Pertemuan ke 4 PPh Orang Pribadi

  

  DASAR HUKUM UU NO. 36 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UU NO. 7

TAHUN 1983 TENTANG PPH

  

ARAH DAN TUJUAN

PENYEMPURNAAN UU PPH

  lebih meningkatkan keadilan pengenaan pajak;

   lebih memberikan kemudahan kepada Wajib Pajak;

   lebih memberikan kesederhanaan administrasi perpajakan;

   lebih memberikan kepastian hukum, konsistensi, dan

   transparansi; lebih menunjang kebijakan pemerintah dalam rangka

   meningkatkan daya saing dalam menarik investasi langsung di Indonesia baik penanaman modal asing

  PAJAK PENGHASILAN (PPh) [ Pasal 1 ] Pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak A D A L A H

  

BAGAN SUBJEK PAJAK

Objek Pajak

  

Orang Pribadi

SUBJEK PAJAK Seluruh Penghasilan

  

Badan

DALAM NEGERI

  Pasal 4 Pasal 2(3) Pasal 2(3) Warisan yang

belum terbagi

SUBJEK
  • Penghasilan dari kegiatan operasi

  PAJAK dan harta yang dimiliki/dikuasai

  Orang

  • Pasal 2(2)

  Penghasilan kantor pusat Pribadi

  • Penghasilan lainnya yang diperoleh

SUBJEK PAJAK

  SUBJEK PAJAK [ PASAL 2 (1) ] - ORANG PRIBADI - WARISAN YG BELUM TERBAGI BADAN (PT, CV, BUMN/D, FIRMA, KONGSI,

KOPERASI, DAPEN, PERSEKUTUAN, ORMAS

  SUBJEK PAJAK DALAM NEGERI [ PASAL 2 (3) ] ORANG PRIBADI :

  • BERTEMPAT TINGGAL / BERADA DI INDONESIA LEBIH DARI 183 HARI DLM 12 BULAN; ATAU
  • DALAM SUATU TAHUN PAJAK BERADA DI

  INDONESIA DAN MEMPUNYAI NIAT BERTEMPAT TINGGAL DI INDONESIA BADAN

  

CONTOH SUBJEK PAJAK DALAM

NEGERI 

  

Budi lahir dan bertempat tinggal selama hidupnya

di Indonesia, maka ia adalah Subjek Pajak Dalam

Negeri;

   Mr. Alex warga negara Singapore bolak balik Indonesia - Singapore selama 1 tahun, namun lebih lama berada di Indonesia ( lebih dari 183 hari ), maka Mr. Alex merupakan Subjek Pajak Dalam Negeri.

  

Mr. David warga negara Canada mulai bekerja di

  

SUBJEK PAJAK

LUAR NEGERI [ PASAL 2 (4) ]

ORANG PRIBADI YG TIDAK BERTEMPAT TINGGAL DI

  • INDONESIA / BERADA DI INDONESIA TIDAK LEBIH DARI 183 HARI DALAM 12 BULAN BADAN YG TIDAK DIDIRIKAN DAN TIDAK BERTEMPAT
  • KEDUDUKAN DI INDONESIA

YANG MENERIMA ATAU YANG MENJALANKAN

ORANG PRIBADI

  

Menentukan Subjek Pajak OP DN atau LN (Per-43/PJ/2011)

Bertempat Bertempat Berada Berada Tinggal

  Berniat Tinggal Berniat Ps. 3(1) hrf a.2) Ps. 3(1) hrf a.3) Ps. 3(1) hrf a.2) Ps. 3(1) hrf a.3) ps.3(1) hrf ps.3(1) hrf

  a. 1)

  a. 1)

  3

  8

  1. Berniat tinggal di

  1. Permanent

  1 Tempat tinggal di Indonesia, st dwelling e

  INDONESIA, bepergian memberikan VISA, t resident e ke KITAS, Kontrak Kerja ri

  2. Ordinary course a im lbh dari 183 hari. LN, berada di Indonesia h t of life

  N lbh

  2. Melakukan tindakan

  3. Place of habitual D akan bertempat dari 183 hari

  P abode tinggal di Indonesia

  O (Ps. 8)

  P (Ps. 7 )

  (Ps. 11) S

  BERAKHIR:

  

MULAI DAN BERAKHIRNYA

KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF

SUBJEK PAJAK DALAM NEGERI ORANG PRIBADI MULAI: SAAT DILAHIRKAN
  • BERADA ATAU BERNIAT TINGGAL DI INDONESIA

  • SAAT MENINGGAL DUNIA
  • MENINGGALKAN INDONESIA UNTUK SELAMA-LAMANYA

  ORANG PRIBADI/BADAN Ps. 2 : (4) huruf a MULAI:

  MULAI DAN BERAKHIRNYA KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF

SUBJEK PAJAK LUAR NEGERI

  • SAAT MENJALANKAN USAHA/ MELAKUKAN KEGIATAN MELALUI BUT

  BERAKHIR:

  • - SAAT TIDAK LAGI MENJALANKAN USAHA - TIDAK MELAKUKAN KEGIATAN MELALUI BUT
  •   TIDAK TERMASUK SUBJEK PAJAK [ Pasal 3 ] KANTOR PERWAKILAN NEGARA ASING ORGANISASI INTERNASIONAL YANG DITETAPKAN OLEH MENKEU DGN SYARAT INDONESIA MENJADI ANGGOTANYA DAN

      TDK MENJALANKAN USAHA / KEGIATAN LAIN UNTUK MEMPEROLEH PENGHASILAN DARI INDONESIA PEJABAT PERWAKILAN ORGANISASI INTERNASIONAL YG DITETAPKAN DGN KEPMENKEU DGN SYARAT BUKAN WNI DAN TDK MENJALANKAN USAHA / KEGIATAN/ PEKERJAAN LAIN UTK Robert Blake, Dubes AS untuk Indonesia WN Amerika Serikat, English Teacher EF

      Jakarta yuuk diskusi TKI di Malaysia PNS Tugas Belajar ke Luar Negeri

      

    TOURIST GUIDE, 2 TAHUN DI INDONESIA,

    TEMPAT TINGGAL dan KEBERADAANNYA

    BERPINDAH-PINDAH.

    PER-02/PJ/2009

      Pasal 1 Dalam PerDirJen Pajak ini, yg dimaksud dengan Pekerja Indonesia di Luar Negeri adalah orang pribadi WNI yg bekerja di luar negeri lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan.

      Pasal 2 Pekerja Indonesia di Luar Negeri sdd Pasal 1 merupakan Subjek Pajak Luar Negeri. Pasal 3 Atas penghasilan yg diterima atau diperoleh Pekerja Indonesia di LN sdd Pasal 1 sehubungan dengan pekerjaannya di LN dan telah dikenai pajak di luar negeri, tidak dikenai Pajak Penghasilan di Indonesia.

      WARISA N

    Mengapa warisan yang belum terbagi

    sebagai satu kesatuan menggantikan

    yang berhak ditunjuk oleh UU sebagai

    Subjek Pajak ?

    Pasal 32 ayat (1) huruf e UU KUP Dalam menjalankan hak dan memenuhi

      kewajiban menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, Wajib Pajak diwakili, dalam hal suatu warisan yang belum terbagi oleh salah seorang ahli warisnya,

      

    pelaksana wasiatnya atau yang mengurus

    harta peninggalannya.

      

    WP DALAM NEGERI VS WP LUAR

    NEGERI No. Uraian WP Dalam Negeri WP Luar Negeri

      1. Ruang lingkup penghasilan yang dapat dikenakan pajak Penghasilan yang diterima / diperoleh dari Indonesia dan dari luar Indonesia Penghasilan yang diterima / diperoleh dari Indonesia

      2. Dasar Pengenaan Pajak Penghasilan Neto Penghasilan Bruto

      

    3. Tarif Tarif Umum Pasal 17 Tarif sepadan / sesuai

    treaty

      4. Kewajiban SPT Tahunan Wajib Tidak wajib

      Bagan Pajak Penghasilan (PPh OP)

      Pasal 24 Pasal 24 WAJIB PAJAK OP WAJIB PAJAK OP Laporan Laba / Rugi Penghasilan xxx Biaya (xxx) Laba xxx Koreksi Fiskal xxx

      Laporan Laba / Rugi Penghasilan xxx Biaya (xxx) Laba xxx Koreksi Fiskal xxx

      Pasal 23 Pasal 23 Pasal 6 Pasal 6 Pasal 26 Pasal 26 Pasal 23 Pasal 23 Pasal 4 Pasal 4 Pembayaran dari Luar Negeri Pembayaran dari Luar Negeri Pembayaran ke Luar Negeri Pembayaran ke Luar Negeri Luar Negeri Luar Negeri Indonesia Indonesia Pasal 9 Pasal 9

      

    OBJEK PAJAK / PENGHASILAN

    [ Pasal 4 (1) ]

    Pengertian :

    Setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima

    atas diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari

    Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat

    dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan

    Wajib Pajak, yang bersangkutan, dengan nama dan

    bentuk apapun.

    OBJEK PAJAK

    Pasal 4 ayat (1) Penggantian atau imbalan berkenaan dgn pekerjaan atau

      jasa yg diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dlm bentuk lainnya, kec. ditentukan lain dlm UU ini

    Hadiah dari undian atau pekerjaan/kegiatan dan penghargaan

    Laba Usaha

    OBJEK PAJAK

    Pasal 4 ayat (1) Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk : 1. keuntungan krn pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan lainnya sbg pengganti saham/penyertaan modal; 2. keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan dan

      

    badan lainnya krn pengalihan harta kpd pemegang saham,

    sekutu atau anggota; 3. keuntungan krn likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan usaha; 4. keuntungan krn pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau sumbangan, kec. yang diberikan kpd keluarga sedarah dlm garis keturunan lurus satu derajat, dan badan

    keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau

    OBJEK PAJAK

      [ Pasal 4 ayat (1) ] Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya

    Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan krn jaminan pengembalian utang Dividen, dgn nama dan dlm bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kpd pemegang polis, dan pembagian SHU koperasi Royalti, sewa dan penghasilan lain sehubungan dgn penggunaan harta Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala Keuntungan krn pembebasan utang PMK No.105/PMK.03/2009 stdd PMK No.57/PMK.03/2010

    • Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih kepada debitur kecil adalah

      piutang debitur kecil yang jumlahnya tidak melebihi Rp100.000.000,00, yang merupakan gunggungan jumlah piutang dari beberapa kredit yang diberikan oleh suatu institusi bank/lembaga pembiayaan dalam negeri sebagai akibat adanya pemberian:

      a. Kredit Usaha Keluarga Prasejahtera (Kukesra);

      b. Kredit Usaha Tani (KUT);

      c. Kredit Pemilikan Rumah Sangat Sederhana (KPRSS;

      d. Kredit Usaha Kecil (KUK);

      e. Kredit Usaha Rakyat (KUR; dan/atau f.

      

    Kredit kecil lainnya dalam rangka kebijakan perkreditan Bank Indonesia

    Pasal 4 ayat (1)

      Penghasilan dari Usaha Berbasis Syariah surplus Bank Indonesia imbalan bunga OBJEK PAJAK

    PENGHASILAN DAPAT DIKENAI PAJAK FINAL

    Pasal 4 ayat (2)

      

    penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga

       obligasi dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi Transaksi saham dan sekuritas di bursa efek; penghasilan berupa hadiah undian;

      

    penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi

       derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura;

    penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau

      

    bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan

      Kalo gitu PAJAK FINAL ??

    Jenis pajak yang memiliki sifat final, dimana

    si pembayar pajak tidak lagi dikenai kewajiban

    untuk memasukkan obyek pajak dan pajak

    yang bersangkutan kedalam perhitungan pajak

    akhir tahun, karena pajak dan obyek pajak

    tersebut sudah dianggap rampung, tuntas,

    atau pasti.

      Kalau Sudah Kena Pajak

    Final ??

      

    Tidak Dapat Dikreditkan Terhadap

    Total PPh Terutang

      Pengeluaran dalam memperoleh penghasilan (obyek PPh Final) yang bersangkutan tidak boleh dibiayakan secara fskal

      Kenapa Harus Pajak Final ?? Penyederhanaan Administrasi

      PPh oleh OP yang belum terdaftar secara resmi sebagai WP

      

    PPh atas obyek yang timbul atau terjadi

    hanya sekali / tidak sering

      PPh berkaitan dengan pembayar pajak tertentu yang dikecualikan dari kewajiban tertentu seperti pembukuan atau memasukkan SPT

      Obyek Tertentu :

    PENGHASILAN TERTENTU YANG

    PENGENAAN PAJAKNYA TELAH DIATUR DGN

      1. PENGHASILAN DARI TRANSAKSI PENJUALAN SAHAM DI BURSA EFEK ( PP No. 41 TAHUN 1994 jo PP No. 14 TAHUN 1997)

      2. PENGHASILAN DARI HADIAH UNDIAN ( PP No. 132 TAHUN 2000)

      3. PENGHASILAN DARI PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN (PP No. 48 TAHUN 1994 jo PP No.79 TAHUN 1999)

      4. PENGHASILAN DARI BUNGA DEPOSITO DAN TABUNGAN SERTA

    DISKONTO SBI ( PP No. 131 TAHUN 2000 jo KMK No.51/KMK.04/2001)

      5. PENGHASILAN DARI PERSEWAAN TANAH DAN/ATAU BANGUNAN ( PP No. 29 TAHUN 1996 Jo. PP No. 5 Tahun 2002 )

    NON OBJEK PAJAK

    Pasal 4 ayat (3)

      

      Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat

      

      Harta hibahan;

      

      Warisan;

      

      harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal;

      

      Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa;

      

    NON OBJEK PAJAK

       dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh PT sebagai WP DN, koperasi, BUMN, atau

    BUMD, dari penyertaan modal pada badan usaha

    yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat: 1.dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan 2.bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh

    NON OBJEK PAJAK

       penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun, dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan;

       bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham- saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif;

       penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha tersebut:

    NON OBJEK PAJAK

      

      beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu;

      

      sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan ;

      

    SOAL KASUS

      

    1.PT Laris Sukses pada tahun 2012 membagikan dividen sebesar Rp 2

    milyar. Pemegang saham pada tahun 2012 adalah :

    • H. Samsudin (20%)
    • Koperasi Arta Prima (10%)
    • PT Sukses Abadi (10%)
    • PT Sukses Subur (30%)
    • CV Boga Arta (30%)

      

    2.PT Laris Sukses menerima pembayaran dividen dari sebuah

    perusahaan di Australia (kepemilikan 35%). Dividen tsb sudah dipotong

    pajak di Australia

      3.Yanto menerima hibah sebuah mobil Mercedes Benz dari kakeknya

      

    4.Yanti menerima pembayaran dari PT Lippo Life atas asuransi jiwa

      

    PENGHASILAN (Ph) BRUTO

    PENGELUARAN/BIAYA Ph-OP

      Non Final Ph-OP Final

      Ph-BOP terkai t terkai t terkai t

      Boleh Dikurangkan (Ps.6(1) UU PPh)

      Tidak Boleh Dikurangkan (PP 94/2010)

      Tidak boleh Pengeluaran yg mempunyai masa manfaat tidak lebih dari

      1 tahun Pengeluaran yg mempunyai masa manfaat

      Biaya tahun ybs.

      Pembebanannya melalui BIAYA BOLEH DIKURANGKAN BAGI WP DN & BUT (Ps. 6 Ayat (1) UU PPh

    B

    a. Terkait dg kegiatan usaha

      b. Penyusutan dan amortisasi

      

    I

    baik secara langsung/tidak sdd Ps. 11 & 11A UU PPh

    A

    langsung

      c. Iuran kepada Dana Pensiun

    Y

    yg d. Kerugian krn penjualan/

    A

    pendiriaannya disahkan pengalihan harta yg dimiliki MenKeu dan digunakan/dimiliki untuk

      3M Ph

    e. Kerugian selisih kurs mata

      

    3M

    uang asing f. Biaya litbang perusahaan

    Ph

    yg dilakukan di Ind

      g. Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan h. Piutang yg nyata-nyata

    N

    tidak dapat ditagih dgn syarat i. Sumbangan dlm rangka

      

    O

    ttt penanggulangan bencana

    N

    a. Biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dgn kegiatan usaha

      antara lain: 1. biaya pembelian bahan;

    2. biaya berkenaan dgn pekerjaan atau jasa termasuk upah,

    gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang; 3. bunga, sewa, dan royalti;

      4. biaya perjalanan; 5. biaya pengolahan limbah; 6. premi asuransi; 7. biaya promosi dan penjualan yg diatur dgn atau

    berdasarkan PMK (PMK No. 02/PMK.03/2010) tgl 08-01-

    BIAYA PROMOSI

      Biaya Promosi adalah bagian dari biaya

    penjualan yg dikeluarkan oleh Wajib Pajak

    dalam rangka memperkenalkan dan/atau

    menganjurkan pemakaian suatu produk baik langsung maupun tidak langsung untuk mempertahankan dan/atau meningkatkan penjualan.

    BIAYA PROMOSI

      

    Besarnya Biaya Promosi yg dapat dikurangkan dari

    penghasilan bruto merupakan akumulasi dari jumlah :

    a. biaya periklanan di media elektronik, media cetak,

    dan/atau media lainnya; b. biaya pameran produk;

      c. biaya pengenalan produk baru;dan/atau

    d. biaya sponsorship yg berkaitan dgn promosi produk.

    BIAYA PROMOSI

      Wajib Pajak wajib membuat daftar nominatif atas

    • pengeluaran Biaya Promosi yg dikeluarkan kepada pihak lain. Daftar nominatif paling sedikit harus memuat data
    • penerima berupa nama, NPWP, alamat, tanggal, bentuk dan jenis biaya, besarnya biaya, nomor

      bukti pemotongan dan besarnya PPh yg dipotong.

      Daftar nominatif dibuat sesuai format sebagaimana
    • ditetapkan dalam Lampiran PMK ini. Daftar nominatif dilaporkan sebagai lampiran saat
    • Wajib Pajak menyampaikan SPT Tahunan PPh

    DAFTAR NOMINATIF BIAYA PROMOSI

      No. Urut Data Penerima: Nama NPWP Alamat Tanggal Bentuk dan Jenis Biaya Jumlah (Rp) Keterangan Pemotongan PPh

    • Mengenai pengeluaran untuk promosi perlu

      dibedakan antara biaya yg benar-benar dikeluarkan untuk promosi dan biaya yg pada hakikatnya merupakan sumbangan / suap.

    • Walaupun terdapat daftar nominatif, jika

      biaya promosi tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto, jika tidak berkaitan langsung dg 3M penghasilan objek pajak tidak fnal.

      

    PAJAK YANG DAPAT DIKURANGKAN

    DARI PENGHASILAN BRUTO

    • Pajak-pajak selain PPh, dapat dikurangkan dari Penghasilan

      Bruto, sepanjang digunakan untuk 3M Penghasilan objek pajak tidak final. Misalnya PBB, BM, Pajak Hotel, dan Pajak Restoran, dapat dibebankan sebagai biaya.

    PAJAK MASUKAN YG TIDAK DAPAT DIKREDITKAN

      

    (1) Pajak Masukan yg tidak dapat dikreditkan sdd Ps. 9 ayat

    (8) UU PPN dapat dikurangkan dari penghasilan bruto sepanjang dapat dibuktikan Pajak Masukan tsb:

      a. benar-benar telah dibayar; dan

      

    b. berkenaan dgn pengeluaran yg berhubungan dgn

    kegiatan untuk 3M penghasilan.

      

    (2) Pajak Masukan yg dapat dikurangkan dari penghasilan

    bruto sdp ayat (1) sehubungan dgn pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan/atau harta tidak berwujud serta biaya lainnya yg mempunyai masa

    c. Iuran Pensiun/JHT, JPK, JKK, JKM

      Iuran pensiun yg dibayarkan kepada dana pensiun

    • yg pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan dan JHT yg dibayarkan kepada PT Jamsostek oleh WP Orang Pribadi boleh dikurangkan dari penghasilan bruto WP Orang Pribadi tsb. JPK, JKK, JKM yg dibayarkan kepada PT
    • Jamsostek/premi asuransi kesehatan, premi asuransi kecelakaan, premi asuransi jiwa, premi asuransi beasiswa dan premi asuransi dwiguna yg dibayarkan oleh WP Orang Pribadi tidak boleh dikurangkan dari

      

    JAMSOSTEK

    JPK JKK JKM

    JHT = PREMI ASURANSI KARYAWAN

      KARYAWAN PEMBERI KERJA =

      SE-02/PJ.31/1996, 5-Jun-

      96 Dibayar pemberi kerja Dibayar pemberi kerja

    IPEN-DP (MK)

    d. Kerugian karena Penjualan/ Pengalihan Harta

      Boleh dikurangkan:

    • Kerugian karena penjualan/pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan dalam perusahaan/3M penghasilan.

      Tidak boleh dikurangkan:

    • Kerugian karena penjualan/pengalihan harta yang dimiliki tetapi tidak digunakan dalam

    e. Kerugian Selisih Kurs Mata Uang Asing

      

    Kerugian karena fluktuasi kurs mata uang

    asing diakui berdasarkan sistem pembukuan yang

    • dianut dan dilakukan secara taat asas sesuai dengan Standar Akuntansi
    • Keuangan yang berlaku di Indonesia.

    f. Biaya Penelitian dan Pengembangan yang Dilakukan di Indonesia

      Yang dimaksud dgn biaya penelitian dan

    • pengembangan adalah biaya yg nyata-nyata dikeluarkan untuk pengembangan produksi (product development), serta biaya untuk meningkatkan efisiensi perusahaan termasuk teknologi untuk pengembangan proses (process technology).

      

    Biaya Penelitian dan Pengembangan yang Dilakukan di Indonesia

    Pembebanan biaya penelitian dan pengembangan dibedakan dalam 3 (tiga) kategori :

      1. Biaya yg dikeluarkan dlm rangka penelitian dan pengembangan yg menurut ket. peraturan per-UU-an perpajakan harus disusutkan/diamortisasi.

      2. Biaya yg dikeluarkan dalam rangka penelitian dan pengembangan yg menurut ketentuan peraturan

    per-UU-an perpajakan merupakan biaya usaha sehari-

    hari, dibebankan sebagai biaya dalam tahun pajak ybs.

    3. Biaya di luar biaya sdd butir 1 dan butir 2 antara lain

    g. Biaya Beasiswa, Magang, dan Pelatihan

      

    Biaya yang dikeluarkan u/ keperluan

    beasiswa, magang, dan pelatihan dlm

    rangka peningkatan kualitas SDM dapat

    dibebankan sebagai biaya perusahaan dgn memperhatikan kewajaran,

      

    termasuk beasiswa yg dapat dibebankan

      

    sebagai biaya adalah beasiswa yg diberikan

    h. Piutang yang Nyata-nyata Tidak Dapat Ditagih

      Syarat: 1. telah dibebankan sbg biaya dlm laporan laba rugi komersial;

      2. WP harus menyerahkan daftar piutang yg tidak dapat ditagih kepada DJP; dan 3. telah diserahkan perkara penagihannya kepada

      

    Pengadilan Negeri atau instansi pemerintah yg menangani

    piutang negara; atau

      Piutang yang Nyata-nyata Tidak Dapat Ditagih telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau

       khusus; atau adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah

       dihapuskan untuk jumlah utang tertentu; 4. syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku untuk penghapusan piutang tak tertagih debitur

    kecil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf k UU PPh; PMK No.105/PMK.03/2009 stdd PMK No.57/PMK.03/2010

    • Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih kepada debitur kecil adalah

      piutang debitur kecil yang jumlahnya tidak melebihi Rp100.000.000,00, yang merupakan gunggungan jumlah piutang dari beberapa kredit yang diberikan oleh suatu institusi bank/lembaga pembiayaan dalam negeri sebagai akibat adanya pemberian:

      a. Kredit Usaha Keluarga Prasejahtera (Kukesra);

      b. Kredit Usaha Tani (KUT);

      c. Kredit Pemilikan Rumah Sangat Sederhana (KPRSS;

      d. Kredit Usaha Kecil (KUK);

      e. Kredit Usaha Rakyat (KUR; dan/atau f.

      

    Kredit kecil lainnya dalam rangka kebijakan perkreditan Bank Indonesia PMK No.105/PMK.03/2009 stdd PMK No.57/PMK.03/2010 Apabila Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dibayar seluruhnya atau dibayar sebagian oleh debitur, jumlah piutang yang dibayar seluruhnya atau dibayar sebagian tersebut merupakan penghasilan bagi kreditur pada tahun pajak diterimanya pembayaran.

    i. Sumbangan

      Ps. 6(1) huruf i,j,k,l,m UU PPh jo PP 93/2010 

      Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional 

      Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Indonesia 

      Biaya pembangunan infrastruktur sosial 

      Sumbangan fasilitas pendidikan 

      

    Sumbangan dan/atau Biaya Yang Dapat Dikurangkan

    Sampai Jumlah Tertentu

    a.

      Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional, yg mrpk sumbangan untuk korban bencana nasional

    • yg disampaikan scr langsung melalui badan penanggulangan
    • bencana atau disampaikan scr tidak langsung melalui lembaga atau pihak yg telah mendapat izin dari instansi/lembaga yg berwenang untuk pengumpulan dana penanggulangan bencana; b.

      Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan, yg merupakan sumbangan untuk penelitian dan pengembangan yg

    • dilakukan di wilayah RI yg disampaikan melalui lembaga penelitian dan pengemban

      

    Sumbangan dan/atau Biaya Yang Dapat Dikurangkan

    Sampai Jumlah Tertentu

    c. Sumbangan fasilitas pendidikan, yg merupakan sumbangan berupa fasilitas pendidikan

    • yg disampaikan melalui lembaga pendidikan;
    • d.

      Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga, yg merupakan sumbangan untuk membina, mengembangkan dan

    • mengoordinasikan suatu atau gabungan organisasi cabang/jenis olahraga prestasi yg disampaikan melalui lembaga pembinaan olah raga; dan
    • e.

      Biaya pembangunan infrastruktur sosial merupakan biaya yg dikeluarkan untuk keperluan membangun sarana dan

    • prasarana untuk kepentingan umum dan bersifat nirlaba.

      Syarat Sumbangan dan/atau Biaya Agar Dapat Dikurangkan a.

      WP mempunyai penghasilan neto fiskal berdasarkan SPT Tahunan PPh Tahun Pajak sebelumnya;

      b. pemberian sumbangan dan/atau biaya tidak menyebabkan rugi pada Tahun Pajak sumbangan diberikan;

      c. didukung oleh bukti yang sah; dan

      d. lembaga yang menerima sumbangan dan/atau biaya memiliki NPWP, kecuali badan yg

    dikecualikan sebagai subjek pajak sdd UU PPh.

      e. Besarnya nilai sumbangan dan/atau biaya

    pembangunan infrastruktur sosial yang dapat

      Batas Sumbangan dan/atau Biaya yang Dapat Dikurangkan

      Contoh:

    Penghasilan neto fiskal Wajib Pajak adalah tahun lalu

    Rp60.000.000.000,00 maka berapa jumlah sumbangan yang dapat

    dikurangkan dari penghasilan bruto tahun ini ?

      Contoh:

    PT Gunung Raya pada tahun 2009 mempunyai penghasilan neto fiskal

    sebesar Rp1.000.000.000,00. Pada tahun 2010 Wajib Pajak memberikan

    sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga melalui lembaga pembinaan

    olahraga sebesar Rp.40.000.000,00. Pada tahun 2010 Wajib Pajak

      

    Terdapat Hubungan Istimewa

      Sumbangan dan/atau biaya sdd Pasal 1 tidak

    • dapat dikurangkan dari penghasilan bruto bagi pihak pemberi apabila sumbangan dan/atau biaya diberikan
    • kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sdd UU PPh.

      

    Penentuan Nilai Sumbangan dan/atau Biaya

    yang Dapat Dikurangkan

    (1) Nilai sumbangan dalam bentuk barang sdd Pasal 5 ayat (1) ditentukan berdasarkan: a. nilai perolehan, apabila barang yg disumbangkan belum disusutkan; b. nilai buku fiskal, apabila barang yg disumbangkan sudah disusutkan; atau c. harga pokok penjualan, apabila barang yg disumbangkan mrpk barang produksi sendiri.

      (2) Nilai biaya pembangunan infrastruktur sosial sdd

    Pasal 5 ayat (2) ditentukan berdasarkan jumlah yang

    • Pengeluaran-pengeluaran yg dapat dikurangkan

      dari penghasilan bruto harus dilakukan dalam batas-batas yg wajar sesuai dengan adat kebiasaan pedagang yg baik.

      

    Apabila pengeluaran yg melampaui batas kewajaran

    dipengaruhi oleh hubungan istimewa, jumlah yg melampaui batas kewajaran tsb. tidak boleh

      Pengeluaran Berupa Pembayaran di Muka

    misalnya sewa untuk beberapa tahun yang

    • dibayar sekaligus, pembebanannya dapat dilakukan melalui
    • alokasi.

      Pengeluaran Ps.11(1),(2) UU untuk

      Dilakukan secara taat asas PPh pembelian, pendirian, penambahan,

      Penyusuta m

      1 perbaikan, atau n m Tahun perubahan harta berwujud

      Kecuali tanah yg berstatus HM, HGB, HGU dan hak pakai yg pertama kali (nilai tdk berkurang) Metode garis lurus (bagian-bagian yg sama besar) atau straight-line method

    PENYUSUTAN DAN AMORTISASI

      Harga perolehan (harga perolehan ditambah biaya-

       biaya yang dikeluarkan, misalnya bea cukai, biaya transportasi, biaya instalasi) Harga yang wajar (jumlah yang seharusnya dikeluarkan

       atau diterima) apabila terdapat hubungan istimewa Harga pasar (dalam hal terjadi tukar menukar harta)

       

      PENYUSUTAN Untuk mengurangi biaya aktiva yang mempunyai masa

       manfaat lebih dari 1 tahun Metode penyusutan

       Garis lurus

       Saldo menurun

       Bangunan disusutkan dengan metode garis lurus

       Penyusutan dilakukan untuk setiap bulan

       

    Pasal 11 ayat (3) & (4)

    SAAT MULAI PENYUSUTAN

      Pada bulan dilakukannya pengeluaran, kecuali untuk harta yg masih dalam proses pengerjaan, penyusutannya dimulai pada bulan selesainya pengerjaan harta tsb.

      Contoh Pengeluaran pembangunan gedung adalah sebesar Rp100.000.000,00. :

      Pembangunan dimulai bulan Oktober 2000 dan selesai dikerjakan/dibangun

    KELOMPOK HARTA BERWUJUD

      Kelompok Harta Berwujud Masa Mamfaat

    I. Bukan Bangunan :

    • Kelompok 1

      4 tahun

    • Kelompok 2

      8 tahun

    • Kelompok 3

      16 tahun

    • Kelompok 4

      20 tahun

    TARIF PENYUSUTAN

      Kelompok Harta Masa Garis Lurus Saldo Mamfaat Menurun

    I. Bukan Bangunan

    • Kelompok 1 4 tahun 25% 50%
    • Kelompok 2 8 tahun 12,5% 25%
    • Kelompok 3 16 tahun 6,25% 12,5%
    • Kelompok 4 20 tahun 5% 10%

      Straight line method: Straight line method: Gedung HP : Rp 100.000.000,00 Gedung HP : Rp 100.000.000,00 masa manfaatnya 20 tahun, masa manfaatnya 20 tahun, penyusutannya / th = Rp. 5.000.000,00 penyusutannya / th = Rp. 5.000.000,00 (= Rp 100.000.000,00 : 20). (= Rp 100.000.000,00 : 20). declining balance method

      Mesin (kel.1) perolehan Januari 2000 , HP Rp 150.000.000,00.

      Masa manfaat 4 tahun, Tarif penyusutan 50%

      Tahun Tarif Penyusutan Nilai Sisa Buku Harga Perolehan

      150,000,000.0 Tahun Tarif Penyusutan Nilai Sisa Buku Harga Perolehan 100,000,000.0

    2000 1/2 x 50% 25,000,000.00 75,000,000.00

      

    2001 50% 37,500,000.00 37,500,000.00

    2002 50% 18,750,000.00 18,750,000.00

    Contoh

      Sebuah mesin (kel.1) yg dibeli dan ditempatkan pada bln Juli 2000. Harga Perolehan : Rp 100.000.000,00. Masa manfaat 4 (empat) tahun. Tarif penyusutan 50% Sebuah mesin (kel.1) yg dibeli dan ditempatkan pada bln Juli 2000. Harga Perolehan : Rp 100.000.000,00. Masa manfaat 4 (empat) tahun. Tarif penyusutan 50%

      AMORTITASI 

      Pengeluaran atas harta tak berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun dibebankan melalui amortisasi.

       Metode amortisasi

       Garis lurus

       Saldo menurun

    TARIF AMORTISASI

      Kelompok Harta Masa Garis Lurus Saldo Mamfaat Menurun Tak Berwujud

    • Kelompok 1 4 tahun 25% 50%
    • Kelompok 2 8 tahun 12,5% 25%
    • Kelompok 3 16 tahun 6,25% 12,5%
    • Kelompok 4 20 tahun 5% 10%

    KOMPENSASI KERUGIAAN

      Kerugian tahun lalu dapat dibawa dan

       dikompensasikan ke penghasilan kena pajak selama 5 tahun pajak berikutnya Kerugian yang diakibatkan karena penghasilan

       yang telah dikenakan pajak final, tidak dapat dibawa/dikompensasikan ke tahun pajak

       KOMPENSASI VERTIKAL KOMPENSASI HORISONTAL DENGAN PENGHASILAN TAHUN PAJAK YANG SAMA, kecuali Rugi di Luar Negeri tidak bisa dikompensasikan dengan di Dalam Negeri KOMPENSASI KERUGIAN

      

    Kompensasi Kerugian

    Apabila penghasilan bruto setelah pengurangan biaya

    • sebagaimana dimaksud Pasal 6 ayat (1) UU PPh didapat kerugian, kerugian tersebut dikompensasikan dengan
    • penghasilan mulai tahun pajak berikutnya berturut-turut sampai dengan 5 (lima) tahun.
    Contoh : PT A dalam tahun 2009 menderita kerugian fiskal

    sebesar Rp1.200.000.000,00. Dalam 5 (lima) tahun

    berikutnya laba rugi fiskal PT A sebagai berikut : 2010 : laba fiskal Rp200.000.000,00 2011 : rugi fiskal (Rp300.000.000,00) 2012 : laba fiskal Rp N I H I L

      Kompensasi kerugian dilakukan sebagai berikut : Rugi fiskal tahun 2009 (Rp1.200.000.000,00) Laba fiskal tahun 2010 Rp 200.000.000,00 (+)

    • Sisa rugi fiskal tahun 2009 (Rp1.000.000.000,00) Rugi fiskal tahun 2011 (Rp 300.000.000,00)
      • Sisa rugi fiskal tahun 2009 (Rp1.000.000.000,00)

        Laba fiskal tahun 2012 Rp N I H I L (+)

        • Sisa rugi fiskal tahun 2009 (Rp1.000.000.000,00) Laba fiskal tahun 2013 Rp 100.000.000,00 (+)
        Misalnya PT A tersebut pada tahun 2015 dan 2016 memperoleh laba fskal sbb. Berapakah besarnya PPh terutang tahun 2015 dan 2016? 2015 Laba fskal Rp 200.000.000 2016 Laba fskal Rp 400.000.000

      Rugi fiskal tahun 2009 sebesar Rp100.000.000,00

    • yang masih tersisa pada akhir tahun 2014 tidak boleh dikompensasikan lagi dengan laba fiskal tahun 2015,
    • sedangkan rugi fiskal tahun 2011 sebesar

      Rp300.000.000,00 hanya boleh dikompensasikan

      dengan laba fiskal tahun 2015 dan tahun 2016, karena jangka waktu lima tahun yang dimulai sejak tahun 2012 berakhir pada akhir tahun 2016.

      NPWP : Nama WP : Rugi/Laba neto fiskal Kompensasi Kerugian Fiskal (Dalam jutaan Rp) Tahun Jumlah 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2009 (1.200) 200 - 50 100 800 2010 200 - - - - - - - - 2011 (300) - - - - - 200 100 2012 50 - - - - - - - - 2013 100 - - - - - - - - 2014 800 - - - - - - - - Form SPT

      50

    KOMPENSASI KERUGIAN

      

    KOMPENSASI HORISONTAL

    DENGAN PENGHASILAN

    TAHUN PAJAK YANG SAMA, kecuali

      

    Bagi WP yang mendapatkan fasilitas Pasal 31A UU PPh,

    diberikan tambahan kompensasi kerugian vertikal menjadi

    > 5 thn – 10 thn

      PTKP PTKP BARU PTKP LAMA Mulai 1-1-2015 Mulai 1-1-2013 PMK No.

      Keterangan

      122/PMK.010/2015 SETAHUN SEBULAN SETAHUN SEBULAN (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)

    WP 36.000.00 3.000.00 24.300.0 2.025.00

    0,- 0,- 00,- 0,-

    WP KAWIN 3.000.000 250.000, 2.025.00 168.750,

    • - ,-

      0,- -

    PENGHASILA 36.000.00 3.000.00 24.300.0 2.025.00

    N ISTERI 0,- 0,- 00,- 0,- SEDARAH

    ADIK KAKAK KANDUNG

      SEMENDA

    IBU MERTUA AYAH MERTUA TANGGUNGAN

    ADIK KAKAK

      IPAR

    PENGHASILAN ATAU KERUGIAN

    Pasal 8 ayat (1)

      

    PENGHASILAN ATAU KERUGIAN BAGI WANITA

    YANG TELAH KAWIN

    DIANGGAP SEBAGAI PENGHASILAN ATAU

    KERUGIAN SUAMINYA

    KECUALI

      

    1. PENGHASILAN TSB SEMATA-MATA DITERIMA

    ATAU DIPEROLEH DARI SATU PEMBERI KERJA

    PENGHASILAN SUAMI ISTRI DIKENAI PAJAK SECARA

      

    TERPISAH

    [ PASAL 8 (2) ]

    a.suami-isteri telah hidup berpisah berdasarkan putusan hakim; b.dikehendaki secara tertulis oleh

    suami-isteri berdasarkan perjanjian

    pemisahan harta dan penghasilan;

      c. dikehendaki oleh isteri yang memilih untuk menjalankan hak dan

    NON DEDUCTIBLE EXPENSES

       Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun

       Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu, atau anggota

       Pembentukan dana cadangan, kecuali :

       Cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan sewa guna usaha dengan hak opsi

       Cadangan untuk usaha asuransi

      

      

    Pembentukan atau Pemupukan

    Dana Cadangan tidak boleh dikurangkan

    kecuali: 1. cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yg menyalurkan kredit, sewa guna usaha dgn hak opsi, perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang;

      2. cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yg dibentuk oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial; 3. cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan; 4. cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan; 5. cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan;

    NON DEDUCTIBLE EXPENSES

      Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa

       yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada

       pemegang saham atau kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan

      

    Pemberian Natura Dan Kenikmatan Yang Dapat Dikurangkan

    Bagi Pemberi Kerja Dan Bukan Penghasilan Bagi Pegawai

      (PMK No. 83/PMK.03/2009)

      

    a. Pengeluaran untuk penyediaan makanan dan/atau

    minuman bagi Pegawai yang meliputi:

    • pemberian makanan dan/atau minuman yang disediakan oleh pemberi kerja di tempat kerja, atau pemberian kupon makanan dan/atau minuman bagi
    • Pegawai yang karena sifat pekerjaannya tidak dapat

      

    Pemberian Natura Dan Kenikmatan Yang Dapat Dikurangkan

    Bagi Pemberi Kerja Dan Bukan Penghasilan Bagi Pegawai

    (PMK No. 83/PMK.03/2009)

    b.

      Pemberian natura dan kenikmatan yang merupakan keharusan dalam pelaksanaan pekerjaan sebagai sarana keselamatan kerja atau karena sifat pekerjaan tersebut mengharuskannya:

    • meliputi pakaian dan peralatan untuk keselamatan kerja, pakaian seragam petugas keamanan (satpam), sarana antar

      

    Pemberian Natura Dan Kenikmatan di Daerah

    Tertentu

      (PMK No. 83/PMK.03/2009)

      c. Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura atau kenikmatan yang diberikan berkenaan dengan pelaksanaan pekerjaan di daerah tertentu dalam rangka menunjang kebijakan pemerintah untuk mendorong pembangunan di daerah tersebut:

    • sarana dan fasilitas di lokasi kerja untuk :

      a. tempat tinggal, termasuk perumahan bagi Pegawai dan keluarganya;

      b. pelayanan kesehatan;

      c. pendidikan bagi Pegawai dan keluarganya;

      d. peribadatan;

      e. pengangkutan bagi Pegawai dan keluarganya;

      f. olahraga bagi Pegawai dan keluarganya tidak termasuk golf, power boating, pacuan

      Perlakuan PPh atas Pengeluaran BPHTB dan

    PBB

    a. BPHTB adalah pajak yg dibayar merupakan bagian dari biaya pengeluaran untuk memperoleh hak atas tanah dan/atau bangunan;

      b. BPHTB atas hak atas tanah yg dimiliki untuk 3m penghasilan  dapat dibebankan melalui amortisasi hak atas tanah sepanjang hak atas tanah tsb dapat diamortisasi, misalnya tanah yang diperoleh untuk usaha genteng  bisa diamortisasi;

      c. BPHTB atas bangunan yang digunakan untuk 3M Penghasilan  pembebanannya melalui penyusutan bangunan d. PBB  dibebankan setiap tahun

      

    Perlakuan PPh Atas Biaya Pemakaian Telepon

    Seluler Dan Kendaraan Perusahaan

      

    a. Atas biaya perolehan telepon seluler yang dimiliki perusahaan untuk pegawai tertentu

    karena jabatan atau pekerjaannya  dibebankan 50% melalui penyusutan aktiva tetap kelompok I.