Contoh Makalah PKn Pengertian Nasionalisme dan Patriotisme Bangsa Indonesia

Contoh Makalah Nasionalisme Bangsa Indonesia

Bab 1
Pendahuluan

1.1 Pendahuluan
Berbicara tentang nasionalisme Indonesia, perlu dicatat bahwa kita tidak
dapat menyepadankannya begitu saja dengan nasionalisme Barat. Nasionalisme
Indonesia adalah nasionalisme berfondasi Pancasila. Nasionalisme yang
bersenyawa dengan keadilan sosial, yang oleh Bung Karno disebut Socionasionalisme. Nasionalisme yang demikian ini menghendaki penghargaan,
penghormatan, toleransi kepada bangsa atau suku bangsa lain. Maka
nasionalisme Indonesia berbeda dengan nasionalisme Barat yang bisa menjurus
kepada sikap chauvinistik dan ethnonationalism (nasionalisme sempit) yang
membenci bangsa atau suku bangsa lain, menganggap bangsa atau suku bangsa
sendirilah yang paling bagus, paling unggul, sesuai dengan individualisme Barat.

Nasionalisme adalah sebuah ideologi yang tergolong paling mutakhir dalam
pemahaman politik nasional. Dalam puncak pencapaian ide politiknya akan

menghasilkan sebuah sistem politik nation state (negara bangsa) sebagai sebuah
entitas politik yang kuat di tengah-tengah lingkungan umat manusia di dunia

kehidupan ini.

Substansi nasionalisme Indonesia memiliki dua unsur. Pertama, kesadaran
mengenai persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang terdiri atas berbagai
suku, etnik, dan agama. Kedua, kesadaran bersama bangsa Indonesia dalam
menghapuskan segala bentuk pensubordinasian, penjajahan, dan penindasan dari
bumi Indonesia. Semangat dari dua substansi tersebutlah yang kemudian
tercermin dalam Sumpah Pemuda dan Proklamasi serta dalam Pembukaan UUD
1945.

Bab II
Pembahasan

2.1. Nasionalisme Yang Kita Perlukan
Karena kita sebagai bangsa merdeka tidak sudi didominasi oleh bangsa lain
setelah mengalami penjajahan selama 300 tahun, maka kita memerlukan
nasionalisme yang menimbulkan daya juang bagi seluruh bangsa untuk menolak
dominasi itu.
Bangsa yang ingin mendominasi kita menggunakan dalih HAM, demokrasi
dan perdagangan bebas yang menyejahterakan rakyat banyak. Itu semua adalah

semboyan yang amat menarik bagi rakyat pada umumnya dan khususnya para
pemuda. Memang semua orang ingin diperlakukan secara manusiawi, dapat
berperanserta dalam menentukan jalannya pemerintahan negaranya dan hidup
sejahtera lahir dan batin. Sebab itu kaum muda, terutama yang terpelajar, mudah
tersilau oleh ajakan bangsa itu. Akan tetapi dalam kenyataan bangsa yang
mengikuti kehendaknya jauh dari pasti dapat mencapai keadaan yang bagus itu.
Contoh paling baru adalah perkembangan Amerika Latin. Sejak akhir tahun 1980an negara-negara Amerika Latin, kecuali Cuba, dipuji-puji oleh dunia Barat pada

umumnya mengenai usahanya membangun demokrasi, ekonomi liberal dan
penegakan HAM. Amerika Serikat dan dunia Barat memberikan bantuan yang
besar, termasuk dalam ekonomi melalui IMF dan Bank Dunia. Akan tetapi pada
tahun 2000 terbukti bahwa usaha itu menemui kegagalan di hampir semua negara
Amerika Latin, termasuk di Argentina dan Mexiko yang dipimpin oleh orang-orang
yang dijagokan oleh AS.
Sebagaimana dilaporkan oleh Anthony Faiola (Washington Post, 13 Maret
2000) korupsi dan salah urus makin merajalela sehingga rakyat yang justru
menjadi korban. Akibatnya adalah bahwa timbul kekurangpercayaan rakyat
terhadap proses demokrasi dan para pemimpinnya. Dalam penggantian
kepemimpinan itu ada kecenderungan bahwa rakyat tidak menolak pemimpin
otoriter asalkan dapat mewujudkan kehidupan yang lebih baik bagi mereka.

Dengan begitu justru demokrasi menghadapi bahaya. Ini merupakan pelajaran
berharga bagi kita yang makin memperkuat perlunya nasionalisme. Dan
nasionalisme yang kita perlukan itu harus berorientasi peda kepentingan rakyat
banyak. Sebab itu nasionalisme harus sama kuat mengarah ke luar maupun ke
dalam. Karena nasionalisme harus menimbulkan daya juang rakyat, maka kondisi
negara dan bangsa harus sesuai dengan keinginan rakyat. Tanpa itu rakyat tidak
akan bergairah untuk menghadapi pihak lain yang hendak mendominasinya.

Kita harus dapat mewujudkan di negara kita bahwa rakyat dapat
menjalankan kedaulatannya melalui satu sistem demokrasi yang kita setujui
bersama. Kita harus membuktikan bahwa hukum berkuasa dan setiap pelanggaran
mendapat ganjaran yang setimpal. Terutama harus dirasakan oleh rakyat bahwa
semua orang diperlakukan secara manusiawi tanpa memandang golongan dan
daerah asal, gender, agama atau ras. Kesejahteraan rakyat harus terus
ditingkatkan. Meskipun mungkin belum sekali gus dapat mencapai tingkat yang
sama dengan bangsa tetangga, namun rakyat harus merasakan bahwa ada usaha
yang nyata dan terarah untuk meningkatkan kesejahteraannya. Setiap daerah di
Indonesia memperoleh otonomi untuk mengurus dirinya sendiri. Ini tidak terbatas
pada Kabupaten atau Daerah tingkat 2, tetapi juga Provinsi atau Daerah tingkat 1.
Dengan begitu setiap daerah merasa diperlakukan secara adil dan akan lebih

tertarik untuk tetap berada sebagai bagian dari Republik Indonesia. Di masa kini
dan masa depan adalah lebih menguntungkan menjadi bagian dari satu kesatuan
politik yang besar. Perlu disadari pula bahwa kalau ada daerah memisahkan diri
dari RI maka sebagai satu negara kecil ia lebih mudah menjadi sasaran dominasi
bangsa lain. Sebagai negara yang relatif besar Indonesia akan lebih mampu
menghadapi usaha dominasi pihak lain.

Dengan kondisi dalam negeri yang memberikan kepuasan kepada rakyat
banyak sebagai modal, kita menghadapi dunia internasional. Nasionalisme masa
kini dilandasi kerjasama antar bangsa untuk kepentingan bersama dengan saling
menghargai dan menghormati. Untuk itu Indonesia harus sanggup menghasilkan
prestasi dalam segala bidang yang tidak kalah dari bangsa lain khususnya
tetangganya. Setiap warganegara Indonesia selalu berusaha menghasilkan yang
terbaik sehingga meningkatkan hargadiri bangsa dan membuat pihak lain
menghargai Indonesia. Hanya dengan begitu tercipta kemitraan atau partnership
yang seimbang antara Indonesia dengan bangsa-bangsa lain. Atas dasar itu
Indonesia senantiasa bersikap bersahabat terhadap semua bangsa di dunia. Juga
terhadap bangsa yang dicurigai mempunyai ambisi buruk terhadap Indonesia. Hal
ini selain menjadi konsekuensi kondisi umat manusia dewasa ini juga dilandasi
keyakinan bahwa nasionalisme kita harus menunjukkan moralitas tinggi. Umat

manusia sekarang adalah umat manusia yang makin menyadari pentingnya
spiritualitas dan moralitas. Bahkan faktor ini yang merupakan pendorong bagi
perjuangan nasionalisme kita.

ALASAN SIKAP NASIONALISME BARU
Dalam Abad ke 20 telah terjadi banyak penemuan baru yang membuka
pikiran manusia terhadap kebenaran yang lebih unggul. Satu penemuan yang
amat penting adalah yang terjadi dalam Ilmu Fisika. Mula-mula adalah Einstein
yang menemukan bahwa ruang dan waktu bukanlah absolut tetapi relatif dan
tidak dapat dipisahkan satu dari yang lain. Penemuan ini sudah mulai
menggoyahkan pendapat lama yang dihasilkan Isaac Newton dan Rene Descartes
yang menyatakan bahwa segala sesuatu di alam ini adalah pasti. Pada 25 tahun
kemudian para pakar Fisika, antara lain Niels Bohr dan Heisenberg, membuat
penemuan yang amat penting tentang kenyataan alam di dalam atom atau
subatom. Inilah yang membuahkan Fisika Quantum dan Teori Quantum yang amat
revolusioner dilihat dari keadaan sebelumnya.
Dalam Fisika Newton dan Descartes serta Galileo Galilei yang berlaku sejak
Abad ke 16, dianggap bahwa atom itu satuan yang utuh-solid tidak terbagi-bagi.
Dan satuan ini yang menentukan bagaimana keseluruhan berkembang. Filsafah
yang dikembangkan Descartes atas dasar penemuan fisika itu menimbulkan

pandangan dan sikap hidup yang mekanistik dan deterministik. Dunia dan
manusia disamakan dengan mesin yang dapat direduksi hingga bagian kecil.

Segala sesuatu bersifat lineair dan seakan-akan semua dapat diprediksi asalkan
faktor-faktor terpenuhi. Tidak mustahil bahwa filsafah itu berpengaruh kepada
John Locke dalam membangun pandangan sosialnya. Itulah yang menghasilkan
pandangan individualisme dan materialisme yang berkembang luas di dunia Barat
dalam abad ke 16 dan seterusnya. Memang sikap dan pandangan hdiup itu telah
membawa kemajuan besar kepada peradaban Barat berupa perkembangan
materiil, khususnya ekonomi dan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Bersama itu juga berkembang politik dan kekuatan militer. Tetapi di pihak lain
juga berkembang sikap untuk dominasi dan supremasi terhadap pihak lain.
Bahkan manusia diajar untuk menguasai Alam dan menggunakannya seluasluasnya. Terjadilah kapitalisme dan imperialisme yang di dalam dunia Barat sendiri
menimbulkan kesengsaraan kaum buruh dan petani, sedangkan di luar dunia
Barat mengakibatkan penderitaan dan pemusnahan rakyat dalam kungkungan
kolonialisme. Timbullah sosialisme dan komunisme sebagai reaksi dan perlawanan
kaum buruh di dunia Barat terhadap kapitalisme. Maka dapat dikatakan bahwa
sosialisme dan komunisme bersumber dari sikap dan pandangan yang sama
dengan kapitalisme, yaitu sikap dan pandangan hidup yang mekanistik-


deterministik dan materialistik. Di satu pihak memang dunia makin maju dilihat
dari sudut materie, tetapi dilihat dari sudut lain juga makin rusak dan sengsara
karena manusia dan alam dieksploitasi tanpa batas. Inilah sumber berbagai krisis
yang terjadi dalam Abad ke 20, termasuk di dunia Barat sendiri.

Namun kemudian Ilmu Fisika berkembang terus. Terjadi penemuan Fisika
Quantum yang membuktikan bahwa atom bukan sesuatu yang utuh dan keras.
Ternyata dalam atom ada ruang yang luas dan di dalamnya banyak partikel yang
dinamakan electron bergerak mengitari nucleus atau inti. Dalam nucleus terdapat
partikel proton dan neutron. Partikel-partikel itu semua tidak ada yang utuh atau
solid, melainkan mempunyai dua wujud tergantung bagaimana kita melihatnya.
Dapat berwujud partikel tetapi juga berwujud gelombang. Yang paling penting
dalam penemuan baru adalah bahwa partikel atau gelombang itu hanya
mempunyai makna dalam interelasi yang terjadi antara partikel. Sebagai dirinya
sendiri masing-masing partikel tidak mempunyai makna. Kesimpulannya adalah
bahwa partkel subatom bukan “sesuatu”, melainkan keterikatan antara “sesuatu”.
Karena manusia dan semua yang terdapat dalam alam sekitarnya, termasuk benda
yang tercipta, terwujud dari atom-atom yang membentuk molekul dan lebih


besar, maka dapat dikatakan bahwa kehidupan pada dasarnya adalah keterikatan,
interelasi dan hubungan antara satu bagian dengan yang lain. Berdasarkan itu
dapat dikatakan bahwa Alam Semesta adalah satu, terdiri dari bagian-bagian yang
terikat satu sama lain. Dan tidak ada yang bersifat absolut serta pasti, melainkan
semuanya adalah relatif dan probabilistik.

Berdasarkan pandangan itu dominasi dan supremasi bukanlah hal yang
merupakan kebenaran yang timbul dari Alam kita. Ajaran agar Manusia menguasai
Alam bukan hal yang benar, sedang yang benar adalah bahwa Manusia hidup
bersama Alam dalam keterikatan harmonis. Demikian pula dominasi oleh satu
bagian umat manusia atas yang lain adalah bertentangan dengan kehendak alam.
Sebab itu nasionalisme yang kita perlu kembangkan bukan pula nasionalisme yang
berusaha mendominasi pihak lain. Nasionalisme yang kita perlukan adalah
nasionalisme yang di satu pihak melawan supremasi dan dominasi, sedangkan di
pihak lain adalah usaha untuk membawa keterikatan dan hubungan satu sama
lain. Selama masih ada usaha untuk dominasi dan supremasi, nasionalisme
diperlukan untuk menjaga agar kehidupan umat manusia selaras satu sama lain
dan dengan Alam Semesta. Karena Alam Semesta adalah milik dan buatan Tuhan

Yang Maha Esa, maka di sini terletak unsur spiritual nasionalisme yang kita

perlukan. Sebab dalam segala kehidupan yang bersifat relatif dan tidak pasti itu
hanya ada satu yang bersifat absolut dan pasti, yaitu Tuhan Yang Maha Esa.

Maka kalau kita kembali kepada pertanyaan: Apa Nasionalisme Masa Kini?
Jawabannya adalah: Nasionalisme kita adalah keterikatan dan interelasi antara
bagian-bagian bangsa Indonesia yang terjadi secara dinamis untuk mewujudkan
kehidupan yang harmonis dalam Alam Semesta dan menghasilkan kesejahteraan
dan kebahagiaan lahir batin yang hakiki. Dan kalau kita dalami lagi maka ini pula
kehendak dari Dasar Negara Panca Sila.
teknologi informasi dan komunikasi adalah faktor pendukung utama dalam
globalisasi. Dewasa ini, perkembangan teknologi begitu cepat sehingga segala
informasi dengan berbagai bentuk dan kepentingan dapat tersebar luas ke seluruh
dunia. Oleh karena itu globalisasi tidak dapat kita hindari kehadirannya.

Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan suatu
negara termasuk Indonesia. Pengaruh tersebut meliputi dua sisi yaitu pengaruh

positif dan pengaruh negatif. Pengaruh globalisasi di berbagai bidang kehidupan
seperti kehidupan politik, ekonomi, ideologi, sosial budaya dan lain- lain akan
mempengaruhi nilai- nilai nasionalisme terhadap bangsa.


• Pengaruh positif globalisasi terhadap nilai- nilai nasionalisme
1. Dilihat dari globalisasi politik, pemerintahan dijalankan secara terbuka dan
demokratis. Karena pemerintahan adalah bagian dari suatu negara, jika
pemerintahan djalankan secara jujur, bersih dan dinamis tentunya akan
mendapat tanggapan positif dari rakyat. Tanggapan positif tersebut berupa
rasa nasionalisme terhadap negara menjadi meningkat.
2. Dari aspek globalisasi ekonomi, terbukanya pasar

internasional,

meningkatkan kesempatan kerja dan meningkatkan devisa negara. Dengan
adanya hal tersebut akan meningkatkan kehidupan ekonomi bangsa yang
menunjang kehidupan nasional bangsa.
3. Dari globalisasi sosial budaya kita dapat meniru pola berpikir yang baik
seperti etos kerja yang tinggi dan disiplin dan Iptek dari bangsa lain yang
sudah maju untuk meningkatkan kemajuan bangsa yang pada akhirnya
memajukan bangsa dan akan mempertebal rasa nasionalisme kita terhadap
bangsa.


• Pengaruh negatif globalisasi terhadap nilai- nilai nasionalisme
1. Globalisasi mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa liberalisme
dapat membawa kemajuan dan kemakmuran. Sehingga tidak menutup
kemungkinan berubah arah dari ideologi Pancasila ke ideologi liberalisme.
Jika hal tesebut terjadi akibatnya rasa nasionalisme bangsa akan hilang
2. Dari globalisasi aspek ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam
negeri karena banyaknya produk luar negeri (seperti Mc Donald, Coca Cola,
Pizza Hut,dll.) membanjiri di Indonesia. Dengan hilangnya rasa cinta
terhadap produk dalam negeri menunjukan gejala berkurangnya rasa
nasionalisme masyarakat kita terhadap bangsa Indonesia.
3. Mayarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas diri
sebagai bangsa Indonesia, karena gaya hidupnya cenderung meniru budaya
barat yang oleh masyarakat dunia dianggap sebagai kiblat.
4. Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya dan
miskin, karena adanya persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi. Hal
tersebut dapat menimbulkan pertentangan antara yang kaya dan miskin
yang dapat mengganggu kehidupan nasional bangsa.

5. Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian
antarperilaku sesama warga. Dengan adanya individualisme maka orang
tidak akan peduli dengan kehidupan bangsa.

Pengaruh-pengaruh di atas memang tidak secara langsung berpengaruh
terhadap nasionalisme. Akan tetapi secara keseluruhan dapat menimbulkan rasa
nasionalisme terhadap bangsa menjadi berkurang atau hilang. Sebab globalisasi
mampu membuka cakrawala masyarakat secara global. Apa yang di luar negeri
dianggap baik memberi aspirasi kepada masyarakat kita untuk diterapkan di
negara kita. Jika terjadi maka akan menimbulkan dilematis. Bila dipenuhi belum
tentu sesuai di Indonesia. Bila tidak dipenuhi akan dianggap tidak aspiratif dan
dapat bertindak anarkis sehingga mengganggu stabilitas nasional, ketahanan
nasional bahkan persatuan dan kesatuan bangsa.

• Pengaruh Globalisasi Terhadap Nilai Nasionalisme di Kalangan Generasi Muda
Arus globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam masyarakat terutama di
kalangan muda. Pengaruh globalisasi terhadap anak muda juga begitu kuat.

Pengaruh globalisasi tersebut telah membuat banyak anak muda kita kehilangan
kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan gejalagejala yang muncul dalam kehidupan sehari- hari anak muda sekarang.

Dari cara berpakaian banyak remaja- remaja kita yang berdandan seperti
selebritis yang cenderung ke budaya Barat. Mereka menggunakan pakaian yang
minim bahan yang memperlihatkan bagian tubuh yang seharusnya tidak kelihatan.
Pada hal cara berpakaian tersebut jelas- jelas tidak sesuai dengan kebudayaan
kita. Tak ketinggalan gaya rambut mereka dicat beraneka warna. Pendek kata
orang lebih suka jika menjadi orang lain dengan cara menutupi identitasnya. Tidak
banyak remaja yang mau melestarikan budaya bangsa dengan mengenakan
pakaian
yang sopan sesuai dengan kepribadian bangsa.

Teknologi internet merupakan teknologi yang memberikan informasi tanpa
batas dan dapat diakses oleh siapa saja. Apa lagi bagi anak muda internet sudah
menjadi santapan mereka sehari- hari. Jika digunakan secara semestinya tentu kita

memperoleh manfaat yang berguna. Tetapi jika tidak, kita akan mendapat
kerugian. Dan sekarang ini, banyak pelajar dan mahasiswa yang menggunakan
tidak semestinya. Misal untuk membuka situs-situs porno. Bukan hanya internet
saja, ada lagi pegangan wajib mereka yaitu handphone. Rasa sosial terhadap
masyarakat menjadi tidak ada karena mereka lebih memilih sibuk dengan
menggunakan handphone.
Dilihat dari sikap, banyak anak muda yang tingkah lakunya tidak kenal sopan
santun dan cenderung cuek tidak ada rasa peduli terhadap lingkungan. Karena
globalisasi menganut kebebasan dan keterbukaan sehingga mereka bertindak
sesuka hati mereka. Contoh riilnya adanya geng motor anak muda yang
melakukan tindakan kekerasan yang menganggu ketentraman dan kenyamanan
masyarakat.

Jika pengaruh-pengaruh di atas dibiarkan, mau apa jadinya genersi muda
tersebut? Moral generasi bangsa menjadi rusak, timbul tindakan anarkis antara
golongan muda. Hubungannya dengan nilai nasionalisme akan berkurang karena
tidak ada rasa cinta terhadap budaya bangsa sendiri dan rasa peduli terhadap

masyarakat. Padahal generasi muda adalah penerus masa depan bangsa. Apa
akibatnya jika penerus bangsa tidak memiliki rasa nasionalisme?

Berdasarkan analisa dan uraian di atas pengaruh negatif globalisasi lebih
banyak daripada pengaruh positifnya. Oleh karena itu diperlukan langkah untuk
mengantisipasi pengaruh negatif globalisasi terhadap nilai nasionalisme.
• Antisipasi Pengaruh Negatif Globalisasi Terhadap Nilai Nasionalisme
Langkah- langkah untuk mengantisipasi dampak negatif globalisasi terhadap nilainilai nasionalisme antara lain yaitu :
1. Menumbuhkan semangat nasionalisme yang tangguh, misal semangat
mencintai produk dalam negeri.
2. Menanamkan dan mengamalkan nilai- nilai Pancasila dengan sebaikbaiknya.
3. Menanamkan dan melaksanakan ajaran agama dengan sebaik- baiknya.
4. Mewujudkan supremasi hukum, menerapkan dan menegakkan hukum
dalam arti sebenar- benarnya dan seadil- adilnya.
5. Selektif terhadap pengaruh globalisasi di bidang politik, ideologi, ekonomi,
sosial budaya bangsa.

Dengan adanya langkah- langkah antisipasi tersebut diharapkan mampu
menangkis pengaruh globalisasi yang dapat mengubah nilai nasionalisme
terhadap bangsa. Sehingga kita tidak akan kehilangan kepribadian bangsa.

BAB III
KESIMPULAN

Dengan adanya langkah- langkah antisipasi tersebut diharapkan mampu
menangkis pengaruh globalisasi yang dapat mengubah nilai nasionalisme
terhadap bangsa. Sehingga kita tidak akan kehilangan kepribadian bangsa.
Namun, nasionalisme harus dibentuk dan dibangun secara manifestasi
melalui berbagai teori dan praktek sehingga mampu menghasilkan sebuah
paradigma dan realita.
Dalam membangun ide nasionalisme secara utuh memerlukan pemahaman
dan organisasi berbasis gerakan untuk bertransaksi secara sosial dengan
masyarakat, sehingga pada akhirnya terjadi interaksi kuat antara organisasi dan
massa dalam satu ide, yaitu nasionalisme.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.kabarindonesia.com/berita.php?
pil=8&jd=Pengaruh+Globalisasi+Terhadap+NilaiNilai+Nasionalisme&dn=20090607183541

http://suarapembaca.detik.com/read/2008/08/28/173328/996440/471/nasionali
sme-indonesia

http://id.wikipedia.org/wiki/Nasionalisme