HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN TIMBULNYA AKNE VULGARIS PADA Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh (Imt) Dengan Timbulnya Akne Vulgaris Pada Siswa-Siswi SMA Negeri 3 Klaten.

 
 

HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN
TIMBULNYA AKNE VULGARIS PADA
SISWA-SISWI SMA NEGERI 3 KLATEN

NASKAH PUBLIKASI
Untuk memenuhi sebagai persyaratan
mencapai derajat Sarjana Kedokteran

Diajukan Oleh :
Sri Pitri Astutiningsih
J 50010 0023

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014

 
 


 
 

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN
TIMBULNYA AKNE VULGARIS PADA SISWA-SISWI SMA NEGERI 3
KLATEN
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Sri Pitri Astutiningsih, J500100023

Latar Belakang : Akne vulgaris merupakan suatu penyakit swasirna berupa
peradangan pada unit folikel pilosebasea yang banyak terjadi pada remaja.
Insidensi terbanyak pada wanita biasanya pada usia 14-17 tahun, sedangkan pada
laki-laki pada usia 16-19 tahun. Obesitas merupakan salah satu faktor yang diduga
mempengaruhi timbulnya akne vulgaris. Obesitas dapat diukur menggunakan
IMT.
Tujuan Penelitian : Mengetahui hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT)
dengan timbulnya akne vulgaris pada siswa-siswi SMA Negeri 3 Klaten.

Metode Penelitian : Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan
pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 3 Klaten,
Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah dengan sampel sebanyak 62 orang
dengan metode purposive sampling. Data selanjutnya dianalisis dengan uji Fisher
Exact.
Hasil Penelitian : Dari analisis data angka kemaknaan

= 0,05, diperoleh nilai

p = 0,643 yang berarti p > 0,05, sehingga ditarik kesimpulan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan kejadian
akne vulgaris. Dari 62 sampel didapatkan kejadian AV ringan sebanyak 29 orang
(46,8%), AV sedang sebanyak 10 orang (16,1%), dan AV berat sebanyak 0 (0%)
Kesimpulan :

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Indeks Massa

Tubuh (IMT) tidak berhubungan secara signifikan terhadap kejadian akne
vulgaris.


Kata Kunci

: akne vulgaris, indeks massa tubuh, obesitas

 
 

ABSTRACT

CORRELATION BETWEEN BODY MASS INDEX ( BMI ) WITH THE
APPEARANCE OF ACNE VULGARIS IN THE STUDENTS OF SMA
NEGERI 3 KLATEN
Faculty of Medicine, University of Muhammadiyah Surakarta
Sri Pitri Astutiningsih , J500100023

Background : Acne vulgaris is a self-limiting disease in the form of inflammation
of the pilosebaceous follicle unit that commonly happen in adolescents . Highest
incidence in women is usually at the age of 14-17, whereas in men at age of 1619. Obesity is one of the factors that alleged to affect the onset of acne vulgaris .
Obesity can measured with BMI.
Objective : To determine the correlation between body mass index ( BMI ) with

the onset of acne vulgaris in students of SMA Negeri 3 Klaten .
Method: This study was an observational analytic cross sectional approach. This
research was conducted in SMA Negeri 3 Klaten , Central Java with samples of
62 people with a purposive sampling method . The data were then analyzed with
Fisher's Exact test .
Results: From the analysis of numerical data of significance α = 0.05 , p = 0.643
values obtained significant p > 0.05 , thus be concluded that there is no
significant relationship between body mass index ( BMI ) and the emergence of
acne vulgaris. From the 62 samples, it was obtained mild incident with 29 people
( 46.8 % ) , moderate incident with 10 people ( 16.1 % ) , and severe incident with
0 people ( 0 % )
Conclusion : From the results of this study, it can be concluded that the Body
Mass Index ( BMI) was not significantly related to the onset of acne vulgaris .

Keywords : acne vulgaris , body mass index , obesity

 
 

PENDAHULUAN

Akne Vulgaris (AV) adalah penyakit swasirna berupa peradangan
menahun pada unit folikel pilosebasea yang banyak terjadi pada remaja.
Gambaran klinis AV sering pleimorfik, yaitu berupa papul, pustul, nodul, dan
jaringan parut (Zaenglien et al, 2010).

Insidensi AV terbanyak pada wanita

biasanya pada usia 14-17 tahun, sedangkan pada laki-laki pada usia 16-19 tahun
(Widjaja, 2000).
Di dunia ini diperkirakan hampir setiap orang pernah menderita AV, maka
AV sering dianggap sebagai kelainan kulit yang timbul secara fisiologis
(Wasitaatmadja, 2007). Catatan kelompok studi dermatologi kosmetika Indonesia
menunjukkan terdapat 60% penderita pada tahun 2006, dan pada tahun 2007
terdapat 80% penderita (Purwaningdyah, 2013).
Akne Vulgaris disebabkan oleh berbagai macam faktor, salah satunya
adalah produksi sebum yang meningkat (Wasitaatmadja, 2007). Peningkatan
produksi sebum ini biasanya dipengaruhi oleh hormon androgen. Androgen dapat
menstimulasi kelenjar sebasea untuk memproduksi sebum (Diamanti-Kandarakis,
2001). Androgen yang ditemukan pada obesitas berhubungan dengan produksi
sebum yang meningkat dan perkembangan AV(Tsai et al, 2006).

Beberapa penelitian berkaitan dengan Indeks Massa Tubuh telah
dilakukan, menurut penelitian di Taiwan, IMT dengan kategori obesitas
merupakan faktor resiko yang signifikan terhadap kejadian AV pada anak usia
sekolah (Tsai et al, 2006). Penelitian di Australia menunjukkan bahwa IMT pada
laki-laki berumur 18-25 menunjukkan korelasi yang signifikan, tetapi tidak
berlaku untuk subjek berumur 30 berarti orang tersebut
menderita obesitas dan perlu diwaspadai karena biasanya pada orang obesitas
akan dijumpai beberapa penyakit degeneratif seperti Diabetes Melitus, hipertensi,
hiperkolesterol dan kelainan metabolik lainnya. (Azwar, 2004).
Akne Vulgaris
Akne Vulgaris (AV) adalah penyakit swasirna berupa peradangan menahun
pada unit folikel pilosebasea yang banyak terjadi pada remaja. Gambaran klinis
AV sering pleimorfik, yaitu berupa komedo, papul, pustul, nodul, dan jaringan
parut (Zaenglien et al, 2010). Tempat presileksi AV biasanya pada wajah, leher,
dan punggung tergantung dari distribusi kelenjar sebasea masing-masing individu
(Ashton dan Barbara, 2005).
Etiologi pasti dari AV memang belum diketahui, namun terdapat beberapa
faktor yang mungkin berpengaruh terhadap timbulnya penyakit ini, diantaranya
sebum, bakteri, genetik, hormon, diet. Stress, dan kosmetika (Widjaja, 200)
Hubungan IMT dengan Akne Vulgaris

Kegemukan atau obesitas terjadi karena konsumsi makanan yang melebihi
AKG perhari. Bila kelebihan terjadi dalam waktu yang lama dan tidak diimbangi
dengan olahraga yang cukup, maka lambat laun energi akan di ubah menjadi
lemak dan ditimbun di dalam sel adiposa di bawah kulit. Masalah gizi klinis

 
 

seperti obesitas ini erat kaitannya dengan berbagai penyakit dan penanganannya
memerlukan tindakan yang komprehensif ( Azwar, 2004).
Remaja dengan siklus yang sangat tidak teratur biasanya terdapat
hiperandrogenisme. Hiperandrogenisme adalah penyebab umum menstruasi yang
tidak teratur pada remaja dan wanita dewasa, dapat menimbulkan berbagai
kecemasan, pertumbuhan rambut yang berlebihan, jerawat, dan obesitas. Remaja
perempuan dengan hiperandrogenisme mempunyai ketinggian kadar serum
trigliserida, LDL-C dan HDL-C yang signifikan dengan obesitas. Hormon
androgen yang berlebihan akan berikatan dengan reseptor androgen yaitu
testosteron dan dihidrotestosteron. Hidrolisis bakteri mengkonversi beberapa
trigliserida menjadi asam lemak bebas di permukaan kulit. Beberapa bukti
menunjukkan bahwa kelenjar sebasea juga dapat mensintesis asam lemak bebas

dalam jumlah yang cukup besar. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan kadar
androgen menyebabkan stimulasi produksi sebum yang berakibat proliferasi yang
berlebihan dari P.acne dan bahkan berakhir menjadi peradangan. Sejumlah studi
menunjukkan bahwa perubahan komposisi lipid sebum berhubungan dengan usia
dan aktifitas kelenjar sebasea. Efek androgen terhadap proliferasi dan diferensiasi
sel sebasea tergantung pada asal kelenjar sebasea, sebagai contoh kelenjar sebasea
di wajah lebih sensitif terhadap androgen. (Abulnaja, 2009).
Stimulan utama dari kelenjar sebasea untuk memproduksi sebum adalah
androgen. Hiperandrogenisme menyebabkan produksi sebum meningkat (Pawin,
et al 2004). Peningkatan produksi sebum inilah yang merangsang pembentukan
AV (Wasitaatmadja, 2007).
Beberapa penelitian berkaitan dengan Indeks Massa Tubuh telah dilakukan,
menurut penelitian di Taiwan, anak usia 6-11 tahun dengan IMT