ANALISIS PEMANFAATAN SUDUT BACA DI LINGKUNGAN SEKOLAH GUNA MENUMBUHKAN BUDAYA LITERASI PADA SISWA DI SD NEGERI POLOMARTO - repository perpustakaan

  8

BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Sudut Baca a. Pengertian Sudut Baca Sudut baca merupakan sebuah tempat yang terletak di sudut

  ruangan yang dilengkapi dengan koleksi buku. Kemendikbud (2016: 17) menjelaskan bahwa sudut baca merupakan sebuah ruangan yang terletak di sudut kelas yang dilengkapi dengan koleksi buku dan berperan sebagai perpanjangan fungsi perpustakaan. Melalui sudut baca siswa dilatih untuk membiasakan membaca buku, sehingga menjadikan siswa gemar membaca. Sudut baca menurut Gipayana (2011: 2) adalah sebuah ruang yang menyediakan buku-buku dengan jumlah banyak atau sedikit untuk dibaca, dipinjam, dan untuk melakukan aktivitas membaca. Kemendikbud (2016: 13) juga menjelaskan bahwa sudut baca yaitu suatu sudut atau tempat yang berada di dalam kelas yang digunakan untuk menata buku atau sumber belajar lainnya dalam rangka meningkatkan minat baca dan belajar siswa melalui kegiatan membaca yang menyenangkan.

  Sudut baca berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sudut baca merupakan sebuah ruangan yang dilengkapi dengan koleksi buku dan berperan sebagai perpanjangan fungsi perpustakaan.

  

8 Sudut baca perlu ditata dengan baik agar siswa tertarik untuk memanfaatkannya, dengan cara buku pelajaran dan non pelajaran dipajang di dalam rak yang sesuai dengan kondisi kelas dan memperhatikan keindahannya, perlu juga disediakan karpet dan meja agar siswa dapat duduk dengan nyaman.

b. Tujuan Sudut Baca

  Sudut baca digunakan untuk menumbuhkan minat membaca pada siswa yang dilengkapi dengan beberapa koleksi buku bacaan.

  Kemendikbud (2016: 13) menjelaskan tujuan sudut baca yaitu untuk mengenalkan kepada siswa beragam sumber bacaan untuk dimanfaatkan sebagai media, sumber belajar, serta memberikan pengalaman membaca yang menyenangkan. Sudut baca kelas juga sebagai upaya mendekatkan perpustakaan ke siswa. Sudut baca kelas di manfaatkan secara optimal untuk mendukung keberhasilan proses pembelajaran. Morrow (2014: 13) menjelaskan tujuan sudut baca ialah memudahkan siswa untuk mencari informasi, menumbuhkan minat membaca.

  Tujuan sudut baca berdasarkan uraian di atas yaitu sudut baca dibuat dengan memanfaatkan sudut ataupun tempat lain yang strategis di dalam kelas. Jenis bahan bacaan yang ditempatkan di sudut baca kelas dapat berupa buku teks pelajaran, buku cerita, hasil karya siswa dan guru, koran, majalah anak, kliping, dan sumber belajar lainnya. Sudut baca digunakan untuk mendekatkan perpustakaan ke siswa.

c. Tahapan dalam Membuat Sudut Baca Pembuatan sudut baca kelas memiliki beberapa tahapan.

  Kemendikbud (2016: 14) menjelaskan tahapan dalam membuat sudut baca kelas antara lain : 1) Menyediakan sebagian area di kelas untuk menyimpan koleksi bahan pustaka; 2) Merancang denah penempatan dengan memperhatikan pencahayaan, sirkulasi udara, keamanan dan kenyamanan siswa; 3) Merancang model penataan koleksi bahan pustaka dengan menyediakan tempat atau rak koleksi yang cukup, kuat, dan aman dan menentukan, memilah, dan menyediakan jenis koleksi bahan pustaka yang akan ditempatkan di sudut baca kelas; 4) Melengkapi koleksi bahan pustaka di sudut baca kelas; 5) Menata koleksi bahan pustaka pada tempat atau rak yang telah disediakan dan menyiapkan buku rekap baca; 6) Koleksi sudut baca kelas sebaiknya selalu diperbarui untuk mempertahankan minat baca siswa minimal satu bulan sekali.

  d.

  

Indikator Ketercapaian Pemanfaatan dan Pengembangan Sudut

Baca

  Tujuan adanya sudut baca yaitu sebagai penumbuhan minat membaca pada siswa. Kemendikbud (2016: 15) menjelaskan beberapa indikator ketercapaian pemanfaatan dan pengembangan sudut baca antara lain: 1) terdapat sudut baca di setiap kelas dengan koleksi bahan pustaka; 2) meningkatnya frekuensi membaca pada siswa; 3) adanya pemanfaatan sudut baca dalam proses pembelajaran;

  4) sudut baca kelas tertata dan terkelola setiap akhir pembelajaran; 5) koleksi bahan pustaka di sudut baca kelas diperbarui secara berkala; 6) ada kegiatan guru membacakan buku dengan nyaring atau siswa membaca mandiri dengan memanfaatkan koleksi sudut baca kelas; 7) terdapat daftar koleksi dan daftar rekap baca sudut baca kelas; 8) meningkatnya kemampuan membaca dan berkomunikasi siswa dan guru.

2. Minat Baca a. Pengertian Minat Baca

  Membaca merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk memperoleh informasi dan untuk menambah pengetahuan, namun untuk membaca diperlukan adanya minat baca. Minat baca merupakan minat dengan bacaan tertentu. Setyono (2013: 119) menjelaskan bahwa minat baca merupakan sumber motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan hal yang diinginkannya, yaitu membaca. Rahim (2011: 28) juga menjelaskan bahwa minat baca adalah keinginan yang kuat dalam diri seseorang disertai dengan usaha-usaha untuk membaca.

  Minat baca berdasarkan pendapat ahli di atas berarti kecenderungan hati yang tinggi dan keinginan seseorang baik yang disadari ataupun tidak terhadap suatu bacaan tertentu. Seseorang yang mempunyai minat membaca yang kuat akan diwujudkan dengan membaca bacaan atas kesadarannya sendiri. Minat membaca pada seseorang tidak muncul begitu saja, tetapi melalui proses yang panjang dan tahapan perubahan yang muncul secara teratur dan berkesinambungan.

b. Faktor yang Mempengaruhi Minat Baca

  Faktor yang dapat mempengaruhi minat baca menurut Tarigan (2008: 106) yaitu faktor penyediaan waktu untuk membaca dan pemilihan bacaan yang baik, ditinjau dari norma-norma kekritisan yang mencakup norma-norma estetika, sastra, dan moral. Masjidi (2007: 103) menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi minat baca pada anak, antara lain lingkungan keluarga dan lingkungan di luar keluarga. Lingkungan keluarga dan lingkungan di luar keluarga berperan penting dalam menumbuhkan minat baca seseorang. Triatma (2016: 167) menjelaskan bahwa rendahnya minat baca disebabkan oleh beberapa hal diantaranya mahalnya harga buku dan terbatasnya fasilitas perpustakaan.

  Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi minat baca berdasarkan uraian di atas yaitu penyediaan waktu untuk membaca, faktor lingkungan keluarga dan lingkungan luar keluarga dapat mempengaruhi minat baca seseorang. Penyediaan waktu untuk membaca berkaitan dengan menyempatkan waktu untuk membaca. Faktor lingkungan keluarga berkaitan dengan orangtua yang tidak suka membaca dan tidak memberi contoh kepada anaknya untuk membiasakan membaca. Faktor lingkungan luar keluarga berkaitan dengan lingkungan pergaulan anak, sekolah yang tidak mendukung, dan harga buku yang mahal.

3. Literasi a. Pengertian Literasi

  Budaya literasi di sekolah belum menjadi kebutuhan bagi sebagian siswa, padahal dengan kegiatan literasi dapat memudahkan siswa dalam membaca. Sulzby dalam Fatin (2015: 47) menyatakan bahwa literasi adalah kemampuan membaca dan menulis yang bisa diartikan melek huruf. Literasi menurut Kemendikbud (2016: 2) adalah “kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis, dan atau berbicara

  ”. Pendapat lain mengenai literasi dijelaskan oleh Kern dalam Widyaningrum (2016: 128) mendefinisikan istilah literasi yaitu penggunaan praktik-praktik situasional dan historis serta kultural dalam menciptakan dan menginterpretasikan makna melalui teks. Literasi memerlukan serangkaian kemampuan kognitif, pengetahuan tentang jenis-jenis teks yang digunakan, dan pengetahuan kultural.

  Literasi menurut uraian di atas dapat disimpulkan bahwa literasi merupakan kemampuan membaca dan menulis atau kemelekwacanaan.

  Literasi berarti mampu mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas. Kemampuan menghubungkan antara menyimak, berbicara, membaca, menulis, dan berpikir.

b. Tujuan dan Ruang Lingkup Literasi

  Literasi merupakan kemampuan membaca dan menulis, kemampuan mengintegrasikan antara menyimak, berbicara, membaca, menulis, berpikir. Literasi memiliki tujuan, seperti yang dijelaskan oleh Axford dalam Widyaningrum (2016: 130) adalah membantu siswa dalam memahami dan menemukan strategi yang efektif untuk kemampuan membaca dan menulis, termasuk didalamnya kemampuan memahami makna dari teks yang kompleks dalam struktur tata bahasa dan sintaksis. Tujuan literasi juga terdapat dalam Kemendikbud (2016: 2) yaitu untuk menumbuhkembangkan budi pekerti siswa, untuk menumbuhkembangkan budaya literasi di sekolah, menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan, menghadirkan beragam buku bacaan dan berbagai strategi dalam membaca.

  Tujuan dari adanya literasi yaitu untuk menumbuhkembangkan budi pekerti siswa agar siswa menjadi pembelajar sepanjang hayat.

  Literasi dapat menumbuhkembangkan budaya membaca dengan menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang dilengkapi koleksi buku dan strategi dalam membaca. Literasi juga bertujuan untuk membantu siswa dalam memahami kemampuan membaca dan menulis dengan strategi yang efektif.

  Sekolah sebagai taman belajar harus dilengkapi dengan koleksi buku, berkaitan dengan hal tersebut adapun ruang lingkup literasi menurut Kemendikbud (2016: 3) antara lain: Lingkungan fisik sekolah yang meliputi fasilitas dan sarana prasarana literasi. Fasilitas dan sarana prasarana literasi harus dimiliki oleh sekolah guna mendukung proses pelaksanaan literasi di sekolah. Lingkungan sosial dan afektif yang meliputi dukungan dan partisipasi aktif seluruh warga sekolah, lingkungan akademik. Hal ini berarti seluruh warga sekolah berperan dan mendukung adanya pelaksanaan literasi.

c. Prinsip-prinsip Literasi

  Literasi harus memiliki prinsip yang kuat untuk mencapai tujuannya. Kern dalam Widyaningrum (2016: 132) berpendapat tentang prinsip literasi, yaitu literasi membutuhkan proses komunikasi antara penulis atau pembicara dan pembaca atau pendengar berpartisipasi dalam peristiwa, pengalaman, gagasan, perasaan yang kemudian dikomunikasikan dalam bentuk konsepsinya sendiri. Literasi melibatkan kerjasama antara penulis atau pembicara dan pembaca atau pendengar melalui kesepakatan. Literasi melibatkan pengetahuan untuk pemecahan masalah melalui upaya memahami kata-kata, frase- frase, kalimat-kalimat, unit-unit makna, teks-teks dan memikirkan penggunaan bahasa dalam konteks lisan maupun tertulis untuk menciptakan sebuah wacana. Prinsip literasi juga dijelaskan oleh Beers dalam Kemendikbud (2016: 11-12) yaitu, perkembangan literasi berjalan sesuai tahap perkembangan yang dapat diprediksi, program literasi yang baik bersifat berimbang, program literasi terintegrasi dengan kurikulum, kegiatan membaca dan menulis dilakukan kapanpun, kegiatan literasi perlu mengembangkan kesadaran terhadap keberagaman, warga sekolah perlu menghargai perbedaan melalui kegiatan literasi di sekolah.

  d. Teknik Pembelajaran Literasi

  Tujuan dari literasi yaitu untuk menumbuhkembangkan budaya membaca dan menulis siswa melalui proses pembelajaran. Proses pembelajaran literasi memiliki beberapa teknik. Wray dalam Widyaningrum (2016: 130) menjelaskan teknik pembelajaran literasi yaitu pembelajaran terprogram yang membelajarkan kode-kode bahasa pada kata, kalimat dalam penciptaan lingkungan melek literasi dengan penyediaan berbagai model dan contoh praktik keaksaraan yang efektif. Guru menggunakan pujian dan kritik yang membangun dalam menanggapi karya siswa dengan maksud untuk mengoreksi kesalahan, dan untuk meningkatkan kemampuan literasi. Desain dan penyajian tugas fokus dengan konten akademik dengan melibatkan perhatian penuh kepada siswa, sehingga siswa menjadi antusias dalam pembelajaran. Guru melakukan pemantauan secara terus menerus kemajuan siswa melalui tugas-tugas yang diberikan dan menggunakan penilaian informal.

  e. Tahapan Gerakan Literasi

  Pembudayaan literasi di sekolah tidak dilakukan begitu saja, namun memiliki tahapan. Tahapan gerakan literasi sekolah dalam Kemendikbud (2016: 15) adalah tahap pembiasaan, pengembangan, dan pembelajaran. Pada tahap pembiasaan siswa akan diajak untuk melakukan membaca, yaitu membaca dalam hati dan membacakan nyaring oleh guru. Kegiatan membaca dilakukan selama 15 menit. Tahap selanjutnya yaitu tahap pengembangan. Pada tahap pengembangan pelaksanaannya masih sama dengan tahap pembiasaan, namun siswa juga didorong untuk menunjukkan keterlibatan pikiran dan emosinya dengan proses membaca melalui kegiatan produktif secara lisan maupun tulisan. Pada tahap pembelajaran semua kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan tindak lanjut ditahap pengembangan dapat diteruskan sebagai bagian dari pembelajaran dan dinilai secara akademik.

4. Membaca a. Pengertian Membaca

  Membaca merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia, karena dengan membaca akan mendapat ilmu pengetahuan dan informasi. Tarigan (2008: 7) menyatakan bahwa membaca merupakan suatu proses yang dilakukan untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui bahasa tulis. Prasetyono (2008: 57) juga menjelaskan bahwa membaca merupakan kegiatan yang dilakukan dengan penuh perhatian untuk memahami suatu informasi melalui indera penglihatan dalam bentuk simbol-simbol yang disusun sehingga mempunyai arti dan makna.

  Membaca berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh informasi yang disampaikan oleh penulis melalui indra penglihatan untuk memahami makna tertulis secara keseluruhan. Membaca juga untuk memahami suatu informasi. Kegiatan membaca harus dilakukan dengan penuh perhatian untuk mengetahui dan memahami makna yang terdapat dalam informasi tersebut.

b. Pemahaman Membaca dalam Islam

  Membaca berasal dari kata dasar baca yang artinya memahami arti tulisan. Membaca yang dalam bahasa arab Iqra yang berarti bacalah, telitilah, damailah. Lahmi (2016: 16) menjelaskan kata

  

Iqra merupakan kata perintah (fii amr) yang tidak menyebut objeknya,

  jadi membaca merupakan perintah yang memerintahkan untuk membaca apapun, baik ayat-ayat yang tersurat maupun yang tersirat, baik itu ayat-ayat yang bersifat wahyu maupun ayat-ayat semestawi. Membaca merupakan perintah atau kewajiban berdasarkan wahyu pertama yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW. Ayat pertama itu diturunkan melalui malaikat Jibril sewaktu Nabi Muhammad SAW berada di gua Hira. Hal itu terdapat dalam surah ke

  96 Qs. Al „Alaq (segumpal darah) ayat 1 sampai 5 yang sebagai berikut:

  “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang

menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajarkan

(manusia) dengan perantaraan kalam (baca-tulis). Dia mengajarkan

manusia apa yang tidak diketahuinya”.

  Membaca merupakan perintah Allah, setiap hamba Allah wajib membaca ayat-ayat Allah. Baik ayat-ayat Allah yang terdapat di dalam Al-

  Qur‟an atau ayat-ayat alam jagad raya ini beserta isinya. Seseorang harus dapat memahami kandungan atau makna dari bacaan tersebut.

  Tahapan setelah membaca yaitu harus dapat mengkaji, menganalisa (membaca yang tersirat) dan kemudian mengambil pelajaran dari bacaan itu, jadi intinya membaca itu menangkap kandungan- kandungan yang berbentuk simbol-simbol tertentu, baik secara tersurat maupun tersirat. Membaca adalah memahami arti dan makna yang terkandung dalam bentuk tulisan maupun keadaan.

c. Tujuan Membaca

  Kegiatan membaca yang dilakukan seseorang bertujuan untuk mendapatkan informasi dan untuk memahami makna tertulis secara keseluruhan. Tujuan membaca menurut Prasetyono (2008: 59-60) yaitu sebagai suatu kesenangan untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan. Membaca untuk dapat melakukan suatu pekerjaan atau profesi. Kegiatan membaca dapat meningkatkan pengetahuan seseorang, sehingga memiliki wawasan yang luas. Tujuan membaca juga dijelaskan oleh Blanton dalam Rahim (2011: 11-12) mencakup: kesenangan, menyempurnakan membaca nyaring, menggunakan strategi tertentu, memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik, mengkaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya, memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis, mengkonfirmasikan atau menolak prediksi, mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang struktur teks, menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik. Priajana (2013: 71) juga menjelaskan membaca bertujuan untuk memperkaya dan memperluas pengetahuan pembacanya. Membaca diibaratkan sebuah jalan untuk mencapai segala informasi.

  Berdasarkan uraian para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan membaca hendaknya memiliki tujuan-tujuan tertentu, adanya tujuan-tujuan saat membaca maka cenderung akan lebih memahami. Tujuan-tujuan tersebut bagi pembaca diantaranya sebagai kesenangan pada saat membaca, dapat menjadi penyempurna membaca nyaring, dapat memperoleh informasi baru yang akan menambah wawasan bagi pembaca sehingga dapat mengaplikasikan informasi yang diperoleh.

  Membaca juga bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan dari sumber bacaan.

5. Menulis a. Pengertian Menulis

  Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung dan tidak bertatap muka secara langsung dengan orang lain. Dalman (2016: 3) menjelaskan bahwa “menulis merupakan kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan secara tertulis kepada pihak lain”. Aktivitas menulis melibatkan beberapa unsur yaitu penulis sebagai penyampaian pesan, isi tulisan, saluran atau media, pembaca. Menulis juga dijelaskan oleh Resmini (2006: 102) bahwa menulis merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menghasilkan sebuah tulisan.

  Menulis berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan menulis yang dilakukan seseorang untuk menghasilkan sebuah tulisan sebagai penyampaian pesan kepada pihak lain. Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi. Kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan secara tertulis kepada pihak lain.

b. Tujuan Menulis

  Menulis merupakan kegiatan penyampaian pesan dengan menggunakan bahasa tulis kepada pihak lain. Menulis memiliki tujuan, Niab (2016: 706) menjelaskan tujuan menulis yaitu agar siswa dapat mengkomunikasikan ide dan pengalamannya melalui tulisan. Tujuan menulis juga dijelaskan oleh, Gipayana (2004: 2) antara lain: 1) agar siswa mampu mengungkapkan gagasan, pendapat, pengalaman, pesan, dan perasaan secara tertulis; 2) mampu menyampaikan informasi secara tertulis sesuai dengan konteks dan keadaan; 3) memiliki kegemaran menulis.

  Tujuan menulis berdasarkan uraian di atas antara lain untuk mengungkapkan berbagai gagasan, pendapat, pesan, dan menyampaikan informasi secara tertulis. Menulis juga memiliki tujuan untuk menghibur, meyakinkan, dan tujuan kreatif. Menulis dapat menambah manfaat tentang unsur-unsur kebahasaan karya sastra.

c. Manfaat Menulis

  Menulis memiliki banyak manfaat, seperti yang dijelaskan oleh Dalman (2016: 6) manfaat menulis yaitu

  “peningkatan kecerdasan, pengembangan daya inisiatif dan kreativitas, penumbuhan keberanian, pendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi”. Manfaat menulis juga dijelaskan oleh Graves dalam Sabarti Akhdiah dalam Kamadi (2016: 14) antara lain : menyumbangkan kecerdasan untuk mengembangkan daya inisiatif dan kreativitas agar menumbuhkan keberanian sehingga mendorong kemauan dan kemampuan untuk mengumpulkan informasi.

  Manfaat menulis berdasarkan uraian di atas yaitu dengan menulis dapat meningkatkan kecerdasan, pemahaman, keberanian, dan kemampuan mengumpulkan informasi untuk mengembangkan pemahaman dan kemampuan dalam menggunakan bahasa. Menulis bermanfaat untuk pengembangan daya inisiatif dan kreativitas, sehingga dapat menulis sesuai keinginan. Menulis dapat mendorong kemauan dan kemampuan untuk mengumpulkan informasi.

B. Penelitian yang Relevan

  Penelitian yang relevan merupakan salah satu referensi untuk menunjukkan bahwa topik penelitian ini menarik dijadikan sebagai penelitian, sehingga dapat menambah pembahasan mengenai pemanfaatan sudut baca guna menumbuhkan budaya literasi siswa. Penelitian yang relevan dilakukan oleh:

  1. Muhayana Gipayana (2004) dengan judul Pengajaran Literasi dan Penilaian Portofolio dalam Konteks Pembelajaran Menulis di SD.

  Penelitian ini menunjukkan bahwa pengajaran literasi dan penilaian portofolio dalam konteks pembelajaran menulis di SD menghasilkan kualitas pengajaran menulis yang sangat baik. Motivasi siswa dapat terbangun, keterampilan membaca dan menulis siswa berkembang dengan baik.

  2. Suyono (2009) dengan judul Pembelajaran Efektif dan Produktif Berbasis Literasi: Analisis Konteks, Prinsip, dan Wujud Alternatif Strategi Implementasinya di Sekolah. Penelitian ini menunjukkan bahwa literasi dapat dijadikan sebagai basis pengembangan pembelajaran efektif dan produktif di sekolah. Siswa terampil membaca dan mengolah informasi, serta kemampuan siswa dalam membaca dan menulis juga berkembang.

  Siswa juga terampil menghubungkan antar materi pelajaran, lancar mengembangkan gagasan, memahami dan memecahkan masalah.

  3. Usha Naidoo, Karunanidhi Reddy dan Nirmala Dorasamy (2014) dengan judul Reading Literacy in Primary Schools in South Africa: Educator

  Perspective on Factors Affecting Reading Literacy and Strategies for Improvement . Penelitian ini menunjukkan bahwa pendidik harus

  mengembangkan siswa untuk berpikir kritis, memanfaatkan waktu untuk membaca, melakukan pertemuan informal mingguan untuk membahas kesulitan umum dengan menggunakan alat bantu visual yaitu DVD dan CD. Siswa terlibat dalam latihan PR yang bermakna, mengembangkan kemampuan siswa secara komprehensif dan terlibat dalam membacakan.

  4. Evan T. Ortlieb (2010) dengan judul Beyond Just Book: Sparking

  Children’s Interest in Reading. Penelitian ini menunjukkan bahwa setiap hari selama 15 menit siswa membaca majalah, membaca koran dengan sistem perputaran, artinya siswa membaca secara bergantian. Hal ini menjadikan siswa tidak lagi mengeluh dalam hal membaca dan kegiatan membaca menjadi kegiatan yang menyenangkan.

C. Kerangka Pikir

  Peneliti melakukan observasi ke SD Negeri Polomarto, Kecamatan Butuh, Kabupaten Purworejo. Peneliti menemukan masalah yaitu rendahnya minat membaca pada siswa. Berdasarkan observasi awal, diketahui bahwa minat membaca siswa di SD Negeri Polomarto rendah. Siswa lebih senang bermain pada waktu luang daripada untuk membaca buku. Siswa akan membaca buku apabila guru di sekolah memberi tugas dan menyuruh untuk membaca buku. Hasil wawancara dengan beberapa siswa menunjukkan bahwa siswa tidak suka membaca buku, alasannya karena membaca buku membosankan dan siswa lebih tertarik untuk bermain bersama teman- temannya. Hal tersebut menunjukkan bahwa budaya literasi siswa di SD Negeri Polomarto belum terbentuk, sehingga dengan adanya sudut baca diharapkan dapat memberikan stimulasi pada siswa untuk membaca.

  Berdasarkan masalah yang ditemukan di sekolah tersebut, peneliti ingin melakukan penelitian tentang analisis pemanfaatan sudut baca guna menumbuhkan budaya literasi siswa. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Peneliti akan melakukan penelitian dengan judul Analisis Pemanfaatan Sudut Baca di Lingkungan Sekolah guna Menumbuhkan Budaya Literasi pada Siswa di SD Negeri Polomarto. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan pemanfaatan sudut baca di sekolah dasar guna menumbuhkan budaya literasi siswa.