Ketepatan Penentuan Kode Penyebab Dasar Kematian Pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga Triwulan IV Tahun 2010 | Pratiwi | Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia 61 206 1 PB
Ketepatan Penentuan Kode Penyebab Dasar Kematian Pasien di Rumah
Sakit Umum Daerah Kota Salatiga Triwulan IV Tahun 2010
Yuniana Eka Pratiwi
Mahasiswa APIKES Mitra Husada Karanganyar
[email protected]
ABSTRAK
Penentuan kode Penyebab Dasar kematian merupakan salah satu fungsi yang penting dari fungsifungsi unit kerja rekam medis yang membutuhkan ketelitian. Dalam menentukan kode Penyebab
Dasar kematian, petugas harus memperhatikan prosedur atau Rule yang telah ditetapkan oleh
WHO di dalam ICD-10 volume 2. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui ketepatan penentuan
kode penyebab dasar kematian di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga Triwulan IV tahun
2010.
Jenis Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan secara retrospektif. Metode
penelitian ini adalah wawancara dan observasi. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah
dokumen rekam medis pasien rawat inap yang meninggal triwulan IV di Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Salatiga tahun 2010 sebanyak 28 dokumen. Tehnik pengambilan sampel yaitu
sampling jenuh, dengan analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwaketepatan hasil penentuan kode penyebab dasar kematian
pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga Triwulan IV Tahun kode penyebab dasar
kematian yang tepat sebanyak 21 (75%) dan kode penyebab dasar kematian yang tidak tepat
sebanyak 7 kode (25%). Cara menentukan kode penyebab dasar kematian pasien adalah
berdasarkan kode dari diagnosis utama yang ditulis dokter dalam status pasien. Hal ini belum
sesuai dengan peraturan yang ada pada ICD-10 yaitu dalam menentukan kode penyebab dasar
kematian petugas haruslah melakukan reseleksi dengan penerapan Rule, yang meliputi penerapan
Prinsip Umum, Rule 1, Rule 2 atau Rule 3.
Cara untuk menghasilkan ketepatan kode penyebab dasar kematian yaitu dengan penerapan
prosedur atau Rule sesuai dengan ICD-10 yaitu tentang penentuan kode penyebab dasar kematian.
Selain itu perlu dibuat prosedur tetap tentang cara penentuan kode penyebab dasar kematian dan
penyediaan tabel Medical Mortality Data System (MMDS) untuk membantu dalam penetapan
kode penyebab dasar kematian.
Kata Kunci
: Kode Penyebab Dasar Kematian, ICD-10, MMDS
rekam medis adalah pendokumentasian serta
PENDAHULUAN
Rekam
medis
adalah
berkas
pengodean (coding) diagnosis.
yang
Pelaksanaan kodefikasi dilakukan oleh
berisikan catatan dan dokumen tentang
identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan,
seorang
perekam
medis
dengan
tindakan serta pelayanan lain yang telah
menggunakan standar klasifikasi yaituICD-
diberikan kepada pasien (DepKesRI, 2008).
10. ICD-10 merupakan klasifikasi statistik,
Rekam medis dikatakan bermutu apabila
yang terdiridari sejumlah kode
rekam medis tersebut akurat, lengkap, dapat
numerik
dipercaya, valid dan tepat waktu (Abdelhak,
menurut kategori, yang
2001). Salah satu bentuk pengelolaan dalam
konsep seluruh penyakit. Klasifikasi dalam
alpha-
yang satu sama lain berbeda
menggambarkan
ICD-10 mencakup panduan yang berisi
89
Rules atau peraturan yang spesifik untuk
penelitian
menggunakannya. Pelaksanaan pengodean
Penentuan Kode Penyebab Dasar Kematian
diagnosis tersebut harus lengkap dan akurat
Pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Kota
sesuai dengan arahan ICD-10 (WHO, 2004).
Salatiga Triwulan IV tahun 2010”.
ICD-10 digunakan sebagaidasar dalam
dengan
judul“Ketepatan
Penyebab Dasar Kematian (Underlying
kematian.
Cause of Death) adalah sebab dasar terjadi
WHO menyusunsertifikat kematian yang
serentet sebab-sebab kematian. Sebab dasar
merupakansumberutama data mortalitas dan
terjadinya
digunakan sebagai dasar pembuatan laporan
terjadinya cedera sebagai pemicu serentetan
penyebab kematian (Kasim F. dan Ekardius,
kejadian yang mengakibatkan kematian,
2010).Laporan tentang penyebab kematian
kejadian kecelakaan atau kekerasan yang
sangatlah berguna agar rumah sakit dapat
menghasilkan cedera fatal.(Anggraini M,
membuat
2004)
mempersiapkan
data
statistik
klasifikasi tentang penyebab
kualitas
pelayanan,
yaitu
:
Penyakit
Tabel Medical Mortality Data System
kematian utama yang dapat digunakan untuk
evaluasi
kematian
kebutuhan
(MMDS)
tenaga medis dan alat-alat medis.
dipakai
untuk
membantu
penetapan penyebab dasar yang benar.
Berdasarkan survei pendahuluan yang
Decision tabel ini adalah kumpulan daftar
dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah
yang memberikan panduan dan arah dalam
Kota Salatiga diketahui bahwa secara umum
penerapan Rule seleksi dan modifikasi yang
untuk penentuan kode Penyebab Dasar
dipublikasikan dalam ICD-10 volume 2.
kematian di Rumah Sakit Umum Daerah
(DepKes RI, 2008)
Kota Salatiga belum mengacu pada aturan
yang ada di ICD-10. Petugas coding
METODE PENELITIAN
menetapkan kode diagnosis utama yang
Jenis Penelitian ini adalah penelitian
tertulis pada status pasien sebagai kode
deskriptif yang menggambarkan tentang
penyebab dasar kematian tanpa melihat
ketepatan penentuan kode penyebab dasar
kembali aturan atau Rule yang ada di ICD-
kematian pasien di Rumah Sakit Umum
10 tentang penentuan kode penyebab dasar
Daerah Kota Salatiga Triwulan IV tahun
kematian. Hal ini menyebabkan masih
2010,
ditemukan adanya ketidaktepatan
dalam
retrospektifdimana peneliti mengumpulkan
penentuan kode Penyebab Dasar kematian,
data-data yang ada pada masa lalu atau yang
yang akan berpengaruh terhadap laporan
pernah terjadi.
dengan
pendekatan
secara
mortalitas yang berkenaan dengan penyakit,
Variable penelitian adalah ketepatan
trend
penentuan kode penyebab dasar kematian
klasifikasi 10 besar penyakit penyebab
yaitu ketentuan pemberian kode penyebab
kematian.
dasar kematian.
monitoring
survei
serta
Berdasarkan
dalam
latar
belakang
tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan
90
Populasi dalam penelitian ini yaitu
ditemukan dilihat ICD-10 volume 1 untuk
dokumen rekam medis pasien rawat inap
memastikan ketepatan kodenya. Kode ditulis
yang meninggal pada triwulan IV di Rumah
pada lembar ringkasan masuk dan keluar
Sakit Umum Daerah Kota Salatiga tahun
kolom diagnosa.Setelah dikoding petugas
2010 sebanyak 28 dokumen. Sampel yang
menyerahkan dokumen ke bagian indeksing
digunakan dalam penelitian ini yaitu seluruh
untuk dibuat indeks.
dokumen rekam medis pasien rawat inap
Ketepatan Penentuan Kode Penyebab
yang meninggal triwulan IV di Rumah Sakit
Dasar Kematian di Rumah Sakit Umum
Umum Daerah Kota Salatiga tahun 2010
Daerah Kota Salatiga Berdasarkan ICD-10.
sebanyak 28 dokumen dengan menggunakan
Upaya mengetahui ketepatan penentuan
teknik sampling jenuh.Instrumen Penelitian
kode dan diagnosis penyebab kematian
terdiri dari : Pedoman Wawancara, Pedoman
dengan
observasi,
observasi pada dokumen rekam medis
Cara
Pengumpulan
Data,
Wawancara, Observasi
ICD-10,
peneliti
melakukan
pasien meninggal pada triwulan IV tahun
Analisis data yang digunakan dalam
2010. Observasi yang dilakukan peneliti
penelitian ini adalah dengan menggunakan
adalah mencocokkan antara hasil penentuan
analisis
diskriptif
dengan
cara
kode diagnosis yang dianggap sebagai kode
yang
telah
sebab kematian dengan aturan atau rule
dikumpulkan dan diolah menjadi ketepatan
menurut prosedur WHO yang ada di ICD-
penentuan kode penyebab dasar kematian di
10.
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga
dilakukan peneliti terhadap data kematian
Triwulan IV tahun 2010.
pasien rawat inap triwulan IV tahun 2010
mendiskripsikan
yaitu
data
Data
hasil
observasi
yang
telah
dapat dilihat padalampiran 10.
Persentase dari keseluruhan data hasil
HASIL
analisis ketepatan penentuan kode Penyebab
Tata cara pemberian kode di Rumah
Salatiga
Dasar kematian pasien di Rumah Sakit
Pemberian kode penyakit di Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Salatiga Triwulan IV
Umum Daerah Kota Salatiga dilakukan oleh
Tahun
petugas Codingmenggunakan International
sebanyak 28 angka kematian adalah sebagai
Statistical Classification of Diseases and
berikut:
Sakit
Umum
Daerah
Kota
2010
dengan
jumlah
populasi
Related Health Problems Tenth Revision
(ICD-10). Tata cara pengodeannya adalah
sebagai berikut :Petugas Codingmenerima
bekas dari Assembling.Memberi kode dari
diagnosis pasien menggunakan ICD -10
volume
3
dengan
melihat
Tabel 1.Rekapitulasi Ketepatan Hasil
Penentuan
KodePenyebab
Dasar
Kematian Pasien
alfabetikal
indeks.Bila kode pada volume 3 sudah
91
PEMBAHASAN
Kriteria
Tepat
Tidak
Tepat
Jumlah
Jumlah
22
6
Persentase (%)
78,57
21,43
28
100
Dari hasil penelitian dapat diketahui
bahwa tata cara pengodean di sesuai dengan
teori pada ICD-10. Dalam menentukan kode
diagnosis utama pasien, petugas coding
memperhatikan
Dari tabel 1 dapat kita lihat bahwa
tunjuk
silang
(cross
ketepatan hasil penentuan kode Penyebab
references) juga mengikuti inclusion dan
Dasar kematian pasien di Rumah Sakit
exclusion dibawah kode atau dibawah
Umum Daerah Kota Salatiga Triwulan IV
chapteruntuk mendapatkan kode yang tepat.
Tahun 2010 adalah sebanyak 22 kode (78,57
Agar dapat memberikan kode penyakit
%) sedangkan persentase ketidaktepatannya
secara tepat untuk memudahkan dalam
adalah
%).
pembuatan laporan yang dibutuhkan oleh
Penyebab dasar kematian terbesar di Rumah
manajemen rumah sakit, petugas sudah
Sakit Umum Daerah Kota Salatiga adalah
berpedoman pada prosedur tetap pemberian
penyakit Stroke, pada triwulan IV terdapat 9
kode penyakit di Rumah Sakit Umum
(Sembilan)
Daerah Kota Salatiga nomor 28/1/07/CM 13
sebanyak
pasien
6
kode
(21,43
meninggal
dengan
Januari 2007 revisi 1.
penyebab dasar kematian Stoke (lampiran
Ketepatan Penentuan Kode Penyebab
10).
Cara Penentuan Kode Penyebab Dasar
Dasar Kematian di Rumah Sakit Umum
Kematian di Rumah Sakit Umum Daerah
Daerah Kota Salatiga Berdasarkan ICD-
Kota Salatiga. Berdasarkan hasil wawancara
10.Menurut Abdelhak (2001), kesesuaian
yang dilakukan peneliti, diketahui bahwa di
data dan informasi yang disajikan dengan
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga
informasi yang dibutuhkan sangat berperan
belum mempunyai prosedur tetap yang
dalam proses pengambilan keputusan. Untuk
berkaitan dengan prosedur penentuan kode
dapat menghasilkan data serta informasi
penyebab dasar kematian. Penentuan kode
yang baik serta dapat digunakan sebagai
penyebab dasar yang dilakukan selama ini di
dasar
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga
manajemen, dibutuhkan peran aktif petugas
belum menggunakan prosedur yang telah
dalam melakukan proses pengolahan data.
dalam
pengambilan
keputusan
ditetapkan oleh World Health Organitation
Dari hasil penelitian diketahui bahwa
(WHO) maupun Depkes yaitu dengan
ketepatan hasil penentuan kode Penyebab
menggunakanRule atau peraturan yang ada.
Dasar kematian pasien di Rumah Sakit
Penentuan kode penyebab dasar kematian
Umum Daerah Kota Salatiga Triwulan IV
masih berdasarkan kode dari diagnosis
Tahun kode penyebab dasar kematian yang
utama yang ditulis dokter dalam status
tepat sebanyak
pasien.
penyebab dasar kematian yang tidak tepat
22 (78,57 %) dan kode
sebanyak 6 kode (21,43%).
92
Ketidaktepatan
penentuan
kode
menetapkan kode diagnosis utama pada
penyebab dasar kematian ini disebabkan
lembar status pasien sebagai kode penyebab
karena petugas menetapkan kode penyebab
dasar
dasar
contohnya yaitu :
kematian berdasarkan kode
dari
kematian.
Sebagai
salah
I (a) Cardiac Arrest (I46.9)
diagnosis utama yang ditulis dokter dalam
status pasien. Sedangkan menurut teori,
(b) Coma hepaticum (K72.9)
untuk menentukan kode penyebab dasar
(c)Cirrhosis
kematian
Anemia berat (D50.0)
petugas
haruslah
satu
melakukan
reseleksi dengan penerapan Rule, yang
Pada
urutan
hepatic
ini,
(K74.6),
Coding
petugas
meliputi penerapan Prinsip Umum, Rule 1, 2
menetapkan Cardiac Arrest (I46.9) yang
atau 3.
tertulis sebagai diagnosis utama pada lembar
Cara Penentuan Kode Penyebab Dasar
status pasien sebagai kode Penyebab Dasar
Kematian di Rumah Sakit Umum Daerah
Kematian.
Kota Salatiga. Berdasarkan buku DepKes
Cardiac Arrest (I46.9) tidak diperbolehkan
(2008) dijelaskan bahwa dalam penentuan
menjadi penyebab kematian karena dalam
kode penyebab kematian harus mengikuti
sertifikat
prosedur atau Rule yang telah ditetapkan.
penyebab kematian tidak boleh diisi cara
Jika hanya ada satu penyebab kematian yang
meninggal (mode of dying) seperti Heart
dilaporkan, maka penyebab tersebut adalah
Failure, Respiratory Failure. Seharusnya
penyebab kematiannya dan digunakan untuk
penyebab kematian diisi dengan penyakit,
tabulasi. Jika lebih dari satu penyebab
cedera atau komplikasi yang menyebabkan
kematian yang dilaporkan, maka langkah
kematian (DepKes, 2008). Karena aturan ini,
yang
yaitu
maka diagnosis penyebab kematian yang
menentukan penyebab awal yang tepat yang
dipilih tidak sesuai dengan aturan yang ada
mendahuluinya
terbawah
pada ICD-10. Setelah di cek menggunakan
dibagian I dari sertifikat kematian dengan
aturan yang ada dalam ICD-10 volume 2
menerapkan prinsip umum atau Rule 1, 2
dengan penerapan Rule 1 dengan bantuan
dan 3.
Decision Table D, ternyata kode penyebab
digunakan
pertama
pada
kali
baris
Dalam
kematian
sertifikat
kematian
menyebutkan
untuk
dasar kematian tersebut adalah Cirrhosis
Berdasarkan observasi yang dilakukan
peneliti terhadap kasus kematian di Rumah
hepatic
Sakit
Salatiga,
diterapkan karena terdapat lebih dari satu
diketahui bahwa dalam penentuan kode
urutan yang berakhir dengan kondisi yang
Penyebab Dasar kematian masih belum
diisikan pertama pada sertifikat. Untuk
sesuai dengan prosedur yang ditetapkan di
menerapkan Rule 1 pada contoh diatas, kita
dalam ICD-10 volume 2. Ketidaktepatan
perlu memeriksa hubungan kausal antara
penentuan kode penyebab dasar kematian
masing-masing kondisi yang tercantum pada
Umum
Daerah
Kota
disebabkan karena petugas rekam medis
93
(K74.6).
Prinsip
umum
tidak
sertifikat kematian. Adapun langkah-langkah
G35 -G379
yang harus ditempuh yaitu :
G937
Langkah 1 :
I10 -K929
< (K74.6)
Kita ingin menemukan penyebab asal
M000 -M1990
kondisi yang pertama diisikan pada
########
sertifikat kematian. Dalam kasus ini
adalah Cardiac Arrest
Jadi Cirrhosis hepatic (K74.6) dan
(I46.9), jadi
Anemia berat (D50.0) keduanya dapat
apakah Coma hepaticum (K72.9) dapat
menyebabkan Coma hepaticum (K72.9).
menyebabkan Cardiac Arrest (I46.9)?
Karena Cirrhosis hepatic (K74.6) adalah
Carilah I46.9 sebagai address dalam
penyebab asal dari urutan pertama yang
tabel D, kita temukan address untuk
berakhir dengan kondisi yang pertama
I46.9 termasuk dalam rentang kode
disebutkan yaitu Cardiac Arrest (I46.9)
address ICD-10 (I440 -I509).
maka Cirrhosis hepatic (K74.6) dipilih
Cardiac Arrest (I46.9) bisa disebabkan
sebagai kode penyebab dasar kematian.
oleh Coma hepaticum (K72.9) karena
Dalam kasus ini, hal yang menyebabkan
K72.9 ada dalam rentang kode I00-L599.
kesalahan
--- I440 -I509 ---
adalah
kematian yang salah. Maka dari itu, dengan
H000 -H959
adanya prosedur atau rule dapat menuntun
I00 -L599
M
ketidaktepatan
prosedur penentuan kode penyebab dasar
A000 -G98
M
atau
< (K72.9)
kita dalam penentuan kode penyebab dasar
L88 -L929
kematian.
########
Untuk menghasilkan ketepatan kode
penyebab
Langkah 2
dasar
medis
seharusnya
Sekarang kita perlu memeriksa apakah
petugas
Cirrhosis
hepatic
(K74.6)
ataupun
menerapkan
Anemia
berat
(D50.0)
dapat
meliputi penerapan prinsip umum, Rule 1, 2
menyebabkan Coma hepaticum (K72.9).
atau 3 dalam proses penentuan kode
Kita bisa memeriksa keduanya pada saat
penyebab dasar kematian di rumah sakit. Hal
yang bersamaan, kita cari address code
ini penting, agar dalam penentuan kode
K72.9 dalam tabel D dan memeriksa
penyebab
apakah K74.6 ataupun D50.0 tercantum
menemukan lagi pemilihan kode yang salah
sebagai sub address.
dan mempermudah dalam pengolahan data,
(Coding)
peraturan reseleksi
dasar
kematian
kita
dapat
yang
tidak
khususnya tentang data mortalitas menjadi
--- K729 --A000 -E899
rekam
kematian
akurat
< (D50.0)
serta
mempermudah
F100 -F169
pengambilan keputusan.
F180 -F199
SIMPULAN
G000 -G129
94
dalam
Pemberian kode penyakit di Rumah
DepDikNas. 2001. Kamus Bahasa Indonesia
Edisi ke 3. Jakarta : Balai Pustaka.
Sakit Umum Daerah Kota Salatiga telah
sesuai dengan tata cara coding pada ICD-10.
DepKes RI. 2006. Pengelolaan Rekam
Medis Rumah Sakit Di Indonesia
Revisi II, Jakarta.
Dalam menentukan kode penyakit, petugas
koding memperhatikan tunjuk silang (cross
references) juga mengikuti inclusion dan
Hatta, Gemala. 2010. Pedoman Manajemen
Informasi Kesehatan di Sarana
Pelayanan Kesehatan. Edisi Revisi.
Jakarta : Universitas Indonesia (UIPress).
exclusion term dibawah kode atau dibawah
chapter untuk mendapatkan kode yang tepat.
Ketepatan
kode
Penyebab
Dasar
kematian di Rumah Sakit Umum Daerah
Hidayat, A A. 2010. Metode Penelitian
Kebidanan Teknik Analisis Data.
Jakarta : Salemba Medika.
Kota Salatiga triwulan IV tahun 2010
sebanyak 22 kode (78,57 %) dan kode yang
KepMenKes
RI.
Nomor
50/MENKES/SK/1/1998
tentang
Pemberlakuan Klasifikasi Statistik
Internasional Tentang Penyakit
Revisi Ke-10.
tidak tepat sebanyak 6 kode (21,43%).
Cara penentuan kode penyebab dasar
kematian di Rumah Sakit Umum Daerah
Kota Salatiga masih berdasarkan kode dari
Kumala,
diagnosis utama yang ditulis dokter dalam
status pasien, hal ini belum sesuai dengan
Poppy. 1998. Kamus saku
kedokteran dorland. Edisi 25.
Jakarta.
peraturan yang ada pada ICD-10 yaitu dalam
Mansjoer, Arief. 2001. Kapita Selekta
Kedokteran.
Media
Aesculapius FKUI: Jakarta.
(halaman: 421-425)
Notoatmodjo, Soekijdo. 2010. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Edisi
Revisi Pertama. Jakarta : PT
Rineka Cipta.
menentukan kode penyebab dasar kematian
petugas
haruslah
melakukan
reseleksi
dengan penerapan Rule, yang meliputi
penerapan Prinsip Umum, Rule 1, Rule 2
atau Rule 3.
PerMenKes
RI.
269/MenKes/Per/III/2008
Rekam Medis. Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Arief, TQ. 2004. Pengantar Metodologi
Penelitian Untuk Ilmu Kesehatan.
Surakarta : CSGF (The Community
of Self Help Group Forum). hal : 71
__
Nomor
tentang
Sudra, R I. 2008. Kompetensi Perekam
Medis. Diakses: 22 Maret 2012.
http://www.ranocenter.net/modules.
php?name=News&file=article&sid
=139
. 2009. Pengantar
Metodologi Penelitian Untuk Ilmu
Kesehatan. Surakarta : Lembaga
Pendidikan (LPP) UNS dan UPT
Penerbit dan Pencetakan UNS. hal :
45
Sugiyono. 2007. Statistika untuk penelitian.
Revisi terbaru. Bandung : CV
Alfabeta. Hal. 27
World
Arikunto, Suharsini. 2010. Prosedur
Penelitian(Suatu Pendekatan dan
Praktik) Edisi Revisi X. Jakarta :
PT Rineka Cipta.
95
Health
Organization,
2005.
International
Statistical
Clasification Of Diseases And
Related Health Problems(ICD-10,
Volume 1), Geneva.
_______________________,
2005.International
Statistical
Clasification Of Diseases And
Related Health Problems (ICD-10,
Volume 2), Geneva.
_______________________,
2005.
International
Statistical
Clasification Of Diseases And
Related Health Problems (ICD-10,
Volume 3), Geneva.
96
Sakit Umum Daerah Kota Salatiga Triwulan IV Tahun 2010
Yuniana Eka Pratiwi
Mahasiswa APIKES Mitra Husada Karanganyar
[email protected]
ABSTRAK
Penentuan kode Penyebab Dasar kematian merupakan salah satu fungsi yang penting dari fungsifungsi unit kerja rekam medis yang membutuhkan ketelitian. Dalam menentukan kode Penyebab
Dasar kematian, petugas harus memperhatikan prosedur atau Rule yang telah ditetapkan oleh
WHO di dalam ICD-10 volume 2. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui ketepatan penentuan
kode penyebab dasar kematian di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga Triwulan IV tahun
2010.
Jenis Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan secara retrospektif. Metode
penelitian ini adalah wawancara dan observasi. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah
dokumen rekam medis pasien rawat inap yang meninggal triwulan IV di Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Salatiga tahun 2010 sebanyak 28 dokumen. Tehnik pengambilan sampel yaitu
sampling jenuh, dengan analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwaketepatan hasil penentuan kode penyebab dasar kematian
pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga Triwulan IV Tahun kode penyebab dasar
kematian yang tepat sebanyak 21 (75%) dan kode penyebab dasar kematian yang tidak tepat
sebanyak 7 kode (25%). Cara menentukan kode penyebab dasar kematian pasien adalah
berdasarkan kode dari diagnosis utama yang ditulis dokter dalam status pasien. Hal ini belum
sesuai dengan peraturan yang ada pada ICD-10 yaitu dalam menentukan kode penyebab dasar
kematian petugas haruslah melakukan reseleksi dengan penerapan Rule, yang meliputi penerapan
Prinsip Umum, Rule 1, Rule 2 atau Rule 3.
Cara untuk menghasilkan ketepatan kode penyebab dasar kematian yaitu dengan penerapan
prosedur atau Rule sesuai dengan ICD-10 yaitu tentang penentuan kode penyebab dasar kematian.
Selain itu perlu dibuat prosedur tetap tentang cara penentuan kode penyebab dasar kematian dan
penyediaan tabel Medical Mortality Data System (MMDS) untuk membantu dalam penetapan
kode penyebab dasar kematian.
Kata Kunci
: Kode Penyebab Dasar Kematian, ICD-10, MMDS
rekam medis adalah pendokumentasian serta
PENDAHULUAN
Rekam
medis
adalah
berkas
pengodean (coding) diagnosis.
yang
Pelaksanaan kodefikasi dilakukan oleh
berisikan catatan dan dokumen tentang
identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan,
seorang
perekam
medis
dengan
tindakan serta pelayanan lain yang telah
menggunakan standar klasifikasi yaituICD-
diberikan kepada pasien (DepKesRI, 2008).
10. ICD-10 merupakan klasifikasi statistik,
Rekam medis dikatakan bermutu apabila
yang terdiridari sejumlah kode
rekam medis tersebut akurat, lengkap, dapat
numerik
dipercaya, valid dan tepat waktu (Abdelhak,
menurut kategori, yang
2001). Salah satu bentuk pengelolaan dalam
konsep seluruh penyakit. Klasifikasi dalam
alpha-
yang satu sama lain berbeda
menggambarkan
ICD-10 mencakup panduan yang berisi
89
Rules atau peraturan yang spesifik untuk
penelitian
menggunakannya. Pelaksanaan pengodean
Penentuan Kode Penyebab Dasar Kematian
diagnosis tersebut harus lengkap dan akurat
Pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Kota
sesuai dengan arahan ICD-10 (WHO, 2004).
Salatiga Triwulan IV tahun 2010”.
ICD-10 digunakan sebagaidasar dalam
dengan
judul“Ketepatan
Penyebab Dasar Kematian (Underlying
kematian.
Cause of Death) adalah sebab dasar terjadi
WHO menyusunsertifikat kematian yang
serentet sebab-sebab kematian. Sebab dasar
merupakansumberutama data mortalitas dan
terjadinya
digunakan sebagai dasar pembuatan laporan
terjadinya cedera sebagai pemicu serentetan
penyebab kematian (Kasim F. dan Ekardius,
kejadian yang mengakibatkan kematian,
2010).Laporan tentang penyebab kematian
kejadian kecelakaan atau kekerasan yang
sangatlah berguna agar rumah sakit dapat
menghasilkan cedera fatal.(Anggraini M,
membuat
2004)
mempersiapkan
data
statistik
klasifikasi tentang penyebab
kualitas
pelayanan,
yaitu
:
Penyakit
Tabel Medical Mortality Data System
kematian utama yang dapat digunakan untuk
evaluasi
kematian
kebutuhan
(MMDS)
tenaga medis dan alat-alat medis.
dipakai
untuk
membantu
penetapan penyebab dasar yang benar.
Berdasarkan survei pendahuluan yang
Decision tabel ini adalah kumpulan daftar
dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah
yang memberikan panduan dan arah dalam
Kota Salatiga diketahui bahwa secara umum
penerapan Rule seleksi dan modifikasi yang
untuk penentuan kode Penyebab Dasar
dipublikasikan dalam ICD-10 volume 2.
kematian di Rumah Sakit Umum Daerah
(DepKes RI, 2008)
Kota Salatiga belum mengacu pada aturan
yang ada di ICD-10. Petugas coding
METODE PENELITIAN
menetapkan kode diagnosis utama yang
Jenis Penelitian ini adalah penelitian
tertulis pada status pasien sebagai kode
deskriptif yang menggambarkan tentang
penyebab dasar kematian tanpa melihat
ketepatan penentuan kode penyebab dasar
kembali aturan atau Rule yang ada di ICD-
kematian pasien di Rumah Sakit Umum
10 tentang penentuan kode penyebab dasar
Daerah Kota Salatiga Triwulan IV tahun
kematian. Hal ini menyebabkan masih
2010,
ditemukan adanya ketidaktepatan
dalam
retrospektifdimana peneliti mengumpulkan
penentuan kode Penyebab Dasar kematian,
data-data yang ada pada masa lalu atau yang
yang akan berpengaruh terhadap laporan
pernah terjadi.
dengan
pendekatan
secara
mortalitas yang berkenaan dengan penyakit,
Variable penelitian adalah ketepatan
trend
penentuan kode penyebab dasar kematian
klasifikasi 10 besar penyakit penyebab
yaitu ketentuan pemberian kode penyebab
kematian.
dasar kematian.
monitoring
survei
serta
Berdasarkan
dalam
latar
belakang
tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan
90
Populasi dalam penelitian ini yaitu
ditemukan dilihat ICD-10 volume 1 untuk
dokumen rekam medis pasien rawat inap
memastikan ketepatan kodenya. Kode ditulis
yang meninggal pada triwulan IV di Rumah
pada lembar ringkasan masuk dan keluar
Sakit Umum Daerah Kota Salatiga tahun
kolom diagnosa.Setelah dikoding petugas
2010 sebanyak 28 dokumen. Sampel yang
menyerahkan dokumen ke bagian indeksing
digunakan dalam penelitian ini yaitu seluruh
untuk dibuat indeks.
dokumen rekam medis pasien rawat inap
Ketepatan Penentuan Kode Penyebab
yang meninggal triwulan IV di Rumah Sakit
Dasar Kematian di Rumah Sakit Umum
Umum Daerah Kota Salatiga tahun 2010
Daerah Kota Salatiga Berdasarkan ICD-10.
sebanyak 28 dokumen dengan menggunakan
Upaya mengetahui ketepatan penentuan
teknik sampling jenuh.Instrumen Penelitian
kode dan diagnosis penyebab kematian
terdiri dari : Pedoman Wawancara, Pedoman
dengan
observasi,
observasi pada dokumen rekam medis
Cara
Pengumpulan
Data,
Wawancara, Observasi
ICD-10,
peneliti
melakukan
pasien meninggal pada triwulan IV tahun
Analisis data yang digunakan dalam
2010. Observasi yang dilakukan peneliti
penelitian ini adalah dengan menggunakan
adalah mencocokkan antara hasil penentuan
analisis
diskriptif
dengan
cara
kode diagnosis yang dianggap sebagai kode
yang
telah
sebab kematian dengan aturan atau rule
dikumpulkan dan diolah menjadi ketepatan
menurut prosedur WHO yang ada di ICD-
penentuan kode penyebab dasar kematian di
10.
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga
dilakukan peneliti terhadap data kematian
Triwulan IV tahun 2010.
pasien rawat inap triwulan IV tahun 2010
mendiskripsikan
yaitu
data
Data
hasil
observasi
yang
telah
dapat dilihat padalampiran 10.
Persentase dari keseluruhan data hasil
HASIL
analisis ketepatan penentuan kode Penyebab
Tata cara pemberian kode di Rumah
Salatiga
Dasar kematian pasien di Rumah Sakit
Pemberian kode penyakit di Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Salatiga Triwulan IV
Umum Daerah Kota Salatiga dilakukan oleh
Tahun
petugas Codingmenggunakan International
sebanyak 28 angka kematian adalah sebagai
Statistical Classification of Diseases and
berikut:
Sakit
Umum
Daerah
Kota
2010
dengan
jumlah
populasi
Related Health Problems Tenth Revision
(ICD-10). Tata cara pengodeannya adalah
sebagai berikut :Petugas Codingmenerima
bekas dari Assembling.Memberi kode dari
diagnosis pasien menggunakan ICD -10
volume
3
dengan
melihat
Tabel 1.Rekapitulasi Ketepatan Hasil
Penentuan
KodePenyebab
Dasar
Kematian Pasien
alfabetikal
indeks.Bila kode pada volume 3 sudah
91
PEMBAHASAN
Kriteria
Tepat
Tidak
Tepat
Jumlah
Jumlah
22
6
Persentase (%)
78,57
21,43
28
100
Dari hasil penelitian dapat diketahui
bahwa tata cara pengodean di sesuai dengan
teori pada ICD-10. Dalam menentukan kode
diagnosis utama pasien, petugas coding
memperhatikan
Dari tabel 1 dapat kita lihat bahwa
tunjuk
silang
(cross
ketepatan hasil penentuan kode Penyebab
references) juga mengikuti inclusion dan
Dasar kematian pasien di Rumah Sakit
exclusion dibawah kode atau dibawah
Umum Daerah Kota Salatiga Triwulan IV
chapteruntuk mendapatkan kode yang tepat.
Tahun 2010 adalah sebanyak 22 kode (78,57
Agar dapat memberikan kode penyakit
%) sedangkan persentase ketidaktepatannya
secara tepat untuk memudahkan dalam
adalah
%).
pembuatan laporan yang dibutuhkan oleh
Penyebab dasar kematian terbesar di Rumah
manajemen rumah sakit, petugas sudah
Sakit Umum Daerah Kota Salatiga adalah
berpedoman pada prosedur tetap pemberian
penyakit Stroke, pada triwulan IV terdapat 9
kode penyakit di Rumah Sakit Umum
(Sembilan)
Daerah Kota Salatiga nomor 28/1/07/CM 13
sebanyak
pasien
6
kode
(21,43
meninggal
dengan
Januari 2007 revisi 1.
penyebab dasar kematian Stoke (lampiran
Ketepatan Penentuan Kode Penyebab
10).
Cara Penentuan Kode Penyebab Dasar
Dasar Kematian di Rumah Sakit Umum
Kematian di Rumah Sakit Umum Daerah
Daerah Kota Salatiga Berdasarkan ICD-
Kota Salatiga. Berdasarkan hasil wawancara
10.Menurut Abdelhak (2001), kesesuaian
yang dilakukan peneliti, diketahui bahwa di
data dan informasi yang disajikan dengan
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga
informasi yang dibutuhkan sangat berperan
belum mempunyai prosedur tetap yang
dalam proses pengambilan keputusan. Untuk
berkaitan dengan prosedur penentuan kode
dapat menghasilkan data serta informasi
penyebab dasar kematian. Penentuan kode
yang baik serta dapat digunakan sebagai
penyebab dasar yang dilakukan selama ini di
dasar
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga
manajemen, dibutuhkan peran aktif petugas
belum menggunakan prosedur yang telah
dalam melakukan proses pengolahan data.
dalam
pengambilan
keputusan
ditetapkan oleh World Health Organitation
Dari hasil penelitian diketahui bahwa
(WHO) maupun Depkes yaitu dengan
ketepatan hasil penentuan kode Penyebab
menggunakanRule atau peraturan yang ada.
Dasar kematian pasien di Rumah Sakit
Penentuan kode penyebab dasar kematian
Umum Daerah Kota Salatiga Triwulan IV
masih berdasarkan kode dari diagnosis
Tahun kode penyebab dasar kematian yang
utama yang ditulis dokter dalam status
tepat sebanyak
pasien.
penyebab dasar kematian yang tidak tepat
22 (78,57 %) dan kode
sebanyak 6 kode (21,43%).
92
Ketidaktepatan
penentuan
kode
menetapkan kode diagnosis utama pada
penyebab dasar kematian ini disebabkan
lembar status pasien sebagai kode penyebab
karena petugas menetapkan kode penyebab
dasar
dasar
contohnya yaitu :
kematian berdasarkan kode
dari
kematian.
Sebagai
salah
I (a) Cardiac Arrest (I46.9)
diagnosis utama yang ditulis dokter dalam
status pasien. Sedangkan menurut teori,
(b) Coma hepaticum (K72.9)
untuk menentukan kode penyebab dasar
(c)Cirrhosis
kematian
Anemia berat (D50.0)
petugas
haruslah
satu
melakukan
reseleksi dengan penerapan Rule, yang
Pada
urutan
hepatic
ini,
(K74.6),
Coding
petugas
meliputi penerapan Prinsip Umum, Rule 1, 2
menetapkan Cardiac Arrest (I46.9) yang
atau 3.
tertulis sebagai diagnosis utama pada lembar
Cara Penentuan Kode Penyebab Dasar
status pasien sebagai kode Penyebab Dasar
Kematian di Rumah Sakit Umum Daerah
Kematian.
Kota Salatiga. Berdasarkan buku DepKes
Cardiac Arrest (I46.9) tidak diperbolehkan
(2008) dijelaskan bahwa dalam penentuan
menjadi penyebab kematian karena dalam
kode penyebab kematian harus mengikuti
sertifikat
prosedur atau Rule yang telah ditetapkan.
penyebab kematian tidak boleh diisi cara
Jika hanya ada satu penyebab kematian yang
meninggal (mode of dying) seperti Heart
dilaporkan, maka penyebab tersebut adalah
Failure, Respiratory Failure. Seharusnya
penyebab kematiannya dan digunakan untuk
penyebab kematian diisi dengan penyakit,
tabulasi. Jika lebih dari satu penyebab
cedera atau komplikasi yang menyebabkan
kematian yang dilaporkan, maka langkah
kematian (DepKes, 2008). Karena aturan ini,
yang
yaitu
maka diagnosis penyebab kematian yang
menentukan penyebab awal yang tepat yang
dipilih tidak sesuai dengan aturan yang ada
mendahuluinya
terbawah
pada ICD-10. Setelah di cek menggunakan
dibagian I dari sertifikat kematian dengan
aturan yang ada dalam ICD-10 volume 2
menerapkan prinsip umum atau Rule 1, 2
dengan penerapan Rule 1 dengan bantuan
dan 3.
Decision Table D, ternyata kode penyebab
digunakan
pertama
pada
kali
baris
Dalam
kematian
sertifikat
kematian
menyebutkan
untuk
dasar kematian tersebut adalah Cirrhosis
Berdasarkan observasi yang dilakukan
peneliti terhadap kasus kematian di Rumah
hepatic
Sakit
Salatiga,
diterapkan karena terdapat lebih dari satu
diketahui bahwa dalam penentuan kode
urutan yang berakhir dengan kondisi yang
Penyebab Dasar kematian masih belum
diisikan pertama pada sertifikat. Untuk
sesuai dengan prosedur yang ditetapkan di
menerapkan Rule 1 pada contoh diatas, kita
dalam ICD-10 volume 2. Ketidaktepatan
perlu memeriksa hubungan kausal antara
penentuan kode penyebab dasar kematian
masing-masing kondisi yang tercantum pada
Umum
Daerah
Kota
disebabkan karena petugas rekam medis
93
(K74.6).
Prinsip
umum
tidak
sertifikat kematian. Adapun langkah-langkah
G35 -G379
yang harus ditempuh yaitu :
G937
Langkah 1 :
I10 -K929
< (K74.6)
Kita ingin menemukan penyebab asal
M000 -M1990
kondisi yang pertama diisikan pada
########
sertifikat kematian. Dalam kasus ini
adalah Cardiac Arrest
Jadi Cirrhosis hepatic (K74.6) dan
(I46.9), jadi
Anemia berat (D50.0) keduanya dapat
apakah Coma hepaticum (K72.9) dapat
menyebabkan Coma hepaticum (K72.9).
menyebabkan Cardiac Arrest (I46.9)?
Karena Cirrhosis hepatic (K74.6) adalah
Carilah I46.9 sebagai address dalam
penyebab asal dari urutan pertama yang
tabel D, kita temukan address untuk
berakhir dengan kondisi yang pertama
I46.9 termasuk dalam rentang kode
disebutkan yaitu Cardiac Arrest (I46.9)
address ICD-10 (I440 -I509).
maka Cirrhosis hepatic (K74.6) dipilih
Cardiac Arrest (I46.9) bisa disebabkan
sebagai kode penyebab dasar kematian.
oleh Coma hepaticum (K72.9) karena
Dalam kasus ini, hal yang menyebabkan
K72.9 ada dalam rentang kode I00-L599.
kesalahan
--- I440 -I509 ---
adalah
kematian yang salah. Maka dari itu, dengan
H000 -H959
adanya prosedur atau rule dapat menuntun
I00 -L599
M
ketidaktepatan
prosedur penentuan kode penyebab dasar
A000 -G98
M
atau
< (K72.9)
kita dalam penentuan kode penyebab dasar
L88 -L929
kematian.
########
Untuk menghasilkan ketepatan kode
penyebab
Langkah 2
dasar
medis
seharusnya
Sekarang kita perlu memeriksa apakah
petugas
Cirrhosis
hepatic
(K74.6)
ataupun
menerapkan
Anemia
berat
(D50.0)
dapat
meliputi penerapan prinsip umum, Rule 1, 2
menyebabkan Coma hepaticum (K72.9).
atau 3 dalam proses penentuan kode
Kita bisa memeriksa keduanya pada saat
penyebab dasar kematian di rumah sakit. Hal
yang bersamaan, kita cari address code
ini penting, agar dalam penentuan kode
K72.9 dalam tabel D dan memeriksa
penyebab
apakah K74.6 ataupun D50.0 tercantum
menemukan lagi pemilihan kode yang salah
sebagai sub address.
dan mempermudah dalam pengolahan data,
(Coding)
peraturan reseleksi
dasar
kematian
kita
dapat
yang
tidak
khususnya tentang data mortalitas menjadi
--- K729 --A000 -E899
rekam
kematian
akurat
< (D50.0)
serta
mempermudah
F100 -F169
pengambilan keputusan.
F180 -F199
SIMPULAN
G000 -G129
94
dalam
Pemberian kode penyakit di Rumah
DepDikNas. 2001. Kamus Bahasa Indonesia
Edisi ke 3. Jakarta : Balai Pustaka.
Sakit Umum Daerah Kota Salatiga telah
sesuai dengan tata cara coding pada ICD-10.
DepKes RI. 2006. Pengelolaan Rekam
Medis Rumah Sakit Di Indonesia
Revisi II, Jakarta.
Dalam menentukan kode penyakit, petugas
koding memperhatikan tunjuk silang (cross
references) juga mengikuti inclusion dan
Hatta, Gemala. 2010. Pedoman Manajemen
Informasi Kesehatan di Sarana
Pelayanan Kesehatan. Edisi Revisi.
Jakarta : Universitas Indonesia (UIPress).
exclusion term dibawah kode atau dibawah
chapter untuk mendapatkan kode yang tepat.
Ketepatan
kode
Penyebab
Dasar
kematian di Rumah Sakit Umum Daerah
Hidayat, A A. 2010. Metode Penelitian
Kebidanan Teknik Analisis Data.
Jakarta : Salemba Medika.
Kota Salatiga triwulan IV tahun 2010
sebanyak 22 kode (78,57 %) dan kode yang
KepMenKes
RI.
Nomor
50/MENKES/SK/1/1998
tentang
Pemberlakuan Klasifikasi Statistik
Internasional Tentang Penyakit
Revisi Ke-10.
tidak tepat sebanyak 6 kode (21,43%).
Cara penentuan kode penyebab dasar
kematian di Rumah Sakit Umum Daerah
Kota Salatiga masih berdasarkan kode dari
Kumala,
diagnosis utama yang ditulis dokter dalam
status pasien, hal ini belum sesuai dengan
Poppy. 1998. Kamus saku
kedokteran dorland. Edisi 25.
Jakarta.
peraturan yang ada pada ICD-10 yaitu dalam
Mansjoer, Arief. 2001. Kapita Selekta
Kedokteran.
Media
Aesculapius FKUI: Jakarta.
(halaman: 421-425)
Notoatmodjo, Soekijdo. 2010. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Edisi
Revisi Pertama. Jakarta : PT
Rineka Cipta.
menentukan kode penyebab dasar kematian
petugas
haruslah
melakukan
reseleksi
dengan penerapan Rule, yang meliputi
penerapan Prinsip Umum, Rule 1, Rule 2
atau Rule 3.
PerMenKes
RI.
269/MenKes/Per/III/2008
Rekam Medis. Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Arief, TQ. 2004. Pengantar Metodologi
Penelitian Untuk Ilmu Kesehatan.
Surakarta : CSGF (The Community
of Self Help Group Forum). hal : 71
__
Nomor
tentang
Sudra, R I. 2008. Kompetensi Perekam
Medis. Diakses: 22 Maret 2012.
http://www.ranocenter.net/modules.
php?name=News&file=article&sid
=139
. 2009. Pengantar
Metodologi Penelitian Untuk Ilmu
Kesehatan. Surakarta : Lembaga
Pendidikan (LPP) UNS dan UPT
Penerbit dan Pencetakan UNS. hal :
45
Sugiyono. 2007. Statistika untuk penelitian.
Revisi terbaru. Bandung : CV
Alfabeta. Hal. 27
World
Arikunto, Suharsini. 2010. Prosedur
Penelitian(Suatu Pendekatan dan
Praktik) Edisi Revisi X. Jakarta :
PT Rineka Cipta.
95
Health
Organization,
2005.
International
Statistical
Clasification Of Diseases And
Related Health Problems(ICD-10,
Volume 1), Geneva.
_______________________,
2005.International
Statistical
Clasification Of Diseases And
Related Health Problems (ICD-10,
Volume 2), Geneva.
_______________________,
2005.
International
Statistical
Clasification Of Diseases And
Related Health Problems (ICD-10,
Volume 3), Geneva.
96