Pada musim penghujan lahan ini pada umumnya menjadi hamparan rawa

-i"\\UK JIHGFEDCBA
P E R P U S 1 AKAAN
BALITI AN

8 .C ,N J A R B A I1 U

SISTEM U SA H A TA N I LA BA N RA W A D A N G K A LPONMLKJIHGFEDCBA
.f

H id a y a t D j. N o o r , Is d ija n to A r -R iz a
Balai Pcnelitian Tanunan

dan

C h a e r u d in

Pangan Banjarbaru

PEN D A H U LU A N
Lahan raw a dangkal K alim antan pada um um nya dihuni oleh penduduk lokal dan
sudah sangat lam a m engusahakan lahan terse but sebagai lahan usaha pertanian.

Luas pem ilikan sangat bervariasi, yaitu antara 0,7-4 ha per keluarga. Ini berarti '
penyusunan m odel sistem usahatani harus diperhitungkan terhadap petani yang m em iliki tanah kurang luas, agar sistem usahatani yang diusahakan betul-betul dapat m eningkatkan kualitas kehidupannya.
D i lahan pekarangan petani pada um um nya m engusahakan tanam an keras, seperti
m angga raw a (lokal), pisang dan tem ak itik. A dapun di lahan usaha ditanam ubi
A labio, labu m erah, lom bok dan sayuran lainnya di atas guludan atau surjan.
Pada lahan saw ah diusahakan tanam an padi di m usim kem arau, yang dikenal
dengan persaw ahan rintak. Budidaya yang dilaksanakan m asih sederhana dan m asih
banyak petani yang belum m enggunakan pupuk, sehingga hasil yang diperoleh ratarata m asih rendah, yaitu sekitar 3 tJ ha.
Pada m usim penghujan lahan ini pada um um nya m enjadi ham paran raw a, dan
sangat sedikit yang m engusahakan usahatani padi, kalaupun ada hanya di tebingtebing yang tidak terluapi air. Seeara agronom is, sebenam ya sam pai pada kedalam an
50 em lahan tersebut dapat diusahakan tanam an padi, yaitu yang dikenal sebagai
pertanam an saw ah surung.
Sistem usahatani yang sesuai dengan kondisi lahan dan kondisi ekonom i akan
m em berikan hasil yang baik, sehingga pendapatan petani lebih tinggi.

H A SIL Y A N G D ICA PA I
Penelitian 3 uji m odel M I, M 2, M 3 yang dilaksanakan selam a dua tahun telah
m em berikan hasil baik. Sistem U sahatani m odel M 2 m am pu m em berikan pendapatan
sebesar Rp.1.2I8.500,- atau 48% lebih besar dibanding pendapatan dari sistem usahatani m odel M I (Tabel I).
Pada kegiatan penelitian tahun kedua telah diperoleh m odel yang m am pu m em berikan pendapatan tinggi dengan biaya yang dinilai m asih terjangkau oleh petani.

Pada tahun kedua ini kondisi lahan, iklim , dan air sangat baik, artinya sangat sedikit faktor kendalanya, sehingga seluruh pertanam an berhasil baik. Petani koperator

S is te m U s a h a ta n i d a n T e k n o lo g i P e n u n ja n g

29

m odel 2 (M 2) telah m em peroleh pendapatan Rp.2.354.650,- per tahun, Setelah diperhitungkan dengan jum lah H O K yang dipergunakan diperoleh pendapatan Rp.7.460,- /
H O K . Pendapatan tersebut dua kali lebih besar dibanding sistem usahatani petani
(M l). Biaya yang diperlukan m em ang lebih besardibanding
m odel M I, karenajum lah
cabang usahatani yang dikerjakan lebih banyak.

Tabel 1.

A aalisis biaya dan pendapatan Sistem U sahatani di Lahan Raw a D angkal.
Babirik, K alim antan Selatan, M H . 1988/1989.
M odel

U raian


Biaya

(Rp.)

Selisih

Ml

Ml

M3

1.154.870

1.642.540

694.080

487.670


948.460

M I-M 2

Ml-M3

Pendapatan

kotor (Rp.)

2.291.000

3.997.l70

2.281.470

1.706.170

l.715.700


Pendapatan

bersih

1.136.130

2.354.630

l.587.390

1.218.500

767.240

315.83

271.97

Tcnaga


(Rp.)

kerja keluarga (H O K )

Pendapatan

bersih

kerja keluarga

248.64

tenaga

(Rp/H O K )

4.570

M BCR


7.460

5.840

2,49

0,08

Pendapatan yang diperoleh petani pelaksana tersebut lebih tinggi dari pad a
pendapatan pada sektor industri setem pat, seperti buruh m em buat lam p it yang rata-rata
Rp.5.000,-IH O K .
Curahan tenaga kerja pada m odel M 2 adalah 421 H O K (tidak term asuk pem buatan guludan). K eperluan tenaga tersebut lebih besar dibanding 344 H O K pada
m odel M 3 dan 326 H O K pada m odel M I.
Tenaga yang diperlukan pada m odel M 2 lebih besar karena m em ang jum lah
kom oditas yang diusahakan lebih banyak dan kualitas pengelolaan lebih baik. D ari
seluruh curahan tenaga kerja tersebut, 34% dari tenaga luar keluarga (upahan). Tenaga
upahan terse but diperlukan terutam a untuk m em bantu pada kegiatan tanam dan panen
pada kom ponen usahatani padi dan ubi A labio.
K ontribusi yang paling besar terhadap total pendapatan adalah ubi A labio, kem udian hasil tanam an padi, hasil tem ak, palaw ija dan ikan (Tabel 2).


30

d k k .: s u r L a h a n R a w a D a n g k a J
H idayat, PONMLKJIHGFEDCBA

Tabel 2.

K ontribusi m asing-m asing kom ponen usahatani terhadap pendapatan total
petani pelaksana Sistem U sahatani Lahan Raw a D angkal. Babirik, K ali1 9 8 8 /1 9 8 9 .
m antan Selatan, PONMLKJIHGFEDCBA
M odel U sahatani

U raian
M2

M3

Ml

18,5


27,4

28,3

U bi A labio

46,9

38,9

31,8

Jagung / Sayuran

13,0

5,5

1,1


18,8

16,2

30,7

Pad

i

Ternak
I k a n

2,8
7,4

U saha lain

K om ponen usahatani padi kontribusinya lebih kecil dibanding ubi A labio, karena

pada tahap ini belum dikem bangkan padi surung (tanam an padi di m usim penghujan),
dan harga ubi A labio sangat baik antara Rp.500,- - Rp.700,- per kilogram .
K om ponen usaha perikanan pada um um nya non budidaya, tetapi hanya berupa
usaha penangkapan dari perairan um um . K arena itu, kontribusinya relatifkecil w alaupun daerah ini adalah raw a yang cukup yang m em punyai potensi perikanan yang baik.
Jika ditinjau dari nilai Benefit Cost Ratio (BCR) nya 3,28, m aka m odel ter- sebut
dinilai bisa dilaksanakan oleh petani dan sangat m enguntungkan.
K arenanya dengan
dem ikian m odel M 2 dinilai m am pu m em anfaatkan sum her daya yang tersedia secara
serasi dan layak dipilih sebagai m odel yang nantinya akan dikem bangkan.
Pada tahun 1989/1990, dilanjutkan dengan penelitian penyem pum aan m odel dari
m odel yang terpilih. Pada penelitian tahap ini hanya diuji 2 m odel yaitu m odel petani
(M ) dan m odel M 2 yang disem purnakan,
Penyem pum aan

dilakukan terhadap

:

I). Budidaya tanam an padi, m eliputi dosis dan cara pem upukan,
penanganan pasca panen.

populasi tanam an dan

2). Perbaikan hudidaya kom oditas ubi A labio, dengan pem berian pupuk nitrogen dan
fosfat terutam a pada tanam an yang nantinya akan dijadikan bibit.
3). Perbaikan budidaya cabai, dengan m engganti varietas lokal dengan varietas cahai
keriting dan IR (Tabel 3).

S is te m

U s a h a ta n i

don

T e k n o lo g i

P e n u n ja n g

31

Tabel 3. Susunan K om oditas dan eara budidaya pada Sistem U sahatani Lahan Raw a
D angkal di Babirik, K alim antan Selatan.
Belum disem purnakan

Telah disem purnakan

LA H A N PEK A RA N G A N :
- Ternak Itik 30 ekor

- Tem ak Itik

LA H A N U SA H A :
W atun I-II
ikan

- Tanpa kolam ikan

- K olam

- Tanam an U bi A labio

- U bi A Iabio JIHGFEDCBA
+ Jagung + Terung,

dengan pem upukan

pem upukan 30 kg N

30 kgN /ha.

50 kg P205/ha.

- Cabai var. lokal

+

- Cabai var. IR dan
Cabai K eriting

- Terung

- Terung

- Padi rintak IR 42

- Cisokan dengan perbaikan
dosis pupuk

W atun III-IV
- K urang dim anfaatkan

- Pcrluasan areal tanam padi rintak

Pada tahap penelitian penyem pum aan m odel, selain dilakukan penyem pum aan
terhadap m odel, juga diperluas sekala usahanya. Pada tahap ini dilibatkan 32 orang
petani term asuk didalarnnya adalah 8 petani koperator bekas M 3 dan 16 petani koperator barn sebagai petani pelaksanam odel sistem usahatani yang disem pum akan, dengan
luas harnpararn 20 ha.
Penarnbahan luas harnparan dan jum lah petani koperator dim aksudkan selain
m em perbanyak ulangan juga adalah untuk m em pelajari berbagai kendala yang lain,
term asuk diantaranya ketersediaan tenaga kerja, tanggapan petani, pengaruh keteram pilan petani dan sistein pengendalian harna dan penyakit. Faktor-faktor tersebut sangat
penting diketahui untuk m enentukan langkah kegiatan penelitian lebih lanjut.
D ari hasil analisis usahatani, diperoleh hasil bahw a rata-rata pendapatan yang
diperoleh lebih kecil dibanding pendapatan petani pelaksana M 2 pada tahap uji m odel
(TabeI4).

32

H idayat, PONMLKJIHGFEDCBA
d k k .: s u r L a h a n R a w a D a n g k a l

Tabe1 4.

A nalisis biaya dan pendapatan usahatani pada Laban Raw a D angkal.
Babirik, K alim antan Selatan, 1989/1990.
M odel U sahatani

U raian
K operator Barn

Bukan K operator

2.474.650

1.896.075

1.166.850

516.475

512.385

148.850

1.958.175

l.383.690

1.018.000

K operator Lam a
Penerim aan (Rp.)
Biaya (Rp.)
Pendapatan (Rp.)
Tenaga kerja keluarga (H O K )
Tenaga kerja luar (H O K )

174,25

218,50

194,70

80,5

78,00

Pendapatan / H O K

8.960

7.940

M BCR

2,6

1,1

5.230

Pendapatan yang diperoleh (Rp.1.958.175,-)
lebih kecil dibanding pendapatan
pada tahap sebelum nya sebesar Rp.2.354.650,setahun. Berkurangnya
pendapatan
sebesar 16,80% adalah karena hasil ubi A labio yang lebih rendah akibat serangan ham a
penggerek batang. Tetapi, jika dilihat pedapatan per H O K nya sebesar Rp.8.960,adalah lebih besar dibanding pendapatan
pada tahap sebelum nya
yaitu sebesar
Rp.7.455,-IH O K . D engan dem ikian, sebenam yanilai
keuntungan yang diperoleh pada
tahap ini adalah lebih besar karena biaya yang diperlukan lebih kecil. Biaya yang
diperlukan lebih sedikit karena dilakukan pengurangan curahan tenaga kerja pada
persiapan lahan. Perubahan tersebut adalah dari diolah ringan PONMLKJIHGFEDCBA
( z o n a l t i l l a g e s ) m enjadi
tanpa diolah ( z e r o t i l l a g e s ) , sehingga biaya produksi berkurang. D ari keseluruhan
curahan tenaga kerja sebesar 421 H O K pada tahap U ji M odel, turun m enjadi 307 H O K .
Lebih rendahnya total pendapatan pada penyem pum aan
m odel selain produksi ubi
A labio yang m enu run juga karena hasil padi belum m encapai potensi hasil yang
ditargetkan karena ada serangan ham a tikus sekitar 21 % , sedangkan pada tahun sebelum nya tidak ada serangan ham a tikus.

S is te m

U s a h a ta n i d o n T e k n o lo g i P e n u n ja n g

33

Pada tahap penyem purnaan ini telah terjadi pergeseran besarnya kontribusi dari
m asing-m asing kom ponen usahatani terhadap total pendapatan petani (TabeI5).

Tabel

5.

K ontribusi
(% ) tiap kom ponen
usahatani terhadap total pendapatan
di Lahan Raw a D angkal. Babirik, K alim antan
Selatan, 1989/1990.
M odel

K om ponen

petani

U sahatani

U sahatani
K operator

Lam a

K operator

Barn

Bukan

K operator

37,0
Pad JIHGFEDCBA
i

54,4

56,7

39,1

10,8

6,3

Sayuran

7,6

5,5

8,5

Jagung

1,4

U bi A labio

Tem ak

13,4

11,3
13,1

Ik a n
U saha

1,4

lain

1,5

4,9

27,1

K ontribusi hasil kom ponen usahatani padi naik dari 18,8% m enjadi 37,0% pada
koperator lam a adalah karena pem ilihan varietas Cisokan yang ternyata lebih cocok
dibanding IR 42, juga karena perluasan tanam pada w atun III dan IV .
Pada koperator baru kontribusi ubi A labio lebih kecil dibanding koperator lam a,
karena pada koperator baru belum seluruhnya m em punyai guludan yang m em adai.
'K arena itu, volum e usahanya lebih kecil. Faktor ini yang m enyebabkan curahan tenaga
dan biaya yang dikeluarkan lebih kecil dibanding koperator lam a.
K eteram pilan petani ternyata sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pelaksanaan sistem usahatani. Pada koperator baru belum m em punyai keteram pilan terutarna terhadap kegiatan pem upukan, pengendalian ham a dan penyakit, w alaupun
dibim bing oleh peneliti, petugas lapang ataupun petani koperator lam a. K eadaan ini
m enunjukkan bahw a dalam pengem bangan nantinya diperlukan kesiapan petani, dan
ini tentu m em erlukan w aktu yang cukup.

34

H idayat, PONMLKJIHGFEDCBA
d k k .: s u r L a h a n R a w a D a n g k a l

Tahap penelitian penyem purnaan m odel m asih dilaksanakan pada tahun berikutnya (1990/1991). Tetapi, dengan perbaikan dan penyem purnaan yang eukup m endasar.
1).Perbaikan dilakukan terhadap kom posisi kontribusi dari m asing-m asing kom ponen
usaha, 2). Penentuan saat tanam , 3), D osis dan eara pem upukan, dan 4). Penanganan
pasea panen.
Pada tahap ini nilai kontribusi ubi A labio diturunkan dari sekitar 40% m enjadi
sekitar 20% . K ebijakan ini m engacu pada adanya keeenderungan m enurunnya nilai
harga ubi A labio dan luas pem asaran yang m asih bersifat lokal. K ontribusi hasil padi
dinaikan m enjadi sekitar 60% , m engingat peluang peningkatan potensi hasil yang
cukup besar.
D ari analisis usahatani diperoleh hasil bahw a dengan m em asukkan teknologi
hem at tenaga pada kegiatan penyiapan lahan, kegiatan panen dan perontokan pada
kom ponen usaha padi, diperoleh hasil yang baik (Tabel 6).

Tabel 6.

A nalisis biaya dan pendapatan pada Sistem U sahatani di Lahan Raw a
D angkal. Babirik, K alim antan Selatan, 1990/1991.
M odel U sahatani Pada Petani

U raian

Penerirnaan (Rp.)
Biaya (Rp.)
Pendapatan (Rp.)
Tenaga ketja keluarga (H O K )
Tenaga ketja luar (H O K )

Petani K operator

Bukan K operator

2.608.614

1.064.852

958.721

237.500

1.596.393

827.352

208,33

202,50

83,80

64,50

Pendapatan 1 H O K

7.663

M BCR

1,1

4.086

Pada m usim tanam 1990, telah m ulai terjadi cekam am kekeringan. Situasi iklim
yang kurang baik terse but m em beri pengaruh yang kurang baik terhadap hasil beberapa kom ponen usahatani yang dilaksanakan. Produksi padi m enurun sekitar 30%
dari target hasil yang ditentukan sebesar 4,5 t/ha. PONMLKJIHGFEDCBA

S is te m U s a h a ta n i d a n T e k n o lo g i P e n u n ja n g

35

Cekam an kekeringan pada saat fase berbunga, m enyebabkan banyak gabah ham pa karena pengisian biji yang tidak sem pum a sehingga bobot 1000 .butim ya lebih
rendah. Secara keseluruhan m enyebabkan hasil yang lebih rendah.
Cekam an kekeringan juga berdam pak negatif terhadap hasil ubi A labio, yaitu
terjadi penurunan hasil lebih dari 30% . Sedangkan hasil tem ak kurang dipengaruhi
oleh kekeringan, karena sistem kandang yang digunakan adalah sistem panggung.
Pendapatan rata-rata petani koperator sebesar Rp.1.596.393,- jauh lebih besar
dari pada rata-rata pendapatan petani um um nya. H al ini disebabkan terutam a karena
varietas padi yang digunakan oleh petani bukan koperator adalah IR42 yang berum ur
lebih dalam (135 hari). O leh karena cekam an kekeringan terjadi pada saat tanam an
dalam fase PONMLKJIHGFEDCBA
h e a d i n g , akibatnya sebagian tanam an gagal berbunga dan yang telah
berbunga tidak bisa m engisi sem pum a sebab persentase ham pa sangat tinggi. K eadaan
ini m enunjukkan bahw a penentuan varietas yang sesuai dan saat tanam yang tepat
sangat m enentukan hasil padi di lahan raw a dangkal.
Pada kondisi norm al seperti pada tahun-tahun sebelum nya perkiraan hasil akan
lebih tinggi, karena keragaan vegetatif seluruh kom ponen usahatani sang at baik.
Pengalam an pada tahun 1989/1990, m engharuskan adanya kiat-kiat tertentu agar
fase-fase kritis tanam an padi dapat terhindar dari cekam an kekeringan untuk m usim
kem arau dan kedatangan air yang m em dadak pada m usim penghujan.
Pada sistem ini telah dilakukan pengurangan curahan tenaga kerja yang dim aksudkan untuk m enghem at tenaga dalam sistem usahatani dengan tanpa m engurangi
kualitasnya. D engan dem ikian, tenaga yang tersedia bisa dialokasikan untuk kegiatan
lain atau m em perluas sekala usahataninya.
D ari 450 H O K tenaga yang tersedia pada keluarga tani, yang harus dicurahkan
dalam sistem usahatani ini adalah sebesar 292.2 H O K , artinya petani di lahan raw a
dangkal sebenam ya berpotensi besar m engelola dua kali sekala usaha yang sekarang
dilaksanakan. Jika potensi tersebut bisa diw ujudkan dalam usahatani, m aka petani
lahan raw a akan dapat hidup lebih baik dibanding yang ada sekarang.
Pada tahap ini nilai kontribusi terbesar terhadap total pendapatan adalah hasil
tan am an padi (Tabel 7).
Sebagian besar petani bukan koperator bekerja di luar sektor pertanian terutam a
pada industri lam pit. D ari hasil w aw ancara dengan petani dan tokoh m asyarakat
setem pat diperoleh inform asi bahw a pekerjaan terse but dilaksanakan untuk m enopang
kebutuhan keluarga, karena usahatani yang dilaksanakan kurang m em berikan hasil.
D ari keadaan ini m encerm inkan bahw a usahatani yang dilaksanakan belum m em berikan hasil yang baik.
D ari hasil penelitian tahap penyem pum aan kedua ini, telah diperoleh faktor-faktor yang dinilai sangat m enentukan dalam kegiatan penelitian pengem bangan . Berdasarkan hasil-hasil tersebut pada tahun berikutnya (1991/1992) di susun rencana
penelitian pengem bangan tahap aw al.

36

H idayat, d k k . : s u r

Lahan

Raw a

D angkal

" kjihgfedcbaZYXWVUTSR

Tabel 7. K ontribusi (% ) tiap kom ponen usahatani terbadap penciapatan total petani
di Laban Raw a D angkal. Babirik, K alim antan Selatan, 1990/1991:'
K om ponen U sahatani

M odel U sahatani Pacia Petani
Bukan K operator

Petani K operator
Pad

i

U bi A Iabio
Sayuran

61,92

57,53

21,23

6,11

5,09

2,99

10,92

3,42

0,84

29,95

Tanam an Pekarangan
Ternak
I k a n
U saha lain

Penelitian rnelibatkan 67 orang petani dengan luas bam paran 50 ba, dari lahan
usaha di w atun I sam pai dengan w atun IV . K oordinasi dilakukan lebih baik dibanding
tahun-tahun sebelum nya.
Pada tahap penelitian pengem bangan ini penekanan diarahkan terhadap usaha
alih teknologi kom ponen usahatani padi rintak. A dapun kornponen usahatani lainnya
tetap dilaksanakan pada petani kiperator lam a, sedangkan terhadap koperator baru
adalah berupa anjuran untuk rnelaksanakannya seeara bertahap. H al ini karena rnem erlukan dana dan tenaga yang eukup banyak pada tabap aw alnya. D engan keberhasilan
kom ponen usahatani padi, diharapkan petani peserta penelitian pengernbangan akan
punya kernauan dan kernam puan untuk berangsur-angsur rnenerapkan seluruh kom ponen usahatani secara terpadu. D engan dernikian dalam jangka w aktu yang tidak
terlalu lam a lahan raw a yang selam a ini kurang produktif dapat dijadikan sebagai lahan
usaha yang rnernberikan kesejahteraan hidup bagi rakyat.
Pada rnusim tanam tabun 1991, berdasarkan pengalam an petani dan data-data
.curah hujan yang ada, diduga akan terjadi eekam an kekeringan yang lebih keras
dibanding tabun sebelurnnya. U ntuk itu, kiat-kiat dan teknologi untuk rnenghidari
cekam an kekeringan diterapkan lebih cerm at.

U saha untuk m enghidari eekam an kekeringan dilaksanakan kegiatan sebagai
berikut: 1). Saat tanam diajukan 15 hari lebih eepat dari tahun sebelurnnya, yaitu pada
m inggu terakhir bulan M ei, 2). D ipilih varietas yang berurnur pendek dan toleran
terhadap kekeringan yaitu Cisokan, 3). Pada akhir M ei diperkirakan air rnasih cukup
dalam (sekitar 15 ern), sehingga diperlukan bibit yang cepat tum buh tinggi, yaitu
dengan sistem sernai kering yang dipindah ke ternpat basah pada urnur 10 hari. PONM

S is te m

U s a h a ta n i

don

T e k n o lo g i

P e n u n ja n g

37

D em ikan juga halnya dengan tanam an ubi A labio harus ditanam segera setelah tanarn
padi selesai. A dapun tanam an padi surung ditanam pada akhir bulan O ktober.
K ebiasaan petani bertanam padi rintak pada pertengahan sam pai akhir Juni untuk
m enunggu air surut lebih rendah. Pada kondisi iklim yang norm al saat tanam ini telah .
tepat dan bisa m enggunakan varietas yang berum ur lebih panjang seperti IR42. Tetapi,
pada kondisi tidak norm al sangat berisiko terhadap kekeringan.
D ari analisis hasil usahatani yang diam bil dari rata-rata seluruh petani peserta,
diperoleh bahw a teknologi sistem usahatani yang diterapkan cukup baik, dengan
pedapatan rata-rata sebesar Rp.2.20 1.243,- per keluarga per tahun (Tabel 8).

Tabel

8.

A nalisis biaya dan pendapatan
pada Penelitian
Pengem bangan
hatani di Lahan Raw a D angkal. Babirik, K alim antan
Selatan,
M odel

U sahatani

Pada

Sistem U sa1991/1992.

Petani

U raian
Petani

Penerim aan
Biaya

(Rp.)

(Rp.)

Pendapatan

kerja keluarga

Tenaga

kerja

Pendapatan

(H O K )

luar (H O K )

I HOK

M BCR

Bukan

K operator

3.159.000

1.070.000

957.757

350.000

2.20l.243

(Rp.)

Tenaga

K operator

720.000

229,50

200,00

74,00

49,00

9.591

2.892

2,4

Teknologi sistem usahatani yang dilaksanakan oleh petani koperator peserta
pengem bangan tem yata sangat tepat. Pada m usim tanam (M K .1991), seperti yang
diduga sem ula terjadi cekam an kekeringan yang lebih keras. G ejala kekeringan telah
m ulai m elanda pada akhir bulan Juli, yaitu sebulan lebih cepat dari kondisi norm al.
K eadaan tanam an varietas Cisokan yang ditam an pada m inggu terakhir bulan M ei telah
berbunga penuh, sehingga fase kritis terhadap airtelah terlam paui. A kibatnya cekarnan
kekeringan yang m elanda daerah tersebut tidak terlalu berpengaruh terhadap hasil,
pada saat itu hasil padi Cisokan adalah 3 t/ha.

38

d k k .: s u r L a h a n R a w a D a n g k a l
H idayat, PONMLKJIHGFEDCBA

Berbeda halnya dengan pertanam an padi pada sebagian besar petani yang tetap
m em ilih IR 42, varietas ini pada kondisi norm al dapat berhasil lebih baik dan petani
dapat sedikit lebih santai, karena keterlam batan tanam sedikit kurang berpengaruh
terhadap penurunan hasil. V arietas IR 42 yang ditanam pada pertengahan sam pai akhir
Juni baru dalam fase bunting pada saat m ulai terlanda eekam an kekeringan dan
berakibat ham pir seluruh tanam an padi rintak petani di luar koperator gagal berbunga
dan gagal panen. Begitu juga hasil panen ubi A labio m erosot, akibatnya pendapatan
lebih keeil.
Pada tabap kegiatan ini eurahan tenaga kerja rata-rata ham pir sam a besar dari
tabun sebelum nya yaitu sebesar 301 H O K , sedangkan tabun sebelum nya 303 H O K .
D engan dem ikian penerim aan dari hasil usahatani lebih tinggi, karena pendapatan per
H O K naik dari Rp. 7.663,- tabun sebelum nya m enjadi Rp. 9.591.

Tabel 9.

Curahan tenaga kerja pada Sistem U sahatani di Lahan Raw a D angkal.
Babirik, K alim antan Selatan.
M odel U sahatani K operator

U r'aian

Tenaga kerja keluarga (H O K )
Tenaga kerja upahan (H O K )

lum lah

1990/1991

199111992

229,50

208,33

71,50

84,67

301,00

303,00

Pada tabun 199111992 terjadi perubahan kontribusi dari m asing-m asing kom ponen usahatani. N ilai kontribusi padi turun dari 61,92% m enjadi 41,04% . Penurunan
ini bukan kerena perbedaan luas usaha, tetapi karena eekam an kekeringan yang lebih
keras dibanding tabun sebelum nya. A dapun hasil ubi A labio turun dari 21,23%
m enjadi 13,51% , bukan karena produksi tlha turun tetapi karenaada perubahan luas
usaha.
Perbedaan penghasilan yang lebih besar dibanding tabun sebelum nya karena
dudukung oleh keberhasilan eabang usahatani sayuran dan tanam an eabai di m usim
pengh~an. Cabang usahatani eabai dilaksanakan di m usim penghujan pada luas usaha
600 m , dan dengan eara pem eliharaan lebih intensif dapat m enghasilkan 300 kg.
H arga pada w aktu panen antara bulan Januari - Pebruari eukup tinggi yaitu Rp.1800,pada tingkat petani dan sam pai Rp.2500,- pada tingkat pasar. D engan dem ikian, dari
tanam an eabai bisa m enyum bang pendapatan sekitar 23-25% dari total pendapatan
petani (Tabel 10). PONMLKJIHGFEDCBA

S is te m U s a h a ta n i d a n T e k n o lo g i P e n u n ja n g

39

~

berl.u
Tabel 10. K ontribusi dari tiap kom ponen usahatani terhadap total pendapatan pada
Sistem U sahatani di Lahan Raw a D angkal. Babirik, K alsel, 199111992.

demik
semae

K ontribusi
K om ponen U sahatani
(Rp.)

(%)

i
Pad JIHGFEDCBA

902.509

41,0

U bi A labio

297.167

13,5

37.421

1,7

Sayuran

636.159

28,9

Ternak

326.783

14,8

Jagung

diperl
bahka
ragu r

I k a n

m usi

untu
M ei
em , s

U saha lain

Pada tahun PONMLKJIHGFEDCBA
1 9 9 2 / 1 9 9 3 m asih m erupakan lanjutan dari penelitian pengem bangan
sebelum nya, keeuali yang berbeda dari kegiatan tahun sebelum nya adalah jum lah
petani pesertanya. Jum lah petani peserta ditam bah m enjadi 87 orang petani, dengan
luas ham paran 60 ha. Penam bahan jum lah petani dan luas ham paran dim aksudkan
selain untuk m enguji keterandalan teknologi sistem usahatani yang diterapkan, juga
untuk lebih m engetahui dan m em pelajari tingkat kem am puan petani dan kelom pok
dalam rangka m engem bangkan sistem usahatani anjuran.

kon

tumf
Pada m usim tanam 1 9 9 2 / 1 9 9 3 , diduga m usim kering akan lebih keras dari tahun
sebelum nya, bahkan tidak kurang para pakar pertanian telah banyak m enulis perlunya
kiat-kiat dan persiapan yang sungguh-sungguh
untuk m enghadapi datangnya m usim
kem arau 1992.

lebi
m usi
pert,

Berdasarkan dari ram alan iklim tersebut, sistem usahatani lahan raw a dangkal
tetap m enggunakan kiat tanam lebih eepat seperti tahun sebelum nya.
D ireneanakan
tanam padi rintak pada m inggu terakhir bulan M ei 1992, dengan varietas um ur pendek
dan sebagian galur harapan padi rintak yaitu IR 48929-B-I-M R-l
dan B6287g-M r24A . A dapun Cabang usahatani lainnya tetap seperti pada tahun sebelum nya. Sedangkan petani pada um um nya tetap m enanam padi IR 42 dan sebagian Progo, dengan
jadw al tanam pertengahan sam pai akhir Juni 1992.

terel
MB
sayu

40

H idayat, d l d c . : s u r

Lahan

R aw a D angkal

M anusia boleh m eram al tetapi Tuhan jualah yang m enentukan. Pepatab dem ikian
berlaku pada m usim tanam tersebut. Berdasarkan data curah hujan tabunan dan
diperkiraan datangnya kem arau lebih eepat tem yata m eleset. Sam pai pertengahan
bahkan akhir Juni 1992 air raw a m asih turun naik. K eadaan ini m em buat para petani
ragu m enanan padi, sem entara bibit yang disem ai telah eukup um ur. M elihat kondisi
dem ikian tidak sedikit petani yang m enyem ai padi sam pai dua kali. Tetapi, kiat
sem aeam inipun tidak banyak m enolong, akibatnya hasil tanam n padi rintak pada
m usim tanam M K .1992 m erosot.
K eadaan sem aeam itu juga m enim pa sebagian besar petani peserta penelitian
pengem bangan, terutam a bagi m ereka yang m endapatjatab varietas Cisokan. V arietas
ini berum ur pendek sehingga penanam an yang terlam bat akan berakibat rendahnya
hasil yang diperoleh. D i sam ping itu, varietas Cisokan tidak m em punyai sifat toleran
terdapat rendam an, akibatnya tanam an banyak yang m ati sehingga populasinya rendah. ltupun hanya yang ditanam diw atun I sedangkan pada w atun II, III dan IV tidak
bisa tertanam i.
G alur IR48929-B-I-M R-l dan B6287g-M r-24A , m em berikan harapan yang baik
untuk m engatasi m asalah seperti into Pada saat ditanam pada m inggu terakhir bulan
M ei 1992 kedalam an air 15 em , tetapi sem inggu kem udian air naik lagi sam pai 20-25
em , sehingga m enyebabkan tanam an terbenam air sam pai kurang lebih 7 hari.
Tem yata galur tesebut m am pu m uneul ke perm ukaan air seperti padi air dalam : '
dan tanam an dapat tum buh baik. N am un dem ikian, tanam an seolah tidak m au berbunga selam a air m asih dalam , sem entara pada saat itu varietas Cisokan atau IR 42
yang sem pat hidup sudah m ulai berbunga. Begitu air surut pada aw al bulan A gustus
tem yata tanam an padi serem pak berbunga dan akhim ya bisa dipanen dengan hasil
yang baik. Rata -rata hasil adalah 3,5 t/ha, tetapi karena luas pertanam an tidak luas
dan tidak seluruh petani peserta m enanam , m aka konribusi hasil padi pada tabun 1992
m erosot sam pai dibaw ah 25% .
Cabang usahatani ubi A labio justru m engalam i peningkatan produksi, karena
kondisi surjan yang eukup lem bab selam a pertum buhan ubi, sehingga ubi dapat
tum buh optim al. D ari analisis hasil usahatani diperoleh hasil bahw a pendapatan petani
lebih rendah dibanding pendapatan tabun sebelum nya. K arena skala eabang usahatani
m usim hujan tidak luas dan m asih di lapang, m aka hasil ini dihitung dari sem ester
pertam a ditam bah dengan hasil perkiraan m usim hujan.
Pertanam an padi rintak kurang berhasil, karena pada saat setelah tanam bibit
terendam air akibat air raw a yang m asih naik turun. H al inilah yang m enyebabkan nilai
M BCR lebih rendah dibanding tahun sebelum nya. Pada keadaan seperti ini ubi A labio,
sayuran dan tem ak yang m em egang peranan dalam m endukung pendapatan petani.
Jika dilihat dari kontribusinya dari m asing-m asing eabang usahatani m aka
eabang usahatani sayuran dan tem ak m asih bisa ditingkatkan lagi (Tabel 12).

SistemPONMLKJIHGFEDCBA
U s a h a ta n i d o n T e k n o lo g i

P e n u n ja n g

41

Tabel 11. A nalisis biaya dan pendapatan pada Penelitian Pengem bangan Sistem
U sahatani di Laban Raw a D angkal. Babirik, K alim antan Selatan, 1992.
M odel U sabatani Pada Petani
U raian

Penerim aan (Rp.)
Biaya (Rp.)
Pendapatan (Rp.)
Tenaga kerja keluarga (H O K )
Tenaga kerja luar (H O K )

Petani K operator

Bukan K operator

2.884.620

968.500

896.570

335.000

l.988.050

633.500

240,500

200,00

90,00·

81,00

Pendapatan I H O K

8.26

M BCR

1,1

2.250

Tabel 12. K ontribusi dari tiap kom ponen usahatani terhadap total pendapatan pada
Sistem U sahatani di Laban Raw a D angkal. Babirik, K alsel, M T. 1992.
K ontribusi

K om ponen U sahatani
(Rp.)

(% )

545.500

27,43

735.000

36,97

25.000

1,25

Sayuran

362.550

18,23

Ternak

320.000

16,12

Pad

i

U bi A labio
Jagung

I k a n

U saha lain

Jika dilihat dari tabun ke tabun pelaksanaan penelitian ini terlihat bahw a belum
bisa diperoleh stabilitas hasil dan pendapatan yang m antap, seperti dapat dilihat pada
G am bar 1,2 dan 3.
K urang m antapnya stabilitas hasil dan pendapatan dari tabun ke tabun tersebut
dikarenakan beberapa kendala m asih sulit diatasi. K endala tersebut terutam a adalah :

42

H idayat, PONMLKJIHGFEDCBA
d k k .: s u r L a h a n R a w a D a n g k a l

1).SU lit m enentukan dengan tepat kapan saat tanam yang paling baik.H al ini dikarenakaD keadaan iklim yang berubah-ubah, sehingga berpengaruh terhadap kecepatan da.tangnya air.
2). K edalam an air dan lam anya genangan air yang tidak m enentu setiap tahun.

Jika faktor tersebut bisa atasi, baik dengan eara m enduga berdasar data yang
akurat atau berupa kegiatan pem benahan kondisi tata air raw a, m aka sistem usahatani
di lahan raw a akan berhasillebih
baik.
Jika kendala tersebut belum bisa diatasi m aka diperlukan pol a dalam sistem
usahatani yang bersifat dinam is, artinya bukan pola yang tetap. Ini diperlukan sebagai
antisipasi terhadap keadaan agar m asih bisa m enghindar dari keadaan yang m erugikan
seperti cekam an kekeringan dan ketergenangan. Tetapi w alaupun dem ikian tetap di'tuntut kecerm atan m em perhitungkan
keadaan.
.
G am bar 1. Tata ruang dan tata kom oditas Sistem U sahatani Laban Raw a D angkal.
Babirik, K alim antan Selatan,

Jenis

B

K egiatan
A

:M :

J:

J:

A :

u 1 a n JIHGFEDCBA
S :

0:

N :

D :

J:

F :M :

PEK A RA N G A N :
- Tanam an

5

- Te r na k

10

a .:.:.:.l.:.:.:..· .· · · .:.:.:.·
.....
· · · .··....
···.:.:.:.>.....••••••..•..
= :........./ ..... +. . .:.p"'-is.....
. . . • • • • •••••••••
············~

········.th@gg,".iPONMLKJIHGFEDCBA
i...r ·. ·. .c .·)r · ·. ·. ..>
IH ).)

- I k a n
1< ··
. Ketenm gan :

1. Persiapan.
2. Pengolahan tanah.

.

• •%•C• •••••k bllilh~igf>

·

»

>1

•••••••••••••••••••••••••.••
> • •>••
• ·1