Pertemuan ke 10 PPh Pasal 22
MENGENALI ASPEK PERPAJAKAN
YANG BERHUBUNGAN DENGAN
PENGENAAN PPh PASAL 22, 23/26,
PPh FINAL PASAL 4 (2)
PENGHASILAN
OBYEK PAJAK BUKAN OBJEK PAJAK
TDK FINAL FINALPEMOTONGAN DIBAYAR SENDIRI PEMOTONGAN DIBAYAR SENDIRI
Th Berjalan = Kredit Pajak Th Berjalan = Pelunasan Pajak Akhir Tahun = PPh Dihitung Kembali atas seluruh pengh setahun.
KEWAJIBAN PAJAK THN BERJALAN ( CURRENT PAYMENT) ESTIMATED TAX WITHHOLDING TAX TUJUAN: KELANCARAN KAS NEGARA
- MERINGANKAN BEBAN WAJIB PAJAK -
SISTEM PEMBAYARAN PAJAK SELF ASSESSMENT
Witholding Tax System
Salah satu cara pemungutan pajak oleh
DJP, dimana pajak dipungut, disetorkan, dan dilaporkan oleh pihak lain. Azas Convenience, Taxation at the sources
WITHHOLDING
SYSTEM
PEMOTONGANPEMUNGUTAN Pengh yang diterima subjek pajak Berkurang sebesar Pajak yg dipotong Pengeluaran oleh subjek pajak Bertambah sebesar Pajak yg dipungut
Contoh Pemotongan Pajak
PT. Konsultan Keuangan Indonesia (KKI) telah
memberikan jasa konsultan keuangan kepada PT Katakan
Sejujurnya (KS) yang merencanakan untuk Go Public.Nilai kontrak jasa konsultan yang disepakati adalah
sebesar Rp 400 juta yang akan dibayar dalam beberapa
termin. Setiap pembayaran termin, KS akan melakukan
pemotongan PPh Pasal 23 dengan tarif sebesar 2% dari
jumlah bruto.
Dengan demikian cash inflow yang akan diterima oleh KKI
akan berkurang sebesar Rp 4 juta ( 2% x Rp 400 juta )
akibat pemotongan PPh Pasal 23 oleh PT. KSContoh Pemungutan PT. Semau Gue (SG) melakukan pembelian baja dari PT. Krakatau Steel Indonesia untuk keperluan membangun pabrik barunya di Cikarang yang sedang dalam proses penyelesaiannya, nilai
pembelian bajanya adalah sebesar Rp 300 juta.
Atas penjualan baja tersebut, PT. Krakatau Steel
Indonesia akan memungut PPh Pasal 22 sebesar 0,3% dari nilai penjualan. Dengan demikian PT. SG harus menambah pengeluaran cashnya untuk pembelian baja tersebut sebesar Rp 900.000 ( 0,3% x Rp 300 juta ).
WITHHOLDING TAX
PEMBERI PENGHASILANPENERIMA PENGHASILAN
OBYEK
TARIF
TATA CARA
HAK DAN KEWAJIBAN
JENIS PAJAK
ASPEK PPh PASAL 22, 23/26 & 4 AYAT (2)
DALAM KEGIATAN SEHARI-HARI SIAPA -SIAPA SUBJEK
YANG BERPERAN APA-APA YANG DIKENAKAN OBJEK
DAN &
PERHITUNGAN TARIF
KEWAJIBAN
ADMINISTRASI MENURUT PERATURAN
BAGAIMANA CARA MENGHINDARI STRATEGI TIMBULNYA MASALAHJENIS PAJAK ( WITHHOLDING TAX)
PENERIMA PEMBERI
PENGHASILAN PENGHASILAN PPh PSL 21: WPOP DN Pekerjaan, Jasa, Kegiatan WPDN:
PPh PSL 23:
WPOP & BDN
Modal
DN
- WP BADAN
PPh PSL 23:
WP BDN DN
Jasa dan Kegiatan
- WP OP YG
DITUNJUK PPh PSL 26: WPOP & BDN
Pekerjaan, Modal, Keg, Jasa
LN PPh Final 4 (2) WPOP & BDN Penghasilan Tertentu DN
PPh Psl 22
WPOP & BDN Badan Impor, Pembayaran, DN Tertentu
Penjualan
KEWAJIBAN PEMOTONG PAJAK
DAFTAR NPWP
MELAKSANAKAN PEMOTONGAN
MEMBUATKAN BUKTI POTONG
MELAPORKAN PEMOTONGAN PAJAK
MENYETOR PAJAK
MENYIMPAN DATA-DATA SELAMA 10 TAHUN
HAK YANG DIPOTONG PAJAK
1. MEMINTA BUKTI POTONG
2. PERMOHONAN PEMBEBASAN PEMOTONGAN DAN PEMUNGUTAN PAJAK
PROSES ADMINISTRASI
PROSES ADMINISTRASI
PEMBUATAN BUKTI MAX. AKHIR BULAN
POTONG SAAT TERHUTANG MAX HARI KE 10 SETOR PPh 23/26, PPh FINAL LAPOR SPT MASA PPh MAX TANGGAL 20SANKSI-SANKSI 2 % X KURANG SETOR PER BULAN TELAT SETOR 2 % X KURANG SETOR PER BULAN TIDAK SETOR DAN 100 % X POKOK PAJAK TELAT LAPOR SPT Rp 100.000,- / Rp 500.000,- KUP :
1. SPT Masa PPN = 500rb
2. SPT Masa Lain = 100rb
3. SPT Tahunan Badan = 1 juta, OP = 100rb
PAJAK PENGHASILAN
Dasar Hukum
1. Undang-Undang PPh Pasal 22 2. Kep Menkeu No. 254/KMK.03/2001 jo.
392/KMK.03/2001 jo. 236/KMK.03/2003
3. Kep Dirjen No. KEP-417/PJ./2001
4. Kep. Menkeu No. 253/PMK.03/2008
5. Kep. Menkeu No.154/PMK.03/2010
Definisi PPh Pasal 22 Merupakan:
PPh yang dipungut oleh Bendaharawan Pemerintah, Instansi/Lembaga Pemerintah dan Lembaga-Lembaga lainnya berkenaan dengan pembayaran atas penyerahan barang, PPh yang dipungut/dibayar badan-
badan tertentu baik pemerintah maupun
swasta berkenaan dengan kegiatan impor atau kegiatan usaha di bidang lain.Obyek Pemungutan PPh Pasal 22
- Klasifikasi PPh Pasal 22, yaitu:
1. Impor barang luar negeri,
2. Pembelian barang oleh Bendaharawan Pemerintah, dan badan pemerintah tertentu,
3. Penjualan hasil produksi industri tertentu.
4. Penjualan barang yang tergolong mewah.
- Pemungut PPh Pasal 22
- Bank Devisa, dan Ditjen Bea & Cukai, atas impor barang,
- Ditjen Anggaran, Bendaharawan Pemerintah baik Pusat atau Daerah yang melakukan pembayaran pembelian barang,
- BUMN dan BUMD atas pembelian barang dengan dana APBN/D
- BI, BULOG, Telkom, PLN, PT Garuda Ind., Indosat, Krakatau- Steel, Pertamina dan Bank BUMN atas pembelian barang, baik dananya dari APBN maupun non-APBN,
Pemungut PPh Pasal 22 ………… Cont’d
• Badan usaha yang bergerak di bidang industri semen, rokok,
kertas, baja, dan otomotif, yang ditunjuk kepala KPP, atas
penjualan hasil produksinya di dalam negeri,• Pertamina dan badan lainnya yang bergerak di bidang bahan
bakar minyak (BBM) jenis Premix, super TT dan Gas, atas
penjualan hasil produksinya,• Industri & Eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan,
perkebunan, pertanian & perikanan, yang ditunjuk kepala
KPP, atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri
atau ekspor mereka dari pedagang pengumpul.
KMK 254/KMK.03/2001 stdtd KMK 236/KMK.03/2003
Tentang Penunjukan Pemungut PPh Pasal 22, Sifat, Besarnya Pungutan serta Tatacara Penyetoran dan Pelaporan Aktivitas/Kegiatan Pemungut PPh Pasal 22Impor barang Bank Devisa dan DJBC Pembayaran atas pembelian DJA dan Bend. Pemerintah barang BUMN dan BUMD Pembelian barang yang dananya dari APBN/APBD BI, BPPN, BULOG, PT Telkom, PT PLN, PT Garuda Indonesia, PT
Pembelian barang yang Indosat, Krakatau Steel, dananya dari APBN/D atau Pertamina, dan Bank BUMN non APBN/D Industri semen, rokok, Penjualan hasil produksi kertas, baja dan otomotif dalam negeri Pertamina dan Badan Usaha Penjualan hasil produksi lain yang bergerak dalam bidang BBM dan gas
Pembelian bahan untuk Industri dan eksportir yg keperluan industri atau bergerak dlm sektor ekspor dari pedagang perhutanan, perkebunan, pengumpul pertanian, dan perikanan
1. PPh Pasal 22 atas Impor
Setiap Wajib Pajak yang melakukan impor akan dikenakan PPh
pasal 22 Impor
- Tarif:
2,5% x nilai impor, bagi importir yang memiliki Angka Pengenal Impor (API). 7,5% x nilai impor, bagi importir tanpa Angka Pengenal Impor (API). 7,5% x nilai lelang, bagi pemenang hasil lelang impor yang tidak dikuasai.
- Nilai Impor:
Nilai berupa uang yang menjadi dasar perhitungan bea masuk, yaitu Cost Insurance & Freight (CIF) ditambah bea masuk dan pungutan lainnya yang dikenakan berdasarkan peraturan perundang-undangan pabean di bidang impor.
PPh Pasal 22 Impor….….Cont’d Sifat pemungutan: Tidak Final (sebagai kredit pajak).
Saat terutang = Saat pembayaran Bea Masuk.
Apabila mendapat fasilitas Bea Masuk ditunda/dibebaskan, Saat terutang = saat penyelesaian Pemberitahuan Impor Barang (PIB)
Cara Pemungutan: dilakukan importir menggunakan SSP di bank devisa atau bendaharawan Ditjen Bea & Cukai.
(harus dilunasi saat penyelesaian dokumen PIB)
December 31, 2018 December 31, 2018 PT. Mobil Canggih (API) melakukan
PT. Mobil Canggih (API) melakukan
impor suku cadang mobil sebesar Rp
impor suku cadang mobil sebesar Rp
5M, biaya angkut dan asuransi
5M, biaya angkut dan asuransi sebesar Rp 1M, bea masuk 20%. sebesar Rp 1M, bea masuk 20%.
Berapa PPh pasal 22 yang harus Berapa PPh pasal 22 yang harus dipungut atas transaksi tersebut ??? dipungut atas transaksi tersebut ???
December 31, 2018 December 31, 2018 PT.
PT.
Sukses Selalu mengimpor mesin Sukses Selalu mengimpor mesin dari Cina dengan Harga Beli USD dari Cina dengan Harga Beli USD
100,000. Asuransi dan ongkos angkut
100,000. Asuransi dan ongkos angkut
adalah sebesar 2% dan 5% dari cost.
adalah sebesar 2% dan 5% dari cost.
Tarif bea masuk adalah 10%. Kurs Tarif bea masuk adalah 10%. Kurs KMK Rp.10.000.
KMK Rp.10.000.
Berapa PPh pasal 22 Berapa PPh pasal 22 yang harus dipungut atas transaksi yang harus dipungut atas transaksi tersebut tersebut
, apabila PT. Sukses Selalu , apabila PT. Sukses Selalu mempunyai API mempunyai API
??? ??? N ilai Impor : N ilai Impor :
Cost USD 100,000 Cost USD 100,000
Insurance (2%) USD 2,000
Insurance (2%) USD 2,000
- Freight (5%) USD 5,000
Freight (5%) USD 5,000
- CIF (USD) USD 107,000
CIF (USD) USD 107,000
CIF (Rp) Rp.1.070.000.000
CIF (Rp) Rp.1.070.000.000
BM (10%) Rp. 107.000.000
BM (10%) Rp. 107.000.000
- Nilai Impor Rp.1.177.000.000
Nilai Impor Rp.1.177.000.000
PPh 22 = 2,5% x Rp.1.177.000.000
PPh 22 = 2,5% x Rp.1.177.000.000
- = Rp. 29.425.000
= Rp. 29.425.000 December 31, 2018 December 31, 2018
2. PPh Pasal 22 atas Pembelian Barang Dalam Negeri Terdiri dari:
• Pembelian barang oleh Ditjen Anggaran atau Bendaharawan
Pemerintah Pusat/Daerah, Pembelian barang oleh BUMN/BUMD, yang dibiayai dari APBN/APBD- Pembelian barang oleh BI, BPPN, BULOG, PT Telkom, PLN,
Garuda, Indosat, Krakatau Steel, Pertamina & Bank-bank
BUMN, yang dibiayai dari APBN/non-APBN • Pembelian barang oleh industri dan eksportir yang bergerak
dalam sektor kehutanan, perkebunan, pertanian, danperikanan atas pembelian bahan – bahan untuk keperluan
industri atau ekspor dari pedagang pengumpul.
PPh Pasal 22 atas Pembelian Barang .…Cont’d • Tarif PPh Pasal 22 : 1,5% dari harga Pembelian.
- Tidak final • Dipungut sekaligus pada setiap dilakukan pembayaran.
• Cara pemungutan: Pemungut Pajak harus menyetor pada hari yang
sama dengan pelaksanaan pembayaran dengan menggunakan formulir SSP yang telah diisi oleh dan atas nama rekanan serta ditandatangani oleh pemungut pajak.
PPh Pasal 22 atas pembelian bahan-bahan keperluan industri
- Badan usaha industri & Eksportir yang bergerak dalam sektor perhutanan, perkebunan, pertanian, dan perikanan, yang ditunjuk oleh KPP, wajib memungut PPh Pasal 22 atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor mereka dari pedagang pengumpul.
- Tarif PPh Pasal 22 untuk pembelian bahan-bahan keperluan industri dari pedagang pengumpul adalah 0.5% dari harga pembelian (Kep-25/PJ./2003) PPh Pasal 22 terutang dan dipungut pada saat pembelian.
- Pemungut Pajak menyetorkan PPh Pasal 22 menggunakan SSP ke bank persepsi dan menerbitkan Bukti pemungutan PPh Pasal 22 untuk penjual barang.
Pembelian Dalam Negeri
Pembelian Dalam Negeri
- PT. Pemasok mendapat order kendaraan truck dari pemkot Bekasi senilai Rp 220 juta termasuk PPN, apa yang harus dilakukan oleh
Bendaharawan Pemkot Bekasi untuk
melaksanakan kewajiban perpajakan
Pembelian Dalam Negeri
Pembelian Dalam Negeri
- PT. Hutan Kuasa adalah eksportir, melakukan pembelian sebesar Rp 1 M dari pedagang pengumpul TBS (tandan buah segar) dari para petani, apa kewajiban perpajakan yang harus dilakukan oleh PT. Hutan atas pembelian TBS tersebut ??
3. PPh Pasal 22 atas Penjualan Hasil Produk Tertentu di Dalam Negeri
PPh Pasal 22 atas Penjualan BBM Premix, Super TT dan Gas
- Penyalur atau agen penjual BBM wajib menyetor PPh Pasal 22
melalui bank persepsi sebelum penebusan DO (Delivery Order) ke
Pertamina atau penyedia BBM selain Pertamina.
Terdiri dari:
• Pemungutan bersifat final dalam hal penjualan kepada agen/penyalur.
- Pemungutan tidak bersifat final dalam hal penjualan bukan kepada agen/penyalur.
PPh Pasal 22 atas Penjualan BBM ….Cont’d
Tarif PPh Pasal 22 atas penjualan BBM:
- SPBU Swasta : 0.3% dari penjualan Premium, Solar dan Premix/ Super TT,
- SPBU Pertamina : 0.25 % dari penjualan Premium,
Solar dan Premix/Super TT
- SPBU Pertamina : 0.3 % dari penjualan Minyak tanah, Gas LPG dan pelumas.
PPh Pasal 22 atas Penjualan Hasil Produksi Industri Tertentu
- Pemungut Pajak: Pengusaha industri semen, rokok, kertas, baja, dan otomotif, yang ditunjuk oleh KPP. PPh Pasal 22 terutang dan dipungut pada saat penjualan.
- Pemungut wajib memungut PPh Pasal 22 pada saat penjualan dan menyetorkannya ke bank persepsi menggunakan SSP, dan
menerbitkan Bukti Pemungutan PPh Pasal 22 untuk Pembeli
barang.
Tarif dan Sifat PPh Pasal 22 Penjualan Produk Tertentu Penjualan Produk Tertentu
PT. Katakan Sejujurnya melakukan
PT. Katakan Sejujurnya melakukan
pembelian Mobil dari PT. Toyota Astra
pembelian Mobil dari PT. Toyota Astra
Motor untuk keperluan kantor cabang
Motor untuk keperluan kantor cabangbarunya, nilai pembelian mobil adalah
barunya, nilai pembelian mobil adalah sebesar Rp 400 juta. sebesar Rp 400 juta. Atas penjualan mobil tersebut, apa yang
Atas penjualan mobil tersebut, apa yang
harus dilakukan oleh PT. Toyota Astra
harus dilakukan oleh PT. Toyota Astra
Motor terkait dengan pemungutan PPh
Motor terkait dengan pemungutan PPh
Pasal 22 Pasal 22
Penjualan Produk Tertentu
- PT. Penyalur Minyak Indonesia (PMI) membeli premium dari Pertamina. Dalam hal ini PMI sebagai penyalur BBM (SPBU Swastanisasi) memiliki delivery order (DO) dari pertamina dengan kuantitas sebanyak 10.000 liter @ Rp 1.600,-
- Sebelum menebus DO tersebut ke Pertamina, berapa PPh Pasal 22 yang harus dilunasi oleh PT. PMI
Penjualan Barang Tergolong Mewah
- Pesawat udara pribadi harga jual lebih dari Rp 20.000.000.000
- Kapal Pesiar dan sejenisnya, harga jual lebih dari Rp 10.000.000.000
- Rumah beserta tanah dengan harga jual lebih dari Rp 10.000.000.000
- Apartemen, kondominium dan sejenisnya dengan harga jual lebih dari
Rp 10.000.000.000
- Kendaraan bermotor roda empat pengangkutan orang kurang dari 10 orang berupa sedan, jeep, SUV, MPV, minibus dan sejenisnya dengan harga jual lebih dari Rp 5.000.000.000
PPh Pasal 22 = 5% x Harga Jual (Tidak Termasuk PPN dan PPn BM)
Pembelian Barang Dalam Negeri :
Pengecualian Pemungutan PPh Pasal 22
- Pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah- pecah.
- Pembayaran untuk pembelian BBM, listrik, gas, air minum (PDAM) dan benda-benda pos.
- Emas batangan yang akan diproses untuk menghasilkan barang perhiasan untuk tujuan ekspor (perlu SKB)
- Pembayaran/pencairan dana Jaring Pengaman Sosial (JPS) oleh Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara.
- Pembayaran atas pembelian gabah dan/atau beras oleh BULOG.
- Pembayaran sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan dalam rangka pelaksanaan proyek pemerintah yang dibiayai dengan hibah luar negeri.
Pengecualian Pemungutan PPh Pasal 22 Impor Barang Luar Negeri :
- Impor barang dan/atau penyerahan barang yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan tidak terutang PPh (perlu SKB)
- Dalam hal impor sementara jika nyata-nyata dimaksudkan untuk diekspor kembali.
- Impor kembali (re-impor), yang meliputi barang-barang yang telah diekspor kemudian diimpor kembali dalam kualitas yang sama atau barang-barang yang telah diekspor untuk keperluan perbaikan, pengerjaan dan pengujian , yang telah memenuhi syarat yang ditentukan Ditjen Bea & Cukai.
- Impor barang yang dibebaskan dari pungutan Bea Masuk dan/atau
PPN (dilakukan oleh Ditjen Bea Cukai) : a. Barang milik perwakilan negara asing - asas timbal balik.
b. Barang untuk keperluan badan internasional yang diakui & terdaftar pada pemerintah RI,
Dikecualikan dari Pemungutan PPh Pasal 22 Impor barang yang dibebaskan dari pungutan Bea Masuk/PPN :
c. Kiriman hadiah untuk keperluan ibadah umum, amal, sosial atau kebudayaan, d. Barang untuk keperluan museum, kebun binatang, dan semacamnya, yang terbuka untuk umum,
Barang untuk keperluan penelitian, dan pengembangan Iptek,
e. Barang keperluan khusus tunanetra & penyandang cacat lainnya,
f. Peti atau kemasan lain berisi jenazah atau abu jenazah,
g. Barang pindahan,
h. Barang pribadi penumpang, awak kapal, pelintas batas, dan barang kiriman, sampai batas tertentu yang diatur dalam UU Pabean, i. Barang yang diimpor pemerintah Pusat/ Daerah yang ditujukan untuk kepentingan umum, j. Persenjataan, amunisi dan perlengkapan militer untuk keperluan pertahanan dan keamanan negara,
Dikecualikan dari Pemungutan PPh Pasal 22 Impor barang yang dibebaskan dari pungutan Bea Masuk/PPN k. Barang dan bahan untuk menghasilkan barang bagi keperluan pertahanan & keamanan negara,
l. Vaksin polio dalam rangka program Pekan Imunisasi Nasional (PIN),
m.Buku-buku pelajaran umum, kitab suci dan buku-buku pelajaran agama,n. Kapal laut, kapal angkutan sungai dll yang beserta suku cadang dan
peralatan keselamatan pelayaran yang diimpor dan digunakan oleh Perusahaan Pelayaran nasional atau perusahaan penangkapan ikan nasional, o. Pesawat udara, dan suku cadang serta alat keselamatan penerbangan yang diimpor dan digunakan oleh perusahaan angkutan udara nasional, p. Kereta api, suku cadang serta peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan serta prasarana yang diimpor dan digunakan oleh PTKereta Api Indonesia, q. Peralatan yang digunakan untuk penyediaan data batas dan photo udara wilayah RI yang dilakukan TNI
Fasilitas Pembebasan PPh Pasal 22
Wajib Pajak yang mengalami kerugian fiskal dapat mengajukan
pembebasan PPh Pasal 22 atas Impor ke KPP tempat WP tersebut terdaftar dengan syarat:• WP berhak atas kompensasi kerugian dari tahun-tahun pajak
sebelumnya sepanjang jumlah kerugiannya > perkiraan penghasilan neto tahun pajak bersangkutan atau- Dapat menunjukkan bahwa dalam satu tahun pajak tidak akan terutang PPh PPh yang telah dibayar > PPh yang akan terutang
Impor barang untuk kegiatan /Jasa yang dikenakan PPh Final
• Impor barang yang digunakan untuk kegiatan
/jasa yang imbalannya semata-mata dikenakan PPh Final tidak dikenakan PPh Pasal 22 Impor.- Untuk mendapat pembebasan PPh Pasal 22 impor tersebut, Wajib Pajak bersangkutan dapat menghubungi Kepala KPP tempatnya
terdaftar untuk diberikan SKB PPh Pasal 22.