Perancangan Kampanye Sosial Pengenalan Tanaman Obat Keluarga (TOGA), Manfaat dan Potensinya Kepada Anak Usia SMP | Solehan | Jurnal DKV Adiwarna 3291 6198 1 SM

Perancangan Kampanye Sosial Pengenalan Tanaman Obat Keluarga
(TOGA), Manfaat dan Potensinya Kepada Anak Usia SMP
Jairus Robert Solehan1, Maria Nala Damayanti, S.Sn., M.Hum. 2, Jacky Cahyadi, S.Sn.3
Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain, Universitas Kristen Petra
Jalan Siwalankerto 121-131, Surabaya
Email: [email protected]

Abstrak
Tanaman obat keluarga merupakan warisan budaya Indonesia yang harus diperkuat untuk menjadi gaya hidup
sehat untuk masyarakat luas. Selain itu, membudidayakan dan memanfaatkan tanaman obat keluarga sesuai
dengan prinsip go green dan gaya hidup sehat. Faktanya tidak semua generasi muda Indonesia mengetahuinya
karena kurangnya pengetahuan mereka akan tanaman obat keluarga. Perlu adanya sebuah solusi kreatif yang
mampu memperkenalkan tanaman obat keluarga kepada generasi muda Indonesia. Remaja menjadi sasaran dari
perancangan ini di mana usia remaja merupakan masa potensial untuk mengembangkan kreativitas serta
mengenal hal baru dengan cara yang menyenangkan bagi mereka. Perancangan ini bertujuan untuk
memperkenalkan tanaman obat keluarga, manfaat dan potensinya kepada anak usia SMP dengan cara yang
menyenangkan dan kreatif.
Kata kunci: Perancangan, kampanye sosial, tanaman obat keluarga, remaja

Abstract
Title: Social Campaign Design to Introduce Family Medicinal Plants, Benefits and Potential for Junior High

School Student.
Medicinal plants is one of Indonesian cultural heritage that should be strengthened to become a healthy lifestyle
for anyone. Beside that, cultivating and using medicinal plants is in accordance with the principle of go green
and healthy lifestyle. The fact is not all the young generation know it because a lack of knowledge of medicinal
plants. There needs a creative solution that can introduce medicinal plants to young generation. Teenagers
become the main target of this creative solution because this age is a potential time of creativity developing and
curiousity to know lots of new things that fun for them. The aims of this design is to introduce medicinal plants,
benefits and the potential to junior high school with a fun way.
Keywords: Design, Social Campaign, Family Medicinal Plants, Teenagers.

Pendahuluan
Indonesia sebenarnya telah lama memakai obatobatan tradisional yang berbahan herbal atau tanaman
obat sebagai bahan penyembuh. Hal ini dapat dilihat
pada prasati Madhawapura terdapat kutipan dari
bagian prasasati tersebut yang menyebutkan acaraki
atau yang disebut sebagai penjual jamu pada masa
Kerajaan Majapahit. Namun, pada kenyataannya,
obat-obatan yang sekarang dipakai oleh masyarakat
Indonesia adalah obat-obatan kimia atau modern dan
mulai

meninggalkan
obat-obatan
tradisional.
Berdasarkan wawancara yang diadakan oleh 8 Eleven
Show Metro TV edisi “Jamu dan Budaya Bangsa”
pada tanggal 16 Oktober 2014, Kepala Balitbangkes
Kementerian Kesehatan Indonesia Profesor Tjandra
Yoga Aditama menyatakan bahwa tanaman obat yang

adalah kekayaan budaya Indonesia, harus diperkuat
supaya menjadi bagian dari kehidupan masyarakat
Indonesia sehari-hari.
Dari website resminya, Departemen Kesehatan
Indonesia sedang menggalakkan saintifikasi dan
budidaya tanaman obat keluarga dan jamu-jamuan.
Selain itu, Menteri Kesehatan Indonesia juga
menerbitkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 003
Tahun 2010 yang mengatur penyediaan data dan
informasi tentang jamu untuk mendukung jamu
evidence based decision making. Gerakan untuk

mendalami khasiat tanaman obat keluarga juga
digalakan oleh World Health Organization (WHO)
dengan menerbitkan kebijakan WHO Traditional
Medicine Strategy 2014-2023 yang menekankan pada
pengembangan dan penelitian tanaman obat sebagai

salah satu alternatif pengobatan. Selain bermanfaat,
gerakan untuk memperkenalkan tanaman obat
keluarga juga berdampak bagi isu go green karena
dengan menanam tanaman obat keluarga berarti juga
ikut menghijaukan bumi.
Maka dari itu, sebagai salah satu alternatif
penyembuhan penyakit yang murah dan berkhasiat,
tanaman obat keluarga harus lebih digalakkan di
kalangan masyarakat luas. Perlu adanya gerakangerakan yang memperkenalkan tanaman obat keluarga
ini kepada masyarakat mulai dari usia sedini mungkin.
Menurut Kartini Kartono (Kartini 54) remaja usia 12
– 15 tahun adalah golongan remaja menengah di mana
di usia ini mereka mencari jati diri mereka, suka
mencoba hal baru dengan kreativitas mereka, mereka

sudah mampu menggunakan abstraksi-abstraksi,
membedakan yang konkrit dengan yang abstrak. John
W. Santrock dalam bukunya “Edisi Keenam
Adolescence Perkembangan Remaja” mengungkapkan
bahwa remaja juga harus dimotivasi untuk
menggunakan informasi, keterampilan dan pelayanan
yang ada. Sehingga, kampanye sosial yang mampu
mengajak mereka ikut aktif terlibat di dalamnya
merupakan bentuk kegiatan yang tepat untuk sekali
lagi memperkenalkan pemanfaatan dan aplikasi
tanaman obat keluarga untuk anak usia SMP.

Metode Penelitian
Metode pengumpulan data adalah bagian penting
yang menentukan berhasil atau tidaknya penelitian
tersebut. Kesalahan penggunaan metode pengumpulan
data dapat berakibat fatal terhadap hasil-hasil
penelitian yang dilakukan (Bungin, 2001). Metode
pengumpulan yang digunakan di dalam perancangan
ini ialah metode observasi, wawancara, dokumentasi

data dan kepustakaan.
Metode analisis data yang digunakan adalah metode
Triangulasi Data. Metode ini merupakan metode yang
berupa pemeriksaan melalui sumbernya, artinya
membandingkan atau mengecek ulang derajat
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui
waktu dan alat yang berbeda (Moleong, 2001). Oleh
karena itu, perlu dilakukan pengecekan ulang
terhadap sumber-sumber data dengan cara:
a. Membandingkan data hasil observasi dan hasil
dokumentasi dengan wawancara;
b. Membandingkan apa yang dikatakan oleh
narasumber di depan umum dengan yang
dikatakan secara pribadi;
c. Membandingkan dengan apa yang dikatakan oleh
narasumber tentang situasi penelitian dengan apa
yang dikatakannya sepanjang waktu;
d. Membandingkan
keadaan
dan

perspektif
seseorang dengan berbagai pendapat dan
pandangan orang lain;
e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi
dokumen dan dokumentasi yang berkaitan.

Gambar 1. Fishbone Analysis
Perancangan ini menggunakan beberapa teori sebagai
landasan. Pertama, teori komunikasi yang meliputi
pengertian dan proses komunikasi. Kedua, teori iklan
dan iklan layanan masyarakat. Ketiga, teori kampanye
yang meliputi definisi, tujuan, dan jenis kampanye.
Keempat, teori mengenai kampanye sosial. Kelima,
teori mengenai media, yang dilanjutkan dengan teori
media yang efektif digunakan dalam kampanye sosial.
Keenam, teori tentang objek dan subjek kampanye
sosial, yaitu tanaman obat keluarga (jahe, lidah buaya,
bawang putih, bawang merah). Selain teori, subjek
dan objek perancangan juga merupakan hal yang
sangat penting di dalam perancangan kampanye

sosial. Oleh karena itu, penulis membahas lebih dalam
mengenai masalah yang ada di pendidikan SMP yakni
belum adanya mata pelajaran yang secara khusus
mengajarkan mengenai tanaman obat keluarga di
SMP.
Kampanye Sosial
Menurut Ramlan (Destian 19), kampanye sosial
adalah sebuah kegiatan berkampanye yang
mengkomunikasikan pesan-pesan yang berisi tentang
masalah-masalah sosial kemasyarakatan dan juga
bersifat non-komersial. Tujuan dari kampanye sosial
sendiri adalah untuk menumbuhkan kesadaran
masyarakat akan gejala-gejala sosial yang sedang
terjadi. Kriteria penentuan kampanye pelayanan
masyarakat adalah:
a. Non komersial.
b. Tidak bersifat keagamaan.
c. Tidak bermuatan politik.
d. Berwawasan nasional.
e. Diperuntukkan bagi semua lapisan

masyarakat.
f. Diajukan oleh organisasi yang telah diakui
dan diterima.
g. Dapat diiklankan.
Kennedy
dan
Soemanagara
(Satriojati
27)
mengatakan bahwa tujuan kampanye sosial pada
akhirnya meningkatkan perubahan sikap dan perilaku
konsumen. Strategi komunikasi yang dirancang secara
tepat akan menghasilkan tindakan yang diinginkan.
Berikut adalah tujuan utama dari kegiatan kampanye
sosial:

a.

b.


c.

Menyadarkan audiens serta memberi
informasi mengenai sebuah barang, jasa atau
ide.
Menumbuhkan dalam diri audiens suatu
perasaan suka akan barang, jasa atau ide
yang disajikan dengan memberinya persepsi.
Meyakinkan audiens akan kebenaran tentang
apa yang dianjurkan dalam iklan dan
karenanya menggerakkannya untuk berusaha
memiliki atau menggunakan barang atau jasa
yang dianjurkan.

Pada dasarnya kampanye sosial mengambil langkah
pemikiran untuk menyadarkan dan mengubah
perilaku individu ataupun kolektif untuk menjadi
lebih peduli terhadap lingkungan di sekitarnya melalui
serangkaian strategi yang tepat untuk menyampaikan
pesan komunikasi.

Tanaman Obat Keluarga
Definisi tanaman obat keluarga (TOGA) adalah
semua tanaman yang ada di lingkungan pemukiman
kita (halaman rumah, halaman kantor, sekolah, berem
jalan, dsb), dan yang sewaktu-waktu dapat
dimanfaatkan untuk obat terutama untuk kesehatan
keluarga. Selain itu, tanaman obat keluarga
merupakan pemanfaatan lingkungan pemukiman kita
dalam bentuk pertamanan dengan materi pokok
tanaman yang berkhasiat obat (Wahju Suprapto 29).
Selaras dengan pengertian di atas, menurut
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia tanaman obat keluarga merupakan kegiatan
budidaya tanaman obat di halaman rumah atau
pekarangan, sebagai antisipasi pencegahan maupun
mengobati secara mandiri menggunakan tanaman obat
yang ada (Suci Paresti 64).
Tanaman jahe merupakan salah satu tanaman yang
berkhasiat obat. Jahe memiliki nama latin yakni
Zingiber officinalis. Menurut Hieronymus Budi

Santoso dalam bukunya TOGA 3 - Tanaman Obat
Keluarga, jahe memiliki beberapa khasiat, antara lain:
1.
2.
3.

Berguna untuk obat demam yang memiliki
khasiat menurunkan panas.
Berguna untuk obat batuk yang memiliki
khasiat meluruhkan dahak.
Berguna untuk obat sakit perut yang
memiliki
khasiat
mencegah
mual,
meluruhkan kentut, menambah nafsu makan,
dan memperkuat pencernaan.

Tanaman lidah buaya termasuk salah satu tanaman
yang berkhasiat obat. Lidah buaya memiliki nama
latin yakni Aloe vera. Menurut James F. Balch, M.D.
dan Mark Stengler, N.D. dalam bukunya Prescription
for Natural Cures - A Self Care Guide for Treating
Health Problem with Remedies, Including Diet and
Nutrition, Nutritional Supplements, Bodywork, and

More, penyakit yang bisa diatasi oleh lidah buaya
antara lain AIDS dan HIV, Crohn's disease, luka
bakar (termasuk terbakar sinar matahari), gatal-gatal
dan lain sebagainya.
Tanaman bawang putih juga merupakan salah satu
tanaman yang berkhasiat obat. Bawang putih
memiliki nama latin yakni Allium sativum. Menurut
Hieronymus Budi Santoso dalam bukunya TOGA 2 Tanaman Obat Keluarga, bawang putih memiliki
beberapa khasiat, antara lain:
1. Berguna untuk obat asma dan batuk yang
memiliki khasiat meluruhkan dahak.
2. Berguna untuk obat tekanan darah tinggi
yang memiliki khasiat menurunkan tekanan
darah.
3. Berguna untuk obat sakit perut yang
memiliki khasiat menawarkan racun,
membersihkan darah dan meluruhkan kentut.
4. Berguna untuk obat cacing yang memiliki
khasiat membunuh cacing kremi.
Tanaman bawang merah juga merupakan salah satu
tanaman yang berkhasiat obat. Bawang merah
memiliki nama latin yakni Allium cepa L. Menurut
Hieronymus Budi Santoso dalam bukunya TOGA 2 Tanaman Obat Keluarga, bawang merah memiliki
beberapa khasiat, antara lain:
1. Berguna untuk obat sakit perut yang
memiliki khasiat menyembuhkan maag dan
masuk angin.
2. Berguna untuk obat luka yang memiliki
khasiat menyembuhkan luka luar atau luka
dalam.
3. Berguna untuk obat sesak nafas yang
memiliki khasiat menghilangkan lendir di
tenggorokan
sehingga
memperlancar
pernafasan.
Tinjauan Permasalahan
Pendidikan mengenai tanaman obat keluarga (TOGA)
sudah dimasukkan ke dalam kurikulum pelajaran
SMP. Di dalam buku Prakarya yang diterbitkan oleh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia tercantum pembelajaran mengenai tanaman
obat keluarga. Di dalam website Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
(www.litbang.kemdikbud.go.id), tertulis bahwa buku
Prakarya ini menjadi buku wajib kurikulum
pendidikan Indonesia. Namun, banyak siswa SMP
yang mengaku tidak mengetahui apa itu tanaman obat.
Hal ini dikemukakan oleh beberapa siswa SMPK St.
Stanislaus yang dipilih secara acak untuk
diwawancara. Hal serupa juga dikemukakan Leony
Clarita, siswi dari SMPK Stella Maris Surabaya, ia
mengungkapkan tidak adanya mata pelajaran yang
secara khusus mengajarkan mengenai tanaman obat
keluarga di sekolahnya. Selain itu, hal senada juga
disampaikan oleh Angelo Mario siswa dari SMPK

Santa Agnes dan Dastin Darmawan siswa dari SMPK
1 Wr Soeparman Samarinda.

berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21
tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22
tahun bagi pria. (Sri Rumini & Siti Sundari, 53).

Tinjauan Remaja
Kreativitas merupakan proses berpikir dengan pola
baru yang mampu menghasilkan ide dan gagasan
yang out of the box (di luar kebiasaan). Kreativitas
merupakan kunci perkembangan peradaban, karena
pemikiran manusia terus berkembang dari masa ke
masa. Pikiran dan ide terus bermunculan dan
kreativitas adalah muara terjadinya proses tersebut.
Otak manusia tidak bekerja seperti tape recorder yang
mereka segala sesuatunya dengan pasif. Arif Rahman
mengatakan bahwa rata-rata manusia mengingat:
a. 20% dari yang dibaca
b. 30% dari yang didengar
c. 40% dari yang dilihat
d. 50% dari yang dikatakan
e. 60% dari yang dikerjakan
f. 90% dari yang dilihat, didengar, dikatakan
dan dikerjakan sekaligus
Oleh sebab itu kreativitas dapat dikembangkan
dengan maksimal melalui proses pembelajaran dan
metode yang tepat sejak dini.
Cara berpikir seseorang terbentuk oleh lingkungan
dan transformasi nilai-nilai di sekitarnya. Menurut
Gorge Hebert Mead di dalam teori pendekatan
sosiologinya, tahapan sosialisasi manusia terbagi
menjadi empat tahap, yakni:
a. Tahap 1 - Persiapan (Preparatory stage)
Pada tahapan ini manusia dilahirkan seperti kertas
putih, dirawat oleh orang tua, diayomi untuk bertahan
dan bertumbuh.
b. Tahap 2 - Meniru (Play stage)
Di tahap ini, anak tumbuh dengan mulai menirukan
apa yang bergesekan di sekitarnya. Jika
lingkungannya penuh kekerasan, kerap kali hal itu
terbawa hingga dewasa. Anda dapat tumbuh dengan
keras atau justru trauma.
c. Tahap 3 - Bersosialisasi (Game stage)
Anak kian tumbuh dewasa dan masuk dalam
lingkungan masyarakat dan mulai saling berkenalan.
d. Tahap 4 - Mengambil Tindakan (Generalized
stage)
Pada tahap akhir ini, mereka sudah dapat mengambil
tindakan sesuai dengan nilai dan norma yang
membesarkannya.
Tinjauan Remaja
Masa remaja adalah adalah peralihan dari masa anak
dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan
semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa
dewasa. Di dalam masa ini, setiap manusia
mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi
untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja

Dalam perancangan kali ini, yang menjadi prioritas
sasaran perancangan kampanye ini adalah remaja
berusia 12-15 tahun. Untuk mengetahui Berdasarkan
penjelasan di atas, remaja awal adalah golongan
remaja yang berusia 12-15 tahun. Golongan ini patut
untuk ditelaah lebih lanjut, karena termasuk golongan
Target Audience Primer perancangan ini. Berikut
akan
disampaikan
pembahasan
mengenai
perkembangan golongan remaja awal dari sisi
kognitif, emosi, moral, sosial dan kepribadiannya
1. Perkembangan Kognitif .
Secara
fungsional,
perkembangan
kognitif
(kemampuan berfikir) remaja dapat digambarkan
sebagai berikut:
 Berfungsinya kegiatan kognitif tingkat tinggi
yaitu membuat rencana, strategi, membuat
keputusan-keputusan, serta memecahkan
masalah.
 Sudah mampu menggunakan abstraksiabstraksi, membedakan yang konkrit dengan
yang abstrak.
 Munculnya kemampuan nalar secara ilmiah,
belajar menguji hipotesis.
 Memikirkan masa depan, perencanaan, dan
mengeksplorasi
alternatif
untuk
mencapainya.
2. Perkembangan Emosi
Remaja mengalami puncak emosionalitasnya,
perkembangan emosi tingkat tinggi. Perkembangan
emosi remaja awal menunjukkan sifat sensitif, reaktif
yang kuat, emosinya bersifat negatif dan
temperamental : mudah tersinggung, marah, sedih,
dan murung (Kartono 67). Remaja yang berkembang
di lingkungan yang kurang kondusif, kematangan
emosionalnya terhambat, sehingga sering mengalami
akibat negatif berupa tingkah laku “salah suai”,
misalnya : psikologi remaja
 Agresif : melawan, keras kepala, berkelahi,
suka menggangu dan lain-lainnya
 Lari dari kenyataan (regresif) : suka
melamun, pendiam, senang menyendiri,
mengkonsumsi obat penenang, minuman
keras, atau obat terlarang
Sedangkan remaja yang tinggal di lingkungan yang
kondusif dan harmonis dapat membantu kematangan
emosi remaja menjadi :
 Adekuasi (ketepatan) emosi : cinta, kasih
sayang, simpati, altruis (senang menolong),
respek (sikap hormat dan menghormati orang
lain), ramah, dan lain-lainnya
 Mengendalikan emosi : tidak mudah
tersinggung, tidak agresif, wajar, optimistik,
tidak meledak-ledak.

3. Pekembangan Moral
Remaja sudah mampu berperilaku yang tidak hanya
mengejar kepuasan fisik saja, tetapi meningkat pada
tatanan psikologis (rasa diterima, dihargai, dan
penilaian positif dari orang lain).
4. Perkembangan Sosial
Remaja telah mengalami perkembangan kemampuan
untuk memahami orang lain (social cognition) dan
menjalin persahabatan. Remaja memilih teman yang
memiliki sifat dan kualitas psikologis yang relatif
sama dengan dirinya, misalnya sama hobi, minat,
sikap, nilai-nilai, dan kepribadiannya.
Perkembangan sikap yang cukup rawan pada remaja
adalah sikap comformity yaitu kecenderungan untuk
menyerah dan mengikuti bagaimana teman sebayanya
berbuat. Misalnya dalam hal pendapat, pikiran, nilainilai, gaya hidup, kebiasaan, kegemaran, keinginan,
dan lain-lainnya.
5. Perkembangan Kepribadian
Isu sentral pada remaja adalah masa berkembangnya
identitas diri (jati diri) yang bakal menjadi dasar bagi
masa dewasa. Remaja mulai sibuk dan heboh dengan
masalah “siapa saya?” (Who am I ?). Terkait dengan
hal tersebut remaja juga risau mencari idola-idola
dalam hidupnya yang dijadikan tokoh panutan dan
kebanggaan.
Faktor-faktor
penting
dalam
perkembangan integritas pribadi remaja adalah :
 Pertumbuhan
fisik
semakin
dewasa,
membawa konsekuensi untuk berperilaku
dewasa pula.
 Kematangan seksual berimplikasi kepada
dorongan dan emosi-emosi baru.
 Munculnya kesadaran terhadap diri dan
mengevaluasi kembali obsesi dan citacitanya.
 Kebutuhan interaksi dan persahabatan lebih
luas dengan teman sejenis dan lawan jenis.
 Remaja akhir sudah mulai dapat memahami,
mengarahkan,
mengembangkan,
dan
memelihara identitas diri.
Berikut ini merupakan fakta yang terdapat di lapangan
melalui proses wawancara serta observasi lapangan,
mulai dari pola pikir dan tingkah laku sasaran
perancangan sampel data profil siswa sekolah
menengah pertama disekitar Surabaya yang masih
kekurangan serta membutuhkan bantuan berupa
pengetahuan mengenai tanaman obat keluarga serta
organisasi pendukung terkait. Fakta ini diperoleh
dengan mewawancarai dan observasi secara acak
kepada siswa-siswi SMPK Santo Stanislaus Surabaya.

Tahu
Tidak tahu

Gambar 2.1.
Diagram Pengetahuan Siswa SMPK St. Stanislaus
mengenai Tanaman Obat Keluarga.

Pernah
Tidak Pernah

Gambar 2.2.
Diagram Pengalaman Siswa SMPK St. Stanislaus
dalam Mengonsumsi Tanaman Obat Keluaga.

Tidak Pernah
Pernah

Gambar 2.3.
Diagram Jumlah Siswa SMPK St. Stanislaus yang
Pernah Mengikuti Kampanye Sosial di Sekolahnya.

Tidak Suka
Suka

Gambar 2.4.
Diagram Jumlah Siswa SMPK St. Stanislaus yang
Menyukai Kegiatan Kampanye Sosial di Sekolahnya.

Tidak Aktif
Aktif

Gambar 2.5.
Diagram Jumlah Siswa SMPK St. Stanislaus yang
Aktif di Sekolahnya.
Kesimpulan dari wawancara tersebut adalah hanya
sedikit siswa SMPK St. Stanislaus yang mengetahui
tanaman obat keluarga dan hanya satu orang yang
pernah mengonsumsinya sebagai obat untuk
mengatasi penyakit yang dialaminya. Seluruh siswa
SMPK St. Stanislaus pernah mengikuti dan menyukai
kegiatan kampanye sosial yang diadakan oleh sekolah
mereka. Mereka mengaku bahwa mereka merasa
senang mengikuti kampanye tersebut karena mereka
bisa berkegiatan bersama dengan teman-temannya
dan dapat mencoba hal baru di luar kegiatan belajar
mengajar mereka di kelas seperti biasanya. Namun,
hanya setengah dari jumlah siswa yang diwawancarai

aktif di kegiatan kesiswaan. Beberapa siswa
mengungkapkan bahwa mereka malas aktif di
sekolahnya karena lebih memilih bermain.
Organisasi Pendukung
Mantasa adalah sebuah lembaga penelitian
multidisipilin yang bergerak di penelitian tanaman liar
untuk bahan pangan. Diawali dari keingintahuan
tentang bagaimana masyarakat lokal memanfaatkan
sumber daya sekitarnya untuk memenuhi kebutuhan
pangan mereka, maka sejak tahun 2003 Mantasa
mulai memfokuskan penelitian pada tanaman liar
yang berfungsi untuk bahan pangan masyarakat lokal.
Organisasi ini diketuai oleh Ibu Hayu Dyah Patria,
seorang pakar di dunia pangan dan tanaman liar yang
sudah memiliki reputasi hingga kancah internasional.
Sasaran Perancangan
SMPK St. Stanislaus merupakan salah satu sekolah
menengah pertama swasta yang berbasiskan agama
Katolik di Surabaya. Sekolah ini terletak persis di
belakang gereja Kristus Raja Surabaya dan berlokasi
di komplek sekolahan Katolik. SMPK St. Stanislaus
diapit oleh TKK Kristus Raja, SDK St. Theresia, SDK
Yohanes Gabriel, SMAK St. Agnes, SMPK St. Agnes
dan SMK Mater Amabilis. Saat ini, SMPK St.
Stanislaus merupakan salah satu sekolah yang masuk
dalam adiwiyata mandiri dengan icon klerak. Sebagai
salah satu sekolah berbasis lingkungan, SMPK St.
Stanislaus mengajarkan pendidikan lingkungan hidup
sebagai kurikulumnya. Visi dari sekolah ini adalah
pribadi yang terdidik, berbudi pekerti dan berjiwa
pemimpin yang peduli lingkungan.
Walaupun merupakan sekolah berbasis lingkungan,
pengetahuan siswa SMPK St. Stanislaus akan
tanaman obat keluarga tergolong kurang. Salah satu
buktinya adalah hasil wawancara yang dilakukan
penulis terhadap beberapa siswa. Dari delapan siswa
yang diwawancara, didapati hanya tiga orang yang
tahu mengenai tanaman obat keluarga. Dari ketiga
orang tersebut, hanya seorang siswa yang pernah
mengolah dan memanfaatkan tanaman obat keluarga
sebagai obat untuk dirinya.
Di dalam salah satu sesi pelajaran Science Club, Ibu
Lili Andajani selaku guru pengajar Science Club di
SMPK St. Stanislaus mengutarakan bahwa orang
Indonesia banyak yang mulai melupakan tanaman
obat keluarga. Namun, sebaliknya banyak sekali
orang asing yang datang ke Indonesia untuk
mempelajari tanaman obat keluarga dan dibawa
pulang ke negaranya untuk diteliti lebih lanjut. Ibu
Lili menambahkan, kearifan lokal Indonesia tersebut
dijual kembali ke Indonesia sebagai obat-obatan yang
sudah dikemas sedemikian rupa dengan harga yang
mahal. Selain itu, beliau juga mengatakan bahwa
sebenarnya tanaman obat keluarga itu merupakan

warisan budaya dari generasi ke generasi sehingga
perlu sedini mungkin untuk diajarkan kepada
masyarakat Indonesia. Di dalam kurikulum pelajaran
Science Club tahun ini, Ibu Lili memberikan tugas
untuk anak didiknya untuk melakukan penelitian
terhadap tanaman obat di sekitar sekolah dan
membuat laporan ilmiah hasil penelitian mereka.
Beliau merasa sangat tertolong jikalau ada kegiatan
yang mampu mengajak peserta didiknya untuk
mengetahui mengenai tanaman obat keluarga lebih
dalam lagi.
SMPK St. Stanislaus dipilih sebagai sasaran
perancangan yang pertama atau pilot project
kampanye ini dikarenakan sekolah ini sudah
merupakan sekolah berbasis lingkungan hidup,
merupakan sekolah adiwiyata mandiri dan memiliki
kegiatan kampanye rutin bagi siswa-siswanya.
Sekolah ini dipilih sebagai pilot project kampanye
sosial ini juga didasari kesediaan dan respon yang
diberikan oleh pihak sekolah terhadap kegiatan
kampanye sosial dan yang masih dekat dengan
kegiatan lingkungan hidup. Selain itu, sekolah ini
masih belum memiliki kurikulum khusus yang
mengajarkan mengenai tanaman obat keluarga bagi
siswanya dan masih terangkum menjadi satu di mata
pelajaran biologi. Setelah selesainya event dan
evaluasi, kampanye ini tidak menutup kemungkinan
untuk dilaksanakan di sekolah SMP dan sederajat
lainnya, baik swasta dan negeri.

Pembahasan
Tanaman obat keluarga merupakan budaya Indonesia
yang sudah ada semenjak jaman kerajaan. Selain itu,
tanaman obat keluarga memiliki banyak sekali
manfaat dan potensinya yang dapat dikonsumsi
sehari-hari. Pemerintah Indonesia mulai meneliti dan
mempelajari tanaman obat keluarga. Dari website
resminya,
Departemen
Kesehatan
Indonesia
menyatakan sedang menggalakkan saintifikasi jamu
dan budidaya tanaman obat keluarga dan jamujamuan. Selain itu, terdapat Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 003 Tahun 2010 yang mengatur
penyediaan data dan informasi tentang jamu dan
tanaman obat keluarga. Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) juga menerbitkan kebijakan WHO Traditional
Medicine Strategy 2014-2023 yang menekankan pada
pengembangan dan penelitian tanaman obat sebagai
salah satu alternatif pengobatan.
Maka dari itu, tanaman obat keluarga perlu
dikenalkan sedini mungkin kepada masyarakat luas
yakni remaja SMP. Namun, media-media yang sudah
ada tidak mampu menarik minat remaja untuk
mempelajarinya. Maka dari itu diperlukan gerakan
yang mampu memperkenalkan tanaman obat keluarga
ini kepada remaja SMP secara baik.

Kesimpulan dari permasalahan yang ada yakni
kurangnya pengetahuan remaja SMP akan tanaman
obat keluarga. Hal ini disebabkan oleh beberapa
faktor, yakni media informasi tanaman obat keluarga
yang ada tidak bisa menarik minat, remaja SMP
merasa malas untuk mempelajari tanaman obat
keluarga dan remaja SMP cenderung tidak menyukai
rasa tanaman obat keluarga.
Tujuan utama kampanye sosial “Teenagers of Green
Agent” adalah memperkenalkan tanaman obat
keluarga (TOGA), manfaat dan potensinya pada anak
SMP. Solusi permasalahan yang dibutuhkan adalah
perlu adanya kegiatan belajar yang kreatif yang dapat
dilakukan bersama teman-teman. Maka diperlukan
media yang terintegrasi dengan tepat dan cara
penyampaian yang baik agar mampu mencapai tujuan
perancangan. Dilakukan observasi, survei dan
wawancara kepada sasaran perancangan untuk dapat
menemukan media yang tepat dan cara penyampaian
yang baik. Selain itu, observasi, survei dan
wawancara juga bertujuan untuk mencari insight yang
dimiliki sasaran perancangan.
Gerakan kampanye sosial ToGA "Teenagers of Green
Agent" ini memiliki big idea "fun and explore
together". Seluruh media yang akan dirancang
memiliki konsep ini, menarik dan mengeksplorasi
lebih dalam bersama-sama. Akan ada visualisasi
karakter agen-agen ToGA yang mengajak remaja
untuk berinteraksi dan belajar bersama mengenai
tanaman obat keluarga. Para peserta akan disebut
sebagai "junior agent" di mana mereka akan
dibimbing, diberi semangat dan ditemani oleh
perwakilan agen ToGA dalam memecahkan solusi
permasalahan dengan cara yang fun.
Pesan verbal akan lebih banyak disampaikan dengan
menggunakan bahasa Inggris karena ada banyak
istilah dalam bahasa Inggris yang lebih eketif dan eye
catching. Menurut survei, sasaran perancangan akan
lebih memilih poster berbahasa Inggris karena bagi
mereka bahasa Inggris itu lebih keren. Namun,
beberapa penjelasan mendalam menggunakan bahasa
Indonesia terutama media yang berfungsi secara
informatif. Tagline dari kampanye sosial "Teenagers
of Green Agent" ini adalah "Let’s explore our fun
together!”.
Strategi kampanye "Teenagers of Green Agent"
adalah dengan membuat sebuah background story di
mana mereka diajak untuk ikut aktif di dalamnya.
Mereka diajak untuk mengikuti sebuah pelatihan
agen-agen baru dengan 3 sesi INTEL (INTerest,
Explore dan Let's do). Berikut penjelasan ketiga sesi
tersebut :
1. Interest
Sesi ini mengajak remaja SMP dengan
memberikan direct mail dengan identity card di
dalamnya dan meletakkan media print ad

interaktif di sekolah mereka. Meraih awareness
dan experince sasaran perancangan sekaligus
sebagai media informasi kegiatan kampanye dan
memperkenalkan media sosial. Selain itu, di dalam
sesi ini, remaja SMP juga diajak mengenal
tanaman obat secara umum dengan bentuk acara
talk show. Pembicara yang membawakan sesi ini
adalah Ibu Hayu Dyah selaku chairman dan
founder LSM Mantasa. Sesi ini menggunakan
media video teaser, booklet, poster infografis,
bendera kegiatan, x-banner, direct mail, identity
card dan pin.
2. Explore
Sesi ini mengajak remaja SMP untuk mengenal
tanaman obat keluarga dengan indera penciuman,
peraba, penglihatan dan perasa milik mereka
sendiri. Sesi ini dirangkum di dalam bentuk acara
rally games dan sasaran perancangan dibagi di
dalam empat kelompok besar. Media yang
digunakan di dalam sesi explore adalah bendera
kelompok, stiker dan media sosial.
3. Let’s Do
Sesi ini mengajak remaja SMP untuk berkreasi
resep dengan bahan dasar tanaman obat keluarga
dan menanam bibit tanaman obat keluarga
bersama. Resep-resep yang dihasilkan oleh sasaran
perancangan kemudian dilombakan dan di share
kan di media sosial sehingga resep ini dapat
diketahui oleh kalangan luas. Konsep dasar
sharing resep dengan bahan dasar tanaman obat
keluarga ini adalah dari remaja SMP, oleh remaja
SMP dan untuk remaja SMP karena mereka
sendirilah yang mengetahui cita rasa yang mereka
inginkan. Tujuannya adalah agar remaja SMP
lainnya yang mendapatkan resep ini mampu
mencontohkannya sendiri dan mulai mencoba
mencicipi rasa tanaman obat keluarga yang
menyehatkan. Sebagai penutupan, sasaran
perancangan diajak untuk menanam dan menghias
media tanam mereka masing-masing. Dari sesi ini
menghasilkan empat resep minuman baru dan
lebih dari lima puluh bibit tanaman obat keluarga
baru. Media yang digunakan adalah media tanam,
mug, sertifikat, stempel dan media sosial.
Proses ide dimulai dari ide besar fun is exploring
together. Terlebih dahulu menentukan logo dengan
warna tone yang colorful, logo berangkat dari ide
tumbuhan di dalam pot, dan ditambahkan unsur kaca
pembesar dengan icon daun di dalamnya untuk
mewakilkan ide besar exploring.

4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.

Gambar 2. Final Logo Teenagers of Green Agent
Gaya visual di setiap media yang akan dipakai adalah
dengan pendekatan ilustrasi dengan kesan fun, aktif,
anak muda.
Typeface yang digunakan untuk headline dan
subheadline adalah Homestead-Regular yang
karakteristiknya memiliki kesan tegas, muda dan
menarik perhatian.

Gambar 3. Homestead typeface
Typeface yang digunakan untuk bodycopy adalah
Smartkid yang karakteristiknya memiliki tingkat
keterbacaan yang baik, santai, luwes dan anak muda.
Penggunaannya tidaklah semenonjol headline dan
subheadline.

Innovation Media: Print Ad interaktif
Direct mail
Booklet berisikan informasi tanaman obat
keluarga
Bendera kelompok
Bendera kegiatan
Mug
Identity Card
Sertifikat
Stempel
Stiker kegiatan
Pin
Media tanam (Pot)
X-banner

Tahapan penggunaan media kampanye sosial
“Teenagers of Green Agent” dibagi menjadi tiga
bagian:
1. Pra kampanye menggunakan media yang
bertujuan mengangkat awareness sasaran. Selain itu,
media ini juga bertujuan mengajak sasaran untuk
mengikuti kampanye sosial yang akan dilaksanakan
di sekolah mereka dengan cara yang unik sehingga
mereka dapat tertarik. (direct mail, media sosial,
identity card).
2. Kampanye menggunakan media yang bersifat
untuk kelompok, yakni tutorial dan ajakan langsung
dari agen-agen Teenagers of Green Agent (ToGA).
Tujuan media adalah untuk menarik minat sasaran
dan mengajak mereka untuk ikut aktif dalam setiap
kegiatan. Selain itu, juga untuk memberikan
informasi seputar tanaman obat keluarga dengan cara
yang unik. (print ad interaktif, print ad infografis,
booklet, video teaser, , Pin, x-banner, bendera
kelompok, bendera kegiatan, media tanam (pot),
stiker kegiatan, stempel, sertifikat, mug, media
sosial).
3. Pasca kampanye menggunakan media yang
bertujuan untuk mengkomunikasikan kegiatan
kampanye yang telah berjalan dan juga sebagai berita
acara untuk kampanye selanjutnya. (media sosial,
video result, video dokumentasi).
Berikut ini final eksekusi media yang digunakan
dalam Perancangan Kampanye “Teenagers of Green
Agent”.

Gambar 4. Smartkid typeface
Consumer Journey oleh sample sasaran perancangan
Ferdinand Oktavianus usia 14 tahun membawa
perancangan kepada media yang dipilih dalam
kampanye sosial “Teenagers of Green Agent”, yaitu:
1. Media Sosial (facebook, instagram)
2. Video kampanye (video teaser, video
dokumentasi
hari
pertama,
video
dokumentasi hari kedua, video result)
3. Print Ad infografis tanaman obat keluarga

Gambar 5. Final Print Ad Infografis

Gambar 7. Final Media Sosial

Gambar 8. Final X-Banner

Gambar 6. Final Print Ad Interaktif

Gambar 9. Final Bendera Kelompok

Gambar 10. Final Pin

Gambar 12. Final Direct Mail

Gambar 13. Final Booklet

Gambar 11. Final Identity Card
Gambar 14. Final Stiker

Gambar 18. Final Bendera Kegiatan

Gambar 15. Final Stempel

Gambar 16. Final Mug
Gambar 19. Video Teaser

Gambar 17. Final Media Tanam

Gambar 20. Video Dokumentasi Day 1

Di dalam media sosial Instagram, kampanye ini telah
berhasil mendapatkan lebih dari 500 followers dan
mendapatkan lebih dari 1.000 likes untuk keseluruhan
post. Masyarakat luas juga dapat melihat bahwa
kegiatan sosial semacam ini merupakan hal baru yang
memiliki inovasi dari segi sosial, kreatifitas, bentuk
kegiatan dan lingkungan.
Dari sisi kompetisi akademis, kampanye "Teenagers
of Green Agent" berhasil menjadi juara 3 Lomba
Proposal Ilmiah 2015 (LPI 2015) yang diadakan oleh
program studi Teknik Industri Universitas Kristen
Petra. Kampanye "Teenagers of Green Agent" ini
mendapat dukungan dari para juri untuk ditingkatkan
dan diikutkan ke dalam lomba proposal ilmiah tingkat
nasional. Lomba ini bertemakan bumi hijau
meningkatkan kualitas hidup manusia.

Gambar 21. Video Dokumentasi Day 2

Kesimpulan
Perancangan kampanye sosial "Teenagers of Green
Agent" ini telah memiliki dampak positif mulai dari
proses awal kampanye hingga akhir kampanye serta
dukungan penuh dari siswa-siswi dan guru SMPK
Santo Stanislaus Surabaya yang menjadi pilot project
dari kampanye sosial ini. Hal ini terlihat dari
keaktifan dan antusias siswa-siswi SMPK Santo
Stanislaus saat mengikuti kampanye ini. Melihat dari
refleksi kegiatan yang ditulis oleh siswa-siswi SMPK
Santo Stanislaus didapatkan fakta bahwa 96 persen
siswa merasa senang dan mendapatkan pengetahuan
baru mengenai tanaman obat keluarga. Selain itu, 74
persen siswa berkomitmen untuk mulai menggunakan
dan memelihara tanaman obat keluarga di dalam
kehidupannya sehari-hari. Maka dapat disimpulkan
bahwa kampanye ini telah berhasil mencapai
tujuannya, yakni memperkenalkan tanaman obat
keluarga (TOGA), manfaat dan potensinya kepada
anak SMP. Kampanye ini juga berhasil memperoleh
perhatian dari beberapa sekolah selain SMPK Santo
Stanislaus (pilot project kampanye) yang secara
langsung meminta untuk diadakannya kampanye
"Teenagers of Green Agent" ini di sekolah mereka
masing-masing.
Dukungan juga muncul dari media massa seperti radio
Prima Radio 103.8 FM, radio Bahtera Yudha 96.4 FM
dan EventSurabaya. Dari pihak Lembaga Swadaya
Masyarakat, kampanye ini memperoleh dukungan dari
AyoRek! Dan LSM Mantasa. Sedangkan dari media
sosial Facebook, kampanye ini telah berhasil meraih
lebih dari 600 likes, mencapai lebih dari 26.000
netizen dan mencapai lebih 4.000 virality campaign.

Hambatan yang dialami selama proses pelaksanaan
kampanye ini berasal dari sisi teknis pelaksanaan,
seperti ketersediaan sumber daya manusia, dana, serta
kondisi lalu lintas yang tidak dapat diprediksi.
Kampanye ini mengalami kekurangan sumber daya
manusia dikarenakan pelaksaan kampanye yang jatuh
pada hari Selasa dan di jam kerja sehingga banyak
pihak yang ingin mendukung berhalangan.
Ketersediaan dana juga mengalami hambatan karena
ketidakpastian dari sponsor dan beberapa sponsor
masih belum percaya akan kampanye ini dengan
alasan ingin tahu respon masyarakat terlebih dahulu.
Sementara untuk kondisi lalu lintas yang tidak
menentu menjadi hambatan bagi perjalanan panitia
kampanye saat menuju ke lokasi kampanye dan radioradio partner.
Kampanye sosial ini dapat dikembangkan lebih lanjut
dari segi visualisasinya dan media untuk menjangkau
sasaran perancangan. Untuk mengajak dan
menyadarkan masyarakat mengenai gaya hidup sehat
dengan tanaman obat keluarga memerlukan waktu
yang cukup lama, sedangkan kampanye ini berdurasi
2 minggu untuk setiap sekolahnya. Oleh karena itu,
kampanye dapat dikembangkan lagi untuk jangka
panjang.
Untuk ke depannya, pengembangan kampanye dapat
dilakukan dengan cara melakukan event kampanye
serupa di sekolah-sekolah lainnya sehingga mampu
menghasilkan kreasi resep minuman dan atau
makanan dengan bahan dasar tanaman obat keluarga
lainnya. Namun, sistem ajakan kampanye harus
ditingkatkan dari sisi publikasi sehingga kinerja untuk
event kampanye dapat lebih maksimal dan mampu
membangun public awareness lebih baik. Dalam
pengembangannya dapat dengan cara mencari sponsor
atau pihak-pihak yang mau membantu dalam hal
pendanaan modal bagi kampanye sosial ini sehingga
kampanye ini dapat berkembang ke skala regional,
nasional hingga internasional.

Ucapan Terima Kasih
Laporan Tugas Akhir ini tidak akan terwujud tanpa
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai dan
membimbing selama pengerjaan tugas akhir ini dari
awal hingga selesai.
2. Bapak Aristarchus Pranayama K, B.A., M.A.,
selaku Ketua Program Studi Desain Komunikasi
Visual Universitas Kristen Petra.
3. Ibu Maria Nala Damayanti, S.Sn., M.Hum., selaku
dosen pembimbing pertama dan Bapak Jacky
Cahyadi, S.Sn., selaku dosen pembimbing kedua yang
selalu membimbing, mendukung dan memberikan
saran kritik yang membangun dalam penyusunan
laporan tugas akhir dengan baik dan benar hingga
selesai.
4. Ibu Listia Natadjaja, ST., MT., M.Des., selaku
ketua tim penguji dan Ibu Luri Renaningtyas, ST.,
M.Ds., selaku anggota tim penguji yang memberikan
masukan dan nasihat yang bermanfaat dalam proses
perancangan tugas akhir ini.
5. Ibu Lili Andajani, S.Pd., M.Pd., selaku guru dan
pembimbing SMPK Santo Stanislaus yang telah
memberikan ijin dan dukungan penuh untuk
pelaksanaan kampanye sosial penulis.
6. Ibu Hayu Dyah Patria dan Mr Adam selaku
chairman dan founder LSM Mantasa yang
memberikan dukungan berupa materi dan bibit
tanaman.
7. Orang tua penulis yang selalu mendoakan,
memberikan dukungan baik moral maupun material
sehingga pelaksanaan perancangan
tugas akhir
penulis dapat berjalan dengan baik.
8. Monica Kinanto yang selalu mendukung,
mendampingi, mendoakan dan mendukung secara
langsung pelaksanaan perancangan penulis ini
sehingga dapat berjalan dengan baik dari awal hingga
akhirnya.
9. Felix Chandra, sahabat penulis yang memberikan
masukan-masukan dan nasihat yang membangun saat
perancangan tugas akhir penulis.
10. Agen-agen Teenagers of Green Agent, Hangga
Ganiadi, Sherly Jessica, Denny Santoso, Felix
Juwono, Chris Ivan, Ivana Kinanto dan Ronald
Wahyudi yang telah terlibat secara langsung dalam
pelaksanaan perancangan tugas akhir ini.
11. Mas Isbat dan kawan-kawan AyoRek! sebagai
media partner dari perancangan tugas akhir kampanye
penulis.
12. Mas Benny, Mbak Wulan dan Radio Prima 103.8
FM yang memberikan kesempatan untuk penulis
dapat menyebarkan kampanye hingga ke seluruh
Surabaya dan sekitarnya melalui talkshow.
13. Bapak Gideon, Kak Mario dan Radio Bahtera
Yudha 96.4 FM yang juga memberikan kesempatan

talkshow dan menyampaikan semangat kampanye ini
kepada seluruh Surabaya dan sekitarnya.
14. Siswa dan siswi SMPK Santo Stanislaus yang
telah bersemangat dan antusias dalam mengikuti
serangkaian kegiatan kampanye penulis.
15. Serta seluruh rekan-rekan mahasiswa Desain
Komunikasi Visual Universitas Kristen Petra yang
telah mendukung perancangan tugas akhir ini baik
secara langsung maupun tidak langsung.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih banyak
atas bantuan yang telah diberikan. Penulis berharap
kampanye dan laporan
tugas akhir ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan masyarakat luas.

Daftar Pustaka
Balch, James F. dan Mark Stengler. (2004).
Prescription for Natural Cures. New Jersey : John
Wiley & Sons, Inc.
Bungin,
Burhan. (2006).
Kencana.

Sosiologi

Komunikasi. Jakarta :

Departemen Kesehatan. (2007). Retrieved February
2015 from http://www.litbang.depkes.go.id/
Dinas Pendidikan Surabaya. (2013). Retrieved March
2015,
from
www.profilsekolah.dispendik.surabaya.go.id
Egger, Garry dkk. (2004). Health Promotion,
Strategies and Methods. North Ryde, N. S. W. :
McGraw-Hill
Kartono, Kartini. (2007). Psikologi Anak (Psikologi
Perkembangan). Bandung : CV. Mandar Maju
Kasali, Rhenald. (2004). Manajemen Periklanan.
Jakarta : Grafitti Press
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional.
Retrieved
January
2015
from
http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/
Kompas. (2015). Retrieved March 2015, from
http://www.kompas.com/
Mantasa. (2015). Retrieved March 2015, from
http://mantasa.org/about/
Lwin, May dan Jim Aitchison. (2002). Clueless in
Marketing Communication. Jakarta : PT. Bhuana Ilmu
Populer
Paresti, Suci dkk. (2014). Prakarya. Jakarta : Pusat
Kurikulum dan Perbukuan Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan

Sartono. (1996). Apa yang sebaiknya Anda ketahui
tentang Obat Wajib Apotek. Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama.
Santoso, Hieronymus Budi. (2003). TOGA 1 –
Tanaman Obat Keluarga. Yogyakarta : Penerbit
Kanisius.
Santoso, Hieronymus Budi. (2003). TOGA 2 –
Tanaman Obat Keluarga. Yogyakarta : Penerbit
Kanisius.
Santoso, Hieronymus Budi. (2003). TOGA 3 –
Tanaman Obat Keluarga. Yogyakarta : Penerbit
Kanisius.
Siahaan, SM. (1991). Komunikasi Pemahaman dan
Penerapan. Jakarta : PT. BPK Gunung Mulia
Stanislaus. (2011). Retrieved February 2015, from
http://www.smpkstansa.wordpress.com/
Tim Yayasan Masyarakat Sehat Wahju Suprapto.
(2000). TOGA (Tanaman Obat Keluarga) :
Pengobatan Alternatif. Jakarta : Pusat Kajian
Pembangunan Unika Atma Jaya.
Venus, Antar, M.A. (2010). Manajemen Kampanye.
Bandung : Simbiosa Rekatama Media
Wijayakusuma,
H.
M.
Hembing.
(2003).
Penyembuhan dengan Tanaman Obat Cet. 5, Rev.
Ed.Jakarta : PT Eka Media Komputindo.
Youtube. (2005). Retrieved January 2015, from
http://www.youtube.com/