Capres yang Layak Dipilih.

Pikiran Rakyat

h::'~~

o Selasa o Rabu o Kamis o Jumat o Sabtu o Minggu

2
18

3

4

19

UPeb

5
20

UMar


a>

21

UApr

7
27

8
Z3

UMe;

9

LJJuII

14

10
11
12
13
15
30
25
26
27
28
29

.

24

Jill

U


Ags

U

Scp

UOkt

UNov

UDes

Capres yang Layak Dipilih
Oleh SAIWUGYO IBNl' REDJO
lAP AKAH yang layak
dipilih pada pilpres
mendatang? Jawabannya tentu sangat bergantung
pada Anda, karena pilpres
bersifat langsung, umum, bebas, dan rahasia. Tidak ada se. orang pun yang berhak dan dapat memaksakan pilihannya
kepada Anda.

Secara akademis, pilpres dapat diartikan sebagai "... the occasions when citizens choose
their officials and decide what
they want the government to
do in making these decisions,
citizens detep1ine what rights
they want to have and keep."
Jadi, pilpres merupakan kesempatan bagi rakyat untuk
memilih pejabat-pejabat pemerintah dan memutuskan apa
yang mereka ingin untuk dikerjakan pemerintah dan apa yang
ingin ia lakukan.
Hal ini menunjukkan, pilpres
merupakan sarana untuk menentukan pejabat pemerintahan yang akan membuat kebijakan yang berdampak pada.
kebaikan ataupun keburukan
terhadap kehidupan rakyat. Pilpres juga berfungsi sebagai
sarana penghubung
antara
prinsip kedaulatan rakyat dan
penyelenggaraan pemerintahan
oleh sejumlah elite. Di samping
itu, pilpres juga menjadi sarana

rakyat untuk menyalurkan hakhak politiknya, sehingga rakyat
tidak merasa diperdaya tatkala
ia memilih presidennya.
L-~mbelajaran
da~en~e-

S

--Kliping

nalan kandidat menjadi hal
yang sangat esensial untuk
rakyat agar mengetahui bahwa
mereka bukanlah hanya dijadikan sebagai objek dari para
pelaku politik. Di sinilah pentingnya rakyat mengenal calon
presidennya yang ditawarkan
oleh kandidat individu maupun
koalisi partai politik. Selain itu,
pilpres pada dasarnya merupakan puncak dari seluruh kineIja tim sukses dan partai politik. KineIja tim sukses dan kineIja partai politik yang telah dilaksanakan selama masa tenggat antarplIpres, seperti pendidikan politik, komunikasi
politik, ataupun sosialisasi politik, tingkat keberhasilannya

akan diuji pada pilpres. Tim
sukses dan partai politik tidak
perlu joIjoran
melakukan
manuver-manuver politik yang
justru membingungkan rakyat.
Rakyat ten~ya sudah menilai

_

Humos

Unpod

kinerja kandidat selama ini.
Dengan kondisi demikian,
sangat wajar jika dalam menghadapi pilpres, partai-partai
politik memunculkan kandidatkandidat yang populer serta
memiliki kekayaan material.
Hal itu dimaksudkan agar rakyat tidak bertanya-tanya tentang calon presidennya, janji

yang diumbar, keberhasilan
masa lalu, dan harapan yang
dijanjikan di masa yang akan
datang. Visi misi yang meninabobokan rakyat merupakan
jualan untuk memengaruhi pilihan rakyat, sehingga seluruhnya penuh dengan bunga-bunga dan pamer kekuatan dan
kekayaan. Sementara rakyat
dan kader-kader tidak dicerahkan dalam menghadapi
kompetisi politik. Rakyat tidak
diajak berpikir dewasa dalam
menentukan presidennya karena ruang-ruang kritik tidak
dibuka dan rakyat dipaksa
memakai
kacamata
kuda
dalam menentukan
pilihan
politiknya.
Sewajarnya apabila saya kemudian mengajak rakyat bahwa dalam menentukan pilihan
politiknya rakyat harns memahami persis beberapa syarat
teoretis.

Pertama,
latar belakang
sosial. Dalam berbagai pen elitian, terlihat adanya konsistensi tingkah laku elite yang lilhir
atau dibesarkan di kalangan
keluarga atau kelompok liberal,
akan
cenderung
bersikap
demokratis, demikian juga sebaliknya. Hal ini menunjukkan,
latar belakang berpengaruh ter---hadap pola keIja
--- kandidat pre-

-

2009

siden.
Kedua, sosialisasi politik
yang diterima seseorang, secara
sangat meyakinkan terbukti

membentuk
persepsi politiknya. Konteks ini menggambarkan, sikap politik seorang
kandidat ikut ditentukan oleh
masa-masa pengenalan politiknya.
Ketiga, pengalaman politik.
Faktor ini menunjuk kepada
aktivitas atau pengalaman politik seorang (calon) elite selama
ini. Hal ini menunjukkan, kejujuran dan perilaku politik kandidat dapat juga dilihat dari
pekerjaan yang selama ini dia
geluti.
Keempat, proses pemagangan. Faktor ini menunjuk langsung kepada proses "magang"
dari calon elite ke elite lain. Hal
ini perlu disadari bahwa pemimpin tidak dilahirkan melainkan dibentuk dan yang'
membentuk itu adalah individu
lain, baik melalui sosialisasi
maupun gaya pemikirannya.
Kelima, pekerjaan. Kandidat
presiden harus dilihat dari pengalaman kerjanya dalam lembaga forinal yang belum tentu
berhubungan dengan politik:
Ini menarik, sebab elite politik

sebenarnya tidak sekadar dinilai dari popularitas, namun
dinilai pula oleh faktor-faktor
kemampuan intelektual, rasa
percaya diri bahwa dirinya
penting, vitalitas kerja yang
digambarkan dengan kemampuan fisik, dan pengalaman
kerja.
Keenam, motivasi. Ini merupakan faktor yang paling penting, karena jelasnya motivasi

---

akan menunjukkan kemungkinan hasil kerjanya.
Ketujuh, sistem seleksi. Semakin terbuka pemilihan calon
yang dilakukan partai politik
maka diprediksi akan semakin
demokratis kandidat tersebut
dan sebaliknya semakin tertutup seleksi yang dilakukan akan
menghasilkan kandidat yang
tidak memiliki kepedulian
kepada rakyat.

Kedelapan, image. Hal ini
menggambarkan kemampuan
tingkat komunikasi kandidat,
sehingga orang mengenal kandidat melalui slogan yang dipasarkan dan yang mengena di
hati rakyat. Untuk mengetahui
catatan
kandidat
presiden
tersebut, memang1mkanlah hal
yang mudah, jika individu kandidat tidakjujur dan tidak terbuka maka pencerahan dan
pendidikan politik jangan terlalu berharap akan maksimal.
Untuk itu, diharapkan kandidat jujur dan terbuka dan kemudian
mengumumkannya
kepada publik. Rakyat pemilih
punya keterbatasan untuk dapat mengetahuinya dan bertanya-tanya siapa "dia" terkecuali
kandidat itu sendiri yang mengumumkannya,
ketidakdewasaan untuk mengumumkannya akan semakin banyak
orang yang tidak banyak
berharap dengan kandidat presiden akan menghasilkan perubahan berarti. Jika demikian
di manakah tanggung jawab
kandidat presiden dan partai
politik pendukungnya?***
Penulis,
Unpad.

---

dosen

FISIP

- - -