameter nominalnya, dan tinggi siripnya tidak boleh kurang dari 5 % diameter nominalnya.

  c. Tulangan dengan Ø ≤12 mm dipakai BJTP 24 (polos), dan untuk tulangan dengan Ø > 16 mm memakai BJTD 40 (deform) bentuk ulir.

D. Beton dan Adukan Beton Struktur

  1. Benda uji harus adalah silinder beton dengan diameter 150 mm dan tinggi

  3

  300 mm, yang untuk setiap 10 m produksi adukan beton harus diwakili minimal dua buah benda uji. Tata cara pembuatan benda uji tersebut harus mengikuti ketentuan yang terdapat di dalam standar Metoda Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Laboratorium (SK SNI M-62-1990-03).

  3

  2. Untuk kekentalan adukan, setiap 5 m adukan beton harus dibuat pengujian slump

  3. Apabila ada hal-hal yang belum tercakup di dalam persyaratan teknis ini, Pelaksana harus mengacu pada seluruh ketentuan yang tercakup di dalam

  Bab 5, Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal (SK SNI T-15-1990-03). E. Cetakan Beton Acuan yang dibuat dari kayu balok dan multipleks tebal minimum 9 mm dan harus memenuhi syarat-syarat kekuatan, daya tahan dan mempunyai permukaan yang baik untuk pekerjaan finishing. Penyedia Barang/Jasa harus memberikan contoh (sample) bahan yang akan dipergunakan sabagai acuan untuk disetujui Konsultan Pengawas.

3.3.7 Pekerjaan Rangka Atap

A. Lingkup Pekerjaan

  Penyediaan bahan, peralatan dan tenaga untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut :

  1. Pengadaan dan fabrikasi konstruksi baja (kolom, balok, bracing kolom

  dan bracing atap untuk dudukan mahkota, gording, sambungan seperti plat sambung, baut sambung, angkur, connector untuk encase balok).

  2. Pembersihan seluruh permukaan konstruksi baja dan pengecatan awal (Protective coat).

  3. Pengangkutan konstruksi baja ketempat pekerjaan (lokasi).

  4. Penyimpanan sementara konstruksi baja di lokasi.

  5. Pemasangan (erection) kontruksi baja di lokasi sampai seluruh komponen terpasang sesuai dengan gambar perencanaan dan spesifikasi teknis.

  6. Pengecatan akhir sesuai persyaratan.