UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (SPBM) DIKELAS X SMA NEGERI 3 PEMATANGSIANTAR T.A. 2014/2015.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penelitian dan skripsi ini
dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini berjudul “Upaya Meningkatkan
Kemampuan
Pemecahan
Masalah
Matematika
Siswa
Melalui
Strategi
Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM) di Kelas X SMA Negeri 3
Pematangsiantar T.A 2014/2015”, disusun untuk memenuhi sebagian syarat
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada: Bapak
Dr. M. Manullang, M.Pd, sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah banyak
memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal penyusunan
proposal penelitian sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terima
kasih juga penulis sampaikan kepada Ibu Dra. Ida Karnasih, M.Sc, Ph.D, Ibu Dra.
Katrina Samosir, M.Pd, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si, selaku dosen penguji yang
telah memberikan saran-saran mulai dari rencana penelitian sampai selesainya
skripsi ini.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Drs. H.
Banjarnahor, M.Pd selaku dosen pembimbing akademik, Bapak Prof. Dr. Syawal
Gultom, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri Medan beserta para staf pegawai
di rektorat, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc., Ph.D, selaku Dekan Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan beserta para
staf pegawai di fakultas, Bapak Dr. Edy Surya, M.Si selaku Ketua Jurusan
Matematika, Bapak Drs. Zul Amry, M.Si., Ph.D selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Matematika, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan
Matematika,
dan kepada seluruh Bapak dan Ibu dosen beserta staf pegawai
Jurusan Matematika yang telah membantu penulis. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada Bapak Drs. Hinsa Simatupang selaku kepala sekolah SMA
Negeri 3 Pematangsiantar, Bapak Drs. E. Pangaribuan selaku guru bidang studi
matematika kelas X-5 SMA Negeri 3 Pematangsiantar yang telah memberikan ijin
kepada penulis untuk mengadakan penelitian dan membantu penulis dalam
pelaksanaan penelitian.
Teristimewa penulis ucapkan terima kasih kepada Ayahanda H.S.P. Sirait
dan Ibunda L. Br Tampubolon yang selalu setia memberikan dukungan, doa,
bantuan moril maupun materil kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan di
UNIMED. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih untuk keluarga kecil
penulis yaitu Hery Jansen Hasudungan Marbun dan kefin Aldi Pangeran Marbun
yang memberikan dukungan moril dan materil. Tak lupa juga penulis
mengucapkan terimakasih kepada Bapak M. Marbun dan Ibu K. Br sinaga, Yanty
R.M. Marbun, dan kepada kakak dan adik penulis yaitu Rumintang F. Sirait, S.T,
Resmina N. Sirait, S.E, Desnita R. Sirait, Vesta R. Sirait, dan Maya O. Sirait yang
setia juga memberikan dukungan, semangat dan doa.
Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada sahabat-sahabat penulis
Nelly, Egy, Melan, Mona, Ratu, Reni, Evi dan semua teman mahasiswa DIK B 09
yang selalu memberikan motivasi, doa kepada penulis sampai skripsi ini selesai.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam menyelesaikan
skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi
maupun bahasa, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya skripsi ini
bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan matematika. Semoga
Tuhan Yang Maha Esa senantiasa mencurahkan rahmat-Nya kepada kita semua.
Medan,
Juli 2015
Penulis,
Mariance Puspita Sirait
NIM. 409111042
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
MATEMATIKA SISWA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN
BERBASIS MASALAH (SPBM) DIKELAS X SMA NEGERI 3
PE MAT A NGS I ANT AR T .A. 201 4 / 201 5
Mariance Puspita Sirait (NIM. 409111042)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematika melalui Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM)
pada sub materi perbandingan trigonometri di kelas X SMA Negeri 3
Pematangsiantar Tahun Ajaran 2014/2015.
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dibagi
dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Subjek dalam penelitian
ini adalah siswa kelas X-5 SMA Negeri 3 Pematangsiantar yang berjumlah 34
orang. Objek penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar matematika pada
perbandingan trigonometri dengan menggunakan Strategi Pembelajaran Berbasis
Masalah (SPBM). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
observasi dan tes. Kriteria keberhasilan penelitian ini adalah jika mencapai target
setiap indikator ≥ 65%.
Hasil penelitian pada siklus I diperoleh siswa yang memahami aspek
memahami masalah mencapai 88,2% (kategori baik), siswa yang mampu
memahami aspek merencanakan pemecahan masalah mencapai 64,7% (kategori
buruk), siswa yang mampu memahami aspek melaksanakan pemecahan masalah
mencapai 67,6% (kategori buruk), dan siswa yang mampu memahami aspek
memeriksa kembali hasil yang diperoleh mencapai 64,7% (kategori buruk). Hasil
penelitian pada silkus II diperoleh siswa yang mampu memahami aspek
memahami masalah mencapai 94,1% (kategori sangat baik), siswa yang mampu
memahami aspek merencanakan pemecahan masalah mencapai 82,4% (kategori
baik), siswa yang mampu memahami aspek melaksanakan pemecahan masalah
mencapai 82,4% (kategori baik), dan siswa yang mampu memahami aspek
memeriksa kembali hasil yang diperoleh mencapai 82,7% (kategori baik). Secara
keseluruhan hasil tes kemampuan pemecahan masalah siklus I 73,12 % (kategori
cukup) dan hasil tes kemampuan pemecahan masalah siklus II 85,64 % (kategori
baik).
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan observer diperoleh
pengelolaan pembelajaran yang dilaksanakan peneliti pada siklus I termasuk
dalam kategori cukup dengan nilai 71,2 dan pada siklus II termasuk dalam
kategori baik dengan nilai 83,7 .
Berdasarkan uraian di atas disimpulkan pengunaan Strategi Pembelajaran
Berbasis Masalah (SPBM) dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa pada sub materi perbandingan trigonometri di kelas X-5 SMA
Negeri 3 Pematangsiantar Tahun Ajaran 2014/2015.
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan
i
Riwayat Hidup
ii
Abstrak
iii
Kata Pengantar
iv
Daftar Isi
vi
Daftar Tabel
ix
Daftar Gambar
x
Daftar Lampiran
xi
BAB I PENDAHULUAN
1
1.1
Latar Belakang Masalah
1
1.2
Identifikasi Masalah
8
1.3
Batasan Masalah
8
1.4
Rumusan Masalah
8
1.5
Tujuan Penelitian
8
1.6
Manfaat Penelitian
8
1.7
Defenisi Operasional
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
11
2.1
Kerangka Teoritis
11
2.1.1
Belajar dan Pembelajaran Matematika
11
2.1.1.1 Pengertian Belajar
11
2.1.1.2 Hakikat Matematika
12
2.1.1.3 Pembelajaran Matematika
13
2.1.2
15
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
2.1.2.1 Pengertian Problem, Solving a Problem dan Problem Solving
15
2.1.2.2 Kemampuan Pemecahan Masalah dalam Matematika
17
2.1.2.3 Tahap-tahap Pemecahan Masalah
18
2.1.3
Hasil Belajar
19
2.1.4
Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
20
2.1.4.1 Strategi Pembelajaran
22
2.1.4.2 Pengertian Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
23
2.1.4.3 Karakteristik Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
24
2.1.4.4 Langkah-langkah Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
25
2.1.4.5 Keunggulan dan Kelemahan SPBM
29
2.2
Uraian Materi Ajar Trigonometri
31
2.3
Hasil Penelitian yang Relevan
33
2.5
Kerangka Konseptual
33
2.5
Hipotesis Tindakan
35
BAB III METODE PENELITIAN
36
3.1
Lokasi dan Waktu Penelitian
36
3.2
Subjek dan Objek Penelitian
36
3.3
Subjek Penelitian
36
3.3.1 Objek Penelitian
36
3.3.2 Jenis Penelitian
36
3.4
Prosedur Penelitian
37
3.5
Teknik Pengumpulan Data
42
3.5.1 Observasi
42
3.5.2 Uji Kemampuan Pemecahan Masalah
42
3.5.3 Dokumentasi
42
3.6
43
Alat Pengumpul Data
3.6.1 Tes
43
3.6.2 Observasi
46
3.7
47
Teknik Analisis Data
3.7.1 Paparan Data
47
3.7.2 Penarikan Kesimpulan
51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
52
4.1.
Hasil Penelitian Siklus I
52
4.1.1
Permasalahan I
52
4.1.2
Tahap Pelaksanaan Tindakan I
53
4.1.3
Hasil Tes Diagnostik Hasil Belajar I
56
4.1.4
Hasil Observasi I
58
4.1.5
Hasil Refleksi I
59
4.2
Hasil Penelitian Siklus II
60
4.2.1
Permasalahan II
60
4.2.2
Tahap Pelaksanaan Tindakan II
61
4.2.3
Hasil Tes Diagnostik Hasil Belajar II
63
4.2.4
Hasil Observasi II
66
4.2.5
Hasil Refleksi II
66
4.3
Pembahasan
67
4.3.1
Pembahasan Hasil Tes Diagnostik
67
4.3.2
Pembahasan Hasil Observasi
69
4.3.3
Pembahasan Model Pembelajaran
71
4.4
Diskusi Hasil Penelitiian
73
BAB V KESIMPULAN DAN SARANA
75
5.1
Kesimpulan
75
5.2
Saran
75
DAFTAR PUSTAKA
76
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1.2
Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Pada Tes
Diagnostik
5
Tabel 2.1.1
Langkah-langkah Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
28
Tabel 2.2.1
Nilai Trigonometri Sudut-Sudut Istimewa
32
Tabel 3.4.1
Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Pada Tes
Tabel 3.4.2
Diagnostik
38
Kegiatan Pembelajaran Berdasarkan SPBM
39
Tabel 3.6.1.1 Penskoran Pemecahan Masalah
44
Tabel 3.6.1.2 Teknik Penskoran Pemecahan Masalah
45
Tabel 3.7.1.2 Kriteria Rata-Rata Penilaian Observasi
51
Tabel 4.1.3.1 Tingkat Kemampuan Memahami Masalah pada TPKM I
56
Table 4.1.3.2 Tingkat Kemampuan Merencanakan Pemecahan Masalah
pada TPKM I
56
Tabel 4.1.3.3 Tingkat Kemampuan Melaksanakan Pemecahan Masalah
pada TPKM I
57
Tabel 4.1.3.4 Tingkat Kemampuan Memeriksa Kembali Hasil Yang
Diperoleh pada TPKM I
Tabel 4.2.3.1 Tingkat Kemampuan Memahami Masalah pada TPKM II
58
63
Table 4.2.3.2 Tingkat Kemampuan Merencanakan Pemecahan Masalah
pada TPKM II
64
Tabel 4.2.3.3 Tingkat Kemampuan Melaksanakan Pemecahan Masalah
pada TPKM II
65
Tabel 4.2.3.4 Tingkat Kemampuan Memeriksa Kembali Hasil Yang
Diperoleh pada TPKM II
65
Tabel 4.3.1.1 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I
67
Tabel 4.3.1.2 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II
68
Tabel 4.3.2.1 Deskripsi Observasi Kegiatan Guru Siklus I dan II
69
Tabel 4.3.2.2 Deskripsi Observasi Kegiatan Siswa Siklus I dan II
70
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.4.1 Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas
37
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1
Tes Diagnostik
78
Lampiran 2
Kisi-Kisi Tes Diagnostik
79
Lampiran 3
Alternatif Penyelesaian Tes Diangnostik
80
Lampiran 4
Teknik Penskoran Tes Diagnostik
83
Lampiran 5
Daftar Nama Siswa
88
Lampiran 6
Hasil Tes Diagnostik
89
Lampiran 7
RPP I ( Siklus I )
91
Lampiran 8
LAS I ( Siklus I )
104
Lampiran 9
RPP II ( Siklus I )
112
Lampiran 10
LAS II ( Siklus I )
128
Lampiran 11
RPP III ( Siklus II )
143
Lampiran 12
LAS III ( Siklus II )
153
Lampiran 13
RPP IV ( Siklus II )
159
Lampiran 14
LAS IV ( Siklus II )
168
Lampiran 15
Tes Kemampuan Penyelesaian Masalah I (Siklus I )
175
Lampiran 16
Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Penyelesaian
Masalah I (Siklus I )
176
Lampiran 17
Kisi-Kisi Tes Kemampuan Penyelesaian Masalah (Siklus I) 180
Lampiran 18
Lembar Validitas Tes Kemampuan Penyelesaian
Masalah (Siklus I)
Lampiran 19
Teknik Penskoran Tes Kemampuan Penyelesaian
181
Masalah (Siklus I)
184
Lampiran 20
Hasil TPKM I ( Siklus I)
189
Lampiran 21
Tes Kemampuan Penyelesaian Masalah II (Siklus II )
190
Lampiran 22
Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Penyelesaian
Masalah II (Siklus II )
191
Lampiran 23
Kisi-Kisi TPKM II (Siklus II)
195
Lampiran 24
Lembar Validitas Tes Kemampuan Penyelesaian
Masalah (Siklus II)
Lampiran 25
196
Teknik Penskoran Tes Kemampuan Penyelesaian
Masalah (Siklus II)
199
Lampiran 26
Hasil TPKM II ( Siklus II)
205
Lampiran 27
Lembar Observasi Guru ( Siklus I dan II)
206
Lampiran 28
Lembar Observasi Siswa ( Siklus I dan II)
214
Lampiran 29
Deskripsi Hasil Observasi Guru ( Siklus I dan II)
222
Lampiran 30
Deskripsi Hasil Observasi Siswa ( Siklus I dan II)
224
Lampiran 31
Dokumentasi
226
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan suatu upaya pemerintah untuk menghasilkan sumber daya
manusia yang berkualitas. Proses pelaksanaan dalam bidang pendidikan
mengalami perubahan secara bertahap. Pendidikan secara keseluruhan mencakup
banyak unsur, salah satu diantaranya adalah matematika.
Matematika merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang mendasar yang
dapat menumbuhkan kemampuan penalaran siswa dan sangat diperlukan dalam
perkembangan ilmu dan teknologi. Seperti yang diungkapkan oleh Cockroft
(dalam Abdurrahman, 2009:253) bahwa “Matematika perlu diajarkan kepada
siswa karena (1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan; (2) semua bidang
studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana
komunikasi yang kuat, singkat , dan jelas; (4) dapat digunakan untuk menyajikan
informasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan kemampuan berpikir logis,
ketelitian, dan kesadaran keruangan; dan (6) memberikan kepuasan terhadap
usaha memecahkan masalah yang menantang”.
Berdasarkan kutipan disimpulkan bahwa dengan belajar matematika
diharapkan
dapat
mengembangkan
kemampuan
berfikir,
bernalar,
mengkomunikasikan gagasannya serta dapat mengembangkan aktivitas kreatif
dan mampu memecahkan masalah. Ini menunjukkan bahwa matematika memiliki
manfaat dalam mengembangkan kemampuan siswa sehingga perlu untuk
dipelajari.
Depdiknas (dalam depdiknas) menyatakan bahwa:
“Tujuan pembelajaran matematika yaitu : (1) memahami konsep
matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan
konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam
pemecahan masalah; (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat,
melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi,
menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika;
(3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami
masalah, marancang model matematika, menyelesaikan model dan
menafsirkan solusi yang diperoleh; (4) mengkomunikasikan gagasan
dengan simbol, table, diagram, atau media lain untuk memperjelas
keadaan atau masalah; (5) memiliki sikap menghargai kegunaan
matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu , perhatian,
dan minat dalam mempelajari matematika serta sikap ulet dan percaya
diri dalam pemecahan masalah.
Berdasarkan tujuan tersebut pemerintah telah melakukan pembaharuan
dan usaha untuk melakukan perbaikan pada sistem pendidikan, seperti
penyempurnaan kurikulum, dan meningkatkan kemampuan guru melalui
penataran. Usaha pemerintah tersebut terlihat nyata dari perubahan kurikulum
pembelajaran dari kurikulum KBK menjadi KTSP. Berdasarkan sumber
(http://www.prayudi.wordpress.com) menyatakan:
Di antara hasil terbaru penyempurnaan tersebut adalah Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Salah satu kelebihan dari kurikulum
terbaru ini adalah dinyatakannya pemecahan masalah (problem solving),
penalaran (reasoning), komunikasi (communication), dan menghargai
kegunaan matematika sebagai tujuan pembelajaran matematika SD,
SMP, SMA, dan SMK disamping tujuan yang berkaitan dengan
pemahaman konsep yang sudah dikenal guru.
Meskipun demikian, hasil belajar siswa masih rendah khususnya pada` pelajaran
matematika.
Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa. Salah
satunya adalah rendahnya kemampuan siswa dalam mengikuti pelajaran yang
diberikan oleh guru khususnya bidang studi matematika. Pada umumnya, siswa
mengatakan bahwa pelajaran matematika adalah pelajaran yang sulit untuk
dimengerti dan membosankan serta tidak menarik karena hanya merupakan
konsep-konsep, teori lalu contoh soal dan latihan, tidak ada aplikasi dalam
kehidupan sehari-hari. Banyaknya siswa yang tidak mampu menyelesaikan soal
dikarenakan proses pembelajaran yang kurang bermakna sehingga menyebabkan
rendahnya kemampuan siswa memecahkan masalah matematika dan hasil
belajarnya, maka perlu adanya suatu tindakan untuk melatih dan mengembangkan
kemampuan pemecahan masalah siswa meningkatkan pembelajaran matematika.
Umumnya, Pembelajaran yang sering digunakan guru dalam proses belajar
mengajar masih bersifat konvensional. Strategi konvensional yang dipelajari tidak
mampu menolong siswa dari masalahnya.
Ada beberapa jenis hasil belajar yang harus dikuasai oleh siswa setelah
melakukan proses pembelajaran matematika. Seperti yang dikatakan oleh Liebeck
(dalam Abdurrahman, 2009:253) “ ada dua macam hasil belajar matematika yang
harus dikuasai oleh siswa, perhitungan matematis (mathematics calculation) dan
penalaran matematis (mathematics reasoning)”.
berdasarkan hasil belajar
matematika semacam itu maka Lerner (dalam Abdurrahman, 2009:253)
mengemukakan bahwa kurikulum bidang studi matematika hendaknya mencakup
tiga elemen, (1) konsep, (2) keterampilan, dan (3) pemecahan masalah.
Dari pernyataan di atas, salah satu aspek yang ditekankan dalam
kurikulum adalah meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa.
Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang sangat
penting karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaiannya, siswa
dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta
keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang
bersifat tidak rutin.
Pemecahan masalah merupakan upaya yang dilakukan siswa untuk
menyelesaikan masalah yang merupakan tugas belajarnya. Pemecahan masalah
merupakan bagian dari kurikulum matematika yang sangat penting karena dalam
proses
pembelajaran
maupun
penyelesaiannya,
siswa
dimungkinkan
menggunakan pengalaman dan pengetahuan serta keterampilan yang sudah
dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah. Hal ini sejalan dengan
pernyataan Abdurrahman (2009:254) yang menyatakan bahwa:
“Pemecahan masalah adalah aplikasi dari konsep dan keterampilan.
Dalam pemecahan masalah biasanya melibatkan beberapa kombinasi
konsep dan keterampilan dalam situasi baru atau situasi yang berbeda”.
Pemecahan masalah (problem solving) merupakan latihan bagi siswa
untuk berhadapan dengan sesuatu yang tidak rutin dan kemudian mencoba
menyelesaikan.
Pembelajaran
pemecahan
masalah
tidak
pembelajaran soal-soal yang telah diselesaikan (solved problems).
sama
dengan
Kemampuan pemecahan masalah adalah kesanggupan atau kompetensi
strategis yang ditunjukkan siswa dalam memahami, memilih pendekatan dan
strategi pemecahan serta menyelesaikan model untuk mencari solusi dari suatu
permasalahan.
Menurut Dodson dan Hollander (dalam Amustofa) kemampuan
pemecahan masalah yang harus ditumbuhkan dalam pembelajaran matematika
adalah:
1. Kemampuan mengerti konsep dan istilah matematika.
2. Kemampuan mencatat kesamaan, perbedaan, dan analogi.
3. Kemampuan untuk mengidentifikasi elemen terpenting dan memiliki
prosedur yang benar.
4. Kemampuan untuk mengetahui hal yang tidak berkaitan.
5. Kemampuan untuk menaksirkan dan menganalisis.
6. Kemampuan untuk memvisualisasi dan mengimplementasi kuantitas
atau ruang.
7. Kemampuan untuk memperumum (generalisasi) berdasarkan beberapa
contoh.
8. Kemampuan untuk mengganti metode yang telah diketahui.
9. Mempunyai kepercayaan diri yang cukup dan merasa senang terhadap
materinya.
Tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa pada umumnya masih
tergolong rendah.Terlebih jika soal yang diberikan adalah soal pembuktian. Siswa
kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal yang berbentuk pemecahan masalah dan
siswa juga mengalami kesulitan untuk menganalisa masalah yang diberikan.
Siswa tidak mampu memikirkan langkah yang digunakan untuk menyelesaikan
masalah yang diberikan sehingga siswa cenderung mengambil kesimpulan untuk
melakukan operasi bilangan-bilangan yang ada tanpa memahami setiap langkah
pengerjaannya.
Hal ini berdasarkan dari hasil observasi dan data yang diperoleh pada
tanggal 20 januari 2014 untuk siswa kelas X-5 SMA Negeri 3 Pematangsiantar
tahun pelajaran 2013/2014. Nampak hasil belajar siswa dibidang matematika
masih rendah, yaitu 60 untuk rata-rata kelas. Dari data tersebut terlihat bahwa
hasil belajar matematika siswa masih belum mencapai harapan dari kurikulum,
yaitu 70 untuk rata-rata kelas (sumber nilai raport siswa tahun pelajaran
2013/2014). Selain itu dapat juga dilihat dari pengerjaan tes diagnostik yang
diberikan. Dari hasil tes diagnostik menunjukkan bahwa siswa mengalami
kesulitan mengerjakan soal-soal pemecahan masalah khususnya pada materi
pembuktian, dalam hal ini peneliti memilih materi logaritma untuk melihat
kemampuan masalah siswa. Dimana pemecahan masalah biasanya melibatkan
beberapa kombinasi konsep, menuntut kemampuan berpikir dan keterampilan
siswa.
Tes diagnostik diberikan kepada 34 orang siswa kelas X-5 SMA Negeri 3
Pematangsiantar. Tes yang diberikan berupa tes essay untuk melihat kemampuan
siswa dalam memecahkan masalah matematika pada materi pembuktian
Logaritma, seperti berikut ini:
1. Misalkan
2. Jika
, tunjukkan bahwa
, tunjukkan bahwa
3. Diketahui
√
√ .
Buktikanlah
hasil
dari
Dari hasil tes diagnostik tersebut pada pokok bahasan Logaritama
menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika siswa masih
sangat rendah. Hasil pengamatan berdasarkan tingkat kemampuan pemecahan
masalah, tidak ada siswa (0%) yang memiliki kemampuan pemecahan masalah
pada tingkat tinggi, 1 siswa (2.94%) yang memiiliki kemampuan pemecahan
masalah pada tingkat rendah dan 33 siswa (97.06%) yang memiliki kemampuan
pemecahan masalah pada tingkat sangat rendah.
Tabel 1.1.1 Tabel Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa
Berdasarkan Polya
Langkah Penyelesaian Masalah
Siswa yang mampu
Siswa yang tidak
Polya
mampu
30
4
1. Memahami masalah
2. Merencanakan
pemecahan
34
masalah
3. Melaksanakan
pemecahan
1
33
masalah
4. Memeriksa kembali prosedur
34
hasil yang diperoleh
Dari data tabel di atas dapat di uraikan kemampuan pemecahan masalah
matematika pada materi pembuktian menurut pemecahan masalah polya.
Tahap 1 : Memahami Masalah
Pada tahap ini siswa sudah mampu. Terbukti 88% siswa sudah mampu
memahami masalah. Dikatakan mampu karena siswa sudah dapat menuliskan apa
yang diketahui dan ditanya dari soal yang diberikan dengan benar.
Tahap 2 : Merencanakan Pemecahan Masalah
Pada tahap ini siswa belum mampu. Terbukti 100% siswa tidak mampu
menuliskan perencanaan yang akan dilaksanakan pada tahap selanjutnya. Dalam
hal ini siswa diharapkan seharusnya dapat menuliskan setiap langkah perencanaan
yang akan dilaksanakan ditahap selanjutnya dengan benar dan tepat.
Tahap 3 : Melaksanakan Pemecahan Masalah
Pada tahap melaksanakan pemecahan masalah siswa belum mampu.
Terbukti hanya 2% siswa dari keseluruhan yang melakukan tahap ini dengan
benar. Dalam tahap ini siswa diharapkan mampu mengerjakan apa yang sudah
direncanakan ditahap sebelumnya.
Tahap 4 : Memeriksa Kembali Prosedur Hasil Yang Diperoleh
Pada tahap ini siswa belum mampu. Terbukti 100% siswa tidak
menuliskan kesimpulan dari prosedur hasil yang sudah diperolehnya.
Dari data hasil pekerjaan siswa diketahui bahwa siswa tidak memahami
masalah yang diberikan sehingga siswa kesulitan untuk merancang atau
menyusun strategi untuk menyelesaikan soal dan selanjutnya siswa tidak mampu
menyelesaikannya.
Banyak faktor yang menjadi penyebab rendahnya kemampuan
pemecahan masalah siswa, salah satunya adalah ketidaktepatan dan kurang
bervariasi dalam penggunaan pendekatan pembelajaran yang digunakan guru
dikelas. Pembelajaran yang selama ini digunakan guru belum mampu membuat
siswa aktif dalam belajar, memotivasi siswa untuk mengeluarkan ide-ide mereka
dan bahkan mereka enggan untuk bertanya kepada guru jika ada yang belum
mereka mengerti.
Hal ini didasarkan pada hasil wawancara dengan salah satu guru
matematika di SMA N 3 Pematangsiantar pada tanggal 22 januari 2014. Beliau
mengatakan belum pernah menerapkan strategi pembelajaran berbasis masalah
dikelas. Beliau juga mengatakan matematika merupakan salah satu pelajaran yang
sulit bagi siswa. Hal tersebut tampak dari hasil belajar matematika siswa yang
rendah dan nilai UN (Ujian nasional) yang rendah tiap tahunnya disekolah
tersebut
Menyadari hal tersebut perlu adanya suatu pembaharuan dalam
pembelajaran untuk memungkinkan siswa dapat mempelajari matematika lebih
mudah dan lebih bermakna. Salah satunya menggunakan Strategi Pembelajaran
Berbasis Masalah (SPBM).
Menurut Sanjaya (2006:214) ”SPBM dapat diartikan sebagai rangkaian
aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah
yang dihadapi secara ilmiah. Terdapat 3 ciri utama dari SPBM. Pertama, SPBM
merupakan aktivitas pembelajaran. Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan
untuk menyelesaikan masalah. Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan
menggunakan pendekatan berfikir secara ilmiah”.
Dengan demikian, Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM)
diharapkan dapat memudahkan siswa memahami masalah dalam belajar
matematika. Akhirnya
melalui
Strategi
Pembelajaran
Berbasis
Masalah
diharapkan dapat mengatasi kesulitan siswa dalam belajar matematika dan dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa pada Trigonometri.
Berdasarkan
permasalahan
diatas,
maka
peneliti
tertarik
untuk
melakukan penelitian dengan judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika Siswa melalui Strategi Pembelajaran
Berbasis Masalah (SPBM) di kelas X SMA Negeri 3 Pematangsiantar T.A.
2013/2014”.
1.2. Identifikasi Masalah
1.
Rendahnya hasil belajar siswa pada pelajaran matematika.
2.
Banyak siswa memandang matematika sebagai pelajaran yang sulit.
3.
Siswa kurang mampu memahami dan menyelesaikan soal pembuktian.
4.
Kemampuan pemecahan masalah siswa dalam memecahkan masalah
masih rendah.
5.
Belum pernah diterapkan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
dalam pembelajaran matematika.
1.3.
Batasan Masalah
Untuk mengarahkan penelitian ini sehingga lebih spesifik dan terfokus,
berdasarkan latarbelakang dan identifikasi masalah maka penelitian ini dibatasi
hanya untuk mengetahui: “Penggunaan strategi pembelajaran berbasis masalah
(SPBM) terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi
trigonometridi Kelas X SMA”.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka masalah yang akan
dibahas dalam penelitian ini adalah : Apakah Strategi Pembelajaran Berbasis
Masalah (SPBM) pada materi trigonometri dapat meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa kelas X SMA Negeri 3 Pematangsiantar?
1.5. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitan ini dilaksanakan adalah untuk Meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah siswa kelas X SMA Negeri 3 Pematangsiantar
melalui Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM) pada materi
trigonometri.
1.6. Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat dari penelitian ini adalah
1. Bagi sekolah tempat penelitian, sebagai bahan pertimbangan dalam
pengembangan pengajaran matematika disekolah.
2. Bagi guru, sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan kemampuan
pemecahan siswa melalui Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
(SPBM) .
3. Bagi peneliti, menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan
keilmuan sehingga dapat diterapkan ketika menjadi pendidik di masa
yang akan datang.
4. Bagi peserta didik, meningkatkan kemampuan pemecahan masalah,
matematika khususnya pada materi Trigonometri.
5. Bagi peneliti lain, sebagai bahan masukan untuk melakukan penelitian
yang sejenis.
1.7.
Definisi Operasional
Penelitian ini berjudul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa melalui Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
(SPBM) di kelas X SMA Negeri 3 Pematangsiantar T.A. 2014/2015”. Istilahistilah yang memerlukan penjelasan adalah:
1. Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM) merupakan salah satu
strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk memperbaiki system
pembelajaran. SPBM diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran
yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi
secara ilmiah.
2. Pemecahan masalah adalah aplikasi dari konsep dan keterampilan.
Kemampuan pemecahan masalah matematika adalah suatu tindakan untuk
menyelesaikan masalah dalam matematika atau proses yang menggunakan
kekuatan, pengalaman dan pengetahuan (konsep dan kombinasi konsep)
serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan
masalah yang juga merupakan metode penemuan solusi melalui tahaptahap pemecahan masalah.
3. Kemampuan pemecahan masalah adalah kesanggupan atau kompetensi
strategis yang ditunjukkan siswa dalam memahami, memilih pendekatan
dan strategi pemecahan serta menyelesaikan model untuk mencari solusi
dari suatu permasalahan.
4. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika maksudnya
terjadi peningkatan nilai rata-rata skor tes kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa dari siklus I ke siklus selanjutnya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan hasil observasi dapat diambil
kesimpulan bahwa Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM) dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi
ajar trigonometri kelas X SMA Negeri 3 Pematangsiantar T.A 2014/2015.
5.2 Saran
Berdasarkan simpulan penelitian, saran yang diajukan adalah:
1. Bagi guru yang ingin meningkatkan pemecahan masalah matematika siswa
pada materi trigonometri dapat menggunakan Strategi Pembelajaran
Berbasis Masalah (SPBM).
2. Kepada peneliti selanjutnya agar hasil dan perangkat penelitian ini dapat
dijadikan pertimbangan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa melalui Strategi Pembelajaran Berbasis
Masalah (SPBM) pada materi trigonometri ataupun materi ajar yang lain.
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penelitian dan skripsi ini
dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini berjudul “Upaya Meningkatkan
Kemampuan
Pemecahan
Masalah
Matematika
Siswa
Melalui
Strategi
Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM) di Kelas X SMA Negeri 3
Pematangsiantar T.A 2014/2015”, disusun untuk memenuhi sebagian syarat
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada: Bapak
Dr. M. Manullang, M.Pd, sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah banyak
memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal penyusunan
proposal penelitian sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terima
kasih juga penulis sampaikan kepada Ibu Dra. Ida Karnasih, M.Sc, Ph.D, Ibu Dra.
Katrina Samosir, M.Pd, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si, selaku dosen penguji yang
telah memberikan saran-saran mulai dari rencana penelitian sampai selesainya
skripsi ini.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Drs. H.
Banjarnahor, M.Pd selaku dosen pembimbing akademik, Bapak Prof. Dr. Syawal
Gultom, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri Medan beserta para staf pegawai
di rektorat, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc., Ph.D, selaku Dekan Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan beserta para
staf pegawai di fakultas, Bapak Dr. Edy Surya, M.Si selaku Ketua Jurusan
Matematika, Bapak Drs. Zul Amry, M.Si., Ph.D selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Matematika, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan
Matematika,
dan kepada seluruh Bapak dan Ibu dosen beserta staf pegawai
Jurusan Matematika yang telah membantu penulis. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada Bapak Drs. Hinsa Simatupang selaku kepala sekolah SMA
Negeri 3 Pematangsiantar, Bapak Drs. E. Pangaribuan selaku guru bidang studi
matematika kelas X-5 SMA Negeri 3 Pematangsiantar yang telah memberikan ijin
kepada penulis untuk mengadakan penelitian dan membantu penulis dalam
pelaksanaan penelitian.
Teristimewa penulis ucapkan terima kasih kepada Ayahanda H.S.P. Sirait
dan Ibunda L. Br Tampubolon yang selalu setia memberikan dukungan, doa,
bantuan moril maupun materil kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan di
UNIMED. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih untuk keluarga kecil
penulis yaitu Hery Jansen Hasudungan Marbun dan kefin Aldi Pangeran Marbun
yang memberikan dukungan moril dan materil. Tak lupa juga penulis
mengucapkan terimakasih kepada Bapak M. Marbun dan Ibu K. Br sinaga, Yanty
R.M. Marbun, dan kepada kakak dan adik penulis yaitu Rumintang F. Sirait, S.T,
Resmina N. Sirait, S.E, Desnita R. Sirait, Vesta R. Sirait, dan Maya O. Sirait yang
setia juga memberikan dukungan, semangat dan doa.
Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada sahabat-sahabat penulis
Nelly, Egy, Melan, Mona, Ratu, Reni, Evi dan semua teman mahasiswa DIK B 09
yang selalu memberikan motivasi, doa kepada penulis sampai skripsi ini selesai.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam menyelesaikan
skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi
maupun bahasa, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya skripsi ini
bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan matematika. Semoga
Tuhan Yang Maha Esa senantiasa mencurahkan rahmat-Nya kepada kita semua.
Medan,
Juli 2015
Penulis,
Mariance Puspita Sirait
NIM. 409111042
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
MATEMATIKA SISWA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN
BERBASIS MASALAH (SPBM) DIKELAS X SMA NEGERI 3
PE MAT A NGS I ANT AR T .A. 201 4 / 201 5
Mariance Puspita Sirait (NIM. 409111042)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematika melalui Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM)
pada sub materi perbandingan trigonometri di kelas X SMA Negeri 3
Pematangsiantar Tahun Ajaran 2014/2015.
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dibagi
dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Subjek dalam penelitian
ini adalah siswa kelas X-5 SMA Negeri 3 Pematangsiantar yang berjumlah 34
orang. Objek penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar matematika pada
perbandingan trigonometri dengan menggunakan Strategi Pembelajaran Berbasis
Masalah (SPBM). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
observasi dan tes. Kriteria keberhasilan penelitian ini adalah jika mencapai target
setiap indikator ≥ 65%.
Hasil penelitian pada siklus I diperoleh siswa yang memahami aspek
memahami masalah mencapai 88,2% (kategori baik), siswa yang mampu
memahami aspek merencanakan pemecahan masalah mencapai 64,7% (kategori
buruk), siswa yang mampu memahami aspek melaksanakan pemecahan masalah
mencapai 67,6% (kategori buruk), dan siswa yang mampu memahami aspek
memeriksa kembali hasil yang diperoleh mencapai 64,7% (kategori buruk). Hasil
penelitian pada silkus II diperoleh siswa yang mampu memahami aspek
memahami masalah mencapai 94,1% (kategori sangat baik), siswa yang mampu
memahami aspek merencanakan pemecahan masalah mencapai 82,4% (kategori
baik), siswa yang mampu memahami aspek melaksanakan pemecahan masalah
mencapai 82,4% (kategori baik), dan siswa yang mampu memahami aspek
memeriksa kembali hasil yang diperoleh mencapai 82,7% (kategori baik). Secara
keseluruhan hasil tes kemampuan pemecahan masalah siklus I 73,12 % (kategori
cukup) dan hasil tes kemampuan pemecahan masalah siklus II 85,64 % (kategori
baik).
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan observer diperoleh
pengelolaan pembelajaran yang dilaksanakan peneliti pada siklus I termasuk
dalam kategori cukup dengan nilai 71,2 dan pada siklus II termasuk dalam
kategori baik dengan nilai 83,7 .
Berdasarkan uraian di atas disimpulkan pengunaan Strategi Pembelajaran
Berbasis Masalah (SPBM) dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa pada sub materi perbandingan trigonometri di kelas X-5 SMA
Negeri 3 Pematangsiantar Tahun Ajaran 2014/2015.
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan
i
Riwayat Hidup
ii
Abstrak
iii
Kata Pengantar
iv
Daftar Isi
vi
Daftar Tabel
ix
Daftar Gambar
x
Daftar Lampiran
xi
BAB I PENDAHULUAN
1
1.1
Latar Belakang Masalah
1
1.2
Identifikasi Masalah
8
1.3
Batasan Masalah
8
1.4
Rumusan Masalah
8
1.5
Tujuan Penelitian
8
1.6
Manfaat Penelitian
8
1.7
Defenisi Operasional
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
11
2.1
Kerangka Teoritis
11
2.1.1
Belajar dan Pembelajaran Matematika
11
2.1.1.1 Pengertian Belajar
11
2.1.1.2 Hakikat Matematika
12
2.1.1.3 Pembelajaran Matematika
13
2.1.2
15
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
2.1.2.1 Pengertian Problem, Solving a Problem dan Problem Solving
15
2.1.2.2 Kemampuan Pemecahan Masalah dalam Matematika
17
2.1.2.3 Tahap-tahap Pemecahan Masalah
18
2.1.3
Hasil Belajar
19
2.1.4
Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
20
2.1.4.1 Strategi Pembelajaran
22
2.1.4.2 Pengertian Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
23
2.1.4.3 Karakteristik Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
24
2.1.4.4 Langkah-langkah Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
25
2.1.4.5 Keunggulan dan Kelemahan SPBM
29
2.2
Uraian Materi Ajar Trigonometri
31
2.3
Hasil Penelitian yang Relevan
33
2.5
Kerangka Konseptual
33
2.5
Hipotesis Tindakan
35
BAB III METODE PENELITIAN
36
3.1
Lokasi dan Waktu Penelitian
36
3.2
Subjek dan Objek Penelitian
36
3.3
Subjek Penelitian
36
3.3.1 Objek Penelitian
36
3.3.2 Jenis Penelitian
36
3.4
Prosedur Penelitian
37
3.5
Teknik Pengumpulan Data
42
3.5.1 Observasi
42
3.5.2 Uji Kemampuan Pemecahan Masalah
42
3.5.3 Dokumentasi
42
3.6
43
Alat Pengumpul Data
3.6.1 Tes
43
3.6.2 Observasi
46
3.7
47
Teknik Analisis Data
3.7.1 Paparan Data
47
3.7.2 Penarikan Kesimpulan
51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
52
4.1.
Hasil Penelitian Siklus I
52
4.1.1
Permasalahan I
52
4.1.2
Tahap Pelaksanaan Tindakan I
53
4.1.3
Hasil Tes Diagnostik Hasil Belajar I
56
4.1.4
Hasil Observasi I
58
4.1.5
Hasil Refleksi I
59
4.2
Hasil Penelitian Siklus II
60
4.2.1
Permasalahan II
60
4.2.2
Tahap Pelaksanaan Tindakan II
61
4.2.3
Hasil Tes Diagnostik Hasil Belajar II
63
4.2.4
Hasil Observasi II
66
4.2.5
Hasil Refleksi II
66
4.3
Pembahasan
67
4.3.1
Pembahasan Hasil Tes Diagnostik
67
4.3.2
Pembahasan Hasil Observasi
69
4.3.3
Pembahasan Model Pembelajaran
71
4.4
Diskusi Hasil Penelitiian
73
BAB V KESIMPULAN DAN SARANA
75
5.1
Kesimpulan
75
5.2
Saran
75
DAFTAR PUSTAKA
76
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1.2
Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Pada Tes
Diagnostik
5
Tabel 2.1.1
Langkah-langkah Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
28
Tabel 2.2.1
Nilai Trigonometri Sudut-Sudut Istimewa
32
Tabel 3.4.1
Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Pada Tes
Tabel 3.4.2
Diagnostik
38
Kegiatan Pembelajaran Berdasarkan SPBM
39
Tabel 3.6.1.1 Penskoran Pemecahan Masalah
44
Tabel 3.6.1.2 Teknik Penskoran Pemecahan Masalah
45
Tabel 3.7.1.2 Kriteria Rata-Rata Penilaian Observasi
51
Tabel 4.1.3.1 Tingkat Kemampuan Memahami Masalah pada TPKM I
56
Table 4.1.3.2 Tingkat Kemampuan Merencanakan Pemecahan Masalah
pada TPKM I
56
Tabel 4.1.3.3 Tingkat Kemampuan Melaksanakan Pemecahan Masalah
pada TPKM I
57
Tabel 4.1.3.4 Tingkat Kemampuan Memeriksa Kembali Hasil Yang
Diperoleh pada TPKM I
Tabel 4.2.3.1 Tingkat Kemampuan Memahami Masalah pada TPKM II
58
63
Table 4.2.3.2 Tingkat Kemampuan Merencanakan Pemecahan Masalah
pada TPKM II
64
Tabel 4.2.3.3 Tingkat Kemampuan Melaksanakan Pemecahan Masalah
pada TPKM II
65
Tabel 4.2.3.4 Tingkat Kemampuan Memeriksa Kembali Hasil Yang
Diperoleh pada TPKM II
65
Tabel 4.3.1.1 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I
67
Tabel 4.3.1.2 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II
68
Tabel 4.3.2.1 Deskripsi Observasi Kegiatan Guru Siklus I dan II
69
Tabel 4.3.2.2 Deskripsi Observasi Kegiatan Siswa Siklus I dan II
70
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.4.1 Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas
37
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1
Tes Diagnostik
78
Lampiran 2
Kisi-Kisi Tes Diagnostik
79
Lampiran 3
Alternatif Penyelesaian Tes Diangnostik
80
Lampiran 4
Teknik Penskoran Tes Diagnostik
83
Lampiran 5
Daftar Nama Siswa
88
Lampiran 6
Hasil Tes Diagnostik
89
Lampiran 7
RPP I ( Siklus I )
91
Lampiran 8
LAS I ( Siklus I )
104
Lampiran 9
RPP II ( Siklus I )
112
Lampiran 10
LAS II ( Siklus I )
128
Lampiran 11
RPP III ( Siklus II )
143
Lampiran 12
LAS III ( Siklus II )
153
Lampiran 13
RPP IV ( Siklus II )
159
Lampiran 14
LAS IV ( Siklus II )
168
Lampiran 15
Tes Kemampuan Penyelesaian Masalah I (Siklus I )
175
Lampiran 16
Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Penyelesaian
Masalah I (Siklus I )
176
Lampiran 17
Kisi-Kisi Tes Kemampuan Penyelesaian Masalah (Siklus I) 180
Lampiran 18
Lembar Validitas Tes Kemampuan Penyelesaian
Masalah (Siklus I)
Lampiran 19
Teknik Penskoran Tes Kemampuan Penyelesaian
181
Masalah (Siklus I)
184
Lampiran 20
Hasil TPKM I ( Siklus I)
189
Lampiran 21
Tes Kemampuan Penyelesaian Masalah II (Siklus II )
190
Lampiran 22
Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Penyelesaian
Masalah II (Siklus II )
191
Lampiran 23
Kisi-Kisi TPKM II (Siklus II)
195
Lampiran 24
Lembar Validitas Tes Kemampuan Penyelesaian
Masalah (Siklus II)
Lampiran 25
196
Teknik Penskoran Tes Kemampuan Penyelesaian
Masalah (Siklus II)
199
Lampiran 26
Hasil TPKM II ( Siklus II)
205
Lampiran 27
Lembar Observasi Guru ( Siklus I dan II)
206
Lampiran 28
Lembar Observasi Siswa ( Siklus I dan II)
214
Lampiran 29
Deskripsi Hasil Observasi Guru ( Siklus I dan II)
222
Lampiran 30
Deskripsi Hasil Observasi Siswa ( Siklus I dan II)
224
Lampiran 31
Dokumentasi
226
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan suatu upaya pemerintah untuk menghasilkan sumber daya
manusia yang berkualitas. Proses pelaksanaan dalam bidang pendidikan
mengalami perubahan secara bertahap. Pendidikan secara keseluruhan mencakup
banyak unsur, salah satu diantaranya adalah matematika.
Matematika merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang mendasar yang
dapat menumbuhkan kemampuan penalaran siswa dan sangat diperlukan dalam
perkembangan ilmu dan teknologi. Seperti yang diungkapkan oleh Cockroft
(dalam Abdurrahman, 2009:253) bahwa “Matematika perlu diajarkan kepada
siswa karena (1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan; (2) semua bidang
studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana
komunikasi yang kuat, singkat , dan jelas; (4) dapat digunakan untuk menyajikan
informasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan kemampuan berpikir logis,
ketelitian, dan kesadaran keruangan; dan (6) memberikan kepuasan terhadap
usaha memecahkan masalah yang menantang”.
Berdasarkan kutipan disimpulkan bahwa dengan belajar matematika
diharapkan
dapat
mengembangkan
kemampuan
berfikir,
bernalar,
mengkomunikasikan gagasannya serta dapat mengembangkan aktivitas kreatif
dan mampu memecahkan masalah. Ini menunjukkan bahwa matematika memiliki
manfaat dalam mengembangkan kemampuan siswa sehingga perlu untuk
dipelajari.
Depdiknas (dalam depdiknas) menyatakan bahwa:
“Tujuan pembelajaran matematika yaitu : (1) memahami konsep
matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan
konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam
pemecahan masalah; (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat,
melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi,
menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika;
(3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami
masalah, marancang model matematika, menyelesaikan model dan
menafsirkan solusi yang diperoleh; (4) mengkomunikasikan gagasan
dengan simbol, table, diagram, atau media lain untuk memperjelas
keadaan atau masalah; (5) memiliki sikap menghargai kegunaan
matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu , perhatian,
dan minat dalam mempelajari matematika serta sikap ulet dan percaya
diri dalam pemecahan masalah.
Berdasarkan tujuan tersebut pemerintah telah melakukan pembaharuan
dan usaha untuk melakukan perbaikan pada sistem pendidikan, seperti
penyempurnaan kurikulum, dan meningkatkan kemampuan guru melalui
penataran. Usaha pemerintah tersebut terlihat nyata dari perubahan kurikulum
pembelajaran dari kurikulum KBK menjadi KTSP. Berdasarkan sumber
(http://www.prayudi.wordpress.com) menyatakan:
Di antara hasil terbaru penyempurnaan tersebut adalah Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Salah satu kelebihan dari kurikulum
terbaru ini adalah dinyatakannya pemecahan masalah (problem solving),
penalaran (reasoning), komunikasi (communication), dan menghargai
kegunaan matematika sebagai tujuan pembelajaran matematika SD,
SMP, SMA, dan SMK disamping tujuan yang berkaitan dengan
pemahaman konsep yang sudah dikenal guru.
Meskipun demikian, hasil belajar siswa masih rendah khususnya pada` pelajaran
matematika.
Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa. Salah
satunya adalah rendahnya kemampuan siswa dalam mengikuti pelajaran yang
diberikan oleh guru khususnya bidang studi matematika. Pada umumnya, siswa
mengatakan bahwa pelajaran matematika adalah pelajaran yang sulit untuk
dimengerti dan membosankan serta tidak menarik karena hanya merupakan
konsep-konsep, teori lalu contoh soal dan latihan, tidak ada aplikasi dalam
kehidupan sehari-hari. Banyaknya siswa yang tidak mampu menyelesaikan soal
dikarenakan proses pembelajaran yang kurang bermakna sehingga menyebabkan
rendahnya kemampuan siswa memecahkan masalah matematika dan hasil
belajarnya, maka perlu adanya suatu tindakan untuk melatih dan mengembangkan
kemampuan pemecahan masalah siswa meningkatkan pembelajaran matematika.
Umumnya, Pembelajaran yang sering digunakan guru dalam proses belajar
mengajar masih bersifat konvensional. Strategi konvensional yang dipelajari tidak
mampu menolong siswa dari masalahnya.
Ada beberapa jenis hasil belajar yang harus dikuasai oleh siswa setelah
melakukan proses pembelajaran matematika. Seperti yang dikatakan oleh Liebeck
(dalam Abdurrahman, 2009:253) “ ada dua macam hasil belajar matematika yang
harus dikuasai oleh siswa, perhitungan matematis (mathematics calculation) dan
penalaran matematis (mathematics reasoning)”.
berdasarkan hasil belajar
matematika semacam itu maka Lerner (dalam Abdurrahman, 2009:253)
mengemukakan bahwa kurikulum bidang studi matematika hendaknya mencakup
tiga elemen, (1) konsep, (2) keterampilan, dan (3) pemecahan masalah.
Dari pernyataan di atas, salah satu aspek yang ditekankan dalam
kurikulum adalah meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa.
Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang sangat
penting karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaiannya, siswa
dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta
keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang
bersifat tidak rutin.
Pemecahan masalah merupakan upaya yang dilakukan siswa untuk
menyelesaikan masalah yang merupakan tugas belajarnya. Pemecahan masalah
merupakan bagian dari kurikulum matematika yang sangat penting karena dalam
proses
pembelajaran
maupun
penyelesaiannya,
siswa
dimungkinkan
menggunakan pengalaman dan pengetahuan serta keterampilan yang sudah
dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah. Hal ini sejalan dengan
pernyataan Abdurrahman (2009:254) yang menyatakan bahwa:
“Pemecahan masalah adalah aplikasi dari konsep dan keterampilan.
Dalam pemecahan masalah biasanya melibatkan beberapa kombinasi
konsep dan keterampilan dalam situasi baru atau situasi yang berbeda”.
Pemecahan masalah (problem solving) merupakan latihan bagi siswa
untuk berhadapan dengan sesuatu yang tidak rutin dan kemudian mencoba
menyelesaikan.
Pembelajaran
pemecahan
masalah
tidak
pembelajaran soal-soal yang telah diselesaikan (solved problems).
sama
dengan
Kemampuan pemecahan masalah adalah kesanggupan atau kompetensi
strategis yang ditunjukkan siswa dalam memahami, memilih pendekatan dan
strategi pemecahan serta menyelesaikan model untuk mencari solusi dari suatu
permasalahan.
Menurut Dodson dan Hollander (dalam Amustofa) kemampuan
pemecahan masalah yang harus ditumbuhkan dalam pembelajaran matematika
adalah:
1. Kemampuan mengerti konsep dan istilah matematika.
2. Kemampuan mencatat kesamaan, perbedaan, dan analogi.
3. Kemampuan untuk mengidentifikasi elemen terpenting dan memiliki
prosedur yang benar.
4. Kemampuan untuk mengetahui hal yang tidak berkaitan.
5. Kemampuan untuk menaksirkan dan menganalisis.
6. Kemampuan untuk memvisualisasi dan mengimplementasi kuantitas
atau ruang.
7. Kemampuan untuk memperumum (generalisasi) berdasarkan beberapa
contoh.
8. Kemampuan untuk mengganti metode yang telah diketahui.
9. Mempunyai kepercayaan diri yang cukup dan merasa senang terhadap
materinya.
Tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa pada umumnya masih
tergolong rendah.Terlebih jika soal yang diberikan adalah soal pembuktian. Siswa
kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal yang berbentuk pemecahan masalah dan
siswa juga mengalami kesulitan untuk menganalisa masalah yang diberikan.
Siswa tidak mampu memikirkan langkah yang digunakan untuk menyelesaikan
masalah yang diberikan sehingga siswa cenderung mengambil kesimpulan untuk
melakukan operasi bilangan-bilangan yang ada tanpa memahami setiap langkah
pengerjaannya.
Hal ini berdasarkan dari hasil observasi dan data yang diperoleh pada
tanggal 20 januari 2014 untuk siswa kelas X-5 SMA Negeri 3 Pematangsiantar
tahun pelajaran 2013/2014. Nampak hasil belajar siswa dibidang matematika
masih rendah, yaitu 60 untuk rata-rata kelas. Dari data tersebut terlihat bahwa
hasil belajar matematika siswa masih belum mencapai harapan dari kurikulum,
yaitu 70 untuk rata-rata kelas (sumber nilai raport siswa tahun pelajaran
2013/2014). Selain itu dapat juga dilihat dari pengerjaan tes diagnostik yang
diberikan. Dari hasil tes diagnostik menunjukkan bahwa siswa mengalami
kesulitan mengerjakan soal-soal pemecahan masalah khususnya pada materi
pembuktian, dalam hal ini peneliti memilih materi logaritma untuk melihat
kemampuan masalah siswa. Dimana pemecahan masalah biasanya melibatkan
beberapa kombinasi konsep, menuntut kemampuan berpikir dan keterampilan
siswa.
Tes diagnostik diberikan kepada 34 orang siswa kelas X-5 SMA Negeri 3
Pematangsiantar. Tes yang diberikan berupa tes essay untuk melihat kemampuan
siswa dalam memecahkan masalah matematika pada materi pembuktian
Logaritma, seperti berikut ini:
1. Misalkan
2. Jika
, tunjukkan bahwa
, tunjukkan bahwa
3. Diketahui
√
√ .
Buktikanlah
hasil
dari
Dari hasil tes diagnostik tersebut pada pokok bahasan Logaritama
menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika siswa masih
sangat rendah. Hasil pengamatan berdasarkan tingkat kemampuan pemecahan
masalah, tidak ada siswa (0%) yang memiliki kemampuan pemecahan masalah
pada tingkat tinggi, 1 siswa (2.94%) yang memiiliki kemampuan pemecahan
masalah pada tingkat rendah dan 33 siswa (97.06%) yang memiliki kemampuan
pemecahan masalah pada tingkat sangat rendah.
Tabel 1.1.1 Tabel Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa
Berdasarkan Polya
Langkah Penyelesaian Masalah
Siswa yang mampu
Siswa yang tidak
Polya
mampu
30
4
1. Memahami masalah
2. Merencanakan
pemecahan
34
masalah
3. Melaksanakan
pemecahan
1
33
masalah
4. Memeriksa kembali prosedur
34
hasil yang diperoleh
Dari data tabel di atas dapat di uraikan kemampuan pemecahan masalah
matematika pada materi pembuktian menurut pemecahan masalah polya.
Tahap 1 : Memahami Masalah
Pada tahap ini siswa sudah mampu. Terbukti 88% siswa sudah mampu
memahami masalah. Dikatakan mampu karena siswa sudah dapat menuliskan apa
yang diketahui dan ditanya dari soal yang diberikan dengan benar.
Tahap 2 : Merencanakan Pemecahan Masalah
Pada tahap ini siswa belum mampu. Terbukti 100% siswa tidak mampu
menuliskan perencanaan yang akan dilaksanakan pada tahap selanjutnya. Dalam
hal ini siswa diharapkan seharusnya dapat menuliskan setiap langkah perencanaan
yang akan dilaksanakan ditahap selanjutnya dengan benar dan tepat.
Tahap 3 : Melaksanakan Pemecahan Masalah
Pada tahap melaksanakan pemecahan masalah siswa belum mampu.
Terbukti hanya 2% siswa dari keseluruhan yang melakukan tahap ini dengan
benar. Dalam tahap ini siswa diharapkan mampu mengerjakan apa yang sudah
direncanakan ditahap sebelumnya.
Tahap 4 : Memeriksa Kembali Prosedur Hasil Yang Diperoleh
Pada tahap ini siswa belum mampu. Terbukti 100% siswa tidak
menuliskan kesimpulan dari prosedur hasil yang sudah diperolehnya.
Dari data hasil pekerjaan siswa diketahui bahwa siswa tidak memahami
masalah yang diberikan sehingga siswa kesulitan untuk merancang atau
menyusun strategi untuk menyelesaikan soal dan selanjutnya siswa tidak mampu
menyelesaikannya.
Banyak faktor yang menjadi penyebab rendahnya kemampuan
pemecahan masalah siswa, salah satunya adalah ketidaktepatan dan kurang
bervariasi dalam penggunaan pendekatan pembelajaran yang digunakan guru
dikelas. Pembelajaran yang selama ini digunakan guru belum mampu membuat
siswa aktif dalam belajar, memotivasi siswa untuk mengeluarkan ide-ide mereka
dan bahkan mereka enggan untuk bertanya kepada guru jika ada yang belum
mereka mengerti.
Hal ini didasarkan pada hasil wawancara dengan salah satu guru
matematika di SMA N 3 Pematangsiantar pada tanggal 22 januari 2014. Beliau
mengatakan belum pernah menerapkan strategi pembelajaran berbasis masalah
dikelas. Beliau juga mengatakan matematika merupakan salah satu pelajaran yang
sulit bagi siswa. Hal tersebut tampak dari hasil belajar matematika siswa yang
rendah dan nilai UN (Ujian nasional) yang rendah tiap tahunnya disekolah
tersebut
Menyadari hal tersebut perlu adanya suatu pembaharuan dalam
pembelajaran untuk memungkinkan siswa dapat mempelajari matematika lebih
mudah dan lebih bermakna. Salah satunya menggunakan Strategi Pembelajaran
Berbasis Masalah (SPBM).
Menurut Sanjaya (2006:214) ”SPBM dapat diartikan sebagai rangkaian
aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah
yang dihadapi secara ilmiah. Terdapat 3 ciri utama dari SPBM. Pertama, SPBM
merupakan aktivitas pembelajaran. Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan
untuk menyelesaikan masalah. Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan
menggunakan pendekatan berfikir secara ilmiah”.
Dengan demikian, Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM)
diharapkan dapat memudahkan siswa memahami masalah dalam belajar
matematika. Akhirnya
melalui
Strategi
Pembelajaran
Berbasis
Masalah
diharapkan dapat mengatasi kesulitan siswa dalam belajar matematika dan dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa pada Trigonometri.
Berdasarkan
permasalahan
diatas,
maka
peneliti
tertarik
untuk
melakukan penelitian dengan judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika Siswa melalui Strategi Pembelajaran
Berbasis Masalah (SPBM) di kelas X SMA Negeri 3 Pematangsiantar T.A.
2013/2014”.
1.2. Identifikasi Masalah
1.
Rendahnya hasil belajar siswa pada pelajaran matematika.
2.
Banyak siswa memandang matematika sebagai pelajaran yang sulit.
3.
Siswa kurang mampu memahami dan menyelesaikan soal pembuktian.
4.
Kemampuan pemecahan masalah siswa dalam memecahkan masalah
masih rendah.
5.
Belum pernah diterapkan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
dalam pembelajaran matematika.
1.3.
Batasan Masalah
Untuk mengarahkan penelitian ini sehingga lebih spesifik dan terfokus,
berdasarkan latarbelakang dan identifikasi masalah maka penelitian ini dibatasi
hanya untuk mengetahui: “Penggunaan strategi pembelajaran berbasis masalah
(SPBM) terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi
trigonometridi Kelas X SMA”.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka masalah yang akan
dibahas dalam penelitian ini adalah : Apakah Strategi Pembelajaran Berbasis
Masalah (SPBM) pada materi trigonometri dapat meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa kelas X SMA Negeri 3 Pematangsiantar?
1.5. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitan ini dilaksanakan adalah untuk Meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah siswa kelas X SMA Negeri 3 Pematangsiantar
melalui Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM) pada materi
trigonometri.
1.6. Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat dari penelitian ini adalah
1. Bagi sekolah tempat penelitian, sebagai bahan pertimbangan dalam
pengembangan pengajaran matematika disekolah.
2. Bagi guru, sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan kemampuan
pemecahan siswa melalui Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
(SPBM) .
3. Bagi peneliti, menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan
keilmuan sehingga dapat diterapkan ketika menjadi pendidik di masa
yang akan datang.
4. Bagi peserta didik, meningkatkan kemampuan pemecahan masalah,
matematika khususnya pada materi Trigonometri.
5. Bagi peneliti lain, sebagai bahan masukan untuk melakukan penelitian
yang sejenis.
1.7.
Definisi Operasional
Penelitian ini berjudul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa melalui Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
(SPBM) di kelas X SMA Negeri 3 Pematangsiantar T.A. 2014/2015”. Istilahistilah yang memerlukan penjelasan adalah:
1. Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM) merupakan salah satu
strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk memperbaiki system
pembelajaran. SPBM diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran
yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi
secara ilmiah.
2. Pemecahan masalah adalah aplikasi dari konsep dan keterampilan.
Kemampuan pemecahan masalah matematika adalah suatu tindakan untuk
menyelesaikan masalah dalam matematika atau proses yang menggunakan
kekuatan, pengalaman dan pengetahuan (konsep dan kombinasi konsep)
serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan
masalah yang juga merupakan metode penemuan solusi melalui tahaptahap pemecahan masalah.
3. Kemampuan pemecahan masalah adalah kesanggupan atau kompetensi
strategis yang ditunjukkan siswa dalam memahami, memilih pendekatan
dan strategi pemecahan serta menyelesaikan model untuk mencari solusi
dari suatu permasalahan.
4. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika maksudnya
terjadi peningkatan nilai rata-rata skor tes kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa dari siklus I ke siklus selanjutnya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan hasil observasi dapat diambil
kesimpulan bahwa Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM) dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi
ajar trigonometri kelas X SMA Negeri 3 Pematangsiantar T.A 2014/2015.
5.2 Saran
Berdasarkan simpulan penelitian, saran yang diajukan adalah:
1. Bagi guru yang ingin meningkatkan pemecahan masalah matematika siswa
pada materi trigonometri dapat menggunakan Strategi Pembelajaran
Berbasis Masalah (SPBM).
2. Kepada peneliti selanjutnya agar hasil dan perangkat penelitian ini dapat
dijadikan pertimbangan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa melalui Strategi Pembelajaran Berbasis
Masalah (SPBM) pada materi trigonometri ataupun materi ajar yang lain.