BAB I PENDAHULUAN - Makalah Belajar Pembalajaran V.2

BAB I PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang

  Belajar, perkembangan, dan pendidikan merupakan suatu peristiwa dan tindakan sehari-hari. Dari sisi siswa sebagai pelaku belajar dan dari sisi guru sebagai pembelajar, dapat ditemukan adanya perbedaan dan persamaan, Hubungan guru dengan siswa adalah hubungan fungsional. Dari segi tujuan yang akan dicapai baik guru maupun siswa sama-sama mempunyai tujuan sendiri. Meskipun demikian, tujuan siswa tersebut dapat dipersatukan dalam tujuan instruksional. Dari segi lama waktu tindakan, tindakan guru mendidik dan mengajar terbatas. Sebaliknya, tindakan siswa belajar adalah sepanjang hayat. Dari segi proses, belajar dan perkembangan adalah proses internal siswa. Siswa sendiri yang mengalami, melakukan, dan menghayati. Sebaliknya, pendidikan adalah proses interaksi antara guru dan siswa yang bertujuan meningkatkan perkembangan mental sehingga menjadi mandiri dan utuh.(Monks, Knoers, Siti Rahayu, 1989 Biggs & Telfer).

  Berdasarkan hal tersebut maka dalam makalah ini saya membahas tentang ciri- ciri belajar dan pembelajaran, tujuan belajar dan pembelajaran, dan unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran. Pembahasan ini akan menjelaskan lebih jauh tentang hal-hal tersebut untuk menambah informasi.

  2. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang tersebut, maka saya merumuskan masalah sebagai berikut: A. Bagaimanakah ciri-ciri belajar dan pembelajaran?

  B. Bagaimanakah tujuan belajar dan pembelajaran?

  C. Apa sajakah unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran?

  3. Batasan Masalah

  Dalam makalah ini saya membahas tentang ciri- ciri-ciri belajar dan pembelajaran, tujuan belajar dan pembelajaran, dan unsur-unsur dinamis dalam belajar dan prmbelajaran, dengan demikian saya membatasi tema ini hanya bagi kita sebagai calon guru dan guru.

  4. Tujuan

  Tujuan saya menyusun makalah ini yaitu: A. Menjelaskan bagaimana ciri-ciri belajar dan pembelajaran.

  D. Menjelaskan bagaimanakah tujuan belajar dan pembelajaran.

  E. Memaparkan unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran.

BAB II PEMBAHASAN

1.Ciri-Ciri Belajar dan Pembelajaran

  Belajar merupakan tindakan dan prilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa itu sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadaan alam, benda- benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia, atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar. Tindakan belajar tentang sesuatu hal tersebut tampak sebagai prilaku belajar yang tampak dari luar. Tabel 1.1 Ciri-ciri umum pendidikan, belajar, dan perkembangan

  Terbentuk pribadi terpelajar Dapat memecahkan masalah

  3. Konsekuensi yang bersifat menguatkan respon tersebut. Pemerkuat terjadi pada stimulus yang menguatkan konsekuensi tersebut.

  2. Respon si pembelajar.

  Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu prilaku. Pada saat orang belajar maka responnya menjadi lebih baik. Dalam hal belajar ditemukan adanya hal berikut: 1. Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon pembelajar.

  Kemajuan ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik

  Hasil belajar sebagai dampak pengajar dan pengiring

  9. Hasil Pribadi sebagainpembangun yang produktif dan kreatif

  Bagi pebelajar memperbaiki kemajuan mental

  Bagi pebelajar mempertinggi martabat pribadi

  8. Faedah Bagi masyarakat mencerdaskan kehidupan bangsa

  Terjadinya perubahan positif

  7. Ukuran Keberh asilan

  

Unsur-unsur Pendidikan Belajar Perkembangan

  Guru memiliki kewibawaan pendidikan Motivasi belajar kuat Kemauan mengubah diri

  6. Syarat Terjadi

  Sepanjang hayat Sepanjang hayat

  5. Lama waktu Sepanjang hayat dan sesuai jenjang lembaga

  4. Tempat Lembaga pendidikan sekolah dan luar sekolah Sembarang tempat Sembarang tempat

  Internal pada diri pebelajar

  3. Proses Proses interaksi sebagai faktor eksternal belajar Internal pada diri pebelajar

  Memperoleh perubahan mental

  Memperoleh hasil belajar dan pengalaman hidup

  2. Tujuan Membantu siswa untuk menjadi pribadi mandiri yang utuh

  Siswa yang bertindak belajar atau pebelajar Siswa yang mengalami perubahan

  1. Pelaku Guru sebagai pelaku mendidik dan siswa yang terdidik

A. Belajar Menurut Pandangan Skinner

  Guru dapat menyusun program pembelajar berdasarkan pandangan Skinner, yang disebut teori Skinner. Dalam teori Skinner , guru memperhatikan dua hal penting, yaitu (1) pemilihan stimulus yang diskriminatif, dan (2) penggunaaan penguatan.

  B. Belajar Menurut Gagne

  Menurut Gagne belajar merupakan kegiatan kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki ketrampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari stimulus yang berasal dari lingkungan, dan proses kognitif yang dilakukan oleh pembelajar. Dengan demikian belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru. Menurut Gagne belajar terdiri dari tiga komponen penting yaitu kondisi eksternal, kondisi internal, dan hasil belajar. Belajar merupakan interaksi antara “keadaan internal dan proses kognitif siswa” dengan “stimulus dari lingkungan”. Proses kognitif tersebut menghasilkan suatu hasil belajar. Hasil belajar tersebut terdiri dar informasi verbal, ketrampilan intelek, ketrampilan motorik, sikap, dan siasat kognitif. Kelima hasil tersebut merupakan kapabilitas siswa. Kapabilitas siswa berupa:

  1. Informasi verbal adalah kapabilitas untuk mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tulis. Pemilikan informasi verbal memungkinakan individu berperan dalam kehidupan.

  2. Ketrampilan intelektual adalah kecakapan yang berfungsi untuk berhubungan dengan lingkungan hidup serta mempresentasikan konsep dan lambang.

  3. Strategi kognitif adalah kemampuan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri.

  4. Ketrampilan motorik adalh kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

  5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek tersebut.

  Gagne berpendapat bahwa belajar terdiri dari tiga tahap, yaitu persiapan untuk belajar, pemerolehan dan unjuk perbuatan, dan alih belajar. Pada tahap persiapan dilakukan tindakan mengarahkan perhatian, pengharapan dan mendapatkan kembali informasi. Pada tahap pemerolehan dan performansi digunakan untuk persepsi selektif, sandi semantik, pembangkitan kembali respon dan penguatan. Tahap alih belajar meliputi pengisyaratan untuk membangkitkan, dan pemberlakuan secara umum. Adanya tahap dan fase tersebut mempermudah guru melakukan pembelajaran.

  C. Belajar Menurut Pandangan Piaget

  Piaget berpendapat bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu. Sebab individu melakukan interaksi terus-menerus dengan lingkungan. Lingkungan tersebut mengalami perubahan. Dengan adanya interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang.Perkembangan intelek melalui tahap-tahap berikut:

  1. Tahap sensori (0;0-2;0), dalam tahap ini anak mengenal lingkungan dengan kemampuan sensori dan motorik (penglihatan, penciuman, pendengaran perabaan, dan penggerakan).

  2. Tahap pra-oprasional (2;0-7;0), dalam tahap ini anak mengandalkan diri pada persepsi tentang realitas. Ia telah mampu menggunakan simbol, bahasa, konsep sederhana, dan menggambar.

  3. Tahap operasi konkret (7;0-11;0), dalam tahap ini anak dapat mengembangkan pikiran logis. Ia dapat mengikuti penalaran logis walau kadang memecahkan masalah secara “trial and error”

  4. Tahap oprasi formal, dalam tahap ini anak dapat berfikir abstrak seperti pada orang dewasa.

  Pengatahuan dibangun dalam fikiran. Setiap individu membangun sendiri pengetahuannya. Pengetahuan yang dibangun terdiri dari tiga bentuk yaitu pengetahuan fisik, pengetahuan logika, dan pengetahuan sosial. Belajar pengetahuan meliputi tiga fase. Fase-fase itu adalah fase eksplorasi, pengenalan konsep, dan aplikasi konsep. Dalam fase eksplorasi, siswa mempelajari gejala dan bimbingan. Dalam fase mengenal konsep, siswa mengenal konsep yang ada hubungannya dengan gejala. Dalam fase aplikasi konsep, siswa menggunakan konsep untuk meneliti gejala lainlebih lanjut.

D. Belajar Menurut Rogers

  Menurut pendapatnya, praktek pendidikan menitik beratkan pada segi pengajaran, bukan pada siswa yang belajar. Praktek tersebut ditandai dengan peran guru yang dominan dan siswa hanya menghafalkan pelajaran.Rogers mengemukakan pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan. Prinsip pendidikan dan pembelajaran tersebut sebagai berikut:

  1. Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan wajar untuk belajar. Siswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.

  2. Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya.

  3. Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru, sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.

  4. Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses- proses belajar, keterbukaan belajar mengalami sesuatu, bekerja sam dengan mengubah diri terus-menerus.

  5. Belajar yang optimal akan terjadi, bila siswa berpartisipasi secara bertanggung jawab dalam proses belajar.

  6. Belajar mengalami (experiential learning) dapat terjadi, bila siswa mengevaluasi dirinya sendiri, belajar mengalami dapat memberi peluang untuk belajar kreatif, self evaluation dan kritik diri.

  7. Belajar mengalami menuntut keterlibatan siswa secara sepenuhnya dan sungguh- sungguh.

2. Tujuan Belajar dan Pembelajaran

  Belajar merupakan hal yang kompleks. Kompleksitas belajar tersebut dapat dipandang dari dua subyek yaitu dari siswa dan guru. Dari segi siswa, belajar dialami sebagai suatu proses. Siswa mengalami proses mental dalam menghadapi bahan belajar. Belajar merupakan proses internal yang kompleks. Yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah seluruh mental yang meliputi ranah-ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Proses belajar yang mengaktualisasikan ranah-ranah tersebut tertuju bahan belajar tertentu. Dari segi guru, proses belajar dapat diamati secara tidak langsung. Artinya, proses belajar yang merupakan proses internal siswa tidak dapat diamati, tetapi tidak dapat dipahami oleh guru. Proses belajar tersebut tampak lewat prilaku siswa mempelajari bahan belajar. Prilaku belajar tersebut akan tampak pada tindak-tindak belajar tentang pelajaran. Prilaku belajar tersebut merupakan respons siswa terhadap tindak mengajar atau tindak pembelajaran dari guru. Pola hubungan pembelajaran dalam rangka emansipasi diri siswa menuju kemandirian sebagai berikut:

  1. Guru yang membuat desain instrusional memandang siswa sebagai partner yang memiliki asas emansipasindiri menuju kemandirian. Guru menyusun acara pembelajaran.

  2. Siswa memiliki latar pengalaman dan kemampuan awal dalam proses pembelajaran.

  3. Tujuan pembelajaran dalam desain instruksional dirumuskan oleh guru berdasarkan pertimbangan tertentu. Tujuan pembelajaran tersebut juga merupakan sasaran belajar bagi siswa menurut pandangan dan rumusan sebagai guru.

  4. Kegiatan belajar mengajar merupakan tindak pembelajaran guru di kelas. Tindak pembelajaran tersebut menggunakan bahan belajar. Wujud bahan belajar tersebut adalah berbagai bidang studi di sekolah.

  5. Proses belajar merupakan hal yang dialami oleh siswa, suatu respons terhadap segala acara pembelajaran yang diprogramkan oleh guru. Dalam proses belajar tersebut, guru meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotoriknya.

  6. Aperilaku siswa merupakan hasil proses belajar. Perilaku tersebut dapat berupa prilaku yang tak dikehendaki dan yang dikehendaki.

  7. Hasil belajar merupakan satu puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru. Hasil belajar dapat berupa dampak pengiring yang bermanfaat bagi guru dan siswa.

  8. Setelah siswa lulus berkathasil belajar, siswa menyusun program belajar sendiri.

A. Tujuan Instruksional, Tujuan Pembelajaran, dan Tujuan Belajar

  Tujuan instruksional belajar dirumuskan oleh guru menjadi dua yaitu tujuan instruksional khusus dan tujuan instruksional umum. Tujuan instruksional khusus juga disebut sasaran belajar siswa, sebab rumusan tujuan tersebut diorientasikan bagi kepentingan siswa. Tujuan instruksional khusus atau sasaran belajar siswa memperhitungkan pengetahuan awal dan kebutuhan belajar siswa. Tujuan instruksional khusus tersebut sama. Semua siswa belajar dalam bidang studi yang sama, namun mereka memiliki tujuan belajar yang berbeda.

  Dari segi guru, tujuan instruksional dan tujuan pembelajaran merupakan pedoman tindak mengajar dengan acuan berbeda. Tujuan instruksional (umum dan khusus) dijabarkan dari kurikulum yang berlaku legal di sekolah. Tujuan kurikulum sekolah tersebut dijabarkan dari tujuan pendidikan nasional yang terumus di dalam Undang-Undang Pendidikan No.2 Tahun 1989 tentang sisitem Pendidikan Nasional. Acuan yang berlaku dalam kurikulum tersebut berarti mengaitkan pada bahan belajar yang harus diajarkan oleh guru.

  Dari segi siswa, sasaran belajar tersebut merupakan panduan belajar. Sasaran tersebut diketahui siswa sebagai akibat adanya informasi guru. Panduan tersebut harus diikuti, sebab mengisyaratkan kriteria keberhasilan belajar. Keberhasilan belajar sisiwa merupakan prasyarat bagi program belajar selanjutnya. Keberhasilan belajar siswa berarti tercapainya tujuan belajar siswa, dengan demikian merupakn tercapai tujuan instruksional, dan sekaligus tujuan belajar perantara bagi siswa. Dengan keberhasilan belajar maka siswa akan menyusun program belajar ddan tujuan belajar itu sendiri. Bagi siswa hal ini berarti beremansipasi diri dalam rangka mewujudkan kemandirian.

B. Tujuan Belajar

  Tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan tugas belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan,keterampilan dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan tercapai oleh siswa. tujuan belajar adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsungnya proses belajar.

  Komponen tujuan belajar terdiri dari tiga komponen yaitu: Tingkah laku terminal, kondisi-kondisi tes, standar perilaku:

  1. Tingkah laku terminal komponen tujuan belajar yang menentukan tingkah laku siswa setelah belajar.

  Tingkah laku itu merupakan bagian tujuan yang menunjuk pada hasil yang diharapkan dalam belajar.

  2. Kondisi-kondisi tes

  komponen ini menentukan situasi dimana siswa dituntut untuk mempertunjukkan tingkah laku terminal. kondisi-kondisi tersebut perlu disiapkan oleh guru, karena sering terjadi ulangan/ ujian yang diberikan oleh guru tidak sesuai dengan materi pelajaran yang telah diberikan sebelumnya. Ada tiga kondisi yang dapat mempengaruhi perilaku saat tes.

   Alat dan sumber yang harus digunakan oleh siswa dalam upaya mempersiapkan diri untuk menempuh suatu tes, misalnya buku sumber.  Tantangan yang disediakan terhadap siswa, misalnya pembatasan waktu untuk mengerjakan tes.  Cara menyajikan informasi, misalnya dengan tulisan atau dengan rekaman dll. tujuan-tujuan belajar yang lengkap seharusnya memuat kondisi-kondisi di mana perilaku akan diuji.

  3. Ukuran-ukuran perilaku

  komponen ini merupakan suatu pernyataan tentang ukuran yang digunakan untuk membuat pertimbangan mengenai perilaku siswa. suatu ukuran menentukan tingkat minimal perilaku yang dapat diterima sebagai bukti, bahwa siswa telah mencapai tujuan, misalnya: siswa telah dapat memecah suatu masalah dalam waktu 10 menit. Ukuran-ukuran perilaku tersebut dirumuskan dalam bentuk tingkah laku yang harus dikerjakan sebagai lambang tertentu, atau ketepatan tingkah laku, atau jumlah kesalahan, atau kedapatan melakukan tindakan, atau kesesuainya dengan teori tertentu.

  Tujuan belajar penting bagi guru dan siswa itu sendiri. Dalam desain instruksional guru merumuskan tujuan instruksional khusus atau sasaran belajar siswa. Rumusan tersebut disesuaikan dengan perilaku yang dapat dilakukan siswa. Sebagai ilustrasi misalnya guru merumuskan sasaran belajar sebagai siswa dapat menyebutkan ciri khas puisi. Dalam hal ini, ada kesejajaran pada sasaran belajar (rumusan guru dan informasi kepada siswa) dengan tujuan belajar siswa. Kesejajaran tersebut digambarkan dalam bagan di bawah ini:

  Lulus dinyatakan mencapai tingkat kemandiria n

  Sesuai program pendidikan Sasaran Sasaran Sasaran Sasaran belajar belajar belajar belajar

1 Gur

  01

  02

  03

  04 Kemampuan Kemampuan Kemampuan Kemampuan Meningkat meningkat meningkat meningkat

  Acara Pembelajaran Sasaran belajar-Pokok bahasan-Evaluasi

  

Belaja

r 03

Belaja r 04

  Belaja r 01 Belaj ar 02

2 Sisw

  Kegiatan Belajar Bagan tersebut melukiskan kesejajaran tindak guru mencapai sasaran belajar, dan tindak siswa yang belajar untuk mencapai tujuan belajar sampai lulus dan mencapai tingkat kemandirian (1) Guru menyusun acara pembelajaran dan berusaha mencapai sasaran belajar, sesuatu yang dapat dilakukan oleh siswa. (2) Siswa melakukan tindak belajar yang meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Akibat belajar tersebut siswa mencapai tujuan belajar tertentu. Dengan makin meningkatnya kemampuan maka secara keseluruhan siswa dapat mencapai tingkat kemandirian.

  04 Pencapaian tujuan-tujuan belajar Untuk mencapai kemandirian

  03

  01

  02 Dari segi guru, guru memberikan informasi penting tentang sasaran belajar. Bagi siswa, sasaran belajar tersebut merupakan tujuan belajarnya sementara. Denagn belajar, maka kemampuan siswa meningkat yang mendorongnya mencapai tujuan belajar yang baru. Bila semua siswa menerima sasaran belajar dari guru, maka makin lama siswa membuat tujuan belajar sendiri dan progaram belajar sendiri. Dengan kegiatan interaksi mengajar-belajar, guru membelajarkan siswa dengan harapan bahwa siswa belajar. Dari bagan di atas dapat dijelaskan bahwa kemampuan kognitif(memiliki pengetahuan, pemahaman, dapat menerapkan, melakukan analisis, sintesis, dan mengevaluasi), Afektif (dapat melakukan penerimaan, partisipasi, menentukan sikap, mengorganisas, dan membentuk pola hidup), dan psikomotorik ( dapat mempresepsi, bersiap diri, membuat gerakan sederhana dan kompleks, membuat penyesuaian gerak, dan menciptakan gerak baru) siswa meningkat. Siswa menjadi sadar akan kemampuandirinya. Sementara itu usia dan tugas perkembangan jiwanya semakin meningkat. Menurut Monks, Knoers, dan Siti Rahayu dari segi perkembangan maka anak telah memiliki tujuan sendiri pada usia muda dan dewasa muda. Pada usia tersebut siswa telah sadar memiliki tanggung jawab. Dengan demikian siswa perlu dididik untuk menjalankan program dan mencapai tujuan belajar sendiri.

  3. Unsur-Unsur Dinamis dalam Belajar dan Pembelajaran

  1. Dinamika Siswa dalam Belajar

  Siswa belajar berarti menggunakan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik terhadap lingkungannya. Beberapa ahli mempelajari ranah-ranah tersebuttersebut dengan hasil penggolongan kemampuan pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik secara hierarkis. Bloom, Krathwohl, dan simpson menyusun penggolongan prilaku berkenaan dengan kemampuan internal dengan hubungannya dengan tujuan pengajaran. Hasil penelitian dikenal dengan taksonomi instruksional Bloom, penelitian ini menitik beratkan pada rincinya jenis perilaku yang terkait dengan kemampuan internal dan kata kerja oprasional. Ranah kognitif (Bloom, dkk) sebagai berikut:

  1. Pengetahuan, mencapai kemamouan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip, atau metode.

  2. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari.

  3. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masslah yang nyata dan baru.

  4. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian- bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.

  5. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru.

  6. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu.

  Keenam jenis perilaku ini bersifat hierarkis, artinya perilaku pengetahuan tergolong rendah, dan perilaku evaluasi tergolong tinggi. Perilaku terendah merupakan perilaku yang harus dimiliki terlebih dahulu sebelum perilaku yang lebih tinggi. Ranah afektif (Krathwohl & Bloom dkk) terdiri dari lima perilaku, yaitu:

  1. Penerimaan, yang mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan kesediaan memperhatikan hal tersebut.

  2. Partisipasi, yang mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan, dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan.

  3. Penilaian dan penetuan sikap, yang mencakup menerima suatu nilai, menghargai, mengakui, dan emnentukan sikap.

  4. Organisasi, yang mencakup kemampuan membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan hidup.

  5. Pembentukan pola hidup, yang emncakup kemampuan menghayati nilai dan membentuknya menjadi pola nilai kehidupan pribadi. Kelima jenis perilaku tersebut tampak mengandung tumpang tindih dan juga berisi kemampuan kognitif. Kelima jenis perilaku tersebut bersifat hierarkis. Perilaku penerimaan merupakan jenis perilaku terendah dan perilaku pembentukan pola hidup merupakan jenis perilaku tertinggi. Ranah psikomotor (Simpson) terdiri dari tujuh jenis perilaku, yaitu:

  1. Persepsi, yang mencakup kemampuan memilah-milahkan hal-hal secara khas, dan menyadari adanya perbedaan yang khas tersebut.

  2. Kesiapan, yang emncakup kemampuan menempatkan diri dalam keadaan dimana akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan. Kemampuan ini mencakup jasmani dan rohani.

  3. Gerakan terbimbing, mencakup kemampuan melakukan gerakan sesuai contoh, atau gerakan sesuai contoh, atau gerakan peniruan.

  4. Gerakan yang terbiasa, mencakup kemampuan melakukan gerakan-gerakan tanpa contoh.

  5. Gerakann kompleks, yang mencakup kemampuan melakukan gerakan atau ketrampilan yang terdiri dari banyak tahap, secara lancar, efisien, dan tepat.

  6. Penyusaian pola gerakan, yang mencakup kemampuan mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan persyaratan khusus yang berlaku.

  7. Kreativitas, mencakup kemampuan melahirkan pola gerak-gerak yang baru atas dasar prakasa sendiri.

  Ketujuh prilaku tersebut mengandung urutan taraf keterampilan yang berangkaian. Kemampuan-kemampuan tersebut merupakan urutan fase-fase dalam proses belajar motorik. Urutan motorik tersebut bersifat hierarkis. Belajar kemampuan psikomotorik, belajar berbagai kemampuan gerak dapat dimulai dengan kepekaan memilah-milah sampai dengan kreativitas pola gerak baru. Hal ini menunjukan bahwa kemampuan psikomotorik mencakup kemampuan fisik dan mental. Siswa yang belajar berarti memperbaiki kemampuan-kemampuan kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Dengan meningkatnya kemampuan tersebut maka keinginan, kemauan, atau perhatian pada lingkungan sekitarnya makin bertambah.

  Biggs dan Telfer (1987:96-117) berpendapat siswa memiliki macam-macam motivasi dalam belajar. Motivasi tersebut yaitu: a. Motivasi instrumental berarti bahwa siswa belajar karena didorong oleh adanya hadiah atau menghindari hukuman (kondisi eksternal).

  b. Motivasi sosial berarti bahwa siswa belajar untuk menyelenggarakan tugas; dalam hal ini keterlibatan pada tugas menonjol (kondisi eksternal).

  c. Motivasi intrinsik berarti bahwa belajar karena keinginannya sendiri (kondisi internal). Pada motivasi instrinsik ditemukan sifat prilaku berikut:

  1. Kualitas keterlibatan siswa dalam belajar sangat tinggi; hal ini berarti guru hanya memelihara semangat.

  2. Perasaan dan keterlibatan ranah afektif tinggi; dalam hal ini guna memelihara keterlibatan belajar siswa.

  3. Motivasi instrinsik bersifat memelihara diri sendiri. Dengan ketiga sifat tersebut, berarti guru harus memelihara keterlibatan siswa dalam belajar.

  Menurut Biggs dan Telfer, motivasi berprestasi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu (1) Motivasi berprestasi tinggi, dan (2) motivasi berprestasi rendah. Siswa bermotivasi berprestasi tinggi lebih berkeinginan meraih keberhasilan. Siswa tersebut lebih merasa terlibat dalam tugas-tugas, dan tidak menyukai kegagalan. Dalam hal ini guru harus menyalurkan semangat kerja keras siswa. Siswa yang bermotivasi berprestasi rendah umumnya lebih suka menghindarkan diri dari kegagalan. Guru harus mempertinggi motivasi belajar pada siswa tersebut. Terhadap siswa bermotivasi rendah, guru diharapkan mampu berkreasi dalam kegiatan pembelajaran.

2. Dinamika Guru dalam Kegiatan Pembelajaran.

  Peran guru dalam kegiatan pembelajaran di sekolah relatif tinggi. Peran guru terkait dengan peran siswa dalam belajar. Menurut Biggs dan Telferdi antara motivasi belajar siswa ada yang dapat diperkuat dengan cara pembelajaran. Motivasi instrumental, motivasi sosial, dan motivasi berprestasi rendah misalnya dapat dikondisikan secara bersyarat agar terjadi peran belajar siswa. Adapun acara pembelajaran yang berpengaruh pada proses belajar dapat ditentukan oleh guru. Kondisi eksternal yang berpengaruh pada belajar yang penting adalah bahan belajar, suasana belajar, media dan sumber belajar, dan subyek pembelajar itu sendiri.

  a. Bahan Belajar Bahan belajar dapat berwujud benda dan isi pendidikan. Isi pendidikan tersebut dapat berupa pengetahuan, prilaku, nilai, sikap, dan metode pemerolehan. Bahan belajar dapat menarik siswa. Wujud fisik seperti bentuk buku, ukuran buku, gambar, bentuk huruf dapat dibuat oleh penyusun buku sehingga dapat menarik perhatian pembaca. Isi buku yang terdiri dari informasi pengetahuan dapat dibuat mudah dibaca oleh pengarang buku. Gambar dan foto dapat dibuat berwarna seperti aslinya agar menarik perhatian siswa. Dari segi guru, bila bahan belajar telah menarik perhatian siswa, maka akan mempermudah upaya pembelajaran siswa. Guru memiliki peranan penting dalam memilih bahan belajar, pertimbangan-pertimbangan yang perlu diperhatikan seperti memilih isi bahan belajar yang sesuai dengan sasaran belajar, menyesuaikan tingkat kesukaran bahan belajar bagi siswa, penyesuaian stategi belajar-mengajar dengan bahan belajar, dan evaluasi bahan belajar yang sesuai dengan bahan belajar.

  b. Suasana Belajar Kondisi fisik dan susana pergaulan di sekolah berpengaruh pada kegiatan belajar. Guru memiliki peranan penting dalam menciptakan suasana belajar yang menarik bagi siswa. Beberapa pertimbangan penting dalam rangka menciptakan suasana belajar yaitu kenyamanan gedung sekolah dalam proses pembelajaran, kerukunan pergaulan semua warga sekolah, tersedianya ruang belajar di rumah, dan adanya pergaulan yang baik.

  c. Media dan Sumber Belajar Dewasa ini media dan sumber belajar dapat ditemukan dengan mudah.

  Sawah percobaan, kebun bibit, perpustakaan dan lain-lain dapat ditemukan dengan mudah di dekat kampus. Buku pelajaran, buku bacaan, dan laboratorium juga tersedia semakin baik. Guru berperan penting dalam memanfaatkan media dan sumber belajar tersebut. Beberapa pertimbangan dalam pemanfaatan media dan sumber belajar tersebut yaitu manfaat sumber dan media belajar untuk mencapai sasaran belajar, pemanfaatan isi dari bahan yang kita peroleh dalam pokok bahasan tertentu, manfaat isi pengetahuan dari lingkungan dalam pokok bahasan.

  Dapat dikemukakan bahwa guru dapat membuat program pembelajaran dengan memanfaatkan media dan sumber belajar di luar sekolah. Pemanfaatan tersebut bermaksud meningkatkan kegiatan belajar, sehingga mutu hasil belajar semakin meningkat (Woolkfolk & Nicolich, 1984:307-338).

  d. Guru sebagai Subyek Pembelajar Guru adalah subyek pembelajaran siswa. Sebagi subyek guru berhubungan langsung dengan siswa. Guru dapat menggolongkan motivasi-motivasi siswa dan kemudian melakukan penguatan pada motivasi instrumental, motivasi sosial, motivasi berprestasi, dan motivasi instrinsik siswa. Guru berperan penting dalam acara pembelajaran. Peran guru yaitu: 1. Membuat desain pembelajaran secara tertulis, lengkap, dan menyeluruh.

  2. Meningkatkan diri untuk menjadi seorang guru yang berkepribadian utuh.

  3. Bertindak sebagai guru yang mendidik.

  4. Meningkatkan profesionalitas keguruan.

  5. Melakukan pembelajaran sesuai dengan berbagai model pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi siswa, bahan belajar, dan kondisi sekolah setempat. Penyesuaian tersebut dilakukan untuk meningkatkan mutu belajar.

  6. Dalam berhadapan dengan siswa, guru berperan sebagai fasilitas belajar, pembimbing belajar, dan pemberi balikan belajar. Dengan adanya peran tersebut maka sebagai pembelajar guru adalah pembelajar sepanjang hayat.

BAB III PENUTUP

  1. Kesimpulan

  Belajar merupakan tindakan dan prilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa itu sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadaan alam, benda- benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia, atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar. Tujuan belajar penting bagi guru dan siswa itu sendiri. Dalam desain instruksional guru merumuskan tujuan instruksional khusus atau sasaran belajar siswa. Rumusan tersebut disesuaikan dengan perilaku yang hendak dapat dilakukan siswa. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran terbagi dua yaitu dinamika siswa dalam belajar dan dinamika guru dalam kegiatan pembelajaran.

  2. Saran

  Sebagai seorang calon guru sebaiknya kita tahu bagaimana ciri-ciri belajar dan pembelajaran, tujuan belajar dan pembelajaran, dan unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran agar kita dapat mendidik siswa dengan baik dan menambah pengetahuan kita dalam mempelakukan siswanya. Sebagai siswa juga haru dapat mengetahui perannya dalam ketiga hal tersebut. Orang tua sebagai penanggung jawab utama pun sangat berpengaruh dalam proses belajar anaknya sehingga orang tua harus memahami ketiga hal ini.