PROS E Betty EK, L Hartanto N, Soekarti M, Sitarina W Sitotoksisitas fulltext

Sitotoksisitas Tanaman Jengger Ayam (Celosia Cristata) Terhadap Sel Kanker Payudara T47D (E. Betty Elok Kristiani, dkk)

SITOTOKSISITAS TANAMAN JENGGER AYAM (Celosia cristata)
TERHADAP SEL KANKER PAYUDARA T47D
Elizabeth Betty Elok Kristiani 1), Laurentius Hartanto Nugroho2),
Soekarti Moeljoprawiro2), Sitarina Widyarini3)
1)

Fakultas Biologi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
email: betty@staff.uksw.edu
2)

3)

Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
email: hartantonugroho2005@yahoo.co.id

Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

ABSTRACT
Breast cancer is a kind of cancer which proven to be the second biggest cause of

death after colon cancer. The various side effects of this cancer’s cure right now is
stimulating the search of alternative cancer cure through ethnobotanical
bioprospecting approach. Celosia cristata is a plant which has high activity of
pharmacology but anticancer activity is not yet to be researched. This research was
aimed to discover anticancer potential of jengger ayam (C. cristata) through its
cytotoxic activity towards T47D breast cancer cell.The root, stem, leaf, and flower of
the plantt was extracted with maceration. Cytotoxicity test of the extract wass using
MTT method and the calculation of IC5 extract/fraction was using SPSS (Probit/Logit).
The value of IC50 was analyzed with statistics, using analysis of Variance (ANOVA). If
there’s a real difference between treatment and control, the test was followed by Tukey
test in 5% stage test. BtK and BgK extract showed high citotoxicity towards T47D
breast cancer cell in 500 and 250 µg/ml extract concentration. BtK extract with 144,0
µg/ml value of IC50 was the most toxic extract significantly towards T47D cell.
Keywords: C. cristata, T47D cell line, cytotoxicity activity, IC50 value.

PENDAHULUAN
Kanker dianggap sebagai penyakit mematikan
dan menjadi masalah serius bagi masyarakat
baik di Negara maju maupun Negara sedang
berkembang (Islam et al. 2009). Kanker

payudara merupakan jenis kanker nomor dua
penyebab kematian setelah kanker kolon. Data
IARC tahun 2008 menunjukkkan bahwa
kanker payudara merupakan jenis kanker
penyebab pertama kematian pada wanita,
(IARC, 2011). Penderita kanker payudara di

Indonesia cenderung meningkat dari tahun ke
tahun, dengan 5.207 kasus pada tahun 2004,
7.850 kasus pada 2005, dan 8.277 kasus pada
tahun 2007 (Soepardi dkk, 2012).
Sampai saat ini, pengobatan kanker masih
memunculkan efek samping sehingga diperlukan
mencari obat alternatif untuk mengatasi hal
tersebut (Abdullah et al., 2014; Kwan et al.,
2014). Pendekatan ethno-botanical bioprospecting approach merupakan salah satu cara
penggalian obat baru (Kashani et al., 2012).
81

PROSIDING KONSER KARYA ILMIAH Vol.1, Juni 2015: 81-86


Sejak jaman kuno manusia telah menggunakan
tanaman untuk mengobati penyakit. Hal tersebut
telah menyumbangkan kontribusi yang nyata
terhadap perkembangan industri farmasi dalam
isolasi zat bioaktif yang karena struktur kompleks,
sangat sulit untuk didapatkan melalui sintesis
organik ataupun (Sundur, 2014) ataupun untuk
sintesis obat dari senyawa bioaktif yang berasal
dari tumbuhan. Menurut WHO, 75-80%
penduduk dunia menggunakan herbal dan
bentuk lain pengobatan tradisonal untuk
penanganan penyakit, bahkan di Amerika
Serikat hal tersebut meningkat pesat dalam dua
dekade ini (Akter, et al., 2014).

aktivitas antioksidan yang biasanya mengindikasikan aksi antikanker (Malomo et al.,
2011; Wu et al., 2011; Pingale et al., 2012;
Velu et al., 2012). Ekstrak etanol C. argentea
menunjukkan aktivitas antiinflamasi dengan

senyawa bioaktif golongan terpenoid saponin
Wu et al., 2011). Dalam data tanaman obat
Indonesia dinyatakan bahwa C.cristata
mengandung minyak lemak, kaempferitrin,
amaranthin, pinitol, sedangkan pada daun
terdapat saponin, flavonoid, dan polifenol
(Anonim, 2005).

Tanaman jengger ayam (Celosia cristata),
family Amaranthaceae, merupakan tanaman
banyak ditanam oleh masyarakat sebagai
tanaman hias. Menurut Wijayakusuma (2005)
tanaman ini mempunyai efek farmakologis
sebagai anti peradangan, peluruh kencing,
menghentikan pendarahan, hipertensi, infeksi
saluran kemih, peluruh kemih, mimisan, disentri,
biduran, radang usus, radang lambung, wasir
yang disertai pendarahan, haid tidak teratur dan
keputihan. Selain itu dinyatakan juga tanaman
ini dapat untuk pengobatan rematik, sakit

kepala, juga radang payudara (Siska, 2012).
Belum banyak kajian ilmiah tentang khasiat anti
kanker dari tanaman ini. Penelitian ini akan
dilakukan untuk menggali potensi antikanker
tanaman jengger ayam (C. cristata) melalui
aktivitas sitotoksisitanya terhadap sel kanker
payudara T47D.

Penelitian dilakukan dalam dua tahap yaitu
ekstraksi tanaman uji dan uji sitotosisitas in
vitro.

KAJIAN LITERATUR DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Serbuk selanjutnya diekstraksi dengan dua jenis
pelarut yaitu kloroform dan etanol. Ekstraksi
secara maserasi (Rahman et al., 2014 dengan
modifikasi) yaitu perbandingan serbuk dengan
pelarut dan waktu perendaman. Sampel

dicampur dengan pelarut (kloroform atau etanol)
dengan perbandingan 1:5) dan didiamkan

Beberapa spesies celosia dilaporkan memiliki
aktivitas antikanker seperti C. trigyna
(Sowemimo et al., 2009; Sowemimo et al.,
2011) dan C. argentea (Wu et al., 2011).
Sementara pada C. argentea juga dilaporkan
82

METODE PENELITIAN

1. Preparasi ekstrak C. cristata
Tahap ini dilaksanakan di Laboratorium
Biokimia dan Biologi Molekuler Fakultas
Biologi Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga. Tanaman C. cristata diambil dari
daerah Sukun, Malang. Materi tanaman
dipisahkan organ akar, batang, dan daun. Setiap
bagian dibersihkan dari pengotor yang menempel, dicuci menggunakan air mengalir kemudian

dikeringkan tanpa paparan matahari langsung
selama seminggu dilanjutkan pemanasan dalam
oven (Memmert 854), blender 40-50oC selama
4-5 jam. Selanjutnya bahan kering tersebut
dihaluskan dengan menggunakan blender
(Philips HR2071).

Sitotoksisitas Tanaman Jengger Ayam (Celosia Cristata) Terhadap Sel Kanker Payudara T47D (E. Betty Elok Kristiani, dkk)

selama 2x24 jam sambil sesekali dikocok.
Filtrat hasil maserasi disaring menggunakan kain
saring dilanjutkan dengan kertas saring sehingga
diperoleh filtrat jernih. Selanjutnya pelarut
dalam filtrat diuapkan meggunakan rotary
evaporator dengan vakum dan suhu 40-50oC
sehingga diperoleh ekstrak pekat. Ekstrak pekat
yang diperoleh ditempatkan di dalam wadah
gelas tertutup, dan bila belum digunakan
disimpan pada suhu 4oC.
Ekstrak yang diperoleh ada delapan jenis yaitu

ekstrak akar kloroform (AK), akar etanol
(AE), batang kloroform (BtK), batang etanol
(BtE), daun kloroform (DK), daun etanol (DE),
bunga kloroform (BgK), dan bunga etanol
(BgE).
2. Uji sitotoksisitas terhadap sel T47D
Uji sitotoksisitas menggunakan rancangan acak
kelompok dengan perlakuan jenis ekstrak yang
terdiri dari delapan ekstrak AK, AE, BtK, BtE,
DK, DE, BgK, dan BgE, dengan enam tingkat
konsentrasi 500,0; 250,0; 125,0; 62,5; 31,25;
dan 0 µg/ml. Setiap perlakuan dilakukan dengan
tiga ulangan.
Tahap ini dilaksanakan di Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta. Uji ini menggunakan metode 3-(4,5dimethylthiazol-2-yl)-2,5-di phenyltetra
zoliumbromide) (MTT) (Arullappan et al.,
2013 dengan modifikasi) yaitu pelarutan kristal
formazan menggunakan SDS. Sel uji diperoleh
dari Fakultas kedokteran UGM.
Sebanyak 100 µl suspensi sel mengandung
1 x 104 sel/sumuran dimasukkan ke dalam

sumuran 96-well plate dan diinkubasi di dalam
inkubator 5% CO2 selama 24 jam. Plate
dikeluarkan dari inkubator, medium dibuang

dan sisa medium ditiriskan menggunakan tisu.
Seri konsentrasi perlakuan diberikan ke
sumuran sesuai dengan desain yang telah
ditentukan. Setiap kali uji selalu disertakan
doxorubicin dan disiapkan kontrol sel dan
kontrol medium. Plate diinkubasi kembali di
dalam inkubator 5% CO2 selama 24 jam.
Medium dibuang kembali, kemudian ditambahkan 100 µl medium kultur yang telah mengandung MTT 5mg/ml dan diinkkubasi selama 3
jam di dalam inkubator 5% CO2 selama 4-6
jam. Setelah masa inkubasi, ditambahkan 100
µl SDS 10% dalam 0,1N HCl sebagai stopper.
Selanjutnya 96-well plate dibungkus dengan
alumunium foil dan didiamkan selama semalam
pada suhu kamar. Setelah semalam, absorbansi
setiap sumuran dibaca pada ELISA reader
pada panjang gelombang 595 nm. Hasil pengukuran absorbansi dikonversikan menjadi

persentase sel hidup (viabilitas sel) menggunakan rumus Viabilitas sel (%) = ((A - Km) / (KsKm)) x 100% dengan keterangan A: absorbansi
sampel; Km: absorbansi kontrol media; Ks:
absorbansi sampel.
3. Analisis data
Penentuan nilai IC50 menggunakan analisis
Probit (SPSS16.0). Nilai IC50 dianalisis secara
statistika menggunakan analysis of Variance
(ANOVA). Apabila terdapat perbedaan nyata
perlakuan dengan kontrol, uji dilanjutkan
dengan uji Tukey pada taraf uji 5% menggunakan SAS 9.1.3.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kemampuan penghambatan ekstrak C.
cristata pada konsentrasi 500 dan 250 µg/ml
terhadap sel kanker payudara T47D beragam
pada setiap jenis ekstrak yang diujikan
(Gambar 1). Pada konsentrasi uji 500 µg/ml
aktivitas penghambatan tinggi tampak pada AK,
83

PROSIDING KONSER KARYA ILMIAH Vol.1, Juni 2015: 81-86


BtK, dan BgK sedangkan pada 250 µg/ml BtK
dan BgK menunjukkan aktivitas penghambatan
tinggi sedangkan AK menunjukkan aktivitas
penghambatan yang kecil.
100

Tabel 1. Nilai IC50 ekstrak C. cristata terhadap
terhadap pertumbuhan sel T47D

98
80
)
%
(
n 60
ta
a
b
m
a 40
h
g
n
e
P
20

89
82
63
47

42
24

15

11

AK

AE

0

27

43

500

46

250

40

27
5

14
BtK

BtE

DK

DE

BgK

BgE

Jenis ekstrak

Gambar 1. Pengaruh ekstrak C. cristata pada
konsentrasi 500 µ g/ml dan 250 µg/ml terhadap
pertumbuhan sel T47D

Sowemimo et al. (2009) dan Sowemimo et
al. (2011) melaporkan bahwa ekstrak etanol
C. trigyna memiliki aktivitas antikanker dengan
aktivitas enghambatan terhadap pertumbuhan
sel HeLa pada konsentrasi 500 µg/ml dan 250
µg/ml berturut-turut 70% dan 40%.
Hasil analisis probit dilanjutkan dengan ANOVA
dan Tukey menunjukkan bahwa BtK merupakan ekstrak paling toksik terhadap sel uji T47D
secara signifikan (IC50 144,0 µg/ml) dibandingkan ekstrak yang lain, sedangkan AE (IC50
1.444,6 µg/ml) dan BtE (IC50 3.126,7 µg/ml)
tidak toksik terhadap sel uji (Tabel 1).
Berdasarkan gambar 1 dan Tabel 1 dapat
diduga bahwa BtK dan BgK berpotensi sebagai
agen antikanker.
Aksi farmakologi obat herbal tergantung pada
keberadaan senyawa bioaktif yang biasa disebut metabolit sekunder (Kashani, 2012). Senyawa aktif antikanker pada C. argentea merupakan triterpenoid saponin dengan aksi
antiinflamasi (Wu et al., 2011). Pada C.
cristata terdapat beberapa jenis senyawa
metabolit sekunder seperti kaempferitrin, ama84

ranthin, pinitol, saponin, flavonoid, dan polifenol
(Anonim, 2005) sehingga diduga aktivitas antikanker dari tanaman tersebut berasal dari satu
atau lebih senyawa tersebut.

No
1
2
3
4
5
6
7
8

Ekstrak
BtK
BgK
AK
BgE
DE
DK
AE
BtE

IC50 (µg/ml)
144,0 ± 17,5 A
219,7 ± 54,9 AB
362,6 ± 66,5 B
683,7 ± 101,1 C
790,9 ± 291,2 CD
857,0 ± 182,8 CD
>1.200,0 D
>1.200,0 D

Keterangan:
Huruf (superscript di belakang angka) yang sama
menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna pada
konsentrasi ekstrak yang sama antar ekstrak.

KESIMPULAN
Ekstrak batang kloroform (BtK) dan Bunga
kloroform (BgK) menunjukkan sitotoksisitas
tinggi terhadap sel kanker payudara T47D baik
pada konsentrasi ekstrak 500 dan 250 µg/ml.
Penghambatan pertumbuhan sel oleh ekstrak
BtK sebesar 98% pada 500 µg/ml dan 63%
pada 250 µg/ml sedangkan oleh ekstrak BgK
sebesar 89% pada 500 µg/ml dan 40% pada
250 µg/ml. Ekstrak Batang kloroform (BtK)
dengan nilai IC50 144,0 µg/ml merupakan
ekstrak paling toksik secara signifikan terhadap
sel uji T47D.
REFERENSI
Abdullah, A-S.H., Mohammed, A.S., Abdullah,
R., Mirghani, M.E.S., Al-Qubaisi, M.
2014. Cytotoxic effects of Mangifera
indica L. Kernel extract on human
breast cancer (MCF-7 and MDA-MB231 cell lines) and bioactive constituents
in the crude extract. BMC Complementary and Alternative Medicine 14:199.

Sitotoksisitas Tanaman Jengger Ayam (Celosia Cristata) Terhadap Sel Kanker Payudara T47D (E. Betty Elok Kristiani, dkk)

Akter, R., Shaikh, J., Uddin, I., Grice, D.,
Tiralongo, E. 2014. Cytotoxic activity
screening of Bangladeshi medicinal plant
extracts. J Nat Med 68 : 246–252
Anonim. 2005. Tanaman Obat Indonesia:
Jengger. Ayam. http://iptek.net.id/ind/
pd_tanobat/ view.php?mnu=2&id=220.
Diakses tanggal 30 jan 2013.
Arullappan, S., Muhamad, S., Zakaria, Z. 2013.
Cytotoxic Activity of the Leaf and Stem
Extracts of Hibiscus rosa sinensis
(Malvaceae) against Leukaemic Cell
Line (K-562). Tropical Journal of
Pharmaceutical Research. 12 (5) : 743746.
International Agency for Research on Cancer
(IARC). 2011. Global Cancer Facts and
Figures. 2 nd ed. Amarican Cancer
Society. Inc,. Atlanta. 53p.
Islam, M.S., Akhtar, M.M., Rahman, M.M.
2009. Antitumor and phytotoxic activities
of leaf metahanol extract of Oldenlandia
diffusa (Willd.) Roxb. Global Journal
of Pharmacology. 3 (2) : 99-106.
Kashani, H.H., Hoseini, E.S., Nikzad, H.,
Aarabi, M.H. 2012. Pharmacological
properties of medicinal herbs by focus on
secondary metabolites. Life Science
Journal. 9 (1) : 509-520.
Kwan, T.K., Bradshaw, T.D., Chu, J, Khoo T.J.,
Christopher, W. 2014. In vitro anticancer
effect of artabotrys crassifolius hook.f.
& thomson against human carcinoma cell
lines. Journal of Drug Delivery &
Therapeutics. 4 (1): 1-4.
Malomo, S.O., Ore, A., Yakubu, M.T. 2011. In
vitro and in vivo antioxidant ctivity of the

aqueous extract of C. argentea leaves.
Indian Journal of Pharmacology. 43
(3) : 278-285.
Pingale, S.S., Gawali, S.S., Markandeya, A.G.,
Firke, N.P. 2010. Recent development in
research of Celosia argentea: a review.
Journal of Pharmacy Research 5 (2):
1076-1082.
Rahman, H., Vijaya B, Ghosh, S., Pant, G., Sibi
G. 2014. In vitro studies on antioxidant,
hypolipidemic and cytotoxic potential of
Parmelia perlata. American Journal of
Life Sciences. 2 (4): 7-10.
Siska, K.D. 2012. Potensi Tanaman Jengger
Ayam (Celosia cristata). http://jamu.
biologi.ub. ac.id/?page_id=172. Diakses
tanggal 31 Januari 2013.
Soepardi, J, dkk. 2012. Profil Data kesehatan
Indonesia Tahun 2011. Kementriaan
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Sowemimo, A., van de Venter, M., Baatjies, L.,
Koekemoer, T. 2009. Cytotoxic activity
of selected Nigerian plants. Affr. J. Trad.
CAM. 6 (4): 526-528.
Sowemimo, A., van de Venter, M., Baatjies, L.,
Koekemoer, T. 2011. Cytotoxic evaluation of selected Nigerian plants used in
tradisional cancer treatment. Journal of
Medicinal Plants Research. 5 (11):
2442-2444.
Sundur, S., Shrivastava, B., Sharma, P., Raj,
R.S., Jayasekhar, V.L. 2014. A review
article of pharmacology activities and
biological importance of Calophyllum
inophyllum. International Journal Of
Advanced Research. 2 (12) : 599-603.

85

PROSIDING KONSER KARYA ILMIAH Vol.1, Juni 2015: 81-86

Wijayakusuma, H. 2005. Sehat dengan
Tanaman Jengger Ayam. (http://
w w w. s u a r a k a r ya - o n l i n e . c o m /
news.html?id=116178). Diakses tanggal
30 Januari 2013.

Velu, I., Ravi, A., Gopalakrishnan, D.,
Manivannan, B., Sathiavelu, M.,
Arunachalam, S. 2012. Comparison
antioxidant activity and total phenolic of
Amaranthus tritis and Celosia argentea
var spicata. Asian Pasific Journal of
Tropical Biomedicine. 1-4.

Wu, Q., Wang, Y., Guo, M. 2011. Triterpenoid
saponin from the seeds of Celosia
Argentea and antitumor activity. Chem.
Pharm. Bull. 59 (5): 666-671.
***

86