HUBUNGAN ANTARA STRES DENGAN TIMBULNYA AKNE VULGARIS PADA SISWA-SISWI KELAS III Hubungan antara Stres dengan Timbulnya Akne Vulgaris pada Siswa Siswi Sekolah Menengah Atas Negeri 7 Surakarta.

HUBUNGAN ANTARA STRES DENGAN TIMBULNYA AKNE
VULGARIS PADA SISWA-SISWI KELAS III
SMAN 7 SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran

Diajukan Oleh :
Dyah Savitri Kusumoningtyas
J 50009 0002

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA STRES DENGAN TIMBULNYA AKNE
VULGARIS PADA SISWA SISWI KELAS III SMAN 7
SURAKARTA
Dyah Savitri K, Harijono Kariosentono, Ratih Pramuningtyas

Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Latar Belakang:Akne vulgaris adalah suatu kelainan unit folikel sebasea yang
sering dijumpai, terutama terjadi pada masa remaja. Insidensi akne pada remaja di
Indonesia bervariasi antara 30-60%, terbanyak pada usia 14-17 tahun pada
perempuan dan 16-19 tahun pada laki-laki. Penyebab munculnya akne vulgaris
multifaktorial, salah satu faktor pemicuadalah stres psikis.
Tujuan:Penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara stres dengan timbulnya
akne vulgaris pada siswa siswi kelas III SMAN 7 Surakarta.
Metode:Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan pendekatan cross
sectional.Untuk menguji kemaknaan hubungan antara dua variabel tersebut
digunakan Fisher’s Exact Test.
Hasil Penelitian: Dari 32 siswa siswi didapatkan stres sebanyak 24 orang (75%)
dan tidak stres 8 orang. Siswa- siswi yang memiliki stres, terdapat 15 orang
(62,5%) mengalami timbulnya akne vulgaris dan 9 orang (37,5%) yang lain tidak
mengalami timbulnya akne vulgaris. Sedangkan siswa siswi dengan tidak stres
terdapatsatu orang (12,5%) mengalami akne vulgaris dan 7 orang (87,5%) tidak
timbul akne vulgaris. Ada hubungan antara stres dengan timbulnya akne vulgaris
pada siswa siswi kelas III SMA N 7 Surakarta (p= 0,037).
Kesimpulan: Ada hubungan antara stres dengan timbulnya akne vulgaris pada
siswa siswi kelas III SMAN 7 Surakarta.

Kata kunci : stres, akne vulgaris, faktor risiko

ABSTRACT

Relationship Between the Stress and the Occurrence of Acne
Vulgaris in Third Grade Students of SMAN 7 Surakarta
Dyah Savitri K, Harijono Kariosentono, Ratih Pramuningtyas
Faculty of Medicine, Muhammadiyah University of Surakarta

Background: Acne vulgaris is a common disorder of the sebaceous follicle units
which is occured, especially in adolescence. The incidensof acne in adolescences
in Indonesia varies about 30-60% with the highest incidence is in women aged 1417 years and 16-19 years in males. One of the causes of multifactorial acne
vulgaris is psychical stress.
Purpose:This objective of study is to know the relationship between stress and
the occurenceof acne vulgaris in third grade students of SMAN 7 Surakarta.
Methods:This study uses analithycal method by cross sectional approach. The
subjects are third grade students ofSMAN 7 Surakarta. The relationship
betweentwo variables of significance were used Fisher's Exact Test.
Result:Among 32 students as sample, there are 24 (75%) students stress and eight
students (25%) have not stress.Between students have stress, there are 15 (62,5%)

students have acne vulgaris and nine (37,5%) have not. Among them, students
have not stress, there areone student (12,5%) has acne vulgaris and seven students
(87,5%) have not. There is relationship between stress and occurrence of acne
vulgaris in third grade students of SMAN 7 Surakarta(p= 0,037).
Conclusion: There is relationship between stress and the occurrence of acne
vulgaris in third grade students of SMAN 7 Surakarta.
Keywords: stress, acne vulgaris, and risk factor.

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Akne vulgaris merupakan penyakit kulit yang terjadi akibat inflamasi kronik
pada folikel pilosebasea yang ditandai terdapatnya komedo, papul, pustul, nodul
dan kista pada tempat-tempat predileksinya (Wolff, 2005). Daerah-daerah yang
sering menjadi tempat predileksi munculnya akne adalah wajah, leher, punggung,
dada, bahu, dan telinga (Wasitaatmadja, 2007). Insidensi akne pada remaja di
Indonesia bervariasi antara 30-60% dengan insiden terbanyak pada usia 14-17
tahun pada perempuan dan 16-19 tahun pada laki-laki. Salah satu penyebab
munculnya akne vulgaris adalah stres psikis (Pindha, 2007).
Stres adalah suatu kondisi atau situasi baik internal maupun eksternal/
environmental, yang menyebabkan semua perubahan fisik, mental maupun sosial

yang sedemikian rupa sehingga menyebabkan seseorang atau individu harus
menyesuaikan dirinya dengan kondisi tersebut (Maramis, 2009). Penelitian
dilakukan di kalangan siswa-siswi dari Choa Chu Kang Sekolah Menengah Atas
di Singapura pada 160 siswa ditemukan bahwa 95% pada pria dan 92% pada
wanita yang diyakini stres mengalami eksaserbasi akne (Yosipovitch et.al., 2007).
Pada penelitian yang dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara
pada 120 mahasiswa ditemukan bahwa 40,8% pada pria dan 59,2% pada wanita
terdapat hubungan antara stres dengan timbulnya akne vulgaris (Nitya, 2010).
Penelitian yang membuktikan keterkaitan antara akne vulgaris dengan keadaan
stres masih sedikit, sehingga masih dibutuhkan lebih banyak penelitian yang
akurat untuk membuktikannya (Kimbal, 2003).
Stres psikis akan merangsang hipotalamus untuk memproduksi Corticotropin
Releasing Factor (CRF), yang akan menstimulasi hipofisis anterior, sehingga
terjadi peningkatan kadar Adenocorticotropin Hormon (ACTH). Terjadinya
peningkatan ACTH dalam darah akan menyebabkan aktivitas korteks adrenal
meningkat. Salah satu hormon yang dihasilkan oleh korteks adrenal adalah
hormon androgen. Aktivitas korteks yang meningkat meningkat akan
mengakibatkan peningkatan kadar hormon androgen yang berperan penting dalam
timbulnya akne (Guyton, 2008).
Masa pre remaja adalah masa yang penting fisik, emosional, dan

pembangunan sosial, yang dapat mempengaruhi kejiwaan seseorang individu
maupun komplikasi psikososial (Pardede, 2002). Siswa-siswi kelas III SMAN 7
Surakarta berjumlah 319, sebagian besar siswa mengalami akne vulgaris. Pada
siswa-siswi SMA kelas III akan menghadapi Ujian Nasional dan SNMPTN
sehingga beban belajar yang tinggi, jadwal yang padat, pola tidur yang tidak
teratur, dan masalah dari lingkungan yang menyebabkan mereka mengalami
kondisi yang tertekan ataupun stres. Pada kondisi stres peluang untuk

mendapatkan akne vulgaris lebih cenderung meningkat (SMAN 7 Surakarta,
2012).
Oleh karena itulah penulis tertarik untuk meneliti sejauh mana hubungan
antara stres dengan timbulnya akne vulgaris pada siswa-siswi kelas III SMAN 7
Surakarta.
Rumusan Masalah
Apakah terdapat hubungan antara stres dengan timbulnya akne vulgaris pada
siswa-siswi kelas III SMAN 7 Surakarta.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui hubungan antara stres dengan timbulnya akne vulgaris
pada siswa-siswi kelas III SMAN 7 Surakarta.
LANDASAN TEORI

Tinjauan Pustaka
1. Akne Vulgaris
a. Definisi Akne Vulgaris
Akne merupakan reaksi peradangan dalam folikel sebasea yang pada
umumnya dan biasanya disertai dengan pembentukan papul, pustul, nodul,
dan kista pada tempat-tempat predileksinya. Daerah-daerah yang sering
menjadi tempat predileksi munculnya akne adalah wajah, bahu, dada, dan
punggung (Wasitaatmadja, 2007).
b. Faktor Risiko dan Etiologi Akne Vulgaris (Siregar, 2004)
1) Sebum
2) Genetik
3) Usia
4) Kebersihan wajah
5) Psikis
6) Hormon endokrin diantaranya adalah hormon androgen, hormon
estrogen, dan hormon progesteron.
7) Iklim
8) Bakteri
9) Kosmetika
c. Patogenesis Akne Vulgaris

1) Peningkatan produksi sebum.
Kelenjar minyak menjadi besar yaitu hipertropi dengan peningkatan
penghasilan sebum. Hal ini dipengaruhi androgen yang meningkat
pada saat pubertas menyebabkan pembesaran, peningkatan aktifitas
kelenjar sebasea, dan peningkatan produksi sebum (Widjaja, 2000).
2) Penyumbatan keratin di saluran pilosebasea
Penyumbatan dimulai di infrainfundibulum, yang lapisan
granulosumnya lebih tebal dengan glikogen yang lebih banyak. Proses

keratinisasi ini dirangsang oleh androgen, sebum, asam lemak bebas
dan skualen yang bersifat komedogenik (Widjaja, 2000).
3) Proliferasi bakteri
Tiga macam mikroorganisme yang terlihat pada patogenesis akne
adalah Propionibacterium acnes (P.acnes), Staphylococcus epidermis
(S. epidermis), dan Pityrosporum ovale (P.ovale) (Widjaja, 2000).
Diantara mikroflora tersebut yang paling penting adalah P.acnes.
Propionibacterium acnes merupakan bakteri anaerob gram positif
yang terdapat di folikel pilosebasea (Handa, 2009). Bakteri yang
terdapat di dalam folikel mengadakan eksaserbasi tergantung pada
lingkungan mikro dalam folikel tersebut. Kadar oksigen dalam folikel

berkurang dan akhirnya terjadi kolonisasi P.acnes (Widjaja, 2000).
4) Proses inflamasi
Inflamasi (radang) akibat hasil produksi kuman P.acnes
(Wasitaatmadja, 2007). Antibodi terhadap P.acnes akan memicu
respon inflamasi dengan mengaktivasi sistem komplemen dan proses
kaskade reaksi inflamasi. Propionibacterium acnes mengakibatkan
terjadinya inflamasi melalui reaksi hipersensitivitas tipe lambat dan
memproduksi lipase, protease, hialuronidase, dan faktor-faktor
kemotaktik
lainnya.
Propionibacterium
acnes
mempunyai
kemampuan tambahan untuk meningkatkan produksi sitokin
proinflamasi dengan berikatan dengan reseptor Toll-like 2 (TLR2)
pada sel-sel mononuklear dan polimorfonuklear di sekitar folikel
sebasea. Setelah mengikat folikel TLR2, sitokin-sitokin proinflamasi
seperti IL-1, IL-8, IL-12, dan TNF-α dilepaskan sehingga terjadinya
inflamasi (Hassanzadeh et al, 2008).
d. Gejala dan Tanda Akne Vulgaris (With, 2007)

1) Papul
: lesi inflamasi kecil berupa penonjolan solid berwarna
merah muda oleh karena adanya infiltrasi papila dermis
dan hiperplasi epidermis.
2) Pustul
: timbunan pus batas tegas pada epidermis.
3) Nodul
: penonjolan kulit batas tegas diameter > 1 cm dan infiltrasi
masih pada dermis.
4) Kista
: pseudokista yang dibatasi oleh epitel yang merupakan
abses berfluktuasi.
e. Pengobatan Akne Vulgaris
1) Pengobatan topikal (Widjaja, 2000)
a) Benzoil Peroksida
b) Antibiotika topikal
Klindamisin 1% dapat menrunkan jumlah populasi P.acnes .

2) Pengobatan oral (Hamma, 1996)
a) Tetrasiklin HCL

b) Eritomisin
c) Demeklosiklin
d) Minosiklin
e) Dosisiklin
f) Linkomisin
g) Klindamisin
3) Hormon
Estrogen
4) Lain-lain
Vitamin A
2. Stres
a. Definisi Stres
Stres adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi,
proses berpikir dan kondisi seseorang. Stres menyatakan dirinya dalam
bentuk penolakan, ketegangan, atau frustrasi, mengacaukan keseimbangan
fisiologis, dan psikologis sehingga membuat kita sangat tidak seimbang.
Bila sanggup mengatasinya, berarti tidak ada gangguan pada fungsi organ
tubuh, dan individu tersebut dikatakan tidak mengalami stres (Gunawan,
2007).
b. Klasifikasi dan Etiologi Stress (Jeffrey, 2002)

1) Stres Kepribadian (Personality Stress).
2) Stres Psikososial (Psychosocial Stress).
3) Stres Bioekologi (Bio-Ecological Stress).
4) Stres Pekerjaan (Job Stress).
5) Stres pelajar (Student stress).
c. Gejala dan Tanda Stres
Rasa takut dan cemas dapat melahirkan pikiran-pikiran positif ataupun
negatif. Hal positif seperti kewaspadaan dan pengharapan akan hal-hal
baru. Hal-hal negatif seperti ketidakpercayaan, penolakan, kemarahan,
depresi yang kemudian akan mempengaruhi fisik (psikosomatik) kita
seperti timbulnya kelelahan, sakit kepala, sakit perut, gatal, akne,
insomnia, hilang nafsu makan, tekanan darah tinggi, luka pada lambung,
penyakit jantung, dan stroke. (Maramis , 2009).
d. Pencegahan Stres
Coping stres adalah usaha-usaha dari aspek pikiran dan sikap untuk
menguasai, mengurangi, atau menetralkan stres. Antara lain adalah
jangkar kehidupan yang kukuh dengan iman dalam agama, rumah tangga
yang diliputi kasih sayang, pekerjaan yang membuat rasa berharga, teman-

teman yang bisa mengangkat pemikiran dan memberi inspirasi, kehidupan
yang mempunyai tujuan, yang bisa menangkal stres (Folkman, 2001).
e. Alat Ukur (Skala) Stres
Perceived Stress Scale (PSS) adalah alat untuk mengukur derajat
keadaan dalam suatu kehidupan yaitu stres. Perceived Stress Scale
didesain dalam sampel dengan komunitas minimal pendidikan SMP
(Remor et al, 2006).
3. Hubungan Stres dengan Akne Vulgaris
a. Konsep Psikoneuroimnulogi
Ide dasar konsep psikoneuroimunologi yaitu :
1) Status emosi menentukan fungsi sistem kekebalan.
2) Stres dapat meningkatkan kerentanan tubuh terhadap infeksi dan
karsinoma.
b. Pengaruh stres terhadap peningkatan testosteron
Stres akan dialirkan ke organ tubuh melalui saraf otonom. Organ yang
antara lain dialiri stres adalah kelenjar hormon dan terjadilah perubahan
keseimbangan hormonal, yang selanjutnya akan menimbulkan perubahan
fungsional berbagai organ target. Beberapa peneliti membuktikkan stres
telah menyebabkan perubahan neurotransmiter neurohormonal melalui
berbagai aksis. Hyphotalamic Pituitary Ovarial Axis (HPO). Hyphotalamic
Pituitari Adrenal Axis merupakan teori mekanisme yang paling banyak
diteliti.
Pada kondisi stres akan merangsang hipotalamus melalui aksis LHPA
yang menyebabkan peningkatan androgen. Androgen yang terpenting
dalam stimulasi produksi sebum adalah testosteron dan akan dirubah
menjadi bentuk aktif yaitu 5α-Dihidrotestosterone (DHT) oleh enzim type
I-5α reductase. Dihidrotestosterone (DHT) adalah androgen yang paling
poten dalam merangsang hiperproliferasi keratinosit (Hodgson et al,
2006).
c. Konsep baru tentang pengaruh stres terhadap kejadian akne vulgaris.
Terdapat konsep terbaru yang menjelaskan keterlibatan neuromediator
yang dilepaskan sebagai respon terhadap stres yang merangsang
bermacam-macam faktor neuroendokrin mengaktifkan kelenjar sebasea
pada tingkatan lokal maupun sentral yang berperan pada timbulnya akne.
Bermacam-macam neuromediator dapat meningkatkan produksi sebum,
mempengaruhi produksi reaksi inflamasi seperti sitokin, menyebabkan
differensiasi dan proliferasi sebosit, dan juga hypercornifikasi yang
menyebabkan penyempitan dari lumen folikel pilosebasea (Kery, 2007).

Kerangka Konsep
Keadaan Stress
HPA
(Hyphotalamic Pituitary Adrenal Axis)
Hormon Androgen
Testosteron Androgen 
Dihidrotestosteron
(DHT)
Produksi sebum
Porliferasi dan differensiasi
sebosit
Aktivasi Propionibacterium acnes
Inflamasi
Faktor resiko yang
dapat dikendalikan:
1. Kosmetik
2. Obat-obat
kortikosteroid
3. Hormon

Kerusakan Folikel
Sebasea
Akne Vulgaris

Faktor resiko yang tidak
dapat dikendalikan:
1. Diet
2. Herediter
3. Kebersihan

Hipotesis
Ada hubungan antara stres dengan timbulnya akne vulgaris pada siswa-siswi
kelas III SMAN 7 Surakarta.
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan metode analitik dengan pendekatan cross
sectional (Arief, 2003).
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di SMA N 7 Surakarta pada bulan Juli.
Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah siswa-siswi SMA N 7 Surakarta dan yang
memenuhi kriteria insklusi untuk diambil sebagai subjek penelitian.
Kriteria insklusi :
1. Siswa-siswi kelas III
2. Bersedia ikut dalam penelitian
Kriteria eksklusi :
1. Sedang menstruasi pada saat pengambilan data.

2.

Sedang dalam pengobatan kortikosteroid baik per oral maupun topikal dan
obat hormonal.
3. Memakai kosmetik komedogenik.
Sampel dan Teknik Sampling
Pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling dengan sampel
memenuhi kriteria insklusi.
Estimasi Besar Sampel
n

=

n
= 34,6
Jadi penelitian cross sectional ini membutuhkan paling sedikit 35 sampel, namun
penelitian menetapkan jumlah responden sebanyak 40 orang (Arief, 2003).
Definisi Operasional Variabel
1. Variabel Bebas
Stres dikelompokkan menjadi dua yaitu subjek mengalami stres dan tidak
mengalami stres. Pengukuran menggunakan PSS yang terdiri atas 10 item
dimana masing-masing item bernilai 0-4 sehingga total nilai 0-40. Skor stres
diklasifikasikan menjadi dua yaitu tidak stres (skor 16).
Variabel ini menggunakan skala nominal.
2. Variabel Terikat
Diagnosis akne vulgaris ditegakkan dengan mengambil foto ujud kelainan
kulit berupa komedo, papul, pustul, dan nodul di daerah predileksi. Siswa
dengan ujud kelainan kulit tersebut dinyatakan menderita akne vulgaris,
sedangkan bila tidak ditemukan ujud kelainan kulit tersebut dinyatakan tanpa
akne vulgaris. Variabel ini menggunakan skala nominal.
3.

Variabel Luar
a.
Terkendali
Faktor hormonal baik endogen seperti waktu menjelang menstruasi dan
juga obat-obatan seperti pil KB dan kortikosteroid.
b.
Tidak Terkendali
1) Diet
2) Herediter
3) Kebersihan

Rancangan Penelitian
Populasi
Sampel
Siswa-siswi dengan
akne vulgaris

Siswa-siswi tanpa
akne vulgaris
Kuesioner

Kuesioner

Stres (+)

Intrumentasi Penelitian

Stres (-)

Stres (+)

Stres (-)

Analisis Data
Dengan Fisher’s Exact

1. Kuesioner penelitian sebagai pengendali variabel luar.
2. Kuesioner Perceived stress scale (PSS).
3. Kuesioner Lie Minnesota Multhiphasic Personality Inventory (LMMPI)
4. Kamera Digital Sanyo 14 megapixel
Analisis Data
Untuk menguji kemaknaan hubungan antara dua variabel katerogikal
digunakan uji statistik Fisher’s Exact Test.
HASIL PENELITIAN
1. Analisis Deskriptif
Penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 19-24 Juli 2012 di SMA Negeri 7
Surakarta setelah mendapatkan ijin untuk mengadakan penelitian dari kepala
SMA Negeri 7 Surakarta. Subyek penelitian adalah siswa siswi kelas III
didapatkan 32 orang yang memenuhi kriteria.
Tabel 1. Distribusi Subyek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Frekuensi
%
Perempuan
17
53
Laki-laki
15
47
Jumlah
32
100
(Sumber : Data Primer Juli 2012)

Tabel 2. Distribusi Subyek Penelitian Berdasarkan Kejadian Akne Vulgaris pada
Siswa Siswi kelas III
Akne Vulgaris
Ada
Tidak
Jumlah

Frekuensi
%
16
50
16
50
32
100
(Sumber : Data Primer Juli 2012)
Tabel 3. Distribusi Subyek Penelitian Berdasarkan Adanya Stres
Skor PSS
Stres
Tidak stres
Jumlah

Frekuensi
%
24
75
8
25
32
100
(Sumber : Data Primer Juli 2012)
Tabel 4. Hubungan Antara Stres Dengan Timbulnya Akne Vulgaris Pada SiswaSiswi Kelas III SMA N 7 Surakarta
Keterangan
Timbul akne vulgaris
Jumlah
Stres
Jumlah
2.

(+)
(-)

(+)
15
1
16

(-)
9
24
7
8
16
32
(Sumber : Data Primer Juli 2012)

Analisis Statistik
Data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis dengan uji analisis Fisher’s
exact test dengan hasil sebagai berikut : harga p hitung adalah 0,037. Oleh karena
itu, H0 ditolak dan H1 diterima (p < 0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa
terdapat hubungan antara stres dengan timbulnya akne vulgaris pada siswa siswi
kelas III SMA N 7 Surakarta.
Setelah dianalisis dengan menggunakan uji analisis Fisher’s exact test
kemudian dilanjutkan dengan uji korelasi untuk melihat kekuatan pengaruh antara
stres terhadap akne vulgaris. Dari hasil analisis uji korelasi diperoleh nilai 0,397
ini berarti kekuatan korelasinya lemah.
PEMBAHASAN
Pada penelitian ini menunjukkan bahwa pelajar siswa siswi yang menderita
akne vulgaris adalah rata-rata berusia 17 tahun, sedangkan penelitian sebelumnya
kejadian akne vulgaris ditemukan penderita yang berusia 15-16 tahun
(Yosipovitch et al, 2007). Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan
bahwa puncak insiden akne vulgaris mengenai remaja dengan tingkat keparahan
yang bervariasi dijumpai pada usia 14-17 tahun (Pindha, 2007).

Dari data hasil penelitian didapatkan jumlah siswa siswi SMA N 7 Surakarta
dengan adanya stres sebagian besar diikuti oleh timbulnya akne vulgaris. Hal ini
sesuai dengan hasil penelitian dari Yosipovitch et al pada siswa siswi SMA di
Singapura disebutkan bahwa stres dapat menimbulkan eksaserbasi akne vulgaris
dan juga peningkatan asam lemak bebas dalam wajah (Yosipovitch et al , 2007)
dan pada penelitian yang dilakukan oleh Nitya pada mahasiswa kedokteran di
Sumatera Utara disebutkan bahwa terdapat hubungan stres dengan angka kejadian
akne vulgaris (Nitya, 2010).
Peningkatan stres dapat berpengaruh tidak langsung terhadap peningkatan
sekresi kelenjar sebasea melalui peningkatan hormon androgen. Seperti yang telah
dijelaskan dalam tinjauan pustaka peningkatan stres akan merangsang
hipotalamus melalui Aksis Limbic-Hypothalamo-Pituitary-Adrenal (LHPA) yang
menyebabkan peningkatan hormon androgen. Androgen yang terpenting dalam
peningkatan aktifitas kelenjar sebasea dan keratinosit untuk menghasilkan sebum
adalah testosteron yang akan dirubah menjadi bentuk aktif yaitu 5αDihidrotestosterone (DHT) oleh enzim type I-5α reductase (Hodgson et al, 2006).
Hubungan antara peningkatan sebum dengan kejadian timbulnya akne vulgaris
memang masih dalam perdebatan. Akan tetapi semua tahu bahwa sebum dan asam
lemak bebas adalah komponen utama yang sering menimbulkan gangguan di
wajah. Peningkatan pelepasan sebum dan asam lemak bebas dapat meningkatkan
resiko reaksi inflamasi (Siregar, 2004).
KESIMPULAN
Penelitian pada siswa siswi kelas III SMAN 7 Surakarta didapatkan adanya
hubungan yang signifikan antara stres dengan timbulnya akne vulgaris.
SARAN
Perlu diadakan penelitian lebih lanjut dengan lebih memperhatikan hal-hal
berikut:
1. Peneliti merekomendasikan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti faktor
lain yang menyebabkan akne vulgaris pada seseorang karena terjadinya akne
vulgaris disebabkan banyak faktor sehingga tidak hanya diukur dari faktor
stres saja. Penelitian yang dapat dilakukan adalah dengan metode penelitian
cohort untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.
2. Penggunaan instrumentasi yang lebih baik seperti kamera sehingga bisa
menghasilkan data yang lebih bagus.
3. Peneliti menyarankan agar pihak sekolah melaksanakan manajemen stres
secara efektif pada siswa siswi melalui motivasi dan konseling demi
kepentingan pencegahan stres dan akne vulgaris.

DAFTAR PUSTAKA
Arief, T.M, 2003. Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Klaten :
CSGF, pp: 126-7.
Brown, G.R. and Burns, T. 2005. Akne, Erupsi, Akneiformis, dan Rosasea.
Lecture Notes : Dermatology. Ed 8. Jakarta : Erlangga, pp: 55-65.
Flier J.S. 2007. The Hypothalamic-Pituitary-Adrenal Axis & Immune Mediate
Inflamation. www.nejm.org. [ Accessed: Maret 17, 2012].
Folkman, L., et al. (2001). Psyhososial impact of acne vulgaris. evaluation of the
relation between a change in clinical acne severity and psychosocial state.
Dermatology. 2001: 203(2):124-30.
Gunawan ,B . 2007. Stres dan Sistem Imun Tubuh : Suatu Pendekatan
Psikoneuroimunologi. Cermin Dunia Kedokteran, pp 154 : 13-16.
Guyton , A.C .2008. Buku Ajar Kedokteran. Jakarta : EGC, pp :1214-1215.
Halim Hamma, Sambijono,W., 1996. Penatalaksanaan Akne Vulgaris. Cermin
Dunia Kedokteran ,pp 41 : 31-36.
Handa, S. 2009. Propionibacterium Infection. http://emedicine.medscape.com
[ Accessed: Maret 17, 2012]
Hassanzadeh P, Bahmani M, Mehrabani D. 2008. Bacterial Resistance to
Antibiotics in Acne Vulgaris : an in vitro study. Indian J Dermatol, pp 53 :
122-4.
Hathaway SR, McKinley JC. 2009. Minnesota Multiphasic Personality
Inventory. Revised edition. New York: Psychological Corporation.
http://www.ncbi.nml.gov/pmc/articles/PMC2775195/?tool=pubmed
[ Accessed: Maret 17, 2012]
Hodgson TK, Braunstein GD. 2006. Physiological Effects of Androgen in Women.
New Jersey : Human Press, pp : 49-62.
Jeffry,S. 2002. Stres Faktor Psikologis Abnormal. Edisi 5. Surabaya :Erlangga
University Press,pp :135-8.
Kery, J.E. 2007. Acne & Rosacea: Just the fact, Does Stress Cause Acne.
www.skinandaging.com/article/6263. [ Accessed: Maret 17, 2012]
Kimbal, A.B, Chiu,A., Chon, S.Y. 2003. The Respon of Skin Disease to
Stress. Arch Dermatol. 193(139):879-900.
Leyden J. 1997. Therapy for Acne Vulgaris. The new Egland Journal of Medicine.
365(16).1156-1162.
Linn MW. 2006 . Modifiers and Perceived Stress Scale. J Consult Clin Psychol.
54: 507–513.
Maramis, Willy F. 2009. Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 2 . Surabaya : Airlangga
University Press, pp : 83-101.
Nitya, P. 2010. Perbedaan Stres dan Kebersihan pada Kejadian Akne Vulgaris
Di Kalangan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera.
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/21494.
[ Accessed: Maret 17, 2012]
Pardede N. 2002. Masa remaja. Dalam: Narendra MB, Sularyo TS, Soetjiningsih,
Suyitno H, Ranuh ING,Wiradisuria S, penyunting. Tumbuh kembang anak
dan remaja. Jakarta: Sagung Seto, pp: 138-70.
Pindha,I.G.A.S. 2007. Akne Vulgaris. Dalam : Soetjiningsih (ed). Tumbuh

Kembang Remaja danPermasalahannya. Cetakan 2. Jakarta:Sagung
Seto,pp :109.
Remor E, Cohen .2006. Psycometric Properties of a European Spanish version of
Perceived Stress Scale. The Spanish Journal of pshychology. 9. (1): 86-93.
Siregar , R. S., (2004). Akne Vulgaris, Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit,Ed.
Carolin wijaya & Peter Anugrerah, CetakanV. Jakarta:Erlangga,pp:178-9.
SMAN 7 Surakarta. 2012. http://sman7-slo.sch.id/. [ Accessed: Maret 17, 2012]
Sopiyudin,M.2011.Statistik Untuk Kedokteran Dan Kesehatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Stephen, J. 2003. Stress, acne and skin survace Free Fatty Acids. Psycosomatic
Medicine. Vol 32 (5): 503-508.
Wasitaatmadja,S, 2007, Akne, Erupsi Akneiformis, Rosasea, Rinofema. Dalam:
Adhi Djuanda.(ed).Ilmu Penyakit kulit Dan Kelamin.Jakarta:FKUI,pp :
253-263.
Widjaja, E.S. 2000. Rosasea dan Akne Vulgaris. Dalam : Marwali Harahap. (ed).
Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta : Hipokrates, pp: 31-45.
With, K. 2007. Information of Acne.
www.patients.uptodate.com/topic.asp?file=gen_hhh/6071.
[ Accessed: Maret 17, 2012]
Wolff ,K., Johnson RA., Suurmond D. 2005. Fitzpatrick's Color Atlas and
Synopsis of Clinical Dermatology 5th Edition. McGraw-Hill. USA, pp: 2-6
Yosipovitch, G. Tang, M., Dawn A.G., Chen, M., Goh, C.L., Huak, Y., Seng, L.F
. 2007. Study of Psychological Stress, Sebum Production and Acne
Vulgaris in Adolescents. Acta Derm Venereol. 87(2):135-9.

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN PAPARAN FOUNDATION DENGAN TIMBULNYA AKNE VULGARIS PADA SISWI SMK NEGERI 4 SURAKARTA Hubungan Paparan Foundation Dengan Timbulnya Akne Vulgaris Pada Siswi SMK Negeri 4 Surakarta.

1 5 15

HUBUNGAN PAPARAN FOUNDATION DENGAN TIMBULNYA AKNE VULGARIS PADA SISWI SMK NEGERI 4 SURAKARTA Hubungan Paparan Foundation Dengan Timbulnya Akne Vulgaris Pada Siswi SMK Negeri 4 Surakarta.

0 2 15

PENDAHULUAN Hubungan Paparan Foundation Dengan Timbulnya Akne Vulgaris Pada Siswi SMK Negeri 4 Surakarta.

2 9 4

DAFTAR PUSTAKA Hubungan Paparan Foundation Dengan Timbulnya Akne Vulgaris Pada Siswi SMK Negeri 4 Surakarta.

0 4 4

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN GRADING AKNE VULGARIS PADA SISWI ASRAMA ASSALAAM SURAKARTA Hubungan Tingkat Stres Dengan Grading Akne Vulgaris Pada Siswi Asrama Assalaam Surakarta.

0 3 14

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN GRADING AKNE VULGARIS PADA SISWI ASRAMA ASSALAAM SURAKARTA Hubungan Tingkat Stres Dengan Grading Akne Vulgaris Pada Siswi Asrama Assalaam Surakarta.

0 3 15

HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN TIMBULNYA AKNE VULGARIS PADA Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh (Imt) Dengan Timbulnya Akne Vulgaris Pada Siswa-Siswi SMA Negeri 3 Klaten.

1 2 16

DAFTAR PUSTAKA Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh (Imt) Dengan Timbulnya Akne Vulgaris Pada Siswa-Siswi SMA Negeri 3 Klaten.

0 2 5

HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN TIMBULNYA AKNE VULGARIS PADA Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh (Imt) Dengan Timbulnya Akne Vulgaris Pada Siswa-Siswi SMA Negeri 3 Klaten.

0 7 14

HUBUNGAN ANTARA STRES DENGAN TIMBULNYA AKNE VULGARIS PADA SISWA-SISWI KELAS III Hubungan antara Stres dengan Timbulnya Akne Vulgaris pada Siswa Siswi Sekolah Menengah Atas Negeri 7 Surakarta.

0 1 15