PENGARUH LATIHAN RANGE OF MOTION AKTIF TERHADAP PENINGKATAN RENTANG GERAK SENDI Pengaruh Latihan Range Of Motion Aktif Terhadap Peningkatan Rentang Gerak Sendi Dan Kekuatan Otot Kaki Pada Lansia Di Panti Wreda Dharma Bakti Surakarta.

Pengaruh Latihan Range Of Motion Aktif Terhadap Peningkatan Rentang Gerak Sendi
Dan Kekuatan Otot Kaki Pada Lanjut Usia Di Panti Wreda Dharma Bakti Surakarta
(Mudrikhah)

PENGARUH LATIHAN RANGE OF MOTION AKTIF
TERHADAP PENINGKATAN RENTANG GERAK SENDI
DAN KEKUATAN OTOT KAKI PADA LANSIA
DI PANTI WREDA DHARMA BAKTI
SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh:
MUDRIKHAH
J 210 080 090

FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012

1


Pengaruh Latihan Range Of Motion Aktif Terhadap Peningkatan Rentang Gerak Sendi
Dan Kekuatan Otot Kaki Pada Lanjut Usia Di Panti Wreda Dharma Bakti Surakarta
(Mudrikhah)

2

Pengaruh Latihan Range Of Motion Aktif Terhadap Peningkatan Rentang Gerak Sendi
Dan Kekuatan Otot Kaki Pada Lanjut Usia Di Panti Wreda Dharma Bakti Surakarta
(Mudrikhah)

3

PENELITIAN

PENGARUH LATIHAN RANGE OF MOTION AKTIF
TERHADAP PENINGKATAN RENTANG GERAK SENDI
DAN KEKUATAN OTOT KAKI PADA LANSIA
DI PANTI WREDA DHARMA BAKTI
SURAKARTA

Mudrikhah *
Agus Sudaryanto, S.kep., Ns., M.kes **
Kartinah, A.Kep., S.Kep **
Abstrak
Pada sendi lanjut usia terjadi perubahan pada jaringan ikat sekitar sendi seperti
tendon, ligamen, dan fasia yang mengalami penurunan elastisitas. Berdasarkan studi
pendahuluan di Panti Wreda Dharma Bakti Surakarta, sebanyak 25 lansia mengalami
keterbatasan gerak pada ekstremitas bawah khususnya lutut dan ankle. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh latihan Range Of Motion (ROM) aktif terhadap
peningkatan rentang gerak dan kekuatan otot kaki pada lansia. Penelitian ini merupakan
penelitian kuantitatif yang menggunakan metode Quasy experimental dengan rancangan
penelitian non equivalent control group design. Sampel dalam penelitian adalah 24 lansia
dibagi dalam 2 kelompok; perlakuan dan kontrol. Instrumen penelitian menggunakan
Goneometer dan MMT (Manual Muscle Testing). Teknik analisis data menggunakan Uji
Paired sampel t-test dan Independent sample t-test untuk menguji rentang gerak, Uji
Marginal Homogeneity Test dan Two Sample Kolmogorov-Smirnov untuk menguji
kekuatan otot dalam bentuk kategori. Hasil analisis Uji Paired sampel t-test pada rentang
gerak diketahui nilai p-value (Pv=0,000) maka H0 ditolak sehingga terdapat perbedaan
antara pre test dan post test rentang gerak pada kelompok perlakuan. Rata-rata rentang
gerak sendi lutut dan ankle meningkat sebesar 19,170 pada posisi fleksi, 4,790 pada

ekstensi, 8,990 pada dorsal fleksi dan 7,70 pada plantar fleksi. Hasil uji Marginal
Homogeneity Test pada kekuatan otot nilai p-value (Pv=0,000) maka H0 ditolak sehingga
terdapat perbedaan antara pre test dan post test kekuatan otot pada kelompok
perlakuan. Kekuatan otot lutut dan ankle meningkat dari good menjadi normal. Maka
disimpulkan ada pengaruh latihan ROM aktif terhadap peningkatan rentang gerak dan
kekuatan otot kaki pada lanjut usia di Panti Wreda Dharma Bakti Surakarta.
Kata kunci: rentang gerak, kekuatan otot, latihan Range Of Motion aktif, lanjut usia,
panti wreda.

Pengaruh Latihan Range Of Motion Aktif Terhadap Peningkatan Rentang Gerak Sendi
Dan Kekuatan Otot Kaki Pada Lanjut Usia Di Panti Wreda Dharma Bakti Surakarta
(Mudrikhah)

4

THE EFFECT OF ACTIVE EXERCISE RANGE OF MOTION
(ROM) TOWARD INCREASING THE JOINT RANGE OF
MOTION AND LEG MUSCLE STRENGTH IN THE ELDERLY
IN PANTI WREDA DHARMA BAKTI
SURAKARTA

Mudrikhah *
Agus Sudaryanto, S.kep., Ns., M.kes **
Kartinah, A.Kep., S.Kep **
Abstract

In the joints of elderly occur a change the connective tissue around them
such as tendons, ligaments, and fascia which decrease elasticity. Based on
preliminary studies in a Panti Wreda Dharma Bakti Surakarta, 25 elderly have
limited motion in the lower extremities, especially the knee and ankle. The aim of
this research is to determine the effect of active exercise Range of Motion (ROM)
toward increasing the range of motion’s joint and leg muscle strength in the
elderly. This research is quantitative research uses Quasy experimental method
with non equivalent control group design of the research design. The sample in
this research are 24 elderly people divided into two groups; treatment and
control. The instruments of this research use Goneometer and Manual Muscle
Testing (MMT). The technique of analyzing the data use Paired sample t-test and
Independent sample t-test to examine the range of motion, the Marginal
Homogeneity test and Two Sample Kolmogorov-Smirnov test for testing muscle
strength in the form of category. The analysis of Paired sample t-test on the range
of motion is known p-value (Pv = 0.000) H0 is rejected, so that there is a

difference between pre test and post test range of motion in treatment group. The
average range of motion between the knee joint and ankle increase 19,170 in the
position of flexion, 4,790 in extension, 8,990 in dorsal flexion and 7,70 in plantar
flexion. The result of Marginal Homogeneity Test in muscular strength, p-value
(Pv = 0.000) H0 is rejected, so that there is a difference between pre test and post
test muscle strength in treatment group. The strength value of the knee muscle and
ankle increase from good being normal. It can be concluded that there is an effect
of active exercise Range of Motion (ROM) toward increasing the range of
motion’s joint and leg muscle strength in the elderly in Panti Wreda Dharma
Bakti Surakarta.
Keywords : range of motion, muscle strength, active exercise Range Of Motion,
elderly, panti wreda.

.

Pengaruh Latihan Range Of Motion Aktif Terhadap Peningkatan Rentang Gerak Sendi
Dan Kekuatan Otot Kaki Pada Lanjut Usia Di Panti Wreda Dharma Bakti Surakarta
(Mudrikhah)

PENDAHULUAN

Pada tahun 2010, jumlah
lanjut usia (lansia) sebesar 23,9 juta
jiwa (9,77%) dengan usia harapan
hidup 67,4 tahun. Sedangkan pada
tahun 2020 diprediksikan jumlah
lansia sebesar 28,8 juta jiwa
(11,34%) dengan usia harapan
hidup 71,1% (Effendi dan Makhfudli,
2009). Bahkan data Biro Sensus
Amerika Serikat memperkirakan
Indonesia
akan
mengalami
pertambahan warga lanjut usia
terbesar di seluruh dunia pada tahun
1990-2025, yaitu sebesar 41,4%
(Kinsella dan Tauber, 1993 dalam
Maryam dkk, 2008).
Pada sendi lansia terjadi
perubahan pada jaringan ikat sekitar

sendi seperti tendon, ligamen, dan
fasia yang mengalami penurunan
elastisitas. Kartilago dan jaringan
periartikular
juga
mengalami
penurunan
daya
lentur
dan
elastisitas. Terjadi degenerasi, erosi
dan kalsifikasi pada kartilago dan
kapsul sendi. Sendi kehilangan
fleksibilitasnya
sehingga
terjadi
penurunan
luas
gerak
sendi

(Pudjiastuti dan Utomo, 2003).
Seiring penuaan, serat otot
akan mengecil, dan massa otot
berkurang. Seiring berkurangnya
massa otot, kekuatan otot juga
berkurang (National Osteoporosis
Foundation, 2006 dalam Potter dan
Perry, 2009). Kekuatan muskuler
mulai merosot sekitar usia 40 tahun,
dengan
kemunduran
yang
dipercepat setelah usia 60 tahun.
Dari 10 sampai 15% kekuatan otot
dapat hilang setiap minggu jika otot
beristirahat
sepenuhnya,
dan
sebanyak 5,5% dapat hilang setiap
hari pada kondisi istirahat dan

imobilitas sepenuhnya (Stanley dan
Beare, 2006).
Latihan ROM aktif membantu
mempertahankan fleksibilitas sendi

3

dan kekuatan otot (Stanley dan
Beare, 2006). Menurut Kozier dkk
(2010)
Latihan
ROM
aktif
merupakan latihan isotonik yang
mampu
mempertahankan
atau
meningkatkan kekuatan dan daya
tahan otot serta dapat mencegah
perburukan kapsul sendi, ankilosis,

dan kontraktur.
Pada sendi lutut lansia
sebanyak 25% mengalami kekakuan
pada
posisi
fleksi.
Kekakuan
tersebut dapat disebabkan adanya
kalsifikasi pada lansia yang akan
menurunkan
fleksibilitas
sendi
(Uliya, Soempeno, dan Kushartanti,
2007).
Hasil
uji
statistik
membuktikan bahwa kelemahan otot
dorsal fleksor sendi pergelangan
kaki (ankle) dan ekstensor sendi

lutut pada lansia berhubungan erat
dengan risiko jatuh dan penurunan
kekuatan otot (Pudjiastuti dan
Utomo, 2003).
Pada studi pendahuluan di
Panti
Wreda
Dharma
Bakti
Surakarta, dari jumlah lansia yang
ada, sebanyak 25 lansia mengalami
keterbatasan
gerak
pada
ekstremitas bawah khususnya pada
lutut dan ankle. Lansia yang
mengalami keterbatasan gerak ini
tidak melakukan latihan. Selain itu,
kegiatan senam di panti hanya
dilaksanakan setiap satu minggu
sekali.
Adanya
keterbatasan
pergerakan
dan
berkurangnya
pemakaian sendi serta latihan dapat
memperparah
kondisi
muskuloskeletal dan ini akan
semakin mempercepat penurunan
kekuatan otot dan fleksibilitas sendi
kaki pada lansia
Tujuan penelitian ini adalah
Untuk mengetahui pengaruh latihan
Range Of Motion (ROM) aktif
terhadap peningkatan rentang gerak
sendi dan kekuatan otot kaki pada
lansia di Panti Wreda Dharma Bakti
Surakarta.

Pengaruh Latihan Range Of Motion Aktif Terhadap Peningkatan Rentang Gerak Sendi
Dan Kekuatan Otot Kaki Pada Lanjut Usia Di Panti Wreda Dharma Bakti Surakarta
(Mudrikhah)

LANDASAN TEORI
Perubahan
Sistem
Muskulo
skeletal Pada Lansia
Lansia adalah proses menua
termasuk biologis, psikologis, dan
sosial (Kusumawati dan Hartono,
2010).
Menurut
World
Healt
Organization (WHO) (1999), lanjut
usia berdasarkan usia kronologis/
biologis digolongkan menjadi empat
kelompok yaitu: 1) Usia pertengahan
(middle age) adalah kelompok usia
45 sampai 59 tahun, 2) Lanjut usia
(elderly) adalah kelompok usia 60
sampai 74 tahun, 3) Lanjut usia tua
(old) adalah kelompok usia 75
sampai 90 tahun, dan 4) Usia sangat
tua (very old) adalah kelompok usia
diatas 90 tahun (WHO, 1999 dalam
Azizah, 2011).
Pada
lansia,
sisitem
muskuloskeletal
termasuk
didalamnya
adalah
tulang,
persendian dan otot-otot akan
mengalami perubahan (Maryam dkk,
2008). Kolagen sendi dan jaringan
lunak sekitar akan mengerut.
Kontraktur
akan
menghalangi
pergerakan sendi dan mobilisasi
pasif yang memperburuk kondisi
kontraktur (Setiati dkk, 2009). Cairan
sinovial mengental dan terjadi
kalsifikasi
kartilago.
Semua
perubahan ini sangat mempengaruhi
rentang
gerak,
gerak
secara
keseluruhan, dan cara berjalan
(Maryam dkk, 2008).
Perubahan Rentang Gerak Dan
Kekuatan Otot Pada Lansia
Rentang pergerakan atau
Range Of Motion (ROM) sendi
adalah pergerakan maksimal yang
mungkin dilakukan oleh sendi.
Rentang pergerakan sendi bervariasi
dari individu ke individu lain dan
ditentukan oleh jenis kelamin, usia,
ada atau tidaknya penyakit, dan
jumlah aktivitas fisik yang normalnya

4

dilakukan seseorang (Kozier dkk,
2010).
Hasil studi Blanke dan
Hageman
(1989)
menyatakan
bahwa ROM pergelangan kaki
ditemukan berkurang pada lansia
sebesar
19,08˚
dibandingkan
dengan 21,25˚ pada usia muda
(Blanke dan Hageman, 1989 dalam
Begg
dan
Sparrow,
2006).
Sedangkan studi yang dilakukan
Uliya, Soempeno, dan Kushartanti
menyatakan bahwa pada lansia nilai
maksimal ROM fleksi sendi lutut
pada lansia sebesar 115˚ yang
berarti terjadi penurunan ROM fleksi
sendi lutut sebesar 20% dari nilai
normalnya
yaitu
135˚
(Uliya,
Soempeno, dan Kushartanti, 2007).
Studi
yang
dilakukan
Mecagni dkk juga menyatakan
penurunan ROM pergelangan kaki
dalam plantar fleksi, dorso fleksi,
inversi dan eversi sering terjadi pada
lansia. ROM pada pergelangan kaki
diperlukan untuk kegiatan fungsional
seperti berjalan, yang membutuhkan
minimal 10˚ dorsofleksi (Mecagni
dkk, 2000).
Menurut
Atmojo
(2008),
Kekuatan otot adalah tenaga
kontraksi otot yang dicapai dalam
sekali usaha maksimal. Usaha
maksimal ini dilakukan oleh otot atau
sekelompok otot untuk mengatasi
suatu tahanan. Kekuatan otot secara
umum adalah kekuatan sisitem otot
secara
keseluruhan
dalam
mengatasi suatu tahanan (Ismaryati,
2006).
Pada lansia, massa dan
kekutan otot menurun. Dampak
perubahan morfologis otot adalah
penurunan kekuatan otot, penurunan
fleksibilitas,
peningkatan
waktu
reaksi, dan penurunan kemampuan
fungsional otot. Penurunan jumlah
dan
ukuran
serabut
otot,
peningkatan jaringan penghubung
dan jaringan lemak pada otot

Pengaruh Latihan Range Of Motion Aktif Terhadap Peningkatan Rentang Gerak Sendi
Dan Kekuatan Otot Kaki Pada Lanjut Usia Di Panti Wreda Dharma Bakti Surakarta
(Mudrikhah)

mengakibatkan efek negatif. Untuk
mencegah perubahan lebih lanjut
dapat diberikan latihan untuk
mempertahankan
mobilitas
(Pudjiastuti dan Utomo, 2003).
Latihan Range Of Motion (ROM)
Aktif Pada Lansia
Latihan Isotonik (dinamik)
adalah latihan yang memendekkan
otot untuk menghasilkan kontraksi
otot dan pergerakan aktif. Latihan
isotinik seperti halnya aktivitas
kehidupan sehari-hari dan latihan
ROM aktif. Dalam latihan, jenis
latihan yang dianjurkan bagi lansia
adalah latihan isotonik (Pudjiastuti
dan Utomo, 2003). Latihan isotonik
menyebabkan
kontraksi
otot,
perubahan panjangnya otot dan
merangsang aktivitas osteoblastik
(aktivitas sel pembentuk otot).
Latihan ini juga meningkatkan tonus
otot, massa dan kekuatan otot serta
mempertahankan fleksibelitas sendi,
rentang pergerakan dan sirkulasi
(Potter dan Perry, 2010).
Studi yang dilakukan Feland
dkk menyatakan bahwa 60 detik
peregangan yang di ulang 4 kali,
sekali per hari dan 5 kali per minggu
selama
6
minggu,
dapat
meningkatkan
perbaikan
dalam
ekstensi lutut pada lansia (Feland
dkk, 2001). Sedangkan studi yang
dilakukan Uliya, Soempeno, dan
Kushartanti menyatakan bahwa
fleksibilitas sendi yang mengalami
gangguan gerak meningkat setelah
dilakukan latihan ROM selama 3
minggu sebesar 31,87˚ dan selama
6 minggu meningkat sebesar 35˚.
Untuk meningkatkan fleksibilitas
sendi yang mengalami keterbatasan
gerak, latihan ROM harus dilakukan
minimal 3 minggu secara berturutturut, 5 kali dalam seminggu dengan
pengulangan pergerakan sebanyak
7 kali untuk setiap gerakan (Uliya,
Soempeno, dan Kushartanti, 2007).

5

Pemeriksaan
Rentang
Gerak/
Luas Gerak Sendi (LGS) dan
Kekuatan Otot
Pengukuran
yang
tepat
terhadap luas gerak sendi dapat
dilakukan dengan goniometer yaitu
suatu busur derajat yang dirancang
khusus untuk mengevaluasi gerakan
sendi (Muttaqin, 2010). Sedangkan
untuk Pemeriksaan kekuatan otot
dapat
dilakukan
dengan
menggunakan pengujian otot secara
manual Manual Muscle Testing
(MMT). Pemeriksaan ini ditujukan
untuk
mengetahui
kemampuan
mengontraksikan
otot
secara
volunter (Pudjiastuti dan Utomo,
2003).
Kriteria hasil pemeriksaan
MMT
menurut
Daniel
dan
Worthingham (2004) adalah sebagai
berikut: 1) Normal (5) mampu
bergerak dengan luas gerak sendi
penuh, melawan gravitasi, dan
melawan tahanan maksimal, 2)
Good (4) mampu bergerak dengan
luas gerak sendi penuh, melawan
gravitasi, dan melawan tahanan
sedang (moderat), 3) Fair (3)
mampu bergerak dengan luas gerak
sendi penuh dan melawan gravitasi
tanpa tahanan, 4) Poor (2) mampu
bergerak dengan luas gerak sendi
penuh tanpa melawan gravitasi, 5)
Trace (1) tidak ada gerakan sendi,
tetapi kontraksi otot dapat dipalpasi,
6) Zero (0) kontraksi otot tidak
terdeteksi dengan palpasi.

METODELOGI PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan
penelitian
kuantitatif.
Metode
penelitian ini menggunakan metode
Quasy
experimental
dengan
menggunakan rancangan penelitian
non equivalent control group design.
Dalam rancangan ini, terdapat dua
kelompok
yaitu
kelompok

Pengaruh Latihan Range Of Motion Aktif Terhadap Peningkatan Rentang Gerak Sendi
Dan Kekuatan Otot Kaki Pada Lanjut Usia Di Panti Wreda Dharma Bakti Surakarta
(Mudrikhah)

eksperimental yang diberi perlakuan
dan kelompok kontrol tidak diberi
perlakuan. Pada kedua kelompok
diawali dengan pra-test dan setelah
pemberian
perlakuan
selesai
dilakukan post-test (Notoatmodjo,
2010).
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini
adalah
seluruh
lansia
yang
mengalami keterbatasan rentang
gerak pada lutut dan ankle yang
berada di Panti Wreda Dharma Bakti
Surakarta sebanyak 25 lansia dan
yang berada di Panti Lansia Aisyiyah
Banjarsari Surakarta sebanyak 15
lansia.
Sampel dalam penelitian
sebanyak 24 orang dibagi dalam 2
kelompok yaitu 12 orang sebagai
kelompok perlakuan dan 12 orang
sebagai kelompok kontrol dengan
kriteria inklusi Lansia usia 60-74
tahun, lansia yang mengalami
keterbatasan
gerak/
memiliki
masalah
pada
sisitem
muskuloskeletal, lansia yang tidak
mengikuti senam lansia, lansia yang
tidak mengalami kelumpuhan serta
kontraktur pada persendian, dan
bersedia mengikuti latihan ROM
secara teratur.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di
Panti
Wreda
Dharma
Bakti
Surakarta dan di Panti Lansia
Aisyiyah Banjarsari Surakarta pada
tanggal 02 April 2012 sampai
dengan 12 Mei 20012. Penelitian ini
dilakukan selama 6 minggu dengan
latihan ROM aktif sebanyak 4 kali
peregangan, satu kali dalam sehari
dan 5 kali dalam seminggu selama 6
minggu.
Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan
alat ukur berupa goneometer untuk

6

mengukur rentang gerak dan MMT
(Manual Muscle Testing) untuk
mengukur kekuatan otot.
Analisis Data
Pengujian
hipotesis
penelitian menggunakan Uji Paired
sampel t-test dan Independent
sample t-test untuk menguji rentang
gerak dan Uji Marginal Homogeneity
Test
dan Uji Two Sample
Kolmogorov-Smirnov untuk menguji
kekuatan otot dalam bentuk kategori
(Dahlan, 2011).

HASIL PENELITIAN
Analisis Univariat
Deskripsi Rentang Gerak Sendi
Lutut dan ankle
Tabel 1. Rentang Gerak Sendi Lutut
dan Ankle (perlakuan)
No

Rentang Gerak

1
2
3
4
5
6
7
8

Fleksi lutut ka
Fleksi lutut ki
Ekstensi lutut ka
Ekstensi lutut ki
Dorsal fleksi ka
Dorsal fleksi ki
Plantar fleksi ka
Plantar fleksi ki

Perlakuan
Pre
Post
Mean
SD
Mean
SD
111,25 11,10 131,25 6,08
113,75 8,82 132,92 5,42
2,92
7,92
3,34
4,98
2,92
7,08
2,57
3,34
12,92
23,33
8,65
8,07
15,42
26,67
6,56
9,85
37,08
44,17
6,20
7,93
37,92
47,50
4,50
4,52

Tabel 2. Rentang Gerak Sendi Lutut
dan Ankle (kontrol)
No

Rentang Gerak

1
2
3
4
5
6
7
8

Fleksi lutut ka
Fleksi lutut ki
Ekstensi lutut ka
Ekstensi lutut ki
Dorsal fleksi ka
Dorsal fleksi ki
Plantar fleksi ka
Plantar fleksi ki

Kontrol
Pre
Post
Mean
SD
Mean
SD
112,5
9,17 113,33 11,74
114,17 10,62 115,83 11,84
5,42
6,67
3,96
3,26
7,50
7,08
3,37
3,34
9,58
4,98
4,98
7,9
8,75
9,25
8,01
9,17
32,08
8,48
6,89
34,17
36,25 10,47 32,92 10,97

Data statistik rentang gerak
sendi lutut dan ankle kelompok
perlakuan menunjukkan terdapat
peningkatan rata-rata rentang gerak
sendi lutut dan ankle pada lansia di
Panti
Wreda
Dharma
Bakti
Surakarta Kelompok Perlakuan.

7

Pengaruh Latihan Range Of Motion Aktif Terhadap Peningkatan Rentang Gerak Sendi
Dan Kekuatan Otot Kaki Pada Lanjut Usia Di Panti Wreda Dharma Bakti Surakarta
(Mudrikhah)

Data statistik rentang gerak
sendi lutut dan ankle kontrol
menunjukkan terdapat beberapa
penurunan rata-rata rentang gerak
sendi lutut dan ankle yaitu ektensi
lutut kiri, dorsal fleksi kiri, plantar
fleksi kanan, dan plantar fleksi kiri.
Deskripsi Kekuatan Otot Sendi
Lutut dan Ankle
Tabel 3. Distribusi Pre test dan post
test Kekuatan Otot Sendi
Lutut dan Ankle kelompok
perlakuan

distribusi tertinggi adalah good yaitu
sebanyak
55% dan distribusi
terendah adalah poor sebanyak 9%.
Distribusi post test menunjukkan
distribusi tertinggi adalah normal
yaitu sebanyak 55% dan distribusi
terendah adalah poor sebanyak 3%.
Pada pre test dan post test kekuatan
otot sendi kelompok perlakuan tidak
ditemui kondisi zeero dan trace.
Tabel 4. Distribusi Pre test dan post
test Kekuatan Otot Sendi
Lutut dan Ankle kelompok
kontrol

Perlakuan
No

Rentang
Gerak

Ktgr

Pre
F

1

Post
%

F

Kontrol

%

Lutut
Fleksi kanan

No
1

Rentang
Gerak
ktgr

1
2
6
3

8
16
50
26

0
1
4
7

0
8
33
58

Poor
Fair
Good
Normal

1
1
9
1

8
8
75
8

1
0
2
9

8
0
16
75

Fleksi kiri

Poor
Fair
Good
Normal

1
3
7
1

8
26
58
8

0
1
4
7

0
8
33
67

Ekstensi
Kanan

Poor
Fair
Good
Normal

1
2
8
1

8
16
67
8

0
0
4
8

0
0
33
67

Ekstensi kiri

Poor
Fair
Good
Normal

1
2
7
2

8
16
58
16

0
1
3
8

0
8
23
67

Poor
Fair
Good
Normal

1
2
7
2

8
16
58
16

0
1
2
9

0
8
16
74

Dorsal fleksi
Kiri

Poor
Fair
Good
Normal

1
1
7
3

8
8
58
24

1
4
4
3

8
33
33
26

Plantar fleksi
Kanan

Poor
Fair
Good
Normal

2
8
2
0

16
67
16
0

1
3
6
2

8
26
50
16

Plantar fleksi
Kiri

Poor
Fair
Good
Normal

9
21
53
13

9
22
55
14

3
11
29
53

3
11
30
55

Jumlah

Ekstensi kiri

2

Ankle
Dorsal fleksi
kanan

Dorsal fleksi
kiri

Plantar fleksi
kanan

Plantar fleksi
kiri

2

Ankle
Dorsal fleksi
Kanan

Jumlah

Distribusi pre test kekuatan
otot sendi lutut dan ankle pada
kelompok perlakuan menunjukkan

Post

F

%

F

%

Poor
Fair
Good
Normal

0
5
7
0

0
42
58
0

2
3
6
1

16
26
50
8

Poor
Fair
Good
Normal

0
4
8
0

0
33
67
0

2
4
6
0

16
34
50
0

Poor
Fair
Good
Normal

1
6
5
0

8
50
42
0

2
7
3
0

16
58
26
0

Poor
Fair
Good
Normal

1
4
7
0

8
16
67
8

1
8
3
0

8
67
2
0

Poor
Fair
Good
Normal

0
5
7
0

0
42
58
0

0
5
6
1

0
42
50
8

Poor
Fair
Good
Normal

0
4
8
0

0
33
67
0

1
6
5
0

8
50
42
0

Poor
Fair
Good
Normal

0
2
8
2

0
16
67
25

4
6
2
0

33
50
16
0

Poor
Fair
Good
Normal

2
9
1
0

16
75
8
0

6
6
0
0

50
50
0
0

Poor
Fair

4
3
9
5
1

4
41

18
45

19
47

53

31

32

2

2

2

2

Lutut
Fleksi kanan

Poor
Fair
Good
Normal
Fleksi kiri

Ekstensi
kanan

Pre

Good

Normal

8

Pengaruh Latihan Range Of Motion Aktif Terhadap Peningkatan Rentang Gerak Sendi
Dan Kekuatan Otot Kaki Pada Lanjut Usia Di Panti Wreda Dharma Bakti Surakarta
(Mudrikhah)

Distribusi pre test kekuatan
otot sendi lutut dan ankle pada
kelompok
kontrol
menunjukkan
distribusi tertinggi adalah good yaitu
sebanyak
54% dan distribusi
terendah adalah poor dan normal
sebanyak 2%. Distribusi post test
menunjukkan distribusi tertinggi
adalah fair yaitu sebanyak 47% dan
distribusi terendah adalah normal
sebanyak 2%. Pada pre test dan
post test kekuatan otot sendi
kelompok kontrol tidak ditemui
kondisi zeero dan trace.
Analisis Bivariat
Pengaruh ROM aktif terhadap
Peningkatan Rentang Gerak
1) Uji Paired sampel t-test
Tabel 5. Hasil Uji Paired sampel ttest Rentang Gerak Sendi
Lutut dan Ankle Kelompok
Perlakuan dan Kelompok
Kontrol
Rentang
gerak
1
2
3
4
No

1
2
3
4

Fleksi
Ekstensi
Dorsal
Plantar
Rentang
gerak
Fleksi
Ekstensi
Dorsal
Plantar

Perlakuan
Rata-rata
thit
Pre
Post
112,50 131,67 11,894
2,29
7,08
6,802
14,17 23,13
6,349
37,50 45,20
8,547
Kontrol
Rata-rata
thit
Pre
Post
113,33 114,38 0,926
6,46
6,88
0,569
8,54
9,17
0,549
35,21 32,50
1,286

p-v
0,000
0,000
0,000
0,000
p-v
0,364
0,575
0,588
0,211

Hasil uji Paired sampel t-test
rentang gerak pre test dan post test
pada
kelompok
perlakuan
menunjukkan nilai p-value lebih kecil
dari 0,05, maka H0 ditolak. Sehingga
disimpulkan terdapat perbedaan
antara pre test dan post test rentang
gerak pada kelompok perlakuan.
Berdasarkan data pada tabel
5,
rata-rata
rentang
gerak
mengalami peningkatan sehingga
disimpulkan
terdapat
pengaruh

pemberian latihan
ROM
aktif
terhadap peningkatan rentang gerak
sendi lutut dan ankle pada kelompok
perlakuan
dengan
selisih
peningkatan sebesar 19,170 pada
posisi fleksi, 4,790 pada ekstensi,
8,990 pada dorsal fleksi dan 7,70
pada plantar fleksi.
Hasil uji paired sampel t-test
rentang gerak pre test dan post test
pada kelompok kontrol menunjukkan
nilai p-value lebih besar dari 0,05,
maka
H0
diterima.
Sehingga
disimpulkan
tidak
terdapat
perbedaan antara pre test dan post
test rentang gerak pada kelompok
kontrol.
2) Uji Independent sample t-testt
Tabel

N
o
1
2
3
4
N
o
1
2
3
4

6.

Hasil Uji Independent
sample t-test Rentang
Gerak Sendi Lutut dan
Ankle Kelompok Perlakuan
dan Kelompok Kontrol

Rentang
gerak
Fleksi
Ekstensi
Dorsal fleksi
Plantar fleksi
Rentang
gerak
Fleksi
Ekstensi
Dorsal fleksi
Plantar fleksi

Pre test
p-v
t hitung
0,294
0,770
4,502
0,000
2,613
0,012
1,014
0,303
Post test
p-v
t hitung
6,868
0,000
0,211
0,834
7,576
0,000
5,829
0,000

kes
H0
H0
H0
H0

diterima
ditolak
ditolak
diterima
kes

H0
H0
H0
H0

ditolak
diterima
ditolak
ditolak

Hasil uji Independent sample
t-test rentang gerak pre test antara
kelompok
perlakuan
dengan
kelompok kontrol menunjukkan dua
rentang gerak yaitu fleksi dan plantar
fleksi memiliki nilai p-value lebih
besar dari 0,05, maka H0 diterima
sehingga disimpulkan tidak terdapat
perbedaan pre test rentang gerak
fleksi dan plantar fleksi antara
kelompok perlakuan dan kontrol
Sedangkan dua rentang gerak
lainnya adalah ektensi dan dorsal
fleksi memiliki nilai p-value lebih

9

Pengaruh Latihan Range Of Motion Aktif Terhadap Peningkatan Rentang Gerak Sendi
Dan Kekuatan Otot Kaki Pada Lanjut Usia Di Panti Wreda Dharma Bakti Surakarta
(Mudrikhah)

kecil dari 0,05, maka H0 ditolak
sehingga
disimpulkan
terdapat
perbedaan pre test rentang gerak
ekstensi dan dorsal fleksi antara
kelompok perlakuan dan kontrol
dimana nilai rata-rata pre test
ekstensi kelompok perlakuan lebih
rendah dari kelompok kontrol yaitu
2,290 < 6,460 dan nilai rata-rata pre
test dorsal fleksi kelompok kontrol
lebih rendah dari pada kelompok
perlakuan yaitu 8,540 < 14,170.
Hasil uji Independent sample
t-test rentang gerak post test antara
kelompok
perlakuan
dengan
kelompok kontrol menunjukkan Tiga
rentang gerak yaitu fleksi, dorsal
fleksi dan plantar fleksi memiliki nilai
p-value lebih kecil dari 0,05, maka
H0 ditolak sehingga disimpulkan
terdapat perbedaan pre test rentang
gerak fleksi, dorsal
fleksi dan
plantar fleksi antara kelompok
perlakuan dan kontrol.

responden (22%) turun menjadi 11
responden (11%) pada post test,
selanjutnya kategori good pada pre
test terdapat 53 responden (55%)
turun menjadi 29 responden (30%)
pada post test, dan pada kategori
normal pada pre test sebanyak 13
responden (14%) meningkat menjadi
53 responden (55%) pada post test.
Hasil uji Marginal Homogeneity
Test menunjukkan nilai p-value
sebesar 0,000. Nilai p-value lebih
kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05) maka
H0 ditolak, sehingga terdapat
perbedaan kekuatan otot antara pre
test dan post test pada kelompok
perlakuan. Berdasarkan distribusi
kategori kekuatan otot menunjukkan
bahwa pada post test kekuatan otot
lebih baik dibandingkan pre test
maka
disimpulkan
terdapat
pengaruh latihan ROM terhadap
peningkatan kekuatan otot lutut dan
ankle pada lansia.

Pengaruh ROM aktif terhadap
Peningkatan Kekuatan Otot

2) Uji Marginal Homogeneity Test
Kelompok kontrol
Tabel 8. Hasil Uji Marginal
Homogeneity
Test
Kekuatan Otot Lutut dan
Ankle Kelompok kontrol

1) Uji Marginal Homogeneity Test
Kelompok Perlakuan
Tabel 7. Hasil Uji Marginal
Homogeneity
Test
Kekuatan Otot Lutut dan
Ankle Kelompok Perlakuan
Pre test
kekuatan
otot

Poor

F
%
Poor
3
3
Fair
0
0
Good
0
0
Normal
0
0
Total
3
3
p-v = 0,000

Post test Kekuatan otot
Fair
Good
Norm
al
F
% F
% F
%
1
1
3
3
2
2
7
7
11 11 3
3
3
3
15 16 35 37
0
0
0
0
13 14
11 11 29 30 53 55

Pre test
kekuatan
otot

Poor

Poor
Fair

F
4
12

Good

2

Total
F
9
21
53
13
96

%
4
1
3
2

%
9
22
55
14
100

Tabulasi silang pre test dan
post test kekuatan otot pada
kelompok
kontrol
menunjukkan
adanya peningkatan kekuatan otot
antara pre test dengan post test.
Pada kekuatan otot kategori poor
pada pre test terdapat 9 responden
(9%) dan turun menjadi 3 responden
(3%) pada post test. Kategori fair
pada pre test sebanyak 21

Normal
Total

0
0
1
1
8
9
p-v = 0,000

Post test Kekuatan otot
Fair
Good
Norm
al
F
% F
% F
%
0
0
0
0
0
0
2
2
3
3
0
0
4
5
2
2
2 27
2
2
1
2
6
0
0
2
2
0
0
4
4
3 32
2
2
5
7
1

Total
F
4
39

%
4
41

51

53

2
96

2
100

Tabulasi silang pre test dan
post test kekuatan otot pada
kelompok
kontrol
menunjukkan
adanya penurunan kekuatan otot
antara pre test dengan post test.
Pada kekuatan otot kategori poor
pada pre test terdapat 4 responden
(4%) dan naik menjadi 18 responden
(19%) pada post test. Kategori fair
pada pre test sebanyak 39

10

Pengaruh Latihan Range Of Motion Aktif Terhadap Peningkatan Rentang Gerak Sendi
Dan Kekuatan Otot Kaki Pada Lanjut Usia Di Panti Wreda Dharma Bakti Surakarta
(Mudrikhah)

responden (41%) naik menjadi 45
responden (47%) pada post test,
selanjutnya kategori good pada pre
test terdapat 51 responden (53%)
turun menjadi 31 responden (32%)
pada post test, dan pada kategori
normal pada pre test dan post test
sama yaitu sebanyak 2 responden
(2%).
3. Uji Two Sample KolmogorovSmirnov Test Pre test Kekuatan
otot.
Tabel 9. Hasil Uji Two Sample
Kolmogorov-Smirnov Test
Pre Test Kekuatan Otot
Lutut dan Ankle Kelompok
Perlakuan dan Kelompok
Kontrol
Kekuatan
otot
Poor
Fair
Good
Normal
Total
p-v

Perlakuan
F
9
21
53
13
96
= 0,342

%
5
11
28
7
50

Kontrol
F
4
39
51
2
96

%
2
20
27
1
50

Perbandingan
pre
test
kekuatan otot kelompok perlakuan
dengan
kelompok
kontrol
menunjukkan bahwa pada kedua
kelompok
distribusi
tertinggi
kekuatan otot adalah good yaitu
sebanyak 53 responden (28%) pada
kelompok
perlakuan
dan
51
responden (27%) pada kelompok
kontrol.
Sedangkan
distribusi
terendah pada kelompok perlakuan
adalah poor yaitu sebanyak 9
responden (5%) dan pada kelompok
kontrol distribusi terendah adalah
normal sebanyak 4 responden (2%).
Hasil
uji
Two
Sample
Kolmogorov-Smirnov Test kekuatan
otot pre test antara kelompok
perlakuan dengan kelompok kontrol
menunjukkan nilai p-value 0,342.
Nilai p-value lebih besar lebih dari
0,05 (0,342 > 0,05), maka H0
diterima, sehingga disimpulkan tidak

terdapat perbedaan kekuatan otot
antara kelompok perlakuan dan
kontrol pada awal penelitian (pre
test).
4. Uji Two Sample KolmogorovSmirnov Test Post test Kekuatan
otot.
Tabel 10. Hasil Uji Two Sample
Kolmogorov-Smirnov Test
Post Test Kekuatan Otot
Lutut dan Ankle Kelompok
Perlakuan dan Kelompok
Kontrol
Kekuatan
otot
Poor
Fair
Good
Normal
Total
p-v

Perlakuan
F
3
11
29
53
96
= 0,000

%
2
6
15
28
50

Kontrol
F
18
45
31
2
96

%
53
23
16
1
50

Perbandingan
post
test
kekuatan otot kelompok perlakuan
dengan
kelompok
kontrol
menunjukkan
terdapat
adanya
perbedaan kekuatan otot. Pada
kelompok
perlakuan
distribusi
tertinggi
adalah
normal
yaitu
sebanyak 53 responden (28%) dan
distribusi terendah adalah poor
sebanyak 3 responden (2%).
Sedangkan pada kelompok kontrol
distribusi tertinggi adalah fair yaitu
sebanyak 45 responden (23%) dan
distribusi terendah adalah normal
sebanyak 2 responden (1%).
Hasil
uji
Two
Sample
Kolmogorov-Smirnov Test kekuatan
otot post test antara kelompok
perlakuan dengan kelompok kontrol
menunjukkan nilai p-value 0,000.
Nilai p-value lebih kecil lebih kecil
dari 0,05 (0,000 < 0,05), maka H0
ditolak,
sehingga
disimpulkan
terdapat perbedaan kekuatan otot
antara kelompok perlakuan dan
kontrol pada akhir penelitian (post
test).

Pengaruh Latihan Range Of Motion Aktif Terhadap Peningkatan Rentang Gerak Sendi
Dan Kekuatan Otot Kaki Pada Lanjut Usia Di Panti Wreda Dharma Bakti Surakarta
(Mudrikhah)

PEMBAHASAN
Gambaran Rentang Gerak
Hasil penelitian menunjukkan
kondisi awal rentang gerak lansia
pada kedua kelompok rata-rata
memiliki keterbatasan rentang gerak.
Hal tersebut terlihat dari rata-rata
rentang gerak yang dibawah batas
normal rentang gerak. Rentang
gerak fleksi lutut pada kedua
kelompok masih dibawah 1200,
dorsal pada kedua kelompok ratarata kurang dari 200, dan plantar
fleksi pada kedua kelompok masih
dibawah 450. Sedangkan ekstensi
dalam batas normal yaitu antara 00100.
Penurunan fleksibilitas pada
lansia
terjadi
karena
pada
persendian, jaringan ikat dan tulang
mengalami degenerasi sehingga
elastisitas jaringan ikat dan tulang
rawan
berkurang.
Perubahan
elastisitas
serabut
otot
juga
mempengaruhi fleksibilitas, dimana
jaringan ikat didalam serabut otot
bertambah (Primana, 2006).
Hal ini juga dipengaruhi oleh
adanya penyakit penyerta yang
memperburuk kemampuan rentang
gerak lansia. Sebagian besar lansia
dalam
penelitian
ini
memiliki
penyakit penyerta seperti Remathoid
Atritis dan Athritis Gout yang
berhubungan dengan penurunan
kemampuan rentang gerak pada
lansia. Banyak keterbatasan rentang
gerak akibat dari arthritis. Nyeri,
bengkak sendi dan keterbatasan
gerak
akhirnya
menimbulkan
perubahan dalam ROM yang normal
(Jenkins, 2005).
Data post test rentang gerak
pada kelompok perlakuan setelah
pemberian
latihan
ROM
aktif
menunjukkan adanya peningkatan
rentang gerak. Setelah pemberian
latihan ROM aktif rata-rata rentang

11

gerak sendi berada dalam batas
normal. fleksi lutut antara 1200–1350,
dorsal fleksi antara 200-300, plantar
fleksi antara 450-500, dan ekstensi
antara 00-100.
Data post test rentang gerak
pada kelompok kontrol menunjukkan
tidak adanya peningkatan rata-rata
rentang
gerak,
bahkan
ada
beberapa
yang
mengalami
penurunan. Rata-rata rentang gerak
sendi ekstensi lutut kiri, dorsal fleksi
kiri, plantar fleksi kanan dan kiri
pada kelompok kontrol mengalami
penurunan.
Menurut Jenkins (2005),
penurunan ROM disebabkan oleh
tidak adanya aktivitas dan latihan
untuk mempertahankan kenormalan
ROM, sendi dan otot dengan
maksimum dan dilakukan secara
teratur. Terjadi degenerasi, erosi dan
kalsifikasi pada kartilago dan kapsul
sendi.
Sendi
kehilangan
fleksibilitasnya
sehingga
terjadi
penurunan
luas
gerak
sendi
(Pudjiastuti dan Utomo, 2003).
Gambaran Kekuatan Otot
Distribusi pre test kekuatan
otot lansia pada kelompok perlakuan
maupun kontrol menunjukkan ratarata berada pada kategori good
Selanjutnya pada post test kelompok
perlakuan menunjukan sebagian
besar lansia memiliki kekuatan otot
dalam kategori normal sedangkan
pada kelompok kontrol menurun
menjadi fair.
Kekuatan muskuler mulai
merosot sekitar usia 40 tahun,
dengan
kemunduran
yang
dipercepat setelah usia 60 tahun.
Penurunan
penggunaan
sistem
muskuler adalah penyebab utama
untuk kehilangan kekuatan otot
(Stanley dan Beare, 2006). Seiring
penuaan, serat otot akan mengecil,
dan massa otot berkurang. Seiring
berkurangnya massa otot, kekuatan

Pengaruh Latihan Range Of Motion Aktif Terhadap Peningkatan Rentang Gerak Sendi
Dan Kekuatan Otot Kaki Pada Lanjut Usia Di Panti Wreda Dharma Bakti Surakarta
(Mudrikhah)

otot juga berkurang (National
Osteoporosis Foundation, 2006
dalam Potter dan Perry, 2009).
Analisis Bivariat
Pengaruh
ROM
terhadap
peningkatan Rentang Gerak
Berdasarkan hasil analisis ttest, terdapat perbedaan antara pre
test dan post test rentang gerak
pada kelompok perlakuan setelah
dilakukan latihan Range Of Motion
(ROM) aktif. Rata-rata rentang gerak
sendi lutut dan ankle pada lansia di
Panti
Wreda
Dharma
Bakti
Surakarta
sebagai
kelompok
perlakuan meningkat. Dari hasil
tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh latihan Range
Of Motion (ROM) aktif terhadap
peningkatan rentang gerak sendi
pada lansia.
Hasil ini sesuai dengan
penelitian Ulliya, Soempeno, dan
Kushartanti
(2007)
tentang
“Pengaruh Latihan Range Of Motion
(ROM) Terhadap Fleksibilitas Sendi
Lutut Pada Lansia Di Panti Wreda
Wening
Wardoyo
Ungaran”.
Penelitian ini menunjukkan bahwa
ada peningkatan yang signifikan
antara pengukuran pertama-kedua
pada fleksi lutut kanan dan kiri dan
antara pengukuran pertama-ketiga
pada fleksi sendi lutut kiri
Adanya pergerakan pada
persendian akan
menyebabkan
terjadinya peningkatan aliran darah
ke dalam kapsula sendi dan
memberikan
nutrisi
yang
memungkinkan
tulang
untuk
bergerak dengan lancar dan tanpa
rasa sakit atau ketidaknyamanan
(Jenkins, 2005).
Latihan Range Of Motion
aktif
terbukti
tidak
hanya
meningkatkan rentang gerak tetapi
juga dapat mempertahankan rentang
gerak. Hal ini terlihat dari hasil

12

penelitian
yang
menunujukkan
bahwa pada post test kelompok
kontrol terlihat rata-rata rentang
gerak sendi lutut dan ankle lansia
mengalami penurunan.
Jika terjadi penurunan gerak
atau mobilitas maka aliran darah
berkurang, sendi menjadi kaku dan
menyakitkan, hal ini menyebabkan
penurunan aktivitas dan pada
akhirnya
rentang
gerak akan
semakin mengalami penurunan dan
keterbatasan gerak (Jenkins, 2005).
Pengaruh
ROM
terhadap
peningkatan Kekuatan Otot
Berdasarkan hasil analisis
Marginal Homogeneity Test dapat
disimpulkan terdapat perbedaan
antara pre test dan post test
kekuatan pada kelompok perlakuan
setelah dilakukan latihan Range Of
Motion (ROM) aktif. Kekuatan otot
lutut dan ankle pada lansia di Panti
Wreda Dharma Bakti Surakarta
sebagai
kelompok
perlakuan
meningkat. Dari hasil tersebut, maka
dapat disimpulkan bahwa ada
pengaruh latihan Range Of Motion
(ROM) aktif terhadap peningkatan
kekuatan otot pada lansia di Panti
Wreda Dharma Bakti Surakarta.
Hasil ini sesuai dengan
penelitian Astrid, Nurachmah, dan
Budiharto (2011) tentang “Pengaruh
Latihan Range Of Motion (ROM)
Terhadap Kekuatan Otot, Luas
Gerak Sendi Dan Kemampuan
Fungsional Pasien Stroke Di RS Sint
Carolus Jakarta”. Hasil penelitian
menunjukkan
kekuatan
otot
meningkat
(p=0,001)
dan
kemampuan fungsional meningkat
(p=0,001) setelah diberikan latihan.
Latihan
ROM
aktif
merupakan jenis latihan isotonik
yang menyebabkan kontraksi otot,
perubahan panjangnya otot dan
merangsang aktivitas osteoblastik
(aktivitas sel pembentuk otot).

Pengaruh Latihan Range Of Motion Aktif Terhadap Peningkatan Rentang Gerak Sendi
Dan Kekuatan Otot Kaki Pada Lanjut Usia Di Panti Wreda Dharma Bakti Surakarta
(Mudrikhah)

Latihan ini juga meningkatkan tonus
otot, massa dan kekuatan otot
(Potter dan Perry, 2010).
Latihan Range Of Motion
aktif
terbukti
tidak
hanya
meningkatkan kekutan otot tetapi
juga
dapat
mempertahankan
kekuatan otot. Hal ini terlihat dari
hasil penelitian yang menunujukkan
bahwa pada post test kelompok
kontrol
mengalami
penurunan
kekuatan otot dari good menjadi fair.
Otot-otot
volunter
akan
kehilangan tonus dan kekuatannya
jika tidak digunakan. Latihan ROM
aktif yang dilakukan secara intensif
dapat untuk mempertahankan tonus
& fungsi otot, serta mencegah
disabilitas sendi (Hickey, 2003
dalam Astrid, Nurachmah, dan
Budiharto 2011).

13

kekuatan otot semua pergerakan
sebagian besar pada kategori
good.
4. Rentang gerak sendi lutut dan
ankle lansia pada pengukuran
akhir (post test) di Panti Lansia
Aisyiyah Surakarta rata-rata di
bawah
batas
normal
dan
kekuatan otot semua pergerakan
sebagian besar pada kategori
fair.
5. Terdapat
pengaruh
latihan
Range of Motion (ROM) aktif
terhadap peningkatan rentang
gerak sendi dan kekuatan otot
kaki pada lansia di Panti Wreda
Dharma Bakti Surakarta.

SIMPULAN DAN SARAN

Saran
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, maka penulis
menyampaikan beberapa saran
bagi:

Simpulan
1. Rentang gerak sendi lutut dan
ankle pada lansia di Panti Wreda
Dharma Bakti Surakarta sebelum
dilakukan latihan ROM aktif ratarata di bawah batas normal dan
kekuatan otot semua pergerakan
(fleksi, ekstensi , dorsal fleksi
dan plantar fleksi) sebelum
dilakukan latihan ROM aktif
sebagian besar pada kategori
good.
2. Rentang gerak sendi lutut dan
ankle pada lansia di Panti Wreda
Dharma Bakti Surakarta setelah
dilakukan latihan ROM aktif ratarata dalam batas normal dan
kekuatan otot semua pergerakan
setelah dilakukan latihan ROM
aktif sebagian besar pada
kategori normal.
3. Rentang gerak sendi lutut dan
ankle
lansia
pada
awal
pengukuran (pre test) di Panti
Lansia Aisyiyah Surakarta ratarata di bawah batas normal dan

1. Panti Wreda
Bagi pengelola panti hendaknya
menyediakan
sumber
daya
manusia
untuk
melakukan
program latihan khusus untuk
lansia yang memiliki keterbatasan
gerak atau kelemahan fisik
secara
berkelanjutan
serta
memfasilitasi program tersebut.
2. Lansia
Lansia hendaknya senantiasa
menjaga kesehatan dan aktif
mengikuti kegiatan-kegiatan serta
latihan dan senam lansia yang
bertujuan untuk meningkatkan
rentang gerak dan kekuatan otot.
3. Perawat
Dalam melakukan perawatan
lansia
yang
mengalami
keterbatasan
rentang
gerak,
perawat
hendaknya
meningkatkan
pengetahuan
tentang perawatan lansia melalui

Pengaruh Latihan Range Of Motion Aktif Terhadap Peningkatan Rentang Gerak Sendi
Dan Kekuatan Otot Kaki Pada Lanjut Usia Di Panti Wreda Dharma Bakti Surakarta
(Mudrikhah)

pelatihan, telaah hasil penelitian,
kajian teori dan lain-lain.
4. Peneliti yang lain
Hasil penelitian ini diharapkan
dapat
menambah
perbendaharaan
ilmu
pengetahuan khususnya tentang
pengaruh latihan Range Of
Motion (ROM) aktif terhadap
peningkatan rentang gerak sendi
dan kekuatan otot kaki pada
lansia, sehingga dapat digunakan
sebagai referensi bagi penelitian
berikutnya
dengan
tujuan
menyempurnakan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA
Astrid,

M., Nurachmah, E, &
Budiharto (2011). Pengaruh
Latihan Range Of Motion
(ROM) Terhadap Kekuatan
Otot, Luas Gerak Sendi Dan
Kemampuan
Fungsional
Pasien Stroke di RS Sint
Carolus Jakarta. Jurnal Ilmu
Keperawatan dan Kebidanan
(JIKK). 1. 4. 175-182.

Atmojo, M.B. (2008). Tes &
Pengukuran
Pendidikan
Jasmani/
Olahraga.
Surakarta:
Lembaga
Pengembangan Pendidikan
(LPP) UNS.
Azizah, L.M. (2011). Keperawatan
Lanjut Usia. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Begg, R.K. & Sparrow, W.A. (2006).
Ageing Effects on Knee and
Ankle Joint Angles at Key
Events and Phases of The
Gait Cycle. Journal of

14

Medical
Engineering
&
Technology. 30. 6. 382–389.
Dahlan, M.S. (2011). Statistik Untuk
Kedokteran Dan Kesehatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Daniel

& Worthingham. (2004).
Muscle Testing: Techniques
of Manual Examination 7th ed
(Eriana,
penerjemah).
Philadelpia: W.B. Saunders
Company.

Effendi, F & Makhfudli. (2009).
Keperawatan
Kesehatan
Komunitas: Teori dan Praktik
Dalam Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Feland, J.B., Myrer, J.M., Schulthies,
S.S., Fellingham, G.W., &
Measom, G.W. (2001). The
Effect
of
Duration
of
Stretching of The Hamstring
Muscle Group for Increasing
Range Of Motion In People
Aged 65 Years or Older.
Journal Physical Therapy .
81. 5. 1110-1117.
Ismaryati.
(2006).
Tes
Dan
Pengukuran
Olahraga.
Surakarta: Sebelas Maret
University Perss.
Jenkis, L. (2005). Maximizing Range
Of Motion In Older Adults.
The Journal On Active Aging.
50-55.
Kozier, B., Erb, G., Berman, A. &
Snyder, S. (2010). Buku Ajar
Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses & Praktik
(Esty Wahyuningsih, Devi
Yulianti, Yuyun Yuningsih, &
Ana Lusiana, penerjemah).
Jakarta: EGC.

Pengaruh Latihan Range Of Motion Aktif Terhadap Peningkatan Rentang Gerak Sendi
Dan Kekuatan Otot Kaki Pada Lanjut Usia Di Panti Wreda Dharma Bakti Surakarta
(Mudrikhah)

Kusumawati, F & Hartono, Y. (2010).
Buku Ajar Keperawatan Jiwa.
Jakarta: Salemba Medika.
Maryam, R.S., Ekasari, M.F.,
Rosidawati., Jubaedi, A., &
Batubara,
I.
(2008).
Mengenal Usia Lanjut dan
Perawatannya.
Jakarta:
Salemba Medika.
Mecagni, C., Smith, J.P., Robrts,
K.E., & O’Sullivan, S.B.
(2000). Balance and Ankle
Range
Of
Motion
In
Community-Dwelling Women
Aged 64 to 87 Years: A
Correlational Study. Journal
Physical Therapy . 80. 10.
1005- 1011.
Muttaqin, A. (2010). Pengkajian
Keperawatan: Aplikasi Pada
Praktik
Klinik.
Jakarta:
Salemba Medika.
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi
Penelitian
Kesehatan.
Jakarta: Rineka Cipta.
Potter, P.A. & Perry, A.G. (2009).
Fundamental Keperawatan.
Buku 1 edisi ke-7 (Adrina
Ferderika & Marina Albar,
Penerjemah).
Jakarta:
Salemba Medika.
(2010).
Fundamental
Keperawatan. Buku 2 & 3
edisi ke-7 (Diah Nur Fitriani,
Onny Tampubolon, & Farah
Diba, Penerjemah). Jakarta:
Salemba Medika.
Primana, D.A. (2006). Fleksibilitas
Sendi Lanjut Usia Pada
Berbagai Kompensasi Tubuh.
Jurnal
Knowledge
management (JKM). 06. 01.
1-12.

15

Pudjiastuti, S.S. & Utomo, B. (2003).
Fisioterapi
Pada
Lansia.
Jakarta: EGC.
Setiati,

S.,
Sudoyo,
A.W.,
Setiyohadi, B., Alwi, I., &
Simadibarata, M. (2009).
Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam.
Jakarta:
Interna
Publishing.

Stanley, M & Beare, P.G. (2006).
Buku
Ajar
Keperawatan
Gerontik. Edisi ke-2 (Nety
Juniarti & Sari Kurnianingsih,
Penerjemah). Jakarta: EGC.
Uliya,

S., Soempeno, B., &
Kushartanti B.M.W. (2007).
Pengaruh Latihan Range Of
Motion (ROM) Terhadap
Fleksibilitas Sendi Lutut Pada
Lansia Di Panti Wreda
Wening Wardoyo Ungaran.
Jurnal Media Ners. 1. 2. 7278.

*Mudrikhah:
Mahasiswa
S1
Keperawatan FIK UMS. Jln A Yani
Tromol Post 1 Kartasura
**Agus Sudaryanto, S.kep., Ns.,
M.kes: Dosen Keperawatan FIK
UMS. Jln A Yani Tromol Post 1
Kartasura.
**Kartinah, A.Kep., S.Kep: Dosen
Keperawatan FIK UMS. Jln A Yani
Tromol Post 1 Kartasura

Dokumen yang terkait

Disfungsi Sendi Temporomandibula Dilihat Melalui Gambaran Radiografi

0 20 48

PENGARUH LATIHAN RANGE OF MOTION AKTIF TERHADAP KELENTUKAN SENDI EKTREMITAS BAWAH DAN GERAK MOTORIK PADA LANSIA DI UNIT PELAYANAN SOSIAL WENING WARDOYO UNGARAN

20 158 111

PENGARUH LATIHAN FLEKSIBILITAS STATIS TERHADAP PENINGKATAN RANGE OF MOTION SENDI PADA WANITA Pengaruh Latihan Fleksibilitas Statis Terhadap Peningkatan Range Of Motion Sendi Pada Wanita Lanjut Usia.

0 2 11

PENGARUH LATIHAN FLEKSIBILITAS STATIS TERHADAP PENINGKATAN RANGE OF MOTION SENDI PADA WANITA LANJUT Pengaruh Latihan Fleksibilitas Statis Terhadap Peningkatan Range Of Motion Sendi Pada Wanita Lanjut Usia.

0 2 16

BAB 1 PENDAHULUAN Pengaruh Latihan Fleksibilitas Statis Terhadap Peningkatan Range Of Motion Sendi Pada Wanita Lanjut Usia.

0 3 4

PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP KELUHAN NYERI DAN PENINGKATAN RENTANG GERAK PADA Pengaruh Senam Ergonomik Terhadap Keluhan Nyeri Dan Peningkatan Rentang Gerak Pada Lansia Yang Mengalami Nyeri Reumatik Di Panti Wreda Dharma Bhakti Surakarta.

21 38 18

PENGARUH LATIHAN RANGE OF MOTION AKTIF TERHADAP PENINGKATAN RENTANG GERAK SENDI Pengaruh Latihan Range Of Motion Aktif Terhadap Peningkatan Rentang Gerak Sendi Dan Kekuatan Otot Kaki Pada Lansia Di Panti Wreda Dharma Bakti Surakarta.

0 1 18

PENDAHULUAN Pengaruh Latihan Range Of Motion Aktif Terhadap Peningkatan Rentang Gerak Sendi Dan Kekuatan Otot Kaki Pada Lansia Di Panti Wreda Dharma Bakti Surakarta.

0 2 7

Pengaruh Latihan Range of Motion Rom Aktif Terhadap Perubahan Rentang Gerak Sendi Pada Penderita Stroke

0 0 10

PENGARUH RANGE OF MOTION AKTIF CYLINDRIC

0 0 16