Staffsite STMIK PPKIA Pradnya Paramita 99a46 materi kuliah

(1)

Pancasila Dalam Konteks

Sejarah Perjuangan Bangsa


(2)

Materi Kuliah

1. Pengantar

2. Masa Kerajaan Sriwijaya

3. Masa Kerajaan Majapahit


(3)

Pengantar

Sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam mencapai

cita-citanya berjalan berabad-abad dengan :

bermacam-macam

bertahap-tahap

Sejarah ini dapat ditetapkan sebagai tonggak sejarah,

melalui berbagai peristiwa-peristiwa yang menonjol

terutama yang ada hubungannya dengan nilai-nilai

perumusan Pancasila


(4)

Nilai-nilai Pancasila Pada Kejayaan

Nasional Indonesia

Menurut sejarah, kira-kira pada abad VII-XII, bangsa

Indonesia telah mendirikan kerajaan

Sriwijaya di Sumetera

Selatan

dan kemudian pada abad XIII-XVI didirikan pula

kerajaan

Majapahit di Jawa Timur

.

Kedua zaman itu merupakan

tonggak sejarah

bangsa

Indonesia karena bangsa Indonesia pada masa itu

telah

memenuhi syarat-syarat sebagai suatu bangsa

yang

mempunyai negara.

Kedua kerajaan itu telah merupakan negara-negara

berdaulat, bersatu, serta mempunyai wilayah yang meliputi

seluruh nusantara ini. Pada zaman kedua kerajaan itu telah

mengalami kehidupan masyarakat yang sejahtera.


(5)

Berdirinya negara kebangsaan Republik Indonesia tidak

dapat dipisahkan dengan kerajaan-kerajaan lama yang

merupakan warisan nenek moyang bangsa Indonesia.

Negara kebangsaan Indonesia terbentuk melalui tiga

tahap:

--- Pertama, zaman Sriwijaya di bawah

wangsa

Syailendra

(600-1400).

--- Kedua, negara kebangsaan

zaman Majapahit

(1293-1525). Kedua tahap negara kebangsaan tersebut

adalah negara kebangsaan lama.

--- Ketiga, negara kebangsaan modern, yaitu negara

Republik Indonesia merdeka 17 Agustus 1945.


(6)

Berdiri di abad ke VII

kekuasaan

Wangsa

Syailendra

.

Bahasa

Melayu Kuno dan huruf Pallawa.

Kerajaan Maritim

jalur perhubungan laut melalui

selat sunda dan selat malaka.

Didirikan universitas agama Budha yang sudah

dikenal di Asia. Pelajar dari universitas ini dapat

melanjutkan studi ke India, banyak guru-guru tamu

yang mengajar di sini dari India, seperti

Dharmakitri

.

Cita-cita negara kesejahteraan

tercermin dalam

perkataan

marvuat

vannua

Criwijaya

Shiddhayatra Subhiksa

(suatu cita-cita Negara

yang adil dan makmur)


(7)

Pada hakikatnya

nilai-nilai budaya bangsa

semasa kejayaan

Sriwijaya telah menunjukkan

nilai-nilai Pancasila

, yaitu

sebagai berikut :

1.

Nilai sila pertama

, terwujud dengan adanya umat

agama Budha dan Hindu hidup berdampingan secara damai.

Pada kerajaan Sriwijaya terdapat pusat kegiatan pembinaan dan

pengembangan agama Budha.

2.

Nilai sila kedua

, terjalinnya hubungan antara Sriwijaya

dengan India (Dinasti Harsha). Pengiriman para pemuda untuk

belajar di India. Telah tumbuh nilai-nilai politik luar negeri yang

bebas dan aktif.

3.

Nilai sila ketiga

, sebagai negara maritim, Sriwijaya

telah menerapkan konsep negara kepulauan sesuai dengan

konsepsi wawasan nusantara.

4.

Nilai sila keempat

, Sriwijaya telah memiliki kedaulatan

yang sangat luas meliputi (Indonesia sekarang) Siam, dan

Semenanjung Melayu.

5.

Nilai sila kelima

, Sriwijaya menjadi pusat pelayanan dan

perdagangan, sehingga kehidupan rakyatnya sangat makmur.


(8)

Masa Kerajaan Majapahit

Sebelum kerajaan Majapahit berdiri telah muncul

kerajaan-kerajaan

di Jawa Tengah dan Jawa

Timur

secara silih berganti, yaitu kerajaan Kalingga

(abad ke-VII), Sanjaya (abad ke-VIII), Dharmawangsa

(abad ke-X), dan Airlangga (abad ke-XI)

Didirikan candi Borobudur (candi agama Budha pada

abad ke-IX) dan candi Prambanan (candi agama

Hindu pada abad ke-X).

Agama yang diakui kerajaan Majapahit adalah

agama Budha, agama Wisnu, dan agama Syiwa yang

telah hidup berdampingan secara damai.

Hal ini berarti

hidup berdampingan berbeda


(9)

Nilai-nilai kemanusiaan itu telah tercermin dalam kerajaan

ini, terbukti menurut prasasti Kelagen bahwa Raja Airlangga telah mengadakan hubungan dagang dan bekerja sama dengan Benggala, Chola, dan Champa. Sebagai nilai-nilai sila keempat telah terwujud, yaitu dengan diangkatnya Airlangga sebagai raja melalui musyawarah antara pengikut Airlangga dengan rakyat dan kaum Brahmana. Sedangkan nilai-nilai keadilan sosial terwujud pada saat Raja Airlangga memerintahkan untuk membuat tanggul dan waduk demi kesejahteraan pertanian rakyat.

 Pengamalan sila Ketuhanan Yang Maha Esa telah terbukti pada

waktu agama Hindu dan Budha hidup berdampingan secara damai.

Sila kemanusiaan telah terwujud, yaitu hubungan Raja

Hayam Wuruk dengan baik dengan kerajaan Tiongkok, Ayoda, Champa, dan Kamboja. Di samping itu, juga mengadakan persahabatan dengan Negara-negara tetangga atas dasar

Mitreka Satata

.

Sila kerakyatan (keempat) sebagai nilai-nilai musyawarah

dan mufakat juga telah dilakukan oleh sistem pemerintahan kerajaan Majapahit.

Nilai-nilai Pancasila Telah

Lahir


(10)

PERJUANGAN MELAWAN

PENJAJAHAN

Kesuburan Indonesia dengan hasil buminya yang

melimpah, terutama

rempah-rempah

yang sangat

dibutuhkan oleh negara-negara di luar Indonesia,

menyebabkan bangsa asing (Eropa) masuk ke Indonesia.

Bangsa Eropa yang membutuhkan rempah-rempah itu

mulai memasuki Indonesia, yaitu

Portugis, Spanyol,

Inggris, dan Belanda

.

Masuknya

bangsa-bangsa

Eropa

seiring

dengan

keruntuhan Majapahit

sebagai perselisihan dan

perang saudara, yang berarti nilai-nilai nasionalisme

sudah ditinggalkan, walaupun abad ke-XVI agama Islam

berkembang dengan pesat dengan berdirinya

kerajaan-kerajaan Islam, seperti Samudra Pasai dan Demak,

tampaknya

tidak mampu

membendung tekanan

bangsa Eropa memasuki Indonesia


(11)

PERJUANGAN MELAWAN

PENJAJAHAN

 

Fakta bahwa bangsa-bangsa Eropa berlomba-lomba

untuk memperebutkan kemakmuran bumi Indonesia

ini.

Sejak itu, mulailah lembaran hitam dari sejarah

Indonesia dengan penjajahan Eropa, khususnya

Belanda.

Masa penjajahan Belanda itu dijadikan tonggak sejarah

perjuangan bangsa Indonesia dalam mencapai

cita-citanya sejak pada zaman penjajahan ini apa yang

telah dicapai oleh bangsa Indonesia pada zaman

Sriwijaya dan Majapahit menjadi hilang.

Akibatnya

kedaulatan

negara

menjadi

hilang,

persatuan dihancurkan, kemakmuran lenyap, wilayah

diinjak-injak oleh penjajah Belanda lebih dari 350

tahun


(12)

Perjuangan Sebelum Abad

ke-XX

 

Penjajahan Eropa yang memusnahkan seluruh kemakmuran

bangsa Indonesia, sehingga hal itu tidak dibiarkan begitu

saja oleh segenap bangsa Indonesia. Sejak semula imprialis

itu menjejakkan kakinya di Indonesia, di mana-mana bangsa

Indonesia melawannya dengan semangat patriotik melalui

perlawanan secara fisik.

Pada abad ke-XVII dan XVIII perlawanan terhadap penjajah

digerakan oleh Sultan Agung (Mataram 1645), Sultan Ageng

Tirta Yasa dan Ki Tapa di Banten (1650), Hasannudin di

Makasar (1660), Iskandar Muda di Aceh (1635), Untung

Surapati dan Trunojoyo di Jawa Timur (1670), Ibnu Iskandar di

Minangkabau (1680), dan lain-lain

Pada permulaan abad ke-XIX penjajahan Belanda mengubah

sistem kolonialismenya yang semula berbentuk dari

perseroan dagang partikelir yang bernama

VOC

berganti

dengan badan pemerintahan resmi, yaitu pemerintahan

Hindia Belanda.


(13)

Dalam usaha memperkuat kolonialismenya, Belanda

menghadapi perlawanan bangsa Indonesia yang dipimpin

oleh patimura (1817), Imam Bonjol di Minangkabau

(1822-1837), Diponogoro di Mataram (1825-1830), badaruddin di

palembang (1817), Pangeran Antasari di Kalimantan (1860),

Jelantik di Bali (1850), Anang Agung Made di Lombok

(1895), Teuku Umar, Teuku Cik Di Tiro dan Cut Nya'Din di

Aceh (1873-1904), Si Singamangaraja di Batak (1900)

Pada hakikatnya perlawanan terhadap Belanda itu terjadi

hampir di setiap daerah di Indonesia. Akan tetapi,

perlawanan-perlawanan secara fisik terjadi secara

sendiri-sendiri di setiap daerah.

Tidak adanya persatuan

serta

koordinasi dalam melakukan perlawanan sehingga tidak

berhasilnya

bangsa

Indonesia

mengusir

kolonialis,

sebaliknya semakin memperkukuh kedudukan penjajah.

Hal ini telah membuktikan betapa pentingnya ada rasa

persatuan dan kesatauan dalam bentuk nasionalisme di

dalam menghadapi penjajahan.  


(14)

Kebangkitan Nasional

1908

 Pada permulaan abad ke-XX bangsa Indonesia mengubah

cara-caranya dalam melakukan perlawanan terhadap penjajahan Belanda. Kegagalan perlawanan secara fisik yang tidak adanya koordinasi pada masa lalu mendorong pemimpin-pemimpin Indonesia abad ke-XX untuk mengubah bentuk perlawanan yang lain.

 Bentuk perlawanan itu ialah dengan membangkitkan ksadaran

bangsa Indonesia akan pentingnya bernegara. Usaha-usaha yang dilakukan adalah mendirikan berbagai macam organisasi politik di samping organisasi yang bergerak dalam bidang pendidikan dan sosial.

 Organisasi sebagai pelopor pertama adalah Budi Utomo pada

tanggal 20 Mei 1908. Mereka yang tergabung dalam organisasi itu mulai merintis jalan baru ke arah tercapainya cita-cita perjuangan bangsa Indonesia, tokohnya yang terkenal adalah dr. Wahidin Sudirohusodo.


(15)

Sarikat Dagang Islam &

Indische Parti

Kemudian bermunculan organisasi pergerakan lain,

yaitu Sarikat Dagang Islam (1909), kemudian berubah

bentuknya menjadi pergerakan politik dengan

mengganti nama menjadi Sarikat Islam (1911) di

bawah pimpinan H.O.S. Tjokroaminoto.

Berikutnya muncul pula Indische Parti (1913) dengan

pemimpin Douwes Dekker, Ciptomangunkusumo, dan

Ki Hadjar Dewantara. Namun karena terlalu radikal

sehingga pemimpinnya dibuang ke luar negeri (1913).

Akan tetapi, perjuangan tidak kendur karena kemudian

berdiri Partai Nasional Indonesia (1927) yang

dipelopori oleh Soekarno dan kawan-kawan.


(16)

Sumpah Pemuda 1928

 Pada tanggal 28 Oktober 1928 terjadilah penonjolan peristiwa

sejarah perjuangan bangsa Indonesia mencapai cita-citanya. Pemuda-pemuda Indonesia yang dipelopori oleh Muh. Yamin, Kuncoro Purbopranoto, dan lain-lain mengumandangkan Sumpah Pemuda yang berisi pengakuan akan adanya bangsa, tanah air, dan bahasa satu, yaitu Indonesia.

 Melalui sumpah pemuda ini makin tegaslah apa yang diinginkan oleh

bangsa Indonesia, yaitu kemerdekaan tanah air dan bangsa. OLeh karena itu, diperlukan adanya persatuan sebagai suatu bangsa yang merupakan syarat mutlak. Sebagai tali pengikat persatuan itu adalah bahasa yang sama yaitu bahasa Indonesia.

 Sebagai realisasi perjuangan bangsa, pada tahun 1930 berdirilah

Partai Indonesia yang disingkat dengan Partindo (1931) sebagai pengganti PNI yang dibubarkan. Kemudian golongan Demokrat yang terdiri atas Moh. Hatta dan Sutan Syahrir mendirikan PNI Baru, dengan semboyan kemerdekaan Indonesia harus dicapai dengan kekuatan sendiri.


(17)

Perjuangan Masa

Penjajahan Jepang

 Pada tanggal 7 Desember 1941 meletuslah Perang Pasifik, dengan

dibomnya Pearl Harbour oleh Jepang. Dalam waktu yang singkat Jepang dapat menduduki daerah-daerah jajahan Sekutu di daerah Pasifik

 Pada tanggal 8 Maret 1942 Jepang masuk ke Indonesia menghalau

penjajah Belanda, pada saat itu Jepang mengetahui keinginan bangsa Indonesia, yaitu kemerdekaan bangsa dan tanah air Indonesia. Peristiwa penyerahan Indonesia dari Belanda kepada Jepang terjadi di Kalijati Jawa Tengah tanggal 8 Maret 1942.

 Kenyataan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia bahwa

sesungguhnya Jepang tidak kurang kejamnya dengan penjajahan Belanda, bahkan pada zaman ini bangsa Indonesia mengalami penderitaan dan penindasan ang sampai kepada puncaknya. Kemerdekaan tanah air dan bangsa Indensia yang didambakan tak pernah menunjukan tanda-tanda kedatangannya, bahkan terasa semakin menjauh bersamaan dengan semakin mengganasnya bala tentara Jepang.

 janji yang kedua kemerdekaan diumumkan lagi oleh Jepang

berupa kemerdekaan tanpa syarat yang disampaikan seminggu sebelum Jepang menyerah. Bangsa Indonesia diperkenankan terus dapat memperjuangkan kemerdekaanya, bahkan menganjurkan agar berani mendirikan negara Indonesia merdeka di hadapan musuh Jepang.


(18)

PROKLAMSI KEMERDEKAAN 17

AGUSTUS 1945

 Sebagai tidak lanjut dari janji Jepang, maka tanggal 1 Maret

1945 Jepang mengumumkan akan dibentuk Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (Badan Penyelidik), yang dalam bahasa Jepang disebut

Dokuritu

Zyumbi Tyoosakai”

.

 Badan Penyelidik ini yang kemudian dibentuk tanggal 29 April

1945 dengan susunan keanggotaanya, adalah sebagai berikut :

 Ketua : Dr. K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat  Ketua Muda : Ichibangase Yosio

 Ketua Muda : R.P. Suroso

 Anggota : 66 orang

Proses Perumusan Pancasila dan

UUD 1945


(19)

Sidang Pertama Badan Penyelidik

[29 Mei 1945]

Prof. Dr. Supomo:

Pidatonya berisikan lima asas dasar untuk negara

Indonesia merdeka yang diidam-idamkan, yaitu

sebagai berikut.

Peri Kebangsaan

Peri Kemanusiaan

Peri Ketuhanan

Peri Kerakyatan

Kesejahteraan Rakyat

Setelah berpidato Muh. Yamin menyampaikan usulan


(20)

Rumusan Pancasila Muh.

Yamin

Didalam pembukaan dari rancangan itu tercantum

perumusan lima asas dasar negara yang berbunyi

sebagai berikut.

Ketuhanan Yang Maha Esa

Kebangsaan persatuan Indonesia

Rasa Kemanusiaan yang adil dan beradab

Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan

dalam permusyawaratan perwakilan

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Meski usulan lima asas dasar negara yang dikemukakan

secara lisan

dan yang dikemukakan secara tertulis

terdapat perbedaan, hal itu sebagai bukti sejarah.


(21)

Rumusan Pancasila Ir.

Soekarno

Dalam pidatonya Ir. Soekarno mengusulkan lima hal

untuk dapat dijadikan dasar-dasar negara merdeka,

dengan rumusan sebagai berikut :

Kebangsaan Indonesia

Internasionalisme ( Peri Kemanusiaan )

Mufakat ( Demokrasi)

Kesejaheraan Sosial

Ketuhanan yang Berkebudayaan

Untuk lima dasar negara itu beliau usulkan pula agar

diberi nama Pancasila. Lima dasar negara itu dapat

diperas menjadi

Tri Sila

, yaitu (1) Sosio Nasionalisme

(Kebangsaan), (2) Sosio Demokrasi ( Mufakat ), dan (3)

Ketuhanan. Kemudian Tri Sila dapat diperas lagi menjadi


(22)

Piagam Jakarta (22 Juni

1945)

Pada tanggal 22 Juni 1945,

Ir. Soekarno, Drs. Moh.

Hatta, Mr. A. A. Maramis, Abikoesno Tjokrosoejoso,

Abdulkahar Moezakir, Haji Agus Salim, Mr. Achmad

Soebadjo, K.H. Wachid Hasjim, dan Mr. Muh. Yamin

mengadakan pembahasan terhadap pidato-pidato dan

usul-usul mengenai dasar negara yang telah dikemukakan

dalam sidang Badan Penyelidik.

Hasil dari pertemuan tersebut, maka disusun sebuah

Piagam yang kemudian dikenal

“Piagam Jakarta”

,

dengan rumusan :

1.

Ketuhanan,

dengan kewajiban menjalankan Syariat

Islam bagi pemeluk-pemeluknya

.

2.

Kemanusiaan yang adil dan beradab

3.

Persatuan Indonesia

4.

Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan

dalam permusyawaratan perwakilan.


(23)

Proklamasi Kemerdekaan dan

Maknanya

 Pada tangal 9 Agustus 1945 terbentuklah panitia Persiapan

Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang disebut dalam bahasa Jepang Dokuritu Zyunbi Inkai. Ir. Soekarno diangkat menjadi ketua dan wakilnya Drs. Moh. Hatta. Badan ini mula-mula bertugas untuk memeriksa hasil dari badan-badan Penyelidik, tetapi kemudian mempunyai kedudukan dan fungsi penting, yaitu sebagai berikut.

 Mewakili selutuh bangsa Indonesia  Sebagai Pembentuk Negara

 Menurut teori hukum, badan ini mempunyai wewenang

meletakkan dasar negara (pokok kaidah negara fundamental)

 Pada tanggal 14 Agustus 1945, Jepang menyerah kalah pada

sekutu. Pada saat itulah terjadi kekosongan kekuasaan di Indonesia. Inggris diserahi oleh sekutu untuk memelihara keamanan di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Sementara sambil menunggu kedatangan Inggris, tugas penjagaan keamanan di Indonesia oleh Sekutu diserahkan kepada Jepang yang telah kalah perang


(24)

Situasi kekosongan kekuasaan itu tidak disia-siakan oleh

bangsa Indonesia, Pemimpin-pemimpin bangsa, terutama

para pemudanya, segera menanggapi situasi ini dengan

mempersiapkan

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

yang diselenggarakan oleh PPKI sebagai wakil bangsa

Indonesia. Naskah Proklamasi ditandatangani oleh

Ir.

Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa

Indonesia, bertanggal 17 Agustus 1945

Berdasarkan kenyataan sejarah itu dapat disimpulkan

bahwa kemerdekaan Indonesia

“bukanlah hadiah dari

Jepang”

, melainkan sebagai suatu perjuangan dari

kekuatan sendiri. Proklamasi Kemerdekaan merupankan

titik kulminasi dari perjuangan bangsa Indonesia dalam

membebaskan dirinya dari cengkraman penjajah selama

berabad-abad.


(25)

Makna Proklamasi

Kemerdekaan

Proklamasi Kemerdekaan negara Republik Indonesia tanggal

17 Agustus 1945

mempunyai makna yang “sangat

penting”

bagi bangsa dan negara Indonesia, yaitu sebagai

berikut

1. Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 sebagai

Titik

Puncak Perjuangan Bangsa Indonesia.

melawan Belanda dari 1908 sampai 1945

2. Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 sebagai

Sumber Lahirnya Republik Indonesia

dihapuskan hukum kolonial & sumber hukum

nasional

3. Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 merupakan

Norma Pertama dari Tata Hukum Indonesia

tata hukum yang ditentukan dan dilaksanakan


(26)

Teks Proklamasi 17 Agustus

1945

Teks Proklamasi adalah merupakan hasil ketikan dari

Sayuti Melik

salah seorang tokoh pemuda yang ikut

andil dalam persiapan Proklamasi adalah :

Proklamasi Kami bangsa Indonesia dengan ini

menjatakan kemerdekaan Indonesia. Hal² jang

mengenai

pemindahan

kekoeasaan

d.l.l.,

diselenggarakan dengan tjara saksama dan

dalam

tempoh

jang

sesingkat-singkatnja.

Djakarta, 17-8-45 Wakil2 bangsa Indonesia”


(27)

Proses Pengesahan Pancasila

Dasar Negara dan UUD 1945

Sehari setelah proklamasi yaitu pada tanggal

18

Agustus 1945,

PPKI mengadakan

sidangnya yang

pertama

dengan

menyempurnakan

dan

mengesahkan UUD 1945

.

UUD 1945 terdiri atas dua bagian, yaitu

bagian

Pembukaan dan bagian Batang Tubuh UUD

.

Hasil sidang pertama PPKI menghasilkan keputusan

sebagai berikut :

1. Mengesahkan Undang-Undang Dasar 1945

2. Memilih Presiden dan Wakil Presiden Pertama

3. Menetapkan berdirinya Komite Nasional Indonesia

Pusat sebagai Badan Musyawarah Darurat.


(28)

N

o

Piagam Jakarta

Pembukaan UUD

1945

1.

2.

3.

4.

Mukadimah

“....dalam suatu Hukum

Dasar.”

“...dengan

berdasarkan

kepada

ketuhanan

dan

kewajiban

menjalankan

Syari’at

Islam

bagi

pemeleluk-pemeluknya.”

“...menurut

dasar

kemanusiaan yang adil dan

beradab.”

Pembukaan

“...dalam suatu UUD

Negara.”

“...dengan berdasar

kepada

Ketuhanan

Yang Maha Esa.”

“...kemanusiaan

yang

adil

dan

beradab.”

PERUBAHAN YANG MENYANGKUT

PIAGAM JAKARTA


(29)

No . Rancangan Hukum Dasar UUD 1945 1. 2. 3. 4.

Istilah “Hukum Dasar”

Dalam rancangan dua orang Wakil Presiden.

Presiden haris orang Indonesia asli yang beragama Islam

“...selama perang,

pimpinan perang

dipegang oleh Jepang

dengan persetujuan

Pemerintahan Indonesia.”

Undang-Undang Dasar (atas usul dari Prof. Dr. Soepomo, SH)

Seorang Wakil Presiden

Presiden harus orang Indonesia asli

Dihapuskan

PERUBAHAN MENYANGKUT

PASAL-PASAL UUD 1945


(30)

PERJUANGAN

MEMPERTAHANKAN DAN

MENGISI KEMERDEKAAN

INDONESIA

 

Masa Revolusi Fisik

Masa Demokrasi Liberal

Masa Orde Lama

Masa Orde Baru

Masa Orde Global


(31)

Masa Revolusi Fisik

Undang-Undang Dasar 1945 dibentuk di

dalam

waktu singkat

dan secara keseluruhan dilakukan

Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan dan

Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia.

Oleh para pembentuk UUD 1945 telah disadari

bahwa untuk membentuk lembaga-lembaga negara

tingkat pusat, serta peraturan perundang-undangan

sebagaimana dikehendaki oleh UUD 1945 adalah

membutuhkan waktu lama

. Terlebih pada waktu

itu segala tenaga dan pikiran serta perhatian masih

dipusatkan serta ditunjukkan untuk memprtahankan

kemerdekaan

Indonesia

yang

baru

saja

diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945


(32)

Oleh karena Itu, maka segala sesuatunya diatur dalam

Aturan Peralihan UUD 1945 (

naskah asli

), yang

menentukan sebagai berikut :

Pasal I : Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia

mengatur dan menyelenggarakan kepindahan

pemerintah kepada

pemerintah Indonesia

.

Pasal II : Segala

badan negara dan peraturan yang

ada masih langsung berlaku

, selama belum diadakan

yang baru menurut undang-undang dasar itu.

Pasal III : Untuk pertama kali

“Presiden dan Wakil

Presiden”

dipilih oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan

Indonesia.

Pasal IV :

Sebelum

Majelis Permusyawaratan Rakyat,

Dewan Perwakilan Rakyat, dan Dewan Pertimbangan

Agung

dibentuk

menurut undang-undang dasar ini

,

segala kekuasaan dijalankan oleh Presiden

dengan bantuan


(33)

Masa Demokrasi Liberal

Belanda Mengetahui bahwa Indonesia telah merdeka.

Mereka tidak tinggal diam, ia ingin menjajah kembali

seperti tempo dahulu. Oleh karena itu, ia berusaha

menduduki wilayah negara Republik Indonesia dan

merebut kekuasanan pemerintah Republik Indonesia.

Masuknya Belanda dan mendidiki wilayah Republik

Indonesia

tersebut

dilakukan

dengan

cara

membonceng tentara Sekutu yang bertugas melucuti

tentara

Jepang

di

Indonesia,

setelah

Jepang

menyatakan kekalahannya dalam Perang Dunia II.

Beberapa daerah dimana Belanda mendudukinya

diusahakan terbentuknya negara-negara kecil yang

bersifat kedaerahan beserta dengan pemerintahannya


(34)

Masa Demokrasi Liberal

Sejak itu wilayah negara Republik Indonesia berkembang

menjadi dua pemerintahan, yaitu sebagai berikut.

1.

Pemerintahan

Republik

Indonesia

yang

memeprtahankan kemerdekaanya serta kedaulatannya

baik terhadap pihak Belanda maupun terhadap pihak

dunia luar berdasarkan Proklamasi Kemerdekaan

Indonesia 17 Agustus 1945.

2.

Pemerintah negara-negara Kecil yang didirikan oleh atau

paling tidak atas bantuan Belanda.

Sikap dan usaha Belanda tersebut di mana-mana

mendapat tantangan dan perlawanan sengit dari bangsa

Indonesia. Akhirnya, Belanda menyadari bahwa tidaklah

mungkin

menjajah

kembali

dan

mendirikan

pemerintahan seperti halnya pada zaman Hindia

Belanda dahulu.


(35)

Berdasarkan kenyataan itu, maka diusahakanlah cara

lain untuk menghadapi pemerintahan Republik

Indonesia Serikat, dimana nanti

negara Republik

Indonesia hanya akan berstatus sebagai negara

bagian saja

. Kemungkinan dengan cara itu akan

dapat melemahkan pemerintahan Republik Indonesia

dalam menghadapi tuntutan Belanda, bahkan apabila

mungkin akan menghancurkan sama sekali

Dalam rangka maksud Belanda itu, maka dibentuk

Komite Indonesia Serikat

sebagai usaha dalam

membentuk

Negara Republik Indonesia Serikat

.

Belanda telah berhasil membentuk negara-negara

kecil, yaitu sebagai berikut.

1.

Negara Indonesia Timur (1946)

2.

Negara Sumatera Timur (1947)

3.

Negara Pasundan (1948)

4.

Negara Sumatera Selatan (1948)

5.

Negara Jawa Timur (1948)


(36)

Sementara itu, persiapan-persiapan juga telah terjadi di

daerah-daerah

Kalimantan

Barat,

Kalimantan

Timur,

Kalimantan Tenggara, Dayak Besar, Banjar, Bangka, Belitung,

Riau, dan Jawa Tengah. Sementara itu, pihak Belanda terus

menerus melacarkan tekanan-tekanan secara diplomatis

terhadap

Republik

Indonesia,

antara

lain

melalui

persetujuan Renville (17 Januari 1948).

Isi

persetujuan-persetujuan tersebut pada hakikatnya bersifat mempersempit

wilayah serta kekuasaan pemerintah Republik Indonesia.

Akan tetapi, karena usaha-usaha tersebut masih belum juga

dapat berhasil terbentuknya negara Republik Indonesia

Serikat, maka tidak ada jalan lain lagi bagi pihak Belanda

selain dengan jalan mengadakan tindakan kekerasan

bersejenjata

berupa penyerbuan atau agresi atas

wilayah Republik Indonesia

, wilayah mana oleh pihak

Belanda baik dalam

Persetujuan Linggarjati

maupun

dalam persetujuan Renvile telah diakuinya sebagai bagian

dari wilayah Republik Indonesia.


(37)

 Agresi pertama terjadi pada tanggal 21 Juli 1947, dan agresi

kedua terjadi pada tanggal 19 Desember 1948. Istilah agresi ini dipergunakan oleh mereka yang pro-indonesia, memang kenyataanya Belanda menyerbu dan melanggar wilayah negara Republik Indonesia yang telah diakuinya sendiri. Jadi, yang dianggap menimbulkan keadaan kacau itu justru bangsa Indonesia.

 Dengan tindakan kedua agresi tersebut hampir seluruh wilayah

negra Republik Indonesia dapat diduduki serta dikuasai oleh

pihak Belanda. Mereka berharap segera dapat diadakan

perdamaian, serta melemahkan semangat perjuangan bangsa Indonesia.

 Namun, sesungguhnya dipandang dari segi strategi dan politis

tindakan kedua agresi Belanda tersebut justru merugikan pihak Belanda sendiri, karena dengan adanya tindakan-tindakan agresi tersebut justru dapat mempertinggi semangat perjuangan

bangsa untuk memepertahankan kemerdekaan yang telah

diproklamsikan pada tanggal 17 Agustus 1945.

 Oleh karena itu persengketaan antara Republik Indonesia dengan

Belanda tidak semakin mereda, tetapi bahkan menjadi semakin memuncak dan situasi semakin menjadi gawat.


(38)

 PBB perlu ikut campur tangan guna menyelesaikan pertikaian antara negara

Republik Indonesia dengan Belanda dengan diusahakan suatu konfrensi yang diadakan di Den Haag pada tanggal 23 Agustus 1949 sampai 2 November 1949 yang dikenal dengan nama Konferensi Meja Bundar (KMB). Hasi yang dicapai dalam persetujuan adalah sebagai berikut.

1. Didirikannya negara Republik Indonesia Serikat.

2. Pengakuan kedaulatan oleh Pemerintah Indonesia kerajaan Belanda kepada

pemerintahan negara Republik Indonesia Serikat.

3. Didirikan Uni antara negara Republik Indonesia Serikat dan kerajaan Belanda.

 Pengakuan kedaulatan ditentukan akan dilaksanakan tanggal 27 Desember

1949. Dengan demikian, negara Republik Indonesia (proklamasi) hanya berstatus sebagai negara bagian. Mengapa pemerintahan negara Republik Indonesia menerima dengan baik hasil Konferensi Meja Bundar tersebut. Melalui semangat perjuangan bangsa Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaannya dan kedaulatannya, maka kesempatan itu dipergunakan dengan sebaik-baiknya oleh bangsa Indonesia untuk menerima hasil KMB dengan berdirinya negara Republik Indonesia Serikat.

Campur Tangan PBB di

Indonesia


(39)

Pembentukan Negara

Kesatuan Kembali

 Pembentukan negara RIS dianggap sebagai bentukan Belanda.

Dengan demikian, perjuangan bangsa untuk kembali kepada negara kesatuan semakin kuat. Hal ini terbukti terjadi penggabungan beberapa negara bagian kepada negara bagian Republik Indonesia (Proklamasi Yogyakarta). Akhirnya pada tanggal 19 Mei 1950 negara RIS terdiri atas tiga negara bagian saja, yaitu negara Republik Indonesia, negara Indonesia Timur, dan negara Sumatera Timur.

 Kewibawaan pemerintahan negara RIS semakin berkurang untuk

pemerintah. Untuk menanggapi keadaan tersebut akhirnya disetujui oleh kedua Pemerintahan politik bahwa negara-negara bagian lebih cenderung untuk bergabung kembali kepada negara Kesatuan

Republik Indonesia. Pada akhirnya tercapai kesepakatan melalui

Piagam Persetujuan tanggal 19 Mei 1950 yang berisi bahwa dalam waktu yang sesingkat-singkatnya bersama-sama melaksanakan negara kesatuan sebagai penjelmaan daripada Republik Indonesia berdasarkan Proklamasi 17 Agustus 1945


(40)

Perubahan UUD terjadi, dari konstitusi RIS menjadi UUD

Sementara 1950 dengan jiwa negara kesatuan.

Walaupun UUDS 1045 sebagai tonggak untuk menuju

cita-cita Proklamasi, Pancasila, dan UUD1945, namun

kenyataanya masih berorientasi kepada pemerintahan

yang berasakan demokrasi liberal sehingga isi maupun

jiwanya

merupakan

penyimpangan

terhada

Pancasila.

Pelaksanaan demokrasi liberal pada tahun 1945 sampai

1949 merupakan penyimpangan terhadap Pancasila

dan UUD 1945.

Periode demokrasi liberal setelah tahun 1945, itu

ditandai dengan kuatnya kedudukan parlemen dalam

pemerintahan. Pada saat kabinet tidak menguasai

mayoritas di dalamnya kabinet seringkali jatuh.

Kekuatan terkuat ada pada partai-partai dan angkatan

bersenjata.

Kedudukan Presiden relatif lemah.


(41)

Kelemahan Demokrasi Liberal

Kepememimpinan bersifat luas dan pro-barat yang

cenderung menganggap revolusi sudah selesai.

Usaha-usaha ekonomi tidaklah begitu besar dan kekacauan

administratif yang meluas dan kebingaran politik.

negara sesungguhnya sangat lemah, karena berbagai sebab

yang berkaitan dengan cara bagaimana kemerdekaan

diperoleh, yaitu sifat yang sangat desentralistik dari

perjuangan revolusioner melawan Belanda (1945-1949

).

Pemerintah

sering

tidak

mampu

melaksanakan

kehendakknya kepada kelompok-kelompok lokal (daerah).

Daud Beureuh.

Pertikaian di antara partai politik sangat kuat dan berakibat

kepada kelangsungan pemerintahan menjadi rentan serta

banyaknya pegawai negeri ikut dalam perpolitikan.

KKN


(42)

Pembangunan Ekonomi

Pada

1949-1956

pemerintah Indonesia menerapkan suatu

sistem politik yang disebut demokrasi liberal, yang disebut

juga sebagai sistem politik yang

sangat demokratis

.

Akan tetapi, sejarah Indonesia menunjukkan bahwa sistem

politik demokrasi tersebut menyebabkan

kehancuran

politik dan perekonomian nasional.

Konflik politik yang

berkepanjangan

tidak

memberikan kesempatan dan

waktu bagi pemerintah yang berkuasa untuk memikirkan

masalah sosial ekonomi serta menyusun program

pembangunan.

Periode 1950-an ekonomi Indonesia masih dalam

peninggalan zaman kolonialisasi, seperti : pertambangan,

distribusi, transportasi & bank memiliki kontribusi

terhadap pendapan nasional didominasi asing, termasuk

perusahaan-perusahaan milik Belanda, menjadi

lebih

buruk

dibandingkan keadaan ekonomi pada masa

penjajahan Belanda


(43)

Selain kondisi politik yang mati tidak saja menguntungkan,

buruknya perkonomian Indonesia juga disebabkan oleh

adanya

keterbatasan akan faktor-faktor produksi

,

seperti terbatasnya kemampuan wirausahaan/kapasitas

manajemen, tenaga kerja yang berpendidikan, teknologi,

dan kemampuan pemerintah menyusun rencana dan

strategi pembangunan yang baik. Dalam hal ini

pemerintah memberikan prioritas yang pertama terhadap

stabilisasi dan pertumbuhan ekonomi

Keterbatasan faktor produksi dan kekacauan politik

nasional akan menyebabkan pembangunan ekonomi

Indonesia setelah perang revolusi

tidak pernah

terlaksana dengan baik

.

Konsekuensi Ekonomi

Liberal


(44)

Masa Orde Lama

Pemilu tahun 1955 dalam kenyataanya tidak dapat memenuhi harapan masyarakat, bahkan tidak adanya kestabilan dalam bidang politik, ekonomi, sosial, maupun hankam. Keadaan ini disebabkan oleh :

1.Makin berkuasanya modal-modal raksasa terhadap

perekonomian Indonesia.

2.Akibat silih bergantinya kabinet, maka pemerintah tidak mampu menyalurkan dinamika masyarakat ke arah pembangunan, terutama pembangunan bidang ekonomi.

3.Sistem liberal berdasarkan UUD 1950 mengakibatkan kabinet

jatuh bangun sehingga pemerintahan tidak stabil.

4.Pemilu 1955 ternyata dalam DPR tidak mencerminkan

perimbangan kekuasaan politik yang sebenarnya hidup dalam masyarakat, karena banyak golongan-golongan di daerah-daerah belum terwakili di DPR.

5. Konstituante yang bertugas membentuk UUD yang baru


(45)

Dekrit Presiden 5 Juli

1959

Atas dasar hal tersebut diatas, maka Presiden menyatakan

bahwa

negara dalam keadaan ketatanegaraan yang

membahayakan

persatuan dan kesatuan bangsa serta

keselamatan negara. Untuk itu,

Presiden mengeluarkan

dekrit pada tanggal 5 Juli 1959

. Isi dekrit tersebut adalah

sebagai berikut

1.

Membubarkan konstituante

.

2.

Menetapkan berlakunya kembali UUD 1945 dan tidak

berlaku lagi UUDS 1950

.

3.

Dibentuknya MPRS dan DPAS dalam waktu yang

sesingkat-singkatnya

.

Dengan dasar pemikiran supaya tidak terulang lagi peristiwa

di masa lampau, maka pada waktu itu

Presiden Soekarno

sebagai kepala eksekutif menerapkan demokrasi

terpimpin

.


(46)

Namun, pelaksanaan demokrasi terpimpin itu dalam

menyimak arti yang sebenarnya,

justru bertentangan

dengan Pancasila

, yang berlaku adalah keinginan dan

ambisi

politik

pemimpin

sendiri.

Kebijakan

yang

menyimpang dari UUD 1945 dalam bidang politik adalah

sebagai berikut :

1. Pembubaran DPR hasil pemilu tahun 1955 melalui

Penetapan Presiden No. 4 tahun 1960 dengan dibentuk

“Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong

(DPRD-GR)”

yang anggotanya diangkat dan diberhentikan oleh

Presiden.

2. Pembentukan MPRS yang para anggotanya

diangkat dan

diberhentikan

oleh Presiden.

3. Pembentukan DPA dan MA dengan penetapan Presiden

dan anggotanya diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.

Dekrit Presiden 5 Juli

1959


(47)

4. Lembaga-lembaga negara, seperti yang disebutkan

diatas

dipimpin sendiri oleh Presiden

.

5.

Mengangkat Presiden seumur hidup

6. Melalui ketetapan MPRS No. I/MPRS/1963

Manifesto

politik dari Presiden dijadikan GBHN.

7. Hak budget DPR tidak berjalan karena pemerintah

tidak

mengajukan

RUU

APBN

untuk

mendapatkan

persetujuan

DPR

sebelum

berlakunya tahun anggaran yang bersangkutan.

Karena DPR tidak menyetujui rancangan APBN yang

diajukan Presiden, maka DPR dibibarkan tahun 1960.

8. Mentri-mentri diperbolehkan menjabat sebagai ketua

MPRS, DPR-GR, DPA, MA, MPRS, dan DPR-GR

yang

seharusnya menjadi lembaga perwakilan rakyat

yang tugasnya mengawasi jalannya pemerintahan,

malah

sebaliknya

harus tuduk kepada kebijakan

Presiden.


(48)

Walaupun ideologi Indonesia Pancasila, Sistem politik

dan ekonomi pada masa orde lama, khususnya setelah

ekonomi terpimpin, semakin dekat dengan pemikiran

sosialis /komunis

Uni Soviet dan cina sangat kuat

.

Sebetulnya pemerintahan Indonesia memilih haluan

politik yang berbau komunis hanya merupakan suatu

refleksi dari perasaan semangat

anti-kolonialisasi,

anti-imperialisasi, dan anti kapitalisasi

saat itu.

Pada

masa

itu

prinsip-prinsip

individualisme,

persaingan bebas, dan perusahaan swasta/pribadi

sangat

ditentang

oleh

pemerintah

dan

masyarakat pada umumnya

karena prinsip tersebut

sering kali dikaitkan dengan pemikiran kapitalisme.


(49)

Keadaan ini membuat Indonesia semakin sulit

mendapatkan dana dari negara-negara Barat, baik

dalam bentuk pinjaman ataupun penanaman modal

asing (PMA), sedangkan untuk dapat membiayai

rekonstruksi

ekonomi

dan

pembangunan

selanjutnya Indonesia sangat membutuhkan dana

yang sangat besar

.

Setelah peristiwa G-30-S/PKI, terjadi suatu perubahan

politik yang drastis yang terus menubah sistem ekonomi

dari pemikiran-pemikiran sosialis

ke semi-kapitalis

.

Sebenarnya perekonomian Indonesia menurut UUD 1945

menganut sistem yang dilandasi oleh prinsip-prinsip

kebersamaan

atau

koperasi

berdasarkan

Pancasila

. Akan tetapi, dalam praktek sehari-hari

pengaruh

kekuasaan

cenderung

kepada

sosialis/komunis, khususnya pada masa orde

lama.


(50)

Masa Orde Baru

Dengan berakhirnya pemerintahan Soekarno dalam orde

lama, dimulailah pemerintahan baru yang dikenal dengan

“orde baru”

, yaitu suatu tataan kehidupan masyarakat

dan pemerintahan yang menuntut dilaksanakannya

Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.

Munculnya orde baru diawali dengan tuntutan aksi-aksi

dari seluruh masyarakat, seperti Kesatuan Aksi Pemuda

Pelajar Indonesia (KAPPI), Kesatuan Aksi Mahasiswa

Indonesia (KAMI), dan lain-lain.

Tuntutan mereka

dikenal dengan nama Tritura

. Isi tuntutan tersebut

sebagai berikut :

1.

Pembubaran PKI dan ormas-ormasnya

.

2.

Pembersihan kabinet dari unsur-unsur

G-30-S/PKI

.


(51)

 Orde baru mengambil tugas utamanya, yaitu penciptaan

ketertiban politik dan kemantapan ekonomi. Oleh sebab itu,

orde baru segera mengambil jarak dengan kelompok-kelompok yang kuat orientasi ideologisnya. Pemimpin orde baru segera menyusun birokrasi yang mendukung kebijakannya. Diciptakan ABRI yan loyal dibawah komandonya. Semua lembaga negara baik supra maupun infrastruktur ditentukan kepemimpinannya atas dasar loyalitas kepadanya

 Orde baru bertolak belakang dengan orde lama dalam hal

kebijakan ekonomi. Akan tetapi, dalam hal sistem dan kebijakan politik cenderung otoriter dan monopolistik sebagai pelanjut dari rezim orde lama. Konsentrasi kekuasaan di tangan pemerintah yang memungkinkan oposisi tidak dapat melakukan kontrol.

 Pada kenyataanya, orde baru telah jauh menyimpang dari perjuangannya semula, yaitu sebagai berikut.

1. Orde baru, secara eksplisit tidak mengakui 1 Juni sebagai lahirnya Pancasila.

2. Butir-butir P-4 mendidik secara halus ketaatan individu kepada kekuasaan dan tidak ada butir yang mencantumkan kewajiban negara terhadap rakyatnya.

3. Pengamalan Pancasila dengan membentuk citra pembangunan sebagai ideologi, sehingga rekayasa mendukung Bapak Pembangunan melalui kebulatan tekad rakyat


(52)

Asas Tunggal Pancasila

 Dalam pidato kenegaraan di depan DPR-RI tanggal 16 Agustus

1982, Presiden Soeharto mengemukakan gagasannya mengenai urgensi penerapan asas tunggal Pancasila atas partai-partai politik.

 Tujuan menyeragamkan asas partai-partai politik adalah

untuk mengurangi seminimal mungkin potensi konflik ideologis yang terkandung dalam partai-partai politik. Berbeda dengan gagasan Bung Karno dalam pidatonya tanggal 1 Juni 1945, beliau mengharapkan agar Pancasila dijadikan dasar filosofis negara Indonesia, tiap golongan hendaknya menerima anjuran filosofis ini dengan catatan bahwa tiap golongan berhak memperjuangkan aspirasinya masing-masing dalam mengisi kemerdekaan.

 Pola seperti ini masih terlihat dalam UU No.3/1975 tentang

Partai Politik dan Golongan Karya, dengan tidak adanya keharusan mencantumkan Pancasila sebagai satu-satunya asas. Namun, dengan adanya pidato Presiden tersebut ada dorongan dengan menjadikan Pancasila sebagai satu-satunya asas.

 Hal ini berarti pencantuman asas lain yang sesuai dengan

aspirasi, ciri khas, dan karakteristik partai politik tidak diperkenalkan lagi.


(53)

Akhirnya, keinginan Presiden itu terpenuhi

dengan merubah

UU No.3/ 1975 dengan UU

No.3/1985

. Dalam penjelasan undang-undang itu

disebutkan bahwa pengertian asas meliputi juga

pengertian dasar, landasan, dan pedoman pokok

yang harus dicantumkan dalam anggaran dasar

partai politik. Perbedaan partai hanya dalam

bentuk program saja.

Asas tunggal Pancasila, menurut Deliar Noer,

berarti

mengingkari

kebhinnekaan

masyarakat

yang

memang

berkembang

menurut

keyakinan

dari

masing-masing.

Keyakinan ini biasanya bersumber dari agama

atau dari paham lain.

Bahkan asas tunggal Pancasila cenderung ke arah

sistem partai tunggal, meskipun secara formal

ada tiga partai,

tetapi secara terselubung

sebenarnya hanya ada satu partai

.


(54)

Pembangunan Ekonomi

Di dalam rangka untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat

lewat

pembangunan

ekonomi

dan

sosial,

maka

pemerintahan orde baru menjalin kembali hubungan baik

dengan pihak barat dan menjauhi pengaruh ideologi

komunis,

yang berarti kembali menjadi anggota PBB

dan lembaga internasional lainnya

.

Hal itu terlihat dari hadirnya Bank Dunia dan Dana Moneter

Internasional (IMF). Menjelang akhir dekade 1960-an, atas

kerja sama dengan Bank Dunia, IMF, dan Bank

Pembangunan Asia (ADB) dibentuk suatu kelompok

konsorsium yang disebut

Inter Governmental Group on

Indonesia (IGGI)”

,

yang terdiri atas sejumlah

negara-negara maju, termasuk Jepang dan Belanda, dengan tujuan

membiayai pembangunan Indonesia.

Dengan sikap

Indonesia anti-komunis menjadikan Indonesia sangat

menarik untuk negara-negara Barat yang kapitalis

Pembangunan orde baru dilakukan secara bertahap,

khususnya di bidang ekonomi, pembangunan jangka

panjang (25/30 tahun), jangka menengah 5 tahun dengan

program rencana pembangunan lima tahun (Repelita).


(55)

Apabila dibandingkan dengan orde lama,

cukup

banyak terdapat perbedaan fundamental

, yaitu

dari ekonomi tertutup yang berorientasi sosialis ke

ekonomi terbuka yang berorientasi kepada kapitalis.

Perbedaan

orientasi

ekonomi

menyebabkan

perekonomian masa orde baru lebih baik dari masa

orde lama. Beberapa

prakondisi

yang menonjol dari

perekonomian masa orde baru adalah sebagai

berikut :

1.

Stabilitas politik dan ekonomi.

2.

Sumber daya manusia yang lebih baik.

3.

Sistem politik dan ekonomi terbuka yang

toastern

oriented.

4.

Kondisi ekonomi dan politik dunia yang lebih baik.

5.

Kemauan yang kuat

(political will).


(56)

Kelemahan Pembangunan Orde

Baru

 Persoalan yang paling mendasar dalam era orde baru adalah

campur aduk institusi negara dan swasta. Jabatan publik,

perusahaan, dan yayasan dicampur aduk satu sama lain sehingga pemegang kekuasaan dan orang-orang yang menjadi pemburu rente ekonomi menjadi pemenang dan mengambil segala kesempatan dan potensi keuntungan ekonomi dan sosial secara tidak adil, seperti

subordinasi Bank Indonesia (obyek KKN), proteksi Chandra Asri, Keppres Mobnas, Institusi Bulog, pemasaran cengkeh dan jeruk, dan sebagainya memberi dampak masalah

keadilan publik. Akses publik yang lebih luas terhadap

sumber-sumber ekonomi menjadi tertutup sehingga proses pemerataan pendapatan dikorbankan.

 Lembaga kepresidenan merupakan faktor pokok dan mendasar yang

paling rusak dan mempengaruhi lembaga negara di bawahnya. Lembaga kepresidenan adalah the ruler, yang mengatur segalanya. Fungsi check and balance tidak bekerja dan parlemen menjadi

stempel karet. Sistem digerakkan dari institusi Presiden yang

dipengaruhi secara kuat oleh karakter individu, yang sekaligus menjadi penyebab macetnya demokratisasi politik dan ekonomi


(57)

 Kritik terhadap pemerintahan orde baru masih kelihatan sekalipun

ditekan pada taraf minimal, seperti pada dekade 1970-an muncul gerakan untuk pemberantasan korupsi karena utang dan kebangkrutan melanda Pertamina. Pada dekade 1980-an isu menggugat praktek-praktek monopoli dan dekade 1990-an tuntutan perbaikan alokasi sumber daya ekonomi. Puncak gejolak ketidakpuasan publik adalah kasus Bapindo, yang mana telah terjadi distorsi alokasi kredit dan juga di bank-bank pemerintah lain yang dikenal sebutan bahwa bank-bank pemerintah disebut kasir konglomerat, karena mendapat perlakuan istimewa dari penguasa.

 Sumber-sumber keuangan yang potensial, dalam hal ini tersimpan

di bank-bank pemerintah, hanya dikuasai oleh dua puluh orang debitur kakap. Praktek tersebut keduanya saling menguntungkan dengan kondisi politik dan ekonomi yang bersifat tertutup. Pola dan struktur kantor Presiden dan Kabinetnya, berhubungan bisnis dengan pelaku-pelaku swasta. Jadi, perkembangan ekonomi hanya digerakkan oleh segelintir orang, tidak partisipatif dan akses ekonomi masyarakat sangat minimal. Urbanisasi besar-besaran manusia dari desa ke kota dan dari daerah ke pusat, juga merupakan ciri dominan dari korporatisme yang bersifat sentralis


(58)

Kelemahan Pembangunan Orde

Baru

Dengan demikian, semakin jelas bahwa ada paradoks

kemajuan di Indonesia terjadi karena

sistem yang

distorsif tersebut

. Pada satu sisi

kemajuan-kemajuan ekonomi yang dilihat secara agregat,

memberi bukti adanya pembangunan yang progresif.

Namun, pada sisi lain kita melihat kenyataan akan

betapa

rapuhnya basis ekonomi rakyat

, yang

mengalami stagnasi berkepanjangan selama tiga

dekade terakhir.

Paradoks inilah yang menjadi

gejala

dari

akar

permasalahan,

yang

sebenarnya terjadi di dalam sistem ekonomi

nasional masa orde baru

.


(59)

Pembangunan dan Utang

Luar Negeri

Selama orde baru pemerintah menganggap bahwa utang

itu merupakan bagian dari proses pembangunan

ekonomi yang sukses dengan pertumbuhan ekonomi

cukup tinggi.

Perkembangan utang luar negeri dari tahun ke tahun

pada masa orde baru cenderung meningkat, sehingga

pembayaran pokok dan bunga utang sudah begitu besar

.

Pada tahun 1980-1999 mencapai 129 miliar dolar AS, ini

berarti bahwa aliran modal ke luar negeri selama periode

ini sudah mencapai angka lebih dari seribu triliun.


(60)

Masa Era Global

Pembangunan

Penyimpangan dari kehidupan bernegara era orde baru sampai kepada puncaknya dengan muncul krisis moneter yang berakibat jatuhnya

Presiden Soeharto yang telah berkuasa selama 32 tahun. Untuk

menyelamatkan negara dari kehancuran, maka MPR telah mengeluarkan ketetapannya :

1.Ketetapan MPR No. VIII/MPR/1998 tentang Pencabutan Ketetapan MPR

tentang Referendum.

2.Ketetapan MPR No.X/MPR/1998 tentang Pokok-pokok Reformasi

Pembanguan dalam Rangka Penyelamatan dan Normalisasi Kehidupan Nasional sebagai Haluan Negara.

3.TAP MPR No. XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang

Bersih

dan Bebas KKN.

4.TAP MPR No. XIII/MPR/1998 tentang Pembatasan Masa Jabatan

Presiden

dan Wakil Presiden Indonesia.

5.TAP MPR No.XVI/MPR/1998 tentang Politik Ekonomi Dalam Rangka

Demokrasi Ekonomi.

6.TAP MPR No.XVII/MPR/1998 tentang HAM.

7.TAP MPR No.XVIII/MPR/1998 tentang Pencabutan P-4 dan Penegasan


(61)

Sekalipun MPR telah mengeluarkan ketetapannya,

namun inti permasalahan yang ditinggalkan oleh

pemerintahan orde baru bukanlah sedikit, sehingga

merumitkan bagi pemerintah transisi atau pemerintah

era reformasi untuk keluar dari permasalahan tersebut

Faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya

berbagai masalah tersebut adalah :

1. Nilai-nilai agama dan nilai-nilai budaya bangsa tidak

dijadikan sumber etika dalam berbangsa dan bernegara

oleh sebagian masyarakat. Hal itu kemudian

melahirkan krisis akhlak dan moral yang berupa

ketidakadilan, pelanggaran hukum, dan pelanggaran

hak asasi manusia.

2. Pancasila sebagai ideologi negara ditafsirkan secara

sepihak oleh penguasa dan telah disalahgunakan untuk

mempertahankan kekuasaan.


(62)

3. Konflik sosial budaya telah terjadi karena kemajemukan suku, kebudayaan dan agama yang tidak dikelola dengan baik dan adil oleh pemerintah maupun masyarakat. Hal itu semakin diperburuk oleh pihak pengusaha yang menghidupkan kembali cara-cara menyelenggarakan pemerintahan yang feodalistik dan paternalistik sehingga menimbulkan konflik horizontal yang membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa

4. Hukum telah menjadi alat kekuasaan dan pelaksanaannya telah diselewengkan sedemikian rupa sehingga bertentangan dengan prinsip keadilan, yaitu persamaan hak warga negara di hadapan hukum.

5. Perilaku ekonomi yang berlangsung dengan praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta berpihak pada sekelompok pengusaha besar, telah menyebabkan krisis ekonomi yang berkepanjangan, utang besar yang harus dipikul oleh negara, penggangguran dan kemiskinan yang semakin meningkat, serta kesenjangan sosial ekonomi yang semakin melebar.

6. Sistem politik yang otoriter tidak dapat melahirkan pemimpin-pemimpin yang mampu menyerap aspirasi dan memperjuangkan kepentingan masyarakat.

7. Peralihan kekuasaan yang sering menimbulkan konflik, pertumpahan darah dan dendam antara kelompok masyarakat terjadi sebagai akibat dari proses demokrasi yang tidak berjalan dengan baik.


(63)

8. Berlangsungnya pemerintahan yang telah mengabaikan proses demokrasi menyebabkan rakyat tidak dapat menyalurkan aspirasi politiknya sehingga terjadi gejolak politik yang bermuara pada gerakan reformasi yang menuntut kebebasan, kesetaraan, dan keadilan.

9. Pemerintah yang terlalu sentralistis

10. Penyalahgunaan kekuasaan sebagai akibat dari lemahnya fungsi pengawasan oleh internal pemerintah dan lembaga perwakilan rakyat

11. Dalam pelaksanaan peran sosial politik dalam dwi fungsi ABRI telah disalahgunakannya ABRI sebagai alat kekuasaan

12. Globalisasi dalam kehidupan politik, ekonomi, sosial, dan budaya dapat memberikan keuntungan bagi bangsa Indonesia, tetapi jika tidak diwaspadai dapat memberi dampak negatif terhadap kehidupan berbangsa.

13. Pada masa era global, telah tiga kali pergantian Presiden, yaitu Presiden B.J. Habibie dengan Kabinet Reformasi Pembangunan, Presiden Abdurrahman Wahid sebagai Presiden hasil Pemilu tahun 1999 dengan Kabinet Persatuan Nasional, namun Presiden Abdurrahman Wahid diperhentikan oleh MPR karena dianggap melanggar haluan negara


(64)

Perekonomian Era

Reformasi

Periode

transisi

Habibie

terlalu

pendek

untuk

mengisahkan perjalanan ekonomi suatu negara. Yang

terjadi adalah untuk kembali mendesain ulang struktur

ekonomi yang berbasis konglomerat menuju ekonomi

kerakyatan.

Pemerintahan Habibie hanya sampai pada upaya

pembuatan perangkat undang-undang yang disiapkan

dengan

tergesa-gesa

dan

belum

tentu

dapat

dilaksanakan

oleh

pemerintah

selanjutnya,

jadi

implementasi kebijakannya tidak sempat dilaksanakan.

Perekonomian negara sudah menunjukkan adanya

perbaikan dibandingkan dengan saat kejatuhan Presiden

Soeharto


(65)

Era Abdurrahman Wahid

Perbaikan institusi secara sistematis tidak terjadi, bahkan

kesalahan-kesalahan

baru

terjadi

kembali

yang

menambah lebih parah lagi keadaan. Beberapa di

antaranya adalah :

Kasus DPUN,

yaitu suatu lembaga perhimpunan para

konglomerat di dalam institusi kepresidenan. Seharusnya

pengusaha besar dengan kepentingan ekonomi yang

besar pula seharusnya dipagari dengan batas aturan

yang tegas agar tidak terlibat dalam proses pengambilan

keputusan. Berkat kritik yang sangat keras terhadap

lembaga ini di mana campur aduk antara swasta dengan

pemerintah yang telah membawa ketidak adilan ekonomi

di masa orde baru, maka lembaga ini akhirnya

dibubarkan.


(66)

Kasus Depsos dan Deppen,

yang mana pemerintah

Abdurrahman Wahid membubarkan lembaga bermasalah,

tetapi penggantinya tidak dipikirkan, dengan cara itu

pemerintah terus akan selalu menghadapi permasalahan

dan menciptakan persoalan baru bagi rakyat banyak.

Tidak ada masalah dalam negeri yang terselesaikan

dengan baik, seperti kasus Aceh, konflik Maluku, dan

sebagainya. Ketidakstabilan bidang politik dan sosial yang

belum surut menambah kesan bagi investor asing bahwa

Indonesia adalah sebuah negara yang berisiko tinggi.

Akibatnya, kondisi ekonomi nasional cenderung lebih

buruk dari era Habibie.

Cenderung diktator dan praktek KKN. Sikap Presiden

tersebut juga menimbulkan perseteruan dengan DPR yang

klimaksnya adalah dikeluarkannya memorandum I dan II.

Pada akhirnya, pada Sidang Istimewa MPR tahun 2001

Abdurrahman Wahid diberhentikan dan Megawati dilantik

menjadi Presiden.


(67)

Sumber Literatur

Drs. Syahrial Syabaini,

Pendidikan Pancasila

Di Perguruan Tinggi

, Ghalia Indonesia,

Jakarta, 2004.

Trianto, S.Pd, M.Pd dan Titik Triwulan, SH, MH,

Falsafah

Negara

dan

Pendidikan

Kewarganegaraan

, Prestasi Pustaka, Jakarta,

2007.


(68)

(1)

8. Berlangsungnya pemerintahan yang telah mengabaikan proses demokrasi menyebabkan rakyat tidak dapat menyalurkan aspirasi politiknya sehingga terjadi gejolak politik yang bermuara pada gerakan reformasi yang menuntut kebebasan, kesetaraan, dan keadilan.

9. Pemerintah yang terlalu sentralistis

10. Penyalahgunaan kekuasaan sebagai akibat dari lemahnya fungsi pengawasan oleh internal pemerintah dan lembaga perwakilan rakyat

11. Dalam pelaksanaan peran sosial politik dalam dwi fungsi ABRI telah disalahgunakannya ABRI sebagai alat kekuasaan

12. Globalisasi dalam kehidupan politik, ekonomi, sosial, dan budaya dapat memberikan keuntungan bagi bangsa Indonesia, tetapi jika tidak diwaspadai dapat memberi dampak negatif terhadap kehidupan berbangsa.

13. Pada masa era global, telah tiga kali pergantian Presiden, yaitu Presiden B.J. Habibie dengan Kabinet Reformasi Pembangunan, Presiden Abdurrahman Wahid sebagai Presiden hasil Pemilu tahun 1999 dengan Kabinet Persatuan Nasional, namun Presiden Abdurrahman Wahid diperhentikan oleh MPR karena dianggap melanggar haluan negara


(2)

Perekonomian Era

Reformasi

 Periode transisi Habibie terlalu pendek untuk

mengisahkan perjalanan ekonomi suatu negara. Yang terjadi adalah untuk kembali mendesain ulang struktur ekonomi yang berbasis konglomerat menuju ekonomi kerakyatan.

 Pemerintahan Habibie hanya sampai pada upaya

pembuatan perangkat undang-undang yang disiapkan dengan tergesa-gesa dan belum tentu dapat dilaksanakan oleh pemerintah selanjutnya, jadi implementasi kebijakannya tidak sempat dilaksanakan.

 Perekonomian negara sudah menunjukkan adanya

perbaikan dibandingkan dengan saat kejatuhan Presiden Soeharto


(3)

Era Abdurrahman Wahid

 Perbaikan institusi secara sistematis tidak terjadi, bahkan

kesalahan-kesalahan baru terjadi kembali yang menambah lebih parah lagi keadaan. Beberapa di antaranya adalah :

 Kasus DPUN, yaitu suatu lembaga perhimpunan para

konglomerat di dalam institusi kepresidenan. Seharusnya pengusaha besar dengan kepentingan ekonomi yang besar pula seharusnya dipagari dengan batas aturan yang tegas agar tidak terlibat dalam proses pengambilan keputusan. Berkat kritik yang sangat keras terhadap lembaga ini di mana campur aduk antara swasta dengan pemerintah yang telah membawa ketidak adilan ekonomi di masa orde baru, maka lembaga ini akhirnya dibubarkan.


(4)

 Kasus Depsos dan Deppen, yang mana pemerintah

Abdurrahman Wahid membubarkan lembaga bermasalah, tetapi penggantinya tidak dipikirkan, dengan cara itu pemerintah terus akan selalu menghadapi permasalahan dan menciptakan persoalan baru bagi rakyat banyak.

 Tidak ada masalah dalam negeri yang terselesaikan

dengan baik, seperti kasus Aceh, konflik Maluku, dan sebagainya. Ketidakstabilan bidang politik dan sosial yang belum surut menambah kesan bagi investor asing bahwa Indonesia adalah sebuah negara yang berisiko tinggi. Akibatnya, kondisi ekonomi nasional cenderung lebih buruk dari era Habibie.

 Cenderung diktator dan praktek KKN. Sikap Presiden

tersebut juga menimbulkan perseteruan dengan DPR yang klimaksnya adalah dikeluarkannya memorandum I dan II. Pada akhirnya, pada Sidang Istimewa MPR tahun 2001 Abdurrahman Wahid diberhentikan dan Megawati dilantik menjadi Presiden.


(5)

Sumber Literatur

Drs. Syahrial Syabaini,

Pendidikan Pancasila

Di Perguruan Tinggi

, Ghalia Indonesia,

Jakarta, 2004.

Trianto, S.Pd, M.Pd dan Titik Triwulan, SH, MH,

Falsafah

Negara

dan

Pendidikan

Kewarganegaraan

, Prestasi Pustaka, Jakarta,

2007.


(6)