EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Pneumonia Di Instalasi Rawat Inap Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta Pada.
1
EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN
PNEUMONIA DI INSTALASI RAWAT JALAN
BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT “X”
PADA TAHUN 2010
MAKALAH
Oleh:
OKTAVIANI HIDAYATUNNUZAHA
K 100060191
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SURAKARTA
2012
Rabu
14 Maret 2012
1
EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PNEUMONIA
DI INSTALASI RAWAT JALAN BALAI BESAR KESEHATAN PARU
MASYARAKAT “X” PADA TAHUN 2010
EVALUATION OF THE USE OF ANTIBIOTICS IN PATIENTS WITH
PNEUMONIA OUTPATIENT INSTALATION CENTER FOR PUBLIC
HEALTH PULMONARY ” X” IN THE YEAR 2010
Oktaviani Hidayatunnuzaha*,Tri Yulianti, M.Si., Apt*,
Andi Suhendi, S.Farm., Apt*
ABSTRAK
Pengobatan pneumonia terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif.
Pemberian antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data
mikroorganisme dan hasil uji kepekaannya. Penyebab kematian biasanya adalah
bakteri. Penggunaan obat yang tidak tepat, tidak efektif dan tidak aman telah
menjadi masalah tersendiri dalam pelayanan kesehatan. Untuk itu perlu dilaksanakan
evaluasi ketepatan obat, ketepatan pasien dan ketepatan dosis untuk mencapai
pengobatan yang efektif, aman dan ekonomis. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
evaluasi penggunaan obat antibiotik yang dijalankan pada pasien Pneumonia Rawat
Jalan Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat ”X” Pada Tahun 2010 dan mengetahui
kesesuaian pengobatan pneumonia sesuai standar.
Penelitian ini bersifat non eksperimental yang dilakukan dengan cara
retrospektif dan dianalisis secara deskriptif. Data yang dianalisis meliputi tepat obat,
tepat pasien dan tepat dosis disesuaikan dengan standar terapi. Kriteria subyek
penelitian meliputi pasien rawat jalan Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat “X”
tahun 2010, diagnosis utama pneumonia dewasa dengan penyakit penyerta dan tanpa
penyakit infeksi lain.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah kasus pneumonia dengan
komplikasi yang digunakan sebagai sampel sebanyak 100 kasus. Antibiotik yang
banyak digunakan yaitu golongan sefalosporin sebesar 74%. Kasus pneumonia
banyak dijumpai pada jenis kelamin laki-laki sebesar 37,5% dan pada usia 53-65
tahun sebesar 39%. Pasien dengan kejadian tepat pasien sebesar 100%, tepat obat
sebesar 100% dan tepat dosis sebesar 88%.
Kata kunci: pneumonia, antibiotik, ketepatan penggunaan obat, ketepatan pasien,
ketepatan dosis, Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat “X”
1
2
ABSTRAC
Treatment of pneumonia consists of antibiotics and supportive treatment.
Giving antibiotics to patients with pneumonia should be based on laboratory data.
The cause of death usually is bacteria. Improper use of drugs, ineffective and unsafe
has been a problem in health care. The evaluation of the appropiate drug, patient and
dose regiment to achieve an effective, safe and economical. The purpose of this
study was to determine the pattern of antibiotics in patients with pneumonia
Outpatient Center for Public Health Pulmonary ” X” In the Year 2010 and find out
the suitability of the treatment of pneumonia according to the standard.
This is a non experimental research carried out by retrospective and
analyzed descriptively. The data analyzed include the appropiate drug, patient and
dosed regimen adjusted to standard therapy. Criteria for study subjects are
outpatients, adults with a primary diagnosis of pneumonia comorbidities and no
other infectious diseases.
Overall, the three most commonly used compounds for outpatient treatment
were cephalosporin, penisilin and kuinolon. Antibiotics are widely used class of
cephalosporins by 74%. Cases of pneumonia were found in the male sex of 37.5%
and at age 53-65 years by 39%. Patients with events at 100% the appropiate patient,
appropiate drug at 100% and the appropiate dose by 88%.
Keywords
: pneumonia, antibiotics, accuracy of drug use, accuracy of patient,
dose accuracy, Center for Public Health Pulmonary "X"
PENDAHULUAN
akibat
Kejadian pneumonia komunitas
di Amerika adalah 3-4 juta kasus
bakteri,
Aeruginosa
terutama
atau
oleh
Acinobacter
Ps.
spp
(Tierney dkk, 2002).
pertahun, dan 20% diantaranya perlu
Pengobatan pneumonia terdiri
dirawat di Rumah Sakit. Mortalitas
atas antibiotik dan pengobatan suportif.
pasien
Pemberian antibiotik pada penderita
pneumonia
komunitas
yang
dirawat di ICU adalah sebesar 20%.
pneumonia
Angka
mikroorganisme
mortalitas
HAP
(Hospital
berdasarkan
dan
hasil
data
uji
Aquired Pneumonia ) dapat mencapai 33-
kepekaannya,
50%, yang bisa mencapai 70% bila
beberapa alasan yaitu penyakit yang
termasuk
yang
meninggal
akibat
berat dapat mengancam jiwa, bakteri
penyakit
dasar
yang
dideritanya.
patogen yang berhasil diisolasi belum
Penyebab kematian biasanya adalah
tentu sebagai penyebab pneumonia dan
akan
tetapi
karena
3
hasil pembiakan bakteri memerlukan
Alat
waktu. Maka pada penderita pneumonia
Alat penelitian yang digunakan
dapat diberikan terapi secara empiris
adalah lembar pengumpul data yang
(PDPI, 2003).
memuat identitas pasien (nama, jenis
Obat berperan sangat penting
kelamin dan usia), nomor rekam medik,
dalam pelayanan kesehatan. Berbagai
diagnosis penyakit dan jenis obat yang
pilihan obat saat ini tersedia, sehingga
diberikan.
diperlukan pertimbangan-pertimbangan
digunakan untuk analisis ketepatan obat
yang cermat dalam memilih obat untuk
meliputi:
suatu penyakit. Terlalu banyaknya jenis
1) Pedoman
Diagnosis
dan
Penatalaksanaan Pneumonia
di
Indonesia tahun 2003 untuk analisis
ketepatan obat.
2) British National Formulary untuk
analisis ketepatan dosis, frekuensi,
dan durasi.
3) Pharmaceutical care penyakit infeksi
saluran pernafasan untuk analisis
ketepatan pasien (Depkes, 2005)
Bahan
obat
yang
tersedia
ternyata
dapat
memberikan masalah tersendiri dalam
praktik, terutama menyangkut pemilihan
dan penggunaan obat secara benar dan
aman (Depkes, 2000).
Faktor-faktor yang memudahkan
berkembangnya
resistensi
di
klinik
adalah penggunaan antimikroba yang
sering, penggunaan antimikroba yang
irasional, penggunaan antimikroba baru
yang
berlebihan
dan
penggunaan
antimikroba dalam jangka waktu yang
lama.
Beberapa
berperan
faktor
terhadap
lain
yang
berkembangnya
resistensi ialah kemudahan transportasi
modern, perilaku seksual, sanitasi buruk
1
dan kondisi perumahan yang tidak
memenuhi syarat (Gunawan, 2007).
METODOLOGI PENELITIAN
Buku-buku
standar
yang
Bahan penelitian yang digunakan
adalah catatan rekam medik pasien yang
berisi identitas pasien (nama, jenis
kelamin dan usia), nomor rekam medik,
diagnosis
penyakit
pada
pasien
Pneumonia di instalasi rawat jalan Balai
Besar Kesehatan Paru Masyarakat ”X”
pada tahun 2010.
Tehnik pengambilan sampel
Pengumpulan
retrospektif
data
secara
menggunakan
tehnik
4
cara
mendapatkan persentase jenis kelamin,
pengambilan sampel berdasarkan atas
umur, jenis antibiotik. Pada pasien rawat
ciri-ciri atau sifat tertentu yang berkaitan
jalan penderita pneumonia di Balai Besar
dengan kriteria inklusi.
Paru Masyarakat “X”.
Jalannya Penelitian
Analisis Data
purposive
sampling,
Sebelum
yaitu
penelitian
dimulai,
Metode
penelitian
dilakukan
perijinan diurus terlebih dahulu melalui
dengan analisis deskriptif yang meliputi:
bagian Diklat Balai Besar Kesehatan
Karakteristik
Paru Masyarakat “X”. Setelah mendapat
nomer rekam medis, usia, jenis kelamin,
ijin, kemudain penelitian bisa dimulai.
jenis obat yang diberikan, karakteristik
Tahap kedua adalah penelusuran
pasien
yang
meliputi
tersebut diolah menjadi bentuk data tabel
data. Proses pengumpulan data dilihat
persentase,
daftar pasien yang mempunyai diagnosa
berdasarkan ketepatan pasien, ketepatan
utama pasien Pneumonia yang menjalani
obat (antibiotik), dan ketepatan dosisnya.
rawat jalan di Balai Besar Kesehatan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Paru Masyarakat ”X”. Dicatat data dari
Setelah dilakukan pengelompokan dari
rekam medik pasien dan diisikan ke
data yang tersedia, maka total kasus
lembar penelitian.
pneumonia di Balai Besar Kesehatan
Pengambilan
data
penelitian
rekam medis yang meliputi identitas
pasien (Nama, nomor rekam medis,
umur, jenis kelamin), diagnosis utama,
jenis antibiotik (dosis dan aturan pakai)
dan obat lain, serta data laboratorium
(jika ada).
Tahap ketiga yaitu pengolahan
data pasien dan penggunaan antibiotik.
Data diolah dalam bentuk tabel uuk
Pengevaluasian
antibiotik
Paru Masyarakat “X” adalah 100 pasien.
Deskripsi pasien pneumonia
Distribusi
pasien
pneumonia
berdasarkan usia dan jenis kelamin
Pengelompokkan
pasien
pneumonia
distribusi
berdasarkan
usia
bertujuan untuk mengetahui banyaknya
pasien
yang
menderita
pneumonia
berdasarka usia dan jenis kelamin.
Distribusi
pasien
pneumonia
berdasarkan usia dan jenis kelamin dapat
5
dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Distribusi Pasien Pneumonia Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin di Instalasi
Jalan di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat “X”
Jenis kelamin
No
Umur
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
Jumlah
%
Jumlah
%
1
18-30 tahun
11
17,18
7
19,44
18
2
31-42 tahun
15
23,47
6
16,67
21
3
43-52 tahun
14
21,87
8
22,22
22
4
53-65 tahun
24
37,5
15
41,67
39
Jumlah
64
100
36
100
100
Rawat
%
18
21
22
39
100
Kasus pneumonia paling banyak
ditegakkan oleh seorang dokter, dalam
terdapat pada usia (53-65 tahun) yaitu
penelitian ini juga banyak di temukan
sebesar 39 pasien dengan persentase
penyakit penyerta pneumonia.
39%. Sedangkan banyak ditemukan pada
Tabel 2. Distribusi Penyakit Penyerta Pasien
Pneumonia di Instalasi Rawat Jalan Balai
Besar Kesehatan Paru Masyarakat “X”
jenis kelamin laki-laki yaitu 24 pasien
(37,5%) dapat dilihat pada tabel 1.
Karakteristik
Berdasarkan
Diagnosis
Pneumonia
Dengan
penyakit
Penyerta
Banyak ditemui suatu penyakit
akan mengalami komplikasi pada
beberapa
pasien,
yang
mempengaruhi
pengobatan
kondisi
pasien.
Diagnosis
akan
dan
yang
ditegakkan oleh dokter selalu akan
melihat kondisi, gejala, bahkan riwayat
penyakit
dari
pasiennya.
Suatu
Dari hasil yang diperoleh dari
data rekam medis dapat diketahui pasien
yang didiagnosis pneumonia dengan
Penyakit
Penyerta
Hipertensi
Kardiomegali
Diabetes
mellitus
Kardiomegali
+ hipertensi
Tanpa
penyakit
penyerta
8,14,15,16,17,24,25,42,55,63,74
19,20,28,37,52,54,78
Juml
ah
11
7
23,66,84
3
79
1
1
1,2,3,4,5,6,7,9,10,11,12,13,18,21,22
26,27,29,30,31,32,33,34,35,36,38,39
40,41,43,44,45,46,47,48,49,50,51,53,56,
57,58,59,60,61,62,64,65,67,68,69,70,71,
72,73,75,76,77,80,81,82,83,85,86,87,88,
89,90,91,92,93,94,95,96,97,98,99,100
Jumlah
78
78
100
100
No Kasus
penyakit
penyerta
pada
pasien
pneumonia di Balai Besar Kesehatan
Paru Masyarakat “X”. Penyakit penyerta
pneumonia yang paling banyak terdapat
pada kelompok penderita Hipertensi
yaitu 11 pasien (11%), dapat dilihat pade
tabel 2.
pengobatan akan melihat diagnosis yang
Pengobatan
pada
pasien
pneumonia di instalasi rawat jalan Balai
Karakteristik Obat
Besar Kesehatan Paru Masyarakat “X”
Persent
ase (%)
11
7
3
6
pada tahun 2010.
pneumonia merupakan penyakit yang
Obat Antibiotik
disebabkan oleh suatu infeksi dari
Penggunaan
obat
antibiotik
sangat disarankan pada penderita infeksi
khususnya
pneumonia.
virus,bakteri
ataupun
mikoorganisme
lain.
Kaena
Tabel 3. Penggunaan Antibiotika Pada Pengobatan Pneumonia Pasien Rawat Jalan Balai Besar
Kesehatan Paru Masyarakat “X” tahun 2010.
Golongan
Nama obat
No Kasus
Sefalosporin
Cefixime
1,2,10,20,22,24,25,31,33,36,41,50
52,68,81,91,95,100
3,4,5,7,8,9,13,14,15,16,18,21,23,26,27,29,30,35
42,44,45,47,48,51,53,55,56,57,59,62,63,64,65
66,67,70,71,74,76,78,80,82,83,84,85,86,93,94,96,97,99
6,11,12,92
17,19,32,37,54,61,69,72,88,98
28,34,38,43,46,49,58,75,77
40
73,79
Cefadroxil
Penisilin
Kuinolon
Amoxicillin
Levofloxacin
Ciprofloxacin
ofloxacin
Makrolid
Azithromycin
Total
Jumlah
Kasus
18
Persentase
(%)
18
56
56
4
10
9
1
2
100
4
10
9
1
2
100
Masyarakat Surakarta merupakan terapi
Penggunaan antibiotik digunakan
sebagai terapi utama pada pneumonia.
pendukung yang diberikan pada pasien,
Terapi utama yang diberikan pada
terapi ini digunakan untuk mengatasi
penderita pneumonia adalah antibiotik.
keluhan atau efek samping dari pasien.
Antibiotik adalah suatu jenis obat yang
Penggunaan obat-obat lain non antibiotik
dihasilkan oleh mikroorganisme yang
ditujukan untuk membantu menangani
dapat menghambat pertumbuhan atau
dapat membunuh mikroorganisme lain
gejala pada pasien.
Obat Non Antibiotik
Penggunaan obat non antibiotik
di
Balai
Besar
kesehatan
paru
Tabel 4. Penggunaan Non Antibiotik Pasien Jalan Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat X
Kelas Terapi
Diuretik
Nama obat
Hydrochloro
Thiazid
Furosemid
No Kasus
63
8,14,17,28,42,55,74,77,78,79
Jumlah
11
%
2,34
7
Anti asma
Teofilin
Aminofilin
Salbutamol
Antihistamin&antialergi
Efedrin
Interhistin
Cetirizin
Mukolitik
Chlorphenira
min Maleat
Metil
prednisolon
Prednison
Dexametason
Ambroxol
Antasida
Antacid
Expectoran
Glyceril
Guaiacholat
OBH Syr
Nifedipin
Ranitidin
Kortikosteroid
Antagonis kalsium
Antagonis Reseptor H-2
Analgesik antipiretik
Antihipertensi
Antitusif
Antalgin
Paracetamol
Asam
Mefenamat
Captopril
Codein HCL
Dextromethor
pan
Glibrnclamid
Isosorbide
Dinitrate
Vitamin K
Antidiabetik
Antiangina
Vitamin
Total
1,2,4,5,7,8,10,14,15,16,20,22,33,50,59,73,74,79,81,95,100
9,13,28,31,32,34,35,41,46,53,61,68,71,72,82,84,89,91,98
2,3,5,6,9,10,11,12,13,16,17,18,20,22,29,30,31,33,35,39,40,41,43
,45,45,46,48,50,53,57,59,60,62,63,64,65,67,68,69,70,71,73,75,7
6,80,81,82,84,86,88,89,91,92,93,94,96,98,99,100
21,26,40,58,61,72
1,2,4,7,8,10,11,14,15,16,20,22,24,26,33,50,55,59,69,73,74,79,81
,95,100
1,2,6,7,8,11,12,13,14,15,16,19,20,22,26,29,33,34,36,37,40,50,54
,59,61,63,64,66,67,73,79,81,90,94,95,96,99,100
3,5,9,13,18,21,23,28,34,35,39,40,42,47,48,51,5253,57,58,61,62,
67,70,71,72,76,80,82,85,87,89,91
1,4,6,7,10,11,15,16,20,22,24,26,27,29,32,33,3437,40,45,46,47,5
0,53,56,57,59,62,66,69,70,71,7381,82,84,94,95,96,98,99,100
18,19,54
36
1,2,4,5,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,20,22,23,26,27,29,30,31,3
3,36,39,44,45,46,50,52,59,60,61,63,65,67,68,71,73,74,79,80,81,
86,87,89,.90,91,92,94,95,98,99,100
97
104
20,81
60
12,74
49
10,40
56
11,89
1
0,24
3,18,19,21,28,32,34,35,37,41,42,43,47,48,49,51,53.54,55,57,62,
64,66,69,70,72,75,76,82,83,87,93
24,41,44,46
14,17,28,42,55,74,79
1,2,4,7,8,14,15,16,19,20,22,26,33,34,35,37,38,47,50,54,58,59,64
,69,71,73,74,77,79,81,87,88,90,95,97,100
27,46
3,6,9,12,15,30,31,32,39,40,52,56,60,68,71,72,89,91,92,97
38,50,51,85
36
7,64
7
35
1,49
7,43
23
4,88
4
0,85
78
1
0,24
20,26,40
6,11,21,24,25,27,32,35,36,39,41,43,46,49,56,58,61,65,66,67,69,
72,75,76,78,82,83,85,87,93
23,84
63,77,78
33
7,01
2
3
0,42
0,64
83
1
471
0,24
100
Penggunaan obat non antibiotik
di
Balai
Besar
Kesehatan
Tepat Pasien
Paru
Suatu obat dikatakan tepat pasien
Masyarakat Surakarta merupakan terapi
jika penggunaan obat sesuai dengan
pendukung yang diberikan pada pasien,
kondisi fisiologis dan patologis pasien
terapi ini digunakan untuk mengatasi
atau tidak adanya kontraindikasi dengan
keluhan dari pasien. Penggunaan obat-
pasien dan tidak ada riwayat alergi. Jika
obat lain non antibiotik ditujukan untuk
salah satu obat yang digunakan pasien
membantu
terdapat kontraindikasi, maka peresepan
menangani
gejala
pada
pasien.
dikatakan tidak memenuhi kriteria tepat
Evaluasi Penggunaan obat
pasien.
8
Dari analisis ketepatan pasien
kondisi penyakit maupun obat yang
sebanyak 100% dibuktikan bahwa kartu
dapat memberikan gejala/tanda mirip
rekam medik tidak ada riwayat penyakit
dengan infeksi. Selain itu, pemakaian
yang tertulis terhadap pasien, sudah
antibiotika tanpa didasari bukti infeksi
sesuai
dan
dapat
ada
insiden resistensi maupun potensi Reaksi
kontraindikasi. Sebelum memulai terapi
Obat Berlawanan (ROB) yang dialami
dengan antibiotik sangat penting untuk
pasien
dipastikan apakah infeksi benar-benar
penelitian tidak terdapat kontraindikasi
ada. Hal ini disebabkan ada beberapa
pada
dengan
patologis
kondisifisiologis
pasien
atau
tidak
menyebabkan
(Depkes,
meningkatnya
2005).
Dari
hasil
pasien.
Table 5. Ketepatan Pada Pasien Pneumonia di Instalasi RawatJalanBalai Besar Kesehatan Paru
Masyarakat X tahun 2010
No
1
2
Ketepatan pasien
Tepat pasien
Tidak tepat pasien
Jumlah
100
-
Persentase %
100%
-
Tabel 6. Kontraindikasi Obat Antibiotik Pneumonia di Instalasi Rawat Jalan Balai Besar
Kesehatan Paru Masyarakat X Pada Tahun 2010. (Depkes, 2005)
Nama obat
No kasus
Kontraindikasi
Cefixime
1,2,10,20,22,24,25,31,3
3,36,41,50,52,68,81,91,
95,100
3,4,5,7,8,9,13,14,15,16,
18,21,23,26,27,29,30,35
,39,42,44,45,47,48,51,5
3,55,56,57,59,60,62,63,
64,65,66,67,70,71,74,76
,78,80,82,83,84,85,87,8
9,90,93,94,96,97,99
6,11,12,92
Hipersensitivitas terhadap sefalosporin
Cefadroxil
Amoxicillin
Levofloxacin
ciprofloxacin
Azithromycin
Ofloxacin
17,19,32,37,54,61,69,72
,88,98
28,34,38,43,46,49,58,75
,77
73,79
40
Hipersensitivitas terhadap sefalosporin
Alergi terhadap penisilin, amoksisilin. Pasien dengan riwayat jaundice paska
pemakaian amoksisilin klavulanat
Hipersensitivitas terhadap levofloxacin maupun quinolon lain
Hipersensitivitas terhadap ciprofloxacin maupun quinolon lain
Gangguan fungsi hati
Hipersensitivitas terhadap ofloxacin maupun quinolon lain
yang aman dan sesuai untuk pasien, yang
sesuai dengan Pedoman dan Diagnosis
Tepat Obat
Tepat obat adalah pemilihan obat
Pneumonia di Indonesia. Pemilihan jenis
obat
yang
tidak
tepat
dapat
9
menyebabkan pengobatan yang tidak
gejala yang ditimbulkan (Gunawan,
optimal. Pemilihan obat didasarkan pada
2007)..
Tabel 7. Ketepatan Obat Pada Pasien Pneumonia di Instalasi Rawat Jalan Balai Besar
Kesehatan Paru Masyarakat X Pada Tahun 2010
nama obat
Cefixime
Cefadroxil
Amoxicillin
Levlofloxacin
ciprofloxacin
Azithromycin
Ofloxacin
Ketepatan
No kasus
Standar
1,2,10,20,22,24,25,31,33,36,
41,50,52,68,81,91,95,100
3,4,5,8,7,9,13,14,15,16,18,21,23,2
6,27,29,30,35,39,42,44,45,47,48,5
1,53,55,56,57,59,60,
62,63,64,65,66,67,70,71,74,76,78,
80,82,83,84,85,87,89,90,
93,94,96,97,99
6,11,12,92
17,19,32,37,54,61,69,72,88,98
28,34,38,43,46,49,58,75,77
73,79
40
Jumlah
pemilihan
obat
Kesesuaian
Jumlah
kasus
Present
ase (%)
18
18
√
56
56
√
√
√
√
√
4
10
9
2
1
100
4
10
9
2
1
100
S
√
Pedoman
Diagnosis dan
Penatalaksana
an Pneumonia
di Indonesia
TS
demikian terapi pnemonia sama bila
diklasifikasikan berdasarkan penggunaan
penyebabnya
sama
(Dahlan,
2004).
antibiotika apakah sudah sesuai dengan
Terdapat 100 % (tabel 9) tepat obat pada
Pedoman dan Diagnosis Pneumonia di
pasien yang terdiagnosa pneumonia di
Indonesia. Pada prinsipnya terapi utama
Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat
adalah pemberian antibiotik. Dengan
Surakarta.
Tepat Dosis
Tabel 8. Evaluasi Ketepatan Dosis Pemberian Antibiotik Pada Pasien Pneumonia di Instalasi
Rawat Jalan Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta Pada Tahun 2010
Nama obat
Dosis
Frekuensi Durasi
No kasus
Dosis &
kesesuaian Persentase
10
Cefixime
200mg
1X1
5hari
Cefixime
100mg
1X1
5hari
Cefixime
200mg
2X1
5hari
Cefadroxil
500mg
2X1
5hari
1,20,22,25,
31,33,52,68,
81,100
2,10,24,41,
50,95
36,91
3,4,5,8,9,13,
14,15,16,18,
21,23,26,27,
2930,35,39,
44,45,47,48,
51,53,55,56,
57,59,60,62,
63,64,65,67,
70,71,74,76,
78,80,82,83,
84,85,86,87,
89,90,93,96,
97
42,94,99
6,11,12,92
Cefadroxil
Amoxicillin
500mg
500mg
2X1/2
3X1
5hari
5hari
Levofloxacin
500mg
1X1
5hari
Levofloxacin
250mg
1X1
5hari
Ciprofloxacin
500m
2X1
5hari
Ciprofloxacin
Ciprofloxacin
Azithromicin
250mg
250mg
500mg
2X1
1X1
1X1
5hari
5hari
5hari
28,38,43,46,
49,58
34,75
77
73,79
Ofloxacin
200mg
2X1
5hari
40
∑ Tepat dosis
∑ Tidak tepat dosis
Ketepatan
dosis
17,19,32,37,
54,61,69,72,
88
98
frekuensi
standar
200400mg/hari
1-2X/hari
(BNF)
S
TS
(%)
√
10
√
6
√
2
√
53
500mg 2X1
(BNF)
500mg-1g
setiap 8jam
(BNF)
500mg 12X/hari
selama 7-14
hari
(BNF)
250-750mg
2X//hari
(BNF)
√
500mg
1X/hari
(BNF)
400mg perhari
di pagi hari
(BNF)
√
√
√
9
√
√
√
88
12
3
4
1
6
√
2
1
2
√
1
88%
12%
antibiotika
dimana dosis dapat dilihat dari dosis
ditinjau berdasarkan dosis dan frekuensi
lazimnya, yaitu dimana suatu obat
11
mencapai
efek
terapeutik.
Pada
yang sebenarnya, apakah benar obat
penelitian ini terdapat 88 pasien (88%)
yang diberikan sesuai dengan yang
mengalami tepat dosis, dan 12 pasien
tertulis dalam rekam medik pasien, juga
(12%) tidak tepat dosis.
dosis dan frekuensi pemberian obat.
Pada kasus no 2,10,24,41,50,95
Sangat mungkin terjadi ketidaksesuaian
tidak tepat dikarenakan dosis kurang,
antara data yang tercatat dalam rekam
hanya 100mg sehari. Sedangkan dosis
medik dengan keadaan sesungguhnya.
standar pada pemberian cefixime adalah
Oleh karena itu, dalam pembahasan
200-400mg
peneliti
sehari.
Pada
kasus
no
hanya
mampu
melakukan
42,94,99 tidak tepat karena dosis kurang,
asumsi-asumsi jika data yang diperoleh
dosis standar pada cefadroxil yaitu
itu benar sesuai dengan kenyataan.
2X500
98
Selain itu kesalahan peneliti dalam
mengalami kurang dosis, dosis standar
membaca catatan rekam medik juga
pada levofloxacin 500mg 1-2X perhari.
sangat mungkin terjadi.
Kasus pada no 77 tidak tepat dosis
Kesimpulan
sehari.
Kasus
pd
no
karena frekuensinya hanya 1X perhari,
Evaluasi penggunaan antibiotik
sedangkan pada standar 2X perhari. Pada
pada pasien pneumonia di instalasi rawat
kasus no 40 juga mengalami kurang
jalan
dosis, dosis standar untuk ofloxacin
Masyarakat
adalah 400mg setiap 12 jam.
dengan jumlah 100 kasus adalah: Pada
Kelemahan Penelitian
evaluasi
Penelitian ini dilakukan secara
retrospektif
sehingga
Besar
Kesehatan
Surakarta
penggunaan
tahun
Paru
2010
antibiotik
mengalami tepat pasien sebanyak 100%,
bisa
yang mengalami tepat obat sebanyak
mengungkapkan kenyataan yang terjadi
100%, dan yang mengalami tepat dosis
di lapangan secara lengkap. Sebagai
sebanyak 88%.
contoh, penelitian ini tidak mampu
Saran
mengungkapkan
tidak
Balai
alasan-alasan
dokter
Berdasarkan hasil penelitian yang
dalam memberikan suatu obat dan nilai
telah dilakukan dan juga permasalahan
ketepatannya dengan kondisi pasien
yang didapat, peneliti memberikan saran
12
dan
masukan
Kesehatan
untuk
Balai
Besar
1.
Paru Masyarakat Surakarta
dan juga penelitian selanjutnya. Saran
Apt. selaku Dekan .
2.
dan masukan untuk peneliti selanjutnya
perlu dilakukan penelitian yang sama di
rumah
sakit
yang
berlainan
dan evaluasi penggunaan obatnya. Perlu
Ibu Tri Yulianti M.Si., Apt selaku
dosen pembimbing I.
3.
untuk
mengetahui gambaran pasien pneumonia
Bp. Dr. Muhammad Da’i, M.Si.,
Bp. Andi Suhendi S.Farm., Apt.
selaku dosen pembimbing II.
4.
Kepala Balai Besar Kesehatan Paru
Masyarakat X
dilakukan penelitian lebih lanjut tentang
evaluasi
penggunaan
obat
dengan
metode yang berbeda, misalnya secara
prospektif, sehingga dapat diketahui
keadaan sebenarnya.
Ucapan Terimakasih
DAFTAR ACUAN
BNF, 2005, BNF,49th ed, British National Formulary, hal 276-306, Royal
Pharmaceutical, Society of Great Britain.
Dahlan, Z., 2004, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid ll Edisi ketiga, Hal 801-802,
Penerbit FKUI, Jakarta.
Depkes, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia , Hal 1, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Depkes, 2005, Pharmaceutical Care Untuk Infeksi Saluran Pernafasan, Hal 27-34,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Gunawan, S.G, 2007, Farmakologi dan Terapi, Edisi 5, Hal 667-719, Penerbit FKUI,
Jakarta.
PDPI, 2003, Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Pneumonia Komunitas di
Indonesia, Hal 3, 6, 9-13,16, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, Jakarta.
Tierney, M., McPhee, J., Papadakis, A., 2002, Diagnosis dan Terapi Kedokteran Ilmu
Penyakit Dalam, diterjemahkan oleh Gofir, A., Tritana, S.W., Erlina, dan
Isnatin, 100,111-112, 106, Penerbit Salemba Medika, Jakarta.
EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN
PNEUMONIA DI INSTALASI RAWAT JALAN
BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT “X”
PADA TAHUN 2010
MAKALAH
Oleh:
OKTAVIANI HIDAYATUNNUZAHA
K 100060191
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SURAKARTA
2012
Rabu
14 Maret 2012
1
EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PNEUMONIA
DI INSTALASI RAWAT JALAN BALAI BESAR KESEHATAN PARU
MASYARAKAT “X” PADA TAHUN 2010
EVALUATION OF THE USE OF ANTIBIOTICS IN PATIENTS WITH
PNEUMONIA OUTPATIENT INSTALATION CENTER FOR PUBLIC
HEALTH PULMONARY ” X” IN THE YEAR 2010
Oktaviani Hidayatunnuzaha*,Tri Yulianti, M.Si., Apt*,
Andi Suhendi, S.Farm., Apt*
ABSTRAK
Pengobatan pneumonia terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif.
Pemberian antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data
mikroorganisme dan hasil uji kepekaannya. Penyebab kematian biasanya adalah
bakteri. Penggunaan obat yang tidak tepat, tidak efektif dan tidak aman telah
menjadi masalah tersendiri dalam pelayanan kesehatan. Untuk itu perlu dilaksanakan
evaluasi ketepatan obat, ketepatan pasien dan ketepatan dosis untuk mencapai
pengobatan yang efektif, aman dan ekonomis. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
evaluasi penggunaan obat antibiotik yang dijalankan pada pasien Pneumonia Rawat
Jalan Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat ”X” Pada Tahun 2010 dan mengetahui
kesesuaian pengobatan pneumonia sesuai standar.
Penelitian ini bersifat non eksperimental yang dilakukan dengan cara
retrospektif dan dianalisis secara deskriptif. Data yang dianalisis meliputi tepat obat,
tepat pasien dan tepat dosis disesuaikan dengan standar terapi. Kriteria subyek
penelitian meliputi pasien rawat jalan Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat “X”
tahun 2010, diagnosis utama pneumonia dewasa dengan penyakit penyerta dan tanpa
penyakit infeksi lain.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah kasus pneumonia dengan
komplikasi yang digunakan sebagai sampel sebanyak 100 kasus. Antibiotik yang
banyak digunakan yaitu golongan sefalosporin sebesar 74%. Kasus pneumonia
banyak dijumpai pada jenis kelamin laki-laki sebesar 37,5% dan pada usia 53-65
tahun sebesar 39%. Pasien dengan kejadian tepat pasien sebesar 100%, tepat obat
sebesar 100% dan tepat dosis sebesar 88%.
Kata kunci: pneumonia, antibiotik, ketepatan penggunaan obat, ketepatan pasien,
ketepatan dosis, Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat “X”
1
2
ABSTRAC
Treatment of pneumonia consists of antibiotics and supportive treatment.
Giving antibiotics to patients with pneumonia should be based on laboratory data.
The cause of death usually is bacteria. Improper use of drugs, ineffective and unsafe
has been a problem in health care. The evaluation of the appropiate drug, patient and
dose regiment to achieve an effective, safe and economical. The purpose of this
study was to determine the pattern of antibiotics in patients with pneumonia
Outpatient Center for Public Health Pulmonary ” X” In the Year 2010 and find out
the suitability of the treatment of pneumonia according to the standard.
This is a non experimental research carried out by retrospective and
analyzed descriptively. The data analyzed include the appropiate drug, patient and
dosed regimen adjusted to standard therapy. Criteria for study subjects are
outpatients, adults with a primary diagnosis of pneumonia comorbidities and no
other infectious diseases.
Overall, the three most commonly used compounds for outpatient treatment
were cephalosporin, penisilin and kuinolon. Antibiotics are widely used class of
cephalosporins by 74%. Cases of pneumonia were found in the male sex of 37.5%
and at age 53-65 years by 39%. Patients with events at 100% the appropiate patient,
appropiate drug at 100% and the appropiate dose by 88%.
Keywords
: pneumonia, antibiotics, accuracy of drug use, accuracy of patient,
dose accuracy, Center for Public Health Pulmonary "X"
PENDAHULUAN
akibat
Kejadian pneumonia komunitas
di Amerika adalah 3-4 juta kasus
bakteri,
Aeruginosa
terutama
atau
oleh
Acinobacter
Ps.
spp
(Tierney dkk, 2002).
pertahun, dan 20% diantaranya perlu
Pengobatan pneumonia terdiri
dirawat di Rumah Sakit. Mortalitas
atas antibiotik dan pengobatan suportif.
pasien
Pemberian antibiotik pada penderita
pneumonia
komunitas
yang
dirawat di ICU adalah sebesar 20%.
pneumonia
Angka
mikroorganisme
mortalitas
HAP
(Hospital
berdasarkan
dan
hasil
data
uji
Aquired Pneumonia ) dapat mencapai 33-
kepekaannya,
50%, yang bisa mencapai 70% bila
beberapa alasan yaitu penyakit yang
termasuk
yang
meninggal
akibat
berat dapat mengancam jiwa, bakteri
penyakit
dasar
yang
dideritanya.
patogen yang berhasil diisolasi belum
Penyebab kematian biasanya adalah
tentu sebagai penyebab pneumonia dan
akan
tetapi
karena
3
hasil pembiakan bakteri memerlukan
Alat
waktu. Maka pada penderita pneumonia
Alat penelitian yang digunakan
dapat diberikan terapi secara empiris
adalah lembar pengumpul data yang
(PDPI, 2003).
memuat identitas pasien (nama, jenis
Obat berperan sangat penting
kelamin dan usia), nomor rekam medik,
dalam pelayanan kesehatan. Berbagai
diagnosis penyakit dan jenis obat yang
pilihan obat saat ini tersedia, sehingga
diberikan.
diperlukan pertimbangan-pertimbangan
digunakan untuk analisis ketepatan obat
yang cermat dalam memilih obat untuk
meliputi:
suatu penyakit. Terlalu banyaknya jenis
1) Pedoman
Diagnosis
dan
Penatalaksanaan Pneumonia
di
Indonesia tahun 2003 untuk analisis
ketepatan obat.
2) British National Formulary untuk
analisis ketepatan dosis, frekuensi,
dan durasi.
3) Pharmaceutical care penyakit infeksi
saluran pernafasan untuk analisis
ketepatan pasien (Depkes, 2005)
Bahan
obat
yang
tersedia
ternyata
dapat
memberikan masalah tersendiri dalam
praktik, terutama menyangkut pemilihan
dan penggunaan obat secara benar dan
aman (Depkes, 2000).
Faktor-faktor yang memudahkan
berkembangnya
resistensi
di
klinik
adalah penggunaan antimikroba yang
sering, penggunaan antimikroba yang
irasional, penggunaan antimikroba baru
yang
berlebihan
dan
penggunaan
antimikroba dalam jangka waktu yang
lama.
Beberapa
berperan
faktor
terhadap
lain
yang
berkembangnya
resistensi ialah kemudahan transportasi
modern, perilaku seksual, sanitasi buruk
1
dan kondisi perumahan yang tidak
memenuhi syarat (Gunawan, 2007).
METODOLOGI PENELITIAN
Buku-buku
standar
yang
Bahan penelitian yang digunakan
adalah catatan rekam medik pasien yang
berisi identitas pasien (nama, jenis
kelamin dan usia), nomor rekam medik,
diagnosis
penyakit
pada
pasien
Pneumonia di instalasi rawat jalan Balai
Besar Kesehatan Paru Masyarakat ”X”
pada tahun 2010.
Tehnik pengambilan sampel
Pengumpulan
retrospektif
data
secara
menggunakan
tehnik
4
cara
mendapatkan persentase jenis kelamin,
pengambilan sampel berdasarkan atas
umur, jenis antibiotik. Pada pasien rawat
ciri-ciri atau sifat tertentu yang berkaitan
jalan penderita pneumonia di Balai Besar
dengan kriteria inklusi.
Paru Masyarakat “X”.
Jalannya Penelitian
Analisis Data
purposive
sampling,
Sebelum
yaitu
penelitian
dimulai,
Metode
penelitian
dilakukan
perijinan diurus terlebih dahulu melalui
dengan analisis deskriptif yang meliputi:
bagian Diklat Balai Besar Kesehatan
Karakteristik
Paru Masyarakat “X”. Setelah mendapat
nomer rekam medis, usia, jenis kelamin,
ijin, kemudain penelitian bisa dimulai.
jenis obat yang diberikan, karakteristik
Tahap kedua adalah penelusuran
pasien
yang
meliputi
tersebut diolah menjadi bentuk data tabel
data. Proses pengumpulan data dilihat
persentase,
daftar pasien yang mempunyai diagnosa
berdasarkan ketepatan pasien, ketepatan
utama pasien Pneumonia yang menjalani
obat (antibiotik), dan ketepatan dosisnya.
rawat jalan di Balai Besar Kesehatan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Paru Masyarakat ”X”. Dicatat data dari
Setelah dilakukan pengelompokan dari
rekam medik pasien dan diisikan ke
data yang tersedia, maka total kasus
lembar penelitian.
pneumonia di Balai Besar Kesehatan
Pengambilan
data
penelitian
rekam medis yang meliputi identitas
pasien (Nama, nomor rekam medis,
umur, jenis kelamin), diagnosis utama,
jenis antibiotik (dosis dan aturan pakai)
dan obat lain, serta data laboratorium
(jika ada).
Tahap ketiga yaitu pengolahan
data pasien dan penggunaan antibiotik.
Data diolah dalam bentuk tabel uuk
Pengevaluasian
antibiotik
Paru Masyarakat “X” adalah 100 pasien.
Deskripsi pasien pneumonia
Distribusi
pasien
pneumonia
berdasarkan usia dan jenis kelamin
Pengelompokkan
pasien
pneumonia
distribusi
berdasarkan
usia
bertujuan untuk mengetahui banyaknya
pasien
yang
menderita
pneumonia
berdasarka usia dan jenis kelamin.
Distribusi
pasien
pneumonia
berdasarkan usia dan jenis kelamin dapat
5
dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Distribusi Pasien Pneumonia Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin di Instalasi
Jalan di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat “X”
Jenis kelamin
No
Umur
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
Jumlah
%
Jumlah
%
1
18-30 tahun
11
17,18
7
19,44
18
2
31-42 tahun
15
23,47
6
16,67
21
3
43-52 tahun
14
21,87
8
22,22
22
4
53-65 tahun
24
37,5
15
41,67
39
Jumlah
64
100
36
100
100
Rawat
%
18
21
22
39
100
Kasus pneumonia paling banyak
ditegakkan oleh seorang dokter, dalam
terdapat pada usia (53-65 tahun) yaitu
penelitian ini juga banyak di temukan
sebesar 39 pasien dengan persentase
penyakit penyerta pneumonia.
39%. Sedangkan banyak ditemukan pada
Tabel 2. Distribusi Penyakit Penyerta Pasien
Pneumonia di Instalasi Rawat Jalan Balai
Besar Kesehatan Paru Masyarakat “X”
jenis kelamin laki-laki yaitu 24 pasien
(37,5%) dapat dilihat pada tabel 1.
Karakteristik
Berdasarkan
Diagnosis
Pneumonia
Dengan
penyakit
Penyerta
Banyak ditemui suatu penyakit
akan mengalami komplikasi pada
beberapa
pasien,
yang
mempengaruhi
pengobatan
kondisi
pasien.
Diagnosis
akan
dan
yang
ditegakkan oleh dokter selalu akan
melihat kondisi, gejala, bahkan riwayat
penyakit
dari
pasiennya.
Suatu
Dari hasil yang diperoleh dari
data rekam medis dapat diketahui pasien
yang didiagnosis pneumonia dengan
Penyakit
Penyerta
Hipertensi
Kardiomegali
Diabetes
mellitus
Kardiomegali
+ hipertensi
Tanpa
penyakit
penyerta
8,14,15,16,17,24,25,42,55,63,74
19,20,28,37,52,54,78
Juml
ah
11
7
23,66,84
3
79
1
1
1,2,3,4,5,6,7,9,10,11,12,13,18,21,22
26,27,29,30,31,32,33,34,35,36,38,39
40,41,43,44,45,46,47,48,49,50,51,53,56,
57,58,59,60,61,62,64,65,67,68,69,70,71,
72,73,75,76,77,80,81,82,83,85,86,87,88,
89,90,91,92,93,94,95,96,97,98,99,100
Jumlah
78
78
100
100
No Kasus
penyakit
penyerta
pada
pasien
pneumonia di Balai Besar Kesehatan
Paru Masyarakat “X”. Penyakit penyerta
pneumonia yang paling banyak terdapat
pada kelompok penderita Hipertensi
yaitu 11 pasien (11%), dapat dilihat pade
tabel 2.
pengobatan akan melihat diagnosis yang
Pengobatan
pada
pasien
pneumonia di instalasi rawat jalan Balai
Karakteristik Obat
Besar Kesehatan Paru Masyarakat “X”
Persent
ase (%)
11
7
3
6
pada tahun 2010.
pneumonia merupakan penyakit yang
Obat Antibiotik
disebabkan oleh suatu infeksi dari
Penggunaan
obat
antibiotik
sangat disarankan pada penderita infeksi
khususnya
pneumonia.
virus,bakteri
ataupun
mikoorganisme
lain.
Kaena
Tabel 3. Penggunaan Antibiotika Pada Pengobatan Pneumonia Pasien Rawat Jalan Balai Besar
Kesehatan Paru Masyarakat “X” tahun 2010.
Golongan
Nama obat
No Kasus
Sefalosporin
Cefixime
1,2,10,20,22,24,25,31,33,36,41,50
52,68,81,91,95,100
3,4,5,7,8,9,13,14,15,16,18,21,23,26,27,29,30,35
42,44,45,47,48,51,53,55,56,57,59,62,63,64,65
66,67,70,71,74,76,78,80,82,83,84,85,86,93,94,96,97,99
6,11,12,92
17,19,32,37,54,61,69,72,88,98
28,34,38,43,46,49,58,75,77
40
73,79
Cefadroxil
Penisilin
Kuinolon
Amoxicillin
Levofloxacin
Ciprofloxacin
ofloxacin
Makrolid
Azithromycin
Total
Jumlah
Kasus
18
Persentase
(%)
18
56
56
4
10
9
1
2
100
4
10
9
1
2
100
Masyarakat Surakarta merupakan terapi
Penggunaan antibiotik digunakan
sebagai terapi utama pada pneumonia.
pendukung yang diberikan pada pasien,
Terapi utama yang diberikan pada
terapi ini digunakan untuk mengatasi
penderita pneumonia adalah antibiotik.
keluhan atau efek samping dari pasien.
Antibiotik adalah suatu jenis obat yang
Penggunaan obat-obat lain non antibiotik
dihasilkan oleh mikroorganisme yang
ditujukan untuk membantu menangani
dapat menghambat pertumbuhan atau
dapat membunuh mikroorganisme lain
gejala pada pasien.
Obat Non Antibiotik
Penggunaan obat non antibiotik
di
Balai
Besar
kesehatan
paru
Tabel 4. Penggunaan Non Antibiotik Pasien Jalan Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat X
Kelas Terapi
Diuretik
Nama obat
Hydrochloro
Thiazid
Furosemid
No Kasus
63
8,14,17,28,42,55,74,77,78,79
Jumlah
11
%
2,34
7
Anti asma
Teofilin
Aminofilin
Salbutamol
Antihistamin&antialergi
Efedrin
Interhistin
Cetirizin
Mukolitik
Chlorphenira
min Maleat
Metil
prednisolon
Prednison
Dexametason
Ambroxol
Antasida
Antacid
Expectoran
Glyceril
Guaiacholat
OBH Syr
Nifedipin
Ranitidin
Kortikosteroid
Antagonis kalsium
Antagonis Reseptor H-2
Analgesik antipiretik
Antihipertensi
Antitusif
Antalgin
Paracetamol
Asam
Mefenamat
Captopril
Codein HCL
Dextromethor
pan
Glibrnclamid
Isosorbide
Dinitrate
Vitamin K
Antidiabetik
Antiangina
Vitamin
Total
1,2,4,5,7,8,10,14,15,16,20,22,33,50,59,73,74,79,81,95,100
9,13,28,31,32,34,35,41,46,53,61,68,71,72,82,84,89,91,98
2,3,5,6,9,10,11,12,13,16,17,18,20,22,29,30,31,33,35,39,40,41,43
,45,45,46,48,50,53,57,59,60,62,63,64,65,67,68,69,70,71,73,75,7
6,80,81,82,84,86,88,89,91,92,93,94,96,98,99,100
21,26,40,58,61,72
1,2,4,7,8,10,11,14,15,16,20,22,24,26,33,50,55,59,69,73,74,79,81
,95,100
1,2,6,7,8,11,12,13,14,15,16,19,20,22,26,29,33,34,36,37,40,50,54
,59,61,63,64,66,67,73,79,81,90,94,95,96,99,100
3,5,9,13,18,21,23,28,34,35,39,40,42,47,48,51,5253,57,58,61,62,
67,70,71,72,76,80,82,85,87,89,91
1,4,6,7,10,11,15,16,20,22,24,26,27,29,32,33,3437,40,45,46,47,5
0,53,56,57,59,62,66,69,70,71,7381,82,84,94,95,96,98,99,100
18,19,54
36
1,2,4,5,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,20,22,23,26,27,29,30,31,3
3,36,39,44,45,46,50,52,59,60,61,63,65,67,68,71,73,74,79,80,81,
86,87,89,.90,91,92,94,95,98,99,100
97
104
20,81
60
12,74
49
10,40
56
11,89
1
0,24
3,18,19,21,28,32,34,35,37,41,42,43,47,48,49,51,53.54,55,57,62,
64,66,69,70,72,75,76,82,83,87,93
24,41,44,46
14,17,28,42,55,74,79
1,2,4,7,8,14,15,16,19,20,22,26,33,34,35,37,38,47,50,54,58,59,64
,69,71,73,74,77,79,81,87,88,90,95,97,100
27,46
3,6,9,12,15,30,31,32,39,40,52,56,60,68,71,72,89,91,92,97
38,50,51,85
36
7,64
7
35
1,49
7,43
23
4,88
4
0,85
78
1
0,24
20,26,40
6,11,21,24,25,27,32,35,36,39,41,43,46,49,56,58,61,65,66,67,69,
72,75,76,78,82,83,85,87,93
23,84
63,77,78
33
7,01
2
3
0,42
0,64
83
1
471
0,24
100
Penggunaan obat non antibiotik
di
Balai
Besar
Kesehatan
Tepat Pasien
Paru
Suatu obat dikatakan tepat pasien
Masyarakat Surakarta merupakan terapi
jika penggunaan obat sesuai dengan
pendukung yang diberikan pada pasien,
kondisi fisiologis dan patologis pasien
terapi ini digunakan untuk mengatasi
atau tidak adanya kontraindikasi dengan
keluhan dari pasien. Penggunaan obat-
pasien dan tidak ada riwayat alergi. Jika
obat lain non antibiotik ditujukan untuk
salah satu obat yang digunakan pasien
membantu
terdapat kontraindikasi, maka peresepan
menangani
gejala
pada
pasien.
dikatakan tidak memenuhi kriteria tepat
Evaluasi Penggunaan obat
pasien.
8
Dari analisis ketepatan pasien
kondisi penyakit maupun obat yang
sebanyak 100% dibuktikan bahwa kartu
dapat memberikan gejala/tanda mirip
rekam medik tidak ada riwayat penyakit
dengan infeksi. Selain itu, pemakaian
yang tertulis terhadap pasien, sudah
antibiotika tanpa didasari bukti infeksi
sesuai
dan
dapat
ada
insiden resistensi maupun potensi Reaksi
kontraindikasi. Sebelum memulai terapi
Obat Berlawanan (ROB) yang dialami
dengan antibiotik sangat penting untuk
pasien
dipastikan apakah infeksi benar-benar
penelitian tidak terdapat kontraindikasi
ada. Hal ini disebabkan ada beberapa
pada
dengan
patologis
kondisifisiologis
pasien
atau
tidak
menyebabkan
(Depkes,
meningkatnya
2005).
Dari
hasil
pasien.
Table 5. Ketepatan Pada Pasien Pneumonia di Instalasi RawatJalanBalai Besar Kesehatan Paru
Masyarakat X tahun 2010
No
1
2
Ketepatan pasien
Tepat pasien
Tidak tepat pasien
Jumlah
100
-
Persentase %
100%
-
Tabel 6. Kontraindikasi Obat Antibiotik Pneumonia di Instalasi Rawat Jalan Balai Besar
Kesehatan Paru Masyarakat X Pada Tahun 2010. (Depkes, 2005)
Nama obat
No kasus
Kontraindikasi
Cefixime
1,2,10,20,22,24,25,31,3
3,36,41,50,52,68,81,91,
95,100
3,4,5,7,8,9,13,14,15,16,
18,21,23,26,27,29,30,35
,39,42,44,45,47,48,51,5
3,55,56,57,59,60,62,63,
64,65,66,67,70,71,74,76
,78,80,82,83,84,85,87,8
9,90,93,94,96,97,99
6,11,12,92
Hipersensitivitas terhadap sefalosporin
Cefadroxil
Amoxicillin
Levofloxacin
ciprofloxacin
Azithromycin
Ofloxacin
17,19,32,37,54,61,69,72
,88,98
28,34,38,43,46,49,58,75
,77
73,79
40
Hipersensitivitas terhadap sefalosporin
Alergi terhadap penisilin, amoksisilin. Pasien dengan riwayat jaundice paska
pemakaian amoksisilin klavulanat
Hipersensitivitas terhadap levofloxacin maupun quinolon lain
Hipersensitivitas terhadap ciprofloxacin maupun quinolon lain
Gangguan fungsi hati
Hipersensitivitas terhadap ofloxacin maupun quinolon lain
yang aman dan sesuai untuk pasien, yang
sesuai dengan Pedoman dan Diagnosis
Tepat Obat
Tepat obat adalah pemilihan obat
Pneumonia di Indonesia. Pemilihan jenis
obat
yang
tidak
tepat
dapat
9
menyebabkan pengobatan yang tidak
gejala yang ditimbulkan (Gunawan,
optimal. Pemilihan obat didasarkan pada
2007)..
Tabel 7. Ketepatan Obat Pada Pasien Pneumonia di Instalasi Rawat Jalan Balai Besar
Kesehatan Paru Masyarakat X Pada Tahun 2010
nama obat
Cefixime
Cefadroxil
Amoxicillin
Levlofloxacin
ciprofloxacin
Azithromycin
Ofloxacin
Ketepatan
No kasus
Standar
1,2,10,20,22,24,25,31,33,36,
41,50,52,68,81,91,95,100
3,4,5,8,7,9,13,14,15,16,18,21,23,2
6,27,29,30,35,39,42,44,45,47,48,5
1,53,55,56,57,59,60,
62,63,64,65,66,67,70,71,74,76,78,
80,82,83,84,85,87,89,90,
93,94,96,97,99
6,11,12,92
17,19,32,37,54,61,69,72,88,98
28,34,38,43,46,49,58,75,77
73,79
40
Jumlah
pemilihan
obat
Kesesuaian
Jumlah
kasus
Present
ase (%)
18
18
√
56
56
√
√
√
√
√
4
10
9
2
1
100
4
10
9
2
1
100
S
√
Pedoman
Diagnosis dan
Penatalaksana
an Pneumonia
di Indonesia
TS
demikian terapi pnemonia sama bila
diklasifikasikan berdasarkan penggunaan
penyebabnya
sama
(Dahlan,
2004).
antibiotika apakah sudah sesuai dengan
Terdapat 100 % (tabel 9) tepat obat pada
Pedoman dan Diagnosis Pneumonia di
pasien yang terdiagnosa pneumonia di
Indonesia. Pada prinsipnya terapi utama
Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat
adalah pemberian antibiotik. Dengan
Surakarta.
Tepat Dosis
Tabel 8. Evaluasi Ketepatan Dosis Pemberian Antibiotik Pada Pasien Pneumonia di Instalasi
Rawat Jalan Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta Pada Tahun 2010
Nama obat
Dosis
Frekuensi Durasi
No kasus
Dosis &
kesesuaian Persentase
10
Cefixime
200mg
1X1
5hari
Cefixime
100mg
1X1
5hari
Cefixime
200mg
2X1
5hari
Cefadroxil
500mg
2X1
5hari
1,20,22,25,
31,33,52,68,
81,100
2,10,24,41,
50,95
36,91
3,4,5,8,9,13,
14,15,16,18,
21,23,26,27,
2930,35,39,
44,45,47,48,
51,53,55,56,
57,59,60,62,
63,64,65,67,
70,71,74,76,
78,80,82,83,
84,85,86,87,
89,90,93,96,
97
42,94,99
6,11,12,92
Cefadroxil
Amoxicillin
500mg
500mg
2X1/2
3X1
5hari
5hari
Levofloxacin
500mg
1X1
5hari
Levofloxacin
250mg
1X1
5hari
Ciprofloxacin
500m
2X1
5hari
Ciprofloxacin
Ciprofloxacin
Azithromicin
250mg
250mg
500mg
2X1
1X1
1X1
5hari
5hari
5hari
28,38,43,46,
49,58
34,75
77
73,79
Ofloxacin
200mg
2X1
5hari
40
∑ Tepat dosis
∑ Tidak tepat dosis
Ketepatan
dosis
17,19,32,37,
54,61,69,72,
88
98
frekuensi
standar
200400mg/hari
1-2X/hari
(BNF)
S
TS
(%)
√
10
√
6
√
2
√
53
500mg 2X1
(BNF)
500mg-1g
setiap 8jam
(BNF)
500mg 12X/hari
selama 7-14
hari
(BNF)
250-750mg
2X//hari
(BNF)
√
500mg
1X/hari
(BNF)
400mg perhari
di pagi hari
(BNF)
√
√
√
9
√
√
√
88
12
3
4
1
6
√
2
1
2
√
1
88%
12%
antibiotika
dimana dosis dapat dilihat dari dosis
ditinjau berdasarkan dosis dan frekuensi
lazimnya, yaitu dimana suatu obat
11
mencapai
efek
terapeutik.
Pada
yang sebenarnya, apakah benar obat
penelitian ini terdapat 88 pasien (88%)
yang diberikan sesuai dengan yang
mengalami tepat dosis, dan 12 pasien
tertulis dalam rekam medik pasien, juga
(12%) tidak tepat dosis.
dosis dan frekuensi pemberian obat.
Pada kasus no 2,10,24,41,50,95
Sangat mungkin terjadi ketidaksesuaian
tidak tepat dikarenakan dosis kurang,
antara data yang tercatat dalam rekam
hanya 100mg sehari. Sedangkan dosis
medik dengan keadaan sesungguhnya.
standar pada pemberian cefixime adalah
Oleh karena itu, dalam pembahasan
200-400mg
peneliti
sehari.
Pada
kasus
no
hanya
mampu
melakukan
42,94,99 tidak tepat karena dosis kurang,
asumsi-asumsi jika data yang diperoleh
dosis standar pada cefadroxil yaitu
itu benar sesuai dengan kenyataan.
2X500
98
Selain itu kesalahan peneliti dalam
mengalami kurang dosis, dosis standar
membaca catatan rekam medik juga
pada levofloxacin 500mg 1-2X perhari.
sangat mungkin terjadi.
Kasus pada no 77 tidak tepat dosis
Kesimpulan
sehari.
Kasus
pd
no
karena frekuensinya hanya 1X perhari,
Evaluasi penggunaan antibiotik
sedangkan pada standar 2X perhari. Pada
pada pasien pneumonia di instalasi rawat
kasus no 40 juga mengalami kurang
jalan
dosis, dosis standar untuk ofloxacin
Masyarakat
adalah 400mg setiap 12 jam.
dengan jumlah 100 kasus adalah: Pada
Kelemahan Penelitian
evaluasi
Penelitian ini dilakukan secara
retrospektif
sehingga
Besar
Kesehatan
Surakarta
penggunaan
tahun
Paru
2010
antibiotik
mengalami tepat pasien sebanyak 100%,
bisa
yang mengalami tepat obat sebanyak
mengungkapkan kenyataan yang terjadi
100%, dan yang mengalami tepat dosis
di lapangan secara lengkap. Sebagai
sebanyak 88%.
contoh, penelitian ini tidak mampu
Saran
mengungkapkan
tidak
Balai
alasan-alasan
dokter
Berdasarkan hasil penelitian yang
dalam memberikan suatu obat dan nilai
telah dilakukan dan juga permasalahan
ketepatannya dengan kondisi pasien
yang didapat, peneliti memberikan saran
12
dan
masukan
Kesehatan
untuk
Balai
Besar
1.
Paru Masyarakat Surakarta
dan juga penelitian selanjutnya. Saran
Apt. selaku Dekan .
2.
dan masukan untuk peneliti selanjutnya
perlu dilakukan penelitian yang sama di
rumah
sakit
yang
berlainan
dan evaluasi penggunaan obatnya. Perlu
Ibu Tri Yulianti M.Si., Apt selaku
dosen pembimbing I.
3.
untuk
mengetahui gambaran pasien pneumonia
Bp. Dr. Muhammad Da’i, M.Si.,
Bp. Andi Suhendi S.Farm., Apt.
selaku dosen pembimbing II.
4.
Kepala Balai Besar Kesehatan Paru
Masyarakat X
dilakukan penelitian lebih lanjut tentang
evaluasi
penggunaan
obat
dengan
metode yang berbeda, misalnya secara
prospektif, sehingga dapat diketahui
keadaan sebenarnya.
Ucapan Terimakasih
DAFTAR ACUAN
BNF, 2005, BNF,49th ed, British National Formulary, hal 276-306, Royal
Pharmaceutical, Society of Great Britain.
Dahlan, Z., 2004, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid ll Edisi ketiga, Hal 801-802,
Penerbit FKUI, Jakarta.
Depkes, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia , Hal 1, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Depkes, 2005, Pharmaceutical Care Untuk Infeksi Saluran Pernafasan, Hal 27-34,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Gunawan, S.G, 2007, Farmakologi dan Terapi, Edisi 5, Hal 667-719, Penerbit FKUI,
Jakarta.
PDPI, 2003, Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Pneumonia Komunitas di
Indonesia, Hal 3, 6, 9-13,16, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, Jakarta.
Tierney, M., McPhee, J., Papadakis, A., 2002, Diagnosis dan Terapi Kedokteran Ilmu
Penyakit Dalam, diterjemahkan oleh Gofir, A., Tritana, S.W., Erlina, dan
Isnatin, 100,111-112, 106, Penerbit Salemba Medika, Jakarta.