KAJIAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SIPROFLOKSASIN PADA BANGSAL BEDAH DI RSUP Dr. M. DJAMIL PADANG.

KAJIAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA
SIPROFLOKSASIN PADA BANGSAL BEDAH DI
RSUP Dr. M. DJAMIL PADANG
SKRIPSI SARJANA FARMASI

Oleh

ISRA RINI FARDHILA
No. BP : 0911012051

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2014

ABSTRAK

Antibiotika merupakan obat yang digunakan untuk pencegahan dan
penanganan infeksi terhadap mikroba. Lebih dari seperempat anggaran rumah
sakit dikeluarkan untuk antibiotika. Penggunaannya yang tidak rasional dapat
menimbulkan resistensi bakteri, sehingga akan berdampak kepada pasien dan

masyarakat. Siprofloksasin merupakan antibiotika golongan fluorokuinolon yang
paling banyak digunakan. Namun, juga terdapat penggunaannya yang tidak tepat,
seperti peresepan yang tidak sesuai indikasi. Menurut AMRIN-Study, pada bangsal
bedah penggunaan antibiotika profilaksis yang rasional kurang dari 20%. RSUP
Dr. M. Djamil adalah rumah sakit terbesar di Sumatera Barat dan merupakan
rumah sakit dengan rujukan tertinggi. Oleh karena itu, dilakukanlah penelitian
mengenai kajian penggunaan antibiotika siprofloksasin pada bangsal bedah di
RSUP Dr. M. Djamil Padang dengan tujuan untuk melihat bagaimana ketepatan
penggunaan antibiotika siprofloksasin di bangsal bedah. Penelitian dilakukan
dengan metode deskriptif menggunakan data retrospektif. Pengambilan data
dilakukan dengan menggunakan rekam medik dengan purposive sampling.
Penilaian didasarkan pada standar penggunaan siprofloksasin yang telah dibuat
berdasarkan literatur-literatur. Hasil penelitian menunjukkan adanya
ketidaktepatan indikasi dan ketidaktepatan lama pemberian. Ketidaktepatan
indikasi terjadi pada fraktur, yaitu sebesar 11,54% dan ketidaktepatan lama
pemberian terjadi pada pasien peritonitis, yaitu, sebesar 2,63%. Kombinasi obat
terjadi antara siprofloksasin dengan antibiotika lain, yaitu sebesar 18,8%. Selain
itu, juga ditemukan adanya interaksi obat yaitu interaksi farmakokinetika, dengan
jumlah tertinggi terjadi pada interaksi siprofloksasin dengan NSAID, yaitu 84,7%.
Adanya penggunaan siprofloksasin yang kurang tepat ini menandakan belum

maksimalnya peran apoteker dalam penatalaksanaan terapi obat.

iii

ABSTRACT

Antibiotic is defines as drug used for prevention and treatment of microbial
infection. More then a quarter of hospital budget is spent for antibiotic. Irrational
use of antibiotic will lead to bacterial resistance and it will have negative impact
on patient and the community. Ciprofloxacin is a fluoroquinolone class of
antibiotic and the most widely used. However, there is inappropriate use of
ciprofloxacin either by a prescription is not based on medical indication.
According to AMRIN study, the rational use antibiotic as prophylaxis in surgical
ward wa less than 20%. This study was aimed describe the appropriate use of
ciprofloxacin in the surgical ward of Dr. M. Djamil Hospital as the largest and the
highest referral health facility in West Sumatera province. This study was
counducted by using descriptive retrospective data analysis. The data was
collected from medical record ehich selected by using purposive sampling
method. Assessment is based on the standard use of ciprofloxacin has been made
based on the literatures. The result showed the percentage of inaccurate indication

as much as 11,54%. Inappropriate duration of medication occured in patient with
peritonitis as much as 2,63%. Drug combination between ciprofloxacin with other
antibioitics was found 18,8%. The highest percentage of pharmacokinetic
interaction was found between ciprofloxacin and NSAIDs (84,7%). The existance
of improper use of ciprofloxacin indicated thet teh role of pharmacist was not
optimal in medication theraphy management.

iv

I. PENDAHULUAN

Antibiotika merupakan obat yang berfungsi menghambat pertumbuhan
atau

membunuh

mikroorganisme.

Penggunaannya


dimaksudkan

untuk

pencegahan dan penanganan terhadap infeksi mikroba. Penggunaan antibiotika
yang kurang bijak, baik diluar maupun dalam lingkup pelayanan kesehatan
memegang peranan penting dalam terjadinya resistensi antibiotika (Laras, 2012).
Penggunaan antibiotika sendiri di rumah sakit yang merupakan tempat
pelayanan kesehatan masyarakat dinyatakan lebih dari seperempat anggaran
rumah sakit dikeluarkan untuk penggunaan antibiotika. Penggunaan antibiotika
yang tidak rasional telah dilaporkan pada rumah sakit di Amerika pada tahun 1977
bahwa sekitar 34% dari seluruh penderita rawat inap mendapatkan antibiotika.
Sebanyak 64% dari jumlah tersebut tidak mempunyai indikasi atau tidak diberikan
dengan dosis yang tepat (Dertarani, 2008). Akibat dari penggunaan antibiotika
yang tidak tepat atau rasional akan menimbulkan terjadinya resistensi bakteri,
sehingga diperlukannya antibiotik baru yang mempunyai aktivitas spektrum yang
lebih luas. Tentu ketidakefektifan penggunaan antibiotika ini akan menambah
biaya perawatan pasien. Kemudian, infeksi yang tidak dapat diobati
meningkatkan


angka

morbiditas

dan

mortilitas.

Hal

ini

akan

menimbulkan

kekhawatiran akan kembali pada era post antibiotik, yaitu zaman sebelum
ditemukannya antibiotik untuk menangani infeksi.
Salah satu antibiotika yang sering digunakan dalam menangani infeksi
yang disebabkan oleh mikroba adalah siprofloksasin. Antibiotika ini pertama kali


1

diperkenalkan

pada

tahun

1987,

siprofloksasin

merupakan

golongan

fluorokuinolon yang paling banyak digunakan (Departemen Kesehatan RI, 2005).
Menurut hasil penelitian dari Pickering dkk pada tahun 1994, peresepan
antibiotika siprofloksasin dengan perawatan yang lama hanya sekitar 25%

penggunaannya yang sesuai. Sekitar 23% yang diresepkan tidak sesuai dengan
indikasi dan 49% dijadikan antibiotika alternatif karena mempunyai efektivitas
yang bagus dan hargnya lebih. Penggunaannya yang kurang optimal berpotensi
dalam perkembangan resistensi bakteri dan dapat meningkatkan biaya perawatan
(Adjei, 2010). Antimicrobial Resistent In Indonesia (AMRIN-Study) telah
melakukan suatu penelitian untuk mengetahui resistensi antimikroba yang
dilakukan di RS Dr. Soetomo Surabaya dan RSUP Dr. Kariadi Semarang tahun
2002. Hasil dari studi tersebut diketahui bahwa pada bangsal bedah penggunaan
antibiotika profilaksis yang rasional kurang dari 20% (Dertarani, 2008).
Pada bangsal bedah, antibiotika golongan fluorokuinolon salah satunya
digunakan dalam infeksi intra-abdominal. Infeksi Intra-abdominal ini umumnya
disebabkan oleh kombinasi antara bakteri aerob dan bakteri anaerob. Telah
dilaporkan

bahwa,

terjadinya

resistensi


pemakaian

beberapa

golongan

fluorokuinolon generasi yang lama, salah satunya siprofloksasin. Padahal
sebelumnya, secara kilinis tidak digunakan dalam terapi infeksi terhadap bakteri
anaerob (Dalhoff, 2012).
Tingginya jumlah pemakaian antibiotika pada bangsal bedah seharusnya
juga diikuti dengan tingginya penggunaan antibiotika yang rasional. Melihat
masih terdapatnya penggunaan antibiotika yang tidak rasional di bangsal bedah

2

dan dikaitkan dengan pemakaian siprofloksasin yang saat sekarang menunjukkan
tingkat resistensi yang tinggi, maka perlu dilakukannya suatu kajian untuk
mengevaluasi penggunaan obat tersebut.
Evaluasi penggunaan obat merupakan kegiatan yang dilakukan secara
berkala dan berkelanjutan yang bertujuan untuk memperoleh jaminan mutu dari

suatu penggunaan obat, dimana kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan
pelayanan farmasi klinik di rumah sakit yang dilakukan oleh panitia farmasi klinik
dan terapi. Kegiatan yang meliputi penelusuran rekam medik pasien kemudian
dibandingkan dengan standar penggunaan sehingga bisa disimpulkan bagaimana
pola penggunaan obat tersebut dan selanjutnya dilakukan perencanaan bagaimana
meningkatkan mutu penggunaan obat tersebut (Departmen Kesehatan RI, 2011;
Siregar & Kumolosasi, 2004).
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukannya suatu kajian terhadap
penggunaan antibitotika siprofloksasin pada pasien bangsal bedah di RSUP Dr.
M. Djamil Padang yang menggunakan siprofloksasin sebagai terapi. RSUP Dr. M.
Djamil Padang merupakan rumah sakit terbesar di Sumatera Barat dan rumah
sakit dengan rujukan tertinggi, yaitu semua pasien rujukan yang berasal dari
rumah sakit daerah dirujuk ke rumah sakit ini.
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penggunaan obat
siprofloksasin pada bangsal bedah di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Secara
khusus, tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan tentang analisa ketepatan
indikasi penggunaan siprofloksasin, ketepatan interval pemberian, ketepatan

3


lamanya pemberian, kombinasi siprofloksasin dengan antibiotika yang lain, dan
interaksi yang terjadi dengan obat lain.
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi rumah sakit
dalam penggunaan antibiotika siprofloksasin pada bangsal bedah, sehingga dapat
tercapai penggunaan obat yang aman dan efektif.

4