REPRESENTASI DISKRIMINASI PEREMPUAN DALAM NOVEL “RONGGENG DUKUH PARUK” (Studi Semiologi Tentang Representasi Diskriminasi Perempuan Dalam Novel “Ronggeng Dukuh Paruk” Karya Ahmad Tohari).

REPRESENTASI DISKRIMINASI PEREMPUAN DALAM NOVEL
“RONGGENG DUKUH PARUK”
(Studi Semiologi Tentang Representasi Diskriminasi Per empuan Dalam
Novel “Ronggeng Dukuh Par uk” Kar ya Ahmad Tohar i)

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syar atan
dalam Memper oleh Gelar Sar jana Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
J urusan Ilmu Komunikasi

Oleh :
FARIHAH WACHDIN
NPM. 0843010154

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL“VETERAN”J AWATIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SURABAYA
2012


Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.
Alhamdulillah, dengan memanjatkan Puji dan syukur kepada ALLAH SWT
yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah_Nya dan serta salam
shalawat kepada Rasulullah SAW, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul : “Repr esentasi Diskr iminasi Per empuan Dalam Novel
Ronggeng

Dukuh

Paruk”

(Studi

Semiologi


Tentang

Representasi

Diskr iminasi Per empuan Dalam Novel “Ronggeng Dukuh Par uk” Karya
Ahmad Tohari), dengan lancar.
Tentunya dalam proses penyusunan skripsi

ini tidak terlepas dari

pengarahan serta bimbingan, bantuan, semangat dan dukungan dari berbagai
pihak, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik dan tepat pada waktunya.
oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima
kasih atas segala bantuan, dorongan dan semangat serta inspirasi kepada :
1.

Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, Mp. Rektor Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2.


Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3.

Bapak Juwito, S.Sos., M.Si. Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jawa Timur.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4.

Bapak Drs. Syaifuddin Zuhri, M.Si. Dosen Pembimbing yang telah sabar
memberikan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing dan mengarahkan
penulis demi sempurnanya penyusunan skripsi ini.

5.


Bapak Drs. Kusnarto, M.Si. Dosen Wali yang telah memberikan bantuan,
nasehat serta motivasi yang sabar mengarahkan penulis demi kelancaran
dalam penyusunan skripsi ini.

6.

Secara khusus dengan rasa hormat menyampaikan terima kasih sedalamdalamnya kepada Abah, Ummi, saudaraku dan keluarga besar yang telah
mencurahkan kasih sayangnya, memberikan banyak dukungan dan semangat
serta doa restu, baik secara moril maupun materil.

7.

Seluruh dosen Program Studi Ilmu Komunikasi yang telah banyak membekali
ilmu dan memberikan inspirasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

8.

Seluruh staf karyawan TU yang telah menjadi rekan dan membantu jalannya
skripsi ini.


9.

Sahabatku Arien, “jelek” yang senantiasa menemani hari-hariku dan
membantu kesempurnaan skripsi ini.

10. Teman seperjuangan fadzi, tissa, ria yang turut serta membantu dalam
penyelesaian skripsi ini.
11. Seluruh teman-teman kampus tanpa terkecuali, terimakasih telah menjadi
teman dalam susah maupun senang.
12. Untuk semua pihak yang tidak dapat penulis cantumkan secara keseluruhan.
Terimakasih telah ikut berpartisipasi membantu dalam penyelesaian skripsi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ini.
Semoga ALLAH SWT selalu melindungi, dan memberikan Rahmat serta
Karunianya atas jasa yang telah diberikan kepada penulis baik secara moril
maupun secara materi.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun guna kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata, semoga laporan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
demi kemajuan ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu komunikasi khususnya.
Amin.
Wassalamualaikum Wr.Wb

Surabaya, April 2012

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

HALAMAN J UDUL…………………………………………...


i

HALAMAN PERSETUJ UAN UJ IAN SKRIPSI…………….

ii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI……………………...

iii

KATA PENGANTAR…………………………………………

iv

DAFTAR ISI……………………………………………………

vi

DAFTAR TABEL.......................................................................


viii

DAFTAR GAMBAR..................................................................

ix

DAFTAR LAMPIRAN...............................................................

x

ABSTRAKSI...............................................................................

xi

BAB I

PENDAHULUAN....……………………………........

1


1.1. Latar Belakang .............……………………….....

1

1.2. Rumusan Masalah......…………………................

13

1.3. Tujuan Penelitian............................…....................

13

1.4. Manfaat penelitian..................................................

14

1.4.1. Teoritis........................................................

14


1.4.2. Praktis.........................................................

14

BAB II KAJ IAN PUSTAKA....……….……..….…………......
2.1

15

Landasan Teori......................................................

15

2.1.1

Novel.........................................................

15


2.1.2

Karya Sastra Sebagai Proses
Komunikasi Massa…................................

2.1.3

Karya Sastra Novel Sebagai Media

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

Komunikasi Massa....................................

17

2.1.4

Diskriminasi.............................................

19

2.1.5

Gender yang melahirkan ketidakadilan
dan membentuk Diskriminasi terhadap
Perempuan………………………………

20

2.1.6

Representasi…………………………….

31

2.1.7

Pengertian Semiotika................................

34

2.1.8

Semiologi Roland Barthes........................

37

2.1.9 Kode-kode pembacaan..............................

43

Kerangka Berfikir……………………………….

46

BAB III METODELOGI PENELITIAN.................................

49

2.2.

3.1.

Metode Penelitian……………………………….

49

3.2.

Kerangka Konseptual……………………………

50

3.2.1. Definisi Operasional…………………….

50

3.2.1.1. Gender………………………….

50

3.2.1.2. Ketidakadilan…………………..

50

3.2.1.3. Diskriminasi Perempuan……......

51

3.3.

Obyek dan Subyek Penelitian…………………..

52

3.4.

Corpus dan Penyajian data……………………...

53

3.5.

Unit Analisis…………………………………….

58

3.6.

Teknik Pengumpulan Data………………………

58

3.7.

Teknik Analisis Data……………………………

59

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………………………

62

4.1.

Gambar Objek Penelitian………………………..

62

4.2.

Penyajian dan Analisis Data…………………….

64

4.2.1 Penyajian Data……………………………

64

4.2.2 Hasil Analisis Data………………………..

69

Mitos……………………………………………

110

4.3.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1

Kesimpulan……………………………………..

113

5.2

Saran…………………………………………….

114

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 4.1.

Leksia Yang Menunjukkan Adanya
Diskriminasi Perempuan Dalam Teks
Novel “Ronggeng Dukuh Paruk”.........................

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

69

Tabel 4.2.

Pembagian Leksia Dalam 5 Kode Pembacaan
Roland Barthes………………………………….

72

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1.

Peta Tanda Roland Barthes...................................

42

Gambar 2.2.

Kerangka Berfikir……………………………….

48

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.

Cover Novel Ronggeng Dukuh Paruk…………..

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

117

ABSTRAK
FARIHAH WACHDIN, REPRESENTASI DISKRIMINASI PEREMPUAN
DALAM NOVEL “RONGGENG DUKUH PARUK” (Studi Semiologi
Tentang Repr esentasi Diskr iminasi Perempuan Dalam Novel “Ronggeng
Dukuh Paruk” Kar ya Ahmad Tohar i)
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana representasi
diskriminasi perempuan melalui novel “Ronggeng Dukuh Paruk” karya Ahmad
Tohari. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan analisis
semiologi Roland Barthes.
Subjek penelitian adalah novel Ronggeng Dukuh Paruk dan objek

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

penelitian adalah teks yang mempresentasikan “diskriminasi perempuan”.
Corpusnya adalah semua teks yang mempresentasikan diskriminasi perempuan.
Landasan teori yang digunakan adalah novel, diskriminasi, representasi,
semiologi Roland Barthes memaknai leksia-leksia yang dapat mempresentasikan
diskriminasi perempuan pada teks novel “Ronggeng Dukuh Paruk”.
Dalam penyajian data dan hasil analisis data, peneliti memilah-milah 5
kode pembacaan dalam leksia yang telah ditentukan yaitu : kode hermeneutik,
kode semik, kode simbolik, kode proaretik, dan kode gnomik. Setelah melalui
kode pembacaan Barthes tersebut ditemukan makna representasi diskriminasi
dalam bentuk pembatasan, pelecehan, pengucilan terhadap manusia.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat 22 leksia yang
mempresentasikan diskriminasi perempuan dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk.
Kata kunci:Representasi,Semiologi,Diskriminasi,Novel,Ronggeng Dukuh Paruk
REPRESENTATION OF WOMEN DISCRIMINATION IN THE NOVEL
“RONGGENG DUKUH PARUK”
This research purpose to know how women discriminations representation
through “Ronggeng Dukuh Paruk novel” written by Ahmad Tohari. This reaserch
is a qualitative research using analysis Roland Barthes semilogy approach.
Novel is the research subject, and texts which represent of women
discrimination is research object. The whole texts which represent of women
discrimination are the corpus.
The ground theory are novel, discrimination, representation, Roland
Barthes semilogy approach, which give meaning at leksia-leksia, that represent of
women discrimination in novel texts.
Researcher classify analysis data presentation into five leksian reading
code: hermeneutic code, semic code, symbolic code, proaretik code, gnomic code.
After through reading codes Barthes’s,representation discrimination can be found.
In conclusion researcher find 22 leksian, which represent women
discrimination in Ronggeng Dukuh Paruk novel.
Keyword: Representation, Semiology, Of Women Discrimination, Novel,
Ronggeng Dukuh Paruk.
DAFTAR PUSTAKA

Moleong, lexy, 2005, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung, Remaja
Rosdakarya
Eriyanto, 2001, Analisis Wacana, Jakarta.LKiS
Eriyanto, 2005. Framing konstr uksi, ideology, & politik media. Jakarta. LKiS
Sobur, alex, 2004, Semiotika Komunikasi, Bandung.Remaja Rosdakarya
Tohari, Ahmad, 2011, Ronggeng Dukuh Par uk,Jakarta.Gramedia Pustaka

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Utama.
Fakih, Mansour, 1996, Analisis Gender & Tranformasi Sosial. Yogyakarta.
Pustaka Pelajar
Kurniawan, 2001, Semiologi Roland Barthes, magelang, Indonesiatera
Budiman,kris,2003, Semiotika Visual, Jakarta, Buku Baik
Fiske, John,2006, Cultural and Communication studies : Sebuah Pengantar
Paling Komprehensif, Jakarta, Jalasutra
Pericles trifonas, peter,2003, Barthes dan Imper ium Tanda, yogyakarta.
Penerbit Jendela
Ratna, Nyoman Kutha, 2003. Paradigma Sosiologi sastra, Yogyakarta, pustaka
Pelajar
Barthes Roland, 1948, Semiotika dan Komunikasi, Jakarta, Raja Gravindo
Utama gravity.
Suharto,

Ben.

1999.

Tayub

Per tunjukan

&

Ritus

Kesubur an.

Bandung:Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia bekerja sama dengan
arti-line.
Surur, Miftahus. 2003. “Per empuan Tayub Nasibmu di Sana Nasibmu di Sini”
dalam Srinthil : Media Perempuan Multikultural. Jakarta: Kajian
Perempuan Desantara.
Homzah, Siti. 2010. Kekerasan ter hadap Perempuan. Bandumg :Refika
Aditama
Lampiran 1

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Masalah
Novel Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk merupakan karya
monumental. Pengarang novel Ronggeng Dukuh Paruk bernama
Ahmad Tohari, seorang penulis dari Banyumas. Merupakan sastrawan
Indonesia yang jeli dalam mengamati fenomena-fenomena sosial
budaya. Kehidupan masyarakat yang kompleks dan rumit ia tuangkan
dalam tulisan dengan menggunakan bahasa sederhana yang terkadang
masih lekat dengan jawa. Lebih dari 50 skripsi dan tesis lahir dari
novel ini. Selain itu novel ini telah diterjemahkan ke dalam 4 bahasa
asing, yaitu bahasa, Jepang, Jerman, Belanda dan Inggris, di samping
dibuat pula dalam bahasa daerah Jawa. Bahkan di jurusan Sastra Asia
Timur, novel ini menjadi bacaan wajib bagi mahasiswa.
Diantara karya-karyanya, Ronggeng Dukuh Paruk sering
disebut-sebut oleh para kritikus sastra Indonesia sebagai karya
masterpeace-ny. Karya terbaik Ahmad Tohari ini merupakan novel
trilogi Ronggeng Dukuh Paruk: Catatan buat Emak, Lintang Kemukus
Dini Hari, dan Jantera Bianglala (PT Gramedia Pustaka Utama, 19811986-2003).
Menurut pengakuan penulisnya bahwa data sejarah dan budaya
yang ada dalam trilogi Ronggeng Dukuh Paruk merupakan fakta riil

1
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

dan pernah terjadi, hanya saja sebagian dari budaya yang ada itu sudah
tidak bisa ditemukan lagi. Novel ini mengangkat beragam persoalan
manusia, seperti : cinta, kemanusiaan, gender, tradisi, kebudayaan dan
politik. Seluruhnya terjalin paduan dalam sebuah kisah apik yang
mengalir wajar tanpa paksaan. Oleh PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta

diterbitkan

kembali

menjadi

satu

novel

panjang

berjudul Ronggeng Dukuh Paruk.
Setelah dipublikasikan oleh Ahmad Tohari melalui karya
masterpeace-nya, ronggeng bahkan telah ‘go international’. Novel
Ronggeng Dukuh Paruk mengangkat kesenian ronggeng yang juga
dikenal dengan nama Lengger atau Tayub. Kesenian ronggeng telah
lama populer dalam kehidupan masyarakat Indonesia, terutama Jawa.
Kesenian ronggeng tumbuh dan berkembang di daerah
Banyumas. Kesenian tradisi ini terdiri atas ronggeng (penari) dan
peralatan gamelan calung (bambu) yang terdiri atas gambang barung,
gambang penerus, dhendhem, kenong dan gong yang kesemuanya
terbuat dari bamboo wulung (hitam), sedangkan

kendang atau

gendang sama seperti gendang biasa. Satu grup calung minimal
memerlukan tujuh orang anggota terdiri dari penabuh gamelan dan
penari/ ronggeng / lengger. Di antara gerakan khas tarian ronggeng
adalah gerakan geyol (goyang pinggul), gedheg (pacak gulu, goyang
leher), dan lempar sampur. Ronggeng (tayub, lengger, ledhek)
berdasarkan sejarah, mitos, dan tradisi pernah menjadi legenda dan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

digandrungi warga masyarakat pedesaan. Pada awal kelahirannya,
tayub merupakan ritual untuk sesembahan demi kesuburan pertanian.
Penyajian

tayub diyakini memiliki kekuatan magic-simpatetis dan

berpengarauh pada upacara sesembahan itu. Melalui upacara “bersih
desa”, aparat desa mengajak warganya untuk melakukan tarian di
sawah-sawah dengan harapan keberkatan itu muncul melalui prosesi
yang mereka lakukan. Tanaman menjadi subur dan masyarakat
terhindar dari marabahaya. Tayub menjadi pusat kekuatan penduduk
desa seperti halnya slametan, atau bahkan salat tahajud bagi kaum
santri (Surur, 2003: 10).
Lazimnya, tarian

ronggeng disuguhkan oleh laki-laki dan

perempuan yang menari bersamaan (ngibing). Laki-laki disimbolkan
sebagai benih tanaman yang siap tumbuh dan berkembang, sedangkan
perempuan sebagai lahan yang siap ditanami. Seiring dengan
keyakinan masyarakat akan daya magic-simpatetis tarian ronggeng,
penyajiannya kemudian beralih tidak lagi di sawah-sawah, tetapi
merambah dunia resepsi khitanan atau pernikahan. Kekuatan gaib yang
ada pada ronggeng itu dianggap turut berpengaruh terhadap kesuburan
pasangan sehingga berkah itu diharapkan segera mewujud dalam
bentuk kelahiran anak. Selain itu, laki-laki dan perempuan yang
melakukan praktik tari kesuburan itu tidak menganggapnya sebagai
ajang jual-beli seks, tetapi sebagai unsur sah sebuah mitos. Meskipun
akhirnya, ronggeng tidak lagi disajikan dalam upacara-upacara

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

tasyakuran, ronggeng berubah menjadi seni hiburan rakyat (Surur,
2003: 10).
Perkembangan (kapitalisasi) sosial mengantarkan seni hiburan
rakyat ini ‘dipaksakan hidup’ dengan imbalan. Upah pertunjukan dan
tradisi saweran dalam pentas ronggeng telah menggeser makna dirinya
yang bersifat ‘sakral’ menjadi ‘profan’. Masyarakat yang semula
menggunakan ronggeng untuk upacara

tasyakuran dan menambah

kerukunan antarwarga mulai kehilangan keseimbangan kosmosnya.
Ronggeng seolah menjadi lahan baru tempat sejumlah orang bisa
mengais rezeki. Tak heran kalau banyak perempuan muda di desa
mulai melirik belajar menari dan menyanyi untuk segera pentas
ronggeng. Bahkan ketika grup-grup ronggeng mulai berdesakan dan
kondisi ekonomi di pedesaan terasa kandas, banyak grup ronggeng
yang melakukan migrasi ke kota untuk menjajakan kebolehannya
dengan berkeliling.
Hingga saat ini ronggeng sering dipentaskan tidak hanya pada
upacara ritual relegius, seperti sedekah bumi, bersih desa, panen raya,
syukuran perkawinan atau khitanan yang sudah membudaya dalam
masyarakat, namun juga di berbagai event, baik di lokasi wisata
Baturraden, pameran pembangunan, festival kesenian, di Taman Mini
Indonesia Indah (TMII) Jakarta, Taman Maerakaca Semarang maupun
dalam pembukaan acara-acara seremonial seperti pembukaan MTQ
Kabupaten

Banyumas

dan

Provinsi

jawa

Tengah,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

upacara

5

penyambutan tamu agung di banyumas seperti Gubernur dan Presiden.
Ronggeng juga sering menjadi duta kesenian Kabupaten Banyumas di
luar negeri misalnya di Negara Cheko, Malaysia, dan Thailand.
Dalam novel karyanya yang berjudul Ronggeng Dukuh Paruk,
kesenian ronggeng yang ditampilkan Ahmad Tohari mengisahkan
dunia ronggeng dengan beragam persoalan yang ada. Dalam tradisi
masyarakat Dukuh Paruk, ronggeng tidak hanya berpentas sebagai
penari, tetapi bertugas pula melayani laki-laki yang berkeinginan
kepadanya. Dalam masyarakatnya, ronggeng dikonstruksi oleh sistem
religi yang ada untuk menampilkan perilaku atau peran yang
menyokong kepentingan sepihak. Hal itu ditunjukkan dengan suatu
realita bahwa ronggeng dicipta untuk memikat laki-laki sehingga
perempuan ronggeng tidak dibenarkan terpikat kepada laki-laki
tertentu atau berumah tangga dengan laki-laki tertentu. Hal itu
merupakan suatu konvensi yang tidak bisa ditawar-tawar yang berlaku
di Dukuh Paruk.
Permasalahan yang cukup menyita perhatian peneliti adalah
problem-problem sosial yang memfokuskan pandangannya pada
perempuan. Novel yang hendak peneliti teliti akan lebih mengarahkan
pandangannya pada tokoh perempuan, mengingat bahwa sosok
perempuan sangatlah menarik untuk dibicarakan, perempuan disekitar
publik cenderung dimanfaatkan oleh kaum laki-laki untuk memuaskan
koloninya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

Salah satu permasalahan yang sedang gencar dibicarakan saat
ini adalah ketidakadilan gender yang sangat merugikan kaum
perempuan. Salah satu faktor penyebabnya adalah budaya patriarki.
Dari kondisi inilah muncul dominasi kaum laki-laki terhadap kaum
perempuan, baik dalam kehidupan rumah tangga maupun masyarakat.
Efek negatif pemilahan peran sosial (gender) dari budaya patriarki
akan memunculkan ketidakadilan gender sehingga akan membentuk
diskriminasi perempuan. Diskriminasi perempuan adalah
ketidakadilan

gender

yang

lebih

mengutamakan

bentuk
laki-laki.

Diskriminasi terhadap perempuan sudah terbentuk sejak dalam
lingkungan keluarga terutama bagi keluarga yang secara ekonomi tidak
mampu. Diskriminasi dianggap sebagai bagian dari proses terjadinya
tindak kekerasan.
Tokoh dan masalah yang dimunculkan dalam novel Ronggeng
Dukuh Paruk ini menunjukkan adanya diskriminasi pada sosok
perempuan. Pada dasarnya, novel ini menampilkan sosok perempuan
desa yang menginjak dewasa, Tokoh-tokohnya adalah Srintil sang
ronggeng dan Rasus, pemuda desa Dukuh Paruk. Dukuh Paruk adalah
sebuah desa kecil yang terpencil dan terbilang miskin. Namun, segenap
warganya memiliki suatu kebanggaan tersendiri karena mewarisi
kesenian ronggeng yang senantiasa menggairahkan kehidupan. Tradisi
itu nyaris musnah setelah terjadi musibah keracunan tempe bongkrek
yang mematikan belasan warga Dukuh Paruk. Untunglah mereka

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

menemukan kembali semangat kehidupan setelah gadis cilik bernama
Srintil yang baru berusia belasan tahun secara alamiah memperlihatkan
bakatnya sebagai calon ronggeng (Yudiono, 2003: 17-18).
Kisah trilogi Ronggeng Dukuh Paruk

dimulai dengan

menampilkan Srintil kecil yang bermain bersama teman-temannya
yakni Rasus dan anak-anak dukuh Paruk lainnya. Ternyata Srintil telah
membuktikan dirinya yang terlahir untuk menjadi ronggeng dukuh
Paruk ketika dalam sebuah permainan bersama Rasus dan anak-anak
dukuh Paruk lainnya Srintil mampu nembang (menyanyikan lagu) dan
menari layaknya seorang ronggeng yang sebenarnya.
Kini Srintil telah menjadi ronggeng yang terkenal berkat
kepiawaiannya nembang dan menari ditambah dengan kecantikan
wajah dan keindahan bentuk tubuhnya yang membuat hampir setiap
lelaki yang memandangnya terpukau dan gemetar dalam renjana
birahi. Dalam waktu singkat, Srintil membuktikan kebolehannya
menari disaksikan orang-orang Dukuh Paruk sendiri. Srintil merupakan
sosok perempuan yang berparas cantik. Sejak usia sebelas tahun ia
sudah menjadi primadona karena menjadi ronggeng. Kecantikan Srintil
banyak menarik perhatian orang terutama kaum laki-laki. Mereka rela
mengeluarkan uang dalam jumlah banyak untuk sekedar bertayub dan
tidur dengan Srintil.
Srintil sebagai seorang ronggeng, harus menjalani serangkaian
upacara tradisional yang puncaknya menjalani upacara bukak klambu,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

yaitu menyerahkan keperawanannya kepada siapapun lelaki yang
mampu memberikan imbalan paling mahal. Setelah melalui upacara
ritual bukak klambu (semacam sayembara bagi laki-laki untuk
menikmati virginitas calon ronggeng dengan membayar sejumlah
uang, siapa yang paling banyak uangnya, dialah yang menang),
resmilah Srintil menjadi ronggeng Dukuh Paruk.
Dalam tradisi seorang ronggeng tidak dibenarkan mengikatkan
diri dengan seorang lelaki, namun Srintil tak dapat melupakan Rasus,
pemuda pujaannya. Ketika Rasus menghilang dari Dukuh Paruk, jiwa
Srintil terkoyak. Srintil tidak dapat menerima keadaan ini, dia berontak
dengan caranya sendiri akan tetapi tidak dapat menjadi penentu dalam
kepribadiannya. Dia tegar dalam melakukan ketentuan-ketentuan yang
biasa berlaku dalam dunia peronggengan, terutama dalam hubungan
antara ronggeng dengan dukunnya.
Selama ini perempuan dipandang sebagai sosok yang lemah.
Banyak anggapan yang beredar di masyarakat tentang diri perempuan
itu sendiri yang menyebabkan perempuan semakin terpinggirkan.
Adanya anggapan bahwa sosok perempuan itu irrasional atau
emosional sehingga perempuan tidak bisa tampil memimpin, berakibat
munculnya sikap yang menempatkan perempuan pada posisi yang
tidak penting. Laki-lakilah yang dianggap dominan yang berada di
pusat. Perempuan hanya sebagai kanca wingking atau dalam istilah
bahasa jawanya “swargo nunut neroko katut” (Fakih, 2003: 12).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

Lebih lanjut, Srintil ingin mempertahankan sesuatu yang
menjadi haknya. Ia ingin berhenti menjadi ronggeng dan menjadi
perempuan seutuhnya, menikah dan mempunyai anak. Namun itu
hanya teriakan keras Srintil yang hanya bergema dalam hati sendiri dan
tak mungkin tejadi. Srintil sebagai ronggeng harus melakukan
pengorbanan, ia mengorbankan sebuah kesucian dalam acara BukakKlambu. Kartareja sebagai dukun ronggeng telah menyembarakan
kesucian Srintil pada laki-laki yang bisa memenuhi syarat. Seperti
diceritakan dalam novel ini di lingkungan keluarga praktek budaya
patriarki masi kerap terjadi.
Konsep patriarki ini digunakan juga untuk menggambarkan
kekuasaan laki-laki secara umum dalam berbagai hal kehidupan
masyarakat yang berada dibawah kekuasaan laki-laki. Sehubungan
dengan hal itu, terjadilah pembedaan atau diskriminasi terhadap
perempuan yang pada akhirnya menimbulkan ketidakadilan (Muhadjir
Darwin dan Tukiran, 2001:122).
Banyak bentuk-bentuk diskriminasi terhadap perempuan dalam
novel Ronggeng Dukuh Paruk ini yang berimbas pada ketidakadilan
gender yang sudah lama ada.
Perbedaan gender sesungguhnya tidaklah menjadi masalah
sepanjang tidak melahirkan ketidakadilan gender. Namun, yang terjadi
persoalan, ternyata perbedaan gender telah melahirkan berbagai

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

ketidakadilan, baik bagi kaum laki-laki dan terutama terhadap kaum
perempuan (Fakih, 1996:12).
Diskriminasi perempuan di lingkungan keluarga merupakan
fenomena yang sulit sekali dihilangkan. Banyak terdapat diskriminasi
perempuan pada sosok Srintil yang terjadi di keluarga Nyai Kartareja.
Lingkungan dukuh paruk mengkonstruksi Srintil sebagai mahkluk
yang harus patuh, taat dan tunduk terhadap aturan-aturan yang dibuat
oleh Nyai Kartereja sebagai dukun ronggeng, atas dasar nenek moyang
yang

kadang

diartikan

secara

mentah.

Diskriminasi

selalu

mempengaruhi setiap individu dalam menentukan pilihan dalam
kehidupannya
Diskriminasi adalah setiap pembatasan, pelecehan, atau
pengucilan yang langsung ataupun tak langsung didasarkan pada
pembedaan manusia atas dasar agama, suku, ras, etnik, kelompok,
golongan, status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa,
keyakinan politik, yang berakibat pengurangan, penyimpangan, atau
penghapusan pengakuan, pelaksanaan, atau penggunaan hak asasi
manusia dan kebebasan dasar dalam kehidupan baik individual
maupun kolektif dalam bidang politik, ekonomi, hukum, sosial, budaya
dan aspek kehidupan lainnya.
Lebih jauh, Ahmad Tohari sepertinya ingin menunjukkan sisi
lain dari kehidupan perempuan, sebuah fenomena yang jarang terjadi
ketika sosok perempuan dengan tekad dan kegigihannya berusaha

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

keluar dari jeratan nasib yang kurang memihaknya. novel Ronggeng
Dukuh Paruk juga menyuarakan resistensi kaum perempuan melalui
tokoh Srintil.
Karya ini juga menampilkan permasalahan dan resistensi
perempuan yang dikenal dengan women issues. Permasalahan yang
dianggap sebagai sesuatu yang aktual, yang sering dibicarakan dan
dibahas.

Dalam

seminar,

gerakan-gerakan

perempuan,

dunia

pendidikan dan juga di media massa. Ini karena women issue dianggap
berkaitan dengan pandangan masyarakat yang secara tidak langsung
merugikan kaum perempuan. Pandangan tersebut berasal dari paham
patriarki (partriarchal power), yang menganggap bahwa kekuasaan
berada pada kaum laki-laki.
Novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari ini adalah
salah satu karya terkenal yang sangat menarik, banyak tanggapan baik
positif maupun negatife dari masyarakat. Pada tahun 2011, trilogi
novel Ronggeng Dukuh Paruk diadaptasi menjadi sebuah film fitur
yang berjudul Sang Penari yang disutradarai Ifa Isfansyah. Film ini
memenangkan 4 Piala Citra dalam Festival Film Indonesia 2011.
Hal ini merupakan bukti bahwa karya tersebut di tanggapi oleh
masyarakat Indonesia, karena itu pula membuat peneliti tertarik untuk
meneliti bukan karena kualitas novel yang hendak peneliti teliti,
melainkan karena tema yang diangkat novel tersebut menemukan
beberapa fenomena komunikasi yang dinilai cukup menarik jika

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

dibahas dengan menggunakan perspektif ilmu komunikasi, karena
komunikasi pada dasarnya merupakan interaksi antara pribadi yang
menggunakan system symbol linguistic, misalnya meliputi verbal,
kata-kata, para verbal, dan non verbal. Sehingga novel ini menarik
untuk diteliti dalam kajian penelitian semiotik linguistik Roland
Barthes, metode semiotik Roland Barthes menitikberatkan pada
hubungan penanda dan petanda, denotative konotatif dan sistem sosial
yang ada pada novel, melalui kata dan kalimat yang bersifat atomistis.
Hasil

pengamatan

yang

diperoleh

dari

studi

pustaka

menunjukan bahwa permasalah dalam novel ronggeng dukuh paruk
belum pernah diteliti secara ilmiah. Oleh karena itu peneliti memilih
judul

:

REPRESENTASI

DISKRIMINASI

PEREMPUAN

DALAM NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK

1.2.

Rumusan Masalah
Agar pembahasan dalam penelitian ini menjadi jelas
dan terarah perlu adanya perumusan masalah. Maka perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
“Bagaimana

representasi

tentang

perempuan dalam novel ronggeng dukuh paruk?

1.3.

Tujuan Penelitian

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

diskriminasi

13

Bedasarkan rumusan masalah yang telah peneliti
kemukakan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui

representasi tentang diskriminasi perempuan

dalam novel ronggeng dukuh paruk.

1.4.

Manfaat penelitiaan
1.4.1.

Teor itis
Penelitian

ini

diharapkan

dapat

memberi

manfaat bagi seseorang. Dapat memperkaya jenis
penelitian di bidang komunikasi, khususnya tentang
representasi diskriminasi perempuan dalam sebuah
karya sastra penelitian dengan menggunakan analisis
semiotika
1.4.2.

Pr aktis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan pemikiran bagi

penulis karya sastra

khususnya untuk selalu menghasilkan karya-karya
tulisan

yang dapat memberikan pendidikan dan

pengetahuan yang baik kepada masyarakat, karena
novel merupakan suatu media komunikasi massa yang
dapat mempengaruhi pembacanya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

BAB II
KAJ IAN PUSTAKA

2.1

Landasan Teor i
2.1.1. Novel
Menurut

kamus

besar

Bahasa

Indonesia,

novel

merupakan hasil karya naratif dan fiksi yang bukan menyajikan
kenyataan di dunia ini tetapi perlambangan atau model dari
kenyataan itu, wujud dari perlambangan itu berupa kata-kata
yang

digunakan

untuk

berkomunikasi

sekaligus

untuk

merasakan dan berfikir tentang realitas yang tergantikan oleh
kata-kata tersebut. Novel merupakan salah satu jenis buku
dalam bentuk sastra sama seperti media cetak lainnya. Novel
juga memberikan informasi kepada pembacanya, selain novel
juga berfungsi menghibur dan mempersuasi para pembacanya.
(Keraf, 1993: 187-188)
Novel sebagai salah satu karya sastra merupakan salah
satu bahasa untuk berkomunikasi dengan bidang-bidang
lainnya yang berkembang sesuai dengan perubahan masyarakat
dimana ia hidup. (Sunardi, 2004 : 14)
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua,
novel diartikan sebagai karangan prosa yang panjang,
mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan

14
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

orang-orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan
sifat pelaku.
Dalam arti umum novel diartikan sebagai bentuk karya
sastra, novel merupakan struktur yang bermakna. Novel tidak
sekadar serangkaian tulisan yng menggairahkan ketika dibaca,
tetapi merupakan struktur pikiran yang tersusun.
Melalui novel, penulis menuangkan gagasan, ide,
pengruh, dan mempertukarkan makna, sedangkan makna
adalah persepsi, pikiran, atau perasaan, yang dialami seseorang
yang pada gilirannya akan dikomunikasikan kepada orang lain.
(Liliweri, 2005: 5)

2.1.2 Kar ya Sastr a Sebagai Proses Komunikasi Massa
Karya sastra khususnya novel, dengan peralatan
formalnya, semakin dirasakan sebagai aktifitas yang benarbenar memiliki fungsi integral dalam struktrur sosial. Dalam
proses komunikasi, karya sastra dianggap sebagai gejala yang
sarat dengan referensi-referensi sosial, yang pada dasarnya
sangat bermanfaat dalam pengembangan hubungan-hubungan
sosial. Karena itulah Duncan menyatakan bahwa kekuatan seni
yang

sesungguhnya

terletak

dalam

kapasitasnya

untuk

menerobos tembok pemisah antar manusia. ( Ratna, 2003 :
134).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

Karya sastra sebagai proses komunikasi menyediakan
pemahaman yang sangat luas. Menurut Duncan, dalam karya
seni terkandung bentuk-bentuk ideal komunikasi, karena karya
seni menyajikan pengalaman dalam kualitas antar hubungan.
(Ratna, 2003 : 142).
Komunikasi massa adalah proses penyampian pesan
dari komunikator kepada komunikan dengan menggunakan
media cetak dan elektronik antara lain: televisi, radio, koran,
majalah, buku, film, dan bertujuan untuk mengirim sejumlah
pesan kepada khalayak yang tersebar dan heterogen.
Hubungan karya sastra dengan masyarakat merupakan
kompleksitas hubungan yang bermakna, antar hubungan yang
bertujuan untuk saling menjelaskan fungsi-fungsi perilaku
sosial yang terjadi pada saat-saat tetentu. (Ratna, 2003 : 137).

2.1.3.

Kar ya Sastra Novel Sebagai Media Komunikasi Massa
Karya sastra adalah sebuah karya tulis yang memiliki
berbagai ciri keunggulan sepeti orisinalitas, artistic, serta
keindahan dalam isi dan ungkapannya. Dalam betuk kosakata
yang digunakan seringkali tidak dapat dibedakan dari kosa-kata
bahasa sehari-hari.
Dalam sastra, bahasa tidak hanya digunkan untuk
mengungkapkan, baik pengalaman sastrawan itu sendiri

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

maupun orang lain, tetapi juga dipakai untuk menyatakan hasil
rekamannya. Makna yang tersirat itu sering berfungsi sebagai
pesan utama pengarang
Novel sebagai media komunikasi massa dimanfaatkan
oleh para feminis sebagai alat untuk menggerakkan paham
feminisme dan menyuarakan aspirasi dan perjuangan mereka.
Melalui novel pesan-pesan tentang ketidakadilan perempuan
dan penghapusan kekerasan terhadap perempuan dapat
tersampaikan dengan cara yang halus kepada mesyarakat.
Novel dibuat sedemikian rupa agar dapat memberi masukan
dan motivasi pada perempuan.
Novel merupakan salah satu jenis buku dalam bentuk
sastra, merupakan hasil karya naratif dan fiksi yang bukan
menyajikan kenyataan di dunia ini tetapi perlambangan atau
model dari kenyataan itu.
Karya sastra merupakan fakta yang difiksikan. fakta itu
ada, yakni kenyataan, peristiwa, dan pengalaman yang
kompleks, multifaset, senantiasa mengalir, tidak pernah habis
terumuskan oleh khazanah pola ungkap manusia (kata, nada,
gerak, rupa, dan sebagainya). Oleh karena itu, pengalaman atau
fakta itu selalu bisa diartikulasikan dengan banyak cara,banyak
fiksi, banyak ilusi (sains, seni, ilmu-ilmu tradisional, wacana
politik, agama, dan seterusnya).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

2.1.4.

Diskr iminasi
Berdasarkan pada Undang-Undang No. 39 Tahun 1999
Tentang Hak Asasi Manusia Pasal 1 ayat (3) UU tersebut
menyatakan bahwa diskriminasi adalah setiap pembatasan,
pelecehan, atau pengucilan yang langsung ataupun tak langsung
didasarkan pada pembedaan manusia atas dasar agama, suku,
ras, etnik, kelompok, golongan, status sosial, status ekonomi,
jenis kelamin, bahasa, keyakinan politik, yang berakibat
pengurangan, penyimpangan,

atau penghapusan pengakuan,

pelaksanaan, atau penggunaan hak asasi manusia dan
kebebasan dasar dalam kehidupan baik individual maupun
kolektif dalam bidang politik, ekonomi, hukum, sosial, budaya
dan aspek kehidupan lainnya.
Tindak diskriminasi di tengah masyarakat dapat
dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu
1. Diskriminasi langsung : Jika seseorang/golongan secara
langsung menerima yang tidak baik atas dasar perbedaan
ras/etnis, agama, cacat, usia dan jenis kelamin.
2. Diskriminasi tidak langsung : Jika terdapat peraturan/
ketetapan/

kebijakan

yang

dapat

individu/golongan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

merugikan

19

Diskriminasi merujuk kepada pelayanan yang tidak adil
terhadap individu tertentu, di mana layanan ini dibuat
berdasarkan karakteristik yang diwakili oleh individu tersebut.
Diskriminasi merupakan suatu kejadian yang biasa dijumpai
dalam

masyarakat

manusia,

ini

disebabkan

karena

kecenderungan manusia untuk membeda-bedakan yang lain.

2.1.5.

Gender yang melahirkan ketidakadilan dan membentuk
Diskr iminasi ter hadap Per empuan
Konsep gender secara mendasar berbeda dengan jenis
kelamin biologis. Keduanya sering kali disamakan padahal dua
hal tersebut sangat berbeda.
Jenis kelamin biologis; laki-laki atau perempuan
merupakan factor yang sifatnya kodrati (pemberian dari tuhan).
Pengertian

jenis

kelamin

merupakan pensifatan

atau

pembagian dua jenis kelamin manusia yang ditentukan
secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu.
Misalnya, bahwa manusia jenis laki-laki adalah manusia
yang memiliki penis, memiliki jakala (kala menjing) dan
memproduksi sperma. Adapun perempuan memiliki alat
reproduksi seperti rahim dan saluran untuk melahirkan,
memproduksi

telur, memiliki vagina, dan mempunyai alat

menyusui. Alat-alat tersebut secara biologis melekat pada

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

manusia jenis perempuan dan laki-laki selamanya. Artinya
secara biologis alat-alat tersebut tidak bisa dipertukarkan
antara alat biologis yang melekat pada manusia laki-laki dan
perempuan. Secara permanen tidak berubah dan merupakan
ketentuan biologis atau sering dikatakan sebagai ketentuan
Tuhan atau kodrat. (Fakih, 1996: 8)
Adapun konsep gender, yakni suatu sifat
melekat pada
dikonstruksi
bahwa

kaum laki-laki maupun perempuan
secara

perempuan

sosial
itu

maupun kultural.

dikenal

lemah

yang
yang

Misalnya,

lembut,

cantik,

emosional, atau keibuan. Sementara laki-laki dianggap:
kuat, rasional, jantan, perkasa. Ciri dari sifat itu sendiri
merupakan sifat-sifat yang dapat dipertukarkan. Artinya ada
laki-laki yang emosional, lemah lembut, keibuan, sementara
juga

ada

perempuan

yang

kuat,

rasional,

perkasa.

Perubahan ciri dari sifat-sifat itu dapat terjadi dari waktu ke
waktu dan dari tempat ke tempat yang lain. Itulah yang
dikenal dengan konsep gender. (Fakih, 1996: 9)
Gender merupakan perwjudan dari rekonstruksi social
budaya yang hidup dan dimaknai oleh lingkungan tempat
mereka tinggal. Setiap masyarakat mengembangkan identitas
gender

yang

berbeda,

tetapi

kebanyakan

masyarakat

membedakan laki-laki dan perempuan dengan maskulin dan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

feminim. Maskulin identik dengan keperkasaan, bergelut di
sektor publik, jantan dan agresif. Sedangkan feminim identik
dengan lemah lembut, berkutat di sektor domestik (rumah),
pesolek, pasif, dan lain-lain.
Permasalahan

sosial

tentang

gender

sebenarnya

bertumpu pada ketidak-adilan peran dan beban antara laki-laki
dan perempuan. Stereotipe-stereotipe terhadap laki-laki dan
perempuan mendukung hubungan sosial yang tidak seimbang.
Masih relatif jarang perempuan dianggap sebagai mitra,
perempuan selalu terpinggir karena status keperempuannya.
Hal ini juga sangat didukung dengan meratanya konsep status
keperempuanannya. Hal ini juga sangat didukung dengan
meratanya konsep patriarkhi yang dianut hampir seluruh
masyarakat.
Menurut

beberapa

pendapat,

segala

tindak

permasalahan terhadap perempuan tidak akan pernah berhenti
terjadi selama system patriarki digunakan menjadi acuan
berfikir,

bersikap,

berlaku

pada

masyarakat

manusia.

Selanjutnya kita juga bisa menyebut budaya patriarki sebagai
sebuah ketidakadilan gender.
Salah satu akses ideology gender adalah terbentuknya
struktur budaya patriarkhi. Dalam budaya ini kedudukan
perempuan ditentukan lebih rendah dari pada laki-laki. Di

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

dalam masyarakat terjadi dominasi laki-laki atas perempuan di
berbagai bidang kehidupan. Selama ini yang terjadi adalah
kondisi sosial yang sangat menonjolkan peran laki-laki.
Perempuan menjadi kaum marjinal, yang selalu terpinggir dan
tergusur.
Dari kondisi inilah muncul dominasi kaum laki-laki
terhadap kaum perempuan, baik dalam kehidupan rumah
tangga dan masyarakat. Efek negatif pemilahan peran sosial
(gender) dari budaya patriarki kemudian memunculkan adanya
ketidakadilan gender.
Ketidakadilan gender menurut Mansour Fakih sangat
merugikan kaum perempuan. Ia menjelaskan berbagai macam
bentuk ketidakadilan gender, diantaranya: (1) gender dan
marjinalisasi perempuan; (2) gender dan subordinasi; (3)
gender dan stereotipe; (4) gender dan kekerasan; (5) gender dan
beban kerja. (Fakih (1996: 13-23).
1.

Marjinalisasi berarti menempatkan atau menggeser
perempuan ke pinggiran. Perempuan dicitrakan lemah
kurang atau tidak rasional, kurang atau tidak berani,
sehingga tidak pantas atau tidak berani memimpin.
Akibatnya perempuan selalu dinomorduakan. Marginalisasi
terhadap perempuan dalam novel ini terepresentasi dalam
bentuk pemiskinan terhadap perempuan seperti dalam

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

bentuk prostitusi, pemingiran perempuan tidak pantas
mendapat pendidikan tinggi dan asumsi pengetahuan yang
mengakibatkan perempuan tidak memperoleh kehidupan
yang lebih layak (miskin). Marjinalisasi kaum perempuan
sering terjadi dalam kehidupan rumah tangga, masyarakat
dan tempat bekerja. (Fakih, 1996: 14-15)
Kaum perempuan sering mendapat diskriminasi oleh
anggota keluarga. dalam perlakuan yang dilakukan laki-laki
terhadap perempuan. Kekuasan tertinggi ada di tangan lakilaki apapun yang terjadi kaum laki-lakilah yang boleh
memberi keputusan.
2.

Subordinasi terhadap kaum perempuan sering terjadi di
dalam masyarakat. sikap kaum perempuan yang sudah
terbentuk menjadi pasif

(nerimo) mendorong untuk

menyerahkan segala urusan yang sulit kepada kaum lakilaki. Perempuan sering diberi tugas yang ringan dan mudah
karena mereka dipandang kurang mampu dan lebih rendah
dari pada laki-laki. Subordinasi perempuan terepresentasi
dalam bentuk peminggiran perempuan dan pengekangan
hak dan kebebasan kepada perempuan, di antaranya
pengekangan

hak

untuk

pendidikan,

hukum,

dan

pengekangan hak dalam seksualitas (kepemilikan tubuh
wanita). Bagi laki-laki pandangan ini menyebabkan mereka

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

sah untuk tidak memberiakan kesempatan perempuan
muncul sebagai pribadi yang utuh. Ditegasan bahwa
ideologi patriarkilah yang menyebabkan perempuan selalu
dalam posisi subordinat.
3.

Pandangan stereotipe masyarakat terhadap perempuan,
yakni pembakuan diskriminatif antara perempuan dan lakilaki.

Stereotipe laki-laki atas perempuan diungkapkan

dalam bentuk kekuasaan laki-laki untuk melakukan
kekerasan fisik, psikis baik verbal maupun nonverbal
terhadap perempuan Stereotipe adalah pelabelan atau
penanda terhadap sesuatu kelompok tertentu, dan stereotipe
ini selalu menimbulkan ketidakadilan terhadap kaum
perempuan pada umumnya. Anggapan masyarakat tentang
tugas utama kaum perempuan kaum perempuan yang
bersolek atau mempercantik diri hanya ingin diperhatikan
oleh lawan jenis, dan bila terjadi pemerkosaan atau
pelecehan seksual itu merupakan kesalahan perempuan.
(Fakih, 1996: 16)
Stereotipe perempuan yang dialami tokoh utama
perempuan dalam novel ini terepresentasi dalam bentuk
anggapan bahwa perempuan memiliki sifat irasional dan
lemah, selain itu juga, terdapat adanya pelabelan negatif
yang

ditujukan

kepada

perempuan

akibat

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

konsepsi

25

masyarakat yang sesat. Stereotipe tersebut digunakan untuk
mengungkapkan berbagai bentuk pelabelan negatif yang
merupakan akar penindasan laki-laki terhadap perempuan.
4.

Kekerasan (Violence) adalah saranan atau invasi
(assault) terhadap fisik maupun integritas mental psikologis
seseorang. Kekerasan terhadap semua manusia pada
dasarnya berasal dari berbagai sumber. Bias jender menjadi
salah satu penyebab munculnya kekerasan terhadap
perempuan. Kekerasan berdasarkan bias jender disebut
sebagi Gender-related violence (Fakih, 1996: 17). Contoh
tindakan kekerasan terhadap perempuan adalah pelecehan
dengan kekerasan fisik terhadap perempuan, kekerasan
yang dialami perempuan dalam novel ini direpresentasikan
dalam bentuk kekerasan seksual yang meliputi pelecehan
seksual, pemerkosaan, serta prostitusi. Selain itu perempuan
dalam novel ini juga mengalami kekerasan non fisik dalam
bentuk makian kata-kata jorok, vulgar, membuka aib,
mempermalukan dan sebagainya.

5.

Beban kerja yang dimiliki oleh kaum perempuan sangat
berat karena pemilihan peran publik dan domestik adalah
sebuah proses budaya. Perempuan dengan sifat-sifat
femininnya dipandang oleh budaya masyarakat selayaknya
untuk berperan di sektor domestik, sebaliknya laki-laki

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

26

dengan sifat maskulinnya sudah sepatutnya berperan di
sektor publik . Pekerjaan sektor domestik dipandang
membutuhkan kehalusan, kesabaran dan kearifan karena
akan melahirkan sifat-sifat atau perilaku yang dicontoh oleh
anaknya.

Sebaliknya

dipandang

oleh

pekerjaan

masyarakat

sektor

penuh

publik
dengan

yang
resiko

membutuhkan sifat maskulin.
Fakih (1996: 12-13) mengemukakan bahwa untuk
memahami bagaimana perbedaan gender yang menyebabkan
ketidakadilan,

dapat dilihat melalui berbagai manifestasi

ketidakadilan

yang

termanifestasikan

dalam

ada.

Ketidakadilan

berbagai

bentuk

gender

ketidakadilan,

yakni: marginalisasi atau proses kemiskinan, subordinasi
atau

anggapan

pembentukan

tidak penting
stryeotipe

atau

dalam

keputusan

politik,

melalui pelabelan negatif,

kekerasan (violence), beban kerja lebih panjang dan lebih
banyak (burden), serta sosialisasi ideologi nilai peran gender.
Perluasan dari ketidakadilan gender sangat kuat terekam
dalam kehidupan dan keterlibatan perempuan kerja pada
umumnya dan di pedesaan khususnya, bukan merupakan suatu
hal yang baru.
Ketidakadilan Gender adalah perbedaan peran dan hak
perempuan dan laki-laki di masyarakat yang menempatkan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

27

perempuan dalam status lebih rendah daripada laki-laki.
Pembedaan yang tegas terhadap peran laki-laki dan perempuan
yang selama ini terjadi didukung oleh budaya patriarkhi yang
sangat mendominasi menyebabkan ketimpangan gender itu
terjadi.
Ketimpangan Gender dapat diartikan sebagai suatu
kesenjangan antara kondisi normative atau kondisi gender
sebagaimana yang dicita-citakan dengan kondisi obyetif atau
kondisi gender sebagaimana adanya.
Implikasi lebih luas dari ketimpangan gender adalah
perempuan banyak kehilangan hak dan kebebasannya dalam
mengambil setiap keputusan baik itu yang menyangkut dirinya
sendiri maupun masyarakat.
Ketimpangan gender dewasa ini bisa saja berakar dalam
ketimp

Dokumen yang terkait

Konflik batin tokoh utama dalam Novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari serta implikasinya terhadap pengajaran bahasa dan sastra Indonesia di MTS Al-Mansuriyah, Kec Pinang, Kota Tangerang

4 44 99

Ronggeng dalam kebudayaan Banyumas dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari dan implikasinya terhadap pembelajaran sastra di SMA

9 242 140

KAJIAN STILISTIKA ASPEK BAHASA FIGURATIF NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI

0 7 14

Menggali Kearifan Lokal pada Novel Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari

0 4 16

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI

3 14 178

ASPEK GENDER DALAM NOVEL RONGGENG DUKUH ASPEK GENDER DALAM NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI DAN SINTREN KARYA DIANING WIDYA YUDHISTIRA: KAJIAN INTERTEKS.

0 1 10

REPRESENTASI DISKRIMINASI PEREMPUAN DALAM NOVEL “RONGGENG DUKUH PARUK” (Studi Semiologi Tentang Representasi Diskriminasi Perempuan Dalam Novel “Ronggeng Dukuh Paruk” Karya Ahmad Tohari).

2 7 121

View of DIKSI SEKSUALITAS DALAM NOVEL TRILOGI RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI

0 0 10

REPRESENTASI DISKRIMINASI PEREMPUAN DALAM NOVEL “RONGGENG DUKUH PARUK” (Studi Semiologi Tentang Representasi Diskriminasi Perempuan Dalam Novel “Ronggeng Dukuh Paruk” Karya Ahmad Tohari)

0 0 25

REPRESENTASI DISKRIMINASI PEREMPUAN DALAM NOVEL “RONGGENG DUKUH PARUK” (Studi Semiologi Tentang Representasi Diskriminasi Perempuan Dalam Novel “Ronggeng Dukuh Paruk” Karya Ahmad Tohari)

0 0 25