Hubungan akuntabilitas keuangan sekolah dengan partisipasi wali murid di SDN Sekarputih kecamatan Bagor kabupaten Nganjuk.
SKRIPSI
Oleh :
BINTI KHUROTUT A’YUNIN
D93213076
PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA 2017
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Latar belakang penelitian ini adalah pengelolaan pendidikan di banyak sekolah terkesan tertutup bagi pihak luar. Masyarakat, orang tua murid seolah olah tidak banyak mengetahui seluk beluk pengelolaan pendidikan di sekolah, tidak mengetahui pendapatan dan belanja sekolah, tidak dilibatkan dalam mengevaluasi kekuatan dan kelemahan kinerja sekolah dan sebagainya. Pengelolaan yang dianggap tidak transparan dan akuntabel berdampak negatif bagi perkembangan sekolah, karena orang tua murid akan meragukan sumbangan yang mereka berikan akan benar-benar dimanfaatkan bagi kepentingan penyelenggaraan pendidikan atau akan terjadi penyimpangan yang tidak diharapkan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui akuntabilitas keuangan sekolah, partisipasi wali murid, hubungan akuntabilitas keuangan sekolah dengan peningkatan partisipasi wali murid serta pengaruh akuntabilitas keuangan sekolah terhadap peningkatan partisipasi wali murid. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian korelasi. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan kuesioner/angket. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 73 responden. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif statistik, korelasi product moment serta analisis regresi linier sederhana. Dari pengujian data diketahui tingkat kualitas akuntabilitas keuangan sekolah tergolong sangat baik karena mempunyai nilai rata-rata (mean) sebesar 37,21 dengan standar deviasi 3, 41, sedangkan tingkat kualitas partisipasi wali murid tergolong sangat baik mempunyai nilai rata-rata (mean) sebesar 36,92 dengan standar deviasi 3, 76. Dari pengujian yang telah dilakukan diperoleh terdapat hubungan akuntabilitas keuangan sekolah dengan partisipasi wali murid. Hasil hitung korelasi product moment di dapatkan bahwa r = 0,94. Karena nilai Sig (2-tailed) (p < 0,05) pada tabel r product moment dengan taraf 5% nilai 0,235 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara akuntabilitas keuangan sekolah dengan partisipasi wali murid. Berdasarkan rxy dengan nilai 0,94 yang
terletak antara 0,80 – 1,00 yang mana interpretasinya tergolong sangat kuat/tinggi. Sedangkan Berdasarkan analisis data menggunakan regresi linier sederhana hasil penelitian pengaruh akuntabilitas terhadap partisipasi mempunyai ada hubungan yang signifikan antara tingkat akuntabilitas keuangan sekolah dengan partisipasi wali murid. untuk variabel akuntabilitas keuangan sekolah, berdasarkan hasil analisis diperoleh t hitung sebesar 23,288, maka t hitung t tabel (23,288 -1,010) maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya koefisien regresi akuntabilitas keuangan sekolah signifikan. Berdasarkan besarnya pengaruh variabel akuntabilitas keuangan sekolah terhadap partisipasi wali murid menandakan bahwa faktor akuntabilitas keuangan sekolah sangat kuat untuk memprediksi partisipasi wali murid.
(7)
HALAMAN JUDUL ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... v
MOTTO ... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii
ABSTRAK ... ix
KATA PENGANTAR ... xi
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR BAGAN ... xvii
DAFTAR TABEL ... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ...xx
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian... 7
E. Keaslian Penelitian ... 8
F. Sistematika Pembahasan...12
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Akuntabilitas Keuangan Sekolah ...14
1. Pengertian Akuntabilitas Keuangan Sekolah ...14
2. Tujuan Akuntabilitas ...17
3. Fungsi Akuntabilitas ...18
4. Manfaat Akuntabilitas ...18
5. Asas-Asas Akuntabilitas ...20
(8)
Pendidikan ...23
9. Indikator Akuntabilitas ...24
10.Tujuan Pengelolaan Keuangan ...25
11.Tugas Manajemen Keuangan ...25
12.Komponen Manajemen Keuangan ...26
13.Kerangka Manajemen Keuangan Sekolah ...26
14.Pembukuan Keuangan Sekolah ...27
15.Sumber Dana Keuangan Sekolah ...30
16.Administrasi Keuangan ...34
B. Partisipasi wali murid ... 1. Pengertian partisipasi wali murid ...37
2. Macam-macam partisipasi ...39
3. Bentuk partisipasi ...41
4. Manfaat partisipasi ...44
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi ...45
C. Hubungan Antara Akuntabilitas Keuangan Sekolah dengan partisipasi wali murid ...47
D. Hipotesis ...48
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan pendekatan penelitian ...51
B. Tempat dan Lokasi Penelitian ...51
C. Variabel dan Definisi Operasional ...52
1. Variabel ...52
2. Definisi Operasional ...53
D. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ...56
1. Populasi ...56
2. Sampel ...57
3. Teknik Sampling ...57
(9)
F. Teknik Pengumpulan Data ...59
1. Metode Kuesioner (angket) ...59
2. Metode Dokumentasi ...62
G. Instrumen Penelitian ...62
H. Analisis Data ...67
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...74
1. Lokasi Penelitian ...74
2. Profil Responden ...71
3. Validitas dan Reliabilitas ...77
4. Akuntabilitas Keuangan Sekolah ...81
5. Partisipasi Wali Murid ...86
6. Hubungan Antara Akuntabilitas Keuangan Sekolah dengan Partipasi Wali Murid ...91
7. Pengaruh Akuntabilitas Keuangan Sekolah terhadap Partipasi Wali Murid ...93
B. Pembahasan ...96
1. Tingkat Kualitas Akuntabilitas Keuangan Sekolah dengan Partisipasi Wali Murid ...96
2. Hubungan Antara Tingkat Akuntabilitas Keuangan Sekolah dengan Partipasi Wali Murid ...98
3. Pengaruh Akuntabilitas Keuangan Sekolah terhadap Partipasi Wali Murid ... 101
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 104
B. Saran ... 105
(10)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Keuangan dan pembiayaan merupakan salah satu sumber daya yang secara langsung menunjang efektitvitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan. Hal tersebut lebih terasa lagi dalam implementasi MBS yang menuntut kemampuan sekolah untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi serta mempertanggungjawabkan pengelolaan dana secara transparan kepada masyarakat dan pemerintah.1
Dalam penyelenggaraan pendidikan, keuangan dan pembiayaan merupakan potensi yang sangat menentukan dan merupakan bagian yang tak terlupakan dalam kajian manajemen pendidikan. Komponen keuangan dan pembiayaan pada suatu sekolah merupakan komponen produksi yang menentukan terlaksananya kegiatan-kegiatan proses belajar-mengajar di sekolah bersama komponen-komponen lain. Dengan kata lain semua kegiatan di sekolah memerlukan biaya, baik itu disadari maupun tidak disadari. Oleh karena itu, dana-dana yang ada harus dikelola sebaik mungkin agar dana tersebut dapat dimanfaatkan secara baik dan optimal untuk menunjang tercapainya tujuan pendidikan. 2
1
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi dan Implementasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), 47.
2
(11)
Pengelolaan keuangan di suatu lembaga pendidikan saat ini memang membutuhkan perhatian khusus. Bukan hanya dari pihak pemerintah saja yang harus mengawasi kegiatan pengelolaan keuangan di lembaga pendidikan, namun para orang tua, masyarakat dan khalayak umum juga di tuntut aktif untuk mengetahui segala sesuatu yang behubungan dengan keuangan sekolah.
Menurut E. Mulyasa sumber keuangan dan pembiayaan pada suatu sekolah secara garis besar dapat dikelompokkan atas tiga sumber, yaitu (1) pemerintah, baik pemerintah pusat, daerah maupun kedua-duanya, yang bersifat umum atau khusus dan diperuntukkan bagi kepentingan pendidikan, (2) orang tua atau peserta didik, (3) masyarakat, baik mengikat ataupun tidak mengikat.3
Dalam buku Organisasi Dan Administrasi Pendidikan Teknologi Dan Kejuruan bahwa pembangunan bangsa harus dibiayai terutama dari dana dalam negeri serta ketentuan bahwa pendidikan merupakan tanggung jawab Negara, masyarakat dan orang tua, maka secara garais besar biaya pendidikan bersumber dari empat arah, yaitu: (1) dari pemerintah meliputi kurang lebih 70% (2) dari orang tua murid meliputi kurang lebih 10-24% (3) dari masyarakat meliputi kurang lebih 5%, (4) dari bantuan atau pinjaman luar negeri meliputi kurang lebih 1%.4 Dari sini
diketahui bahwa orang tua merupakan sumber biaya pendidikan terbesar nomer dua setelah pemerintah.
3
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, 48.
4
Suharsimi Arikunto, Organisasi Dan Administrasi Pendidikan Teknologi Dan Kejuruan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993), 95-96.
(12)
Sesuai dengan UU Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 bab XIII megenai pendanaan pendidikan, bagian ketiga mengenai pengelolaan dana pendidikan pasal 28 ayat (1), berbunyi bahwa pengelolaan dana pendidikan berdasarkan pada prinsip keadilan, efisiensi, transparansi dan akuntabilitas publik.5 Artinya segala dana yang
masuk dan keluar baik yang bersumber dari pemerintah maupun dari masyarakat harus bersifat transparan dan akuntabel. Dengan kedua prinsip tersebut dimaksudkan bahwa masyarakat mengetahui dana yang keluar dan masuk digunakan kemana dan untuk apa saja.
Menurut Indra Bastian, bahwa selama ini sekolah-sekolah hanya memiliki laporan-laporan pertanggungjawaban sebagai bentuk transparansi keuangan sekolah. Diharapkan sekolah memiliki laporan pertanggungjawaban mengenai pengelolaan keuangan sekolah yang terdiri atas neraca, laporan surplus, defisit, laporan arus kas serta perhitungan biaya yang dihabiskan oleh tiap siswa. Jadi, pemerintah dan masyarakat dapat mengetahui dengan lebih mudah berapa besar kebutuhan tiap siswa dalam tiap bulan, semester dan tahunnya.6
Dana penyelenggaraan pendidikan tidak cukup hanya dari APBN. Pihak sekolah juga harus menggalang dana dari orang tua murid. Karena dana penyelenggaraan pendidikan ini bersumber dari pihak lain, pengelola dana sudah seyogyanya mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan.
5
Undang-Undang RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
6
(13)
Pertanggungjawaban keuangan yang transparan dan akuntabel diharapkan dapat memotivasi orang tua murid untuk ikut berperan menanggung dana pendidikan. Hasil riset yang dilakukan Indonesia Coruption Watch (ICW) sejak tahun 2003 menemukan beberapa masalah yang berkaitan dengan pengelolaan dana masyarakat. Sekolah tidak pernah mengumumkan jumlah subsidi yang diterima dari pemerintah, dan sekolah tidak pernah memberikan laporan pengelolaan dana kepada masyarakat secara transparan.
Sebagian masyarakat berpendapat bahwa sarana dan prasarana sekolah adalah tanggung jawab pemerintah dalam hal ini sekolah, ini merupakan pendapat yang keliru dan menunjukkan sikap yang kurang peduli dari orang tua murid terhadap pendidikan. Dalam penyelenggaraan pendidikan partisipasi orang tua murid sangat diharapkan oleh pihak sekolah. Partisipasi yang diberikan orang tua murid kepada satuan pendidikan dapat menyumbangkan sejumlah dana untuk penyelenggaraan pendidikan dan partisipasi dalam pengawasan pengelolaan dana dari orang tua murid tersebut. Dalam hal ini, tuntutan akuntabilitas publik mengharuskan penekannya pada pertanggungjawaban horizontal bukan hanya pertanggungjawaban vertikal.
Akuntabilitas tidak saja menyangkut proses, kinerja dan manajemen, akan tetapi juga menyangkut pengelolaan keuangan, dan kualitas output. Akuntabilitas keuangan dapat diukur dari semakin kecilnya penyimpangan dalam pengelolaan keuangan sekolah. Pengelola keuangan yang bertanggung jawab akan mendapat kepercayaan dari warga sekolah dan orang tua murid.
(14)
Selama ini, pengelolaan pendidikan di banyak sekolah terkesan tertutup bagi pihak luar. Masyarakat, orang tua murid seolah olah tidak banyak mengetahui seluk beluk pengelolaan pendidikan di sekolah, tidak mengetahui pendapatan dan belanja sekolah, tidak dilibatkan dalam mengevaluasi kekuatan dan kelemahan kinerja sekolah dan sebagainya. Pengelolaan yang dianggap tidak transparan dan akuntabel berdampak negatif bagi perkembangan sekolah, karena orang tua murid akan meragukan sumbangan yang mereka berikan akan benar-benar dimanfaatkan bagi kepentingan penyelenggaraan pendidikan atau akan terjadi penyimpangan yang tidak diharapkan. Partisipasi sangat berguna bagi sekolah di dalam memvalidasi premis darimana sebuah program berasal, maka dari itu akan berkontribusi terhadap efektivitas program.
Secara teoritis apabila akuntabilitas benar maka partisipasi masayarakat terhadap sekolah akan tinggi, karena masyarakat mempercayai sekolah. Penelitian oleh Denny Boy, Hotniar Siringoringo tentang Analisis Pengaruh Akuntabilitas Dan Transparansi Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Sekolah (APBS) Terhadap Partisipasi Orang Tua Murid menyatakan bahwa Transparansi dan akuntabilitas, baik secara bersama-sama (simultan) maupun secara parsial, mempunyai pengaruh positif terhadap partisipasi orang tua murid di SMA Negeri 107 Jakarta, dimana semakin transparan dan akuntabel pengelolaan pendidikan dilakukan akan semakin tinggi pula tingkat partisipasi orang tua murid di SMA Negeri 107 Jakarta. Ditemukan bahwa akuntabilitas pengaruhnya sedikit lebih kuat dari pada
(15)
transparansi. Artinya orang tua murid lebih mengutamakan akuntabilitas daripada transparansi dalam menentukan sejauh mana mereka bersedia berpartisipasi dalam pengelolaan pendidikan.7
Penelitian serupa dilakukan oleh Karolina Malo dengan judul Analisis Kausalitas Antara Akuntabilitas Dan Transparansi Pengelolaan Anggaran Pendidikan Terhadap Partisipasi Orang Tua Murid, menyatakan bahwa pengaruh akuntabilitas terhadap partisipasi secara parsial berhubungan positif dan signifikan dengan koefisien regresi sebesar 0,494. Variabel transparansi terhadap partisipasi secara parsial berpengaruh signifikan dengan koefisien regresi 0,418. Sedangkan secara simultan pengaruh akuntabilitas dan transparansi terhadap partisipasi berpengaruh signifikan dengan koefisien determinasi sebesar 0,719 atau 71,9%. Dengan demikian didapat persamaan regresi linear sederhana: Y = 0,719 + 0,494X1 . 0,418X2.8
Berdasarkan permasalahan diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti
“Hubungan Akuntabilitas Keuangan Sekolah dengan Partisipasi Wali Murid di SDN Sekarputih Kecamatan Bagor Kabupaten Nganjuk”.
B. Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang penelitian diatas,maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:
7
Denny Boy dan Hotniar Siringoringo, Analisis Pengaruh Akuntabilitas Dan Transparansi Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Sekolah (APBS) Terhadap Partisipasi Orang Tua Murid (Jurnal Ekonomi Bisnis No. 12 Vol. 14, Agustus 2009).
8
Karolina Malo, Analisis Kausalitas Antara Akuntabilitas Dan Transparansi Pengelolaan Anggaran Pendidikan Terhadap Partisipasi Orang Tua Murid,(Malang, JISIP: Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ISSN. 2442-6962 Vol. 5, No. 1,2016), 50-53.
(16)
1. Bagaimana akuntabilitas keuangan sekolah di SDN Sekarputih Nganjuk?
2. Bagaimana partisipasi wali murid terhadap dana oprasional dan investasi di SDN Sekarputih Nganjuk?
3. Adakah hubungan antara akuntantabilitas keuangan sekolah dengan peningkatan partsipasi wali murid di SDN Sekarputih Nganjuk?
4. Adakah pengaruh akuntantabilitas keuangan sekolah terhadap peningkatan partsipasi wali murid di SDN Sekarputih Nganjuk.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data dan informasi tentang hubungan akuntantabilitas keuangan sekolah terhadap partsipasi wali murid di SDN Sekarputih Nganjuk. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui akuntabilitas keuangan sekolah di SDN Sekarputih Nganjuk 2. Untuk mengetahui peningkatan partisipasi wali murid terhadap dana oprasional
dan investasi di SDN Sekarputih Nganjuk,
3. Untuk mengetahui hubungan antara akuntantabilitas keuangan sekolah dengan peningkatan partsipasi wali murid di SDN Sekarputih Nganjuk.
4. Untuk mengetahui pengaruh akuntantabilitas keuangan sekolah terhadap peningkatan partsipasi wali murid di SDN Sekarputih Nganjuk.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan lanjutan yang relevan terhadap partsipasi wali murid.
(17)
2. Manfaat Praktis
Secara praktis kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memiliki kegunaan sebagai berikut:
1) Bagi sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadikan evaluasi diri sekolah untuk lebih meningkatkan pengawasan serta mutu dari sekolah.
2) Bagi penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam bidang penelitian sehingga mengetahui bagaimana hubungan akuntantabilitas keuangan dengan partsipasi wali murid di SDN Sekarputih Nganjuk.
3) Bagi Para Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai masukkan untuk dapat melakukan penelitian lebih akurat dengan populasi dan sampel yang berbeda, sehingga bisa menguatkan simpulan.
E. Keaslian Penelitian
Keaslian penelitian adalah menguraikan beberapa hasil penelitian sebelumnya, dari gambaran tersebut dapat diverifikasi perbedaan dan kesamaan dengan penelitian sebelumnya, sehingga diketahui signifikansinya dengan jelas. Keaslian penelitian digunakan sebagai referensi bagi peneliti dalam melakukan penelitian . Selain itu penelitian terdahulu digunakan untuk menunjukkan keaslian penelitian ini, bahwa
(18)
peneliti tidak melakukan duplikasi dari penelitian terdahulu. Untuk itu peneliti akan menjabarkan secara ringkas hasil penelitian terdahulu, antara lain:
1. Penerapan Prinsip Transparansi Dan Akuntabilitas Dalam Pengelolaan Keuangan Kepada Stakeholders Di SD Islam Binakheir. Skripsi tersebut dibuat pada tahun 2015 oleh fierda Shafratunnisa, yang berisi tentang bagaimana penerapan prinsip transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan kepada stakeholders di SD Islam Binakheir. Penelitian tersebut menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dimana teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dan dokumentasi. Perbedaan penelitian yang terdahulu dan yang akan diteliti terletak pada objek dan subyek yang dituju. Penelitian yang terdahulu ditujukan kepada sekolah dan stakeholders sedangkan penelitian yang akan dilakukan ditujukan kepada sekolah dan wali murid, tempat penelitian pun juga berbeda. 2. Analisis Pengaruh Akuntabilitas Dan Transparansi Pengelolaan Anggaran
Pendapatan Dan Belanja Sekolah (APBS) Terhadap Partisipasi Orang Tua Murid yang dilakukan oleh Denny Boy dan Hotniar Siringoringo. Pada penelitian disamping menggunakan 2 variabel X yaitu = akuntabilitas, dan = transparansi, Sedangkan penelitian yang akan peneliti lakukan hanya menggunakan satu variabel X dimana objek dari penelitian yg akan dilakukan adalah pengelolaan keuangan, sedangkan varibel Y yang akan diteliti sama seperti penelitian sebelumnya yaitu partisipasi orang tua murid. Penelitian ini menyatakan bahwa Transparansi dan akuntabilitas, baik secara bersama-sama
(19)
(simultan) maupun secara parsial, mempunyai pengaruh positif terhadap partisipasi orang tua murid di SMA Negeri 107 Jakarta, dimana semakin transparan dan akuntabel pengelolaan pendidikan dilakukan akan semakin tinggi pula tingkat partisipasi orangtua murid di SMA Negeri 107 Jakarta. Ditemukan bahwa akuntabilitas pengaruhnya sedikit lebih kuat daripada transparansi. Artinya orang tua murid lebih mengutamakan akuntabilitas daripada transparansi dalam menentukan sejauh mana mereka bersedia berpartisipasi dalam pengelolaan pendidikan.
3. Pengaruh Transparansi, Akuntabilitas, Dan Responsibilitas Pengelolaan Keuangan Sekolah Terhadap Kinerja Guru oleh Daniel Aditya Utama dan Rediana Setiyani. Pada penelitian ini menggunakan 3 variabel X yaitu = transparansi, = akuntabilitas dan = responsibilitas. Untuk variabel Y yang dibahas pada penelelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, yaitu partisipasi wali murid. Penelitian sebelumnya ini menyatakan bahwa transparansi, akuntabilitas, dan responsibilitas pengelolaan keuangan sekolah berpengaruh secara simultan terhadap kinerja guru di SMP Negeri Eks-RSBI sekota Semarang. Namun secara parsial hanya variabel responsibilitas pengelolaan keuangan sekolah yang memberikan kontribusi terhadap kinerja guru. Pengaruh Prinsip Keadilan, Efisiensi, Transparansi, Dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Terhadap Produktivitas Smk. Variabel X yang dibahas penelitian ini ada 4 yaitu:
(20)
variabel Y adalah produktivtas. Sedangkan variabel X pada penelitian yang akan dilakukan ini hanya 1 variabel yaitu akuntabilitas keuangan, untuk variabel Y yang dibahas pada penelelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, yaitu partisipasi wali murid. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa prinsip keadilan, efisiensi, transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan berpengaruh positif secara simultan terhadap produktivitas SMK sebesar 74,9%, prinsip keadilan sebesar 10,18%, efisensi berpengaruh positif sebesar 22,09%, akuntabilitas pengelolaan keuangan berpengaruh positif sebesar 10,76%. Sedangkan transparansi tidak berpengaruh. Prinsip keadilan, efisiensi transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan secara simultan berpengaruh positif terhadap produktivitas SMK. Dan secara parsial hanya transparansi yang tidak berpengaruh terhadap prosuktivitas SMK.
4. Analisis Kausalitas Antara Akuntabilitas Dan Transparansi Pengelolaan Anggaran Pendidikan Terhadap Partisipasi Orang Tua Murid. Penelitian ini tergolong penelitian kausatif, Objek penelitian ini adalah Sekolah Dasar Katolik Mardi Wiyata I yang berada di wilayah Kota Malang, JawaTimur. Penelitian ini menyatakan bahwa Hasil penelitian pengaruh akuntabilitas terhadap partisipasi secara parsial berhubungan positif dan signifikan dengan koefisien regresi sebesar 0,494. Variabel transparansi terhadap partisipasi secara parsial berpengaruh signifikan dengan koefisien regresi 0,418. Sedangkan secara simultan pengaruh akuntabilitas dan transparansi terhadap partisipasi berpengaruh signifikan dengan koefisien determinasi sebesar 0,719 atau 71,9%. Dengan demikian didapat
(21)
persamaan regresi linear sederhana: Y = 0,719 + 0,494X1 . 0,418X2. Variabel penelitian adalah akuntabilitas, transparansi dan partisipasi orang tua murid. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Instrumen penelitian meliputi kuesioner, observasi, dan dokumentasi. Pengumpulan data melalui sumber data primer dan data sekunder. Analisa data menggunakan analisa regresi linear sederhana dengan model persamaan regresinya adalah: partisipasi
=c + β1 akuntabilitas + β2 transparansi. Sedangkan Penelitian yang akan
dilakukan peneliti tergolong penelitian korelasional, Objek penelitian ini adalah SDN Sekarputih Bagor Nganjuk, variabel penelitian ini adalah akuntabilas keuangan sekolah dan partisipasi wali murid. penelilitian ini menggunakan rancangan penelitian korelasi product moment. Sedangkan teknik analisa yang digunakan adalah Teknik Analisis Product Moment.
F. Sistematika Pembahasan
Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai penelitian ini serta memudahkan pemahaman skripsi yang berjudul “Hubungan Akuntabilitas Keuangan Sekolah Dengan Partisipasi Wali Murid di SDN Sekarputih Kecamatan Bagor
Kabupaten Nganjuk” maka pembahasan ini dibagi menjadi V BAB. Uraian
sistematika pembahasan yang terkandung dalam masing-masing BAB disusun sebagai berikut:
(22)
Bab I pendahuluan, bab ini terdiri dari latar belakang masalah , rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab II kajian Pustaka, pada bagian ini berisikan tentang landasan teori yang dibagi menjadi beberapa sub bab yaitu akuntabilitas pengelolaan keuangan sekolah dan partisipasi wali murid.
Bab III metode penelitian, terdiri dari jenis penelitian, populasi, sampel dan teknik sampling, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, validitas dan reabilitas serta analisis data.
Bab IV Hasil Penelitian dan Analisis data. Pada bab keempat ini berisi tentang hasil penelitian dan analisis data yang terdiri dari deskripsi responden, deskripsi hasil penelitian, pengukuran hasil uji validitas, uji releabilitas, uji hipotesis dan pembahasan mengenai hubungan akuntabilitas keuangan sekolah dengan partisipasi wali murid di SDN Sekarputih Bagor Nganjuk disesuaikan dengan jawaban yang dibutuhkan sebagaimana tercantum dalam rumusan masalah diatas.
Bab V Penutup. Bab ini merupakan bab yang paling terakhir yang berisi kesimpulan dari penyajian penelitian dan dari semua pembahasan sekaligus saran dari peneliti terkait permasalahan yang ada, mulai dari proses awal penelitian sampai pada akhir penelitian.
(23)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Akuntabilitas Keuangan Sekolah
1. Pengertian Akuntabilitas Keuangan Sekolah
Akuntablilitas merupakan kewajiban untuk memberikan
pertanggungjawaban atau untuk menjawab dan menerangkan kinerja dan indakan seseorang/badan hukum/pimpinan kolektif suatu organisasi kepada pihak yang
memiliki hak atau wewenang untuk meminta keterangan atau
pertanggungjawaban.1
Menurut Sony dkk., akuntabilitas adalah pertangungjawaban public yang memiliki makna bahwasannya proses penganggaran mulai dari perencanaan, penyusunan, dan pelaksanaan harus benar-benar dapat dilaporkan dan dipertanggungjawabkan kepada DPRD dan masyarakat.2
Menurut Nanang Fattah bahwa akuntabilitas ialah kondisi seseorang yang dinilai oleh orang lain karena kualitas performannya dalam menyelesaikan tujuan yang menjadi tanggung jawabnya. 3
1
Edi Sukarsono, Sistem pendidikan Manajemen: Suatu Pendekatan Praktis (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2002),131.
2
Sony Yuwono, dkk., Penganggaran Sektor Publik: Pedoman Praktis Penyusunan, Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban APBD (Berbasis Kinerja) (Malang: Bayu Media Publishing, 2005), 59.
3
Nanang Fattah,Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Dewan Sekolah, (Bandung: CV. Pustaka Bani Quraisy, 2004).92.
(24)
Masih menurut Nanang Fattah, bahwa akuntabilitas adalah kemampuan dalam memberikan informasi, penjelasan, pertanggung jawaban kinerja kepada pihak-pihak yang bekepentingan (stakeholder).4
Menurut Halim akuntabilitas adalah pertanggungjawaban yang dilakukan oleh seseorang atau suatu lembaga atas segala tindakannya yang ditujukan kepada yang memberi wewenang.5
Akuntabilitas adalah kondisi seseorang yang dinilai oleh orang lain karena kualitas performansinya dalam menyelesaikan tugas untuk mencapai tujuan yang menjadi tanggung jawabnya. Akuntabilitas didalam menejemen keuangan berarti penggunaan uang sekolah dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Berdasarkan perencanaan yang telah ditetapkan dan peraturan yang berlaku maka pihak sekolah membelanjakan uang secara bertanggung jawab. Pertanggungjawaban dapat dilakukan kepada orang tua, masyarakat dan pemerintah. Ada tiga pilar utama yang menjadi prasyarat terbangunnya akuntabilitas, yaitu (1) adanya transparasi para penyelenggara sekolah dengan menerima masukan dan mengikutsertakan sebagai komponen dalam mengelola sekolah, (2) adanya standar kinerja di setiap institusi yang dapat diukur dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenangnya, (3) adanya partisipasi untuk saling menciptakan suasana kondusif dalam menciptakan
4
Ibid, 109. 5
Raeni, Pengaruh Prinsip Keadilan, Efisiensi, Transparansi, Dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Terhadap Produktivitas Smk, ( Semarang: Economic Education Analysis Journal 3 (1) , 2014).
(25)
pelayanan masyarakat dengan prosedur yang mudah, biaya yang murah dan pelayanan yang cepat.6 Indikator transparansi sekolah sendiri ada 3, yaitu:
keterbukaan kebijakan anggaran sekolah, keterbukaan laporan
pertanggungjawaban, adanya akses pada informasi yang siap, mudah dijangkau, bebas diperoleh dan tepat waktu.7
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa akuntabilitas adalah pertanggungjawaban kepada pihak-pihak yang berwenang (pemerintah, sekolah, wali murid dan masyarakat) atas penggunaan dana/uang sekolah sesuai dengan yang telah direncanakan dan laporan yang telah dibuat.
Sedangkan Pengelolan keuangan menurut Depdiknas bahwa manajemen keuangan merupakan tindakan pengurusan/ketatausahaan keuangan yang meliputi pencatatan, perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban dan pelaporan. Dengan demikian, manajemen keuangan sekolah dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas mengatur keuangan sekolah mulai dari perencanaan, pembukuan, pembelanjaan, pengawasan dan pertanggungjawaban keuangan sekolah.8
Menurut Lilik Huriyah, menejemen keuangan pendidikan merupakan aplikasi konsep dan unsur-unsur menejemen dalam mengatur, memanfaaatkan
6
Lilik Huriyah, Manajemen Keuangan: Optimalisasi Pengelolaan Keuangan di Lembaga Penddikan Islam (Surabaya: UINSA Pers, 2014) 8.
7
Sutedjo, Persepsi Stakeholders Terhadap Transparansim Dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Sekolah Menengah Pertama Standar Nasional Kabupaten Kendal, (Semarang: Tesis,Program Pascasarjana, 2009)
8
Departemen Pendidikan Nasional,. Manajemen Keuangan. Materi Pelatihan Terpadu untuk Kepala Sekolah.(Jakarta: Dirjen Dikdasmen, Direktorat Pendidikan Lanjutan Tingkat Pertama, 2002) 88.
(26)
dan mendayagunakan keuangan organisasi/satuan pedidikan untuk memfasilitasi pelaksanaan kegiatan pendidikan secara efektif dan efisien melalui proses perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban dan pengawasan secara sitemastis dan strategis.9
Jadi, pengelolaan keuangan adalah segala aktifitas dalam mengatur keuangan sekolah yang meliputi perencanaan, pembukuan, pembelanjaan, pengorganisasian, pengendalian, pengawasan serta pertanggungjawaban keuangan sekolah
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa akuntabilitas keuangan sekolah adalah pertanggungjawaban terhadap pemasukkan, pengeluaran dan penggunaan uang sekolah kepada orang tua, masyarakat dan pemerintah sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan.
2. Tujuan Akuntabilitas
Dalam buku MBS di SMP pada era otonomi daerah, dikemukakan bahwa tujuan utama akuntabilitas adalah mendorong terciptanya tanggung jawab untuk meningkatkan kenerja sekolah.10
Sedangkan menurut Slamet PH., tujuan akuntabilitas pendidikan adalah kepercayaan publik terhadap sekolah. Kepercayaan publik yang tinggi akan sekolah dapat mendorong partisipasi yang lebih tinggi pula terdapat pengelolaan manajemen sekolah. Sekolah akan dianggap sebagai agen bahkan sumber
9
Lilik Huriyah, Manajemen Keuangan, 4.
10
Direktorat Pembinaan SMP, Manajemen Berbasis Sekolah di SMP pada Era Otonomi Daerah (Jakarta:, Direktorat Jenderal Pendidikan dasar, Kementrian Pendidikan Nasional, 2012) 197.
(27)
perubahan masyarakat. Slamet menyatakan tujuan utama akuntabilitas adalah untuk mendorong terciptanya akuntabilitas kinerja sekolah sebagai salah satu syarat untuk terciptanya sekolah yang baik dan terpercaya. penyelenggara sekolah harus memahami bahwa mereka harus mempertanggungjawabkan hasil kerja kepada publik.11
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan akuntabilitas adalah mendorong terciptanna kepercayaan masyarakat terhapat sekolah.
3. Fungsi Akuntabilitas
Fungsi dari akuntabilitas adalah adanya peluang untuk melakukan diskusi atau komunikasi sebagai upaya menemukan kesepakatan tentang hal yang terbaik dalam bentuk aturan tertentu untuk dilaksanakan. Kesepakatan tersebut muncul dalam bentuk aturan tertentu untuk dijadikan pedoman. Oleh karena itu akuntabilitas membutuhkan aturan, ukuran atau kriteria, sebagai indikator keberhasilan suatu pekerjaan atau perencaan.12
4. Manfaat Akuntabilitas
Manfaat dari akuntabilitas adalah:
a. Memulihkan dan memelihara kepercayaan masyarakat terhadap organisasi b. Mendorong terciptanya transparansi dan responsiveness organisasi
c. Mendorong partisipasi masyarakat
11
Slamet PH, Kapita selekta desentralisasi pendidikan di indonesia, (Jakarta: Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, Depdiknas RI, 2005) 6.
12
(28)
d. Menjadikan organisasi lebih dapat beroperasi secara efisien, efektif dan ekonomis dan responsive terhadap aspirasi masyarakat
e. Mendorong pembangunan sistem penilaian yang wajar melalui pengembangan pengukuran kinerja
f. Mendorong terciptanya iklim kerja yang sehat dan kondusif serta peningkatan disiplin
g. Mendorong kualitas pelayanan kepada masyarakat.13
Dalam buku Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Dan Dewan Sekolah, manfaat akuntabilitas adalah sebagai alat kontrol. Sebagai alat kontrol akuntabilitas memiliki prinsip-prinsip yang tidak memberi peluang untuk merubah konsep dan implementasi perencanaan baik terhadap perubahan terhadap program, metode kerja, maupun fasilitas. Akuntabilitas mampu menghadapi gerak terjadinya perubahan dan pengulangan, bahkan revisi perencanaan. Dengan kata lain akuntabilitas alat kontrol yang tidak memberi kesempatan untuk membuat perubahan. Sebagai alat kontrol akuntabilitas juga memberikan kepastian pada aspek-aspek perncanaan, antara lain:
a. Tujuan atau performan yang ingin dicapai,
b. Program atau tugas yang ingin dikerjakan untuk mencapai tujuan, c. Cara atau performan pelaksanaan dalam mengerjakan tugas,
13
(29)
d. Alat dan metode yang sudah jelas dana yang dipakai dan lama bekerja yang semuanya telah tertuang dalam bentuk alternatif penyelesaian yang sudah pasti,
e. Lingkungan tertentu tempat program dilaksanakan,
f. Insentif terhadap pelaksana sudah ditentukan secara pasti.14
5. Asas-asas Akuntabilitas
Sedarmayanti mengatakan bahwa pelaksanaan akuntabilitas perlu memperhatikan asas-asas sebagai berikut:
a. Komitmen pimpinan dan seluruh staf instansi untuk melakukan pengelolaan pelaksanaan misi agar akuntabel,
b. Beberapa sistem yang dapat menjamin penggunaan sumber daya secara konsisten dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
c. Menunjukkan tingkat pencapaian tujuan dan sasaran yang ditetapkan,
d. Berorientasi pada pencapaian visi dan misi serta hasil dan manfaat yang diperoleh,
e. Jujur, objektif, transparan dan inovatif sebagai katalisator perubahan manajemen instansi pemerintah.15
6. Pelaksana Akuntabilitas
Nanang Fattah menyebutkan bahwa pelaksanaan akuntabilitas ditekankan kepada: 1) guru, 2) administrator, 3) kelompok minoritas 4) orang tua siswa 5)
14
Nanang Fattah, Konsep dan Manajemen Berbasis Sekolah, 97-98.
15
Sudarmayanti, Good Governance “Kepemimpinan Yang Baik” (Bandung: Mandar Maju, 2012), 70-71.
(30)
ahli psikometri 6) orang-orang luar lainnya. Sedangkan dalam perencanaan
participatory, yaitu perencanaan yang menekankan sifat lokal atau desentralisasi, akuntabilitas ditujukan pada sejumlah personil sebagai berikut:
a. Ketua perencana, yang dianggap paling bertanggungjawab atas keberhasilan perencanaan. Seperti dekan, rektor atau pimpinan unit kerja,
b. Manajer / administrator / ketua lembaga sesuai dengan fungsinya sebagai manajer,
c. Para anggota perencana, mereka dituntut memiliki akuntabilitas karena mereka bekerja mewujudkan konsep perencanaan dan mengendalikan implementasinya dilapangan,
d. Konsultan, para ahli perencana yang menjadi konsultan,
e. Para pemberi data harus memiliki performan yang kuat mengingat tugasnya memberikan dan menginformasikan data yang harus selalu siap dan akurat.16
16
(31)
Bagan 2.1. Pelaksana Akuntabilitas 7. Langkah-langkah Akuntabilitas
langkah-langkah yang harus ditempuh untuk menentukan akuntablibilitas seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas pendidikan sebagai berikut:
a. Tentukan tujuan program yang dikerjakan, dalam perencanaan disebut , misi atau tujuan perencanaan,
b. Program dioperasionalkan sehingga menimbulkan tujuan-tujuan yang spesifik,
c. Kondisi tempat bekerja ditentukan,
d. Otoritas atau kewenangan setiap petugas pendidikan ditentukan,
e. Pelaksana yang akan mengerjakan program / tugas ditentukan. Ia adalah penanggung jawab program menurut konsep akuntabilitas adalah orang yang di kontrak,
K
o
n
su
lt
a
n
Manajer
Ketua Perencana
Para Anggota Perencana
(32)
f. Kriteria performan pelaksana yang di kontrak itu dibuat sejelas-jelas mungkin, g. Tentukan pengukur yang bersifat bebas, yaitu orang-orang yang tidak terlibat
dalam pelaksanaan program / tugas tersebut,
h. Pengukuran dilakukan sesuai dengan syarat pengukuran umum yang berlaku, yaitu secara insidental, berkala dan terakhir,
i. Hasil pengukuran dilaporkan kepada orang yang berkaitan.17
8. Faktor yang mempengaruhi dan upaya peningkatan akuntabilitas pendidikan
Faktor yang mempengaruhi akuntabilitas terletak pada dua hal, yakni faktor sistem dan faktor orang. Sistem menyangkut aturan-aturan dan tradisi organisasi. Sedangkan faktor orang menyangkut motivasi, persepsi dan nilai-nilai yang dianutnya yang mempengaruhi kemampuan akuntabilitas.
Menurut Slamet ada delapan hal yang harus dikerjakan oleh sekolah untuk peningkatan akuntabilitas:
a. Sekolah harus menyusun aturan main tentang sistem akuntabilitas termasuk mekanisme pertanggungjawaban.
b. Sekolah perlu menyusun pedoman tingkah laku dan sistem pemantauan kinerja penyelenggara sekolah dan sistem pengawasan dengan sanksi yang jelas dan tegas.
c. Sekolah menyusun rencana pengembangan sekolah dan menyampaikan kepada publik / stakeholders di awal setiap tahun ajaran.
17
(33)
d. Menyusun indikator yang jelas tentang pengukuran kinerja sekolah dan disampaikan kepada stakeholders.
e. Melakukan pengukuran pencapaian kinerja pelayanan pendidikan dan menyampaikan hasilnya kepada publik / stakeholders diakhir tahun.
f. Memberikan tanggapan terhadap pertanyaan dan pengaduan publik.
g. Menyediakan informasi kegiatan sekolah kepada publik yang akan memperoleh pelayanan pendidikan.
h. Memperbarui rencana kinerja yang baru sebagai kesempatan komitmen baru.18
9. Indikator Akuntabilitas
Akuntabilitas sangat penting untuk mempertanggungjawabkan setiap program/kebijakan baik secara proses atau hasilnya, disisi lain partisipasi pimpinan dan masyarakat sebagai pemangku kepentingan diperlukan untuk menciptakan akuntabilitas dalam penyusunan dan pengawasan anggaran. Indikator akuntabilitas meliputi:
a. Sekolah melakukan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) dalam membuat laporan keuangan.
b. Adanya pelaporan secara periodik
c. Keterlibatan semua pihak dalam penyusunan RAPBS19
18
Slamet PH, Kapita Selekta Desentralisasi Pendidikan di Indonesia, 6.
19
(34)
10.Tujuan Pengelolaan Keuangan
Tujuan utama pengelolaan keuangan adalah :
a. Menjamin agar dana yang tersedia dipergunakan untuk kegiatan harian sekolah dan menggunakan kelebihan dana kas untuk diinvestasikan kembali, b. Memelihara barang-barang (asset) milik sekolah,
c. Menjaga peraturan-peraturan atau praktek penerimaan, pencatatan dan pengeluaran uang diketahui dan dilaksanakan.20
Sedangkan menurut Lilik Huriyah ada beberapa tujuan dalam menejemen keuangan pendidikan, yakni antara lain:
a. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan keuangan pendidikan, b. Meningkatkan akuntabilitas dan transparasi keuangan pendidikan,
c. Meminimalkan penyalahgunaan anggaran pendidikan.21
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dibutuhkan kreativitas dalam menggali sumber-sumber dana, menempatkan bendaharawan yang menguasai dalam pembukuan dan pertanggungjawaban keuangan serta memanfaatkanya secara benar sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
11.Tugas Manajemen Keuangan
Tugas manajemen keuangan dibagi menjadi tiga fase, yaitu:22
a. Financial Planning
20
Nanang Fattah, Konsep dan Manajemen ..,193.
21
Lilik Huriyah, Manajemen Keuangan., 6.
22
(35)
Financial planning atau perencanaan financial yang disebut budgeting
merupakan kegiatan mengkoordinasi semua sumber daya yang tersedia untuk mencapai sasaran yang diinginkan secara sistematis, tanpa menyebabkan efek samping yang merugikan.
b. Implementasion
Implementasion involves accounting (pelaksanaan anggaran) ialah kegiatan berdasarkan rencana yang telah dibuat dan kemungkinan terjadi penyesuaian jika diperlukan.
c. Evaluation
Evaluasi involves merupakan proses evaluasi terhadap pencapaian anggaraan.
12.Komponen Manajemen Keuangan
Komponen utama manajemen keuangan meliputi: prosedur anggaran, prosedur akuntansi keuangan, pembelajaran, pergudangan dan prosedur pendistribusian, prosedur investasi, prosedur pemeriksaan.23
13.Kerangka Menejemen Keuangan Sekolah
a. Dasar pengelolaan dana mencakup enam pengertian, yaitu: pembukuan yang cermat dan akurat, pertanggungjawaban yang luwes, pertukaran pengeluaran, kemudahan membelanjakan uang, kebijakan keuangan alokasi dana yang tepat.
23
(36)
b. Penerimaan Dana Sekolah
Dalam kaitan dengan buku catatan penerimaan dana sekolah, kepala sekolah perlu memahami tentang:
a) Tujuan diadakan buku catatan penerimaan dana sekolah,
b) Informasi yang harus tercantum dalam setiap penerimaan, dan memberdayakan uang tunai.24
14.Pembukuan Keuangan Sekolah a. Buku Pos ( Vate Book )
Buku pos pada hakikatnya memuat informasi beberapa dana yang masih tersisa untuk tiap pos anggaran. Buku pos mencacat peristiwa-peristiwa pembelanjaan uang secara harian. Dari buku pos kepala sekolah dengan mudah dapat melihat apakah sekolah telah berlebih membelanjakan uang. Karena itu kepala sekolah dianjurkan untuk menyelenggarakan buku pos tersebut.
b. Faktur ( Vouchers )
Faktur dapat berupa buku atau lembaran lepas yang dapat diarsipkan. Faktur berisi tentang: maksud pembelian, tanggal pembelian, jenis pembelian, rincian barang yang dibeli, jumlah pembayaran, dan tanda tangan pemberi kuasa (kepala sekolah).
24
(37)
c. Buku Kas
Buku kas mencatat rincian tentang penerimaan dan pengeluaran uang serta uang sisa saldo secara harian dan pada hari yang sama, misalnya pembelian kapur tulis. Dengan demikian kepala sekolah akan segera tahu tentang keluar masuknya uang pada hari yang sama. Termasuk yang harus dicatat pada buku kas adalah cheque yang diterima dan dikeluarkan pada hari itu.
d. Lembar Cek
Lembar cek merupakan alat bukti bahwa pembayaran yang dilakukan adalah sah. Lembar cek dikeluarkan bila menyangkut tagihan atas pelaksanaan suatu transaksi, misalnya barang yang dipesan sudah dikirimkan dan catata transaksinya benar. Orang yang berhak menandatangani lembar cek adalah kepala sekolah atau petugas keuangan (bursar).
e. Jurnal
Sebagai pengawas keuangan kepala sekolah harus membuka buku jurnal dimana seluruh transaksi keuangan setiap hari dicatat.
f. Buku Besar (Financial ledgers)
Agar data keuangan berarti, informasi dan jurnal hendaknya dipindahkan ke buku besar atau buku kas induk pada setiap akhir bulan.Buku besar mencacat kapan terjadinya transaksi pembelian, keluar masuknya uang saat itu, dan neraca saldonya.
(38)
g. Buku Pembayaran Uang Sekolah
Buku ini berisi catatan tentang pembayaran uang sekolah siswa menurut tanggal pembayaran, jumlah dan sisa tunggakan atau kelebihan pembayaran sebelumnya. Pencatatan untuk tiap pembayaran harus segera dilakukan untuk menghindari timbulnya masalah karena kuitansi hilang, lupa menyimpan atau karena pekerjaan yang menjadi bertumpuk.
h. Buku Kas Piutang(Black Book)
Buku piutang berisi daftar atau catatan orang yang berutang, kepada sekolah menurut jumlah uang yang terutang, tanggal pelunasan, dan sisa hutang yang belum dilunasi. Informasi dalam buku ini harus selalu dalam keadaan mutakhir untuk melihat jumlah uang milik sekolah yang belum kembali.
i. Neraca Percobaan
Tujuan utama diadakannya neraca percobaan ialah untuk mengetahui secara tepat keadaan neraca pertanggungjawaban keuangan secara tepat, misalnya mingguan atau dua mingguan. Hal ini memungkinkan kepala sekolah sewaktu-waktu (selama tahun anggaran) menentukan hal yang harus dilakukan dan menangguhkan pengeluaran yang terlalu cepat dari pos tertentu.25
15.Sumber Dana Keuangan Sekolah
Sumber utama keuangan sekolah adalah: pemerintah, orang tua dan masyarakat. Sekolah juga dapat mencari dana atau bantuan melalui berbagai cara
25
(39)
selain melalui iuran BP3, misalnya melalui penyewaan fasilitas, pembayaran siswa, bantuan yayasan, dan gerakan pengumpulan dana.26
2.2. Sumber Dana Keuangan Sekolah menurut Nanang Fattah
a. Orang Tua
Kontribusi orang tua semakin penting pada saat pemerintah tidak mempunyai kemampuan untuk membiayai kebutuhan sekolah yang memadai, seperti yang biasa dialami oleh Negara-negara berkembang. Namun demikian, di Negara yang pemerintahannya mampu pun terkadang orang tua masih ingin menyumbang, misalnya alat transportasi, computer,
26
Ibid. 186,
sumber keuangan
sekolah pemerintah
pusat
Siswa
Kelompok Masyarakat
Alumni
lain-lain Orang
Tua Pengusaha
Yayasan
Pemerintah Daerah
(40)
dan biaya untuk kunjungan belajar (study tour) karena mereka mengendaki anak mereka memperoleh pendidikan yang tebaik.
b. Pemerintah Pusat
Pemerintah membantu sekolah secara finansial dalam beberapa cara, misalnya: memberikan dana hibah untuk sekolah, membayar gaji para guru, membantu proyek pencarian dana sekolah berupa penyediaan tenaga ahli, bahan dan peralatan, membiayai proyek pembanguan dan rehabilitas sekolah untuk daerah tertentu.
Pemerintah juga memberikan sumbangan tak langsung melalui: pelatihan guru, pelatihan kepala sekolah, pelatihan pengawas, pelatihan tenaga kependidikan lainnya (pustakawan, petugas lab.) penyiapan silabus, pelatihan pengunaan sarana dan prasarana, pemberian kesempatan pada guru untuk melanjutkan pendidikan.
c. Pemerintah daerah
Banyak Negara menyerahkan pendidikan dasar kepada pemerintah daerah. Tiap pemerintah ini mempunyai tanggung jawab untuk menempatkan dan membuka sekolah, menyedikan sarana fisik, fasilitas ruang kelas dan perlengkapan kantor. Dana ini berasal dari pendapatan yang dikumpulkan daerah berupa pajak.
d. Masyarakat
Kelompok masyarakat biasanya merupakan sumber keuangan bagi sekolah. Mereka digerakkan oleh pemimpin masyarakat setempat untuk
(41)
bertugas tertentu, seperti membangun pelaksanaan proyek sekolah, memberikan hibah tanah untuk kepentingan sekolah, pengumpulan dana untuk sekolah tertentu didaerahnya, pengumpulan dana untuk usaha swasembada dengan melibatkan alumni sekolah.
e. Fasilitas Sekolah
Apabila pemerintah mengijinkan, dengan manajemen yang baik, fasilitas sekolah dapat menghasilkan uang yang besar jumlahnya, missal dengan jalan: menyewakan aula, menyewakan tempat bermain (lapangan olah raga), membuka usaha petanian bagi yang memiliki lahan kebun dan kolam, mendirikan kantin dan koperasi sekolah, membuka jasa foto copy, membuka jasa wartel.
f. Siswa
Siswa dapat menjadi sumber keuangan yang baik. Hal ini tergantung kondisi sekolah dan kemampuan manajerial pimpinan sekolah dan stafnya. Cara yang dapat ditempuh untuk memanfaatkan siswa antara:
a) Usaha perkebunan, peternakan (unggas, sapi, kambing, lebah), kerajinan, b) Kegiatan pengumpulan dana seperti: pagelaran seni, tari-tarian, drama, pertandingan, pameran, penjual obral/bazaar, dan pencarian donator untuk amal.
g. Pemilik sekolah (Yayasan)
Sebagian sekolah dibangun oleh badan-badan keagamaan atau yayasan usaha social yang bukan pemerintah.Pembangunandan pembukaan sekolah
(42)
tersebut biasanya mengandung tujuan khusus, biasanya menyangkut kesejahteraan moral dan spiritual anak-anak. Badan atau yayasan seperti ini memberikan bantuan pada sekolah dengan berbagai cara, misalnya melalui penyediaan tanah dan bangunan, peralatan tanah serta tenaga. Mereka dapat membentuk dana abadi atau menanamkan uangnya dalam berbagai saham. Bunganya yang diperoleh dari penanaman modal tersebut dipakai untuk membantu sekolah.27
Dalam buku Administrasi Dan Organisasi Pendidikan Teknologi Dan Kejuruan, tertera bahwa pembangunan bangsa harus dibiayai terutama dari dana dalam Negeri serta ketentuan bahwa pendidikan merupakan tanggung jawab Negara, masyarakat, dan orang tua, maka secara garis besar biaya pendidikan bersumber dari empat arah, yaitu:
a) Dari pemerintah meliputi kurang lebih 70%
1) Pemerintah pusat yang memikul sebagian besar pengeluaran untuk pelaksanaan pendidikan sehari-hari, baik personal maupun non personal,
2) Pemerintah Daerah Provinsi yang asalnya juga dari Pemerintah Pusat sebagai susidi dan dari pajak pendapatan di daerahnya.
3) Pemerintah tingkat II, yang berasal dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Tingkat I sebagai uang subsidi serta dana lain yang merupakan kekayaan daerah.
27
(43)
b) Dari orang tua murid meliputi kurang lebih 10-24% berupa uang SPP dan uang bantuan yang di kumpulkan melalui BP3 (Badan Pembantu Penyelenggara Pendidikan).
c) Dari masyarakat meliputi kurang lebih 5% berupa dana yang diberikan oleh masyarakat secara tidak langsung tetapi melalui yayasan atau lemabaga swasta, misalnya bantuan berupa alat-alat sekolah serta pabriknya, atau toko-toko perabot yang memberikan sumbangan sukarela melalui Departemen.
d) Dari bantuan atau pinjaman luar negeri meliputi kurang lebih 1% saja dari seluruh anggaran pendidikan, misalnya dari IIEP (International Institution For Education Planning), UNESCO, UNICEF, World Bank, USAID (United States Agency for International Development) Ford Foundation, British Council dan sebagainya.28
16.Administrasi Keuangan
Di dalam pengertian umum keuangan, kegiatan pembiayaan meliputi tiga hal, yaitu budgeting (penyusunan anggaran), accounting (pembukuan) dan
auditing (pemeriksaan).
a. Budgeting (penyusunan anggaran)
Istilah anggaran sering kali ditangkap sebagai pengertian suatu rencana. Namun dalam bidang pendidikan sering dijumpai dua istilah yakni RAPBN (Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) dan RAPBS (Rencana
28
(44)
Anggaran Pendapatan Belanja Sekolah). Dalam dua istilah tersebut
“anggaran” bukanlah suatu “rencana”. Istilah rencana telah memberikan
penekanan atas pemakaian istilah “anggaran” sebagai suatu rencana. b. Accounting (pembukuan)
Kegiatan kedua dari administrasi pembiayaan adalah pembukuan atau kegiatan pengurusan keuangan. Pengurusan keuangan meliputi dua hal yaitu menentukan kebijakan menerima atau mengeluarkan uang. Pengurusan ini dikenal dengan pengurusan ketata usahaan. Pengurus kedua menyangkut urusan tindak lanjut dari urusan pertama, yaitu menerima, menyimpan dan mengeluarkan uang.
c. Auditing (pemeriksaan)
Yang dimaksud dengan auditing adalah semua kegiatan yang menyangkut pertanggungjawaban penerimaan, penyimpanan dan pembayaran atau penyerahan uang yang dilakukan bendaharawan kepada pihak-pihak yang
berwenang. Bagi unit-unit yang ada dalam departemen,
mempertanggungjawaban pengurusan keuangan ini kepada BPK melalui departemen masing-masing.
Auditing ini sangat penting dan bermanfaat sekurang-kurangnya bagi empat pihak, yaitu:
a) Bagi bendaharawan yang bersangkutan 1) Bekerja dengan arah yag pasti,
(45)
3) Tingkat keterampilan dapat diukur dan dihargai,
4) Mengetahui dengan jelas batas wewenang dan kewajibannya, 5) Ada control bagi dirinya terhadap godaan penyalah gunaan uang. b) Bagi lembaga yang bersangkutan
1) Dimungkinkan adanya sistem kepemimpinan terbuka,
2) Memperjelas batas wewenang dan tanggung jawab antar petugas, 3) Tidak menimbulkan rasa curiga-mencurigai,
4) Ada arah yang jelas dalam menggunakan uang yang diterima. c) Bagi atasannya
1) Dapat diketahui bagian/keseluruhan anggaran yang telah dilaksanakan,
2) Dapat diketahui tingkat keterlaksanaan serta hambatannya demi penyusunan anggaran tahun berikutnya,
3) Dapat diketahui keberhasilan pengumpulan, penyimpanan dan kelancaran pengeluaran,
4) Dapat diketahui tingkat kecermatan dalam
mempertanggungjawabkan,
5) Untuk memperhitungkan biaya kegiatan tahun yang lampau sebagai umpan balik bagi perencaan masa yang akan datang,
6) Untuk arsip dari tahun ketahun. d) Bagi Badan Pemeriksa Keuangan
(46)
1) Ada patokan yang jelas dalam melakukan pengawasan terhadap uang milik Negara,
2) Ada dasar yang tegas untuk mengambil tindakan apabila terjadi penyelewengan.29
B. Partisipasi Mali Murid
1. Pengertian Partisipasi Wali Murid
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, partisipasi adalah perihal turut berperan serta di suatu kegiatan.30
Teori partisipasi merupakan salah satu jenis teori yang membicarakan mengenai proses keterlibatan individu dalam berbagai kegiatan yang berkaitan dengan kemasyarakatan. Partisipasi juga bisa dihubungkan dengan sebuah kondisi yang saling menguntungkan dari dua pihak atau lebih yang berinteraksi. Dimana semakin banyak manfaat yang diperoleh dari proses interaksi tersebut maka pihak-pihak yang terlibat dalam interaksi akan semakin kuat hubungannya.
Partisipasi adalah suatu wujud dari peran serta masyarakat dalam aktivitas berupa perencanaan dan pelaksanaan untuk mencapai tujuan pembangunan masyarakat.31
29
Suharsismi Arikunto, Organisasi Pendidikan, 90-91.
30
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008), 1072.
31
Muslikh Bahaddur,Partisipasi Orang Tua Siswa Dalam Pembelajaran Di Sd Islam Terpadu Salman Al Farisi Yogyakarta (Yogyakarta: UNY, 2012), 14.
(47)
Jadi, partisipasi adalah keterlibatan, keikutsertaan, serta kepedulian seseorang dalam suatu kegiatan dimana tindakan tersebut disertai dengan rasa ikhlas dan tanggung jawab.
Sedangkan secara biologis, orang tua adalah orang yang telah melahirkan seorang anak sehingga dapat menjalankan kehidupannya di dunia. Orang tua menurut Kunaryo Hadikusumo, sebagai pendidik menurut kodrat adalah pendidik pertama dan utama karena secara kodrati anak manusia dilahirkan oleh orang tuanya (ibunya) dalam keadaan tidak berdaya. Hanya dengan pertolongan dan layanan orang tua (terutama ibu) bayi (anak manusia) itu dapat hidup dan berkembang makin dewasa.32
Sedangkan wali sendiri dalam pengertian secara harfiah bermakna seseorang yang menjadi panutan, seseorang yang dapat dipercaya atau pelindung.33 Dalam hal ini, wali siswa yaitu seorang yang menggantikan orang
tua dalam membimbing dan mengikuti tumbuh kembang siswa.
Wali siswa berperan sama pentingnya terhadap proses belajar siswa, karena juga merupakan pengganti orang tua dalam mendidik siswa dirumah.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa orang tua merupakan orang yang telah melahirkan (ibu) seorang anak dengan secara
32
Kunaryo Hadikusumo. Pengertian Orang Tua. 1996. Artikel. http://aryesnovianto. blogspot.com/2010/12/ pengertian-orang-tua-menurut-kunaryo.html. diakses pada sabtu 10 November 2016
33
(48)
langsung memberikan pendidikan yang pertama kepada anak di lingkungan keluarga.
Orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam pendidikan anak. Sedangkan wali merupakan seseorang yang menggantikan peran orang tua dirumah dalam mendidik siswa dirumah. Sehingga peran wali siswa sama dengan orang tua.
Jadi partisipasi wali murid adalah kesadaran dan kepedulian orangtua / wali murid dalam melakukan aktivitas-aktivitas turut serta mengambil keputusan, melaksanakan dan mengevaluasi keputusan dalam suatu program pendidikan di sekolah secara proporsional dilandasi kesepakatan.
2. Macam- Macam Partisipasi
Ada beberapa macam partisipasi yang dikemukakan oleh ahli. Menurut Sundariningrum mengklasifikasikan partisipasi menjadi dua berdasarkan cara keterlibatannya, yaitu:34
a. Partisipsi langsung
Partisipasi yang terjadi apabila individu menampilkan kegiatan tertentu dalam proses partisipasi. Partisipasi ini terjadi apabila setiap orang dapat mengajukan pandangan, membahas pokok permasalahan, mengajukan keberatan terhadap keinginan orang lain atau terhadap ucapannya.
b. Partisipasi tidak langsung
34
(49)
Partisipasi yang terjadi apabila individu mendelegasikan hak partisipasinya pada orang lain.
Pendapat lain disampaikan oleh Subandiyah yang menyatakan bahwa jika dilihat dari segi tingkatannya partisipasi dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a. Partisipasi dalam pengambilan keputusan,
b. Partisipasi dalam proses perencanaan dan kaitannya dengan program lain, c. Partisipasi dalam pelaksanaan.35
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan macam partisipasi, yaitu:
a. Partisipasi dalam proses perencanaan/ pembuatan keputusan.(participation in decision making).
b. Partisipasi dalam pelaksanaan (participation in implementing).
c. Partisipasi dalam pemanfaatan hasil
d. Partisipasi dalam evaluasi (participation in benefits). 3. Bentuk Partisipasi
Partisipasi dapat dibagi dalam berbagai bentuk. Partisipasi menurut Effendi terbagi atas partisipasi vertikal dan partisipasi horizontal. Disebut partisipasi vertikal karena terjadi dalam bentuk kondisi tertentu masyarakat terlibat atau mengambil bagian dalam suatu program pihak lain, dalam hubungan di mana masyarakat berada sebagai status bawahan, pengikut atau klien. Adapun dalam partisipasi horizontal, masyarakat mempunyai prakarsa dimana setiap anggota atau kelompok masyarakat berpartisipasi horizontal satu dengan yang
35
(50)
lainnya. Partisipasi semacam ini merupakan tanda permulaan tumbuhnya masyarakat yang mampu berkembang secara mandiri.36
Menurut Kokon Subrata bentuk partisipasi terdiri dari beberapa hal, yaitu: a. Turut serta memberikan sumbangan finansial.
b. Turut serta memberikan sumbangan kekuatan fisik. c. Turut serta memberikan sumbangan material.
d. Turut serta memberikan sumbangan moril (dukungan, saran, anjuran, nasehat, petuah, amanat, dan lain sebagainya).37
Lebih konkret dijelaskan dalam buku Partisipasi Masyarakat yang diterbitkan oleh Depdiknas , bahwa bentuk partisipasi masyarakat antara lain: a. Pengawasan terhadap anak-anak.
b. Tenaga yaitu sebagai sumber atau tenaga sukarela untuk membantu mensukseskan wajib belajar dan pelaksanaan KBM, serta memperbaiki sarana-prasarana baik secara individu maupun gotongroyong.
c. Dana untuk membantu pendanaan operasional sekolah, memberikan bea siswa, menjadi orang tua asuh, menjadi sponsor dalam kegiatan sekolah dan sebagainya.
36
Siti Irene, A. D., Desentralisasi dan Partisipasi Masyarakat dalam Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2011) 58.
37
Widi Astuti, Partisipasi Komite Sekolah dalam Penyelenggaraan Kegiatan Ekstrakurikuler di SD Negeri Se Kecamatan Godean, Skripsi, (Yogyakarta: FIP UNY, 2008) 14.
(51)
d. Pemikiran yaitu memberikan masukan berupa pendapat, pemikiran dalam rangka menjaring anak-anak usia sekolah, menanggulangi anak-anak putus sekolah dan meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.38
Dalam pasal 3 Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 1992 bentuk-bentuk partisipasi sebagai berikut:
a. Pendirian dan penyelenggaraan pendidikan
b. Pengadaan dan pemberian bantuan tenaga kependidikan c. Pengadaan dan pemberian bantuan tenaga ahli
d. Pengadaan dana dan pemberian bantuan sarana belajar (bangunan, buku) e. Pengadaan kesempatan untuk magang
f. Pengadan dana dan pemberian lainnya g. Pemberian bantuan manajemen
h. Pemberian pemikiran dan pertimbangan
i. Pemberian bantuan dalam bentuk kerjasama.39
Sedangkan menurut Made Pidarta, bidang partisipasi masyarakat dalam pendidikan antara lain:
a. Alat-alat belajar
b. Kurikulum terutama yang lokal c. Dana
d. Material untuk bangunan
38
Depdiknas, Partisipasi Masyarakat, (Jakarta: Depdiknas, 2001).
39
Hardiyanto, Mencari Sosok Desentralisasi Pendidikan di Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004) 88.
(52)
e. Auditing keuangan
f. Control terhadap kegiatan-kegiatan sekolah40
Dari beberapa kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa bentuk partisipasi masyarakat dapat dibedakan menjadi empat bentuk, yaitu bentuk finansial, sarana/prasarana, tenaga/keahlian dan moril.Partisipasi dalambentuk finansial misalnya partisipasi pemberian sumbangan, pinjaman,beasiswa, dll. Partisipasi dalam bentuk sarana/prasarana misalnya bantuan buku pelajaran, pengadaan dan bantuan ruangan, gedung, tanah dan lain sebagainya. Bentuk tenaga dan keahlian misalnya partisipasi tenaga, baik tenaga kependidikan, tenaga ahli, keterampilan dalam membantu KBM, ikut serta dalam program pendidikan memperbaiki sarana-prasarana, dll. Bentuk moril misalnya partisipasi buah pikiran, pendapat/ ide, saran, pertimbangan, nasehat dukungan moril dan lain sebagainya yang berkenaan dengan penentuan kebijaksanaan atau dalam pengambilan suatu keputusan dan atau dalam penyelenggaraan pengembangan pembelajaran.
4. Manfaat Partisipasi
Menurut Pariatra Westra manfaat partisipasi adalah:
a. Lebih mengemukakan diperolehnya keputusan yang benar.
b. Dapat digunakan kemampuan berpikir kreatif dari para anggotanya.
c. Dapat mengendalikan nilai-nilai martabat manusia, motivasi serta membangun kepentingan bersama.
d. Lebih mendorong orang untuk bertanggung jawab.
40
(53)
e. Lebih memungkinkan untuk mengikuti perubahan.
Pendapat lain dikemukakan oleh Burt K. Schalan dan Roger bahwa manfaat dari partisipasi adalah:
a. Lebih banyak komunikasi dua arah.
b. Lebih banyak bawahan mempengaruhi keputusan. c. Manajer dan partisipasi kurang bersikap agresif.
d. Potensi untuk memberikan sumbangan yang berarti dan positif, diakui dalam derajat lebih tinggi.41
Dari pendapat-pendapat di atas tentang manfaat partisipasi, dapat
disimpulkan bahwa partisipasi akan memberikan manfaat yang penting bagi keberhasilan organisasi yaitu:
a. lebih memungkinkan diperolehnya keputusan yang benar karena banyaknya sumbangan yang berarti dan positif.
b. Mengedepankan komunikasi dua arah sehingga baik bawahan maupun atasan memiliki kesempatan yang sama dalam mengajukan pemikiran.
c. Mendorong kemampuan berpikir kreatif demi kepentingan bersama.
d. Melatih untuk bertanggung jawab serta mendorong untuk membangun kepentingan bersama.
e. Memungkinkan untuk mengikuti setiap perubahan yang terjadi.
41
(54)
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi
Pada dasarnya banyak faktor yang mempengaruhi derajat partisipasi seseorang yang tercermin dalam perilaku dan aktifitasnya dalam suatu kegiatan. Faktor yang mempengaruhi derajat partisipasi antara lain pendidikan, penghasilan dan pekerjaan anggota masyarakat dalam hal ini orang tua siswa. Tingkat pendidikan orang tua siswa memiliki hubungan yang positif terhadap partisipasinya dalam membantu pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan.
Faktor lain disampaikan oleh Angell dalam Ensiklopedia Wikipedia berjudul Partisipasi mengatakan partisipasi yang tumbuh dalam masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan seseorang dalam berpartisipasi, yaitu: usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan, lamanya tinggal.42
a. Usia
Faktor usia merupakan faktor yang memengaruhi sikap seseorang terhadap kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang ada. Mereka dari kelompok usia menengah ke atas dengan keterikatan moral kepada nilai dan norma masyarakat yang lebih mantap, cenderung lebih banyak yang berpartisipasi daripada mereka yang dari kelompok usia lainnya.
b. Jenis Kelamin
Nilai yang cukup lama dominan dalam kultur berbagai bangsa mengatakan
bahwa pada dasarnya tempat perempuan adalah “di dapur” yang berarti bahwa
42
(55)
dalam banyak masyarakat peranan perempuan yang terutama adalah mengurus rumah tangga, akan tetapi semakin lama nilai peran perempuan tersebut telah bergeser dengan adanya gerakan emansipasi dan pendidikan perempuan yang semakin baik.
c. Pendidikan
Pendidikan dikatakan sebagai salah satu syarat mutlak untuk berpartisipasi. Pendidikan dianggap dapat memengaruhi sikap hidup seseorang terhadap lingkungannya, suatu sikap yang diperlukan bagi peningkatan kesejahteraan seluruh masyarakat.
d. Pekerjaan dan Penghasilan
Hal ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena pekerjaan seseorang akan menentukan berapa penghasilan yang akan diperolehnya. Pekerjaan dan penghasilan yang baik dan mencukupi kebutuhan sehari-hari dapat mendorong seseorang untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan masyarakat. Pengertiannya bahwa untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan, harus didukung oleh suasana yang mapan perekonomian.
e. Lamanya Tinggal
Lamanya seseorang tinggal dalam lingkungan tertentu dan pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan tersebut akan berpengaruh pada partisipasi seseorang. Semakin lama ia tinggal dalam lingkungan tertentu, maka rasa memiliki terhadap lingkungan cenderung lebih terlihat dalam partisipasinya yang besar dalam setiap kegiatan lingkungan tersebut.
(56)
C. Hubungan Antara Akuntabilitas Keuangan Sekolah Dengan Partisipasi Wali Murid
Akuntabilitas didalam menejemen keuangan berarti penggunaan uang sekolah dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Berdasarkan perencanaan yang telah ditetapkan dan peraturan yang berlaku maka pihak sekolah membelanjakan uang secara bertanggung jawab. Pertanggungjawaban dapat dilakukan kepada orang tua, masyarakat dan pemerintah. Ada tiga pilar utama yang menjadi prasyarat terbangunnya akuntabilitas, yaitu (1) adanya transparasi para penyelenggara sekolah dengan menerima masukan dan mengikutsertakan sebagai komponen dalam mengelola sekolah, (2) adanya standar kinerja di setiap institusi yang dapat diukur dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenangnya, (3) adanya partisipasi untuk saling menciptakan suasana kondusif dalam menciptakan pelayanan masyarakat dengan prosedur yang mudah, biaya yang murah dan pelayanan yang cepat.43
Pengelolaan yang dianggap tidak transparan dan akuntabel berdampak negatif bagi perkembangan sekolah, karena orang tua murid akan meragukan sumbangan yang mereka berikan akan benar-benar dimanfaatkan bagi kepentingan penyelenggaraan pendidikan atau akan terjadi penyimpangan yang tidak di-harapkan. Partisipasi sangat berguna bagi sekolah di dalam memvalidasi premis darimana sebuah program berasal, maka dari itu akan berkontribusi terhadap efektivitas program.
43
(57)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa apabila akuntabilitas benar maka partisipasi masayarakat terhadap sekolah akan tinggi, karena masyarakat mempercayai sekolah.
D. Hipotesis
Dari arti katanya, hipotesis memang berasal dari 2 penggalan kata “hypo” yang
artinya di bawah dan “thesa” yang artinya kebenaran. Jadi hipotesis yang kemudian
cara menulisnya disesuaikan dengan Ejaan Bahasa Indonesia menjadi hipotesa, dan berkembang menjadi hipotesis.44
Menurut A. Hamid Syarif, hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara dari masalah penelitian yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris.
Sedangkan Sutrisno Hadi, hipotesa statistik adalah suatu dugaan yang merupakan suatu pernyataan tentang keadaan parameter yang didasarkan atas probabilitas distribusi sampling dari parameter itu.45
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta yang empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan
44
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), 110.
45
(58)
sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik dengan data yang perlu dibuktikan kebenarannya 46.
Menurut penelitian yang berjudul analisis kausalitas antara akuntabilitas dan transparansi pengelolaan anggaran pendidikan terhadap partisipasi orang tua murid bahwa akuntabilitas berpengaruh terhadap partisipasi wali murid. Sedangkan penelitian yan dilakukan oleh Denny Boy dan Hotniar Siringoringo menyatakan bahwa pengaruh akuntabilitas lebih kuat daripada transparansi, dan orang tua murid lebih mengutamakan akuntabilitas daripada transparansi. Semakin transparan dan akuntabel pengelolaan pendidikan yang dilakukan, semakin tinggi pula partisipasi masyarakat.
Apabila akuntabilitas benar maka partisipasi masayarakat terhadap sekolah akan tinggi, karena masyarakat mempercayai sekolah. Sesuai teori partisipasi yang ada, partisipasi yang peneliti ambil terdiri dari 4 hal, yaitu: sumbangan finansial, sumbangan kekuatan fisik, sumbangan material dan memberikan sumbangan moril (dukungan, saran, anjuran, nasehat, petuah, amanat, dan lain sebagainya).47
Dengan demikian maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Hipotesis Kerja (Ha) atau disebut hipotesis alternatif yang menyatakan hubungan antara variabel X dan variabel Y atau adanya perbedaan antara dua kelompok.48
Dalam penelitian ini hipotesis kerja (Ha1) adalah adanya hubungan akuntabilitas
46
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta,2010), 96.
47
Ibid,. 19.
48
(59)
keuangan sekolah dengan partisipasi wali murid di SDN Sekarputih Bagor Nganjuk. Dan hipotesis kerja (Ha2) adalah ada pengaruh positif akuntabilitas keuangan sekolah terhadap partisipasi wali murid.
2. Hipotesis Nihil (Ho) atau Hipotesis yang sering juga disebut hipotesis statistik, karena biasanya dipakai dalam penelitian yang bersifat statistik yaitu diuji dengan perhitungan statistik. Hipotesis nol menyatakan tidak ada perbedaan antara dua variabel, atau tidak adanya hubungan variabel X terhadap variabel Y.49 Dalam
penelitian ini hipotesis nihil (Ho1) adalah tidak ada hubungan akuntabilitas keuangan sekolah dengan partisipasi wali murid di SDN Sekarputih Bagor Nganjuk. Dan hipotesis nihil 2 (Ho2) tidak ada pengaruh antara akuntabilitas keuangan sekolah terhadap partisipasi wali murid.
49
(60)
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian korelasional, karena untuk membuktikan ada atau tidak hubungan antara akuntabilitas keuangan sekolah dengan partisipasi wali murid. Maka penelitian ini menggunakan rancangan penelitian korelasi product moment. Sehingga penelitian ini disebut penelitian kuantitatif. Penelitian ini juga menggunakan deskriptif kualitatif yaitu memberikan gambaran yang jelas tentang fenomena yang sedang diselidiki.1
Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang lebih fokus pada data-data numerikal (angka) yang di olah dengan metode stastitika. Dengan menggunakan pendekatan ini maka akan diperoleh signifikasi hubungan antar variabel yang diteliti.2 Metode kuantitatif adalah metode
utama, sedangkan data kualitatif sebagai data penunjang.3
B. Tempat dan Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di salah satu sekolah negeri yaitu di SDN Sekarputih, desa Sekarputih kecamatan Bagor kabupaten Nganjuk Jawa Timur.
1
Ibnu Hajar, Dasar-dasar Metodologi Kuantitatif dalam Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1999), 274.
2
Saifudin Azwar, Metode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), 5.
3
Bambang Prasetyo dan Lina Miftakhul Jannah, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasi (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), 27.
(61)
C. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel
Menurut Suharsimi Arikunto, variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.4
Sedangkan menurut Sugiyono variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetatapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.5
Berdasarkan pengertian diatas dan bertolak pada judul penelitian yang telah dikemukakan diatas, maka dalam penelitian ini berlaku dua variabel yang menjadi obyek penelitian, yaitu:
a. Variable Bebas (Independen Variabel / X)
Yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi perubahannya atau timbulnya variable terikat.6 Dalam penelitian ini variabel yang
dimaksud adalah Akuntabilitas Keuangan Sekolah. b. Variabel Terikat (Dependent Variabel / Y)
Yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.7 Dalam hal ini variabel yang dimaksud adalah
partisipasi wali murid (dalam hal keuangan) di SDN Sekarputih Bagor Nganjuk.
4
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian., 118.
5
Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta,2011), 3.
6
Ibid., 4.
7
(62)
2. Definisi Operasional
a. Akuntabilitas Keuangan Sekolah
Menurut Nanang Fattah bahwa akuntabilitas ialah kondisi seseorang yang dinilai oleh orang lain karena kualitas performannya dalam menyelesaikan tujuan yang menjadi tanggung jawabnya. 8
Masih menurut Nanang Fattah, bahwa akuntabilitas adalah kemampuan dalam memberikan informasi, penjelasan, pertanggung jawaban kinerja kepada pihak-pihak yang bekepentingan (stake holder). 9
Menurut Halim akuntabilitas adalah pertanggungjawaban yang dilakukan oleh seseorang atau suatu lembaga atas segala tindakannya yang ditujukan kepada yang memberi wewenang.10
Jadi, akuntabilitas adalah pertanggungjawaban kepada pihak-pihak yang berwenang (pemerintah, sekolah, wali murid dan masyarakat) atas penggunaan dana/uang sekolah sesuai dengan yang telah direncanakan dan laporan yang telah dibuat.
Sedangkan Pengelolan keuangan menurut Depdiknas bahwa manajemen keuangan merupakan tindakan pengurusan/ketatausahaan keuangan yang meliputi pencatatan, perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban dan pelaporan. Dengan demikian, manajemen keuangan
8
Nanang Fattah, Konsep Manajemen, 92.
9
Ibid, 109. 10
(1)
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan
Sebagai akhir dari rangkaian penelitian yang berjudul “hubungan akuntabilitas keuangan sekolah dengan partisipasi wali murid di SDN Sekarputih Kecamatan Bagor Kabupaten Nganjuk”, dengan mengacu pada rumusan masalah penelitian dan hasil dari penyajian data analisis yang terkumpul, maka penulis menyusun kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil rumusan masalah yang pertama yaitu bagaimana akuntabilitas keuangan sekolah di SDN Sekarputih Kecamatan Bagor Kabupaten Nganjuk, maka akuntabilitas keuangan sekolah tersebut tergolong sangat baik, karena mempunyai nilai rata-rata (M=37,21) dan standar deviasi (SD=3,407).
2. Berdasarkan hasil rumusan masalah yang kedua yaitu bagaimana partisipasi wali murid terhadap dana operasional dan investasi di SDN Sekarputih Kecamatan Bagor Kabupaten Nganjuk , maka partisipasi wali murid tersebut tergolong sangat baik, karena karena mempunyai nilai rata-rata (M=36,92) dan standar deviasi (SD=3,759).
3. Berdasarkan hasil analisis product moment dari rumusan masalah yang ketiga yaitu bagaimana hubungan akuntabilitas keuangan sekolah dengan partisipasi wali murid di SDN Sekarputih Kecamatan Bagor Kabupaten Nganjuk didapatkan hasil uji analisis product moment pada tabel output di dapatkan bahwa nilai Sig
(2)
104
(2-tailed) = 0,00. Karena nilai Sig (2-tailed) (p < 0,05) pada tabel r product
moment dengan taraf 5% nilai 0,235 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan antara akuntabilitas keuangan sekolah dengan partisipasi wali murid. Untuk melihat seberapa kuat hubungannya, dapat dilihat dari nilai pearson Correlation yaitu r = 0,94 jika dibandingkan dengan tabel interpretasi koefisien korelasi diatas maka dapat disimpulkan bahwa hubungannya sangat tinggi. 4. Berdasarkan hasil analisis regresi linier sederhana dari rumusan masalah yang
keempat yaitu bagaimana pengaruh akuntabilitas keuangan sekolah terhadap partisipasi wali murid di SDN Sekarputih Kecamatan Bagor Kabupaten Nganjuk, Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat akuntabilitas keuangan sekolah dengan partisipasi wali murid. untuk variabel akuntabilitas keuangan sekolah, berdasarkan hasil analisis diperoleh t hitung sebesar 23,288, maka t hitung t tabel (23,288 -1,010) maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya koefisien regresi akuntabilitas keuangan sekolah signifikan. Berdasarkan besarnya pengaruh variabel akuntabilitas keuangan sekolah terhadap partisipasi wali murid menandakan bahwa faktor akuntabilitas keuangan sekolah sangat kuat untuk memprediksi partisipasi wali murid.
B. Saran
Sehubungan dengan data yang peneliti peroleh dari hasil penelitian, maka peneliti akan memberikan saran-saran sebagai berikut:
(3)
105
1. Bagi pihak sekolah hendaknya tetap menjaga dan meningkatkan akuntabilitas keuangan sekolah.
2. Sekolah hendaknya tidak hanya mewujudkan prinsip akunabilitas saja, namun sekolah diharapkan juga mewujudkan prinsip keadilan dan transparansi
3. Bagi wali murid hendaknya terus berpartisipasi untuk kemajuan sekolah dan siswa-siswi dalam bentuk apapun.
4. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperbanyak variabel dan ruang lingkup sampel yang tidak hanya satu sekolah tapi dalam cakupan yang lebih luas.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
A. D., Siti Irene. Desentralisasi dan Partisipasi Masyarakat dalam Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2011).
Arikunto, Suharsimi. Organisasi Dan Administrasi Pendidikan Teknologi Dan
Kejuruan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993).
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002).
Astuti, Widi. Partisipasi Komite Sekolah dalam Penyelenggaraan Kegiatan
Ekstrakurikuler di SD Negeri Se Kecamatan Godean, Skripsi, (Yogyakarta:
FIP UNY, 2008) .
Azwar, Penyusunan Skala Psikologi, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2002). Azwar, Saifudin. Metode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011).
Bahaddur, Muslikh. Partisipasi Orang Tua Siswa Dalam Pembelajaran Di Sd Islam Terpadu Salman Al Farisi Yogyakarta (Yogyakarta: UNY, 2012)
Bastian, Indra. Akuntansi Pendidikan (Jakarta: Erlangga, 2007), 160.
Boy, Denny. dan Hotniar Siringoringo. Analisis Pengaruh Akuntabilitas Dan Transparansi Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Sekolah
(APBS) Terhadap Partisipasi Orang Tua Murid (Jurnal Ekonomi Bisnis No.
12 Vol. 14, Agustus 2009).
Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif(Jakarta: Prenada Media Group, 2011).
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999).
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008).
Depdiknas, Partisipasi Masyarakat, (Jakarta: Depdiknas, 2001). Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, Depdiknas RI, 2005).
(5)
Fattah, Nanang.Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Dewan Sekolah, (Bandung: CV. Pustaka Bani Quraisy, 2004).
Hadi, Sutrisno. Metodologi Research (Yogyakarta: Andi Offset,1989).
Hadikusumo, Kunaryo. Pengertian Orang Tua. 1996. Artikel. http://aryesnovianto.blogspot.com/2010/12/ pengertian-orang-tua-menurut-kunaryo.html. diakses pada sabtu 10 November 2016.
Hajar, Ibnu. Dasar-dasar Metodologi Kuantitatif dalam Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1999).
Hardiyanto, Mencari Sosok Desentralisasi Pendidikan di Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004).
http//www.wikipedia.org.com.
Malo, Karolina. Analisis Kausalitas Antara Akuntabilitas Dan Transparansi Pengelolaan Anggaran Pendidikan Terhadap Partisipasi Orang Tua
Murid,(Malang, JISIP: Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ISSN. 2442-6962
Vol. 5, No. 1,2016).
Mulyasa, E. Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi dan Implementasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002).
PH, Slamet. Kapita selekta desentralisasi pendidikan di indonesia, (Jakarta: Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, Depdiknas RI, 2005) .
Pidarta, Made. Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004). Prasetyo, Bambang dan Lina Miftakhul Jannah, Metodologi Penelitian Kuantitatif:
Teori dan Aplikasi (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011).
Raeni, Pengaruh Prinsip Keadilan, Efisiensi, Transparansi, Dan Akuntabilitas
Pengelolaan Keuangan Terhadap Produktivitas Smk, ( Semarang: Economic
Education Analysis Journal 3 (1) , 2014).
Sudarmayanti, Good Governance “Kepemimpinan Yang Baik” (Bandung: Mandar Maju, 2012).
Sudjana, Nana. Pengantar Statistik Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994).
(6)
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D (Bandung: Alfabeta,2010).
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D (Bandung: Alfabeta, 2013).
Suharso, Puguh. Metode Penelitian Kuantitatif Untuk Bisnis (Jakarta: PT Indeks, 2009).
Sukarsono, Edi. Sistem pendidikan Manajemen: Suatu Pendekatan Praktis (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2002).
Sutedjo, Persepsi Stakeholders Terhadap Transparansim Dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Sekolah Menengah Pertama Standar Nasional
Kabupaten Kendal, (Semarang: Tesis,Program Pascasarjana, 2009).
Undang-Undang RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Waluyo, Manajemen Public (Bandung: Mandar Maju, 2007).
Warsito, Hermawan. Pengantar Metodologi Penelitian (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005).
Yuwono, Sony dkk. Penganggaran Sektor Publik: Pedoman Praktis Penyusunan,
Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban APBD (Berbasis Kinerja) (Malang:
Bayu Media Publishing, 2005).