Keefektifan Pembelajaran Matematika dengan Model Pembelajaran Problem Solving pada Materi Pokok Segitiga Siswa SMP Kelas VII Semester Genap di SMP Muhammadiyah 1 Kudus.
ABSTRAK
Lestari, Ivana. 2008. Keefektifan Pembelajaran Matematika dengan Model
Pembelajaran Problem Solving pada Materi Pokok Segitiga Siswa SMP
Kelas VII Semester Genap di SMP Muhammadiyah 1 Kudus. Skripsi,
Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Drs. Supriyono, M.Si,
Pembimbing II: Drs. Wuryanto, M.Si.
Kemampuan pemecahan masalah merupakan salah satu bentuk kemampuan
berpikir tingkat tinggi. Belajar dengan model pembelajaran pemecahan masalah
(problem solving) akan mampu mengembangkan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan masalah-masalah serta mengambil keputusan secara obyektif dan
rasional. Di samping itu juga akan mampu mengembangkan kemampuan berpikir
kritis, logis, dan analitis.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah hasil belajar dalam
pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Problem Solving lebih
efektif dibandingkan dengan pembelajaran ekspositori, apakah terdapat motivasi
siswa dalam pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Problem
Solving, dan apakah diskusi siswa dalam pembelajaran matematika dengan model
pembelajaran Problem Solving dapat berjalan lancar.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP
Muhammadiyah 1 Kudus. Dipilih dua kelas secara cluster random sampling, yaitu
kelas VII D sebagai kelompok eksperimen dan kelas VII F sebagai kelompok
kontrol. Pada kelompok eksperimen diterapkan pembelajaran dengan model
pembelajaran Problem Solving sedangkan pada kelompok kontrol diterapkan
pembelajaran ekspositori.
Dari hasil penelitian diperoleh rata-rata pada kelompok eksperimen = 77,48.
Berdasarkan hasil perhitungan uji ketuntasan hasil belajar diperoleh thitung = 8,76
sedangkan nilai ttabel = 1,702. Karena thitung > ttabel, maka t berada pada daerah
penolakan H0, sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa kelompok
eksperimen telah mencapai ketuntasan belajar atau dengan kata lain penerapan
pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Problem Solving sudah
dikatakan berhasil sesuai dengan standar ketuntasan individual yang telah
ditentukan lebih dari 65. Dari hasil perhitungan uji perbedaan dua rata-rata
diperoleh ttabel = 2, 014. Aturan untuk menguji adalah tolak H0 jika thitung > ttabel.
Berdasarkan perhitungan, diperoleh thitung = 4,44 sehingga H0 ditolak, artinya ratarata hasil belajar matematika siswa kelompok eksperimen lebih baik dari rata-rata
hasil belajar matematika siswa kelompok kontrol.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar siswa dalam pembelajaran matematika dengan model pembelajaran
Problem Solving lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran ekspositori.
Terdapat peningkatan motivasi belajar pada siswa dalam pembelajaran
matematika dengan model pembelajaran Problem Solving. Diskusi siswa dalam
pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Problem Solving dapat
berjalan dengan lancar.
vii
Lestari, Ivana. 2008. Keefektifan Pembelajaran Matematika dengan Model
Pembelajaran Problem Solving pada Materi Pokok Segitiga Siswa SMP
Kelas VII Semester Genap di SMP Muhammadiyah 1 Kudus. Skripsi,
Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Drs. Supriyono, M.Si,
Pembimbing II: Drs. Wuryanto, M.Si.
Kemampuan pemecahan masalah merupakan salah satu bentuk kemampuan
berpikir tingkat tinggi. Belajar dengan model pembelajaran pemecahan masalah
(problem solving) akan mampu mengembangkan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan masalah-masalah serta mengambil keputusan secara obyektif dan
rasional. Di samping itu juga akan mampu mengembangkan kemampuan berpikir
kritis, logis, dan analitis.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah hasil belajar dalam
pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Problem Solving lebih
efektif dibandingkan dengan pembelajaran ekspositori, apakah terdapat motivasi
siswa dalam pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Problem
Solving, dan apakah diskusi siswa dalam pembelajaran matematika dengan model
pembelajaran Problem Solving dapat berjalan lancar.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP
Muhammadiyah 1 Kudus. Dipilih dua kelas secara cluster random sampling, yaitu
kelas VII D sebagai kelompok eksperimen dan kelas VII F sebagai kelompok
kontrol. Pada kelompok eksperimen diterapkan pembelajaran dengan model
pembelajaran Problem Solving sedangkan pada kelompok kontrol diterapkan
pembelajaran ekspositori.
Dari hasil penelitian diperoleh rata-rata pada kelompok eksperimen = 77,48.
Berdasarkan hasil perhitungan uji ketuntasan hasil belajar diperoleh thitung = 8,76
sedangkan nilai ttabel = 1,702. Karena thitung > ttabel, maka t berada pada daerah
penolakan H0, sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa kelompok
eksperimen telah mencapai ketuntasan belajar atau dengan kata lain penerapan
pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Problem Solving sudah
dikatakan berhasil sesuai dengan standar ketuntasan individual yang telah
ditentukan lebih dari 65. Dari hasil perhitungan uji perbedaan dua rata-rata
diperoleh ttabel = 2, 014. Aturan untuk menguji adalah tolak H0 jika thitung > ttabel.
Berdasarkan perhitungan, diperoleh thitung = 4,44 sehingga H0 ditolak, artinya ratarata hasil belajar matematika siswa kelompok eksperimen lebih baik dari rata-rata
hasil belajar matematika siswa kelompok kontrol.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar siswa dalam pembelajaran matematika dengan model pembelajaran
Problem Solving lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran ekspositori.
Terdapat peningkatan motivasi belajar pada siswa dalam pembelajaran
matematika dengan model pembelajaran Problem Solving. Diskusi siswa dalam
pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Problem Solving dapat
berjalan dengan lancar.
vii