BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Nurhayati Murniyati BAB I

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan jiwa merupakan hal yang dibutuhkan oleh setiap orang untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan terbebas dari gangguan jiwa. Kesehatan jiwa adalah keadaan sejahtera ditandai dengan keadaan bahagia, keseimbangan, merasa puas, pencapaian diri dan optimis (Stuart & Laraia, 2007). Kesehatan Jiwa adalah bagian internal dari upaya kesehatan yang bertujuan

  menciptakan perkembangan jiwa yang sehat secra optimal baik intelektual maupun emosional (Kusumawati & Hartono, 2011). WHO tahun 2010 mendefinisikan kesehatan jiwa sebagai suatu kondisi sejahtera dimana individu menyadari kemampuan yang dimilikinya, dapat mengatasi stess dalam kehidupanya, dapat bekerja secara produktif, dan mempunyai konstribusi dalam kehidupan masyarakat. Departemen kesehatan (2003) mendefinisikan kesehatan jiwa sebagai suatu kondisi mental yang sejahtera yang memungkinkan hidup harmonis dan produktif, sebagai bagian dari kualitas hidup seseorang dengan memperhatikan semua segi kehidupannya.

  Masalah kesehatan jiwa menurut Yosep (2011), mempunyai lingkup yang sangat luas dan kompleks serta saling berhubungan satu dengan lainnya. Apabila individu tidak mampu mempertahankan keseimbangan atau mempertahankan kondisi mental yang sejahtera, maka individu tersebut akan mengalami gangguan, Standar pengukuran untuk kebutuhan kesehatan global secara tradisional adalah angka kematian akibat penyakit. Ini telah menyebabkan

  1 gangguan mental seolah

  • – olah bukan masalah. Dengan adanya indikator baru, yaitu DALY (Disabilitty Adjusted Life year) diketahui bahwa gangguan mental psikiatrik merupakan masalah utama secara internasional (Yosep, 2011)

  Salah satu gangguan jiwa yang berat adalah skizofrenia. Skizofrenia merupakan sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi area fungsi individu, termasuk fungsi berfikir dan komunikasi, menerima dan menginterprestasikan, realitas, merasakan dan menunjukan emosi dan berperilaku yang dapat diterima secara rasional (Stuart & Laraia, 2005). Apabila orang sudah mengalami skizofrenia berarti kesehatan jiwanya terganggu, padahal kesehatan jiwa adalah salah satu unsur kehidupan yang terpenting. Dalam masyarakat umum terdapat 0,2% - 0,8% penduduk yang mengalami skizofrenia. Gangguan kepribadian skizofrenia ini bisa terjadi pada hampir setiap tingkat usia : modus pada 30

  • – 35 tahun kurang lebih 10% terjadi pada golongan usia 20 tahun 65% pada rentang usia 20 - 40 tahun, dan 25% terjadi pada golongan usia di atas 40 tahun. Tidak terlalu besar, namun jumlah penderita skizofrenia di dunia terus bertambah. (Maramis, 2004).

  Perilaku yang sering muncul pada pasien skizofrenia menurut Stuart & Larai (2007): motivasi kurang (81%), isolasi sosial (72%), perilaku makan dan tidur buruk (72%), sukar menyelesaikan tugas (72%), sukar mengatur keuangan (72%), penampilan tidak rapi (64%), lupa melakukan sesuatu (64%), kurang perhatian pada orang lain (56%), sering bertengkar (47%), bicara pada diri sendiri (41%), dan tidak teratur makan obat (47%). Tanda gejala utama klien dengan episode depresi adalah sedih yang mendalam, berkurangnya energi dan menurunnya aktivitas gejala tambahan yang meliputi adalah harga diri rendah , kepercayaan diri kurang, rasa bersalah, pesimis, tidur terganggu, tidak nafsu makan menurut Maslam tahun 2003 (dalam Wiyati, 2010) Harga diri rendah merupakan komponen episode depresi mayor, dimana aktivitas merupakan bentuk hukuman atau punishment (Stuart & Laraia, 2005).

  Dari data yang diperoleh di RSUD (Rumah Sakit Umum Daerah) Banyumas periode 01 januari 2013 sampai dengan 30 juli 2013 harga diri rendah masuk dalam 10 besar diagnosa keperawatan ruang sadewa dan ruang bima yaitu sejumlah 37 pasien dalam periode tersebut. Gangguan harga diri rendah akan terjadi jika kehilangan kasih sayang, perlakuan orang lain yang mengancam, dan hubungan interpersonal yang buruk. Tingkat harga diri seseorang berada dalam rentang tingi sampai rendah. Individu yang memiliki harga diri tinggi menghadapi linkungan secara aktif dan mampu berinteraksi secara efektif untuk merunbah serta cenderung merasa aman. Individu yang memiliki harga diri rendah melihat lingkungan dengan cara negatif dan menganggap sebagai ancaman. (Yosep, 2011)

  Pasien gangguan mental harga diri rendah seringkali diasingkan di linkungan, terbuang dari keluarga, dan mendapat perlakuan fisik yang kurang manusiawi sehingga upaya

  • – upaya dalam memodifikasi linkungan menjadi sangat penting (Stuart, 2007). Hasil penelitian menunjukan bahwa suasana lingkungan yang lebih dikenal dan menyenakan bagi pasien akan berpengaruh pada peningkatan kemampuan adaptasi pasien dirumah sakit. Penelitian Suryani (1999) di RSHS (Rumah Sakit Hasan Sadikin) menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang kuat antara terapi lingkungan dengan kemampuan adaptasi selama perawatan dan mempermudah upaya perawatan dirumah sakit. Penelitian
tersebut menunjukan bahwa linkungan yang dimodifikasi dengan prinsip terapeutik (terapi lingkungan) menyebabkan rata

  • – rata hari perawatan menjadi menurun, Lingkungan merupakan kondisi dimana berpengaruh besar terhadap proses penyembuhan terutama pada pasien gangguan jiwa. Terapi linkungan merupakan suatu tindakan penyembuhan pasien dengan gangguan jiwa melalui manipulasi dan modifikasi unsur yang ada di linkungan dan berpengaruh terhadap proses penyembuhan (Yosep, 2011).

B. Rumusan masalah

  Dari data yang diperoleh di RSUD (Rumah Sakit Umum Daerah) Banyumas periode 01 januari 2013 sampai dengan 30 juli 2013 harga diri rendah masuk dalam 10 besar diagnosa keperawatan ruang sadewa dan ruang bima yaitu sejumlah 37 pasien. Pasien gangguan mental harga diri rendah seringkali diasingkan di linkungan, terbuang dari keluarga, dan mendapat perlakuan fisik yang kurang manusiawi sehingga upaya

  • – upaya dalam memodifikasi linkungan menjadi sangat penting. Terapi linkungan merupakan suatu tindakan penyembuhan pasien dengan gangguan jiwa melalui manipulasi dan modifikasi unsur yang ada di linkungan dan berpengaruh terhadap proses penyembuhan.

  Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka dapat dirumuskan masalah :

  “Bagaimana pengaruh terapi lingkungan : berkebun terhadap peningkatkan harga diri pasien harga diri rendah di RSUD Banyumas ”.

  C. Tujuan Penelitian

  1. Tujuan umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh terapi lingkungan berkebun terhadap peningkatkan harga diri pasien harga diri rendah di RSUD Banyumas.

  2. Tujuan khusus

  a) Mengidentifikasi karakteristik pasien harga diri rendah di RSUD Banyumas

  b) Mengidentifikasi harga diri pasien harga diri rendah sebelum dilakukan terapi lingkungan di RSUD Banyumas c) Mengidentifikasi harga diri pasien harga diri rendah sesudah dilakukan terapi lingkungan di RSUD Banyumas.

  d) Mengidentifikasi harga diri pasien sebelum dan sesudah dilakukan terapi lingkungan di RSUD Banyumas.

  D. Manfaat penelitian 1. Manfaat penelitian ini adalah :

  a) Bagi peneliti Hasil Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti, dan dapat mengaplikasikan teori-teori yang didapat selama perkuliahan dalam keperawatan komunitas.

  b) Bagi Responden Peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi responden untuk dapat meningkatkan harga diri. c) Bagi Instalansi Terkait Hasil Penelitian ini diharapkan dapat di jadikan masukan dan informasi tambahan sebagai bahan referensi untuk penelitian keperawatan yang akan datang dalam ruang lingkup yang sama.

E. Penelitian Terkait

  1. Penelitian terkait dengan penelitian ini telah dilakukan oleh (Mubin, 2009) dengan judul

  “Penerapan Terapi spesialis Keperawatan Jiwa: Terapi Kognitif Pada Harga Diri Rendah di RW 09, 11 dan 13 Kelurahan Bubulak Bogor”. Metode yang digunakan kuasi eksperimen dengan rancangan time series design pada populasi RW 09, 11 dan 13 dengan total sampel 11 pasien.

  Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan cara sampling Jenuh yaitu cara pengambilan sampel dengan mengambil semua anggota populasi menjadi sampel diperoleh adalah pemberian terapi kognitif sangat efektif pada 11 pasien harga diri rendah terutama pada harga diri rendah situasional. pasien harga diri rendah yang mendapat terapi kognitif menunjukan peningkatan dalam rasa percaya dirinya dan hidup produktif. Berdasarkan analisis sfalisilk didapat pengaruh signifikan sebelum dan sesudah dilakukan terapi kognitif (pv. A.001) Berdasarkan hasil ini per1u direkomendasikan bahwa terapi kognitif untuk dapat dijadikan standard terapi spesialis keperawatan jiwa dan disosialisasikan pada seluruh pelayanan kesehatan: rumah sakit maupun pusat kesehatan masyarakat.

  Penelitian yang akan saya lakukan yaitu pengaruh terapi lingkungan pada pasien harga diri rendah terhadap peningkatkan harga diri. Metode yang digunakan adalah kuantitatif dengan desain pre- experimental design (desain pra eksperimental), populasi dalam penelitian ini dengan sampel sebanyak 20 responden, penarikan sampel dengan simple random sampling, instrumen pengumpulan datanya menggunakan observasi dan kueisioner. Analisa data dalam penelitia menggunakan t test.

  2. Penelitian terkait dengan penelitian ini telah dilakukan oleh G. Richmond Mancil (2009) ” Milieu Therapy as a Communication Intervention: A Review

  of the Literature Related to Children with Autism Spectrum Disorder

  “ yaitu dari strategi lingkungan yang digunakan , penelitian tim melaporkan temuan yang sama , bahwa mereka semua berhasil dalam mengajar anak-anak dengan kemampuan komunikasi ASD terlepas dari kombinasi teknik yang digunakan. Selanjutnya, Sebagian besar anak-anak dengan ASD berpartisipasi dalam studi ini untuk komunikasi yang diterapkan dalam keterampilan. Keberhasilan Terapi Lingkungan ditunjukkan untuk peningkatan keterampilan komunikasi yang di targetkan untuk semua 34 peserta.

  Persamaan dengan penelitian yang akan saya lakukan terletak pada penerapan terapinya yaitu sama

  • – sama menggunakan terapi lingkungan (Milieu Therapy), perbedaan dengan penelitian yang akan saya lakukan yaitu pada sampelnya, dalam penelitiian yang akan saya lakukan sampelnya orang dewasa dengan harga diri rendah sedangkan G. Richmond Mancil – menggunakan sampel anak anak yang terkena autis.