B AB I PENDAHULUAN - PENGARUH SUPERVISI KEPALA SEKOLAH TERHADAP KEPUASAN KERJA GURU DI SMA NEGERI I POLEANG KEC. POLEANG KAB. BOMBANA - Repository IAIN Kendari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kompetensi, profesionalisme, dan etos kerja tenaga kependidikan merupakan

  faktor dominan yang menentukan keberhasilan institusi pendidikan dalam melakukan transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, serta internalisasi etika dan moral bagi pesrta didiknya. Tentu saja, karena mereka bersentuhan lansung dengan semua aspek penyelenggaraan dan pertanggung jawaban pendidikan, karena keberhasilan siswa terletak dipuncak para guru.

  Sebagai ujung tombak, tenaga kependidikan masih dihadapkan pada banyak masalah, antara lain kurang memadahinya kualifikasi dan kompetensi mereka, kurangnya tingkat kesejahteraan, rendahnya motivasi dan etos kerja, minimnya komitmen, beban kerja dan yang terlalu berat, kondisi sosial ekonomi yang tidak menguntungkan, rendahnya disiplin, mandulnya kreatifitas dan sedikitnya penghargaan masyarakat terhadap profesi pendidikan. Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa:

  Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,

  

  1 1 Depdiknas, UUSN No.20 tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional, Jakarta, Balai Pustaka, 2003, h. 7

  Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.

  Untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawab di atas, seorang guru dituntut memiliki beberapa kemampuan dan ketrampilan tertentu. Kemampuan dan ketrampilan tersebut sebagai bagian dari kompetensi profesionalisme guru. Kompetensi merupakan suatu kemampuan yang mutlak dimiliki oleh guru agar tugasnya sebagai pendidik dapat terlaksana dengan baik.

  Tugas guru erat kaitannya dengan peningkatan Sumber Daya Manusia melalui sektor pendidikan. Oleh karena itu, perlu upaya-upaya untuk meningkatkan mutu guru untuk menjadi tenaga profesional. Agar peningkatan mutu pendidikan dapat berhasil.

  Untuk menjadikan guru sebagai tenaga profesional maka perlu diadakan pembinaan secara terus menerus dan berkesinambungan dan menjadikan guru sebagai tenaga kerja perlu diperhatikan, dihargai dan diakui keprofesionalannya.

  Untuk membuat mereka menjadi profesional tidak semata-mata hanya meningkatkan kompetensinya baik melalui pemberian penataran, pelatihan maupun memperoleh kesempatan untuk belajar lagi namun perlu juga memperhatikan guru dari segi yang lain seperti peningkatan disiplin, pemberian motivasi, pemberian bimbingan melalui supervisi, pemberian insentif, gaji yang layak dengan keprofesionalnya

  Kepuasan kerja bagi guru sebagai pendidik diperlukan untuk meningkatkan kinerjanya. Kepuasan kerja berkenaan dengan kesesuaian antara harapan seseorang dengan imbalan yang disediakan.

  Kepuasan kerja guru berdampak pada prestasi kerja, disiplin, kualitas kerjanya. Pada guru yang puas terhadap pekerjaannya maka kinerjanya akan meningkat kemungkinan akan berdampak positif terhadap peningkatan mutu pendidikan. Kepuasan kerja guru merupakan hal yang penting yang dimiliki individu di dalam bekerja. Setiap individu pekerja memiliki karakteristik yang berbeda-beda, maka tingkat kepuasan kerjanya pun berbeda-beda pula.

  Kepuasan kerja guru akan baik jika guru telah melakukan unsur-unsur yang terdiri dari kesetiaan dan komitmen yang tinggi pada tugas mengajar, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran, kedisiplinan dalam mengajar dan tugas lainnya, kreativitas dalam pelaksanaan pengajaran, kerjasama dengan semua warga sekolah, kepemimpinan yang menjadi panutan siswa, kepribadian yang baik, jujur dan objektif dalam membimbing siswa, serta tanggung jawab terhadap tugasnya.

  Oleh karena itu, tugas kepala sekolah selaku manager adalah melakukan penilaian terhadap kinerja guru. Penilaian ini penting untuk dilakukan mengingat fungsinya sebagai alat motivasi bagi pimpinan kepada guru maupun bagi guru itu sendiri.

  Ada beberapa hal yang menyebabkan meningkatnya kinerja guru, namun penulis mencoba mengkaji masalah supervisi yang diberikan oleh kepala sekolah dan kepuasan kerja guru. Supervisi dalam hal ini adalah mengenai tanggapan guru terhadap pelaksanaan pembinaan dan bimbingan yang diberikan oleh kepala sekolah yang nantinya berdampak kepada kinerja guru yaitu kualitas pengajaran.

  Dengan adanya pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah diharapkan memberi dampak terhadap terbentuknya sikap profesional guru. Sikap profesional guru merupakan hal yang amat penting dalam memelihara dan meningkatkan profesionalitas guru, karena selalu berpengaruh pada perilaku dan aktivitas keseharian guru. Perilaku professional akan lebih diwujudkan dalam diri guru apabila institusi tempat ia bekerja memberi perhatian lebih banyak pada pembinan, pembentukan, dan pengembangan sikap professional.

  Kegiatan supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja guru akan berpengaruh secara psikologis terhadap kinerja guru, guru yang puas dengan pemberian supervisi kepala sekolah dan motivasi kerjanya tinggi maka ia akan bekerja dengan sukarela yang akhirnya dapat membuat produktivitas kerja guru meningkat. Tetapi jika guru kurang puas terhadap pelaksanaan supervisi kepala sekolah maka guru dalam bekerja kurang bergairah, hal ini mengakibatkan produktivitas guru menurun.

  Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan beberapa guru di SMA Negeri I Poleang Kec. Poleang Kab. Bombana ditemukan bahwa masih banyak kendala atau persoalan yang berkaitan dengan pelaksanaan supervisi kepala sekolah dan hubungannya dengan kepuasan kerja guru.

  Untuk itu diperlukan peran kepala sekolah untuk memotivasi para guru untuk Kepala Sekolah terhadap Kepuasan Kerja Guru di SMA Negeri I Tirawuta” menyimpulkan ada pengaruh yang signifikan antara Supervisi kepala sekolah terhadap kepuasan kerja guru di SMA Negeri I Tirawuta.

  Bertitik tolak dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah Terhadap Kepuasan Kerja Guru Di SMA. Negeri I Poleang Kec. Poleang Kab. Bombana.

  Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian lebih mendalam yang dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul: Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah Terhadap Kepuasan Kerja Guru di SMA Negeri I Poleang Kec. Poleang Kab. Bombana.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: a. Bagaimana Supervisi Kepala Sekolah Di SMA Negeri I Poleang Kec. Poleang

  Kab. Bombana? b. Bagaimana kepuasan kerja guru Di SMA Negeri I Poleang Kec. Poleang Kab.

  Bombana?

  c. Apakah ada pengaruh supervisi kepala sekolah terhadap kepuasan kerja guru di SMA Negeri I Poleang Kec. Poleang Kab. Bombana?

2. Rumusan Masalah

  Bertitik tolak dari batasan masalah tersebut di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah: “Apakah ada pengaruh supervisi kepala sekolah terhadap kepuasan kerja guru di SMA Negeri I Poleang Kec. Poleang Kab. Bombana?

  C. Hipotesis Penelitian

  Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka penulis dapat memberikan hipotesis sebagai dugaan sementara bahwa terdapat pengaruh supervisi kepala sekolah terhadap kepuasan kerja guru di SMA. Negeri I Poleang Kec. Poleang Kab. Bombana.

  D. Definisi Operasional

  Akan dijelaskan beberapa istilah sebagai berikut:

  1. Supervisi kepala sekolah, adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan oleh kepala sekolah untuk membantu para guru dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif, seperti: Kunjungan kelas, Menyiapkan sumber-sumber pengajaran, Bertindak sebagai konsultan, Membimbing guru mengembengkan metode-metode pengajaran, Mengadakan pertemuan individu dengan guru, Mengadakan rapat-rapat kelompok, Merencanakan demonstrsi mengajar.

  2. Kepuasan kerja guru adalah rasa senang guru karena yang baik, menguasai teknik evaluasi belajar mengajar, guru diikutsertakan dalam pengambilan keputusan, pembayaran yang adil, penghargaan yang wajar, pekerjaan yang menarik, bekerja secara profesional.

  Dari uraian tersebut, maka yang dimaksud judul di atas adalah suatu penelitian yang membahas tentang pengaruh supervisi kepala sekolah terhadap kepuasan kerja guru di SMA. Negeri I Poleang Kec. Poleang Kab. Bombana.

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

  1. Tujuan Penelitian

  Sesuai dengan permasalahan yang dijabarkan di atas, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah: a. Untuk mengetahui Supervisi Kepala Sekolah di SMA. Negeri I Poleang Kec.

  Poleang Kab. Bombana.

  b. Untuk mengetahui Kepusan Kerja Guru di SMA. Negeri I Poleang Kec. Poleang Kab. Bombana

  c. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Supervisi Kepala Sekolah terhadap Kepuasan Kerja Guru di SMA. Negeri I Poleang Kec. Poleang Kab. Bombana.

  2. Kegunaan Penelitian

  a. Kegunaan secara teoritis 1). Untuk mengembangkan pengetahuan mengenai supervisi kepala sekolah.

  2). Untuk mengembangkan wawasan mengenai supervisi kepala sekolah, di SMA.

  Negeri I Poleang Kec. Poleang Kab. Bombana. b. Kegunaan secara praktis 1).Sebagai bahan masukan atau input bagi SMA. Negeri I Poleang Kec. Poleang

  Kab. Bombana agar mampu mengambil langkah-langkah tepat dalam upaya meningkatkan kepuasan kerja guru melalui supervisi kepala sekolah.

  2).Memberi dorongan para guru untuk meningkatkan kepuasan kerja dengan melalui supervisi kepala sekolah yang nantinya dapat meningkatkan mutu pendidikan.

BAB II LANDASAN TEORI A. Supervisi Kepala Sekolah

1. Definisi Supervisi

  Menurut Oteng Sutisna, dikatakan bahwa: Segala sesuatu dari para pejabat sekolah yang diangkat yang diarahkan kepada penyediaan kepemimpinan bagi para guru dan tenaga pendidikan lain dalam perbaikan pengajaran, melihat stimulasi pertumbuhan profesional dan perkembangan dari para guru, seleksi dan revisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan pengajaran, dan metode-metode mengajar, dan evaluasi pengajaran

   Sedangkan menurut Ngalim Purwanto bahwa Supervisi adalah :

  “Suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lai nnya dalam rangka melakukan pekerjaan mereka dengan secara efekti

2 Sedangkan menurut Jones dalam Buku Mulyasa bahwa:

  Supervisi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari seluruh proses administrasi pendidikan yang ditujukan terutama untuk mengembangkan efektivitas kerja personalia sekolah yang berhubungan dengan tugas-tugas utama pendidikan

  

  1 1 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Supervisi, (Jakarta : Rineka Cipta, 2004), h. 11

  2 2 Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000), h. 76

  3 3 Mulyasa E., Manajemen Personalia (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2004), h.

  Selanjutnya menurut Ngalim Purwanto, bahwa: Supervisi adalah usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru- guru dan petugas-petugas lainnya dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru serta merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan pengajaran dan metode serta

  

  Menurut Piet A.Sahertian menjelaskan bahwa :

  

9

Supervisi adalah suatu usaha menstimulasi, mengkoordinasi dan membimbing secara

  kontinu pertumbuhan guru-guru di sekolah baik secara individual baik secara kolektif, agar lebih mengerti dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi

  

  Dari definisi tersebut maka tugas kepala sekolah sebagai supervisor berarti bahwa dia hendaknya pandai meneliti, mencari, dan menentukan syarat- syarat mana sajakah yang diperlukan bagi kemajuan sekolahnya sehingga tujuan- tujuan pendidikan di sekolah itu semaksimal mungkin dapat tercapai dengan baik.

  Jadi dari definisi tersebut di atas penulis menyimpulkan bahwa supervisi kepala sekolah merupakan upaya seorang kepala sekolah dalam pembinaan guru agar guru dapat meningkatkan kualitas mengajarnya dengan melalui langkah-langkah perencanaan, penampilan mengajar yang nyata serta mengadakan perubahan dengan cara yang rasional dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa.

  4 4 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: CV Karya Remadja, 1986), h. 36 5

2. Karakteristik supervisi

  Salah satu supervisi akademik yang popular adalah supervisi klinis, yang memiliki karakteristik sebagai berikut: a. Supervisi diberikan berupa bantuan (bukan perintah), sehingga inisiatif tetap berada di tangan tenaga kependidikan.

  b. Aspek yang disupervisi berdasarkan usul guru, yang dikaji bersama kepala sekolah sebagai supervisor untuk dijadikan kesepakatan.

  c. Instrumen dan metode observasi dikembangkan bersama oleh guru dan kepala sekolah.

  d. Mendiskusikan dan menafsirkan hasil pengamatan dengan mendahulukan interpretasi guru.

  e. Supervisi dilakukan dalam suasana terbuka secara tatap muka, dan supervisor lebih banyak mendengarkan serta menjawab pertanyaan guru daripada memberi saran dan pengarahan.

  f. Supervisi klinis sedikitnya memiliki tiga tahap, yaitu pertemuan awal, pengamatan, dan umpan balik.

  g. Adanya penguatan dan umpan balik dari kepala sekolah sebagai supervisor terhadap perubahan perilaku guru yang positif sebagai hasil pembinaan.

  h. Supervisi dilakukan secara berkelanjutan untuk meningkatkan suatu keadaan dan memecahkan suatu masalah.

3. Faktor yang Mempengaruhi Berhasil Tidaknya Supervisi

  Ada beberapa faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya supervisi atau cepat- lambatnya hasil supervisi antara lain: a. Lingkungan masyarakat tempat sekolah itu berada.

  Apakah sekolah itu di kota besar, di kota kecil, atau pelosok. Di lingkungan masyarakat orang-orang kayaatau di lingkungan orang-orang yang pada umumnya kurang mampu. Di lingkungan masyarakat intelek, pedagang, atau petani dan lain-lain.

  b. Besar-kecilnya sekolah yang menjadi tanggung jawab kepala sekolah. Apakah sekolah itu merupakan kompleks sekolah yang besar, banyak jumlah guru dan muridnya, memiliki halaman dan tanah yang luas, atau sebaliknya.

  c. Tingkatan dan jenis sekolah. Apakah sekolah yang di pimpin itu SD atau sekolah lanjutan, SLTP, SMU atau SMK dan sebagainya, semuanya memerlukan sikap dan sifat supervisi tertentu.

  d. Keadaan guru-guru dan para pegawai yang tersedia. Apakah guru-guru di sekolah itu pada umumnya sudah berwenang, bagaimana kehidupan sosial- ekonominya, hasrat dan kemampuannya, dan sebagainya.

  e. Kecakapan dan keahlian kepala sekolah itu sendiri. Di antara faktor-faktor yang lain, yang terakhir ini adalah yang terpenting. Bagaimanapun baiknya situasi dan kondisi yang tersedia, jika kepala sekolah itu sendiri tidak mempunyai

  Sebaliknya, adanya kecakapan dan keahlian yang dimiliki oleh kepala sekolah, segala kekurangan yang ada akan menjadi perangsang yang mendorongnya untuk selalu berusaha memperbaiki dan menyempurnakannya.

4. Fungsi dan Tugas Kepala Sekolah sebagai Supervisor Pengajaran

  Kegiatan atau usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah sesuai dengan fungsinya sebagai supervisor antara lain: a. Membangkitkan dan merangsang guru-guru dan pegawai sekolah di dalam menjalankan tugasnya masing-masing dengan sebaik-baiknya.

  b. Berusaha mengadakan dan melengkapi alat-alat perlengkapan sekolah termasuk media instruksional yang diperlukan bagi kelancaran dan keberhasilan proses belajar-mengajar.

  c. Bersama guru-guru berusaha mengembangkan, mencari, dan menggunakan metode-metode mengajar yang lebih sesuai dengan tuntutan kurikulum yang sedang berlaku.

  d. Membina kerja sama yang baik dan harmonis di antara guru-guru dan pegawai sekolah lainnya.

  e. Berusaha mempertinggi mutu dan pengetahuan guru-guru dan pegawai sekolah, antara lain dengan mengadakan diskusi-diskusi kelompok, menyediakan perpustakaan sekolah, dan atau mengirim mereka untuk mengikuti penataran- penataran, seminar, sesuai dengan bidangnya masing-masing.

  f. Membina hubungan kerja sama antara sekolah dengan BP3 atau komite sekolah

  Ngalim Purwanto, merumuskan 26 macam tugas supervisor sebagai berikut:

  12. Menilai dan menyelesaikan buku-buku untuk perpustakaan guru- guru.

  20. Membimbing pelaksanaan program-program testing.

  19. Berwawancara dengan guru-guru dan pegawai untuk mengetahui bagaimana pandangan atau harapan-harapan mereka.

  18. Mengembangkan system pelaporan murid, seperti kartu-kartu catatan kumulatif, dan sebagainya.

  17. Menyelenggarakan manual atau buletin-buletin tentang pendidikan dan pengajaran dalam ruang lingkup bidang tugasnya.

  16. Menulis dan mengembangkan materi-materi kurikulum.

  15. Berwawancara dengan orang-orang tua murid tentang hal-hal yang mengenai pendidikan.

  14. Bekerjasama dengan konsultan-konsultan kurikulum dalam menganalisis dan mengembangkan program kurikulum.

  13. Bertindak sebagai konsultan didalam rapat/pertemuan-pertemua kelompok lokal.

  11. Menginterpretasi data teks kepada guru-guru dan membantu mereka bagaimana menggunakannya.

  1. Menghadiri rapat/pertemuan-pertemuan organiasi-organisasi profesional.

  10. Mengorganisasi dan bekerja dengan kelompok guru-guru dalam program revisi kurikulum.

  9. Memberikan saran-saran atau instruksi tentang bagaimana melaksanakan suatu unit pengajaran.

  8. Membimbing guru-guru dalam menyusun dan mengembangkan sumber-sumber atau unit-unit pengajaran.

  7. Memilih dan menilai buku-buku yang diperlukan bagi murid-murid.

  6. Mendiskusikan metode-metode mengajar baru.

  5. Mengadakan pertemuan-pertemuan individual dengan guru-guru tentang masalah-masalah yang diusulkan.

  4. Melakukan clasaroom atau class visit.

  

3. Mengadakan rapat-rapat kelompok untuk membicarakan masalah-

masalah umum (common problem).

  

2. Mendiskusikan tujuan-tujuan dan filsafat pendidikan dengan guru-

guru.

  21. Menyiapkan sumber-sumber atau unit-unit pengajaran bagi keperluan

  22. Mengajar guru-guru bagaimana menggunakan audio visual audio.

  23. Menyiapkan laporan-laporan tertulis tentang kunjungan kelas (class visit) bagi para kepala sekolah.

  24. Menulis artikel-artikel tentang pendidikan atau kegiatan-kegiatan sekolah/guru-guru dalam surat kabar.

  25. Menyusun tes-tes standar bersama kepala sekolah dan guru-guru.

  26. Merencanakan demonstrasi mengajar, dan sebagainya oleh guru-guru ahli, supervisi sendiri, ahli-ahli lain dalam rangka memperkenalkan metode

  

  Fungsi dan tugas supervisor tersebut di atas, pada hakekatnya menyangkut masalah tugas yang berhubungan dengan guru, peserta didik, orang tua siswa, organisasi, sumber-sumber belajar, alat-alat pengajaran, dan penyiapan segala sumber informasi yang berguna bagi perkembangan kurikulum dan pengajaran di sekolah.

  Tugas-tugas supervisor dalam cakupan wilayah dan ragam yang luas dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien bilaman supervisor memiliki kesadaran di dalam menjalankan tugas profesinya.

5. Teknik-Teknik Supervisi

  Secara garis besar cara atau teknik supervisi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu tehnik perseorangan dan teknik kelompok.

  a. Teknik perseorangan. Yang dimaksud dengan teknik perseorangan ialah supervisi yang dilakukan secara perseorangan. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukanantara lain :

  1. Mengadakan kunjungan kelas (classroom visition) Yang dimaksud dengan kunjungan kelas ialah kunjungan sewaktu-waktu yang dilakukan oleh seorang supervisor (kepala sekolah) untuk melihat atau mengamati seorang guru yang sedang mengajar. Tujuannya untuk mengobservasi bagaimana guru mengajar, apakah sudah memenuhi syarat-syarat didaktis atau metodik yang sesuai. Dengan kata lain, untuk melihat apa kekurangan atau kelemahan yang sekiranya masih perlu diperbaiki.

  2. Mengadakan kunjungan observasi (observation visits) Guru-guru dari suatu sekolah sengaja ditugaskan untuk melihat/mengamati seorang guru yang sedang mendemonstrasikan cara-cara mengajar suatu mata pelajaran tertentu. Misalnya cara menggunakanalat atau media yang baru, seperti audio-visual aids, cara mengajar dengan metode tertentu, seperti misalnya sosiodrama, problem solving, diskusi panel, fish bowl, metode penemuan (discovery), dan sebagainya.

  3. Membimbing guru-guru tentang cara-cara mempelajari pribadi siswa dan atau mengatasi problema yang dialami siswaBanyak masalah yang dialami guru dalam mengatasi kesulitan-kesulitan belajar siswa. Misalnya siswa yang lamban dalam belajar, tidak dapat memusatkan perhatian, siswa yang nakal, siswa yang mengalamiperasaan rendah diri dan kurang dapat bergaul dengan teman- temannya.Masalah-masalah yang sering timbul di dalam kelas yang disebabkan olehsiswa itu sendiri lebih baik dipecahkan atau diatasi oleh guru kelas itusendiri daripada diserahkan kepada guru bimbingan atau konselor yang mungkin akan memakan waktu yang lebih lama untuk mengatasinya.

  4. Membimbing guru-guru dalam hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan

  1). Menyusun program catur wulan atau program semester 2). Menyusun atau membuat program ssatuan pelajaran 3). Mengorganisasikan kegiatan-kegiatan pengelolaan kelas 4). Melaksanakan teknik-teknik evaluasi pengajaran 5). Menggunakan media dan sumber dalam proses belajar-mengajar 6). Mengorganisasikan kegiatan-kegiatan siswa dalam bidang ekstrakurikuler, study tour, dan sebagainya.

  b. Teknik kelompok. Ialah supervisi yang dilakukan secara kelompok. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan antara lain :

  1. Mengadakan pertemuan atau rapat (meetings) Seorang kepala sekolah yang baik umumnya menjalankan tugasnyaberdasarkan rencana yang telah disusunnya.

  Termasuk didalam perencanaan itu antara lain mengadakan rapat-rapat secara periodik dengan guru-guru.

  2. Mengadakan diskusi kelompok (group discussions) Diskusi kelompok dapat diadakan dengan membentuk kelompok-kelompok guru bidang studi sejenis.

  Kelompok-kelompok yang telahterbentuk itu diprogramkan untuk mengadakan pertemuan /diskusi guna membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan usaha pengembangan dan peranan proses belajar-mengajar.

  3. Mengadakan penataran-penataran (inservice-training) Teknik supervisi kelompok yang dilakukan melalui penataran-penataran sudah banyak dilakukan.

  Misalnya penataran untuk guru-guru bidang studi tertentu, penataran tentang

  Mengingat bahwa penataran-penataran tersebut pada umumnya diselenggarakan oleh pusat atau wilayah, maka tugas kepala sekolah terutama adalah mengelola dan membimbing pelaksanaan tindak lanjut (follow-up) dari hasil penataran, agar dapat dipraktekkan oleh guru-guru.

  Menurut Gwynn, teknik supervisi digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu teknik perorangan dan teknik kelompok.

  Teknik supervisi individual meliputi : 1) kunjungan kelas, 2) percakapan pribadi, 3) kunjungan antar kelas, 4) penilaian sendiri. Sedangkan teknik supervisi kelompok meliputi : 1) kepanitiaan, 2) kursus, 3) laboratorium kelompok, 4) bacaan terpimpin, 5) demonstrasi pembelajaran, 6) perjalanan staf, 7) diskusi panel, 8) perpustakaan professional, 9) organisasi profesional, 10) bulletin supervisi, 11) sertifikasi guru, 12) tugas belajar, 13) pertemuan guru

7 Dari beberapa pendapat dan uraian tersebut di atas dapat diambil kesimpulan,

  bahwa supervisi kepala sekolah adalah proses pembinaan kepala sekolah kepada guru dalam rangka memperbaiki proses belajar mengajar.

  Adapun teknik yang biasa digunakan adalah kunjungan kelas, pertemuan baik formal maupun informal serta melibatkan guru lain yang dianggap berhasil dalam proses belajar mengajar.

B. Kepuasan Kerja Guru

1. Pengertian Kepuasan Kerja

  Kepuasan kerja merupakan hal yang penting yang dimiliki individu di dalam bekerja. Setiap individu pekerja memiliki karakteristik yang berbeda-beda, maka tingkat kepuasan kerjanya pun berbeda-beda pula. Tinggi rendahnya kepuasan kerja tersebut dapat memberikan dampak yang tidak sama.

  Kepuasan kerja yang tinggi sangat memungkinkan untuk mendorong terwujudnya tujuan sekolah. Sementara tingkat kepuasan kerja yang rendah merupakan ancaman yang akan membawa kehancuran sebuah instansi sekolah maupun instansi lain, segera maupun secara perlahan.

  “Kepuasan kerja pada dasarnya merupakan sekumpulan perasaan individu terhadap pekerjaan yang dihadapinya, apakah menyenangkan, tidak menyenangkan, puas, tidak

  

  Menurut Vecchio menyatakan bahwa: “Kepuasan kerja sebagai pemikiran, perasaan dan kecenderungan tindakan seseorang yang merupakan sikap seseorang

  

  terhadap pekerjaa Sedangkan menurut Gibson, menyatakan bahwa:

  Kepuasan kerja adalah suatu sikap yang dipunyai individu mengenai pekerjaannya. Hal ini dihasilkan dari persepsi mereka terhadap pekerjaannya, berdasarkan pada faktor lingkungan kerjanya, seperti gaya penyedia, kebijakan

  

  Sedang menurut Stephen, P Robins berpendapat bahwa :

  8 Hekman, Kepemimpinan, (Semarang: Dahara Prize, 1992), h. 103

  9 Wibowo, Manajemen Kinerja, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. 299

  10 Gibson, dkk, Organisasi, (Boston: McGraw-Hill Companies, 2000), h. 106

  “Kepuasan kerja adalah sikap umum seorang guru/staf/karyawan terhadap pekerjaannya; selisih antara banyak ganjaran yang diterima seseorang dan banyaknya

  

  yang mereka yakini seharusnya mereka terima Demikian pula menurut Davis dan Newstrom bahwa : Kepuasan kerja menunjukkan kesesuaian antara harapan seseorang yang timbul dan imbalan yang disediakan oleh pekerjaannya. Jadi kepuasan kerja juga bekaitan degan erat dengan

  

  terori keadilan, perjanjian psikologis, dan motivasi Jadi dari pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa :

  Kepuasan kerja guru adalah merupakan sekumpulan perasaan seorang guru/staf terhadap pekerjaannya, apakah senang/suka atau tidak senang/tidak suka sebagai hasil interaksi seseorang dengan lingkungan pekerjaannya atau sebagai persepsi ataupun hasil penilaian seseorang guru terhadap pekerjannya. Perasaan seseorang guru terhadap pekerjaan sesunguhnya sekaligus merupakan

  

2. Teori-teori Kepuasan Kerja

a. Discrepancy Theory

  Teori ini pertama kali dikembangkan oleh Forter tahun 1961. Inti dari teori ini adalah bahwa “kepuasan kerja seseorang bergantung pada perbedaan (discrepancy) antara Should be (expectation, needs atau values) dengan apa yang

  

  telah diperoleh dari pekerjaa Jumlah yang diinginkan dari karakteristik

  11 Robbins Stephen, Perilaku Organisasi, (New Jersey: Prentice hall, 2003), h.78

  12 Newstrom, dkk, Perilaku Organisasi, (New York: McGraw-Hill Companies, 1997), h.102

  12

  13 Sutarto, Dasar-Dasar Kepemimpinan Administrasi, (Yogyakarta: Gajah Mada University pekerjaan didefinisikan sebagai jumlah minimum yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan seseorang pada suatu saat.

  Dengan demikian seseorang akan merasa puas bila tidak ada perbedaan antara yang diinginkan dengan persepsinya atas kenyataan, karena batas minimum yang diinginkan telah terpenuhi.

b. Equity Theory

  Teori ini dikemukakan oleh Adam dkk. Inti dari teori ini adalah bahwa “Orang akan merasa puas atau tidak puas bergantung pada keadilan yang

  

  diperolehnya atas suatu situasi Dalam teori ini terdapat empat faktor yaitu

  person, input, outcome, dan comparison person. Person adalah individu yang merasa

  diperlakukan secara adil atau tidak adil. Input adalah segala sesuatu yang bernilai yang disumbangkan seseorang terhadap pekerjaannya seperti pendidikan, pengalaman, keahlian, jumlah upaya yang dicurahkan, jumlah jam kerja dan peralatan pribadi, persediaan/perlengkapan yang digunakan dalam pekerjaan.

  Outcomes adalah sesuatu yang bernilai yang diperoleh karyawan dari pekerjaannya seperti gaji, tunjangan-tunjangan, status, pengakuan dan kesempatan berprestasi.

  Comparison Person adalah orang lain yang dijadikan sebagai pembanding dalam tes

  input-outcomes yang dimiliki seseorang. Comparison person ini bisa berasal dari seseorang yang bekerja di perusahan yang sama atau perusahaan lain atau pula bisa dengan dirinya sendiri dimasa lampau. Menurut teori ini, setiap karyawan akan 14

14 Adam & Schein, Organisational Psycology, Diterjemahkan Oleh Nurul Iman,(Surabaya: PT.

  membandingkan rasio input-outcomes dirinya dengan rasio input-outcomes orang lain. Bila perbandingan itu dianggapnya cukup adil, maka ia akan merasa puas. Bila perbandingan itu tidak seimbang tetapi menguntungkan, bisa menimbulkan kepuasan tetapi bisa juga tidak. Tetapi bila perbandingan itu tidak seimbang dan merugikan akan timbul ketidakpuasan.

c. Two Factor Theory

  Teori ini meneliti tentang sikap kerja dan perilaku manusia. hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa orang memiliki dua kategori kebutuhan yang berbeda secara esensial dalam mempengaruhi perilaku individu dan organisasi. Teori ini menyatakan bahwa “kepuasan kerja berbeda secara kualitatif dari ketidakpuasan

  

  Herzberg membagi situasi yang mempengaruhi sikap seseorang terhadap pekerjaannya menjadi dua kelompok yaitu: kelompok satisfier/motivator factors dengan kelompok disatisfier/hygiene factors. Satisfier adalah faktor sumber kepuasan kerja yang meliputi pencapaian prestasi, pengakuan dan tanggungjawab, kesempatan untuk berkembang, pekerjaan itu sendiri. Faktor tersebut digunakan untuk memotivasi/memuaskan para pekerja. faktor ini akan berpengaruh terhadap kepuasan kerja.

  Jika faktor tersebut terpenuhi dengan baik, maka karyawan akan memperoleh kepuasan kerja, tetapi tidak bisa mencegah timbulnya ketidakpuasan kerja. 15

  15 Sebaliknya jika faktor tersebut tak terpenuhi dengan baik, maka tingkat kepuasan akan menurun. Disatisfier adalah faktor yang menjadi sumber ketidakpuasan kerja yang terdiri dari kebijaksanaan dan administrasi perusahaan, teknik penyelesaian gaji, hubungan antar pribadi, kondisi pekerjaan, keamanan kerja dan status. Faktor hygiene tidak memotivasi seseorang karyawan berprestasi karena faktor tersebut hanya diperlakukan untuk mempertahankan tingkat kepuasan yang ada.

d. Expectancy Theory

  Teori pengharapan dikembangkan oleh Victor H. Vroom yang kemudian teori ini diperluas oleh Porter dan Lawler. Menurut teori ini motivasi akibat dari suatu hasil yang ingin dicapai oleh seseorang dan perkiraan yang bersangkutan, bahwa tindakannya akan mengarah pada hasil yang diinginkannya itu. Artinya, “Apabila seseorang sangat menginginkan sesuau, dan ada peluang memperolehnya, yang bersangkutan akan berupaya mendapatkannya. Jika harapan memperoleh hal yang

  

  diinginkannya itu tipis, motivasinya akan menjadi renda

3. Faktor-faktor Kepuasan Kerja

  Faktor-faktor kepuasan kerja perlu dibahas, khususnya untuk memenuhi pertanyaan tentang apa yang diukur dalam variabel kepuasan kerja. Banyak peneliti memperlihatakan sejumlah aspek situasi yang berbeda sebagai sumber yang penting dari kepuasan kerja. Pendapat tersebut antara lain sebagai berikut :

16 Miftah, Kepemimpinan Dalam manajemen, Suatu Pendekatan perilaku, (Jakarta: PT. Raja

  16

  Siagian menyatakan, bahwa harapan-harapan pada organisasi atau sekolah, biasanya tercermin antara lain : 1). Kondisi kerja yang baik; 2) merasa diikutsertakan dalam proses pengamabilan keputusan, terutama yang menyangkut nasibnya; 3) cara pendisiplinan yang diplomaatik; 4) penghargaan yang wajar atas prestasi kerja; 5) kesetiaan pimpinan terhadap bawahannya; 6) pembaayran yang adil dan wajar; 7) kesempatan promosi dan berkembang dalam organisasi; 8) adanya pengertian pimpinan jika bawahan menghadapi masaslah pribadi; 9) jaminan adanya perlakuan yang adil dan objektif;

  

  Mengutip variabel-variabel yang ditanyakan dalam kepuasan kerja yang dikembangkan Weis, Dawis, England dan Logquist. Daftar tersebut terdiri dari 100 item pertanyaan yang dikelompokkan menjadi 20 faktor, yaitu :

  1) pengunaan kemampuan; 2) kepandaian; 3) aktivitas; 4) kemajuan; 5) kewenangan; 6) kreaativitas; 7) kebijaksanaan dan praktek perusahaan; 8) kompensasi; 9) teman sekerja; 10) kebebasan nilai moral; 11) pengakuan; 12) tanggungjawab; 13) keamanan; 14) social; 15) status social; 16) pengawasan hubungan manusia; 17)

  

  Sedangkan menurut Job Desciptive Index (JDI) dalam buku Veithzal Rifai bahwa faktor-faktor penyebab kepuasan kerja adalah : “1) bekerja pada tempat yang tepat; 2) pembayaran yang sesuai; 3) organisasi dan manajemen; 4) supervisi pada pekerjaan yang tepat; 5) orang yang berada dalam

  

  pekerjaan yang tepat

  17 17

  18 18 Hikmawati dkk, Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Motivasi Kerja dan Disiplin Kerja, (Jakarta: Usaha Nasional, 2005), h. 72 19 Veithzal Rivai, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan : Dari Teori ke

  19

  Penelitian yang dilakukan oleh Caugemi dan Calaypool (1978), yang dikutif As’ad (199:115) menemukan bahwa hal-hal yang menimbulkan rasa puas adalah: “1) prestasi; 2) penghargaan; 3) kenaikan jabatan; dan 4) pujian.

  Sedangkan yang menimbulkan perasaan tidak puas adalah: 1) kebijakan perusahan; 2)

  

  Dari berbagai pendapat di atas dapat dirangkum mengenai faktor-faktor yang menimbulkan kepuasan kerja, yaitu :

  1. Faktor psikologik, merupakan faktor yang berhubungan dengan kejiwaan karyawan, yang meliputi: minat; ketentraman dalam bekerja, sikap terhadap kerja, bakat, dan keterampilan

  2. Faktor Sosial, merupakan faktor yang berhubungan dengan interaksi social, baik antara sesama karyawan, dengan atasannya maupun karya-wan yang berbeda jenis pekerjaannya.

  3. Faktor fisik, merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik lingkungan kerja dan kondisi fisik karyawan, meliputi jenis pekerjaan, pengaturan waktu kerja dan istirahat, perlengkapan kerja, keadaan ruangan, suhu udara, penerangan, pertukaran udara, kondisi kesehatan karyawan, umur dan sebagainya.

  4. Faktor finansial, merupakan faktor yang berhubungan dengan jaminan serta kesejahteraan karyawan, yang meliputi sistem dan besarnya gaji atau upah,

  20 20 jaminan sosial, macam-macam tunjangan,fasilitas yang diberikan, promosi dan sebagainya.

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang

  menggunakan data yang berkenaan dengan objek penelitian dalam bentuk angka- angka. Atau suatu proses menemukan pengetahuan dengan menggunakan data berupa angka sebagai alat untuk menemukan keterangan mengenai apa yang ingin diteliti.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

  1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA. Negeri I Poleang Kec. Poleang Kab.

  Bombana, pemilihan lokasi ini didasari pertimbangan bahwa SMA Negeri I Poleang merupakan salah satu lembaga pendidikan yang cukup berkembang dan telah menghasilkan anak didik yang berprsetasi dan tempat tersebut juga cukup representatif dengan penelitian yang ingin diteliti oleh peneliti.

  2. Waktu Penelitian

  Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan terhitung bulan april sampai bulan juni tahun 2012.

  C. Variabel Penelitian

  26 Adapun variabel dalam penelitian ini adalah variabel X dan variabel Y dengan

  gambar sebagai berikut:

  X Y

  Keterangan : X : Supervisi Kepala Sekolah Y : Kepuasan Kerja Guru Berdasarkan gambar di atas, maka anak panah menunjukkan pengaruh antara variabel X terhadap variabel Y. Jadi dalam penelitian dapat ditentukan bahwa ada pengaruh dari Supervisi Kepala Sekolah terhadap Kepuasan Kerja Guru di SMA Negeri I Poleang Kec. Poleang Kab. Bombana.

  D. Populasi dan Sampel

  Populasi merupakan keseluruhan indivdu atau keseluruhan objek yang diteliti baik orang, benda, kejadian, nilai maupun hal-hal yang terjadi yang merupakan informasi data, informasi mengenai sesuatu yang ada hubungannya dengan penelitian tentang data yang diperlukan.

  Sampel merupakan bagian dari populasi, Menurut Arikunto bahwa “Dalam pengambilan sampel apabila sampelnya kurang dari 100 lebih baik diambil

  

  semuanya sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi Maka populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru SMA Negeri 1 Poleang yang berjumlah 34 orang. Karena jumlah kurang dari 100, maka semua populasi menjadi subyek penelitian.

  Sehubungan dengan uraian tersebut maka sebagai data pokok dalam penelitian ini, peneliti menetapkan populasi penelitian yaitu seluruh jumlah guru di SMA Negeri I Poleang Kec. Poleang Kab. Bombana

E. Teknik Pengumpulan Data

  Adapun tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

  a. Dokumentasi, adalah teknik pengumpulan data

  dengan cara menyalin atau mencatat semua data-data yang berhubungan dengan pembahasan skripsi.

  b. Angket,(quisioner) adalah teknik pengumpulan

  data dengan memberikan beberapa pertanyaan teknis yang diajukan kepada responden untuk di jawab secara objektif. Responden yang diberikan angket dalam penelitian ini adalah seluruh jumlah guru yang ada di SMA Negeri I Poleang, yaitu sebanyak 34 responden. Pertanyaan dalam angket ini masing-masing variabel menggunakan Skala Likert dan bentuk pilihan ganda dengan kontribusi untuk

  14 Suharsimi, Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik , (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 130 penyataan positif, yaitu: a) Sangat sering skor nilai 4, b) Sering skor nilai 3, c) kadang-kadang skor nilai 2, dan d) Tidak pernah skor nilai1. Adapun untuk pernyataan negatif, yaitu: a) Sangat sering skor nilai 1, b) Sering skor nilai 2, c) Kadang-kadang skor nilai 3, dan d) Tidak pernah skor nilai 4.

KISI-KISI INSTRUMENT

  Dengan judul penelitian “Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah terhadap Kepuasan Kerja Guru di SMA. Negeri I Poleang Kecamatan Poleang Kabupaten Bombana.”

  Variabel Sub variable Indikator No. Butir

  SUPERVISI KEPALA SEKOLAH (X)

  1. Aktivitas supervisi kepala sekolah

  2. Adanya faktor intrinsik dan ekstrinsik

  1. Kunjungan kelas

  2. Menyiapkan sumber- sumber pengajaran

  3. Bertindak sebagai konsultan

  4. Membimbing guru mengembengkan metode- metode pengajaran

  5. Mengadakan pertemuan individu dengan guru

  6. Mengadakan rapat-rapat kelompok

  7. Merencanakan demonstrsi mengajar 1, 2 3, 4

  5, 6, 7 8, 9

  10, 11 12, 13 14, 15

  1. Kondisi kerja yang baik 1, 2, 3

  1. Tingkat kepuasan

  2. Menguasai teknik evaluasi 4, 5

  kerja belajar mengajar

  2. Kesesuaian antara

  3. Guru diikutsertakan dalam 6, 7

  KEPUASAN harapan dan imbalan pengambilan keputusan KERJA yang disediakan

  4. Pembayaran yang adil 8, 9 GURU oleh pekerjaan.

  5. Penghargaan yang wajar 10, 11

  (Y)

  3. Menjalankan tugas

  6. Pekerjaan yang menarik 12, 13

  7. Bekerja secara profesional 14, 15

  secara professional

F. Teknik Analisis Data

  Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dengan statistik

  deskriptif dengan mengunakan teknik distribusi frekuensi, tabel distribusi frekuensi

kumulatif (persentase). Adapun rumus persentase (%) yang peneliti gunakan adalah:

F P= X 100 % N

  Keterangan : P = Persentase F = Frekuensi

  Berdasarkan perhitungan persentase dalam tabel distribusi frekuensi relatif yang kemudian diinterpretasikan dalam bentuk uraian yang selanjutnya ditarik suatu

15 Imade Cita, Metode Penelitian Sosiologi II, (Kendari: TP, 1998), h. 107

  kesimpulan. Kedua data dari masing-masing variabel pada penelitian ini dijelaskan berdasarkan kategori berikut: Nilai (81-100)% = Sangat baik Nilai (61-80)% = Baik Nilai (41-60)% = Cukup baik Nilai (21-40)% = Kurang

  

  Adapun untuk mengetahui persamaan regresi dari setiap variabel digunakan rumus regresi linear sederhana, dengan rumus sebagai berikut: Ŷ = a + b X Keterangan : Ŷ = nilai yang diprediksikan a = konstanta atau bila harga x’ = 0 b = koefisien regresi

  Untuk mencari nilai a dan b, maka digunakan rumus persamaan regresi yakni: b = (∑xy)(∑x)(∑y)

  2

  2

  n (∑x ) – (∑x) a = ∑y –b∑x n

  Ŷ = a + bX

  16 Harahap, Teknik Penilaian Hasil Belajar, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), h. 183

  17 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2009),

  h. 188

  Selanjutnya untuk mengetahui besarnya pengaruh Supervisi Kepala Sekolah terhadap kepuasan kerja guru, maka penulis menggunakan rumus korelasi product

  moment, yaitu sebagai berikut: N ∑ XY ( ∑X ) ( ∑Y ) rxy =

  2

  2

  2

  2

  [N ∑x – (∑ X) ] [N ∑Y – (∑ Y) ] Keterangan: rxy : Angka indeks korelasi “r” product moment ∑xy: Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y N : Jumlah individu dalam sampel x : Jumlah seluruh skor X

  

  y : Jumlah seluruh skor Berdasarkan nilai koefisien product moment yang diperoleh selanjutnya akan dilihat koefisien determinasi (KD) untuk mengetahui besarnya sumbangan variabel X terhadap variabel Y, yang dinyatakan dengan rumus:

2 KD = r x 100%

  Keterangan: KD : Koefisien determinasi

  

  r : Korelasi Product mome Dilanjutkan dengan uji signifikan dengan rumus sebagai berikut: Keterangan:

  thitung = Nilai t

  r = Nilai Koefisien product Moment n = Jumlah Responden

  

  1 = Nilai Konstant

  18 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008),

  h. 206

Dokumen yang terkait

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA GURU DI SMA NEGERI 7 BANDA ACEH

1 7 1

HUBUNGAN SERTIFIKASI PROFESI GURU DAN SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DENGAN MOTIVASI KERJA GURU DI SMA NEGERI 1 TUMIJAJAR KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT

0 5 11

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM ORGANISASI TERHADAP KEPUASAN KERJA GURU SMK NEGERI

0 1 12

KORELASI SUPERVISI KLINIS KEPALA SEKOLAH DENGAN KINERJA GURU DI SD NEGERI BANYUSARI KEC. GRABAG KAB. MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 - Test Repository

0 0 111

PERANAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP NEGERI I POLEANG KABUPATEN BOMBANA

0 1 216

B AB II LANDASAN TEORI - PERAN GURU DALAM MENGATASI KENAKALAN SISWA DI SMA NEGERI 2 KENDARI - Repository IAIN Kendari

0 1 24

B AB I PENDAHULUAN - MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MELALUI MODEL PEMBELAJARAN LEARNING TO BE QUESTION PADA MURID KELAS IV SDN I BORO-BORO LAMEURU KEC. RANOMEETO BARAT KAB. KONAWE SELATAN - Repository IAIN Kendari

0 0 36

PENGARUH MANAJEMEN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU DI SMA NEGERI 2 WAKORUMBA SELATAN KABUPATEN MUNA - Repository IAIN Kendari

0 0 8

B AB I PENDAHULUAN - MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MELALUI PENERAPAN METODE KERJA KELOMPOK PADA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI 3 MANGGOLO KECAMATAN LATAMBAGA - Repository IAIN Kendari

0 0 8

B 1 AB I PENDAHULUAN - PENGARUH PELAKSANAAN ULANGAN HARIAN TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AL-QUR’AN HADITS DI MA AN-NUR AZ-ZUBAIDI KECAMATAN MELUHU KABUPATEN KONAWE - Repository IAIN Kendari

0 0 8