Pesan dakwah buku Tuhan laki-laki ataukah perempuan dalam perspektif gender: analisis wacana model Sara Mills.

(1)

PESAN DAKWAH BUKU TUHAN LAKI-LAKI ATAUKAH PEREMPUAN DALAM PERSPEKTIF GENDER

(Analisis Wacana Model Sara Mills)

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Magister dalam Program Studi

Komunikasi Penyiaran Islam

Oleh : Nur Mariana

F020715161

PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Nur Mariana. 2017. Pesan Dakwah Buku Tuhan Laki-Laki Ataukah Perempuan Dalam Pesepektif Gender (Analisis Wacana Model Sara Mills). Tesis, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Pembimbing: Dr. Nikmah Hadiati Salisah, SIP, M.Si.

Kata Kunci : Pesan Dakwah Dalam Mengenal Tuhan.

Dakwah merupakan kewajiban bagi setiap kaum muslimin, pada zaman Rasulullah dakwah hanya dilakukan lisan, namun disini dakwahbil qalammelalui media cetak adalah dakwah yang sangat efektif. Pada zaman sekarang ini dakwah yang di kemas dalam media cetak bermacam-macam namun disini yang menjadi sorotan adalah pesan Dakwah dalam buku. Akulturasi spiritualitas Islam dalam bentuk sikap merupakan bahasan yang mendalam oleh para ahli tasawuf. Tasawuf modren tentunya agar melahirkan kesan dan daya tarik tersindiri, membentuk pribadi manusia bijak yang mempunyanyi kepribadian yanag utuh. Dawahaqidah dalam mengenal Tuhan adalah salah satu langkah awal yang dilakukan Rasulullah awal berdakwah, karena dari aqidah maka akan membentuk akhlak dan sikap yang mencerminkan ketaqwaan kepada Allah SWT.

Berdasarkan fenomena di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian guna mencari konsep yang tepat dalam pembentukan sikap spiritual aqidah yang berkepribadian utuh. Obyek penilitian ini adalah Pesan dakwah dalam buku tuhan laki-laki ataukah perempuan.Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengetahui pemaknaan pesan dakwah Agus Mustofa dalam buku Tuhan laki-laki ataukah perempuan dalam persepektif gender 2) Mengetahui gambaran Tuhan melalui buku Agus Mustofa Tuhan laki-laki ataukah perempuan sebagai upaya membentuk sikap spiritual yang mempunyai aqidah yang utuh.

Penelitian ini merupakan studi kasuistik menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Dalam mengumpulkan data digunakan metode wawancara, observasi dan analisis teks. Teknik analisis data dilakukan dengan cara mereduksi data, menyajikannya, kemudian melakukan verifikasi guna menarik suatu kesimpulan. Untuk pengecekan keabsahan data digunakan teknik triangulasi dan referensi.

Hasil penelitian ini adalah: 1) Konsep pemaknaan komunikasi tentang Tuhan adalah konsep yang holistik terkait meneruskan perjuangan rasulullah tentang aqidah dan mempunyai kepribadian yang utuh dalam dunia tasawuf modren. 2) Konsep gambaran Tuhan, ini terkait konsep yang holistik, mencakup kegiatan ‘ubudiyyah, amaliah bacaan dan kegiatan umum. Semua pelaksanaan tentang bahwa Tuhan tidak bisa dipahami dengan Antropomorfisme begitu gambalang Al-qur'an menjelaskan bahwa tidak ada satupun yang menyerupainya yang ini merupakan roh dari tasawuf dan tarekat.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

PEDOMAN TRANSLITERASI ... v

MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

ABSTRAK ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 7

C. Rumusan Masalah ... 10

D. Tujuan Penelitian ... 10

E. Signifikasi Penelitian ... 10

F. Literatur Review ... 10

G. Kerangka Teori ... 13

1.Pesan Dakwah ... 13

2 Analisis Wacana Model Sara Mills ... 15

3 Pesan Dakwah Dalam Gender ... 20

H. Metode Penelitian ... 30

BAB II: LANDASAN TEORI DAN PESAN DAKWAH DALAM GENDER A. Komunikasi Dalam Karya Sastra ... 35

1. Pesan Dakwah ... 43

2.Dakwah Bil Qalam ... 46

3. Pesan Dakwah Dalam Buku ... 50

B. Pola Gender Dalam Buku Tuhan ... 56

C. Pesan Dakwah Dan Gender Dalam Buku Tuhan ... 58

D. Analisis Wacana Sara Mills ... 60

BAB III: PEMIKIRAN AGUS MUSTOFA DALAM MEMAHAMI TUHAN A. Biografi Agus Mustofa ... 65


(8)

B. Materi Buku Tuhan Laki-Laki Ataukah Perempuan ... 67

1. Tuhan Yang Belom Kita Kenal ... 67

2.Ilah Dan Allah ... 70

3. Tuhan Dikalangan Masyarakat Neolithikum ... 73

4. Tuhan Dizaman Industri Dan Informasi ... 76

5. Al-Qur'an Dan Antropomorfisme ... 79

6. Tuhan Laki-Laki Ataukah Perempuan ... 82

BAB IV: ANALISIS WACANA TUHAN A.Analisis Penggunaan Pesan Dakwah Agus Mustofa Dalam Buku Tuhan Laki-laki Ataukah Perempuan Dalam Persepektif Gender ... 87

B. Analisis Gambaran Tuhan Melalui Buku Agus Mustofa Tuhan Laki-Laki Ataukah Perempuan ... 98

BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan ... 112

B. Implikasi Teoritis ... 114

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(9)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dakwah merupakan kewajiban bagi setiap muslim, untuk mencapai dakwah yang efektif maka diperlukan media. Merebaknya media saat ini seperti media cetak dan media online merupakan salah satu wujud dari era reformasi dan keterbukaan informasi. Fungsi media itu sendiri adalah memberikan informasi, pendidikan, hiburan dan kontrol sosial.1

Media mampu menggiring opini publik kepada suatu fakta tertentu melalui setting terhadap informasi yang akan dijadikan berita. Maka pada tahap inilah misi dakwah dapat berjalan, informasi yang dianggap tidak memihak kepada dunia muslim dapat ditunda pemberitaannya dan beralih kepada pemberitaan yang bernilai dakwah.

Peluang dakwah Islam akan semakin terbuka lebar ketika para da’i mampu memanfaatkan media terutama media cetak, karena peluang persebaran pesan-pesan dakwah akan semakin masif dengn perantaraan media yang ada,2diantaranya adalah karya sastra,3 novel,4cerpen,5naskah drama,6dan buku yang mengandung pesan dakwah.

1

Ahmad Y. Samantho,Jurnalistik Islami,(Jakarta: Harakah, 2002), h.64 2

Erwin Jusuf Thaib," Wartawan Sebagai Da'i " Jurnal Dakwah Tabligh, Vol. 15, No. 2, ( Desember 2014 ), 148-149.

3

Karya sastra merupakan wujud permainan kata-kata pengarang yang berisi maksud tertentu, yang akan disampaikan kepada penikmat sastra. Karya sastra adalah wacana yang khas yang di dalam ekspresinya menggunakan bahasa dengan memanfaatkan segala kemungkinan yang tersedia (Sudjiman 1993:7).

4

Novel sebagai salah satu bentuk karya sastra memegang peranan penting dalam memberikan pandangan untuk menyikapi hidup secara artistik imajinatif. Persoalan yang dibicarakan dalam novel adalah persoalan tentang manusia dan kemanusiaan. Hal ini sejalan dengan pendapat Sayuti,

“Novel biasanya memungkinkan adanya penyajian secara meluas tentang tempat atau ruang,

sehingga tidak mengherankan jika keberadaan manusia dalam masyarakat selalu menjadi topik

utama” (2000:6). Lebih lanjut, untuk menghasilkan novel yang bagus juga diperlukan pengolahan


(10)

2

Komunikasi di antara pembicara dan penyimak atau penulis dengan pembaca dapat berjalan lancar, apabila di antara kedua belah pihak terdapat dalam masyarakat bahasa yang sama. Hal ini berkaitan dengan ketersampaian maksud dari pembicara atau penulis kepada penyimak atau pembaca. Pada situasi ini kemungkinan yang dapat terjadi adalah maksud pembicara atau penulis tidak sampai sama sekali, hanya sebagian maksud yang tersampaikan, atau terjadi kesalahan penerimaan maksud.7

Memasuki zaman global seperti saat sekarang ini, pola dakwah bil

qalam (dakwah melalui tulisan) baik dengan menerbitkan kitab-kitab,

novel, buku, majalah, internet, koran, dan tulisan-tulisan yang mengandung pesan dakwah sangat penting dan efektif. Kelebihan dari dakwah bil qalam yakni pesan dakwahnya tetap tersampaikan meskipun

da’inya sudah tidak ada, atau penulisnya sudah wafat. Dan hadist yang menerangkan tentang dakwah bil qalam adalah "Sesungguhnya tinta para

ulama adalah lebih baik dari pada darahnya para syuhada". Dari sabda Rasulullah diatas menunjukkan betapa berartinya tinta yang ditorehkan dalam rangka berdakwah sehingga perbandingannya dengan pengorbanan para syuhada’.

Media cetak adalah salah satu media dakwah yang efektif untuk berdakwah bil qalam. Namun pada zaman sekarang ini dakwah bil qalam

tidak hanya dilakukan di media cetak saja melainkan juga di internet 5

Cerpen sesuai dengan namanya yaitu cerita pendek. Cerpen memuat penceritaan yang memusat

kepada satu peristiwa pokok. Peristiwa pokok itu barang tentu tidak selalu “sendirian”, ada

peristiwa lain yang sifatnya mendukung peristiwa pokok (Semi, 1988:34). 6

Naskah drama merupakan sebuah karangan tertulis yang berisikan sebuah cerita atau kisah yang menggambarkan kehidupan serta watak pemain untuk kebutuhan satu pagelaran atau pementasan drama. Rusyana (1987, hal. 140)

7

Muh. Irfan Mukhlishin, Maryaeni, Yuni Pratiwi " Bentuk Gaya Komunikasi Facebook Komunitas Seniman Laki-Laki" Jurnal Pendidikan,Vol. 1, No. 6, ( Juni, 2016), 1028.


(11)

3

seperti dikemas dalam blog, website dan artikel-artikel lain yang bisa diakses melalui internet dan buku yang mengandung sisi dakwah juga bisa diposting di internet dan bisa dibaca oleh jutaan umat. Meskipun Internet merupakan barang baru namun internet secara langsung berperan dalam menciptakan dunia yang menggelobal.8Inti dari dakwah bil qalamadalah

menulis, menulis laksana mendayung, berlayar dengan pikiran yang denganya penulis akan menemukan tantangan, pengalaman dan kepuasan. Menulis juga sebagai salah satu metode dakwah yang efektif dan masih relevan hingga sekarang.9

Dakwah melalui tulisan, menulis berarti perduli terhadap peradaban dunia, karena tulisan bisa mempengaruhi orang lain dan menjadi refrensi dalam kehidupan sehari-hari. Tidak dipungkiri juga menulis bisa mendatangkan materi dan popularitas.10Hal ini menunjukkan peluang berdakwah melalui tulisan sangat prospektif dan efektif.

Melihat realitas tersebut, tasawuf modern dalam karya-karya Agus Mustofa layak dijadikan rujukan untuk era global sekarang ini. Agus Mustofa adalah arek Malang yang lahir pada 16 Agustus 1963. Sejak kecil ia sangat akrab dengan filsafat seputar pemikiran tasawuf dan ketika menuntut ilmu tahun 1982 di jurusan Teknik Nuklir, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, ia banyak bersinggungan dengan ilmuwan-ilmuwan Islam yang berpikiran modern sehingga perpaduan antara ilmu tasawuf dan sains itu telah menghasilkan tipikal pemikiran yang unik pada dirinya,

8

Cangara Hafied,Pengertian Ilmu Komunikasi(Jakarta : Raja Grafindo, Persada, 1998), h.23 9

Asep Saeful Muhtadi,Merakit Tradisi Menulis,(Bandung: Mujahid Press, 2004), h.10 10

Ahmad Bahar, Kiat Sukses Meraih Penghasilan Dari Surat Kabar, (Yogyakarta: Pena Cendekia,1996), h.24


(12)

4

yang disebutnya sebagai "tasawuf modern . Pendekatan tasawuf dalam kekinian.11 Disebut tasawuf modern karena tasawuf murni yang relevan untuk diterapkan pada zaman modern. Dalam masyarakat modern, fenomena ketertarikan terhadap pengajian bernuansa tasawuf mencerminkan adanya kebutuhan untuk mengatasi problem alienasi yang diakibatkan modernitas.

Tasawuf modern dalam hal ini dimaksudkan sebagai usaha memfokuskan diri untuk membentuk pribadi beriman, berjiwa tenang dan damai, sukses duniawi dan ukhrawi, menjadi manusia seutuhnya, sehingga mempertahankan keseimbangan lahiriah dan bathiniah di tengah letak modernitas tasawuf modern yaitu diwujudkannya tasawuf yang berada di tengah-tengah zaman pembuktian, dimana manusia modern meminta bukti dalam beragama karena semakin berkembang dan semakin banyaklah bukti-bukti ilmiah tentang kebenaran Al-Qur'an yang bermunculan. Sains menjadi bagian dari agama, sebagai ilmu yang berdasar pada pembuktian-pembuktian empiris tidak akan bertentangan dengan Islam.

Maksud dan tujuan dari tasawuf modern adalah membentuk pribadi manusia bijak yaitu seorang yang berkepribadian utuh, yang mencapai suatu kehidupan dengan perilaku diri yang berakhlak baik, cerdas,bahagia, berjiwa tenang, adil, seimbang, sehat jasmani dan rohani serta bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk keberhasilan hidup di dunia dan di akhirat.

11


(13)

5

Salah satu media cetak yang bisa digunakan sebagai media dakwah adalah buku12 Dalam ranah kajian analisis wacana disini penulis mengangkat karya Agus Mustofa Salah satu tulisannya adalah "Tuhan Laki-Laki ataukah Perempuan". Didalam tulisannya analisis wacana yang disampaikan pengarang tentunya memiliki berbagai variasi dan tujuan. Hal ini tentunya agar melahirkan kesan dan daya tarik tersendiri, tujuannya tidak lain untuk memberi pengaruh pada pemaknaan bagi seorang pembaca atau mendengarnya. Buku-bukunya dikenal secara populer sebagai Serial Diskusi Tasauf Modern.

Penulis merasa tertarik untuk memilih buku karangan Agus Mustofa yang berjudul "Tuhan Laki-Laki Ataukah Perempuan" sebagai obyek penelitian karena terdapat pemaknaan kata yang menarik untuk diteliti. Maka dari latar belakang inilah kemudian peneliti beranggapan bahwa dalam buku ini banyak sekali keunikan dan keistimewaan yang perlu diungkap. Diantaranya jelas berhubungan dengan kehasan, pemaknaan kata yang menarik, baik dalam penyampaian dan pemilihan kata serta bisa memaksimalkan pemahaman terhadap pesan yang dapat dipetik dalam buku tersebut.

Pemahaman yang kita peroleh akan tetap memiliki kerelatifan terhadap eksistensi Tuhan yang sebenarnya. Karena persepsi manusia memang dibatasi oleh keterbatasan akal kecerdasan sendiri. Namun demikian, Al-Qur'an memberikan panduan yang luar biasa dalam memahami eksistensi ketuhanan itu.

12

Anisatul Islamiyah dan Luluk Fikri ZuhriyahAnisatul Islamiyah dan Luluk Fikri Zuhriyah,, Pesan Dakwah Dalam Negri Lima Menara Karya Ahmad Faudi, Jurnal Komunikasi Islam


(14)

6

Di dalam buku ini, secara tidak langsung kita akan dihadapkan pada pembahasan materi terkait dengan perbandingan tuhan-tuhan versi berbagai agama dan kepercayaan. Tuhan manakah yang lebih tuhan dibandingkan dengan tuhan-tuhan yang lain. Bukan secara informasi kitab sucinya karena setiap agama pasti mengklaim ajarannya yang paling benar melainkan lebih kepada akal sehat dalam memahaminya.

Bahwa bertuhan adalah menjadi hak setiap manusia, tentu kita menyadarinya. Tetapi bertuhan kepada Tuhan yang benar benar Tuhan adalah pilihan cerdas bagi siapa saja, agar kita tidak tersesat menyembah Tuhan yang bukan Tuhan sesungguhnya.

Salah satu tema yang akan menjadi pembahasan peneliti khususnya adalah soal sifat Tuhan yang bergender laki-laki atau perempuan. Di hampir semua agama tuhan digambarkan memiliki gender dan jenis kelamin. Itu bisa terlihat dari sebutannya secara eksplisit, misal: Tuhan Bapak dan dewa-dewi, ataupun ungkapan samar yang menyebut Tuhan dengan kata ketiga berjenis kelamin.13

Kata ganti 'dia' dalam bahasa inggris untuk menyebut tuhan misalnya, menggunakan kata 'he' yang bermakna dia laki-laki bukan 'she' yang bermakna dia perempuan ini menjadi penegas bahwa tuhan berjenis kelamin laki-laki.

Jika sebutan tuhan umat kristiani, tentu tidak kontradiktif.Karena,

Tuhan dalam kristen diperkenalkan sebagai Tuhan yang bergender laki-laki. Baik Tuhan yang disebut sebagai Tuhan bapak, yesus yang memng

13


(15)

7

dikenal sebagai manusia yang berjenis kelamin laki-laki. Akan tetapi, pertanyaan tentang Tuhan laki-laki ataukah perempuan itu menjadiabsurd

ketika diarahkan kepada Tuhan umat Islam. Menjadi kontradiksi dengan berbagai ayat yang mengatakan bahwa Allah sebagai Tuhan bagi umat Islam itu tidak menyerupai apapun.

Penemuan inilah yang mendorong penulis untuk lebih dalam lagi meneliti pesan dakwah dalam buku Tuhan dan kaitannya dengan gender dengan menggunakan teori anaisis teks Sara Mills yang sangat memperhatikan posisi subyek- obyek dan penulis-pembaca. Sebagai upaya

persepektif mengenai peristiwa ataupun obyek yang akan dipercayai.

Sehinnga pemahaman pesan dakwah dapat diterima pembaca sesuai keinginan penulis dalam buku Tuhan laki-laki ataukah perempuan.

B. Pembatasan Masalah

Dakwah merupakan instrumen penting bagi umat Islam saat ini, dikala manusia modern dilanda kegersangan spiritual, dekadensi moral, rapuhnya akhlak, korupsi dan manipulasi yang merajalela, ketimpangan sosial, kerusuhan, serta krisis kemanusiaan yang lainnya. Ironisnya, ranah dakwah hanya berputar-putar pada bentuk/metode dakwah melalui mimbar

(bil khitabah) dan sedikit saja dakwah melalui aplikasi ajaran dalam

kehidupan yang nyata (dakwah bil hal). Sementara masih sangat jarang

pemberdayaan dakwah melalui tulisan (dakwah bil qalam) pada media

cetak khususnya, kecuali dilakukan oleh segelintir orang saja. Padahal, efektifitas dakwah melalui tulisan sangat baik saat ini dibanding dakwah


(16)

8

melalui mimbar, dimana manusia modern sudah semakin sulit untuk menyiapkan waktu mendengarkan ceramah agama atau dakwah mimbar.

Dakwah adalah seruan, penyiaran atau propoganda untuk meningkatkan amal ibadah pemeluknya. Jadi komunikasi dakwah adalah penyampaiana ragam komunikasi tertentu berupa seruan seruan, penyiaran atau propoganda yang bertujuan untuk meningkatkan amal ibadah. Komunikiasi dakwah adalah perkataan baik berupa lisan maupun tulisan yang memiliki unsusr-unsur memperingatkan, mempengarui mengajak kepada kebaikan dan mencegah keburukan.

Dakwah Tarbiyah atau mendidik manusia dengan petunjuk Al-Qur'an dan ilmu pengetahuan agar manusia sadar akan menyembah Allah. Dalam buku ini kita diberi nilai pendidikan bahwa ketuhanan dan kehidupan manusia tidak terlepas dari sejarah peradabannya. Semangkin tinggi peradaban semangkin tinggi pula kreteria ketuhanan dalam kehidupannya.

Dakwah Taklim memberi pengajaran baik Al-Qur'an dan hasil riset serta penelitian. Pelajaran yang dipetik adalah Adam as dari rasul pertama terlahir anak qabil dan habil seiring dengan itu manusia pun mulai mengenal Allah sebagai sesembahan manusia. Nabi adamlah yanag membawa pertama kali untuk disampaikan kepada manusia, adam menjadi

khalifah fil ardhi, bukan manusia pertama melainkankhalifahpertama.

Dakwah Qashas dan riwayat adalah komununikasi dakwah yang

menampilkan cerita-cerita masa lalu, baik cerita yang mengandung azab ataupun cerita yang berakhir kebahagiaan. Komunikasi dakwah qashas


(17)

9

dan riwayat ini cocok diterapkan bagi anak-anak hingga orang tua. Beberapa contoh materi dakwah adalah cerita 25 nabi dan rasul cerita tentang raja-raja yang zalim seperti fir'aun dan cerita perjuangan nabi dan sahabat dalam menyebarluaskan dan mendakwahkan ajaran agama Islam ke seluruh dunia.

Tujuan komunikasi dakwah qashas dan riwayat yang menceritakan masa lalu baik cerita perseorangan maupun cerita suatu kaum dengan segala akibat yang dialami, diharapkan dapat diambil hikmah serta pelajaran bagi orang-orang yang didakwahi, baik anak-anak maupun dewasa.14

Pesan Dakwah mengandung arti perintah, nasihat, permintaan yang harus dilakukan atau disampaikan kepada orang lain15. Sedangkan sebagian lain pesan adalah lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator.16Jika pesan dakwah disandingkn dengan ajaran Islam maka pesan Dakwah adalah semua pernyataan yang bermakna dari Al-Qur'an dan sunnah berguna untuk mengajak seluruh umat manusia kepada ajaran Islam agar memperoleh kebahagian di dunia dan akhirat. Demikian juga halnya pesan Dakwah buku Tuhan laki-laki ataukah perempuan dalam persepektif gender membatasi dalam nilai dakwah dan pesan Dakwah yang ada dalam buku dan analisis wacana gender model Sara Mills.

14

A.Hasjmy,Dustur Dakwah Menurut Al-Qur'anh,263. 15

Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, KBBI (Jakarta: Balai Pustaka 1997), Cet. Ke 9 h 140. 16

Onong uchyana Effendy,Ilmu Komunikasi Teori dan Peraktek,(Bandung: Remaja Rosdakarya, 003), Cet. Ke-17, h 18.


(18)

10

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan indentifikasi dan batasan masalah di atas maka, adapun rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penggunaan pesan Dakwah Agus Mustofa dalam buku Tuhan Laki-laki ataukah Perempuan dalam persepektif gender ?

2. Bagaimana gambaran Tuhan melalui buku Agus Mustofa Tuhan laki-laki ataukah perempuan dalam perspektif gender ?

D. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Menjelaskan Bagaimana penggunaan pesan Dakwah Agus Mustofa dalam buku Tuhan Laki-laki ataukah Perempuan dalam persepektif gender.

2. Menjelaskan bagaimana gambaran Tuhan melalui buku Agus Mustofa Tuhan laki-laki ataukah perempuan dalam persepektif gender.

E. Signifikan Penelitian

Dengan dilakukan penelitian ini diharapkan mampunyai kontribusi dalam kajian keislaman dan juga memberikan beberapa manfaat yaitu :

1. Manfaat Teoretis

a. Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah dan memperkaya khazanah ilmu pengetahuan terutama yang bergelut di komunikasi dakwah khususnya dakwah bil qalam. b. Dari penelitian ini juga diharapkan bisa menambah khazanah


(19)

11

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, terutama sekali yang berkonsentrasi pada Progran Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam.

2. Manfaat Praktis

Dan adapun secara praktis, eksplorasi hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat dijadikan sebagai pedoman bagi para pecinta dakwah bil qalam pada masyarakat dalam mempertahankan dan melestarikan dakwah dengan mengunakan berbagai sain teknologi di tengah benturan zaman yang serba canggih.

F. Literatur Review

Untuk melihat konteks dalam penelitian ini, maka ada baiknya untuk meninjau penelitian terdahulu sebagai tolok ukur penelitian ini, apakah sudah pernah diteliti atau bahkan belum pernah sama sekali, ataukah pernah akan tetapi dalam konteks yang berbeda. Pesan Dakwah bisa diartikan materi atau segala sesuatu yang harus disampaikan oleh da'i/penulis terkait keseluruhan ajaran Islam.17

Sebagai rujukan dari penelusuran hasil penelitian yang terkait yaitu "Komunikasi Dakwah dalam Novel “Habibie & Ainun” Karya Bacharuddin Jusuf Habibie (Analisis Gender)" yang ditulis Mariyatul Norhidayati Rahmah. Persoalan gender menjadi hal yang melekat dalam kehidupan berkeluarga. Dalam konstruksi sosial ditemukan sikap-sikap yang tidak menguntungkan pihak perempuan, seperti marginalisasi perempuan, perempuan yang berada dalam posisi ‘subordinat’, dan adanya

17

Wahyu Ilahi,Komunikasi Dakwah Cetakan ke-1 ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010) h 101-102.


(20)

12

pandangan stereotip atau pelabelan bahwa perempuan itu tidak rasional sehingga ada perempuan yang dalam kehidupan berkeluarga atau dalam kehidupan sosial tidak punya peran apa-apa dalam pengambilan keputusan.

Berkaitan dengan persoalan ini diperlukan berbagai upaya untuk memperbaiki pemahaman terhadap keadilan gender melalui komunikasi dakwah dalam berbagai bentuk, salah satunya adalah komunikasi dakwah dalam bentuk tulisan novel. Novel Habibie & Ainun ini, memancarkan perilaku dan cara pandang penulis BJ. Habibie terhadap gender, penempatan posisi perempuan dalam penghargaan dan penghormatan bahwa: “Dibalik sukses seorang tokoh tersembunyi terdapat dua peran perempuan yang amat menentukan, yaitu ibu dan isteri.” Sementara Ainun, isteri yang menciptakan keseimbangan dan harmoni dalam kehidupan keluarganya, dengan kerendahan hatinya memberi posisi di

depan terhadap suaminya, tergambar dengan ungkapannya: “the big you

and the small I”. Bahtera rumah tangga Habibie & Ainun telah berhasil merubah keadaan keluarganya, yang dapat diibaratkan dari ‘nothing’

menjadi ‘everything’ dalam banyak hal.18

Penulis melacak kajian yang terkait sehingga bisa menuntun dalam penyesuaikan dengan maksimal. Anisatul Islamiyah dan Luluk Fikri Zuhriyah yang mengangakat tema Pesan Dakwah Dalam Novel Negeri Lima Menara Karya Ahmad Fuidi disini peneliti hanya memilah pesan

18

Mariyatul Norhidayati Rahmah,"Komunikasi Dakwah dalam Novel “Habibie & Ainun” Karya

Bacharuddin Jusuf Habibie (Analisis Gender)Mu’adalah Jurnal Studi Gender dan Anak Vol. II No. 2, Juli (Desember 2014), 156.


(21)

13

dakwah mana yang mengandung aqidah dan mana yang mengandung syari'ah.19

Andries Kango mengangkat tema Jurnalistik Dalam Kemasan Dakwah Berdakwah melalui media massa (koran, majalah, dll, atau disebut juga surat kabar) mempunyai cara dan karakteristik tersendiri, berbeda dengan berdakwah pada media lainnya, Surat kabar adalah salah satu komunikasi masyarakat pembaca yang sangat besar pengaruhnya terhadap pembacanya. Oleh karena itu menulis pesan-pesan dakwah dalam sebuah koran maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu tulisan bemuansa dakwah itu akan dikonsumsikan kepada media apa, apakah media pers khusus Islam atau pers umum mengarahkan landasan normatif jurnalistik dakwah dalam Islam dan bagaimana peran jurnalis muslim dalam pengembangan dakwah.20

Selanjutnya perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah lokalisasi, metode, pendekatan dan subjek penelitiannya. Sehingga penelitian pesan Dakwah buku Tuhan laki-laki ataukah perempuan dalam persepektif gender (analisis wacana melalui model Sara Mills) layak untuk diteliti dan belum pernah diteliti dari beberapa penelitian terdahulu.

G. Kerangka Teori

1. Pesan Dakwah

Pesan (message) dakwah adalah pesan yang dikomunikasikan, dalam pesan dakwah bil qalam adala pesan dakwah yang dikemmas

19

Anisatul Islamiyah dan Luluk Fikri Zuhriyah, Pesan dakwah dalam novel negeri lima menara karya Ahmad FuadiJurnal Komunikasi IslamVolume 01, Nomor 02, (Desember 2011),138. 20

Andries Kango,Jurnalistik dalam kemasan dakwah, Jurnal Dakwah Tabligh, Vol. 15, No. 1, (Juni 2014 ), 106.


(22)

14

dengan baik oleh penulis. Islam adalah agama dakwah karena disebarkan dan diperkenalkan melalui aktivitas dakwah dan mendorong pemeluknya untuk senantiasa aktif dalam berdakwah. Al-Qur'an merupakan sumber utama dalam melakukan dakwah, yang mengandung pesan untuk melaksanakan nilai-nilai kebenaran.21

Pesan dakwah secara garis besar dapat dikelompokkan sebagai berikut:

a. Pesan Aqidah (keimanan)

Aqidah secara umum dapat kita pahami pemahaman yang benar keimanan dan ketauhidan kepada Allah. Tetapi pembahasanya tidak hanya tertuju pada hal wajib kita imani namun juga hal yang dilarang oleh Islam.

b. Pesan Ibadah

Ibadah mencakup seluruh aspek perkataan dan perbuatan wujud dari tunduk dan patuh yang memiliki puncak keagungan kepada Allah swt. Dari segi pelaksanaanya ibadah bisa di bagi menjadi tiga:

1. Ibadah Jasmaniyah Ruhiyah yang pelaksanaanya disertai jiwa yang ikhlas dan khusu' kepada Allah (shalat dan membaca Al-Qur'an)

2. Ibadah Ruhaniyah Maliyah ibadah yang langsung kaitannya dengan materi ( zakat, infaq, qurban dll)

21

Enung Asmaya,Aa Gym Sejuk dalam masyarakat majmuk,( Jakarta Pt. Mizan publika, 2004) h 33.


(23)

15

3. Ibadah Jasmaniyah Maliyah ibadah disamping memerlukan fisik dan mental juga materi (haji).

2. Analisis Wacana Model Sara Mills

Analisis wacana Sara Mills lebih melihat pada bagaimana posisi aktor ditampilkan dalam teks, sehingga gagasan Sara Mills agak berbeda dengan critical linguistic . Hal ini terkonsentrasi pada siapa

yang menjadi subyek penceritaan dan siapa yang menjadi obyek penceritaan,yang kemudian akan menentukan bagaimana struktur teks dan bagaimana makna diberlakukan dalam teks secara keseluruhan. Selain itu gagasan Sara Mills juga melihat bagaimana posisi pembaca dan penulis ditampilkan pada sebuah teks. Pembaca mengidentifikasi dan menempatkan dirinya dalam penceritaan teks. Pada akhirnya cara penceritaan dan posisi yang ditempatkan dan ditampilkan dalam teks ini membuat satu pihak menjadi legitimate dan pihak lain menjadi

illegitimate.

a. Posisi : Subyek–Obyek

Seperti analisis wacana lain, analisis wacana bentuk Sara Mills juga menempatkan representasi sebagai bagian terpenting dari analisisnya. Bagaimana suatu pihak, kelompok, orang, gagasan, atau peristiwa ditampilkan dengan cara tertentu dalam wacana berita yang mempengaruhi pemaknaaan ketika diterima oleh khalayak.

Sara Mills lebih menekankan pada bagaimana posisi dari berbagai aktor sosial , posisi gagasan atau peristiwa itu


(24)

16

ditempatkan dalam teks. Wacana media bukanlah sarana yang netral, tetapi cenderung menampilkan aktor tertentu sebagai subjek yang mendefinisikan peristiwa atau kelompok tertentu. Posisi – posisi inilah yang pada selanjutnya menentukan semua bangunan unsur teks, dimana pihak yang memiliki posisi tinggi bisa mendefinisikan realitas yang menampilkan peristiwa ke dalam struktur wacana tertentu yang akan dihadirkan pada khalayak.

Seperti jika si A ditampilkan pada sebuah teks memiliki posisi yang tinggi yang mampu mempengaruhi posisi aktor lain, bahkan menggambarkan bagaimana aktor lain dalam sebuah teks. maka, aktor ini mendapatkan posisi sebagai Subjek sedang aktor yang lain yang diceritakan olehnya menjadi objek. Hal ini terjadi dikarenakan si Subjek meiliki sebuah sudut pandang yang mampu menggambarkan dan melegitimasi hak berbicara aktor lain yang memiliki kedudukan lebih rendah darinya.

Selain itu posisi subyek–obyek juga mengandung muatan ideologis. Dimana aktor terkuat akan memarjinalkan pihak –pihak tertentu yang tidak berada pada kelompok dominan. Sebagai contoh jika terjadi sebuah kasus Pembunuhan antara si A dan Si B, disatu sisi yang dapat bercerita adalah si A yang masih hidup. Maka Si A akan memberikan teks sesuai ideologinya dan memarjinalkan penggambaran atas apa yang terjadi pada si B. Karena si A memiliki kesempatan untuk mendefinisikan dirinya dan juga mendefinisikan pihak lain, dengan menggunakan


(25)

17

perspektif dan sudut pandangnya sendiri. Jadi tidak mustahil terjadi penggambaran secara subjektif

b. Posisi Pembaca

Sara Mills berpandangan, dalam suatu teks posisi pembaca sangatlah penting dan haruslah diperhitungkan dalam teks. Jika analisis teks kritikal menempatkan pembaca hanya sebagai konsumen, namun dalam analisi Sara Mills pembaca diposisikan sebagai aspek penting yang mempengaruhi sebuah teks. Pembaca tidak hanya dianggap pihak yang menerima teks, tetapi juga ikut melakukan transaksi sebagaimana akan terlihat dalam bahasa teks tersebut.

Bagi Mills membangun suatu model yang menghubungkan antara penulis dengan teks dan pembaca dengan teks merupakan suatu kelebihan. Pertama, model semacam inni akan secara komperhensif melihat teks bukan hanya berhubungan dengan faktor produksi tapi juga persepsi. Kedua, posisi pembaca ditempatkan dalam posisi penting. Karena teks secara langsung ataupun tidak berkomunikasi dengan masyarakat. Maka pada saat menulis sebuah teks penulis akan memperhitungkan keberadaan pembaca. Secara sederhana bisa digambarka seperti ini, Konteks penulis Teks Konteks pembaca.

Mills memandang banyak teks berkomunikasi dengan pembaca secara tidak langsung, hal ini kentara pada iklan yang ada di masyarakat. Persepsi kata atau teks dalam iklan itu tidak


(26)

18

langsung menyuruh seseorang untuk menggunakan sebuah produk yang diiklankan, tetapi memancing persepsi pembaca teks itu untuk menggunakan produk dengan berbagai teks persuasi yang selanjutnya dimaknai sendiri oleh pembaca.

Dari berbagai posisi yang ditempatkan kepada pembaca, Mills memusatkan perhatian pada gender dan posisi pembaca. Bagaimana laki – laki dan wanita mempunyai persepsi yang berbeda ketika membaca suatu teks. Mereka juga berbeda dalam menempatkan posisi dalam teks. Bagaimana teks itu ditafsirkan pembaca. Meskipun teks itu secara dominan dapat dibaca , ditunjukkan kepada pembaca laki – laki atau wanita. Contohnya, jika ada sebuah berita tentang pemerkosaan oleh seorang laki–laki yang keluarganya broken home, menggunakan sudut pandang “saya” dalam tulisan beritanya. Bisa dilihat bahwa teks ini menempatkan khalayak sebagai laki –laki. Tapi belum tentu laki – laki akan menempatkan dirinya sebagai laki – laki. Karena laki – laki dan wanita bisa saja bertukar peran dalam memahami atau membaca suatu teks.

Analisis wacana adalah sebuah alat analisa yang diterapkan kedalam sebuah wacana, berita atau lebih umumnya teks, guna dalam analisis tersebut si pengguna teori akan membedah isi dari apa yang dikandung dalam sebuah teks media. Secara teoritis, pendekatan analisis wacana kontemporer terhadap representasi media, lebih canggih dibandingkan pendekatan isi. Tidak hanya


(27)

19

kata-kata atau aspek-aspek lainnya yang dapat dikodekan dan dihitung, tetapi struktur wacana yang kompleks pun dapat dianalisis pada berbagai tataran deskripsi.

Bagaimana penulis melalui teks yang dibuat menempatkan dan memposisikan pembaca dalam subjek tertentu dalam keseluruhan jalinan teks.22

Kerangka Analisis Wacana

Sara Mills

YANG INGIN DILIHAT

Posisi

Subjek-Objek

Bagaimana peristiwa dilihat, dari kacamata siapa peristiwa itu dilihat. Siapa yang diposisiakn sebagai pencerita (subjek) dan siapa yang menjadi objek yang diceritakan. Apakah masing-masing aktor dan kelompok sosial mempunyai kesempatan untuk menampilkan dirinya sendiri, gagasannya ataukah kehadirannya, gagasannya ditampilkan oleh kelompok/orang lain.

Posisi

Penulis-Pembaca

Bagaimana posisi pembaca ditampilkan dalam teks. Bagaimana pembaca memposisikan dirinya dalam teks yang ditampilkan. Kepada

kelompok manakah pembaca

mengidentifikasikan dirinya.

Sara Mills menganalisis wacana pada bagaimana posisi-posisi aktor ditampilkan dalam teks. Posisi-posisi-posisi ini dalam arti siapa yang menjadi subjek penceritaan dan siapa yang menjadi objek penceritaan akan menentukan bagaimana struktur teks dan bagaimana makna diperlakukan dalam teks secara keseluruhan. Selain itu, Sara Mills juga memusatkan perhatian pada pembaca dan penulis yang ditampilkan dalam teks. Bagaimana pembaca mengidentifikasi dan menempatkan dirinya dalam penceritaan teks.

22

Eriyanto. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta, Lkis 2009, h, 199-200.


(28)

20

Posisi semacam ini akan menempatkan pembaca pada salah satu posisi dan mempengaruhi bagaimana teks itu hendak dipahami dan bagaimana pula aktor sosial ini ditempatkan. Pada akhirnya cara penceritaan dan posisi-posisi yang ditempatkan dan ditampilkan dalam teks ini membuat satu pihak menjadi legitimate dan pihak

lain menjadiillegitimate.

Konsep subjek-objek, yaitu kita perlu mengkritisi bagaimana peristiwa ditampilkan dan bagaimana pihak-pihak yang terlibat itu diposisikan dalam teks. Posisi di sini maksudnya siapakah aktor yang dijadikan sebagai subjek yang mendefinisikan dan melakukan penceritaan dan siapakah yang ditampilkan sebagai objek, pihak yang didefinisikan dan digambarkan kehadirannya oleh orang lain. Konsep kedua yang menjadi perhatian Mills adalah posisi pembaca. Bagi Mills, teks adalah hasil negosiasi antara penulis dan pembaca. Oleh karena itu, pembaca tidak dianggap semata sebagai pihak yang hanya menerima teks, tetapi juga ik ut melakukan transaksi sebagaimana akan terlihat dalam teks.23 3. Pesan Dakwah Dalam Gender

Isu gender dalam persepektif Islam merupakan isu yang menarik dibicarakan di kalangan akademisi, karena banyak hal yang dapat kita gali dan kita pelajari untuk lebih mengetahui nilai-nilai serta kandungan di balik isu yang berkembang tersebut lewat kacamata Al-Qur an dan Al-hadits Nabi Muhammad saw.

23

Rosa Oktaviani Tanesia, Wacana MengenaiHuman TraffickingDalam Film “Jamila dan Sang Presiden”Jurnal e-KomunikasiVol I. No.2 (2013), 53.


(29)

21

Ketika isu gender di angkat, yang timbul dalam benak kita adalah diskriminasi terhadap wanita dan penghilangan hak-hak terhadap mereka. Gender yang telah diperjuangkan oleh beberapa kalangan, baik dari kalangan akademisi atau dari kalangan yang menanggap bahwa Islam adalah agama yang memicu kehadiran isu gender tersebut di dunia ini. Tentunya para orientalis yang berbasis misionarisme ini ingin mendiskreditkan umat Islam dengan mengangkat isu ini dalam berbagai tulisan dan buku atau artikel-artikel yang menyudutkan dan memberikan opini secara sepihak tentang Dakwah islam dan gender.24

Islam tidak membedakan antara hak dan kewajiban yang ada pada anatomi manusia, hak dan kewajiban itu selalu sama di mata Islam bagi kedua anatomi yang berbeda tersebut. Islam mengedepankan konsep keadilan bagi siapun dan untuk siapapun tanpa melihat jenis kelamin mereka. Islam adalah agama yang telah membebaskan belenggu tirani perbudakan, persamaan hak dan tidak pernah mengedapankan dan menonjolkan salah satu komunitas anatomi saja. Islam hadir sebagai agama yang menyebarkan kasih sayang bagi siapa saja.

Kiprah wanita dalam sejarah menorehkan hasil yang gemilang. Wanita difahami telah memberikan andil yang besar dalam bidang intelektual klasik. Banyak ditemukan guru-guru agama, perawi hadits, bahkan sufi wanita. Siti Aisyah dikenal sebagai pembawa hadist yang

24

Mansour Fakih, dkk, Membincang Feminisme Diskursus Gender Perspektif Islam (Cet. III; Surabaya: Risalah Gusti, 2006), h. 11.


(30)

22

sangat berarti, bahkan para shabahat nabi belajar padanya. Dalam sejarah juga diketemukan sufi Rabi'ah Al-Adalawiyah yang dalam maqam sufi dikenal sebagai wanita yang sangat berpengaruh di jamannya dengan segala kontroversi yang menyelimutinya.

Dalam buku gender, se and society, Gender adalah behavior

differences antara laki-laki dan perempuan yang socially differences

yakni perbedaan yang bukan kodrat atau ciptaan Tuhan melainkan diciptakan oleh laki-laki dan perempuan melalui proses sosial dan budaya yang panjang.25

Dominannya perspektif perempuan sering mengakibatkan jalan buntu dalam mencari solusi yang diharapkan, karena akhirnya berujung pada persoalan yang bersumber dari kaum laki-laki. Ada beberapa fenomena yang sering kali muncul pada persoalan Gender.

Kata Gender berasal dari bahasa Inggris yang berarti jenis kelamin.Secara umum, pengertian Gender adalah perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan apabila dilihat dari nilai dan tingkah laku. Dalam Women Studies Ensiklopedia dijelaskan bahwa Gender adalah suatu konsep kultural, berupaya membuat perbedaan (distinction) dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat.

Dalam buku Sex and Gender yang ditulis oleh Hilary M. Lips

mengartikan Gender sebagai harapan-harapan budaya terhadap

laki-25

Dzuhayatin,Siti Ruhaini, Rekonstruksi Metodologis Wacana Kesetaraan Gender dalam Islam


(31)

23

laki dan perempuan. Misalnya; perempuan dikenal dengan lemah lembut, cantik, emosional dan keibuan. Sementara laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan dan perkasa. Ciri-ciri dari sifat itu merupakan sifat yang dapat dipertukarkan, misalnya ada laki-laki yang lemah lembut, ada perempuan yang kuat, rasional dan perkasa. Perubahan ciri dari sifat-sifat tersebut dapat terjadi dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat yang lain.

Pesan Dakwah adalah materi yang disampaikan kepada pembaca terkait semua masalah namun tetap pada aturan Al-Qur'an dan sunnah. Pesan gender dalam pandangan Islam yang disampaikan sebagai pesan Dakwah inilah Islam ingin meluruskan pemahaman pembaca gender yang sesungguhnya.

Allah menciptakan bentuk fisik dan tabiat wanita berbeda dengan pria. Kaum pria di berikan kelebihan oleh Allah subhanahu

wata’ala baik fisik maupun mental atas kaum wanita sehingga pantas kaum pria sebagai pemimpin atas kaum wanita terdapat di dalam Al-Quran pada surat An Nisa : 35.

Sehingga secara asal nafkah bagi keluarga itu tanggug jawab kaum laki. Asy syaikh Ibnu Baaz berkata: “Islam menetapkan masing -masing dari suami istri memiliki kewajiban yang khusus agar keduanya menjalankan perannya, hingga sempurnalah bangunan masyarakat di dalam dan di luar rumah. Suami berkewajiban mencari nafkah dan penghasilan sedangkan istri berkewajiban mendidik anak-anaknya, memberikan kasih sayang, menyusui dan mengasuh mereka


(32)

24

serta tugas-tugas lain yang sesuai baginya, mengajar anak-anak perempuan, mengurusi sekolah mereka, dan mengobati mereka serta pekerjaan lain yang khusus bagi kaum wanita. Bila wanita sampai meninggalkan kewajiban dalam rumahnya berarti ia menyia-nyiakan rumah berikut penghuninya. Hal tersebut berdampak terpecahnya keluarga baik hakiki maupun maknawi.26

Dalam perspektif Islam, semua yang diciptakan Allah swt berdasarkan kudratnya masing-masing. Para pemikir Islam mengartikan qadar di dalam Al-Qur'an dengan ukuran-ukuran, sifat-sifat yang ditetapkan Allah swt bagi segala sesuatu, dan itu dinamakan kudrat. Dengan demikian, laki-laki dan perempuan sebagai individu dan jenis kelamin memiliki kudratnya masing-masing. Syeikh Mahmud Syaltut mengatakan bahwa tabiat kemanusiaan antara laki-laki dan perempuan berbeda, namun dapat dipastikan bahwa Allah swt lebih menganugerahkan potensi dan kemampuan kepada perempuan sebagaimana telah menganugerahkannya kepada laki-laki.

Ayat Al-Quran yang populer dijadikan rujukan dalam pembicaraan tentang asal kejadian perempuan adalah firman Allah dalam QS. An-Nisa ayat 1 :yang dimaksud dengan nafs di sini menurut mayoritas ulama tafsir adalah Adam dan pasangannya adalah istrinya yaitu Siti Hawa. Pandangan ini kemudian telah melahirkan pandangan negatif kepada perempuan dengan menyatakan bahwa perempuan adalah bagian laki-laki. Tanpa laki-laki perempuan tidak

26


(33)

25

ada, dan bahkan tidak sedikit di antara mereka berpendapat bahwa perempuan (Hawa) diciptakan dari tulang rusuk Adam. Kitab-kitab tafsir terdahulu hampir bersepakat mengartikan demikian. Kalaupun pandangan di atas diterima yang mana asal kejadian Hawa dari rusuk Adam, maka harus diakui bahwa ini hanya terbatas pada Hawa saja, karena anak cucu mereka baik laki-laki maupun perempuan berasal dari perpaduan sperma dan ovum. Allah menegaskan hal ini dalam QS. Ali Imran: 195

Adanya perbedaan antara laki-laki dan perempuan tidak dapat disangkal karena memiliki kudrat masing-masing. Perbedaan tersebut paling tidak dari segi biologis. Al-Quran mengingatkan: ” Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya

Allah Maha mengetahui segala sesuatu”. Ayat di atas mengisyaratkan

perbedaan, dan bahwa masing-masing memiliki keistimewaan. Walaupun demikian, ayat ini tidak menjelaskan apa keistimewaan dan perbedaan itu. Namun dapat dipastikan bahwa perbedaan yang ada tentu mengakibatkan fungsi utama yang harus mereka emban masing-masing. Di sisi lain dapat pula dipastikan tiada perbedaan dalam tingkat kecerdasan dan kemampuan berfikir antara kedua jenis kelamin itu.


(34)

26

Al-Quran memuji ulul albab yaitu yang berzikir dan memikirkan tentang kejadian langit dan bumi. Zikir dan fikir dapat mengantar manusia mengetahui rahasia-rahasia alam raya. Ulul albab tidak terbatas pada kaum laki-laki saja, tetapi juga kaum perempuan, karena setelah Al-Quran menguraikan sifat-sifat ulul albab

ditegaskannya bahwa “Maka Tuhan mereka mengabulkan permintaan

mereka dengan berfirman; “Sesungguhnya Aku tidak akan menyia

-nyiakan amal orang yang beramal di antara kamu, baik lelaki maupun

perempuan”. (QS. Ali Imran: 195).Ini berarti bahwa kaum perempuan

sejajar dengan laki-laki dalam potensi intelektualnya, mereka juga dapat berpikir, mempelajari kemudian mengamalkan apa yang mereka hayati dari zikir kepada Allah serta apa yang mereka pikirkan dari alam raya ini. Berangkat dari posisi di atas, muslimah memiliki peran yang sangat strategis dalam mendidik ummat, memperbaiki masyarakat dan membangun peradaban, sebagaimana yang telah dilakukan oleh shahabiyah dalam mengantarkan masyarakat yang hidup di zamannya pada satu keunggulan peradaban. Mereka berperan dalam masyarakatnya dengan azzam yang tinggi untuk mengoptimalkan seluruh potensi yang ada pada diri mereka, sehingga kita tidak menemukan satu sisipun dari seluruh aspek kehidupan mereka terabaikan. Mereka berperan dalam setiap waktu, ruang dan tataran kehidupan mereka.

Dengan demikian dalam Islam, hubungan manusia dengan manusia lain maupun hubungan manusia dengan makhluk lain adalah


(35)

27

hubungan antar obyek. Jika ada kelebihan manusia dari makhluk lainnya maka ini adalah kelebihan yang potensial saja sifatnya untuk dipersiapkan bagi tugas dan fungsi kemanusiaan sebagai hamba (sama seperti jin, QS 51:56) dan khalifatullah (khusus manusia QS 2:30). Kelebihan yang disyaratkan sebagai kelebihan pengetahuan (konseptual) menempatkan manusia untuk memiliki kemampuan yang lebih tinggi dari obyek makhluk lain dihadapan Allah. Akan tetapi kelebihan potensial ini bisa saja menjadi tidak berarti ketika tidak digunakan sesuai fungsinya atau bahkan menempatkan manusia lebih rendah dari makhluk yang lain (QS 7:179).

Pengertian gender sebagaimana dikutip oleh Mufidah Ch, dalam Woments’ Studies Encyclopedia disebutkan: “Gender adalah suatu konsep kultural, berupa membuat pembedaan (distinction) dalam hal peran, perilaku, mentalitas dan karakteristik emosional antara

laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat” dan Hilary

M. Lips, mengartikan gender sebagai “harapan-harapan budaya

terhadap laki-laki dan perempuan” demikian pula Nurhaeni menyatakan “secara umum gender dapat didefinisikan sebagai perbedaan peran, kedudukan dan sifat yang dilekatkan pada kaum laki-laki maupun perempuan melalui konstruksi secara sosial maupun kultural”.

Gender adalah pemahaman dan cara pandang atau pemikiran seseorang terhadap peran laki-laki dan perempuan yang dipengaruhi oleh konstruksi sosial budaya serta pengaruh pendidikan terhadap


(36)

28

orang tersebut, karenanya bisa tetap, bisa berubah, bisa positif dan bisa pula negatif. Ada orang yang keliru menempatkan posisi gender, atau tidak sensitif gender, atau tidak menempatkan gender dalam kesetaraan, sehingga merugikan salah satu pihak, utamanya pihak perempuan.

Gender erat sekali kaitannya dengan kehidupan laki-laki dan perempuan dalam peran kehidupan berkeluarga/berumah tangga. Karenanya perlu mendapat perhatian khusus, apakah perilaku gender di masyarakat sudah positif atau masih sering terjadi keliru pandang terhadap status laki-laki dan perempuan ini, sehingga perlu lebih giat lagi bagi pemerhati gender untuk menggalakkan komunikasi dakwah kaitannya dengan persoalan gender ini.

Gender dalam pandangan Islam Fenomena tampilnya perempuan dalam berbagai sektor menunjukkan bahwa saat ini, baik di Barat maupun di dunia Islam terutama di Indonesia, telah terjadi pergeseran paradigma pemikiran, perubahan persepsi masyarakat dalam menakar harga perempuan di pentas sosial politik. Perubahan itu, merupakan sebuah proses panjang dari orientasi sosial dan kultural yang selama ini didominasi oleh arogansi peradaban patriarkhi yang

menempatkan perempuan sebagai kelompok marginal dalam tatanan kehidupan sosial.

Kesadaran itu tidak saja menawarkan struktur sosial yang

equilibrium antara struktur patriarki dan matriarki, tetapi juga


(37)

29

menempatkan posisi perempuan secara layak dan proportional berdasarkan Al-Qur'an. Fenomena tampilnya beberapa pemimpin perempuan, baik sebagai perdana menteri maupun presiden pada beberapa Negara, termasuk Indonesia, telah memicu kontroversi dan polemik pemikiran antara beberapa ulama dan cendekiawan di tanah

air sehingga melahirkan “Kongres Umat Islam Indonesia” tahun 1999

yang kemudian merekomendasikan bahwa Islam melarang seorang perempuan menjadi kepala negara atau presiden.

Rekomendasi kontroversial ini, tidak sertamerta meredam perbedaan pendapat di kalangan ulama dan umat Islam, bahkan semakin memicu polemik seputar penafsiran terhadap beberapa ayat Al-Qur'an yang berkaitan dengan status kepemimpinan perempuan sebagai presiden. Penolakan kepemimpinan perempuan, baik dalam pengertian imâm, sulânah, khalîfah, maupun dalam pengertian

sekarang sebagai presiden, memang sejak dahulu telah menyebabkan deferensiasi pendapat di kalanngan ulama. Perbedaan ini dipicu oleh banyak faktor antara lain adanya perbedaan interpretasi terhadap pertama surah Al-Nisâ’ (4): 34 dan kedua terhadap hadis dari Abî Bakrah, yang masing-masing diuraikan sebagai berikut :

                                                         


(38)

30

Artinya : Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum perempuan oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (perempuan) dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebahagian

dari harta mereka.(Qs. Al-Nisa : 34).

Berdasarkan realitas sejarah awal Islam, nabi tidak pernah melarang perempuan melakukan kreativitas. Bahkan dalam Al Qur'an tidak satu pun ayat yang melarang perempuan menjadi pemimpin, justeru sebaliknya Al-Qur'an secara spesifik menuturkan kisah legenda Ratu Balqis dalam memimpin negeri Saba. Boleh jadi

maksud Tuhan mengisahkan ini tidak lain adalah untuk memberitahukan kepada kita bahwa ternyata perempuan juga mampu memimpin negara meskipun Ratu Balgis adalah penyembah api.

Kedua, hadis tentang kepemimpinan puteri Kisra’ Anusyirwan.

Artinya :Telah menyampaikan kepada kami ‘Uthmân bin al-Haitam, (‘Uthmân bin al-Haitam) berkata, telah menyampaikan kepada kami ‘Auf dari Hasan bin Abîi Bakrah, dia berkata : Sungguh Allah telah memberi petunjuk kepadaku, suatu perkataan yang aku dengar dari Rasulullah saw., (berita tentang penduduk Persia) yang menyerahkan kekuasaan kepada puteri kaisarnya (mengangkat-nya sebagai Raja pengganti Bapaknya). Rasulullah saw., bersabda: Tidak akan sukses suatu bangsa yang menyerahkan urusan

kenegaraannya kepada perempuan (HR. Bukhari, Juz 2,

t.th.: 192).

H. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Dalam melaksankan penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif juga sering disebut metode penelitian naturalistik. Hal ini didasarkan pada kondisinya yang alamiah. Artinya apa yang menjadi objek penelitian bukanlah


(39)

31

sesuatu yang dimanipulasi, karena memang berkembang apa adanya. Sehingga, kehadiran peneliti nantinya tidak akan terlalu mempengaruhi dinamika dari objek yang diteliti.27

Menurut Danzin dan Lincoln, sebagaimana dikutip Moleong, berpendapat bahwasanya, penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, yang bermaksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan melibatkan berbagai metode yang ada.28

Adapun yang menjadi alasan peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif adalah untuk memberikan gambaran yang utuh serta menyeluruh terkait eksistensi pemaknaan kata komunikasi Agus Mustofa dakwah bil qalam sebagai media dakwah. Dalam penelitian ini, bentuk penelitian yang dipergunakan adalah pendekatan kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam (indepth interview).29

Penulis memilih penelitian kualitatif karena dalam studi pustaka akan menghasilkan penelitian sifatnya menyeluruh atau holistic, tidak

mengeneralisasi dan sangat dinamis.

27

Imam Suprayogo,Metodologi Penelitian Sosial Agama, (Bandung: Rosdakarya, 2001), h. 163. 28

Lexy J. Moleong,Metodologi Penelitian Kualitatif,(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), h. 4. 29

Menurut Sukmadinata wawancara mendalam adalah wawancara yang dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan terbuka, yang memungkinkan responden memberikan jawaban yang luas. Pertanyaan diarahkan pada pengungkapan kehidupan responden, konsep, persepsi, peranan, kegiatan, dan peristiwa-peristiwa yang dialami berkenaan dengan fokus yang diteliti. Wawancara akan dilakukan pada saat peneliti melakukan observasi ke lapangan. Lihat. Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Rosdakarya, 2007), h. 112.

Dalam tesis, Raden Panji Achmad Faqih Zamany, “Dakwah Politik (Telaah Aktivitas Dakwah

Anggota DPRD Jawa Timur Periode 2014-2019)” (Tesis—UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2015), h. 16.


(40)

32

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan gender dan analisis wacana Sara Mills yang berusaha untuk menguraikan makna yang terkait dalam buku Agus Mustofa terutama dalam buku Tuhan Laki-laki atukan perempuan. Maka perlu kiranya untuk menggunakan teori ini sebagai alat penelitian. Sehingga teori analisis wacana menjadi sangat penting untuk mengkupas pesan Dakwah yang terkait dalam buku Tuhan Laki-laki ataukah perempuan.

3. Jenis Data

a. Data Primer

Data primer adalah data yang dihasilkan dari sumber terdekat dengan orang, informasi, periode, atau ide yang dipelajari30 yang dimaksud dengan data primer adalah data berupa buku, tulisan, hasil wawancara, ataupun dokumen yang berkaitan langsung dengan topik pembahasan. Dalam penelitian ini yang menjadi data primer adalah informasi yang didapatkan dari unsur buku karangan Agus Mustofa.

b. Sumber Data

Sumber data merupakan sumber untuk memperoleh data yang diperlukan menyangkut perilaku dan perkataan subyek penelitian. Karena penelitian ini bersifat kualitatif deskriptif, maka yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah kata-kata. Jauhari mengungkapkan bahwa metode kualitatif memerlukan data

30

Mohamad Mustari, Pengantar Metode Penelitian, (Yogyakarta: laksBang PRESSindo, 2012), h.38.


(41)

33

kata-kata tertulis dan tindakan. Selebihnya adalah data-data tambahan atau pelengkap.31

Guna mendapatkan data yang jelas, peneliti akan memaksimalkan keberadaan analisis wacana model Sara Mills pada buku Tuhan laki-laki ataukah perempuan. Sehingga penelitian ini menjadi akurat, empirik dan sesuai dengan data dilapangan.

c. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara atau strategi untuk mendapatkan data yang diperlukan untuk menjawab permasalahan.32 Cara-cara yang ditempuh peneliti untuk memperoleh data atau informasi adalah wawancara. Wawancara merupakan salah satu cara untuk mengumpulkan data atau informasi yang utama dalam kajian pengamatan.33 Ia dilakukan dengan tanya jawab lisan dan jawaban disimpan secara tertulis, Peneliti sendiri menggunakan wawancara semiterstruktur. Artinya, pertanyaan-pertanyaan yang akan dipertanyakan oleh peneliti, tidak terlalu kaku dan menyesuaikan dengan suasana. Tujuannya adalah untuk menjadikan wawancara lebih cair tetapi tetap mengacu kepada jawaban informan terkait rumusan masalah. Sehingga, dalam penelitian ini tentunya peneliti memilih informan yang sekiranya mampu memberikan data lapangan yang mendalam

31

Heri Jauhari, Panduan Penulisan Skripsi Teori dan Aflikasi, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2009), h. 36.

32

Sutopo, Metode Penelitian Kualitatif Dasar Teori Dan Terapannya Dalam Penelitian,

(Surakarta: Universitas Sebelas maret, 2002), h. 58 33

Mohamad Mustari,Pengantar Metode Penelitian, (Yogyakarta: laksBang PRESSindo, 2012), h. 38.


(42)

34

dan lengkap mengenai pemahaman pemikiran Tuhan laki-laki ataukah perempuan karangan Agus Mustofa.


(43)

1

BAB II

LANDASAN TEORI DAN GENDER BUKU SEBAGAI PESAN DAKWAH A. Komunikasi Dalam Karya Sastra

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, Istilah Komunikasi di artikan dengan pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Menurut pendapat Arifin Anwar, tentang pengertian secara etimologis dari komunikasi adalah:

“komunikasi itu sendiri mengandung makna bersama-sama (common, commonnese dalam bahasa inggris), istilah komunikasi dalam bahasa indonesia dan dalam bahasa inggris itu berasal dari bahasa latin, yakni: communicatio, yang berarti pemberitahuan, pemberi bagian (dalam sesuatu) pertukaran, dimana si pembicara mengharapkan pertimbangan atau jawaban dari pendengarannya, ikut bagian. Kalau kata kerjanya; communicare, artinya: berdialog atau bermusyawarah.”

Jadi pengertian komunikasi secara estimologis seperti yang dikemukakan ahli tersebut adalah: pemberitahuan, pemberi bagian, pertukaran, berdialog atau bermusyawarah. Menurut Onong, U.Effendi. Komunikasi berasal dari bahasa latin: Communicatio yang artinya: pergaulan, peran serta, kerjasama yang bersumber dari istilah: “communis” yang berarti sama, sama di sini maksudnya sama makna atau sama arti. Jadi komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan karena jika tidak terjadi kesamaan makna antara dua aktor komunikasi yakni komunikator dan komunikan itu atau komunikan tidak mengerti


(44)

2

pesan yang diterimanya maka komunikasi tidak terjadi. Jadi pengertian komunikasi secara etimologis seperti yang dikemukakan ahli tersebut adalah; pergaulan, peran serta, kerjasama, yang juga mempunyai pengertian; sama makna terhadap simbol yang digunakan.

Dari keseluruhan definisi tentang komunikasi yang dikemukakan dapatlah disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian, pertukaran gagasan, pikiran dari seseorang kepada orang lain menggunakan simbol yang dapat dipahami bersama maknanya sehingga terjadi dialog atau musyawarah dengan tujuan untuk mempengaruhi atau merubah sikapnya, agar menjadi komunikasi yang efektif.1

Jadi dapat dikatakan bahwa komunikasi adalah proses pengoperan gagasan, pendapat dari seseorang kepada orang lain dengan menggunakan simbol yang dipahami bersama. Argiris mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses dimana seseorang, kelompok, atau organisasi

(sender) mengirimkan informasi (massage) pada orang lain, kelompok,

atau organisasi (receiver).

Proses komunikasi umumnya mengikuti beberapa tahapan. Pengirim pesan mengirimkan informasi pada penerima informasi melalui satu atau beberapa sarana komunikasi. Proses berlanjut dimana penerima mengirimkan feedback atau umpan balik pada pengirim pesan awal.

1 Shihab menekankan perlunya dipenuhi bebe-rapa kriteria, sehingga pesan yang disampaikan

melalui bahasa dapat disebut efektif (balîgh), yaitu: (1) tertampung seluruh pesan dalam kalimat yang disampaikan, (2) kalimatnya tidak bertele-tele, tetapi tidak pula singkat sehinga mengaburkan pesan. Artinya, kalimat tersebut cukup, tidak berlebih atau berkurang, (3) kosakata yang merangkai kalimat tidak asing bagi pendengar dan pengetahuan lawan bicara, mudah diucapkan serta tidak “berat” terdengar, (4) Keserasian kandungan dan gaya bahasa dengan sikap lawan bicara. Lawan bicara atau orang kedua tersebut—boleh jadi—sejak semula meno-lak pesan atau meragukannya, atau boleh jadi telah meyakini sebelumnya, (5) Kesesuaian dengan tata bahasa. Baca Shihab, Tafsir al-Mishbâh, hlm. 468-469.


(45)

3

Dalam proses tersebut terdapat distorsi-distorsi yang mengganggu aliran informasi yang dikenal dengan noise.

Proses komunikasi dapat dijelaskan melalui pemahaman unsur-unsur komunikasi yang meliputi pihak yang mengawali komunikasi, pesan yang dikomunikasikan, saluran yang digunakan untuk berkomunikasi dan gangguan saat terjadi komunikasi, situasi ketika komunikasi dilakukan, pihak yang menerima pesan, umpan dan dampak pada pengirim pesan. Pengirim atau sender merupakan pihak yang mengawali proses komunikasi.

Sebelum pesan dikirimkan, pengirim harus mengemas ide atau pesan tersebut sehingga dapat diterima dan dipahami dengan baik oleh penerima, Proses pengemasan ide ini disebut dengan encoding. Pesan yang akan dikirimkan harus bersifat informatif artinya mengandung peristiwa, data, fakta, dan penjelasan. Pesan harus bisa menghibur, memberi inspirasi, memberi informasi, meyakinkan, dan mengajak untuk berbuat sesuatu. Pesan yang telah dikemas disampaikan melalui media baik melalui media lisan (dengan menyampaikan sendiri, melalui telepon, mesin dikte, atau videotape), media tertulis (surat, memo, laporan, hand out, selebaran, catatan, poster, gambar, grafik), maupun media elektronik (faksimili, email, radio, televisi).

Penggunaan media untuk menyampaikan pesan dapat mengalami gangguan (noise) yang dapat menghambat atau mengurangi kemampuan dalam mengirim dan menerima pesan. Gangguan komunikasi dapat berupa faktor pribadi (prasangka, lamunan, perasaan tidak cakap) dan pengacau


(46)

4

indra (suara yang terlalu keras atau lemah, bau menyengat, udara panas). Situasi juga dapat mempengaruhi jalannya komunikasi karena situasi dapat mempengaruhi perilaku pihak yang berkomunikasi sehingga pada waktu berkomunikasi dengan pihak lain tidak hanya harus mempertimbangkan isi dan cara penyampaian, tetapi juga situasi ketika komunikasi akan disampaikan.

Setelah pesan disampaikan, pihak yang menerima pesan (receiver) harus dapat menafsirkan dan menerjemahkan pesan yang diterima. Penafsiran pesan mengkin akan sama atau berbeda dengan pengirim pesan. Jika penafsiran sama, maka penafsiran dan penerjemahan penerima benar dan maksud pengirim tercapai. Jika penafsiran berbeda maka penafsiran dan penerjemahan salah dan maksud tidak tercapai. Penafsiran pesan ini sangat dipengaruhi oleh ingatan dan mutu serta kedekatan hubungan antara pengirim dan penerima. Unsur terakhir dalam komunikasi adalah umpan balik merupakan tanggapan penerima terhadap pesan yang diterima dari pengirim. Umpan balik bisa berupa tanggapan verbal maupun non verbal dan bisa bersifat positif maupun negatif.

Umpan balik positif terjadi bila penerima menunjukkan kesediaan untuk menerima dan mengerti pesan dengan baik serta memberikan tanggapan sebagaimana diinginkan oleh pengirim. Sedangkan umpan balik negatif dapat benar juga dapat salah. Umpan balik negatif dikatakan benar jika isi dan cara penyampaian pesan dilakukan secara benar, penafsiran dan penerjemahan penerima pesan juga benar. Umpan balik negatif dikatakan salah jika isi dan cara penyampaian pesan dilakukan secara


(47)

5

benar tetapi penafsiran pesan salah. Dalam komunikasi secara bergantian peran penerima pesan bisa berubah menjadi pengirim pesan dan pengirim pesan berubah menjadi penerima pesan.

Secara etimologis, istilah komunikasi merupakan terjemahan dari kata communication yang awalnya berkembang di Amerika. Secara terminologis menurut Webster New Dictionary sebagaimana dikutip oleh Sri Haryani bahwa “komunikasi dimaknai sebagai seni mengekpresikan ide-ide atau pikiran, baik melalui lisan maupun tulisan”. Terminologi lain dikemukakan oleh Hovland seperti yang dikutip Efendi bahwa “Communication is the process by which an individual as communicator transmits stimuli to modify the behavior of other individuals”. Komunikasi merupakan suatu proses di mana seorang komunikator mengirimkan stimulus untuk mengubah perilaku dari orang lain atau komunikan.

Komunikasi adalah “proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu”. Pengertian tersebut mengidentifikasi unsur-unsur komunikasi yakni: komunikator, pesan, media, komunikan, dan efek. Agar jalannya komunikasi berkualitas, maka diperlukan pendekatan komunikasi yaitu pendekatan secara ontologis (apa itu komunikasi), secara aksiologis (bagaimana berlangsungnya komunikasi yang efektif) dan secara epistemologis (untuk apa komunikasi itu dilaksanakan). Berbicara mengenai komunikasi berarti akan berbicara mengenai bahasa. Hal ini dikarenakan komunikasi dan bahasa merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan (bersifat komplementer). Sejarah telah mencatat bahwa


(48)

6

tak ada satu bangsa pun yang tidak mempunyai bahasa sebagai alat komunikasi efektif dalam proses sosialnya.

Komunikasi Verbal Dewasa ini, banyak ragam komunikasi verbal ataupun non verbal, lisan ataupun non lisan yang sering digunakan dalam proses penyampaian informasi, baik itu informasi yang bersifat formal maupun nonformal. Pengklasifikasian ragam komunikasi tersebut menitikberatkan pada penempatan komunikasi dalam kehidupan nyata. Pada zaman globalisasi dan informasi, perkembangan komunikasi akan berlangsung pesat dan signifikan ditopang oleh perkembangan teknologi dewasa ini. Artinya, perkembangan komunikasi tidak akan “stuck off” pada komunikasi sekarang, melainkan terus mengalami peningkatan dan perkembangan. Ini menunjukkan bahwa komunikasi merupakan dimensi penting dalam peradaban manusia.

Secara garis besar bentuk komunikasi ada dua macam, yakni komunkasi non verbal dan komunkasi verbal. Komunikasi non verbal adalah kumpulan isyarat, gerak tubuh, intonasi suara, sikap dan sebagainya yang memungkinkan seseorang untuk berkomunikasi tanpa menggunakan kata-kata. Komunikasi non verbal memiliki berbagai perbedaan dengan komunikasi verbal.

Salah satunya, tidak mempunyai struktur yang jelas, sehingga relatif lebih sulit untuk dipelajari. Disamping itu intensitas terjadinya komunikasi non verbal juga tidak dapat diperkirakan dan bersifat spontanitas. Namun demikian dalam praktiknya banyak digunakan karena


(49)

7

mempunyai beberapamanfaat, setidaknya memperjelas apa yang disampaikan secara verbal.

Komunikasi verbal adalah komunikasi dengan menggunakan simbol-simbol yang mempunyai makna dan berlaku umum, seperti suara, tulisan, atau gambar. Dari sini dapat disimpulkan bahwa dalam komunikasi ini tidak hanya menyangkut komunikasi lisan saja, tetapi juga komunikasi tertulis. Bahasa merupakan simbol atau lambang yang paling banyak digunakan.

Komunikasi dapat mewakili banyak fakta, fenomena, bahkan sesuatu yang bersifat abstrak yang ada di sekitar manusia. Oleh karena itu dalam komunikasi, bahasa banyak digunakan oleh masyarakat. Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas.

Komunikasi adalah kebutuhan manusia yang tidak kalah pentingnya dengan kebutuhan pokok yang lain, seperti makan dan minum, kebutuhan komunikasi adalah kebutuhan manusia yang amat penting, untuk membina hubungan sosial antara manusia.2

sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkret yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa. Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa sastra merupakan ungkapan

2 Qaharuddin Tahir Masjid Kampus Sebagai Media Komunikasi Aktivis Dakwah Dalam

Pembentukan Karakter Mahasiswa Jurnal Komunikasi KAREBA Vol. 3, No. 3 (Juli September


(50)

8

perasaan manusia yang berupa sesuatu yang nyata dengan menggunakan bahasa sebagai alatnya.

Karya sastra sebagai potret kehidupan bermasyarakat merupakan suatu karya imajinatif yang indah untuk dinikmati. Karya sastra menyajikan kehidupan sebagian besar terdiri atas kenyataan sosial ( realita sosial). karya sastra merupakan ekspresi kehidupan manusia yang tak lepas dari akar masyarakatnya. Karya sastra tercipta karena adanya pengalaman batin pengarang berupa peristiwa atau problem dunia yang menarik sehingga muncul gagasan imajinasi yang dituangkan dalam bentuk tulisan dan karya sastra akan menyumbangkan tata nilai figur dan tatanan tuntutan masyarakat.3

Dari kutipan di atas maka dapat disimpulkan bahwa karya sasatra adalah hasil pemikiran manusia yang dapat juga dijadikan sebagai media pembelajaran, dengan menggunakan bahasa sebagai alat untuk menuangkan gagasan atau idenya tersebut. Komunikasi dalam karya sastra, secara harfiah sastra dapat dipahami sebagai alat untuk mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk, dan intruksi yang baik. Sedangkan komunikasi adalah suatu proses penyampain informasi membangkitkan respon yang serupa dengan komunikator. Komunikasi sastra adalah alat untuk menyampaikan informasi Baik dalam bentuk puisi, novel, dongeng, cerita rakyat, novel, cerpen, maupun drama, buku, majalah sangat banyak keberadaannya. Oleh sebab itu, sastra memiliki porsi penting dalam penggalian komunikasi agar komunikasi yang

3 Darti Muflikhah Masalah Sosial Dalam Novel Air Mata Tjitanduy Karya Bambang Setiaji

(Kajian Sosiologi Sastra dan Pendidikan Karakter) BASASTRA Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra


(51)

9

disampaikan sesuai dengan keinginan komunikator tidak terjadi persimpangan makna.4

1. Pesan Dakwah

Pesan adalah informasi yang akan disampaikan oleh komponen lain: dapat berupa ide, fakta, makna, dan data. Pesan juga dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang dikirim dan/atau diterima sewaktu tindakan komunikasi berlangsung. Pesan dapat dikirimkan baik melalui bahasa verbal maupun non-verbal. Pesan juga merupakan suatu wujud informasi yang mempunyai makna. Pesan merupakan wujud informasi yang mempunyai makna. Apabila pesan tidak dipahami oleh penerima maka pesan yang dikirim tidak dapat menjadi informasi, karena berkaitan erat dengan masalah penafsiran bagi yang menerimanya.5

Pesan dakwah dalam kamus besar bahasa indonesia mengandung arti, "perintah, permintaan, amanah, yang harus dikerjakan atau disampaikan kepada orang lain yang berorientasi kepada pembentukan prilaku islam.6 Dalam buku komunikasi Dakwah , Tato Tasmara mengatakan bahwa pesan dakwah adalah semua pertanyaan yang bersumber dari Al-Qur'an dan sunnah baik tertulis maupun lisan dengan pesan-pesan (risalah) tersebut.7

4 Achmad Sultoni, Hubbi Saufan Hilmi Pembelajaran Sastra Berbasis Kearifan Lokal Sebagai

Upaya Optimalisasi Pendidikan Karakter Kebangsaan Menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Seminar Nasional Pendidikan Bahasa Indonesia 2015 ISSN: 2477‐636X ,232.

5 Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006),

h. 153

6 New Life Options, Dapertemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia

(Jakarta: Balai Pustaka, 1997) h 761.


(52)

10

Adapun pesan (materi dakwah) secara garis besar dapat dikelompokkan sebagai berikut :

a. Aqidah (Keimanan)

Secara etimologi aqidah berasal dari kata al-Aqdu yang berarti ikatan kepastian, penetapan, pengukuhan, pengencangan dengan kuat dan juga berati yakin. Sedangkan secara terminologi, terdapat dua pengertian aqidah berarti hukum yang benar seperti keimanan dan ketauhidan kepada Allah. Percaya kepada Malaikat, Rasul, Kitab, Qadha dan Qadhar serta hari akhir. Secara khusus aqidah bersifat keyakinan bathiniyah yang menncakup rukun iman, tapi pembahasannya tidak hanya tertuju pada masalah yang wajib diimani saja tetapi juga masalah yang dilarang oleh Islam.8

Aqidah dalam Islam adalah bersifat i'tiqad bathiniyah yang mencakup masalah masalah yang erat hubungannya dengan iman.9 Aqidah mengikat kalbu manusia dan menguasai batinnya. Aqidah inilah yang membentuk moral (akhlak) manusia. Oleh karena itu, yang pertama kali dijadikan materi dakwah rasulullah adalah aqidah keimanan. Dengan iman yang kukuh akan lahir keteguhan dan pengerbanan yang akan selalu menyertai setiap langkah dakwah.10

8 Indriansyah Islamiyah, Universitas Islam Jakarta, Akhlak Istimaiyah, (Jakarta: PT.Parameter,

1998) h 5.

9 Asmumi Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-ikhlas, 1983) cet-1 h.60.


(53)

11

b. Syari’at

Aspek syariah adalah aspek yang berkaitan dengan amal ibadah, yang berkenan dengan pelaksanaan hukum, beberapa perintah dan larangan Allah. Syariah berkaitan dengan anggota badan atau jasmaniah.11

Ada juga yang mengatakan syariah dari akar kata syara'a yakni memperkenalkan, mengedepankan dan menetapkan sistem hukum yang didasarkan wahyu yang terkandung di dalam Al-Qur'an dan Al-Hadist dan dikembangkan melalui perinsip analisis empat mazhab.12

c. Akhlak

Dalam akhlak tercakup pengertian terciptanya keterpaduan antara kehendak Khaliq dengan perilaku mahluk (manusia). Dengan kata lain, dalam pengertian ini, tata perilaku seseorang terhadap orang lain dan lingkungannnya baru menggambarkan nilai hakiki, manakala suatu tindakan atau prilaku tersebut didasarkan kepada kehendak khaliq (Tuhan).13 dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa akhlak ialah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya.

11 Tim penulis IAIN syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Nasional Indonesia, (Jakarta: PT.Cipta Adi

Pustaka, 1980), h 869.

12 Cyril Glasse, Ensiklopedia Islam, kata pengantar: Prof Huston Smith, ( Jakarta: PT. Raja

Grafindo persada, 2002) h 382.


(54)

12

d. Mu’amalah

Islam merupakan agama yang menekankan urusan mu'amalah lebih besar porsinya daripada urusan ibadah. Islam lebih banyak memperhatikan aspek kehidupan sosial daripada aspek kehidupan ritual. Islam adalah agama yang menjadikan seluruh bumi di mesjid, tempat mengabdi kepada Allah. Ibadah dalam mu'amalah disini, diartikan sebagai ibadah yang menncakup hubungan dengan Allah dalam rangka mengabdi kepada Allah SWT.14

2. Dakwah Bil Qalam

Dari pengertian tentang definisi dakwah di atas dapat disimpulkan bahwa dakwah adalah kegiatan baik secara lisan maupun tulisan menyeru, mengajak, dan memanggil kepada kebaikan dan melarang kepada kemunkaran untuk mendapatkan kehidupan bahagia di dunia dan di akhirat.

Pengertian qalam secara etimologis, berasal dari bahasa Arab

qalam dengan bentuk jamak aqlam yang berarti kalam penulis, pena,

penulis.15 Pengertian lainnya yang disebutkan dalam buku Jurnalisme Universal, antara lain :

a. Menurut Quraish Shihab yang menyatakan bahwa kata Qalam, baik pada ayat keempat wahyu pertama maupun pada ayat kedua yang menggunakan salah satu huruf adalah segala macam alat tulis

14 Muhammad Munir dan Wahyu Illahi, Manajemen Dakwah, ( Jakarta: Prenada Media, 2006)

Cet-1, h 27-28.

15 Muhammad Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: Mahmud Yunus Wa Dzurriyah, 2010),


(1)

✞ ✞✟

membedakan laki-laki dan perempuan dalam semua jenis suku kata, kata benda (isim), kata kerja (fi’il) maupun kata sifat, hal ini dapat

diinterpretasikan sebagai isyarat betapa tingginya kesadaran gender dalam struktur bahasa Arab.

B. Implikasi Teoritis

Implikasi teoritis berhubungan dengan kontribusinya bagi perkembangan kerangka wacana teori-teori sara mills pembentukan sikap spiritual pabagaimana posisi subyek-objek bagaimana peristiwa dilihat, dari kacamata siapa peristiwa dilihat. Siapa yang diposisikan sebagai pencerita (subyek) dan siapa yang diposisikan sebagai (obyek) yang diceritakan. Posisi pembaca adalah hal yang penting dan menarik dalam model yang diperkenalkan oleh Sara Mills. Bagi Sara Mills dalam suatu teks posisi pembaca sangatlah penting dan harus diperhitungkan. Bagaimana juga seorang penulis akan memperhatikan khalayaknya saat menulis teks, kita lihat saja Agus Mustofa adalah kalangan mahasiswa intelek dan tasawuf maka ia juga akan mengupas seputar yang dibutuhkan khalayaknya.

Pembaca merupakan aspek penting bagi seorang penulis dengan memperhitungkan karakteristik pembaca yang ditujunya, maka penulis berharap apa yang disampaikan melalui teks akan diterima pembaca seperti yang diyakininya. Dalam hal ini gagasan interpelasi digunakan untuk wacana pesan dakwah yang digunakan dalam buku Tuhan laki-laki ataukah perempuan menyapa pembaca di dalam teks. Kemudian berhubungan dengn penerimaan individu tentang posisi itu sebagai suatu


(2)

✠ ✠✡

kesadaran, pembaca menerima menerima sebagai kenyataan dan suatu kebenaran.


(3)

116

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Y. Samantho, Jurnalistik Islami, Jakarta: Harakah, 2002

Abdullah Hanani, S Hum, "Gaya Bahasa Qasidah 'Umariyah Karya Hafiz Ibrahim Analisis Stilistika" Tesis UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2015

Ahmad Ali, Herman J. Waluyo, Atikah Anindyarini, Novel Pudarnya Pesona Cleopatra Karya Habiburrahman El Shirazy (Sebuah Tinjauan Stilistika), BASASTRA Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya Volume 1 Nomor 1, Desember 2012.

Abdul Haleem, Memahami Al-qur'an Gaya dan Tema Terj. Rofiq suhud Bandung Marja 2002.

Asep Saeful Muhtadi, Merakit Tradisi Menulis, Bandung: Mujahid Press, 2004.

Ahmad Bahar, Kiat Sukses Meraih Penghasilan Dari Surat Kabar, Yogyakarta: Pena Cendekia,1996.

Anisatul Islamiyah dan Luluk Fikri ZuhriyahAnisatul Islamiyah dan Luluk Fikri Zuhriyah,, Pesan Dakwah Dalam Negri Lima Menara Karya Ahmad Faudi, Jurnal Komunikasi Islam Volume 01, Nomor 02, Desember 2011.

Ahmad Ali, Herman J. Waluyo, Atikah Anindyarini, Novel Pudarnya Pesona

Cleopatra Karya Habiburrahman El Shirazy (Sebuah Tinjauan Stilistika), BASASTRA Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya Volume 1 Nomor 1, Desember 2012.

Achmad Faqih Zamany, “Dakwah Politik (Telaah Aktivitas Dakwah Anggota DPRD Jawa Timur Periode 2014-2019)” Tesis— UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2015.

Agus Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, Yogya : Tiara Wacana Yogya, 2001.

Cangara Hafied, Pengertian Ilmu Komunikasi Jakarta : Raja Grafindo, Persada, 1998.

Dian Maya Setia Ekawati, Sumarwati, Atikah Anindyarini, Gaya Bahasa Dalam Novel Terjemahan Sang Pengejar Layang-layang (The Kite Runner) Karya Kholed Hosseini, BASASTRA Jurnal Penelitian


(4)

117

Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya Volume 1 Nomor 1, Desember 2012

Erwin Jusuf Thaib," Wartawan Sebagai Da'i " Jurnal Dakwah Tabligh, Vol. 15, No. 2, Desember 2014

Eriyanto, Analisis wacana :Penggantar Analisis Teks Media, Yogyakarta: Lkis, 2003.

Habiburrahman El Shirazy, Berdakwah Dengan Puisi (Kajian Intertekstual Puisi-Puisi Relegius Taufiq Ismail) AT-TABSYIR, Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam Volume 2, Nomor 1, Januari – Juni 2014.

Heri Jauhari, Panduan Penulisan Skripsi Teori dan Aflikasi, Bandung: CV Pustaka Setia, 2009.

H. Afifuddin dan Beni Ahmad Saebani, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : CV. Pustaka Setia, 2012.

Imam Suprayogo, Metodologi Penelitian Sosial Agama, Bandung: Rosdakarya, 2001.

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008.

Muh. Irfan Mukhlishin, Maryaeni, Yuni Pratiwi " Bentuk Gaya Komunikasi Facebook Komunitas Seniman Laki-Laki" Jurnal Pendidikan, Vol. 1, No. 6, Juni, 2016.

Gorys Keraf, komposisi; Sebuah Pengantar Kemahiran Berbahasa Flores: Nusa Indah 1984.

Mohamad Mustari, Pengantar Metode Penelitian, Yogyakarta: laksBang PRESSindo, 2012.

Mariyatul Norhidayati Rahmah,"Komunikasi Dakwah dalam Novel “Habibie & Ainun” Karya Bacharuddin Jusuf Habibie (Analisis Gender) Mu’adalah Jurnal Studi Gender dan Anak Vol. II No. 2, Juli Desember 2014.

Suniyarti Sunny, Gaya Bahasa Dalam Surah Ar-rahman ( Kajian Stilistika ), Tesis UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta 2014.

Sutopo, Metode Penelitian Kualitatif Dasar Teori Dan Terapannya Dalam Penelitian, Surakarta: Universitas Sebelas maret, 2002.


(5)

118

Tjipto Susana Somatisasi Dalam Budaya Kolektivis Ditinjau dari Teori Pemaknaan Nelson: Kritik terhadap Psikoanalisa Klasik Buletin Psikologi, Volume 14 Nomor 2, Desember 2006.

Rosa Oktaviani Tanesia, Wacana Mengenai Human Trafficking Dalam Film “Jamila dan Sang Presiden” Jurnal e-Komunikasi Vol I. No.2 2013.

Geertz clifford . the interpertation of kultures new york basic book. 1973 Irwan Abdullah "Penelitian berwwawasan gender daalam ilmu sosial"

Humaniora volume 15 No 3, 2003.

NasaruddIn Umar, Argumen kesetaraan Gender Perspektif al-Qur’an, Jakarta: Paramadina, 1999.

Laela Ahmed, Wanita dan Gender dalam Islam. Akar-akar Historis Perdebatan Modern, Jakarta: Lentera, 2000.

Teeuw, A. Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra. Pustaka Jaya. 1984.

Chamamah-Soeratno, “Penelitian Sastra dari Sisi Pembaca: Satu Pembicaraan Metodologi,” dalam Teori Penelitian Sastra. Yogyakarta.1994.

Madsen. Deborah. Feminist Theory and Literary Practice. London, Sterling, Virginia: Pluto Press, 2000.

Reinharz, Shulamit. Metode-metode Feminis dalam Penelitian Sosial. Diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia oleh Lisabona Rahman dan J. Bambang Agung.Jakarta: Woman Reseach Institute. 2005.

Endah Susanti Analisis ketidakadilan gender pada tokoh perempuan dalam novel "kupu kupu malam" karya Achmad Munif Jurnal Artikulasi Vol.10 No.2 Agustus.

Arifin, Psikologi Dakwah, Jakarta; Bumi Aksara: 2000

Abdul Basit. Dakwah Cerdas di Era Modern Jurnal Komunikasi Islam Volume 03, Nomor 01, Juni 2013

Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an,

Departemen Agama RI, Manajemen Lembaga Dakwah Jakarta: Ditjen Bimas Islam Depag RI; 2004.


(6)

119

AS Achmad, Komunikasi, Media, dan Khalayak Ujung Pandang: Hasanuddin University Press; 1992

Larry A. Samovar, dkk., Understanding Intercultural Communication, Belmont California: Wadsworth Publishing Company, t.th.

Ria Warda MAJALAH SEBAGAI MEDIA DAKWAH Al-Tajdid, Vol. I Maret.

HASRIYATI Analisis Fakta Cerita Dalam Novel Sayang Tanah Ibu Cinta Kita Karya Ismail Maimun E-Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UHO E-ISSN: 2503-3875,

Teeuw, A. Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra. Pustaka Jaya. 1984.

Chamamah-Soeratno, “Penelitian Sastra dari Sisi Pembaca: Satu Pembicaraan Metodologi,” dalam Teori Penelitian Sastra. Yogyakarta. 1994.

Ahmad Fatih, dkk. Tulisan-tulisan Membawa Keajaiban: Hasil Karya di Bidang Sastra. Surakarta: Suara Media Sejahtera. 2008.

NasaruddIn Umar, Argumen kesetaraan Gender Perspektif al-Qur’an, Jakarta: Paramadina, 1999.

E. Kosasih. Apresiasi sastra Indonesia.Jakarta: Nobel Edumedia, 2008. Syahrizal Akbar, Kajian sosiologi sastra dan nilai pendidikan dalam Novel

"Tuan Guru" Karya Salman Faris Jurnal Pendidikan Bahasa dan sastra Vol 1, 2013 ISSN: 1693-623X.

Ni Luh Arjani Kesetaraan dan keadilan gender dalam tantangan globalI N

P U T Jurnal Ekonomi dan Sosial.

Irwan Abdullah, "Penelitian berwwawasan gender daalam ilmu sosial" Humaniora volume xv no 3 2003.

Geertz clifford, the interpertation of kultures new york basic book 1973. Achmad Sultoni, Hubbi Saufan Hilmi Pembelajaran Sastra Berbasis

Kearifan Lokal Sebagai Upaya Optimalisasi Pendidikan Karakter Kebangsaan Menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Seminar Nasional Pendidikan Bahasa Indonesia 2015 ISSN: 2477636X.