BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptual 1. Variabel Terikat - LUTFIANA SEPTI BAB II

  dan variabel terikat. Variabel terikat biasanya dilambangkan dengan “Y” yang meliputi dua variabel yaitu minat membaca dan kemampuan memproduksi teks eksposisi. Variabel terikat berupa “minat baca” dapat dipahami sebagai sebuah kesungguhan dalam menyediakan waktu untuk membaca dan memilih bahan bacaan yang baik, ditinjau dari norma-norma kekritisan yang mencakup norma-norma estetik, sastra, dan moral. Di sisi lain, variabel terikat

  “kemampuan memproduksi teks eksposisi” dipahami sebagai kegiatan manusia ketika hendak mengekspresikan atau menuangkan pikirannya kedalam kalimat, menerangkan dan menguraikan suatu pokok pikiran yang dapat memperluas pandangan atau pemikiran seseorang yang membaca uraian tersebut.

  a. Minat Baca Minat sangat berperan bagi keberhasilan aktivitas manusia sebab adanya minat akan muncul perhatian untuk melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh. Kalau seseorang kurang berminat untuk mempelajari sesuatu tidak dapat diharapkan dia akan behasil dengan baik dalam mempelajari hal tersebut. Sebaliknya, jika seseorang

  12 mempelajari sesuatu dengan minat maka diharapkan bahwa hasilnya akan lebih baik. Menurut Slameto (2013: 180-181) Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan akan diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pertanyaan yang menunjukan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Siswa memiliki minat terhadap subjek tentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut.

  Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian. Minat terhadap sesuatu dipelajari dan mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi minat-minat baru. Jadi, minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar yang menyokong belajar selanjutnya. Tanner & Taner (1975) dalam Slameto (2013: 181) menyarankan agar para pengajar berusaha membentuk minat-minat baru pada diri siswa. Dapat dicapai dengan jalan memberikan informasi pada siswa mengenai hubungan antara suatu bahan pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pengajaran lalu, menguraikan kegunaannya bagi siswa di masa yang akan datang. Rooijakkers (1980) dalam Slameto berpendapat hal ini dapat pula dicapai dengan cara menghubungkan bahan pengajaran dengan suatu berita sensasional yang sudah banyak diketahui oleh siswa.

  Minat merupakan suatu dorongan yang muncul dari dalam diri manusia untuk melakukan suatu aktivitas dalam usaha memenuhi tercapainya tujuan. Dengan perkembangan ilmu dan teknologi mengharuskan masyarakat untuk banyak membaca. Surat kabar, majalah, dan buku, bahkan internet, terbit setiap waktu dan ribuan jumlahnya. Semua itu diharapkan dapat dibaca oleh masyarakat. Agar mau membaca surat kabar, majalah, buku, ataupun intenet diperlukan minat yang tinggi. Tanpa ada minat, tidak akan membaca surat kabar, majalah, buku, ataupun internet. Untuk meningkatkan minat membaca, Tarigan (1994: 103) menyarankan agar menyediakan waktu untuk membaca dan memilih bahan bacaan yang baik, ditinjau dari norma- norma kekritisan yang mencakup norma-norma estetik, sastra, dan moral. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Kalau hal ini tidak terpenuhi, maka pesan yang tersurat dan yang tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik. Orang yang membaca dengan baik adalah orang yang biasa berpikir baik, dia memiliki suatu dasar pendapat dan satu batu ujian bagi pertimbangan. Orang yang setengah buta huruf kerap kali ditandai dengan minat-minat yang amat terbatas dan ruang lingkup bacaan yang terbatas.

  Minat erat sekali hubungannya dengan motivasi, banyak para ahli yang mengemukakan sudut pandang mereka namun intinya sama yakni, sebagai salah satu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang kedalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan. Mc.

  Donald dalam Bahri (2011: 148) mengatakan: Motivation is a energy change within

  the person charactirized by affective arousal and anticipatory goal reaction.

  Motivasi adalah suatu perubahan energi dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan), dan reaksi dalam mencapai tujuan. Dalam proses belajar motivasi sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi maka dia tidak akan melakukan aktifitas belajar. Oleh karena itu perlu adanya motivasi interinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar karena dalam diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan itu. Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik adalah motif-motif yang aktif yang berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Bahri (2011: 157) ada tiga fungsi motivasi yaitu sebagai pendorong perbuatan, penggerak perbuatan, dan pengarah perbuatan. b. Kajian Teoretis Tentang Kemampuan Memproduksi Teks Eksposisi 1) Pengertian Menulis

  Tarigan (2008: 22) menyatakan menulis sebagai suatu kegiatan menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut jika mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Sukirno (2009: 6) menyatakan menulis adalah tahap-tahap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru dengan penekanan pada penciptaan kondisi belajar menulis untuk mencapai kompetensi dasar menulis yang ditentukan dengan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Syamsuddin (2011: 1) menulis adalah salah satu jenis keterampilan berbahasa yang dimiliki dan digunakan oleh manusia sebagai alat komunikasi tidak langsung. Hal ini terjadi karena dalam kenyataan hidup bermasyarakat, kontak komunikasi itu tidak selalu dapat dilakukan dengan tatap muka. Menulis dapat diartikan juga sebagai mengarang. Menurut Syamsuddin (2011: 2) mengarang diartikan juga sebagai merangkai, menyusun secara cermat buah pikiran ke dalam bentuk tulisan yang beruntun dan teratur tentang suatu masalah.

  Menurut Nurgiyantoro (2014: 423), jika dalam berbicara orang harusmenguasai lambang-lambang bunyi, dalam kegiatan menulis menghendaki orang untuk menguasai lambang atau simbol-simbol visual dan aturan tata tulis, khususnya yang menyangkut masalah ejaan. Aktivitas menulis merupakan suatu bentuk manifestasi kemampuan (keterampilan) berbahasa paling akhir dikuasaisetelah kemampuan mendengarkan, berbicara, dan membaca. Dalam melakukan kegiatan menulis perlu diperhatikan beberapa prinsip diantaranya: (a) Menulis tidak dapat dipisahkan dari membaca. Pada jenjang pendidikan dasar, pembalajaran menulis dan membaca terjadi serempak. (b) Pembelajaran menulis adalah pembelajaran disiplin berpikir dan disiplin berbahasa.

  (c) Pembelajaran menulis adalah pembelajaran tata tulis atau ejaan dan tanda baca bahasa Indonesia.

  (d) Pembelajaran menulis berlangsung secara berjenjang, bermula dari menyalin sampai dengan menulis ilmiah.

  Menulis merupakan suatu bentuk atau alat komunikasi artinya, dengan menulis seseorang dapat menggambarkan sesuatu, sehingga dengan gambaran itu manusia dapat saling berkomunikasi. Dalam menulis terdapat aspek kebahasaan yaitu penggunaan tanda baca dan ejaan, penggunaan diksi, penataan kalimat, pengembangan paragraf, pengolahan gagasan, dan pengembangan metode karangan.

  Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan keterampilan berbahasa yang merupakan buah dari pemikiran dan perasaan yang diperoleh melalui suatu proses pemikiran dimana memerlukan perencanaan yang matang, melibatkan topik, tujuan, dan isi yang menghasilkan. Lambang- lambang grafik atau simbol-simbol visual yang dapat ditangkap dan dipahami oleh orang lain sehingga pesan dapat tersampaikan. 2) Tahap-tahap Penulisan

  Menulis merupakan suatu proses, yaitu proses penulisan yang di dalamnya terdapat beberapa tahap penulisan meliputi tahap prapenulisan, tahap penulisan, dan tahap revisi. Ketiga tahap penulisan itu menunjukkan kegiatan utama yang berbeda. Dalam tahap prapenulisan ditentukan hal-hal pokok yang mengarahkan penulis dalam seluruh kegiatan penulisan itu. Dalam tahap penulisan dilakukan apa yang telah ditentukan itu, yaitu mengembangkan gagasan dalam kalimat-kalimat, satuan paragraf, bab atau bagian. Dalam tahap revisi yang dilakukan adalah membaca dan menilai kembali yang ditulis, memperbaiki, mengubah, bahkan jika perlu memperluas tulisan tadi. Tahap-tahap yang harus dilalui dalam menulis, yaitu:(1) tahap prapenulisan; (2) tahap penulisan; dan (3) tahap revisi. a) Tahap Prapenulisan Tahap ini merupakan tahap perencanaan atau persiapan menulis, dimana di dalamnya mencakup beberapa langkah jika menulis karangan, yaitu meliputi: (1) Menentukan Topik

  Hal ini berarti penulis menentukan apa yang akan dibahas di dalam tulisan. Topik ini dapat diperoleh dari berbagai sumber ilmu, pengalaman, dan pengamatan. Seorang penulis dapat menulis tentang pendapat, sikap, atau tanggapan sendiri atau orang lain atau tentang khalayan/imajinasi yang dimilikinya. Dalam menentukan topik karangan harus selalu berkenaan dengan fakta.

  Masalah pertama yang dihadapi penulis untuk merumuskan tema sebuah karangan adalah topik atau pokok pembicaraan. Penentuan topik sebelum menggarap suatu tema merupakan suatu keahlian. Topik mana yang akan dipergunakan dalam sebuah karangan agaknya bukan merupakan persoalan. Namun seringkali hal inilah yang menjadi beban yang tidak kecil bagi mereka yang baru mulai menulis. Mereka sukar sekali menemukan topik mana yang kiranya dapat dipergunakannya untuk menyusun karangannya. Sebenarnya sumber-sumber yang berada di sekitar kita menyediakan bahan yang berlimpah-limpah.

  Apa saja yang menarik dapat dijadikan topik dalam karangan: pengalaman masa lampau, pengalaman masa kini, cita-cita, karier, alam sekitar, persoalan-persoalan kemasyarakatan, ilmu pengetahuan, mata pencaharian dan sebagainya (Keraf, 2004: 123-124). (2) Membatasi Topik Setelah topik ditentukan, topik perlu dibatasi.

  Membatasi topik tulisan berarti mempersempit atau memperkecil ruang lingkup pembicaraan dalam penulisan.

  Cara membatasi topik dapat dilakukan dengan mempergunakan cara berikut. Pertama, tetapkan topik yang ingin digarap dalam suatu kedudukan sentral. Kedua, ajukan pertayaan apakah topik yang berada di dalam keadaan sentral itu masih dapat diperinci lebih lanjut?. Ketiga, tetapkanlah yang mana dari perincian tadi yang akan dipilih. Keempat, ajukanlah pertanyaan apakah sektor tadi masih perlu diperinci lebih lanjut?. Demikian dilakukan berulang-ulang sampai diperoleh sebuah topik yang sangat khusus yang akan digarap (Keraf, 2004: 127-128).

  (2) Menentukan Tujuan Penulisan Menentukan tujuan tulisan adalah penting sebelum memulai menulis, tujuan menulis berpengaruh dalam menentukan bentuk, panjang, sifat, dan cara penyajian tulisan. Dengan menentukan tujuan penulisan kita tahu apa yang akan dilakukan dalam tahap penulisan. Jika tulisan tanpa dilandasi oleh tujuan yang jelas dan tegas dapat menyebabkan tulisan itu tanpa arah yang jelas, dan besar kemungkinan tidak dipahami pembaca.

  (3) Menentukan Bahan Penulisan Hal ini yang dimaksud adalah semua informasi atau data yang dipergunakan untuk mencapai data penulisan.

  Pengumpulan informasi dan data ini perlu dilakukan agar tulisan tersebut menjadi tulisan yang berbobot dan meyakinkan pembaca. Bahan yang digunakan dalam penulisan harus sesuai dengan tujuan penulisan.

  (4) Membuat Kerangka Karangan Kerangka karangan adalah sebuah topik kerangka yang memuat rencana karangan yang berisi pokok-pokok permasalahan pembicaraan yang tersusun secara sistematis dan dapat dikembangkan menuju bentuk yang lebih sempurna. Penyusunan kerangka karangan ini merupakan kegiatan terakhir yang dilakukan pada tahap persiapan atau prapenulisan. Keraf (2004: 149) menyatakan bahwa kerangka karangan adalah suatu rencana kerja yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan yang akan digarap. Adapun manfaat dari kerangka karangan adalah sebagai berikut: untuk menyusun karangan secara teratur, memudahkan penulis menciptakan klimaks yang berbeda- beda, menghindari penggarapan sebuah topik sampai dua kali atau lebih, dan memudahkan penulis untuk mencari materi pembantu.

  b) Tahap Penulisan Pada tahap ini penulis membahas setiap butir pokok yang ada di dalam kerangka yang disusun. Dalam gagasan mengembangkan gagasan menjadisuatu kerangka yang utuh, diperlukan bahasa. Dalam hal ini penulis harus menguasai kata- kata yang mendukung gagasan atau ide. Penulis harus mampu memilih kata dan istilah yang tepat sehingga gagasan dapat dipahami pembaca dengan tepat pula. Kata-kata itu harus dirangkaikan menjadi kalimat efektif yang selanjutnya kalimat- kalimat tersebut harus disusun menjadi paragraf dan ditulis dengan ejaan yang berlaku disertai tanda baca yang digunakan secara tepat.

  c) Tahap Revisi Sebuah tulisan perlu dibaca kembali pada tahap ini.

  Pada tahap ini biasanya penulis meneliti secara menyeluruh mengenai logika, sistematika, ejaan, tanda baca, pilihan kata, kalimat, paragraf, daftar pustaka, dan sebagainya. Jika tidak ada lagi yang kurang memenuhi syarat maka selesailah tulisan kita.

  3) Tujuan Menulis Tujuan menulis adalah mengungkapkan fakta-fakta, perasaan, sikap, dan isi pikiran secara jelas dan efektif kepada pembaca (Keraf, 2004:38). Seorang penulis perlu menguasai objek, gagasan, dan pengembangan gagasannya dalam kalimat yang jelas serta terperinci sehingga tulisan yang dihasilkan efektif. Sedangkan menurut Hartig dalam Tarigan (2008: 25-26) tujuan menulis adalah a) Assignment purpose (tujuan penugasan). Dalam tujuan penugasan, penulis memiliki tujuan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan bukan atas kemauan penulis itu sendiri.

  b) Altruistic purpose (tujuan altruistik). Dalam tujuan altruistik, penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menolong pembaca memahami, menghargai perasaan, dan penalarannya.

  c) Persuasive purpose (tujuan persuasif). Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan.

  d) Informational purpose (tujuan informasional, tujuan penerangan). Tulisan ini bertujuan memberi informasi atau keterangan/ penerangan kepada para pembaca. e) Self-exspresive purpose (tujuan pernyataan diri). Tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca.

  f) Creative purpose (tujuan kreatif). Dalam tulisan ini, penulis lebih menonjolkan kreativitas atau keinginan mencapai norma artistik atau seni yang ideal, seni idaman.

  g) Problem-solving purpose (tujuan pemecahan masalah). Dalam tujuan ini, penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapai dengan cara menjelaskan, menjernihkan, menjelajahi, serta meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasan sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh para pembaca. 4) Jenis-jenis Tulisan

  Gagasan sebagai substansi dalam karangan dapat disampaikan dan dikembangkan dalam beberapa bentuk yang nanti dapat menjadi penentu jenis sebuah tulisan. Lebih jelasnya Keraf (1999: 109-110) membagi karangan atau wacana menjadi lima jenis berdasarkan tujuan umum yang tersirat di balik wacana tersebut, yaitu: (1) eksposisi; (2) argumentasi; (3) persuasi; (4) deskripsi; dan (5) narasi.

  a) Eksposisi Tulisan eksposisi menurut Keraf (1999: 110) menjelaskan bahwa eksposisi adalah bentuk wacana yang tujuan utamanya adalah memberi penjelasan atau memberi informasi mengenai suatu objek. Sejalan dengan pendapat tersebut, Suparni (1985: 184) mengungkapkan bahwa dalam menulis eksposisi kita menjelaskan sesuatu, atau kita mengembangkan sebuah gagasan.

  b) Persuasi Darmawati (2015: 24-25) menyatakan persuasi adalah paragraf bertujuan untuk mempengaruhi, menghimbau, membujuk, atau merayu pembaca sehingga mereka tergiur atau terpengaruh untuk mengikuti keinginan penulis. Berbeda dengan argumentasi yang pendekatannya bersifat rasional dan diarahkan untuk mencapai kebenaran, sedangkan persuasi lebih menggunakan pendekatan emosional. Dalam persuasi biasanya menggunakan pendekatan emotif, yaitu pendekatan yang berusaha membangkitkan dan merangsang emosi agar mengarahkan mereka pada tujuan yang ingin dicapai penulis.

  Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tulisan persuasi adalah tulisan yang berusaha/bersifat mempengaruhi orang lain yang diuraikan dengan fakta-fakta yang logis.

  c) Deskripsi Deskripsi menurut Suparni (1985: 78) yakni melukiskan sesuatu dengan kata-kata, sehingga pembaca seolah-olah melihat sendiri, mendengar, dan merasakannya sendiri. Darmawati (2015: 24-25) adalah paragraf untuk menggambarkan sebuah objek dengan tujuan agar pembaca seolah-olah melihat sendiri objek yang digambarkan itu. Aspek yang digambarkan bisa tentang keindahan alam, keadaan jasmani, watak, atau perasaan seseorang. Deskripsi adalah penggambaran suatu hal sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, misalnya tentang keadaan kota Jakarta, gedung- gedung bersejarah, sejarah pelabuhan dan lain sebagainya. Deskripsi bertalian dengan pelukisan kesan panca indera terhadap sebuah objek (Keraf, 1999: 109-110). Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tulisan deskripsi adalah tulisan yang berusaha menggambarkan suatu objek secara jelas agar seolah-olah berada di depan pandangan pembaca berdasarkan hasil pengamatan, pengalaman, dan perasaan penulisnya.

  d) Narasi Narasi merupakan wacana yang mengisahkan suatu kejadian. Lebih jelasnya Darmawati (2015: 24-25) menyatakan narasi adalah paragraf dengan tujuan untuk menceritakan suatu peristiwa atau kejadian sehingga pembaca seolah-olah mengalami kejadian itu sendiri. Dalam paragraf narasi akan ditemukan tiga unsur utama sebagai bahannya. Pertama, adanya tokoh-tokoh, kedua, adanya kejadian, ketiga, adanya latar tempat, waktu maupun suasana. Sementara itu, Keraf (1999:

  109) menyatakan narasi adalah semacam bentuk wacana yang berusaha mengisahkan suatu peristiwa atau kejadian secara kronologis. Suparni (1985: 53) menyatakan narasi atau cerita dapat kita tulis dengan menyajikan serangkaian peristiwa yang disusun berdasarkan urutan waktu terjadinya. Tulisan dalam bentuk narasi boleh tentang peristiwa yang sungguh-sungguh terjadi tetapi boleh juga peristiwa yang diceritakan itu hanya khayalan belaka. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disintesiskan bahwa tulisan narasi merupakan tulisan yang berusaha mengisahkan atau bercerita tentang suatu peristiwa sesuai urutan waktu dan seolah-olah pembaca mengalami peristiwa tersebut.

  e) Argumentasi Argumentasi merupakan sebuah karangan yang mengemukakan contoh, alasan, dan bukti yang kuat serta meyakinkan, sehingga orang akan terpengaruh, dan membenarkan pendapat, gagasan, sikap, dan keyakinan kita.

  Akhirnya ia akan berbuat sesuai dengan kehendak kita (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1981: 16).

  Darmawati (2015: 24-25) argumentasi adalah paragraf dengan mengemukakan alasan, contoh, dan bukti-bukti yang kuat dan menyakinkan. Tujuannnya untuk meyakinkan pembaca sehingga pembaca membenarkan pendapat, sikap dan keyakinan pembuat paragraf. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tulisan argumentasi adalah tulisan yang berusaha meyakinkan pembaca yang diikuti dengan fakta- fakta pendukung untuk memperkuat argumen penulis agar pembaca percaya atau menerima argumen penulis.

  5) Pengertian Eksposisi

  a) Hakikat Eksposisi Tulisan eksposisi menurut Keraf (1999: 110) menjelaskan bahwa eksposisi adalah bentuk wacana yang tujuan utamanya adalah memberi penjelasan atau memberi informasi mengenai suatu objek. Darmawati (2015: 24-25) memaparkan eksposisi adalah paragraf untuk memaparkan sejumlah pengetahuan atau informasi. Tujuannya agar pembaca mendapat informasi dan pengetahuan dengan sejelas-jelasnya. Sementara itu, Dawud (2004: 15) karangan eksposisi menekankan pada uraian agar pembaca memahami penjelasan, konsep, definisi, atau uraian yang dikemukakan penulis. Eksposisi sering digunakan dalam menyampaikan uraian- uraian ilmiah, ilmiah populer, dan uraian ilmiah lainnya yang pada prinsipnya tidak berusaha mempengaruhi pendapat orang lain. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tulisan eksposisi merupakan tulisan yang menjelaskan dan menginformasikan sesuatu yang dapat menambah pengetahuan seseorang atau pembaca.

  Menurut Keraf (1995: 7) Eksposisi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menguraikan suatu objek sehingga memperluas pandangan atau pengetahuan pembaca. Tujuan utama eksposisi adalah memberitahukan atau memberi informasi mengenai suatu objek tertentu.

  Dalam karangan eksposisi terdapat langkah-langkah yang harus kita tempuh yaitu: (1) menentukan topik yang disajikan, (2) menentukan tujuan eksposisi, (3) membuat kerangka yang lengkap dan sistematis, dan (4) mengembangkan eksposisi sesuai dengan kerangka.

  b) Tujuan Eksposisi Eksposisi memiliki tujuan dalam penulisan yang berbeda-beda. Manurut Priyatni (2014:91) bahwa teks eksposisi bertujuan untuk menjelaskan, mengklarifikasi, atau mengevaluasi sebuah persoalan atau isu tentang topik tertentu.

  Sedangkan menurut Kosasih (2013: 122) teks eksposisi bertujuan agar pembaca mendapatkan informasi yang sejelas- jelasnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan teks eksposisi adalah memberikan penjelasan kepada pembaca mengenai suatu informasi sehingga pembaca mengatahui informasi tersebut. c) Karakteristik Eksposisi Setiap jenis teks memiliki isi, ciri kebahasaan dan tujuan sosial yang berbeda. Struktur isi teks eksposisi menurut

  Priyatni (2014: 91) sebagai berikut (1) Judul Judul harus memunculkan isu, atau persoalan topik tertentu.

  (2) Tesis/opini/pendapat Berisi pernyataan yang menunjukan sudut pandang penulis terhadap isu atau persoalan topik tertentu.

  (3) Argumen Berisi sejumlah bukti atau alasan untuk mendukung atau membuktikan kebenaran tesis.

  (4) Simpulan Merangkum atau menegaskan kembali sudut pandang penulis terhadap isu persoalan topik tertentu.

  4) Teknik penulisan Eksposisi Sebuah eksposisi biasanya diwarnai oleh sifat topik yang digarap dan teknik penyajian yang digunakan. Keterampilan penulia memadukan kedua unsur itu dengan jalinan bahasa yang baik dan lancar akan menandai kualitas sebuah eksposisi. Menurut Keraf (1995: 9-10) eksposisi mengandung tiga bagian utama sebagai berikut a) Pendahuluan Bagian pendahuluan menyajikan latar belakang, alasan memilih topik tersebut, pentingnya topik, luas lingkup, batasan pengertian, permasalahan dan tujuan penulisan, kerangka acuan yang digunakan.

  b) Tubuh Eksposisi Agar uraian mengenai tubuh atau isi eksposisi disajiakan dengan teratur, penulis harus mengembangkan sebuah organisasi atau kerangka karangan. Eksposisi dapat mempergunakan bermacam-macam metode penyajian yaitu dengan mengadakan analisa mengenai topik garapan (analisa bagan, analisa fungsi, analisa proses, analisa kausal), menyodorkan sebuah klasifikasi, memberi batasan objek, perbandingan, ilustrasi tentang pokok bahasan sehingga gagasan atau informasi yang disampaikan jelas bagi pembaca.

  c) Kesimpulan Penulis menyajikan kesimpulan mengenai apa yang disajikan dalam isi eksposisi. Sesuai dengan sifat eksposisi, apa yang disimpulkan tidak mengarah kepada usaha mempengaruhi para pembaca. Kesimpulan yang diberikan hanya bersifat semacam pendapat atau kesimpulan yang dapat diterima atau ditolak pembaca.

  5) Langkah- Langkah Penyusunan Eksposisi Langkah-langkah yang kita tempuh dalam membuat eksposisi adalah sebagai berikut: a) Menentukan topik.

  b) Menentukan tujuan penulisan.

  c) Merencanakan paparan dengan membuat kerangka yang lengkap dan tersusun dengan baik.

  6) Teknik Pengembangan Eksposisi Proses kegiatan yang kita lakukan dalam menulis eksposisi dimulai dari menentukan topik karangan. Namun kegiatan menulis yang sesungguhnya dalam arti mengembangkan tulisan dalam karangan, kita mulai setelah kerangka karangan tersusun dan bahan-bahan penulisan terkumpul. Untuk mengembangkan karangan eksposisi, ada beberapa teknik yang kita gunakan. Teknik-teknik tersebut adalah: a) Teknik identifikasi

  Teknik identifikasi adalah sebuah teknik pengembangan eksposisi yang menyebutkan ciri-ciri atau unsur-unsur yang membentuk suatu hal atau objek sehingga pembaca dapat mengenal objek itu dengan tepat dan jelas.

  Sesuatu yang di identifikasi dapat bersifat fisik atau konkret, dapat pula bersifat nonfisik atau abstrak. Kalau kita menggunakan teknik ini kita harus mengenal objek dengan baik. Kemudian lakukan proses penggambaran atau penjabaran ciri-ciri khusus objek yang akan dipaparkan.

  b) Teknik perbandingan Pengembangan eksposisi dengan teknik perbandingan ini kita lakukan dengan mengemukakan uraian yang menbandingkan antara hal-hal yang kita tulis dengan hal-hal yang lain. Perbandingan ini kita lakukan dengan menunjukan persamaan-persamaan dan perbedaan- perbedaan antara keduanya. Hal ini dilakukan sebagai pembanding hal yang telah diketahui pembaca. Dengan mengetahui kondisi pembaca kita dapat memperkirakan hal-hal yang sudah diketahui dan yang belum diketahui oleh pembaca. Dengan ini diharapkan pembaca lebih mengetahui dan memahami hal baru yang kita sampaikan.

  c) Teknik klasifikasi Dengan klasifikasi suatu pokok masalah yang majemuk dipecah atau diuraikan menjadi bagian-bagian dan kemudian di golong-golongkan secara logis dan jelas menurut dasar penggolongan yang berlaku sama bagi tiap bagian tersebut. Hubungan yang logis dan jelas ini dapat dilihat ke bawah, ke atas, dan ke samping. d) Teknik definisi Secara umum definisi itu adalah eksposisi terhadap arti kata-kata. Para pemakai bahasa biasanya selalu membatasi arti ragam kata-kata dalam bahasanya. Semakin jelas pembatasan arti itu baik bagi penulis maupun pembaca, maka semakin jelas pula komunikasi gagasan atau ide dalam pikiran penulis dan pembacanya. Definisi kurang lebih merupakan penjelasan formal terhadap pembatasan arti dengan tujuan untuk memperjelas komunikasi. Oleh karena itu definisi banyak digunakan untuk mengembangkan karangan eksposisi.

  e) Teknik analisis Dalam karangan eksposisi kita menjelaskan sesuatu, memberi keterangan tentang sesuatu, atau kita mengembangkan sebuah gagasan. Supaya eksposisi kita mudah diterima oleh pembaca, maka digunakan berbagai cara. Salah satunya dengan teknik analisis. Analisis merupakan salah satu cara memecahkan suatu pokok masalah. Suatu pokok masalah dipecah menjadi bagian- bagian yang logis. Penganalisisan suatu pokok masalah dapat bermacam-macam cara sesuai dengan penglihatan dan penalaran kita. Oleh karena itu, teknik analisis dalam karangan eksposisi dapat mengambil bentuk yang bermacam-macam antara analisis proses, analisis sebab akibat, analisis bagian, dan analisis fungsional.

  Metode Quantum Learning sebagai variabel bebas adalah kiat-kiat, petunjuk, metode, dan seluruh proses yang dapat menghemat waktu, mempertajam pemahaman dan daya ingat, dan membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat serta sebagai obat penawar yang menghidupkan dan memperkuat kembali kegembiraan dan kecintaan belajar.

  1) Pengertian Metode Quantum Learning Proses belajar-mengajar merupakan interaksi yang dilakukan antara guru dengan peserta didik dalam suatu pengajaran untuk mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan. Berbagai metode yang dipergunakan dalam suatu pengajaran harus dijabarkan ke dalam metode pembelajaran. Metode pembelajaran Quantum adalah seperangkat metode dan falsafah belajar yang telah terbukti efektif di sekolah dan bisnis kerja untuk semua tipe orang dan segala usia. Metode dalam sistem pembelajaran adalah sebagai suatu pandangan tertentu mengenai proses pembelajaran di mana berlangsung kegiatan belajar-mengajar, terjadinya interaksi antara siswa dan guru, dan memberikan kemudahan bagi siswa untuk belajar secara efektif. Selain itu, penggunaan metodologi untuk merancang sistem pembelajaran, yang meliputi prosedur perencanaan, perancangan, pelaksanaan, dan penilaian keseluruhan proses pembelajaran, yang tertuju ke pencapaian tujuan pembelajaran tertentu (konsep, prinsip, keterampilan, sikap dan nilai, kreativitas, dan sebagainya).

  Metode Quantum adalah suatu interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Pengubahan macam-macam interaksi yang ada didalam dan sekitar moment belajar. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa. Interaksi-interaksi ini mengubah kemampuan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi orang lain (DePorter 2014: 34). Untuk menjadikan kegiatan pembelajaran menyenangkan dan dapat menarik siswa, seorang guru harus mencari metode pembelajaran yang sesuai dengan hal itu.

  DePorter (2013: 86) menjelaskan bahwa Quantum Learning adalah seperangkat metode dan falsafah yang efektif untuk semua umur. Quantum Learning merupakan gabungan yang sangat seimbang antara kerja dan bermain, antara rangsangan internal dan eksternal, dan waktu yang dihabiskan dalam zona aman. Salah satu metode yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran dandapat membangkitkan semangat keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar adalah Quantum Learning. Quantum Learning merupakan aplikasi dari pengajaran Quantum Teaching. DePorter (2014: 33) menyebutkan bahwa ada beberapa cara yang dilakukan dengan metode pembelajaran Quantum, yakni: (a) berpartisipasi dengan cara mengubah keadaan kelas (mengorkestrasi) keadaan, (b) memotivasi dan menumbuhkan minat siswa dengan menerangkan kerangka rancangan yang dikenal dengan singkatan TANDUR (tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi, dan rayakan), (c) membangun rasa kebersamaan, (d) menumbuhkan dan mempertahankan daya ingat, (e) merangsang daya dengar anak didik anda dengan mengikuti Prinsip-prinsip komunikasi ampuh, (f) kehalusan transisi. Cara-cara ini pada dasarnya dapat menempatkan guru dan anak didik pada keadaan yang dapat menuju keberhasilan belajar dengan lebih cepat.

  DePorter (2014: 34) mengungkapkan bahwa segala hal yang dilaksanakan dalam penerapan Quantum Learning adalah menciptakan interaksi dengan anak didik yang di dalamnya termasuk penciptaan rancangan bahan ajar, serta prosedur penerapan metode pembelajaran. Hal ini didasarkan pada asas utama atau konsep dasar yang di sandarkan dalam pelaksanaan

  Quantum Learning , yakni: Bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka . Hal ini berarti bahwa

  pentingnya seorang guru mengetahui kondisi dan kemauan anak didiknya sebagai langkah pertama dalam pembelajaran. Jika anak senang dalam proses pembelajaran maka anak juga akan lebih mudah menerima dan memahami hal yang guru ajarkan. Oleh karenanya, guru harus dapat membangun jembatan yang autentik untuk dapat memasuki kehidupan anak didik. Istilah Quantum sebenarnya dinyatakan sebagai tindakan yang bermacam-macam atau beragam. Akan tetapi, Quantum Learning sendiri pada hakikatnya dapat juga dimaknai sebagai orkestrasi dari bermacam- macam interaksi yang adadi dalam dan di sekitar kegiatan pembelajaran.

  Berdasarkan hal di atas, diungkapkan bahwa metode pembelajaran yang digunakan seharusnya dapat membuat siswa aktif dan tidak menimbulkan kebosanan, ketidakpuasan, dan siswa tidak mendapatkan hasil belajar yang kurang. Metode pembelajaran tradisional hanya akan membuat siswa duduk dan diam dan pembelajaran kembali pada guru sedangkan metode pembelajaran yang inovatif akan membuat siswa bergerak dan lebih aktif. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sudah seharusnya seorang guru dalam pembelajaran menerapkan metode pembelajaran yang sesuai karena akan berpengaruh pada keaktifan, kemampuan dan hasil belajar anak didik. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa Quantum

  Learning merupakan metode pembelajaran yang menyenangkan

  yang dilakukan guru dengan menyelaraskan konteks dan isi pembelajaran dan sebagai metode pembelajaran yang efektif karena melalui metode pembelajaran ini siswa tidak hanya sebagai pendengar tetapi juga aktif dalam proses pembelajaran. 2) Karakteristik Quantum Learning

  Dalam rangka pemantapan proses Quantum Learning perlu dipelajari karakteristik sebagai berikut : a) Pembelajaran Quantum berpangkal pada psikologi kognitif, bukan fisika quantum.

  b) Dalam Quantum lebih manusiawi individu menjadi pusat perhatiannya potensi diri, kemampuan berfikir, motivasi dan sebagainya diyakini dapat berkembang secara maksimal.

  c) Pembelajaran Quantum lebih bersifat konstruktif namun juga menekankanpentingnya peranan lingkungan pembelajaran yang efektif dan optimaldalam pencapaian tujuan pembelajaran.

  d) Pembelajaran Quantum mensinergikan faktor potensi individu dengan lingkungan fisik dan psikis dalam konteks pembelajaran. Dalam lingkungan pandangan Quantum, faktor lingkungan dan kemampuan keduanya sama-sama penting.

  e) Pembelajaran Quantum memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna, bukan sekedar transaksi makna.

  Dapat dikatakan bahwa interaksi telah menjadi kata kunci dan konsep sentral dalam pembelajaran Quantum. Karena itu, pembelajaran Quantum memberikan tekanan pada pentingnya interaksi, frekuensi dan akumulasi interaksi yang bermutu dan bermakna. Dalam kaitan inilah faktor komunikasi menjadi sangat penting dalam pembelajaran Quantum.

  f) Pembelajaran Quantum sangat menekan pada akselarasi pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi. Proses pembelajaran harus berlangsung cepat dengan keberhasilan tinggi. Jadi, segala sesuatu yang menghalangi harus dihilangkan pada satu sisi dan pada sisi lain segala sesuatu yang mendukung harus diciptakan dan dikelola sebaik-baiknya.

  g) Pembelajaran Quantum sangat menekankan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran, bukan keartifisialan atau keadaan yang dibuat-buat.

  h) Pembelajaran Quantum sangat menekankan kebermaknaan dan kebermutuan proses. i) Pembelajaran Quantum memiliki metode yang memadukan konteks dan isipembelajaran. j) Pembelajaran Quantum memusatkan perhatian pada pembentukan keterampilan akademis, keterampilan hidup, dan prestasi fisikal atau material. k) Pembelajaran Quantum menempatkan nilai dan kayakinan sebagai bagian penting proses pembelajaran. Misalnya, individu perlu memiliki keyakinan bahwa kesalahan atau kegagalan merupakan tanda telah belajar; kesalahan atau kegagalan bukan tanda bodoh atau akhir segalanya. l) Pembelajaran Quantum mengutamakan keberagaman dan kebebasan, bukan keseragaman dan ketertiban. m) Pembelajaran Quantum mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran.

  3) Prinsip-prinsip dalam Quantum Learning Menurut De Porter (2014: 36-37), Quantum Learning memiliki lima prinsip, yaitu: (1) segalanya berbicara, maksudnya adalah segala yang terjadi dalam lingkungan kelas semuanya menunjang pengiriman pesan pembelajaran, (2) segalanya bertujuan, bahwa semua yang terjadi mempunyai tujuan, (3) pengalaman sebelum pemberian nama, proses belajar yang paling baik terjadi ketika siswa telah mengalami informasi sebelum merekam memperoleh nama untuk apa yang mereka pelajari, (4) akui setiap usaha, digunakan sebagai prinsip karena belajar mengandung resiko, belajar berartimelangkah keluar dari kenyamanan, sehingga pada saat siswa mengambil langkah ini mereka pantas mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka, (5) jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan digunakan sebagai prinsip karena perayaan dapat menjadi sebuah motivasi bagi setiap pelajar dalam meningkatkan asosiasi emosi yang positif dalam belajar.

  4) Kerangka Metode Quantum Learning

  a) TANDUR sebagai Inti Quantum Learning TANDUR yang merupakan akronim dari: Tumbuhkan

  (Tumbuhkan minat dengan memuaskan), Alami (Ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua pelajar), Namai (Sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi, sebuah masukan), Demonstrasikan (Sediakan kesempatan bagi pelajar untuk “menunjukan bahwa mereka tahu”), Ulangi (Tunjukan pelajar cara-cara mengulang materi dan menegaskan “aku tahu bahwa aku tahu ini”), dan Rayakan (Pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan pemerolehan keterampilandan ilmu pengetahuan) (DePorter, 2014: 39-40).

  Dalam hal tersebut, diuraikan cara-cara efektif pelaksanaan

  Quantum Learning sebagai berikut:

  (1) Partisipasi dengan cara mengubah keadaan kelas dari yang biasa menjadi kelas yang menarik.

  (2) Memotivasi dan menumbuhkan minat dengan menerangkan kerangka rancangan yang dikenal dengan singkatan TANDUR (tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi, rayakan).

  (3) Membangun rasa kebersamaan. (4) Menumbuhkan dan mempertahankan daya ingat.

  (5) Merangsang daya dengar anak didik. Semua itu pada hakikatnya akan menempatkan guru dan murid pada jalur cepat menuju kesuksesan belajar.

  TANDUR merupakan inovasi baru dalam dunia pendidikan. Dengan menerapkan metode pembelajaran dalam proses pembelajaran, diharapkan guru dapat lebih kreatif dalam menyajikan pembelajaran sehingga siswa cenderung tidak akan merasa bosan dan emosi siswa dapat lebih terperhatikan. TANDUR singkatan dari tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi, dan rayakan. Pada setiap tahapan pembelajaran tersebut, siswa dikondisikan selalu berada dalam keadaan aktif sehingga tidak ada siswa yang tidak terlibat dalam pembelajaran. Pembelajaran TANDUR ini dilaksanakan dalam tiga seri pembelajaran dengan menggunakan keseluruhan tahap metode pembelajaran TANDUR.

  b) Konsep TANDUR sebagai Metode Pembelajaran Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu rencana mengajar yang memperlihatkan pola pembelajaran tertentu yang dalam pola tersebut dapat terlihat kegiatan guru- siswa, sumber belajar yang digunakan dalam mewujudkan kondisi atau sistem lingkungan yang menyebabkan terjadinya belajar pada siswa. De Porter (2014: 127-136) kerangka perencanaan metode pembelajaran TANDUR sebagai berikut:

  (1) Tumbuhkan Mengapa merupakan penyertaan menciptakan jalinan dan kepemilikan bersama atau kemampuan saling memahami. Penyertaan akan memanfaatkan pengalaman mereka, mencari tanggapan “Yes!” dan mendapatkan komitmen untuk menjelajah. Pertanyaan tuntunan adalah hal apa yang mereka pahami? Apa yang mereka setujui? Apakah manfaat bagi mereka (AMBAK)? Pada apa mereka berkomitmen? Strategi adalah sertakan pertanyaan, pantomim, lakon pendek, dan lucu, drama, vidio, cerita. Mengatur hasil yang akan menciptakan AMBAK dan minat belajar. Guru dapat melakukan ini dengan mudah seraya menyertakan siswa sekaligus menyimpan kejutan dalam belajar. Mana yang lebih menarik? (a) Hari ini kita akan membaca cerita pendek mengenai seorang siswa di Jepang atau, (b) Di akhir jam pelajaran ini kita akan sudah berkelana ke suatu tempat bertemu dengan pemuda yang berani mirip dengan kalian dan belajar menghadapi tantangan dan rasa takut.

  (2) Alami Menurut DePorter (2014:130), ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua pelajar. Mengapa, unsur ini memberi pengalaman pada siswa dan memanfaatkan hasrat alami otak untuk menjelajah. Pengalaman membuat anda dapat mengajar “melalui pintu belakang” untuk memanfaatkan pengetahuan dan keingintahuan mereka. Pertanyaan tuntunan, cara apa yang terbaik agar siswa memahami informasi? Permainan atau kegiatan apa yang memanfaatkan pengetahuan yang sudah mereka miliki? Permainan dan kegiatan apa yang memfasilitasi kebutuhan untuk mengetahui mereka?.

  Strategi, gunakan jembatan keledai, permainan, dan simulasi. Perankan unsur-unsur pelajaran baru dalam bentuk sandiwara. Beri mereka tugas kelompok dan kegiatan yang mengaktifkan pengetahuan yang sudah mereka miliki. (3) Namai

  Mengapa, pengalaman memuaskan hasrat alami otak untuk memberikan identitas, mengurutkan dan mengidentifikasi. Penamaan dibangunatas dasar pengetahuan dan keingintahuan siswa. Penanaman ini adalah saatnya untuk mengerjakan konsep, keterampilan, mengurutkan dan mendevinisikan. Pertanyaan tuntunan, “Perbedaan” apa yang perlu dibuat belajar? Apa yang perlu ditambahkan dalam pengertian mereka? Strategi, kiat jitu, alat pikir apa yang berguna untuk mereka ketahui atau gunakan. Strategi, gunakan susunan gambar, warna, alat bantu, kertas tulis, dan poster dinding. Disini kita dapat memuaskan otak siswa, kita dapat membuat penasaran, penuh pertanyaan mengenai pengalaman mereka. (4) Demonstrasikan

  Mengapa, memberi siswa peluang untuk menerjemahkan dan menerapkan pengetahuan mereka kedalam pelajaran yang lain dan kedalam kehidupan mereka. Pertanyaan tuntunan, degan cara apa siswa memperagakan tingkat kecakapan mereka dengan pengetahuan yang baru ini?. Strategi, sandiwara, vidio, permainan, rap, lagu, penjabaran dalam grafik. (5) Ulangi

  Mengapa, pengulangan memperkuat kondisi saraf dan menumbuhkan rasa aku tahu bahwa aku tahu ini! Jadi, pengulangan harus dilakukan secara multimodalitas dan multi kecerdasan, lebih baik dalam konteks yang berbeda dengan alasannya. Pertanyaan tuntunan, cara apa yang terbaik bagi siswa untuk mengulang pelajaran ini?. Strategi, kesempatan bagi siswa untuk mengajarkan pengetahuan baru mereka kepada orang lain. Misal dengan menirukan orang terkenal seperti guru, tokoh. Pendemonstrasian dalam latihan keterampilan berbahasa itu dilakukan secara berulang-ulang.

  Pengulangan-pengulangan tindakan berbentuk pengungkapkan bahasa baik lisan maupun tertulis disertai gerakan fisik. Hal tersebut lebih bermakna apabila di dalam aktivitas pengulangan itu disertai balikan. Jika pengulangan dilakukan oleh guru, balikan dilakukan dengan cara pengulangan guru ditanggapi oleh murid. Jika pengulangan dilakukan oleh murid, maka guru dan murid yang lain dapat memberikan tanggapan, begitu seterusnya hingga murid dapat memperoleh keterampilan berbahasa atau kapabilitas kemampuan psikomotor yang lebih baik dibanding sebelum dilaksanakan pembelajaran. (6) Rayakan

  Mengapa, perayaan memberi rasa senang dengan menghormati usaha, ketekunan, dan kesuksesan. Sekali lagi, jika layak dipelajari maka layak dirayakan. Pertanyaan tuntunan, untuk pelajaran ini cara apa yang sesuai untuk merayakannya? Bagaimana anda dapat mengetahui prestasi mereka?. Strategi, pujian, bernyanyi bersama, pamer pada pengunjung pesta kelas.

  5) Kelebihan Quantum Learning dalam Pembelajaran Menulis Eksposisi

  Sebagaimana yang telah dikemukakan di atas bahwa

  

Quantum Learning merupakan metode pembelajaran yang

  menekankan penataan dan desain ruang karena semua itu dinilai dapat mempengaruhi peserta didik dalam menerima, menyerap, dan mengolah informasi. Akan tetapi, dalam kaitan pengajaran umumnya di ruang-ruang pendidikan di Indonesia, sebaiknya tidak hanya memperhatikan pada penataan lingkungan formal dan terstruktur seperti: meja, kursi, tempat khusus, tempat belajar yang teratur, atau belajar di luar kelas.

  Namun, pemilihan media dan materi pembelajaran yang tepat dan menarik juga harus dimanfaatkan dan diperhatikan guru sehingga suasana menyenangkan dalam pembelajaran dapat diciptakan. Menyenangkan dalam hal belajar pada dasarnya dapat dilihat dari (1) tidak tertekan, (2) bebas berpendapat (3) tidak ngantuk (4) bebas mencari objek (5) tidak jemu (6) berani berpendapat (7) belajar sambil bermain (8) banyak ide (9) santai tapi serius (serius tapi santai); (10) dapat berkomunikasi dengan orang lain (11) tidak merasa canggung (12) belajar di alam bebas dan (13) tidak takut. Pelaksanaan pembelajaran menulis eksposisi masih terdapat kendala atau masalah. Oleh karenanya, diperlukan penerapan metode pembelajaran yang sesuai. Beberapa permasalahan yang ada dalam pembelajaran menulis eksposisi yakni kebanyakan siswa menganggap bahwa menulis eksposisi itu sulit dan minat siswa terhadap menulis masih kurang, sehingga siswa kurang menyenangi dengan pembelajaran menulis dan yang paling terlihat adalah siswa kurang bersemangat dan cenderung bosan dengan metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru.