UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PADA MATERI BILANGAN PECAHAN MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA SISWA KELAS VII SMP SWASTA AL-AZHAR ACEH TENGGARA T.A 2015/2016.

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
MATEMATIKA PADA MATERI BILANGAN PECAHAN MELALUI
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA SISWA
KELAS VII SMP SWASTA Al-AZHAR ACEH
TENGGARA T.A 2015/2016

Oleh:

Mita Sri Utami
NIM 4112111013
Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2016


i

ii

RIWAYAT HIDUP

Mita Sri Utami dilahirkan di Kampung Baru pada tanggal 08 Februari
1993. Ibu bernama Sena Wati dan Ayah bernama Bama Bangko, dan saya anak
kedua dari tiga bersaudara. Pada tahun 1999, penulis masuk SD Negeri 1
Kutacane, dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun 2005, penulis melanjutkan
pendidikan di SMP Negeri 1 Badar, dan lulus pada tahun 2008. Pada tahun 2008,
penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Badar, dan lulus pada tahun
2011. Pada tahun 2011, penulis diterima di Program Studi Pendidikan
Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Negeri Medan.

iii

Upaya meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Pada

Materi Bilangan Pecahan Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah
Pada Siswa Kelas VII SMP Swasta Al-Azhar Aceh Tenggara
T.A 2015/2016
Mita Sri Utami (NIM 4112111013)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa pada materi Bilangan Pecahan di kelas VII SMP
Swasta Al-Azhar Aceh Tenggara melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan
dalam 2 siklus, siklus I terdiri dari 3 kali pertemuan dan pada siklus II terdiri dari
3 kali pertemuan. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMP Swasta Al-Azhar
Aceh tenggara yang berjumlah 25 orang. Objek peneliti ini adalah pembelajaran
dengan menerapkan Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.
Data yang diperlukan diperoleh dengan menggunakan tes kemampuan
pemecahan masalah yang berbentuk uraian yaitu tes awal sebanyak 3 soal. Tes
kemampuan pemecahan masalah siklus I sebanyak 4 soal dan tes kemampuan
pemecahan masalah siklus II terdiri dari 4 soal.
Berdasarkan hasil analisis data setelah pemberian tindakan diperoleh pada
siklus I terdapat 10 orang siswa (53.33%) yang memperoleh kategori kemampuan

pemecahan masalah sedang atau mencapai ketuntasan belajar dengan rata-rata
kelas 55,30. Pada siklus II diperoleh 23 orang siswa (92%) yang memperoleh
kategori kemampuan pemecahan masalah tinggi (mencapai ketuntasan belajar)
dengan rata-rata kelas 79,70. Dari siklus I ke siklus II diperoleh peningkatan
jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar yaitu sebanyak 13 orang siswa
(52%). Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh observer, diperoleh
pengelolaan pembelajaran yang dilaksanakan guru pada siklus I dapat dikatakan
termasuk kategori sedang. Pada siklus II, tingkat kemampuan peneliti mengelola
pembelajaran termasuk kategori baik.
Dengan demikian dapat dikatakan kelas tersebut telah memenuhi 85%
kriteria ketuntasan belajar siswa. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat
disimpulkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa kelas VII SMP Swasta Al-Azhar Aceh Tenggara sehingga
pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah ini
dapat dijadikan salah satu alternatif pembelajaran.

iv

KATA PENGANTAR


Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala berkah
dan hidayahnya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini
berjudul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Pada Materi Bilangan Pecahan Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Pada
Siswa Kelas VII SMP Swasta Al-Azhar Aceh Tenggara T.A 2015/2016”. Skripsi
ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan Matematika Universitas Negeri Medan.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada
Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si, dan Ibu Dra. Ida Karnasih, M.Sc, ED., Ph.D selaku
dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan
bimbingan, arahan dan saran guna kesempurnaan skripsi ini. Ucapan terima kasih
juga penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd, Bapak Dr.
Abil Mansyur, M.Si, dan Bapak Dr. W. Rajagukguk, M.Pd selaku dosen penguji
yang telah memberikan masukan dan saran mulai perencanaan penelitian sampai
selesai penyusunan skripsi ini. Terima kasih juga kepada Bapak Prof. Dr.
Hasratuddin, M.Pd selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan
bimbingan dan saran dalam perkuliahan. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd
selaku Rektor UNIMED, Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd., selaku Dekan FMIPA
UNIMED, Bapak Dr. Edy Surya, M.Si selaku ketua jurusan Matematika FMIPA
UNIMED dan Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si, selaku sekretaris jurusan

Matematika FMIPA UNIMED serta Bapak Drs. Zul Amry, M.Si, Ph.D selaku
ketua Prodi Pendidikan Matematika FMIPA UNIMED dan seluruh Bapak, Ibu
Dosen beserta Staf Pegawai Jurusan Matematika FMIPA UNIMED yang sudah
membantu dan memberikan kelancaran selama penyusunan skripsi ini.
Terima kasih juga kepada Kepala Sekolah SMP Swasta Al-Azhar Aceh
Tenggara, Bapak Bama Bangko, S.Pd yang telah memberikan izin kepada penulis
untuk melakukan penelitian, guru bidang studi Matematika Bapak Heri
Kusnandar, S.Pd dan para guru SMP Swasta Al-Azhar Aceh Tenggara beserta

v

siswa – siswi kelas VIIA yang telah membantu penulis dalam melaksanakan
penelitian.
Teristimewa penulis mengucapkan terima kasih kepada Suami saya
tersayang dan tercinta the great husband Tgk. Muhajirin, S.Pd.I. Ayahanda
tersayang dan tercinta the great Father Bama Bangko,S.Pd. Ibunda tersayang dan
tercinta the strong Mom Sena Wati, dan suami, ayah dan mama yang telah begitu
banyak memberikan kasih sayang, do’a, motivasi dan semangat, serta dukungan
moral dan material yang tak ternilai harganya. Serta kepada kakak, adik dan
keponakan tersayang dan tercinta Hesti Asmika, S.Pd, Anugrah Bangko dan

Rezeky Naufal, yang begitu banyak memberikan do’a dan motivasi, semangat
serta dukungan moral kepada penulis dalam menyelesaikan studi di UNIMED.
Ucapan terima kasih juga kepada sahabat seperjuangan yang selalu
memberi semangat dan dukungan yaitu my beloved Fauzatunnisa Alpadlah, Fuji
Yanti Lestari, Rina Alga Sari, Adri Povi Sari, Poppy Indra Wati, Iin Sundari,
Hany Fitri Damayanti, Chairina Aulia, Nisma Ariyati, dan teman–teman sekelas
Dik C Matematika 2011 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang
senantiasa mendukung dan menemani penulis dalam suka maupun duka. Terima
kasih juga kepada Ibu, kakak dan adik kontrakan 39B termanis Nurhayati,
Aguspa, Imamah, Sulis, Fhadillah Arishandy yang selalu mensupport.
Penulis menyadari masih banyak terdapat kelemahan baik dari segi isi
maupun tata bahasa, karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya skripsi
ini dapat bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan kita.

Medan,
Penulis,

Desember 2015


Mita Sri Utami
NIM. 4112111013

vi

DAFTAR ISI

Halaman
Lembar Pengesahan
Daftar Riwayat Hidup
Abstrak
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Daftar Lampiran

i
ii
iii

iv
vi
viii
x
xi

BAB I PENDAHULUAN

1

1.1.Latar Belakang Masalah
1.2. Identifikasi Masalah
1.3. Pembatasan Masalah
1.4. Rumusan Masalah
1.5. Tujuan Penelitian
1.6. Manfaat Penelitian
1.7. Defenisi Operasional

1
9

9
10
10
10
11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Masalah dalam Matematika
2.1.1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
2.1.2. Model Pembelajaran
2.1.3. Model Pembelajaran Berbasis Masalah
2.1.3.1. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran
2.1.3.2. Langkah-Langkah Dalam Proses Pembelajaran
Berbasis Masalah
2.1.3.3. Pelaksanaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Dalam Pembelajaran Matematika
2.1.4. Materi Pelajaran Bilangan Pecahan
2.1.4.1. Bentuk-Bentuk Bilangan Pecahan
2.1.4.2. Mengubah Suatu Bentuk Pecahan ke Bentuk
Pecahan Yang lain

2.1.4.3. Operasi Bilangan Pecahan
2.2. Hasil Penelitian yang Relevan
2.3. Kerangka Konseptual
2.4. Hipotesis Tindakan

12
12
13
17
18
21

BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
3.2. Lokasi Penelitian

22
24
28
29

32
34
36
36
38
39
39
39

vii

3.3 Subjek dan Objek Penelitian
3.3.1. Subjek Penelitian
3.3.2. Objek Penelitian
3.4. Mekanisme dan Rancangan Penelitian
3.5. Instrumen dan TeknikPengumpulan Data
3.6. Teknik Analisis Data
3.6.1. Analisis Data Kemampuan Pemecahan Masalah
3.6.2. Paparan Data
3.6.3. Penarikan Kesimpulan

39
39
39
39
44
46
46
48
49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Siklus I
4.1.1.1. Hasil Tes Kemampuan Awal
4.1.1.2. Alternatif Pemecahan I (Rencana Tindakan I)
4.1.1.3. Pelaksanaan Tindakan I
4.1.1.4. Hasil Observasi
4.1.1.5. Analisis Data I
4.1.1.5.1 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika I
4.1.1.6. Refleksi Siklus I
4.1.1.7. Simpulan
4.1.2. Siklus II
4.1.2.1. Permasalahan II
4.1.2.2. Alternatif Pemecahan II (Rencana Tindakan II)
4.1.2.3. Pelaksanaan Tindakan II
4.1.2.4. Hasil Observasi II
4.1.2.5. Analisis Data II
4.1.2.5.1. Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika II
4.1.2.6. Refleksi II
4.2. Pembahasan Hasil Penelitian

50
50
50
50
51
52
53
57
57
63
65
66
66
66
67
69
73
73
77
78

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran

82
82
83

DAFTAR PUSTAKA

84

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Fase Model Pembelajaran Berbasis Masalah

23

Tabel 3.2. Pedoman Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

46

Tabel 4.1. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada Tes Awal

51

Tabel 4.2. Deskripsi Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I

53

Tabel 4.3. Deskripsi Hasil Observasi Siswa dalam melaksanakan
Pembelajaran Siklus I

56

Tabel 4.4. Tingkat Kemampuan Siswa Memahami Masalah pada Tes
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siklus I

58

Tabel 4.5. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa Merencanakan
Pemecahan Masalah pada Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siklus I

58

Tabel 4.6. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa Melaksanakan
Pemecahan Masalah pada Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siklus I

58

Tabel 4.7. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa Memeriksa Kembali
pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Siklus I

60

Tabel 4.8. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada Tes Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika Siklus I

60

Tabel 4.9. Analisa Data Letak Kesulitan Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah I pada Aspek/Langkah Memahami Masalah
Tabel 4.10. Deskripsi Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II

61
69

Tabel 4.11. Deskripsi Hasil Observasi Siswa dalam melaksanakan
Pembelajaran Siklus II

72

Tabel 4.12. Tingkat Kemampuan Siswa Memahami Masalah pada Tes
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siklus II

74

Tabel 4.13. Tingkat Kemampuan Siswa Merencanakan Pemecahan
Masalah pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siklus II

74

ix

Tabel 4.14. Tingkat Kemampuan Siswa Melaksanakan Pemecahan
Masalah pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siklus II

75

Tabel 4.15. Tingkat Kemampuan Siswa Memeriksa Kembali pada Tes
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siklus II

75

Tabel 4.16. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada Tes Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika Siklus II
Tabel 4.17. Hasil Yang Diperoleh pada Siklus II

76
78

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1

Skema Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
berdasarkan alurnya

44

xi

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (Siklus I)

86

Lampiran 2

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (Siklus I)

91

Lampiran 3

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III (Siklus I)

97

Lampiran 4

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (Siklus II)

104

Lampiran 5

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (Siklus II)

110

Lampiran 6

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III (Siklus II)

115

Lampiran 7

Lembar Aktivitas Siswa I

121

Lampiran 8

Lembar Aktivitas Siswa II

124

Lampiran 9

Lembar Aktivitas Siswa III

127

Lampiran 10 Lembar Aktivitas Siswa IV

130

Lampiran 11 Lembar Aktivitas Siswa V

131

Lampiran 12 Lembar Aktivitas Siswa VI

132

Lampiran 13

133

Lembar Validasi Tes Kemampuan Awal

Lampiran 14 Kisi-kisi Tes Kemampuan Awal

135

Lampiran 15 Tes Kemampuan Awal

136

Lampiran 16 Alternatif Jawaban Tes Kemampuan Awal

138

Lampiran 17 Lembar Validasi tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika I

140

Lampiran 18 Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I

142

Lampiran 19 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I (TKPM I)

143

xii

Lampiran 20 Alternatif Jawaban Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 146
Lampiran 21 Lembar Validasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II

149

Lampiran 22 Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II

151

Lampiran 23 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II( TKPM II)

152

Lampiran 24 Alternatif Jawaban Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah II

154

Lampiran 25 Pedoman Penskoran TKPM

157

Lampiran 26 Lembar Observasi Guru I Siklus I

158

Lampiran 27 Lembar Observasi Guru II Siklus I

160

Lampiran 28 Lembar Observasi Guru III Siklus I

162

Lampiran 29 Lembar Observasi Siswa I Siklus I

164

Lampiran 30 Lembar Observasi Siswa II Siklus I

165

Lampiran 31 Lembar Observasi Siswa III Siklus I

166

Lampiran 32 Lembar Observasi Guru I Siklus II

167

Lampiran 33 Lembar Observasi Guru II Siklus II

169

Lampiran 34 Lembar Observasi Guru III Siklus II

171

Lampiran 35 Lembar Observasi Siswa I Siklus II

173

Lampiran 36 Lembar Observasi Siswa II Siklus II

174

Lampiran 37 Lembar Observasi Siswa III Siklus II

175

Lampiran 38 Hasil Wawancara

176

Lampiran 39 Tabulasi Nilai Tes Awal Berdasarkan Indikator
Kemampuan Pemecahan Masalah

179

Lampiran 40 Tabulasi Nilai Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I
Berdasarkan Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah

181

xiii

Lampiran 41 Tabulasi Nilai Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II
Berdasarkan Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah
Lampiran 42 Dokumentasi Penelitian

183
185

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia
yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau
perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan
dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan
pada semua tingkat perlu terus menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan
masa depan.
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan
penting dalam pendidikan, hal ini dapat dilihat dari waktu jam pelajaran sekolah
lebih banyak dibandingkan pelajaran lain. Matematika merupakan bidang studi
yang dipelajari oleh semua siswa dari SD hingga SMA dan bahkan juga di
Perguruan Tinggi. Ada banyak alasan tentang perlunya siswa belajar matematika
salah satunya menurut Cockroft dalam Abdurrahman (2003:253) mengemukakan
bahwa matematika perlu diajarkan kepada siswa karena:
(1) selalu digunakan dalam segi kehidupan, (2) semua bidang studi
memerlukan keterampilan matematika yang sesuai, (3) merupakan sarana
komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas, (4) dapat digunakan untuk
menyajikan informasi dalam berbagai cara, (5) meningkatkan kemampuan
berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan, dan (6) memberikan
kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.
Berbagai alasan perlunya sekolah mengajarkan matematika kepada siswa
pada hakikatnya dapat diringkaskan karena masalah kehidupan sehari-hari.
Menurut Liebeck (dalam Abdurrahman, 2003:253) “ada dua macam hasil belajar
matematika yang harus dikuasai oleh siswa, perhitungan matematis (mathematics
calculation) dan penalaran matematis (mathematics reasoning)”. Berdasarkan
hasil belajar matematika semacam itu maka Lerner (dalam Abdurrahman
2003:253) megemukakan bahwa kurikulum bidang studi matematika hendaknya
mencakup tiga elemen “(1) konsep, (2) keterampilan, dan (3) pemecahan
masalah”.

1

2

Penguasaan

terhadap

bidang studi

matematika merupakan suatu

keharusan, sebab matematika sebagai pintu masuk menguasai sains dan teknologi
yang berkembang pesat. Dengan belajar matematika orang dapat mengembangkan
kemampuan berpikir secara matematis, logis, kritis dan kreatif yang sungguh
dibutuhkan dalam kehidupan. Oleh sebab itu matematika merupakan salah satu
ilmu dasar yang perlu diajarkan di sekolah karena penggunaannya yang luas pada
aspek kehidupan. Menurut Sumarno (2012) mengemukakan bahwa:
Dalam pelaksanaan tugas pembelajaran, seorang pendidik tidak hanya
berkewajiban menyajikan materi pembelajaran dan mengevaluasi
pekerjaan siswa, akan tetapi bertanggung jawab terhadap pendekatan
bukan saja melalui pendekatan instruksional, akan tetapi dibarengi dengan
pendekatan yang bersifat pribadi (personal approach) dalam setiap proses
belajar mengajar berlangsung.
Guru dituntut untuk mendorong siswa belajar secara aktif dan dapat
meningkatkan pemecahan masalah matematika yang merupakan faktor penting
dalam matematika. Slameto (2003:94) mengemukakan bahwa:
Dalam interaksi belajar mengajar, guru harus banyak memberikan
kebebasan kepada siswa, untuk dapat menyelidiki sendiri, mengamati
sendiri, belajar sendiri, mencari pemecahan masalah sendiri. Pemecahan
masalah mempunyai fungsi penting dalam kegiatan belajar mengajar
matematika. Melalui pemecahan masalah matematika siswa dapat berlatih
dan mengintegrasikan konsep – konsep, teorema-teorema dan
keterampilan yang telah dipelajari. Hal ini akan menimbulkan rasa
tanggung jawab yang besar terhadap apa yang akan dikerjakannya, dan
kepercayaan kepada diri sendiri, sehingga siswa tidak selalu
menggantungkan diri pada orang lain.
Selain itu, menurut Slameto (2003:36) juga megemukakan bahwa:
Dalam proses belajar mengajar, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa
dalam berpikir maupun berbuat. Penerimaan pelajaran jika dengan
aktivitas siswa sendiri, kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi
dipikirkan, diolah kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk yang berbeda.
atau siswa akan bertanya, megajukan pendapat, menimbulkan diskusi
dengan guru. Pemecahan masalah mempunyai fungsi penting dalam
kegiatan belajar mengajar matematika. Melalui pemecahan masalah
matematika siswa dapat berlatih dan mengintegrasikan konsep – konsep,
teorema-teorema dan keterampilan yang telah dipelajari.

3

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa matematika secara tidak
langsung sangat mempengaruhi kehidupan setiap orang di masa yang akan
datang. Di bagian lain, dikatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang sesuatu
yang memiliki pola keteraturan dan urutan yang logis. Menemukan atau
mengungkapkan keteraturan dan kemudian memberikan arti merupakan makna
dari mengerjakan matematika. Jadi semakin sering belajar matematika, maka akan
semakin sering pula berpikir secara logis, dan hal ini akan membantu kita untuk
menghadapi kejadian-kejadian dalam hidup dengan pikiran yang logis pula.
Dalam kegiatan belajar mengajar sering ditemukan siswa yang tidak mau
bertanya kepada guru, walaupun sebenarnya siswa tersebut belum paham pada
materi yang diajarkan guru, proses pembelajaran yang kurang mendukung siswa
untuk aktif dalam menyelesaikan ide-ide/gagasannya sendiri. Untuk itu guru perlu
menciptakan suasana belajar dimana siswa mendapatkan kesempatan berinteraksi
satu sama lain. Usaha guru untuk mencapai tujuan pembelajaran antara lain
memilih metode yang tepat sehingga proses pembelajaran dapat berjalan efektif
dan kondusif dan tujuan pembelajaran dapat tercapai seperti yang diinginkan.
Pembelajaran

matematika

selama

ini

masih

dianggap

sebagai

pembelajaran yang sulit karena menggunakan simbol dan lambang yang dimaknai
dengan penghapalan rumus. Pembelajaran matematika juga terlalu dipengaruhi
pandangan bahwa matematika merupakan alat yang siap dipakai. Pandangan ini
mendorong guru bersikap cenderung memberitahu konsep/sifat/teorema dan cara
menggunakannya. Menurut Soleh (dalam Narohita, 2010:1437) mengemukakan
bahwa:
Umumnya siswa menyatakan matematika merupakan pelajaran yang sulit
dan membosankan, tidak menarik, dan bahkan penuh misteri. Ini
disebabkan karena mata pelajaran matematika dirasakan sukar, gersang
dan tidak tampak kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.
Pada umumnya di sekolah-sekolah sering dijumpai siswa-siswa yang tidak
tertarik belajar matematika. Hal ini terjadi karena pada kenyataannya dalam
pelaksanaan pembelajaran matematika, metode pembelajaran yang ditetapkan
masih konvensional yaitu masih terpusat pada guru.

4

Hasil observasi menunjukkan bahwa pembelajaran matematika di kelas
masih didominasi oleh guru, yakni guru sebagai sumber utama pengetahuan. Hal
ini dilakukan karena guru mengejar target kurikulum untuk menghabiskan materi
pembelajaran atau bahan ajar dalam kurun waktu tertentu. Guru juga lebih
menekankan pada siswa untuk menghafal konsep-konsep, terutama rumus-rumus
praktis yang biasa digunakan oleh siswa dalam menjawab ulangan umum atau
ujian nasional, tanpa melihat secara nyata manfaat materi yang diajarkan dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, siswa akan semakin beranggapan bahwa
belajar matematika itu tidak ada artinya bagi kehidupan mereka, abstrak dan sulit
dipahami. Semua itu pada akhirnya akan bermuara pada rendahnya prestasi
belajar matematika siswa.
Hal yang sama seperti dikemukakan oleh Suherman (2009):
Konon dalam pelaksanaan pembelajaran matematika sekarang ini pada
umumnya guru masih menggunakan metode konvensional yaitu guru
masih mendominasi kelas, siswa pasif (datang, duduk, nonton, berlatihdan
lupa). Guru memberitahukan konsep, siswa menerima bahan jadi.
Demikian juga dalam latihan, dari tahun ke tahun soal yang diberikan
adalah soal-soal yang itu-itu juga dan tidak bervariasi. Untuk mengikuti
pembelajaran di sekolah, kebanyakan siswa tidak siap terlebih dahulu
dengan membaca bahan yang akan dipelajari, siswa datang tanpa bekal
pengetahuan seperti membawa wadah kosong.
Menurut Daulay (2007:5) juga mengemukakan :
Kemampuan pemecahan masalah dalam kaitannya dengan matematika
adalah kemampuan atau kompetensi strategi yang ditunjukkan siswa
dalam memahami, memilih pendekatan dan strategi pemecahan dan
menyelesaikan model untuk menyelesaikan masalah matematika.
Karenanya, pembelajaran pemecahan masalah akan menjadi hal yang
sangat menentukan keberhasilan pendidikan matematika, sehingga
pengintegrasian pemecahan masalah dalam pembelajaran menjadi suatu
keharusan.
Dalam memecahkan masalah matematika ada beberapa strategi yang dapat
digunakan bergantung pada masalah yang akan dipecahkan. Namun, ada strategi
pemecahan masalah yang bersifat umum dan lebih cenderung dipakai dalam
permasalahan matematika yaitu :

5

1. Memahami masalah.
2. Merencanakan Pemecahan Masalah.
3. Melaksanakan Pemecahan Masalah.
4. Memeriksa Kembali Hasil yang Diperoleh (Looking Back).
Seiring dengan hal tersebut, berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan
oleh peneliti dengan salah seorang guru matematika SMP Swasta Al-Azhar,
mengatakan bahwa:
Ada beberapa kesulitan yang dihadapi siswa dalam memecahkan soal
cerita. Siswa kurang bisa menangkap dan mengolah informasi yang baru
diperoleh dari soal cerita, sehingga kurang mampu menentukan apa yang
diketahui dan tidak dapat menentukan model matematikanya. Hal ini
disebabkan kurangnya kreativitas siswa untuk menyelesaikan soal serta
cara belajar siswa yang kurang baik.
Observasi selanjutnya adalah pemberian tes yang berhubungan dengan
pemecahan masalah bentuk soal uraian. Siswa kesulitan memecahkan soal uraian
seperti berikut ini :
1. Diketahui permukaan sebuah kolam renang berbentuk persegi. Kolam renang
tersebut akan dibangun di atas sebidang tanah yang berbentuk persegi panjang,
dengan panjang
kolam, tersisa tanah

meter dan lebar

meter. Ternyata setelah dibangun

. Tentukan luas permukaan kolam renang

tersebut!
a. Selidikilah apa saja yang diketahui dan ditanya dari masalah diatas !
b. Bagaimana menentukan luas permukaan kolam renang tersebut ?
c. Hitunglah luas permukaan kolam renang tersebut !
d. Susan memperkirakan luas permukaan kolam renang adalah

.

Sedangkan Santi berpendapat luas permukaan kolam renang adalah
. Menurut Anda pendapat siapakah yang benar ? Jelaskan
jawabanmu !

6

Berikut adalah hasil pengerjaan beberapa kesalahan menyelesaiakan soal
uraian diatas.

No.

Hasil Pekerjaan Siswa

Analisis Kesalahan

(1)

(2)

(3)

1

Siswa yang tidak
mampu memahami
masalah dalam
menuliskan apa yang
diketahui dan apa
yang ditanya pada
soal.

2
Siswa yang tidak
mampu dalam
merencanakan
pemecahan masalah
dalam merencanakan
rumus yang akan
digunakan

3

Siswa yang tidak
mampu dalam
menyelesaikan
masalah dimana
penyelesaian yang
dilakukan masih

No.
(1)

Hasil Pekerjaan Siswa
(2)

salah
Analisis Kesalahan
(3)

7

4

Siswa yang tidak
mampu dalam
memeriksa kembali
penyelesaian atau
dalam
menyimpulkan hasil
jawaban masih salah

Dari hasil observasi berupa pemberian tes awal pemecahan masalah siswa kelas
VII SMP Swasta Al-Azhar Aceh Tenggara dalam materi pecahan. Dari 25 siswa
yang mengikuti tes, 11 siswa yang memahami masalah, 1 siswa yang dapat
merencanakan masalah, 8 siswa yang dapat menyelesaikan masalah dan 5 siswa
yang dapat menarik kesimpulan.
Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa masih rendah padahal salah satu tujuan dari pembelajaran matematika saat
ini adalah meliputi kemampuan memahami masalah, merencanakan masalah,
melaksanakan masalah dan memeriksa kembali hasil yang diperoleh.Setelah
menelusuri, ditemukan berbagai penyebab tingkat kemampuan pemecahan
masalah siswa kelas VII SMP Swasta Al-Azhar Aceh Tenggara masih sangat
rendah yaitu pembelajaran matematika selama ini kurang relevan dengan tujuan
dan karakteristik pembelajaran matematika, guru tidak melatih siswa dalam
pemecahan masalah dan siswa kurang mampu menentukan apa yang diketahui,
ditanyakan dan tidak dapat menentukan model matematikanya.
Banyak guru mengalami kesulitan dalam mengajar anak bagaimana
memecahkan permasalahan (sering disebut soal cerita) sehingga banyak anak juga
kesulitan mempelajarinya. Kesulitan ini biasa muncul karena paradigma bahwa
jawaban akhir sebagai satu-satunya tujuan dari pemecahan masalah. Anak
seringkali menggunakan teknik yang keliru dalam menjawab permasalahan sebab
penekanan pada jawaban akhir. Padahal kita perlu menyadari bahwa proses dari
memecahkan masalah yaitu bagaimana kita memecahkan masalah jauh lebih
penting dan mendasar. Ketika jawaban akhir diutamakan, anak mungkin hanya

8

belajar menyelesaikan satu masalah khusus, namun ketika proses ditekankkan,
anak tampaknya akan belajar lebih bagaimana menyelesaikan masalah-masalah
lainnya.
Kondisi ini secara langsung atau tidak akan melahirkan anggapan bahwa
belajar matematika tidak lebih dari sekedar mengingat kemudian melupakan fakta
dan konsep, pada hal yang menjadi tujuan pembelajaran matematika adalah agar
siswa mampu memecahkan masalah yang dihadapi. Oleh karena itu pemecahan
masalah merupakan suatu tingkat aktivitas intelektual yang tinggi dan
membutuhkan suatu proses psikologi yang tidak hanya melibatkan aplikasi dalildalil atau teorema-teorema yang dipelajari.
Salah satu langkah yang bisa dilakukan oleh guru sebagai pembimbing
siswa adalah memilih model pembelajaran yang tepat. Penggunaan model
pembelajaran yang kurang tepat dapat menimbulkan kebosanan, kurang paham
terhadap materi yang diajarkan dan akhirnya dapat menurunkan motivasi siswa
dalam belajar.
Dengan demikian, diperlukan model pembelajaran yang efektif, membuat
siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang
dapat digunakan adalah model Pembelajaran Berbasis Masalah. Pembelajaran
Berbasis Masalah merupakan salah satu model pembelajaran yang inovatif yang
dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa, melibatkan siswa untuk
memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa
dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan
sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah.
Berdasarkan uraian tersebut di atas tampak jelas bahwa pembelajaran
dengan model Pembelajaran Berbasis Masalah dimulai dengan adanya masalah,
kemudian siswa memperdalam pengetahuannya tentang apa yang telah mereka
ketahui dan apa yang telah mereka perlu ketahui untuk memecahkan masalah
tersebut. Dalam pembelajaran ini masalah yang dijadikan sebagai fokus
pembelajaran dapat diselesaikan siswa melalui kerja kelompok sehingga dapat
memberi pengalaman-pengalaman belajar yang beragam pada siswa seperti
kerjasama dan interaksi dalam kelompok, disamping pengalaman belajar yang

9

berhubungan dengan pemecahan masalah seperti membuat hipotesis, merancang
percobaan, melakukan penyelidikan, mengumpulkan data, mengintepretasi data,
membuat kesimpulan, mempresentasikan, berdiskusi dan membuat laporan.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul:“Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemcahan Masalah
Matematika Pada Materi Bilangan Pecahan Melalui Pembelajaran Berbasis
Masalah Pada Siswa Kelas VII SMP Swasta Al-Azhar Aceh Tenggara”.

1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi
beberapa masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Pembelajaran matematika masih didominasi oleh guru sehingga siswa
hanya menerima tanpa memiliki pengalaman belajar.
2. Proses pembelajaran yang kurang mendukung siswa untuk aktif dalam
menyelesaikan ide–ide/gagasannya sendiri.
3. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa masih rendah.
4. Belum diterapkannya model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam
pembelajaran matematika khususnya pada materi Bilangan Pecahan.

1.3 Pembatasan Masalah
Melihat

luasnya

cakupan

masalah-masalah

yang

teridentifikasi

dibandingkan waktu dan kemampuan yang dimiliki peneliti, maka peneliti merasa
perlu memberikan batasan terhadap masalah yang akan dikaji agar analisis hasil
penelitian ini dapat dilakukan dengan terarah. Masalah yang akan dikaji dalam
penelitian ini terbatas yaitu: Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
masih rendah di kelas VII SMP Swasta Al-Azhar Aceh Tenggara.

10

1.4 Rumusan Masalah
Berdasarakan latar belakang di atas, maka yang menjadi fokus
permasalahan dalam penelitian ini adalah: Bagaimana penerapan model
Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa SMP Swasta Al-Azhar Aceh Tenggara dalam
menyelesaikan soal-soal Bilangan Pecahan?

1.5 Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah:
Untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa dalam memecahkan
masalah matematika dan untuk meningkatkan proses Pembelajaran Berbasis
Masalah pada siswa kelas VII SMP Swasta Al-Azhar Aceh Tenggara.

1.6 Manfaat Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian di atas, maka hasil penelitian yang
diharapkan akan memberimanfaat sebagai berikut:
1. Bagi peneliti, dapat memperoleh pengalaman langsung dalam menerapkan
pembelajaran matematika melalui Pembelajaran Berbasis Masalah dan
sebagai bekal peneliti sebagai calon guru mata pelajaran matematika
dalam menjalani praktik mengajar dalam institusi formal yang
sesungguhnya.
2. Bagi guru matematika, sebagai alternatif melakukan variasi dalam
mengajar dengan menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah
dan memberi masukan dalam melaksanakan proses pembelajaran sehingga
kualitas pembelajaran yang lebih baik.
3. Bagi siswa, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematika melalui penerapan model Pembelajaran Berbasis
Masalah.
4. Bagi sekolah, bermanfaat untuk mengambil keputusan yang tepat dalam
peningkatan kualitas pengajaran serta menjadi bahan pertimbangan dalam
mengambil kebijakan inovasi pembelajaran matematika di sekolah.

11

5. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan peneliti dan pembaca yang tertarik untuk mengkaji lebih
dalam mengenai penerapan model Pembelajaran Berbasis Masalah dan
kemampuan pemecahan masalah siswa SMP.

1.7 Defenisi Operasional
Untuk dapat melakukan variabel penelitian secara kuantitatif maka variabelvariabel didefenisikan sebagai berikut:
1. Model

Pembelajaran

Berbasis

Masalah

adalah

suatu

pendekatan

pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu
konteks bagi para peserta didik untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan
keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan
konsep yang esensial dari materi pelajaran.
2. Masalah Matematika adalah suatu soal atau pertanyaan matematika yang
tidak ada rumus/algoritma tertentu untuk menyelesaikannya. Masalah
matematika tersebut biasanya berbentuk soal cerita, membuktikan,
menciptakan, atau mencari suatu pola sistematika dan siswa harus berfikir
dulu untuk mencari penyelesaiannya
3. Dalam memecahkan masalah matematika ada beberapa strategi yang dapat
digunakan bergantung pada masalah yang akan dipecahkan. Namun, ada
strategi pemecahan masalah yang bersifat umum dan lebih cenderung
dipakai dalam permasalahan matematika yaitu :
a. Memahami masalah
b. Merencanakan Pemecahan Masalah
c. Melaksanakan Pemecahan Masalah
d. Memeriksa Kembali Hasil yang Diperoleh (Looking Back).
4. Kemampuan pemecahan masalah matematika adalah kecakapan atau
potensi yang dimiliki seseorang atau siswa dalam menyelesaikan soal
cerita, menyelesaikan soal yang tidak rutin, mengaplikasikan matematika
dalam kehidupan sehari-hari.

83

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.

Kesimpulan
Simpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah model

Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa kelas VII SMP Swasta Al-Azhar Aceh Tenggara dari
siklus I ke siklus II. Pada siklus I siswa belum berminat dan termotivasi pada awal
pembelajaran, siswa masih bingung dalam merencanakan pemecahan masalah
yaitu menggunakan rumus dan mengaitkannya ke dalam penyelesaian masalah,
siswa masih malu dan takut untuk mempresentasikan hasil penyelesaian masalah
yang dilakukannya, dan siswa kesulitan terhadap penyelesaian yang mereka
kerjakan.

Sehingga

pada

pembelajaran

siklus

II

guru

mengupayakan

mempertahankan dan meningkatkan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
dengan penerapan model Pembelajaran Berbasis Masalah yakni dengan
memberikan penghargaan dan pujian kepada kelompok terbaik, kelompok terbaik
adalah kelompok yang kompak, kelompok yang memberikan tanggapan atau
argumentasinya pada saat persentase berlangsung dan kepada kelompok yang
memperoleh nilai yang baik dan presentase yang baik serta siswa yang aktif
memberikan pertanyaan. Pada model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika pada materi pokok
bilangan pecahan yang meningkat yaitu memahami masalah dan menyelesaikan
masalah.

5.2.

Saran
Adapun saran yang dapat diambil dari hasil penelitian ini, yaitu :

1.

Kepada guru matematika khususnya guru matematika SMP Swasta Al-Azhar
Aceh Tenggara, disarankan memperhatikan kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah dan melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar,
dan menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah sebagai salah satu
altenatif pendekatan

pembelajaran, untuk

pemecahan masalah matematika siswa tersebut.

82

meningkatkan kemampuan

83

2.

Kepada siswa SMP Swasta Al-Azhar Aceh Tenggara disarankan untuk saling
bekerjasama dalam diskusi kelompok terutama dalam memecahkan masalah
yang berhubungan dengan materi pelajaran matematika dan lebih berani
dalam menyampaikan pendapat atau ide-ide, dapat mempergunakan seluruh
potensi yang dimiliki dalam pelajaran matematika, memiliki semangat yang
tinggi untuk belajar dan dapat mempergunakan seluruh potensi yang dimiliki
dalam belajar,

3.

Kepada Kepala SMP Swasta Al-Azhar Aceh Tenggara, agar dapat
mengkoordinasikan guru-guru untuk menerapkan pendekatan yang relevan
dan inovatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa.
Sehingga model Pembelajaran Berbasis Masalah sebagai salah satunya.

4.

Kepada peneliti lanjutan agar hasil dan perangkat penelitian ini dapat
dijadikan pertimbangan untuk menerapkan model Pembelajaran Berbasis
Masalah pada materi bilangan pecahan ataupun pokok bahasan lain yang
dapat dikembangkan untuk penelitian selanjutnya.

84

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M., (2003), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Rineka
Cipta, Jakarta.
Arends, R., (2008), Learning To Teach “Belajar Untuk Mengajar”, Penerbit
Pustaka Pelajar,Yogyakarta.
Arikunto, Suharsimi, dkk., (2008), Penelitian Tindakan Kelas, Bumi Aksara,
Jakarta.
Djamarah, S., (2002), Psikologi Belajar, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan,
(2007), Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal Penelitian
Pendidikan, FMIPA Unimed, Medan.
Hamalik, Oemar., (2009), Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Bandung.
Herman, Hudojo., (1988), Mengajar Belajar Matematik., Rineka Cipta, Jakarta.
Kunandar., (2010), Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai
Pengembangan Profesi Guru, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Mulyasa., (2003), Kurikulum Berbasis Kompetensi,Remaja Rosdakarya, Bandung.
Panggabean, Ronald., (2011), Penerapan Metode Penemuan Terbimbing Dengan
Menggunakan LKS Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok
Bahasan Teorema Pythagoras Di Kelas VIII SMP Swasta Free Methodist
II Medan Tahun Pelajaran 2010/2011, FMIPA Unimed, Medan.
Samsul, Hadi., (2006), Aplikasi Matematika 2, Penerbit Yudhistira, Jakarta.
Sanjaya, Wina., (2008), Strategi Pembelajaran, Penerbit Kencana, Jakarta.
Slameto., (2003), Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Penerbit
Rineka cipta, Jakarta.
Slavin, R.E., (2008), Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, Penerbit
Nusa Media, Bandung.
Sugijono., (2004), Seribu Pena Matematika SMP Kelas VIII, Penerbit Erlangga,
Jakarta.
Suprijono, Agus., (2009), Cooperative Learning, Penerbit Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.

85

Wiriaatmadja,

R.,

(2008),

Metode

Penelitian

Tindakan

Kelas

Untuk

Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen, Remaja Rosdakarya. Bandung.
Harahap, Ratur, Martina., Harahap yang berjudul Penerapan Model
Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMP Nurhasanah, Medan.
Tambunan, Mega, Uli., Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning di
Kelas VIII SMP Negeri 2 Kuala Tahun Pelajaran 2009/2010, Medan.