J01368

(1)

Kelola

Jurnal Manajemen Pendidikan Magister Manajemen Pendidikan FKIP Universitas Kristen Satya Wacana jurnalkelola@gmail.com

ISSN 2443-0544

Volume: 2, No.2, Juli - Desember 2015 Halaman: 127-138

PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR NEGERI KOTA SEMARANG

Ngatini

ngatini.dasiyo@yahoo.com

Alumni Program Pascasarjana Magister Manajemen Pendidikan FKIP-Universitas Kristen Satya Wacana

Bambang Ismanto

bambang.ismanto@staff.uksw.edu

Program Pascasarjana Magister Manajemen Pendidikan FKIP-Universitas Kristen Satya Wacana

ABSTRACT

This study aimed to know the management of school academic supervision activity that conducted by principal in the state primary school Pongangan, Gunungpati, Semarang area that included the planning, implementation, and the

follow-up to increacse teachers’ performace. This research was conducted with

qualitative descriptive method. The collecting data used interview, observation, and documentation. Research results revealed that (1) the planning of academic supervision by the principal at SDN Pongangan rated very good. (2) the implementation of academic supervision in SDN Pongangan a great fit the program, the schedule, the instruments that used according to the design, aspects that disupervisi votes had been lead on target academic supervision adapted to the needs of teachers and schools, the approach was with the program, academic supervision techniques used varied enough, the academic supervision of implementation constraints by the head of the school is the limited time; (3) the principal efforts made in the follow-up assessed academic supervision has been very good and hard-wired. Activities performed were: a) the beginning of each semester were held in groups/joint supervision of teachers meeting school/KKG school; b) performs the inverse to the teacher in order to reflect ourselves; c) implementing guidance on drafting/administration/creation of learning; d) emphasize on teachers that always paid attention to the discipline of work in carrying out the task of teaching as a teacher; e) provided guidance for teachers on how to teach in interesting and fun way; f) conducted coaching and guidance for teachers in the use of learning media, techniques/methods of teaching; g) provide a learning device formats that are new to the teacher, and taught how to fill them; g) For School Superintendent gave a complete written report in the end of years. Keywords: Management of Academic Supervision, Principal


(2)

PENDAHULUAN

Kualitas mutu pendidikan di sekolah merupakan tanggungjawab bersama antara kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan lainnya yang berada di sekolah. Kepala sekolah sebagai pemimpin di sekolah agar dapat menghasilkan pendidikan bermutu harus didukung oleh kompetensi kepribadian, manajerial, supervisi, sosial, dan kewirausahaan (Permendiknas Nomor 13 tahun 2007). Demikian halnya guru, ia harus memiliki empat kompetensi yang melekat dan kuat pada dirinya yaitu kompetensi kepribadian, sosial, pae-dagogik, dan profesional untuk dapat melak-sanakan tugas sebagai guru yang memiliki profesionalitas tinggi.

Kepala sekolah sebagai manajer dan supervisor mempunyai peran penting dalam menggerakan dan mengarahkan kompetensi profesional guru agar mumpuni dalam melak-sanakan pembelajaran. Sebagai manajer dan supervisor kepala sekolah dituntut mampu mengelola pelaksanaan supervisi akademik dengan baik.

Kegiatan supervisi akademik pada intinya adalah membina guru dalam mening-katkan mutu proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan amanat Permendiknas nomor 41 tahun 2007, yaitu Tentang Standar Proses Untuk Pendidikan Dasar Dan Menengah, yang me-nyatakan bahwa salah satu dimensi kompetensi kepala sekolah/madrasah adalah supervisi akademik yang nantinya guru akan memperoleh bimbingan dari kepala sekolah secara langsung.

akademik adalah supervisi yang menitik beratkan pengamatan pada masalah akademik, yaitu yang langsung berada dalam lingkup kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru untuk membantu siswa ketika sedang dalam proses belajar. Terkait dengan supervisi akademik Suharsimi (2004: 13) menegaskan bahwa supervisi akademik mempunyai fungsi sebagai kegiatan meningkatkan mutu pem-belajaran, sebagai pemicu atau penggerak terjadinya perubahan pada unsur-unsuryang terkait dengan pembelajaran, dan sebagai kegiatan memimpin dan membimbing.Dari dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa supervisi akademik adalah pengawasan dari atasan kepada guru yang fungsinya untuk mem-bantu guru dalam melaksanakan pembelajaran sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang ditentukan.

Menurut Mulyasa (2013: 249), supervisi akademik adalah bantuan profesional kepada guru, melalui siklus perencanaan yang siste-matis, pengamatan yang cermat dan umpan balik yang objektif dan segera. Pendapat ter-sebut sesuai dengan pendapat Suharsimi (2004:5) yang menyatakan bahwa supervisi

Hersey dan Blanchard dalam Sudjana (2000:17) memberi arti pengelolaan sebagai “Management as working with and through individual and groups to accomplish organizational goals” (pengelolaan merupakan kegiatan yang dilakukan bersama dan melalui orang-orang serta kelompok dengan maksud untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi). Sedang Sumijo Soebedjo dalam Sudjana (2000:17) mengemukakan bahwa “Management the process of planning, organizing, leading, and controlling the efforts of organizing members and of using all other organizational resources achieve statet organizational goals”. Kalau kita simpulkan dari kedua pengertian di atas konsep manajemen atau pengelolan merupakan serangkaian kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, mengge-rakkan, mengendalikan dan mengembangkan secara inovatif terhadap segala upaya dalam mengatur dan mendayagunakan sumber daya manusia, sarana prasarana secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi yang


(3)

telah ditetapkan.

Berdasarkan hal di atas maka penger-tian pengelolaan mengandung unsur usaha dan proses. Usaha ditunjukkan oleh kemauan kepala sekolah, tenaga edukatif dan tenaga administratif yang terlibat, sedangkan proses ditunjukkan oleh jalannya usaha dalam rangka pencapaian tujuan di sekolah. Usaha dan proses tersebut berupa kegiatan-kegiatan pengelolaan, seperti perencanaan, pengorgani-sasian, pengarahan dan pengendalian. Berdasar-kan proses-proses yang dikedepanBerdasar-kan oleh para ahli manajemen tersebut, maka Suryobroto (2004:33) mengabstrasikan bahwa pengelolaan/ manajemen menjadi empat proses yaitu:

planning, orginizing, actuating, dan controling. Hal senada disampaikan pula oleh Pidarta (2004: 13) memberikan penjelasan bahwa empat fungsi pengelolaan yakni merencanakan, mengorganisasi, memotivasi dan mengontrol. Menurut Suryobroto (2004: 35) pengelolaan pendidikan mengandung pengertian proses untuk mencapai tujuan pendidikan. Proses itu dimulai dari perencanaan, pengor-ganisasian, pengarahan, dan pemantauan.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengelolaan adalah suatu usaha yang dilakukan secara bersama-sama untuk menentukan dan mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengawasan (controlling). Manajemen dibutuh-kansetidaknya untuk mencapai tujuan, menjaga keseimbangan di antara tujuan-tujuan yang saling bertentangan, dan untuk mencapai efisiensi dan efektivitas.

Dirjen PMPTK(2014:164). Supervisi akademik tidak terlepas dari penilaian kinerja guru dalam mengelola pembelajaran. Sergiovanni (1987) menegaskan bahwa refleksi praktis penilaian kinerja guru dalam supervisi akademik adalah melihat kondisi nyata kinerja guru dalam proses pembelajaran, antara lain untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul: Apa yang sebenarnya terjadi di dalam kelas? apa yang sebenarnya dilakukan oleh guru dan peserta didik di dalam kelas? Aktivitas-aktivitas mana dari keseluruhan aktivitas di dalam kelas itu yang bermakna bagi guru dan peserta didik?Apa yang telah dilakukan oleh guru dalam mencapai tujuan akademik? Apa kelebihan dan kekurangan dan bagaimana cara mengembangkannya? Berdasarkan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan ini akan diperoleh informasi mengenai kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Namun satu hal yang perlu ditegaskan di sini, bahwa setelah melakuakan penilaian kinerja bukan berarti selesailah pelaksanaan supervisi akademik, melainkan harus dilanjutkan dengan tindak lanjutnya berupa pembuatan program tindak lanjut.

Dalam kaitannya dengan manajemen dan kepemimpinan kepala sekolah, supervisi lebih ditekankan pada pembinaan dan pening-katan kemampuan dan kinerja tenaga kepen-didikan/guru di sekolah dalam melaksanakan pembelajaran. Untuk memahami dan wawasan yang lebih luas tentang supervisi, dalamCarter Good’s Dictionary of Education dikemukakan definisi supervisi sebagai berikut: Segala usaha pejabat sekolah dalam memimpin guru-guru dan tenaga kependidikan lainnya, untuk memperbaiki pengajaran, termasuk mensti-mulasi, menyeleksi pertumbuhan dan per-kembangan jabatan guru-guru, menyeleksi, dan merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan pengajaran dan metode-metode mengajar serta evaluasi pengajaran.

Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membuat guru untuk mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajar-an untuk mencapai tujupembelajar-an pembelajarpembelajar-an (Daresh,1989, Glickman, et al; 2007), dalam


(4)

Pada hakikatnya supervisi mengandung beberapa kegiatan pokok, yaitu pembinaan yang kontinyu, pengembangan kemampuan profesional personel, perbaikan situasi belajar mengajar, dengan sasaran akhir pencapaian tujuan pendidikan dan pertumbuhan pribadi peserta didik. Dengan kata lain, dalam supervisi ada proses pelayanan untuk membantu atau membina guru-guru. Pembinaan ini menyebab-kan perbaimenyebab-kan atau peningkatan kemampuan profesional guru, kemudian selanjutnya ditrans-fer ke dalam perilaku mengajar sehingga tercip-tanya situasi belajar mengajar yang lebih efektif dan pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Jadi pengertian supervisi lebih difokuskan kepada upaya memberi layan-an dlayan-an blayan-antulayan-an, baik secara individual maupun secara kelompok dalam usaha memperbaiki pengajaran, sehingga guru dan tenaga kepen-didikan lainnya merasakan bimbingan dari seorang supervisor, bukan sebagai hubungan antara atasan dengan bawahan tetapi suatu hubungan kemanusiaan.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa supervisi akademik adalah bantuan profesional yang diberikan kepala sekolah pada guru yang merupakan serangkaian kegiatan pada guru untuk dapat mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.

Tujuan supervisi akademik antara lain membantu guru-guru,(1) mengembangkan proses belajar mengajar, (2) menerjemahkan kurikulum ke dalam bahasa belajar mengajar,(3) melihat tujuan pendidikan membimbing pengalaman belajar mengajar, menggunakan sumber dan metode mengajar, memenuhi kebutuhan belajar dan menilai kemajuan siswa, membina moral kerja, menyesuaikan diri, dan (4) membantu mengembangkan profesional guru.

Teknik supervisi akademik terdiri atas dua macam, yaitu teknik supervisi individual dan teknik supervisi kelompok. Prosedur supervisi akademik merupakan rangkaian kegiatan supervisi untuk memberikan bantuan dan bimbingan kepada kepala sekolah dan guru agar termotifasi melakukan perbaikan-perbaikan yang diperlukan dalam bidang akademik dengan cara memilih pendekatan, metode, dan teknik supervisi yang tepat sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Prosedur pelaksanaan supervisi akademik terdiri atas: 1) Tahap per-siapan meliputi: (a) menyiapkan instrumen dan (b) menyiapkan jadwal bersama, 2) Tahap Pelaksanaan, yaitu pelaksanaan observasi supervise baik secara langsung maupun tidak langsung, 3) Tahap Pelaporan, meliputi; (a) mengidentifikasi hasil pengamatan pada saat observasi, (b) menganalisis hasil supervise, (c) mengevaluasi bersama antara supervisor dengan kepala sekolah dan guru, (d) membuat catatan hasil supervisi yang didokumentasikan sebagai laporan, 4) Tahap Tindak Lanjut, meliputi: (a) mendiskusikan dan membuat solusi bersama, (b) memberitahukan hasil pelaksana-an supervisi akademik, dpelaksana-an (c) mengkomuni-kasikan hasil pelaksanaan supervisi akademik antara kepala sekolah dan guru.

Top Bottom of FormKepala sekolah dalam kedudukan dan tanggung jawabnya sebagai supervisor melaksanakan program tindak lanjut hasil supervisi dilakukan sebagai-mana tercantum dalam Permendikbud Nomor 65 tahun 2013 tentang Standar Proses meliputi: (a) memberi penguatan dan penghargaan kepada guru yang menunjukkan kinerja yang memenuhi standar, (b) memberi kesempatan kepada guru untuk mengikuti program pengembangan keprofesionalan berkelanjutan. Pelaksanaan tindak lanjut yang dilakukan kepala sekolah menganalisis kelemahan dan


(5)

kekuatan guru dengan alat instrumen penilaian kinerja guru (IPKG), sehingga hasil analisis catatan supervisor dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan kompetensi guru dalam melaksanakan pembelajaran, meningkatkan profesional guru. Dari umpan balik itu pula tercipta suasana komunikasi yang harmonis, memberi kesempatan untuk mendorong guru memperbaiki kinerjanya kegiatan sebagai berikut:a). Pembinaan langsung, pembinaan ini dilakukan terhadap hal-hal yang bersifat khusus, yang perlu perbaikan dengan segera dari hasil analisis supervisi, pembinaan dapat dilakukan melalui pemberian contoh, diskusi, konsultasi, atau pengadakan pelatihan. b) Pembinaan tidak langsung adalah hal-hal yang bersifat umum dari hasil analisis supervisi.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa tindak lanjut supervisi akademik adalah tindakan yang dilakukan kepala sekolah setelah hasil dari supervisi akademik dilakukan yang tujuannya untuk memperbaiki kekurangan dan kelemahan guru yang diperoleh dari proses pembelajaran yang dilakukan.

Dari hasil pengamatan peneliti di lapangan bahwa supervisi akademik kepala sekolah di Gugus Ibu Kartini Gunungpati Semarang secara umum ditemukan beberapa kelemahan bahwa supervisi akademik kepala sekolah di Gugus Ibu Kartini Gunungpati Semarang belum berjalan dengan baik, diantaranya kepala sekolah belum memahami tugasnya sebagai supervisor. Dalam melakukan supervisi belum melakukan tahapan yang benar yaitu dengan perencanaan program supervisi akademik, pelaksanaan program supervisi akademik, dan tindak lanjut hasil supervisi akademik.

belum optimal dalam menjalankan profesinya, sebagai guru terutama dalam memahami lan-dasan kependidikan, belum melakukan pe-ngembangan kurikulum atau silabus, belum sempurnanya membuat perencanaan pembe-lajaran, belum optimal dalam melaksanakan pembelajaran, belum optimal dalam melak-sanakan evaluasi hasil belajar, hal ini meng-akibatkan mutu pendidikan belum optimal. Fenomena masih belum optimalnya mutu proses pembelajaran di Gugus Ibu Kartini, diperoleh melalui hasil studi pendahuluan dan diskusi yang dilakukan oleh penulis terhadap sesama kepala sekolah dan guru-guru di Gugus Ibu Kartini.

Melihat fenomena yang terjadi sebagai-mana dijelaskan di atas, tentu dapat diprediksi bahwa mutu pendidikan sekolah dasar menjadi terabaikan, karena salahsatu kriteria pencapaian mutu pendidikan adalah sumber daya kepala sekolah dan guru.

SDN Pongangan Kecamatan Gunung-pati Kota Semarang sebagai SD Inti sangat menarik untuk dijadikan objek penelitian dalam rangka membuktikan asumsi penulis. Penulis mencoba mencari pemecahan dengan me-lakukan kajian lapangan tentang pengelolaan supervisi akademik dengan melakukan penelitian di SDN Pongangan Gunungpati Kota Semarang

METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode diskriptif. Proses penelitian menggunakan pendekatan kualitatif bersifat fenomenologis yaitu menyelidiki suatu fenomena sosial atau masalah manusia. Menurut Sugiyono (2009:1), penelitian kualitatif yaitu suatu metode yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), sifat analisis data dan hasil pene-Demikian halnya dengan guru-guru di


(6)

litian kualitatif lebih menekankan makna dari-pada generalisasi. Tujuan dari penelitian kualitatif deskriptif ini dimaksudkan untuk mendiskripsikan permasalahan yang ada pada suatu penelitian sehingga akan diperoleh pemecahan permasalahnya dalam hal ini berhubungan dengan pengelolaan supervisi akademik oleh Kepala Sekolah di SDN Pongangan Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.

Subjek pada penelitian ini adalah Kepala Sekolah SDN Pongangan Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Lokasi penelitian yaitu di SDN Pongangan Kecatam Gunungpati Kota Semarang. Dipilihnya SDN Pongangan sebagai objek dan lokasi penelitian karena sekolah tersebut merupakan SD inti yang nantinya hasil penelitian dapat dikembangkan dan direkomendasi untuk sekolah itu sendiri dan sekolah imbas.

Teknik pengumpul data merupakan langkah yang paling penting dalam penelitian. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai cara dan berbagai sumber. Sumber data dapat menggunakan sumber primer, dan sumber data sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang diperoleh dari pihak yang langsung berhubungan dengan permasalahan, sedangkan data primer adalah sumber data dari pihak/sumber lain yang berfungsi untuk penguatan ataucrosschek.

Ditinjau dari segi tata cara atau teknik pengumpul data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan wawancara (interview), observasi (pengamatan), doku-mentasi dan gabungan ketiganya. Berdasarkan sifat penelitian kualitatif maka data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri data primer dan data sekunder, dengan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara: Wawancara, Pengamatan (Observasi) dan

Dokumentasi dan Arsip.

Setelah diperoleh data, maka data dianalisisis. Pada penelitian ini analisis data menggunakan model interaktif, yaitu me-ngumpulkan data dengan model analisis interaktif ada tiga komponen utama analisis, yaitu reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan ber-langsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga data yang diperoleh sampai titik jenuh. Untuk memperjelas model analisis interaktif dapat digambarkan dengan skema sebagai berikut:

HASIL PENELITIAN

Perencanaan merupakan syarat bagi setiap organisasi atau lembaga dalam melaku-kan kegiatan, baik perorangan maupun kelompok. Perencanaan merupakan keharusan untuk melakukan kegiatan pelaksanaan. Perencanaan pada penelitian ini adalah tentang perencanaan program supervisi akademik yang dilakukan oleh kepala sekolah yang ditinjau dari tujuan, sasaran, langkah-langkah, dan waktu yang ditetapkan.

Program perencanaan yang digunakan dalam pengelolaan supervisi akademik di SDN Pongangan dilaksanakan dengan cara meng-koordinasikan lewat rapat dengan semua guru untuk menentukan dasar atau landasan dalam menyusun perencanaan supervisi, menyusun jadwal rencana supervisi akademik, memahami tujuan dari supervisi yang dilakukan nantinya. Dengan panduan kalender pendidikan yang di buat kepala sekolah dan menyiapkan buku-buku sebagai sarana pendukung yang diperlukan. Kegiatan riilnya berupa penyusunan program supervisi akademik, pelaksanaan pembelajaran serta rencana evaluasi dan tindak lanjut. Sedang mekanisme melalui rapat guru


(7)

untuk mensosialisasikan program supervisi akademik yang akan dilakukan kepala sekolah. Perencanaan supervisi akademik di SDN Pongangan Gunungpati ini tentunya dilakukan dengan langkah-langkah yang terstruktur serta supervisi akademik ini memiliki aspek atau materi yang harus diketahui kepala sekolah dan guru sehingga dapat disupervisi. Dalam perencanaan supervisi akademik yang dilakukan kepala sekolah SDN Pongangan Kecamatan Gunungpati Kota Semarang adalah sebagai berikut: 1) Kepala Sekolah melakukan analisis hasil supervisi tahun lalu, 2) Menyusun program, jadwal dan instrument, 3) melakukan sosialisasi kepada guru, 4) melaksanakan supervisi manajerial dan akademik, 5) melak-sanakan tindak lanjut (refleksi, pembinaan dan penyusunan laporan), 6) pembuatan dilakukan pada awal tahun pelajaran baru hal tersebut dimaksudkan karena awal semester pada bulan ke dua supervisi akademik tersebut akan atau sudah harus digunakan, 7) menganalisis hasil dari pelaksanaan tahun lalu, 8) mengadakan pertemuan dengan guru untuk berdiskusi, 9) menyusun program atau rencana, dan 10) kepala sekolah menanyakan kepada guru aspek atau materi yang perlu disupervisi akademik ini meliputi aspek manajerial yaitu administrasi kelas dan pembelajaran dan aspek akademis yaitu perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran.

Pelaksanaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan rencana menjadi tindakan nyata dalam rangka mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Rencana yang telah disusun akan mempunyai nilai jika dilaksanakan dengan efektif dan efisien. Dalam pelaksanaan, setiap organisasi harus memiliki kekuatan yang mantap dan meyakinkan sebab jika tidak kuat, maka proses pendidikan yang diinginkan sulit terealisasi.

Pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan oleh Kepala Sekolah di SDN Pongangan Kecamatan Gunungpati Kota Semarang ini menggunakan langkah-langkah yang telah terstruktur dan waktu pelaksanaan yang sudah direncanakan sebelumnya sehingga nantinya akan mampu menghasilkan hasil supervisi yang maksimal dan optimal. Langkah-langkah yang dilakukan kepala sekolah dalam pelaksanaan supervisi akademik di SDN Pongangan Kecamatan Gunungpati Kota Semarang ini antara lain adalah 1) mengadakan pertemuan awal dengan guru, 2) menyampaikan instrument untuk disepakati, 3) melakukan pemantauan dokumen pembelajaran atau administrasi kelas, 4) melaksanakan pengamat-an atau observasi pembelajarpengamat-an, 5) mengada-kan balimengada-kan guna melakumengada-kan refleksi. Kemudian waktu dalam pelaksanaan supervisi akademik di SDN Pongangan Gunungpati ini yaitu: 1) pada awal semester pertama dan kedua, hal ini dimaksudkan sebagai alat formatif untuk mengadakan pembinaan dan PKB, dan 2) Akhir tahun pelajaran, yaitu sebagai penilaian formatif PKG.

Tindak lanjut supervisi akademik adalah suatu kegiatan yang dilakukan kepala sekolah yang berguna untuk menganalisis kelemahan dan kekuatan guru dengan alat instrumen penilaian kinerja guru (IPKG), sehingga hasil analisis catatan supervisor dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan kompetensi guru dalam melaksanakan pembelajaran, meningkatkan profesional guru.

Kepala Sekolah dalam menindak lanjuti pelaksanaan supervisi akademik tentunya dilakukan dengan serinci mungkin.Hal tersebut dilakukan supaya hasil yang diperoleh nantinya dapat sesempurna yang diinginkan. Begitu pula dalam mengatasi hambatan dalam pelaksanaan supervisi akademik di SDN Pongangan Gunungpati Semarang kepala sekolah harus


(8)

mampu mengatasinya dengan semaksimal mungkin. Tindak lanjut supervisi akademik kepala sekolah di SDN Pongangan Gunungpati Semarang adalah dengan melakukan balikan kepada guru baik dalam catatan instrumen maupun pembinaan cara langsung maupun tidak langsung kepada guru dan pembinaan melalui rapat sekolah dan juga melakukan refleksi.

PEMBAHASAN

Perencanaan supervisi akademik yang dilakukan kepala sekolah SDN Pongangan Kecamatan Gunungpati Kota Semarang adalah sebagai berikut: 1) Kepala Sekolah melakukan analisis hasil supervisi tahun lalu, 2) Menyusun program, jadwal dan instrumen, 3) melakukan sosialisasi kepada guru, 4) melaksanakan supervisi manajerial dan akademik, 5) melak-sanakan tindak lanjut (refleksi, pembinaan dan penyusunan laporan), 6) pembuatan dilakukan pada awal tahun pelajaran baru hal tersebut dimaksudkan karena awal semester pada bulan ke dua supervisi akademik tersebut akan atau sudah harus digunakan, 7) menganalisis hasil dari pelaksanaan tahun lalu, 8) mengadakan pertemuan dengan guru untuk berdiskusi, 9) menyusun program atau rencana, dan 10) kepala sekolah menanyakan kepada guru aspek atau materi yang perlu disupervisi akademik ini meliputi aspek manajerial yaitu administrasi kelas dan pembelajaran dan aspek akademis yaitu perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran.

Perencanaan supervisi akademik di SDN Pongangan Kecamatan Gunungpati ini selain perlu menyusun program supervisi tentunya juga perlu menyusun instrumen supervisi yang gunanya untuk melihat bagaimana kesiapan guru dalam pelaksanaan supervisi yang akan dilaksanakan nantinya. Instrumen tersebut biasanya berupa instrumen cek list yang akan

dibuat oleh supervisor sendiri yaitu kepala sekolah untuk melihat apakah semua persiapan guru dalam pembelajaran sudah sesuai atau belum seperti penyusunan Silabus, RPP, alata peraga pembelajaran, media pembelajaran dan lain sebagainya.

Berdasarkan hasil penelitian menunjuk-kan bahwa aktivitas perencanaan supervisi akademik yang dilakukan oleh kepala sekolah menekankan pada tujuan yang berorientasi pada peningkatan profesionalisme dan pening-katan kualitas guru dalam pembelajaran. Selain itu sasaran supervisi akademik sudah ber-dasarkan permasalahan dan karateristik permasalahan yang dihadapai guru.

Peran kepala sekolah dalam membina guru atau yang lebih dikenal dengan istilah supervisi pendidikan/pengajaran, kedudukan-nya sangat strategis dalam rangka meningkatkan kemampuan profesionalisme guru khususnya dalam kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini, kepala sekolah diharapkan mampu membim-bing, membina, dan mendorong guru dalam memecahkan problematika kegiatan belajar mengajar yang dihadapi guru. Hal ini sebagai-mana yang dijelaskan oleh Syaiful Sagala (2010: 95) yaitu kegiatan supervisi menaruh perhatian utama pada bantuanyang dapat meningkatkan kemampuan profesional guru. Kemampuan professional ini tercermin pada kemampuan guru memberikan bantuan belajar kepada muridnya, sehingga terjadi perubahan perilaku akademik pada siswanya.

Pelaksanaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan rencana menjadi tindakan nyata dalam rangka mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Rencana yang telah disusun akan mempunyai nilai jika dilaksanakan dengan efektif dan efisien. Dalam pelaksanaan, setiap organisasi harus memiliki kekuatan yang mantap dan meyakinkan sebab jika tidak kuat, maka


(9)

proses pendidikan yang diinginkan sulit terealisasi.

Pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah terhadap pembelajaran di SDN Pongangan Kecamatan Gunungpati Kota Semarang ini adalah 1) menyusun jadwal pelak-sanaan, 2) melakukan koordinasi kesepakatan dengan guru, 3) melaksanakan supervisi sesuai jadwal, 4) menganalisis hasil supervisi, 5) menyusun laporan, 6) mengadakan pertemuan awal dengan guru, 7) menyampaikan instrumen untuk disepakati, 8) melakukan pemantauan dokumen pembelajaran atau administrasi kelas, 9) melaksanakan pengamatan atau observasi pembelajaran, dan 10) mengadakan balikan guna melakukan refleksi.

Supervisi juga dilaksanakan oleh supervisor secara konstruktif dan kreatif dengan cara mendorong inisiatif guru untuk ikut aktif menciptakan suasana kondusif yangdapat membangkitkan suasana kreativitas peserta didik dalam belajar. Pendapat senada disampai-kan oleh Ali Imron (2011: 23) mengartidisampai-kan bahwa supervisi pembelajaran adalah bantuan dalam wujud layanan profesional yang diberikan oleh orang yang lebih ahli dalam rangka peningkatan kemampuan profesional, terutama dalam proses belajar mengajar.

Melalui kegiatan supervisi tersebut diharapkan proses belajar mengajar, yang di dalamnya melibatkan guru dan siswa, melalui serangkaian tindakan, bimbingan dan arahan akan menjadi baik. Proses belajar mengajar akan baik pencapaiannya antara lain melalui peningkatan kemampuan profesional guru tersebut diharapkan memberikan kontribusi bagipeningkatan mutu pendidikan.

Aspek-Aspek yang disupervisi oleh Kepala Sekolah adalah aspek perencanaan, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, dan kegiatan tindak lanjut.Aspek perencanaan

pembelajaran, yakni program/materi supervisi yang berhubungan/berkaitan dengan adminis-trasi guru meliputi: program tahunan,program semester, silabus, RPP, KKM, kalender pendidikan, jadwal tatap muka,agenda harian, daftar nilai, dan absensi siswa. Pada komponen pelaksanaan pembelajaran, kegiatan supervisi diarahkan pada kemampuan guru dalam mengelola kelas, dimulai dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada aspek pelaksanaan supervisi akademik kepala SDN Pongangan telah melaksanakan supervisi dengan baik karena telah melaksanakan sesuai prinsipi supervisi akademik berorientasi pada permasalahan dan kebutuhan guru, dalam rangka peningkatan kemampuan dan kualitas pembelajaran. Pendekatan sesuai tujuan dan permasalahan. Kesemuanya dilakukan dengan berbagai tehnik dengan kunjungan kelas, pertemuan pribadi, kelompok melalui rapat serta dengan meman-faatkan informasi dari guru lain, siswa dan orangtua. Kesemuanya dibingkai dalam pelaksanaan supervisi kolegial familier

sebagaimana dinyatakan kepala sekolah. Tindak lanjut supervisi akademik adalah suatu kegiatan yang dilakukan kepala sekolah yang berguna untuk menganalisis kelemahan dan kekuatan guru dengan alat instrumen penilaian kinerja guru (IPKG), sehingga hasil analisis catatan supervisor dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan kompetensi guru dalam melaksanakan pembelajaran, meningkatkan profesional guru.

Tindak lanjut supervisi akademik kepala sekolah di SDN Pongangan Gunungpati Semarang adalah dengan melakukan balikan kepada guru baik dalam catatan instrumen maupun pembinaan cara langsung maupun tidak langsung kepada guru dan pembinaan melalui


(10)

rapat sekolah dan juga melakukan refleksi. Tindak lanjut pada pelaksanan supervisi akademik kepala sekolah di SDN Pongangan Kecamatan Gunungpati Kota Semarang ini dilakukan untuk melengkapi kekurangan dari supervisi yang telah dilaksanakan sebelumnya. Proses tindak lanjut yang dilakukan dalam supervisi akademik di SDN Pongangan Kecamatan Gunungpati Kota Semarang ini adalah dengan mengadakan pelatihan/ workshop pada guru yang disupervisi, kepala sekolah memberikan pengarahan pada guru yang disupervisi pada tiap akhir semester atau pada akhir bulan yang gunanya untuk mening-katkan kemampuan guru dalam pelaksanaan proses kegiatan belajar mengajar.

Kegiatan tindak lanjut adalah kegiatan supervisi diarahkan pada pembimbingan dan penilaian profesional guru, dan dilakukan upaya perbaikan mutu pendidikan melalui supervisi administrasi penilaian pembelajaran dengan jalan pembimbingan guru sebagairefleksidan

feedbackhasil penilaian kinerja.

Dilihat dari pendekatannya, pengawas dalam melakukan kegiatan supervisi menerap-kan tiga model pendekatan, yakni: menggunamenerap-kan pendekatan kedinasan, pendekatan sebagai mitra kerja, dan pendekatan cara kekeluar-gaan. Sedangkan dilihat dari teknik, pengawas menerapkan atau melaksanakan kegiatan supervisedengan teknik-teknik yang cukup bervariasi. Teknik-teknik kegiatan supervisi kepala sekolah yang dapat diidenifikasi antara lain: teknik diskusi kelompok atau rapat supervisi, teknik pertemuan individual, dan teknik kunjungan kelas/lapangan.

Keadaan ini menunjukkan bahwa kepala sekolah telah memiliki keterampilan yang cukup baik dalam melakukan tugasnya sebagai supervisor pengajaran. Dengan demikian maka keterampilan yang dimiliki

kepala sekolah tersebut merupakan salah satu kekuatan yang dimiliki sekolah dalam rangka meningkatkan kemampuan guru dalam hal mengelola pembelajaran, sehingga pada gilirannya dapat pula meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran.

Kepala sekolah SDN Pongangan dalam menjalankan fungsinya sebagai supervisor pendidikan tidak dapat dilepaskan dari beberapa kendala baik secara internal maupun eksternal. Secara internal kendala-kendala kegiatan supervisi dapat diidentifikasi menjadi dua jenis, yakni kendala yang berhubungan dengan teknis dan kendala yang bersifat non-teknis. Secara teknis kendala pengawas dalam mengadakan kegiatan supervisi yaitu kendala yang berhubungan dengan kemampuan atau keterampilan sebagai supervisor, sedangkan kendala yang bersifat non-teknis diantaranya adalah jika kepala sekolah sakit sementara guru-guru yang lain kurang respon, maka jadwal kegiatan supervisi menjadi terganggu.

Upaya yang dilakukan kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi akademik dapat berjalan dengan baik dan lancar adalah berkat kemampuan yang dimiliki oleh kepala sekolah yang selalu membina atau membangun komunikasi yang baik dengan para guru. Hasil supervisi akademik dievaluasi dan dianalisis untuk kemudian didiskusikan dan diinterpretasi-kan melalui rapat. Sikap guru terhadap hasil supervisi merespon dengan baik bahkan untuk ke depan bisa diberikan bimbingan lebih baik. Selain itu hasil dilaporkan kepada pengawas sebagai bukti pelaksanaan supervisi. Dengan demikian berdasarkan hasil penelitian dan kajian teori bahwa aspek tindak lanjut supervisi akademik yag dilakukan oleh kepala sekolah SDN Pongangan sangat baik.


(11)

SIMPULAN DAN SARAN

Perencanaan supervisi akademik yang dilakukan kepala sekolah SDN Pongangan Kecamatan Gunungpati Kota Semarang adalah sebagai berikut: 1) Kepala Sekolah melakukan analisis hasil supervisi tahun lalu, 2) Menyusun program, jadwal dan instrumen, 3) melakukan sosialisasi kepada guru, 4) melaksanakan supervisi manajerial dan akademik, 5) melak-sanakan tindak lanjut (refleksi, pembinaan dan penyusunan laporan), 6) pembuatan dilakukan pada awal tahun pelajaran baru hal tersebut dimaksudkan karena awal semester pada bulan ke dua supervisi akademik tersebut akan atau sudah harus digunakan, 7) menganalisis hasil dari pelaksanaan tahun lalu, 8) mengadakan pertemuan dengan guru untuk berdiskusi, 9) menyusun program atau rencana, dan 10) kepala sekolah menanyakan kepada guru aspek atau materi yang perlu disupervisi akademik ini meliputi aspek manajerial yaitu administrasi kelas dan pembelajaran dan aspek akademis yaitu perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran.

Pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah terhadap pembelajaran di SDN Pongangan Kecamatan Gunungpati Kota Semarang ini antara lain adalah 1) menyusun jadwal pelaksanaan, 2) melakukan koordinasi kesepakatan dengan guru, 3) melaksanakan supervisi sesuai prosedur, prinsip, dan jadwal, 4)menganalisis hasil supervisi, 5) menyusun laporan, 6) mengadakan pertemuan awal dengan guru, 7) menyampaikan instrumen untuk disepakati, 8) melakukan pemantauan dokumen pembelajaran atau administrasi kelas, 9) melaksanakan pengamatan atau observasi pembelajaran, dan 10) mengadakan balikan guna melakukan refleksi.

Tindak lanjut supervisi akademik kepala sekolah di SDN Pongangan Gunungpati

Semarang adalah dengan melakukan balikan kepada guru baik dalam catatan instrument maupun pembinaan cara langsung maupun tidak langsung kepada guru dan pembinaan melalui rapat sekolah dan juga melakukan refleksi.

Ada beberapa saran yang dapat peneliti sampaikan berdasarkan hasil penelitian yaitu: Bagi Peneliti selanjutnya, diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan wawasan dan pengetahuan dalam melaksanakan kegiatan supervisi akademik. Bagi Kepala sekolah, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan rujukan dalam menyusun program, melaksana-kan program dan mengevaluasi program supervisi akademik di sekolah. Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam melaksana-kan kegiatan pembelajaran yang berkualitas. Bagi Pengawas, penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan dan masukan serta wawasan kepada guru dalam pelaksanaan supervisi akademik yang akan dilakukan berikutnya. Pihak-pihak yang terkait lainnya, diharapkan dapat menyusun strategi dan program peningkatan profesionalisme guru sekolah dasar.

DAFTAR PUSTAKA

Atmodiwiryo, Soebagio. 2011.Manajemen Pengawasan dan Supervisi Sekolah. Jakarta: Ardadizya Jaya.

Darmadi, Hamid. 2011.Methode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Daryanto, Haji. 2010.Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Irawan, Prasetya. 2007.Peneltian Kualitatif & Kuantitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: DIA FISIP Universitas Indonesia.


(12)

Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah. 2011. Supervisi Akademik. Surakarta.

Makawimbang, Jerrry H. 2011.Supervisi Dan Peningkatan Mutu Pendidikan. Bandung: Alpabeta.

Mulyasa, E. 2011. Manajemen dan Kepe-mimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Mulyasa, E. 2006. Menjadi Kepala Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mulyono. 2008.Manajemen Administrasi.

Ar-Ruzz Media: Yogyakarta.

Muhroji, dkk. 2004.Manajemen Pendidikan: Pedoman bagi Kepala Sekolah Dan Guru. Surakarta: University Muhamma-diyah Press.

Pidarta, M. 2004. Manajemen Pendidikan Indonesia. Rineka Cipta: Bandung. Purwanto, Ngalim. 2010.Administrasi dan

Supervisi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Sagala, Saeful. 2010. Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Sahertian, A, Piet.2006.Konsep Dasar dan Teknik Supervisi. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Satori, Djama’an. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta .

Suryosubroto, B. 2004.Manajmen Pendidikan di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta. Slameto. 2009. Manajemen Pendidikan.

Salatiga: Widyasari Press.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan RD. Bandung: Alpabeta. Sunjana, Nana. 2011. Supervisi Akademik Membina Profesianalisme Guru Melalui SupervisiKlinis. Jakarta: Bina Mitra Pulisting.


(13)

Kelola

Jurnal Manajemen Pendidikan

Magister Manajemen Pendidikan FKIP Universitas Kristen Satya Wacana jurnalkelola@gmail.com

ISSN 2443-0544

Volume: 2, No.2, Juli - Desember 2015 Halaman: 139-150

EVALUASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) DI SMP NEGERI BOJA KABUPATEN KENDAL

Rita Widjajanti

ritachristawijayanti@gmail.com

Alumni Program Pascasarjana Magister Manajemen Pendidikan FKIP-Universitas Kristen Satya Wacana

Bambang Suteng Sulasmono

bambang.sulasmono@staff.uksw.edu

Program Pascasarjana Magister Manajemen Pendidikan FKIP-Universitas Kristen Satya Wacana

ABSTRACT

The study aimed to evaluate 1) whether the PAKEM plan carried out as a fulfillment of the standardized goal-oriented learning plan. 2) The performance of PAKEM learning carried out looking into whether it is in accordance with the goal-oriented plans. 3) The outputs of PAKEM learning, measured by the achievement of the learning objectives. The research conducted here has applied an evaluative approach using both quantitative and qualitative methodology. This research was conducted in SMPN 2 Boja Kendal regency. The respondents assigned to the research were principal, 20 classroom teachers of IX grade and 30 students of class IX C. The data collection techniques used observation, documentation study and interview. The quantitative data analysis was conducted to gain the results of the data of observation and of studying the documents, whereas the qualitative data analysis was carried out to examine the results of the interviews. The research showed that (1) the PAKEM learning plan carried out had

fulfilled the standardized goal-oriented learning plan. Nevertheless, the teachers’

competence in selecting and making use of teaching media needs improving. Teachers as individuals or with the support of school may do this either. (2) The performance of PAKEM learning carried out has been done well in accordance with the goal-oriented plan because all the teachers have achieved good grades of teaching performance. However, to enhance their teaching performance, it is necessary for the teachers to improve their competence in making use of the available learning and teaching sources, teaching media and in assessing the students learning. (3) The outputs of PAKEM learning have been able to measure the goal achievement of learning. This has been proven by the fact that a lot of students have passed most of the school subjects (8 subjects) achieving grades higher than the minimum grades required to pass them. Referring to the minimum grade required to pass the subjects, only a few students have not passed 4 of them. Nevertheless, school needs to gradually raise the minimum passing grade in order to be equal to the national one.


(14)

PENDAHULUAN

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) menurut Mulyasa, (2014: 11) adalah suatu konsep yang menawarkan otonomi pada sekolah untuk menentukan kebijakan sekolah dalam rangka meningkatkan mutu, efisiensi dan pemerataan pendidikan agar dapat meng-akomodasi keinginan masyarakat setempat serta menjalin kerjasama yang erat antara seko-lah, masyarakat dan pemerintah Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) atauSchool Based Managementmerupakan model penyeleng-garaan pendidikan untuk mencapai mutu pen-didikan yang sesuai dengan paradigma desen-tralisasi. Masih menurut Mulyasa (2014: 24), MBS merupakan salah satu wujud dari refor-masi pendidikan yang menawarkan kepada sekolah untuk menyediakan pendidikan yang lebih baik dan memadai bagi para peserta didik. Otonomi dalam manajemen merupakan peluang bagi sekolah untuk meningkatkan kinerja staff, menawarkan partisipasi langsung kelompok-kelompok yang terkait, dan me-ningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pendidikan. Terdapat 3 (tiga) pilar dalam MBS yaitu: a) Manajemen sekolah, b) Pembelajaran Aktif Kreatif dan Menyenangkan (PAKEM), dan c) Peran serta masyarakat. Ketiga pilar MBS itu -manajemen sekolah, PAKEM, dan peran serta masyarakat- perlu terus dan semakin ditingkatkan guna mewujudkan pendidikan yang bermutu baik dalam hal kualitas pembelajaran, kurikulum, pendidik, tenaga kependidikan lainnya, maupun pelayanan pendidikan secara keseluruhan.

PAKEM adalah pendekatan yang memungkinkan peserta didik mengerjakan kegiatan beragam untuk mengembangkan ketrampilan, sikap, dan pemahamannya dengan penekanan belajar sambil bekerja. Sementara, guru menggunakan berbagai sumber dan alat

bantu belajar, termasuk pemanfaatan lingkungan, supaya pembelajaran lebih menarik, menye-nangkan, dan efektif (Asmani, 2013: 59). PAKEM berasal dari konsep bahwa pem-belajaran harus berpusat pada siswa (student centered learning) dan pembelajaran harus bersifat menyenangkan (learning is fun), agar mereka termotivasi untuk terus belajar sendiri tanpa diperintah dan agar mereka tidak merasa terbebani atau merasa takut (Rusman, 2010: 321). Lebih lanjut menurut Rusman (2010: 323), dalam model PAKEM guru dituntut untuk dapat melakukan kegiatan pembelajaran yang dapat melibatkan siswa melalui kegiatan-kegiatan yang partisipatif, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan yang pada akhirnya membuat siswa dapat menciptakan karya, gagasan, pendapat, ide atas hasil penemuannya dan usahanya sendiri, bukan dari gurunya.

SMP Negeri 2 Boja Kabupaten Kendal merupakan sekolah Standar Nasional yang sejak tahun 2010 sudah menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah. Sekolah ini sebenarnya sangat ideal untuk menjadi sekolah yang berprestasi, baik di bidang akademik maupun non akademik. Hal ini didukung dengan kondisi antara lain: 1) lokasi sekolah yang sangat strategis dan menjadi pilihan orang tua, 2) jumlah guru yang memenuhi syarat dalam jumlah, kualifikasi maupun kompetensinya, 3) guru mengajar sesuai bidangnya, 4) jumlah tenaga kependidikan yang memenuhi syarat baik kualifikasi dan kompetensinya, 5) ruang kelas yang cukup, ruang penunjang lainnya yang memenuhi syarat (ruang ketrampilan, perpustakaan, laboratorium, ruang media, tempat ibadah), 6) serta peralatan dan media pembelajaran yang cukup. Namun ketersediaan berbagai kondisi yang ideal tersebut belum seimbang dengan mutu/prestasi yang diperoleh oleh sekolah. Hal ini dibuktikan dengan nilai


(15)

ujian nasional yang fluktuatif dalam kurun tiga tahun terakhir, sebagaimana terlihat pada tabel berikut.

Hal di atas mengisyaratkan perlunya dilakukan evaluasi terhadap program MBS khususnya dalam aspek pembelajaran PAKEM di SMPN 2 Boja. Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui berbagai kendala dan kekurangan serta kelebihan proses pembelajar-an ypembelajar-ang berlpembelajar-angsung di SMPN 2 Boja selama ini. Mengingat tidak bisa dipastikannya sebuah program pembelajaran yang sama akan memberikan hasil yang sama pula pada tempat dan waktu yang berbeda. Tujuan diadakannya evaluasi program adalah untuk mengetahui pencapaian tujuan program dengan langkah mengetahui keterlaksanaan kegiatan program, karena evaluator program ingin mengetahui bagian mana dari komponen dan sub komponen program yang belum terlaksana dan apa sebabnya (Arikunto, 2008: 18).

Penelitian ini menggunakan ModelGoal Oriented Evaluation.Goal oriented evaluation

atau evaluasi yang berorientasi pada tujuan, merupakan sebuah model evaluasi yang menekankan peninjauan pada tujuan sejak awal kegiatan dan berlangsung secara berkesinam-bungan. Pada tahap perencanaan dalam PAKEM di SMPN 2 Boja Kabupaten Kendal, peneliti melakukan observasi terhadap proses perencanaan pembelajaran yang telah

dilakukan. Pengecekan ini dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan sehingga diketahui ketercapaian tujuan perencanaan program pembelajaran PAKEM. Pada tahap pelaksanaan, peneliti melakukan pantauan

No Tahun Ajaran Bhs Ind

Bhs

Ingg MTK IPA

Rata-rata

Peringkat Kab 1 2011/2012 8,39 5,63 6,37 7,25 6,91 19 2 2012/2013 7,88 5,57 6,48 5,92 6,46 5 3 2013/2014 7,50 5,87 5,10 5,74 6,05 15

Tabel 1 Hasil UN Siswa SMPN 2 Boja Tahun Ajaran 2011/2012 – 2013/2014

Sumber: Data diolah, 2015

terhadap proses pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan oleh guru di kelas. Pengecekan ini dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan sehingga diketahui ketercapaian tujuan pelaksanaan program pembelajaran PAKEM. Pada tahap evaluasi dalam PAKEM di SMPN 2 Boja Kabupaten Kendal, peneliti secara terus menerus dan berkesinambungan melakukan pantauan terhadap evaluasi pembelajaran yang telah dilakukan oleh guru seusai pembelajaran, baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil belajar.

Beberapa penelitian terdahulu yang memiliki relevansi dengan penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, penelitian Tri Wahyuningsih (2010) dengan judul Implemen-tasi MBS dalam Upaya Peningkatan Mutu Sekolah di SMPN 1 Purwokerto Tahun Ajaran 2010/2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program implementasi MBS mampu meningkatkan mutu pendidikan di sekolah yang meliputi SDM guru serta hasil belajar siswa secara bertahap dan berkelanjutan serta adanya kerjasama antar pihak secara intensif. Kedua, penelitian Blimpo dan Evans (2011) yang berjudul School-Based Management and Educational Outcomes: Lessons from a Randomized Field Experiment. Hasil


(16)

penelitian ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran menjadi lebih bernilai dengan hasil optimal jika dikelola secara efektif dan efisien dengan menerapkan model manajemen berbasis sekolah. Ketiga, penelitian Arifin (2007) dengan judul Penerapan Model PAKEM Dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran Gaya Gesekan Pada Siswa Kelas V SD Laboratorium Universitas Negeri Gorontalo.Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah model pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM) dapat diterapkan dalam meningkatkan mutu pembelajaran gaya gesekan pada peserta didik kelas V Sekolah Dasar Laboratorium Univer-sitas Negeri Gorontalo. Keempat, Ratam (2009) dalam penelitiannya yang berjudul

Pengaruh Pola Pembelajaran Aktif, Kreatif dan Menyenangkan (PAKEM) dan Motivasi Belajar terhadap Ketuntasan IPS Materi Sejarah siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Purbalingga, menemukan bahwa pola pembelajaran PAKEM lebih efektif dalam menolong siswa mencapai ketuntasan belajar dari pada pola konvensial. Kelima, Syaikhudin (2008) dalam penelitiannya yang berjudul Evaluasi Pelaksanaan Model Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) di Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Jejeran Bantul Yogyakarta, menunjuk-kan bahwa (1) 38% guru termasuk dalam kategori baik dan 14% sangat baik dalam hal pemahaman tentang pembelajaran PAKEM (2) 48% guru termasuk kategori baik dan 9% Guru masuk dalam kategori sangat baik dalam hal pelaksanaan pembelajaran PAKEM. Kelima penelitian di atas memiliki kesamaan yaitu berupa penelitian evaluatif terhadap pem-belajaran dalam konteks manajemen berbasis sekolah, yang di Indonesia disebut PAKEM. Penelitian yang hendak dilakukan berbeda

dengan penelitian terdahulu, baik dari segi model evaluasi yang hendak digunakan maupun lokasi penelitiannya.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Evaluasi Manajemen

Berbasis Sekolah (MBS) dalam PAKEM di

SMP Negeri 2 Boja Kabupaten Kendal.”

Sejalan dengan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1)apakah perencanaan pembelajaran PAKEM di SMPN 2 Boja Kabupaten Kendal meme-nuhi standar RPP yang berorientasi pada tujuan?, 2) apakah pelaksanaan pembelajaran PAKEM di SMPN 2 Boja Kabupaten Kendal sesuai dengan perencanaan yang berorientasi pada tujuan?, dan 3) apakah evaluasi pem-belajaran PAKEM di SMPN 2 Boja Kabu-paten Kendal dapat mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi perencanaan pembelajaran PAKEM dalam pemenuhan standar RPP yang berorientasi pada tujuan, dan pelaksanaan pembelajaran PAKEM dalam kesesuaiannya dengan perencanaan, serta evaluasi pembelajaran PAKEM yang diukur dengan ketercapaian tujuan pembelajaran.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian evaluatif dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Model evaluasi yang digunakan adalah model evaluasi berbasis tujuan (goal oriented evaluation model). Subyek dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, 20 guru mata pelajaran yang mengajar di kelas IX SMPN 2 Boja Kabupaten Kendal. Teknik pengumpulan data yang digunakan mencakup observasi, studi dokumen dan wawancara. Analisis data menggunakan metode campuran yaitu metode kuantitatif dan kualitatif. Data kualitatif merupakan data yang dikumpulkan


(17)

wawancara dengan kepala sekolah maupun guru. Sedang data kuantitatif berupa data angka yang diperoleh melalui penilaian perencanaan pembelajaran oleh guru dengan menggunakan instrumen IPKG 1, dan skor pelaksanaan pem-belajaran yang dilakukan oleh guru dengan menggunakan instrumen IPKG 2. Kualitas perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran guru diklasifikasikan dalam rentang skor pada Tabel 2.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1.Hasil Penelitian

a. Hasil Evaluasi Perencanaan Pembelajaran. Penilaian terhadap RPP 20 guru yang mengajar di kelas IX, menghasilkan data perencanaan pembelajaran per komponennya, tergambar dalam tabel 3.

Tabel 2 Rentang skor Kualitas Perencanaan dan Pelaksanaan Pembelajaran

Rentang skor Nilai Kualitas

86 - 100 A Sangat Baik

71–85 B Baik

56–70 C Cukup

< 55 D Kurang

Tabel 3 Rekapitulasi Nilai Komponen Perencanaan Pembelajaran Guru

Keterangan: Lima Komponen perencanaan pembelajaran meliputi: 1) Perumusan Tujuan Pembelajar-an, 2) Pemilihan dan pengorganisasian Materi Pembelajaran, 3) Pemilihan Sumber Belajar/Media Pembelajaran, 4) Metode Pembelajaran, dan 5) Penilaian hasil Belajar.

No

Nama guru/

Kode Mata pelajaran

Komponen Perencanaan

Jumlah Rata-rata

1 2 3 4 5

1 Gr 1 Bahasa Indonesia 4 3,50 3 3,50 3,66 17,66 3,53

2 Gr 2 PKn 4 3 2,66 3,25 2,66 15,57 3,11

3 Gr 3 IPA Terpadu 4 3,25 3 2,55 3 15,75 3,15

4 Gr 4 PAI 4 3,25 3 3 3 16,25 3,25

5 Gr 5 TIK 4 3 3 4 3 17 3,43

6 Gr 6 IPS Terpadu 3,33 3 2,33 3 2,66 14,29 2.85

7 Gr 7 Ketrampilan 4 3 3 2 3 15,00 3,00

8 Gr 8 Seni Budaya 3,66 3 3 3 3,66 15,99 3,98

9 Gr 9 Matematika 4 3,5 3,25 3 2,66 16,41 3,28

10 Gr 10 Bahasa Jawa 3.66 3 2,66 2,5 3 14,82 2,96

11 Gr 11 IPS Terpadu 4 3 3 3 2,66 15,66 3,13

12 Gr 12 IPA Terpadu 3.66 3,75 2,66 3 3 16.07 3,21

13 Gr 13 BK 3,25 3 3,66 3,5 4 17,41 3,48

14 Gr 14 Penjasorkes 4 3,25 3 3,25 3,66 17.16 3,43

15 Gr 15 Bahasa Inggris 3 3 2,33 3 3 14,33 2,86

16 Gr 16 Bahasa Inggris 3,66 3 2,33 3 3 14,99 2,99

17 Gr 17 Bahasa Inggris 3,33 3,75 2,66 3,25 3 15,99 3,19

18 Gr 18 Matematika 4 3,75 3 3,25 3 17 3,4

19 Gr 19 Matematika 3.33 3,50 2,66 3 3 15,41 3,08

20 Gr 20 Matematika 4 3,25 3 3 3 16,25 3,15

Jumlah 71,63 64,7 57,2 61,0 61,2 315,92 63,18

Nilai Komponen (skala ratusan) = Nilai diperoleh : Nilai


(18)

Menurut Tabel 3, nilai tertinggi yang diperoleh para Guru adalah komponen ke-1 yaitu perumusan tujuan pembelajaran dengan nilai rata-rata 89,53, nilai terendah adalah komponen ke-3 yaitu pemilihan sumber belajar/ media pembelajaran dengan nilai rata-rata 71,5. Rendahnya nilai ini disebabkan antara lain oleh keterbatasan sumber belajar/media pembe-lajaran yang dimiliki sekolah, dan keterbatasan kemampuan guru dalam menggunakan media pembelajaran yang ada di sekolah. Tampak juga bahwa nilai rata-rata setiap komponen perencanaan belum mencapai kategori Amat Baik. Penyebabnya antara lain adalah karena sebagian guru masih meng-copy paste RPP yang di buat oleh MGMP atau sumber lain yang belum disesuaikan dengan kondisi sekolah.

No Nama

guru/ Kode

Mata pelajaran

Komponen Pelaksanaan Pembelajaran Jum lah

Rata-rata

1 2 3 4 5 6 7 8

1 Gr 1 Bhs.Ind 4 3,5 3,11 2,66 3,5 3,66 3 3,25 26,93 3,36

2 Gr 2 PKn 3,5 3,25 3,28 2,33 3,16 4 3 3,25 25,77 3,22

3 Gr 3 IPA 4 3,66 3,33 3 2,66 3,16 2,5 3,25 25,56 3,19

4 Gr 4 PAI 3,25 3 3 2,66 3 3,66 2,5 3,25 24,32 3,04

5 Gr 5 TIK 3,25 3 3 2,66 2,83 4 3 3,25 24,99 3,12

6 Gr 6 IPS 3,25 3 3,14 2,66 3 3,66 3 3 24,71 3,08

7 Gr 7 Ketrampila 3,5 3 2,77 3 3,16 4 2,5 3,25 25,18 3,14

8 Gr 8 S. Budaya 3,25 3,4 3,14 3,33 3 4 3 3,25 26,37 3,29

9 Gr 9 Mat 3,5 3 3,16 3,16 3 2,66 2,83 3,25 24,56 3,07

10 Gr 10 Bhs. Jawa 3,5 3 2,77 3 3,16 4 2,5 3,25 25,18 3,14

11 Gr 11 IPS 4 3 3,14 2,66 3 4 3 3,25 26,05 3,25

12 Gr 12 IPA 3,5 3,66 3,28 2 2,83 4 3 3,25 25,52 3,19

13 Gr 13 B K 3,5 3 2,77 3 3,16 4 2,5 3,25 25,18 3,14

14 Gr 14 Penjas 3,5 3 2,77 3 3,16 4 2,5 3,25 25,18 3,14

15 Gr 15 B. Inggris 3,25 3,4 3,14 3,33 3 4 3 3,25 26,37 3,29

16 Gr 16 B. Inggris 3,5 3 2,77 2,66 2,83 4 3 3 24,76 3,09

17 Gr 17 B. Inggris 4 3,66 3,14 2,66 3,16 3,66 3 3,25 26,53 3,31

18 Gr 18 Math 3,5 3,33 3,16 3 3 3,16 3 2,75 24,9 3,11

19 Gr 19 Math 3,5 3 3,16 2,75 2,33 3 3 3,25 23,99 2,99

20 Gr 20 Math 3.5 3 3.16 2.33 2.88 3 2.5 3 23.37 2.92

Jumlah 71 63.86 61.19 55.85 59.82 73.62 56.33 63.75 505.4 63.17 Nilai Komponen

(skala ratusan) = Nilai diperoleh : Nilai maksimal x100

88.75 79.82 76.49 69.81 74.77 92.02 70.41 79.68 631.78 78.97

Tabel 4. Rekapitulasi Nilai Komponen Pelaksanaan Pembelajaran Guru

Sumber: Data penelitian, diolah

Keterangan : komponen 1 adalah membuka pelajaran, komponen 2 adalah penguasaan materi, komponen 3 adalah pendekatan dan strategi, komponen 4 adalah pemanfaatan sumber belajar/media pembelajaran, komponen 5 adalah peran aktif siswa, komponen 6 adalah penggunaan bahasa, komponen 7 adalah penilaian proses dan hasil belajar, serta komponen 8 adalah menutup pelajaran.

b. Evaluasi Pelaksanaan Pembelajaran Hasil observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran dari 20 guru mata pelajaran yang mengajar kelas IX, disajikan dalam Tabel 4.

Menurut Tabel 4, nilai tertinggi yang dicapai oleh para Guru adalah nilai dalam komponen ke-6 yaitu penggunaan bahasa dengan tara-rata nilai 92,02 (A), sedang nilai terendah adalah komponen ke-4 yaitu pemilihan sumber belajar/media pembelajaran dengan nilai rata-rata 69,81 (C). Nilai terendah kedua adalah nilai komponen ke-7 yaitu penilaian proses dan hasil belajar dengan nilai rata-rata 70,41. Rendahnya nilai komponen ke-4 yaitu pemanfaatan sumber belajar/media pembelajaran disebabkan antara lain keter-batasan sarana dan prasarana khususnya


(19)

sumber belajar/media pembelajaran yang dimiliki sekolah, dan masih rendahnya kemam-puan guru dalam menggunakan media pem-belajaran yang ada. Sedang rendahnya nilai komponen ke-7 yaitu penilaian proses dan hasil belajar siswa disebabkan antara lain : guru tidak/ belum melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar sesuai rencana karena sebagian guru masih ada yang berpendapat bahwa yang terpenting sudah menyusun perencanaan, dan pelaksanaan nnya bolehtidak sesuai dengan yang direncanakan.

c. Evaluasi terhadap penilaian hasil belajar Data hasil evaluasi terhadap, penilaian hasil belajar siswa yang dilakukan oleh para guru setelah melaksanakan pembelajaran tergambar dalam Tabel 5. Berdasarkan tabel

di bawah ini, tampak bahwa jika dibandingkan dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk tiap-tiap matapelajaran yang sudah ditetapkan oleh sekolah, maka dari 12 mata pelajaran yang diajarkan, terdapat 8 mata pelajaran yang seluruh siswanya telah mencapai nilai KKM. Sedangkan 4 mata pelajaran yang lain yaitu PKn, Bahasa Inggris, Matematika, IPS, terdapat sejumlah siswa yang belum mencapai KKM. Sepintas tampak bahwa berdasarkan data di atas secara umum kualitas hasil belajar siswa pada ulangan harian yang diselenggarakan oleh para Guru sudah termasuk baik. Namun jika ditilik lebih dalam akan tampak bahwa dari dua belas mata pelajaran yang ada, hanya dua mata pelajaran yang disajikan hanya ada 2 (dua) matapelajaran yaitu IPS dan Mulok Ketrampilan yang KKM nya

Nomor Nilai per Mata Pelajaran

J u m la h R a ta -r a ta U r u t In d u k P e n d A g a m a P K e w a rg a n eg B I n d o n e si a B I n g g r is Ma te m a ti k a P e n g A la m P e n g S o si a l S e n i B u d a y a P e n ja so r k e s T e k I n fo r m a si B a h a sa J a w a Mu lo k I I

KKM 73 73 73 70 70 70 75 72 72 72 72 75

1 5984 73 84 80 75 70 80 75 80 75 75 75 80 922 76,83

2 6015 75 72 73 70 80 80 75 80 80 75 75 80 915 76,25

3 5951 80 80 84 70 75 85 85 85 80 80 80 80 964 80,33

4 5922 75 72 80 70 75 85 85 85 80 85 80 85 957 79,75

5 6083 80 84 76 80 75 75 80 85 80 72 80 85 952 79,33

6 6050 80 78 84 85 80 90 85 80 85 75 75 80 977 81,42

7 5985 73 88 92 75 75 90 85 80 75 75 75 85 968 80,67

8 6090 75 88 88 80 75 70 65 85 75 80 80 80 941 78,42

9 5960 75 84 92 80 85 85 75 80 75 85 75 80 971 80,92

10 5990 80 92 84 75 70 70 75 90 80 75 85 80 956 79,67 11 6058 80 76 86 75 65 75 75 85 75 75 90 80 937 78,08 12 6029 73 84 88 70 65 85 70 85 75 75 75 75 920 76,67 13 6122 75 88 84 70 80 70 70 80 80 85 85 85 952 79,33 14 6030 80 84 84 70 75 75 75 80 80 90 75 85 953 79,42 15 5935 75 72 80 70 70 70 80 80 85 85 85 80 932 77,67 16 6035 75 88 88 75 80 80 80 85 85 85 85 80 986 82,17 17 5971 75 84 84 85 70 90 80 90 85 75 85 80 983 81,92 18 6127 75 80 84 75 85 80 90 85 75 75 85 85 974 81,17 19 6069 80 88 88 70 80 80 85 85 75 75 75 80 961 80,08 20 5940 75 80 84 70 75 80 75 80 75 80 75 75 924 77,00 21 6002 75 80 75 65 75 70 70 80 80 75 75 75 895 74,58 22 6003 73 80 84 80 75 80 75 80 80 75 80 75 937 78,08 23 6004 80 80 84 85 75 75 75 80 80 75 80 80 949 79,08 24 6102 80 84 84 70 80 75 75 80 85 72 75 80 940 78,33 25 5943 73 60 84 70 75 75 80 80 85 75 75 75 907 75,58 26 6106 75 88 88 85 75 75 85 85 75 72 80 85 968 80,67 27 6109 80 92 84 90 80 90 75 90 75 90 90 80 1016 84,67 28 5978 80 80 84 75 85 80 75 80 75 75 80 80 949 79,08 29 6014 80 76 80 75 85 85 75 85 75 72 80 80 948 79,00 30 5950 73 73 75 70 75 75 70 80 80 72 75 75 893 74,42 Nilai Rata-rata 77 81 84 75 76 79 77 83 79 78 80 80 948 79 Nilai Tertinggi 80 92 92 90 85 90 90 90 85 90 90 85 1016 85 Nilai Terendah 73 60 73 65 65 70 65 80 75 72 75 75 893 74 Tuntas (%) 100 87 100 97 93 100 83 100 100 100 100 100

Tidak tuntas (%) 0 13 0 3 7 0 17 0 0 0 0 0

Tabel 5 Rekap Nilai Ulangan Harian Kedua Kelas IX C


(20)

sama dengan KKM Nasional yaitu sebesar 75. Selebihnya KKM 10 (sepuluh) mata pelajaran yang lain masih kurang dari 75. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas KKM di SMP 2 Boja mayoritas masih di bawah KKM Nasional yaitu 75. Sehingga capaian atas KKM oleh para siswa di atas, sebagian besar belum mencapai KKM Nasional.

2. Pembahasan

a. Pembahasan Hasil Perencanaan Pembelajaran Berdasarkan hasil penilaian perencanaan pembelajaran yang telah dipaparkan di atas, bisa dikatakan bahwa perencanaan pembe-lajaran yang dilakukan oleh guru-guru SMP Negeri 2 Boja pada dasarnya telah mengacu model RPP pembelajaran PAKEM yang mencakup komponen RPP yang benar yaitu meliputi: Identitas sekolah, Standar Kompe-tensi, Kompetensi Dasar, Indikator pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, pendekatan dan metode pembelajaran, langkah kegiatan pembelajaran (pendahuluan, inti dan penutup), alat dan sumber belajar serta penilaian pembelajaran. Hal ini telah sesuai dengan komponen RPP PAKEM yang dikemukakan oleh Usman (2008) yang menyebutkan secara teknis rencana pembelajaran minimal mencakup komponen-komponen berikut: (1) Standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian hasil belajar, (2) Tujuan pembelajaran. (3) Materi pembelajaran. (4) Pendekatan dan metode pembelajaran. (5) Langkah-langkah kegiatan pembelajaran. (6) Alat dan sumber belajar. (7) Evaluasi pem-belajaran.

Secara kualitas nilai semua komponen perencanaan pembelajaran menunjukkan nilai yang belum mencapai Amat Baik. Masih ada komponen yang sangat penting dalam sebuah perencanaan, yang nilainya masih rendah yaitu

pada komponen 3 (tiga) tentang pemilihan sumber belajar/media pembelajaran. Rendahnya kemampuan guru dalam memilih dan meng-gunakan sumber pembelajaran/media pem-belajaran disebabkan karena sebagian guru belum memiliki kompetensi yang baik dalam memilih dan menggunakan sumber pembelajar-an/media pembelajaran. Selain itu juga dikare-nakan masih terbatasnya sarana prasarana/ media pembelajaran yang ada di sekolah. Hal ini perlu pendapatkan perhatian baik dari guru maupun kepala sekolah, agar guru meningkat-kan kompetensinya dalam pemilihan dan pemanfaatan sumber/media pembelajaran.

Kategori nilai Baik yang diperoleh dalam perencanaan pembelajaran yang disusun oleh guru disebabkan karena sebagian besar guru aktif dalam kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) sekolah yang diadakan setiap 2 (dua) minggu sekali maupun MGMP Kabupaten yang diadakan setiap bulan sekali pada minggu keempat. Selain itu, kemampuan guru dalam menyusun RPP juga dipengaruhi dengan adanya fungsi kepala sekolah sebagai supervisor yang telah menjalankan tugasnya dengan baik yaitu dengan memeriksa RPP guru sebelum digunakan dalam pembelajaran. Kualitas kemampuan guru dalam menyusun RPP juga dipicu oleh adanya kegiatan rutin kompetisi guru berprestasi tingkat kabupaten yang biasa diadakan tiap semester.

b. Pembahasan Hasil Pelaksanaan Pembe-lajaran

Pelaksanaan pembelajaran yang dilaku-kan oleh guru-guru di SMP Negeri 2 Boja pada dasarnya sudah sesuai dengan model PAKEM, hal ini ditunjukkan dalam pelaksanaan pembelajarannya sudah memenuhi kriteria aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan, namun demikian kompetensi guru tetap masih sangat perlu ditingkatkan terus agar kualitas


(21)

pem-belajaran semakin baik sehingga hasilnya pun juga akan semakin baik. Masih dijumpai be-berapa guru dalam membuka pelajaran banyak menghabiskan waktu sehingga tidak sesuai dengan yang direncanakannya.

Pada kegiatan inti, masih ada komponen yang memperoleh nilai rendah yaitu pada komponen pemanfaatan sumber belajar/media pembelajaran dan komponen penilaian proses dan hasil belajar. Hal ini terjadi karena kom-petensi guru dalam pemanfaatan sumber belajar/media pembelajaran masih sangat kurang. Banyak guru yang belum mampu menggunakan komputer / LCD sebagai media. Untuk menyikapi hal tersebut, dalam kegiatan inti ini guru dituntut untuk lebih kreatif me-manfaatkan lingkungan yang ada sebagai media pembelajaran. Kegiatan pembelajaran tidak harus di dalam kelas tetapi bisa juga dilakukan di luar kelas dengan memanfaatkan lingkungan yang ada. Hal ini perlu mendapatkan perhatian yang serius dari guru maupun sekolah agar kompetensi dan kreativitas guru lebih ditingkat-kan, agar siswa gembira dalam mengikuti pelajaran sehingga mereka akan mencintai ilmu yang dipelajarinya. Dengan suasana yang gembira dan mencintai ilmu yang dipelajarinya tentu siswa akan lebih mudah menyerap materi pelajaran sehingga tujuan yang direncanakan bisa tercapai. Demikian halnya dengan kegiatan penutup, terkadang guru lupa tidak memberikan refleksi dan penugasan. Kegiatan refleksi sangat penting untuk mengetahui seberapa besar materi yang sudah diserap dan dipahami oleh siswa, oleh karena itu guru harus lebih disiplin dalam pemanfaatan waktu, agar semua kegiatan bisa dilaksanakan dengan baik.

Berdasarkan hasil penilaian pelaksana-an pembelajarpelaksana-an di atas, ternyata faktor kedisiplinan guru dalam menggunakan waktu berdasarkan perencanaan yang telah disusun perlu mendapatkan perhatian yang serius.

Secara keseluruhan nilai rata-rata pelak-sanaan pembelajaran semua guru di SMP Negeri 2 Boja sudah Baik. Hal ini juga disebabkan karena adanya program kegiatan supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah secara rutin tiap 2 kali dalam 1 semester. Selain supervisi oleh kepala sekolah, guru juga mampu menciptakan interaksi dengan siswa yang baik sehingga pembelajaran lebih kondusif. Sedang-kan pada kegiatan inti pelajaran, ada dua komponen yang nilainya masih dalam kategori Cukup, yaitu komponen 4 (empat) yaitu pe-manfaatan sumber belajar dan media pem-belajaran dan komponen 7 (tujuh) yaitu pe-nilaian proses dan hasil belajar. Mengingat pen-tingnya kedua komponen tersebut, maka guru maupun kepala sekolah agar memberikan perhatian. Rendahnya nilai kedua komponen ini disebabkan masih terbatasnya kemampuan guru dalam memanfaatkan sumber belajar dan media pembelajaran, juga disebabkan masih terbatasnya media/alat pembelajaran yang disediakan oleh sekolah.

Pada dasarnya pelaksanaan pembelajar-an PAKEM di SMP 2 Boja sudah berjalpembelajar-an dengan baik sesuai dengan hasil penelitiannya Blimpo dan Evans (2001) yang mengatakan bahwa proses pembelajaran menjadi lebih bernilai dengan hasil optimal jika dikelola secara efektif dan efisien dengan menerapkan model PAKEM, namun masih perlu pembenahan dan peningkatan.

Disisi lain sebagai pembanding, menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Kafit (2009) tentang Efektifitas Penggunaan Media Pembelajaran Komputer Untuk Meningkatkan hasil Belajar Mata Pelajaran IPA Kelas VIII MTs NU Hasyim Asyari Honggowongso Jekulo Kudus, menyatakan bahwa: Penggunaan media pembelajaran komputer mampu mening-katkan prestasi belajar IPA, karena dengan menggunakan media tersebut siswa lebih


(22)

ter-tarik dan lebih termotivasi. Dengan demikian kompetensi guru SMP Negeri 2 Boja khususnya dalam pemanfaatan sumber belajar/ media pembelajaran sangat perlu ditingkatkan agar kualitas pembelajaran semakin baik dan hasil/prestasi belajar siswa pun juga semakin meningkat.

Dengan demikian, sekalipun di SMP Negeri 2 Boja sudah mengimplementasikan MBS dan PAKEM, namun, dengan pencapaian prestasi belajar siswa yang belum memenuhi harapan, maka kompetensi guru dalam menerapkan PAKEM masih sangat perlu ditingkatkan, dan sekolah perlu memberikan dukungan dengan memberikan fasilitas yang cukup bagi guru untuk melaksanakan PAKEM. c. Pembahasan Hasil Evaluasi Pembelajaran

Menurut Asmani (2013: 105) salah satu kriteria penilaian yang sesuai dengan konsep PAKEM yaitu penilaian yang sesuai dengan pembelajaran model PAKEM yaitu penilaian otentik yang merupakan proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran peserta didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran telah benar-benar dikuasai dan dicapai. Bentuk penilaian tes dapat dilakukan secara lisan, tertulis, dan perbuatan. Sementara itu, bentuk penilaian non-tes dilakukan dengan menggunakan skala sikap, ceklis, kuesioner, studi kasus, dan portofolio.

Mengacu pada hasil observasi pelak-sanaan pembelajaran yang salah satu kom-ponennya adalah penilaian proses dan hasil pembelajaran, ternyata yang dilaksanakan oleh guru SMP Negeri 2 Boja belum dilaksanakan dengan baik. Hal ini tentunya belum sesuai sepenuhnya dengan karateristik evaluasi yang seharusnya dilakukan dalam model PAKEM

yang meliputi pretest, penilaian proses dan postest maupun bentuk penilaian lainya seperti portofolio, penugasan terstruktur maupun kegiatan mandiri terstruktur. Perencanaan evaluasi pembelajaran yang telah dilaksanakan yang meliputi kualitas butir soal, kualitas hasil belajar, kualitas waktu dalam perencanaan dan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) diperoleh hasil bahwa kualitas butir soal ternyata belum semua guru menyusun instrumen penilaian secara lengkap dalam RPP.

Kualitas hasil belajar siswa SMP N 2 Boja, secara umum sebenarnya sudah baik, hal ini dibuktikan dengan 8 mata pelajaran menunjukkan semua anak telah mencapai KKM, sedangkan 4 mata pelajaran yang lain yaitu mata pelajaran PKn, Bahasa Inggris, Matematika dan IPS hanya menunjukkan beberapa anak yang belum mencapai batas tuntas. Kualitas KKM di SMP 2 Boja perlu adanya peningkatan menuju KKM Nasional yaitu 75, hal ini terlihat dari dari data KKM sekolah hanya dua mata pelajaran yang KKM nya 75, yaitu mata pelajaran IPS dan Ketrampilan, sedangkan mata pelajaran yang lain KKM nya masih di bawah 75.

Pentingnya mengevaluasi pembelajaran karena guru akan mengetahui tingkat keberhasilan maupun bagian-bagian yang perlu diperbaiki. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Uno (2008: 95), bahwa Evaluasi akhir atau

post test berfungsi untuk memperoleh gambar-an tentgambar-ang kemampugambar-an ygambar-ang dicapai siswa pada akhir pengajaran. Jika hasil evaluasi akhir kita bandingkan dengan evaluasi awal, maka dapat diketahui seberapa jauh efek atau pengaruh dari pengajaran yang telah kita berikan, disamping sekaligus dapat pula diketahui bagian-bagian mana dari bahan pengajaran yang masih belum dipahami oleh sebagian besar siswa.


(23)

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

1. Perencanaan pembelajaran PAKEM di SMPN 2 Boja Kabupaten Kendal telah me-menuhi standar RPP yang berorientasi pada tujuan, akan tetapi masih perlu perbaikan dan peningkatan kompetensi guru pada komponen pemilihan dan pemanfaatan sumber/media pembelajaran, baik oleh guru secara mandiri maupun oleh sekolah 2. Pelaksanaan pembelajaran PAKEM di

SMPN 2 Boja Kabupaten Kendal telah sesuai dengan perencanaan yang berorientasi pada tujuan, karena semua guru memiliki nilai pelaksanaan pembelajaran rata-rata Baik, akan tetapi agar kualitas pembelajaran menjadi lebih baik, maka guru perlu meningkatkan kompetensinya dalam komponen pemanfaatan sumber belajar/ media pembelajaran dan penilaian proses dan hasil belajar

3. Evaluasi pembelajaran PAKEM di SMPN 2 Boja Kabupaten Kendal telah dapat mengukur ketercapaian tujuan pembelajar-an. Meskipun belum semua guru mata pelajaran melaksanakan penilaian sesuai dengan standar PAKEM yaitu melalui pretest, penilaian proses, postest, portofolio maupun penugasan terstruktur dan tugas mandiri tidak terstruktur sesuai dengan rencana penilaian, namun tujuan pem-belajaran sudah tercapai, hal ini bisa dibuktikan dengan 12 (dua belas) mata pelajaran yang diajarkan di kelas IX, terdapat 8 (delapan) mata pelajaran yang siswanya tuntas semua sesuai dengan KKM yang sudah ditetapkan, dan hanya 4 (empat) mata pelajaran yang sebagian kecil siswa belum tuntas berdasarkan KKM, namun sekolah perlu secara bertahap meningkatkan KKM menuju KKM nasional.

Saran

1. Kepala Sekolah hendaknya: a) mengadakan kegiatanIn House Training(IHT) dengan menghadirkan narasumber dengan materi pemanfaatan sumber/media pembelajaran. b) mengintensifkan kegiatan supervisi akademik untuk memastikan guru meningkat kompetensinya dalam pemanfaatan sumber belajar/media pembelajaran. dan penilaian proses dan hasil belajar. c) menambah alat peraga/media pembelajaran yang dibutuh-kan oleh guru sehingga kualitas pembelajaran guru semakin baik, d) mengadakan kegiatan IHT/Workshop tentang penyusunan butir soal dan alat evaluasi agar kompetensi guru khususnya dalam penilaian proses dan hasil belajar dapat lebih berkualitas, e) menga-dakan pemberdayaan kegiatan MGMP sekolah.

2. Guru hendaknya: a) aktif belajar mandiri dari berbagai sumber dan aktif mengikuti ke-giatan IHT/Workshop, serta diklat yang di-selenggarakan oleh LPMP dll tentang pe-milihan dan pemanfaatan sumber/mediapem-belajaran, b) meningkatkan kompetensinya dalam komponen penggunaan/pe-manfaatan sumber belajar/media pembelajaran, dengan secara terbuka meminta kepala sekolah untuk mensupervisi pembelajaran dan memberikan masukan, c) meningkatkan kompetensinya dalam penilaian proses dan hasil belajar sehingga kualitas pembelajaran menjadi lebih baik, dengan cara aktif belajar mandiri dari berbagai sumber serta mengikuti kegiatan IHT/Workshop terkaitan dengan penilaian proses dan hasil belajar, d) mengembangkan kreativitas dan ino-vasinya dalam proses pembelajaran dengan mengembangkan/menciptakan alat peraga/ media pembelajaran serta memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar,


(1)

T

a

b

e

l

2

M

atr

ik

S

eb

ab

d

an

A

k

ar

M

as

ala

h

K

et

id

ak

ef

ek

ti

fa

n

M

an

aj

em

en

K

el


(2)

yang dilakukan sebelumnya bahwa dalam proses PBM dalam kelas, tindakan menganggu dan menyimpang banyak dilakukan siswa seperti bermain telepon genggam saat guru sedang fokus pada siswa lain, berlari keluar kelas, mengganggu teman, serta berjalan-jalan dalam kelas. Observasi di SDN Kauman Kidul dilakukan tiga minggu sesudah FGD dilaksanakan. Dalam manajemen kelas, guru terlihat cukup kesulitan menghadapi tingkah laku siswa dalam kelas. Saat guru sedang mengoreksi pekerjaan salah satu siswa atau fokus pada siswa ABK, jeda waktu digunakan siswa lain untuk bermain sendiri, mengganggu teman yang sedang mengerjakan tugas, saling memukul, serta ada beberapa siswa yang bercakap-cakap dengan teman dengan suara keras. Guru kemudian memperingatkan siswa untuk diam dan tenang dengan nada tinggi, namun ketenangan hanya berlangsung sebentar kemudian siswa mulai bermain dan bercanda dengan teman lainnya kembali bahkan ada yang berlari di dalam kelas.

Hasil observasi yang dilakukan peneliti di SDN Salatiga 10 pada tiga minggu sesudah FGD juga mendapat hasil yang sama dengan paparan guru-guru saat diskusi. Dalam satu kelas yang diobservasi, guru terkadang kesulitan dalam mengkondusifkan kelas karena kelas dalam situasi siswa ramai berbicara dengan temannya. Hal ini sering terjadi saat ada waktu kosong yang sering dimanfaatkan siswa untuk berbicara sendiri, menjahili teman, berkelahi, maupun berjalan-jalan dalam kelas. Guru sering berbicara menggunakan nada tinggi karena siswa tidak mendengarkan guru saat menegur dengan suara pelan. Observasi di SDN Salatiga 02 dilakukan dua minggu setelah FGD selesai dilakukan. Peneliti menemukan bahwa hasil FDG dengan hasil observasi sedikit berbeda yaitu siswa dalam kelas cenderung lebih mudah diatur dibandingkan siswa di sekolah dengan

jenjang kelas yang sama. Saat siswa mulai berbicara sendiri atau mengganggu teman, guru menegur dengan suara rendah namun tegas dan siswa pun mulai tenang walaupun beberapa saat kemudian siswa kembali ramai saat ada celah waktu kosong. Saat observasi berlangsung, tidak ada siswa yang berjalan-jalan dalam kelas, berteriak, ataupun mengganggu temannya sehingga suasana kelas cukup kondusif.

Akar permasalahan di atas menjadi dasar dari perumusan usulan solusi untuk menangani ketidakefektifan manajemen kelas yang diaplikasikan guru dalam kelas. Adapun usulan solusi yang telah dirumuskan bersama dapat dilihat dalam Tabel 3

Dalam Tabel 3, guru-guru menyepakati bahwa alternatif solusi yang dapat dilakukan pada akar permasalahan pertama adalah guru mereview pada RPH maupun RPP yang telah dibuat agar agihan waktu dapat disesuaikan agar waktu untuk pemenuhan kebutuhan psikologi siswa juga dapat terpenuhi. Pada akar permasalahan yang kedua, guru dapat mene-rapkan sistemreward and punishmentpada siswa lain yang dapat menyelesaikan tugasnya dengan disiplin selama guru mendampingi atau fokus pada siswa ABK dan metode peer-teaching dalam kelas. Solusi yang dapat dilakukan untuk akar permasalahan ketiga adalah kepala sekolah mewajibkan guru untuk menerapkanfun learning dalam PBM sehingga pembelajaran dalam kelas dapat lebih menarik dan tidak membosankan bagi siswa.

Pada akar permasalahan keempat, solusi yang dapat dilakukan adalah guru dapat mereview kembali urgensi manajemen kelas bahwa manajemen kelas bukan hanya sekedar teori atau hasil penelitian namun sesuatu yang wajib diaplikasikan agar tujuan manajemen kelas dapat tercapai. Selain itu, guru dapat mendiskusikan strategi manajemen kelas dengan kolega maupun guru senior sebagai


(3)

langkah preventif untuk minimalisisr masalah-masalah yang sering terjadi dalam manajemen kelas.

Akar permasalahan kelima adalah guru kurang mengadakan pendekatan interpersonal dengan siswa. Solusi yang dapat diaplikasikan dalam kelas adalah guru mengingat kembali prinsip-prinsip dalam manajemen kelas serta mengaplikasikannya dalam PBM. Selain itu, break timeyang biasanya berlangsung dua kali dalam satu hari dapat dimanfaatkan guru untuk melakukan pendekatan pribadi pada siswa sehingga hal-hal yang berkaitan dengan siswa, latar belakang keluarga, permasalahan sosialisasi, ataupun permasalahan siswa lainnya dapat diketahui oleh guru sehingga dapat dilakukan langkah-langkah solusinya. Pada akar per-masalahan terakhir solusi yang dapat dilakukan untuk guru kurang percaya bahwa siswa dapat disiplin dan teratur adalah adanya konsistensi guru dalam penegakan kedisiplinan dalam kelas dan pengembangan rasatrustguru pada siswa sehingga siswa enggan untuk melakukan tindakan indisipliner dalam kelas.

Akar Permasalahan Alternatif Solusi

Guru belum fokus pada siswa secara individu namun pada penyelesaian kurikulum.

- Guru mereview kembali RPH dan RPP dengan penyesuaian agihan waktu.

Keberadaan siswa ABK yang memilikilearning paceberbeda dengan siswa lain.

- Guru menerapkan sistemreward and punishmentkepada siswa.

- Guru menerapkan metodepeer-teachingdalam kelas. Belum ada tuntutan dari kepala

sekolah mengenaifun learning dalam PBM.

- Kepala sekolah mewajibkanfun learningdalam PBM. - Kepala sekolah melakukan supervisi dalam kelas. - Guru menggunakan variasi dalam PBM.

Guru kurang pengetahuan akan manajemen kelas.

- Guru mereview kembali urgensi manajemen kelas. - Guru bekerjasama dengan kolega/senior sebagai tindakan

preventif. Guru kurang mengadakan

pendekatan interpersonal dengan siswa.

- Guru mengaplikasikan prinsip manajemen kelas.

- Guru memanfaatkanbreak timeuntuk pendekatan personal. Guru kurang percaya bahwa siswa

dapat disiplin dan teratur dalam kelas.

- Guru konsisten dalam penegakan kedisiplinan siswa. - Guru mengembangkantrustpada siswa.

Tabel 3 Akar Permasalahan dan Alternatif Solusi

PEMBAHASAN

Berdasarkan pada paparan akar permasalahan di atas maka pada bagian ini akan dibahas mengenai usulan solusi yang dapat diaplikasikan dalam manajemen kelas yaitu, keberadaan misbehaviour students adalah salah satu masalah krusial dalam manajemen kelas karena berpengaruh terhadapsmoothness dalam PBM. Selain itu, siswa dengan perilaku mengganggu atau menyimpang juga berpengaruh terhadap tercapainya tujuan manajemen kelas. Namun, guru belum fokus pada siswa secara individu karena hanya berpikir untuk penyelesaian kurikulum agar semua selesai tepat waktu dalam satu semester. Solusi yang dapat dilakukan dalam kelas untuk permasalahan ini adalah guru mereview kembali RPH dan RPP agar agihan waktu untuk kurikulum maupun kebutuhan psikologis siswa dapat terpenuhi. Sebagai contoh, guru memasukkan total waktu sepuluh sampai lima belas menit untuk berbincang atau memberikan perhatian dengan satu atau beberapa siswa dalam kelas. Kegiatan ini dapat dilakukan pada keesokan harinya untuk siswa


(4)

yang berbeda sehingga setiap siswa merasa diperhatikan dan diberi kasih sayang oleh guru mereka. Waktu yang ada tidak hanya digunakan untuk penyelesaian kurikulum namun juga dapat digunakan guru untuk mempelajari karakter tiap siswa, mencari tahu latar belakang siswa, permasalahan yang dihadapi dalam belajar maupun bersosialisasi bahkan juga minat bakat pada masing-masing siswa.

Siswa ABK dalam kelas membutuhkan perhatian serta waktu khusus dalam pena-nganannya padahal guru memiliki waktu terbatas untuk menyelesaikan semua tugasnya dalam kelas. Para guru merasa kesulitan dalam menyampaikan materi kepada seluruh kelas maupun pada saat membimbing siswa ABK secara khusus. Solusi yang telah dirumuskan adalah pemberian reward and punishment dalam kelas selama guru fokus membimbing siswa ABK. Sebagai contoh, guru akan mem-berikanreward berupa hadiah kecil atau poin yang dikumpulkan hingga akhir tahun. Para siswa yang mendapat poin yang tinggi akan mendapat hadiah akhir tahun. Punishment dapat diberikan untuk siswa yang tidak disiplin contohnya berdiri di depan kelas atau menger-jakan tugas piket tambahan. Selainreward and punishment, solusi yang dapat diaplikasikan adalah metodepeer-teachingyaitu siswa dibagi dalam kelompok dengan ketua kelompok yang dapat bertanggung-jawab atas kelompoknya dan dengan kemampuan akademis beragam agar siswa dapat saling membantu. Tujuan lain peer-teaching adalah agar siswa tidak sibuk sendiri dalam kelas selama guru fokus pada siswa ABK.

Minat, perhatian, gairah belajar kurang dapat ditingkatkan dengan metode mengajar yang menarik. Namun, pada kenyataannya guru cenderung monoton dengan metode pembe-lajaranteacher-centered. Akibatnya, siswa kurang berminat dan bergairah dalam mengikuti

PBM dalam kelas sehingga mencari kegiatan yang lebih menarik bagi mereka. Guru-guru tidak berminat untuk menerapkanfun learning karena belum ada tuntutan dari kepala sekolah, selain itu mereka juga fokus pada penyelesaian materi.

Kepala sekolah dapat mewajibkanfun learning dalam PBM sebagai salah satu solusi sehingga guru terpacu untuk mengembangkan metode pembelajaran yang lebih menarik minat siswa. Kepala sekolah juga diharapkan melaku-kan supervisi sebagai tindak lanjut dari penerapanfun learning dalam kelas. Supervisi diharapkan dapat meningkatkan kinerja guru dalam menerapkan manajemen kelas yang efektif. Selain itu, melalui supervisi guru dapat terpacu untuk menerapkanfun learning dalam kelas. Guru juga dapat menggunakan variasi dalam PBM dengan penggunaan audio visual aids seperti alat peraga, video, jugagames atau group discussion agar siswa lebih tertarik dalam mengikuti PBM dalam kelas.

Guru cenderung monoton dalam PBM disebabkan oleh kurangnya keterampilan dalam menganalisis kondisi kelas. Akar permasalah-annya terletak pada kurangnya pengetahuan akan manajemen kelas. Salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah guru mereview kembali akan urgensi manajemen kelas, teori maupun aplikasi agar dapat efektif dilaksanakan. Guru juga dapat bekerjasama dengan kolega dengan cara mendiskusikan secara terus menerus mengenai manajemen kelas sebagai langkah preventif untuk permasalahan yang sering terjadi dalam manajemen kelas.

Banyaknya permasalahan dalam kelas antar siswa maupun guru dengan siswa yang mengakibatkan kelelahan guru secara fisik mau-pun emosional disebabkan oleh kurang akrab-nya guru dengan siswa dan kurangakrab-nya pema-haman guru terhadap siswa secara individu. Selain itu, disebabkan juga oleh kurangnya


(5)

pendekatan interpersonal guru dengan siswa. Guru harus dapat mengaplikasikan prinsip-prinsip manajemen kelas seperti hangat, antusias, variasi, dan lainnya. Solusi yang kedua adalah guru dapat memanfaatkan waktubreak time yang biasanya dilaksanakan dua kali dalam satu hari untuk melakukan pendekatan personal pada siswa. Guru dapat memberi perhatian serta menggali latar belakang siswa, cara bersosialisasi, maupun mencari tahu kesulitan belajar yang dihadapi di sekolah.

Guru-guru dalam kelas sering mela-kukan inkonsistensi dalam penegakan disiplin dalam kelas karena kurangnya kepercayaan guru terhadap siswa. Guru kurang percaya bahwa siswa sekolah dasar dapat disiplin dan teratur. Akibatnya, toleransi lebih sering diberikan oleh guru kepada siswa bahkan sering tindakan indisipliner siswa dibiarkan terjadi dalam kelas. Solusi untuk akar permasalahan terakhir adalah guru harus konsisten dalam penegakan kedisiplinan dalam kelas. Selain itu, guru juga harus mengembangkan hubungan saling mempercayai dengan siswa. Dengan dasar inilah, guru dapat yakin untuk melaksanakan manajemen kelas efektif agar tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasar pada hasil analisis dalam nelitian dapat disimpulkan bahwa :

1. Terdapat 6 (enam) akar permasalahan dalam pengaturan kondisi emosional dan sosio-emosional yaitu: a) guru belum fokus pada siswa secara individu namun pada penyelesaian kurikulum, b) keberadaan siswa ABK yang memilikilearning pace berbeda dengan siswa lain, c) belum adanya tuntutan dari kepala sekolah mengenai fun learning dalam kelas, d) guru kurang pengetahuan akan manajemen kelas, e)

guru kurang mengadakan pendekatan interpersonal dengan siswa, dan f) guru kurang percaya bahwa siswa sekolah dasar dapat disiplin dan teratur.

2. Alternatif solusi yang dapat diaplikasikan untuk mengatasi ketidakefektifan mana-jemen kelas yaitu guru mereview kembali RPH dan RPP dengan penyesuaian agihan waktu, guru menerapkan sistemreward and punishment juga metode peer-teaching dalam kelas, kepala sekolah mewajibkanfun learning dalam kelas serta melakukan supervisi, guru menggunakan alternatif penyampaian materi, guru mereview kembali urgensi manajemen kelas serta mendiskusikan strategi manajemen kelas dengan kolega maupun senior, guru mengaplikasikan prinsip-prinsip manaje-men kelas serta memanfaatkanbreak time untuk melakukan pendekatan personal pada siswa.

Saran

Berdasarkan hasil analisis pada pene-litian ini, berikut ini dikemukakan saran yang dapat dijadikan pertimbangan bagi kepala sekolah dan guru untuk mencapai tujuan manajemen kelas efektif.

1. Guru diharapkan dapat mengembangkan tugas dan tanggung jawabnya yang dapat dilakukan dengan membangkitkaninner motivation dan self-awareness sebagai seorang guru. Guru diharapkan dapat memperkaya pengetahuan melalui internet, buku dan sumber lainnya untuk dapat me-nambah pengetahuan mengenai manajemen kelas efektif yang dilakukan sekolah lain atau bahkan sekolah di luar negeri. Konsis-tensi dan kepercayaan dalam melakukan semua yang telah dirancang atau dituju juga harus dimiliki oleh guru agar tujuan atau solusi yang telah diusulkan bersama dapat


(6)

dilaksanakan dan manajemen kelas efektif dapat terwujud.

2. Kepala sekolah diharapkan dapat mem-bantu guru dalam meningkatkan keefektifan manajemen kelasnya dengan cara mereview RPP maupun RPH yang telah dibuat guru, melakukan supervisi dalam kelas, dan juga mewajibkan guru mengaplikasikanfun learning dalam kelas. Selain itu, kepala sekolah dapat mengembangkan sistem penghargaan kepada guru kreatif dalam PBM sehingga guru terpacu untuk meng-aplikasikan pembelajaran menyenangkan dalam kelas. Kepala sekolah juga dapat memfasilitasi para guru untuk mengadakan workshop mengenaifun learning. Dengan adanya bantuan serta supervisi dari kepala sekolah diharapkan manajemen kelas yang dilakukan guru dapat berhasil sesuai dengan tujuan.

3. Penelitian ini tidak terlepas dari keter-batasan dan kekurangan yang dimiliki oleh peneliti. Berbagai keterbatasan ini dapat diperbaiki dalam penelitian yang akan datang. Dalam penelitian ini tidak melibat-kan kepala sekolah dan orang tua siswa sehingga belum ditelusuri lebih lanjut mengenai hubungan signifikan banyaknya permasalahan emosional siswa di sekolah dengan latar belakang yang mendasari munculnya perilaku-perilaku mengganggu/ menyimpang yang dilakukanmisbehavior students. Selain itu, peneliti melihat dan meneliti lima sekolah secara bersamaan sehingga hasil penelitian kurang detail dibandingkan jika hanya meneliti satu atau dua sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2006. Pengelolaan Kelas dan Siswa: Sebuah Pendekatan Evaluatif. Jakarta: Rajawali.

Cooper, J.M. 1995. Classroom Teaching Skills. A Handbook. Lexingtong: De Health and Coy.

Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen. 1996. Pengelolaan Kelas, Seri Peningkatan Mutu 2. Jakarta: Depdagri dan Depdikbud.

Djamarah, S.B. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Entang & Joni. 1983. Pengelolaan Kelas,

Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud

Entang, Joni & Prayitno. 1985.Pengelolaan Kelas, Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud

Ishikawa, K. 1985. Pengendalian Mutu Terpadu. Bandung: Remaja Rosdakarya Mulyasa. 2006.Kurikulum Berbasis Kompetensi.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rukmana & Suryana. 2009. Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Rusydie, Salman. 2011. Prinsip-Prinsip Manajemen Kelas. Yogyakarta: Diva Press.

Slameto. 2013. Implementasi, Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi Dalam Pembelajaran Guna Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru SD. Salatiga: Tisara Grafika.

Sudirman, dkk, 1991. Ilmu Pendidikan. Bandung: Remaja