BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data - Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Daun Panamar Gantung (tinospora crispa L.) terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus. - Digital Library IAIN Palangka Raya
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Data hasil penelitian berupa data hasil pengukuran lebar daerah
penghambatan pertumbuhan. Daerah hambat yaitu jarak antara koloni
Staphylococcus aureus dengan sisi terluar paper disc pada medium NA
(Nutrient Agar) yang mengandung ekstrak daun panamar gantung (Tinospora
crispa L. ). Pengukuran dilakukan pada saat kultur Staphylococcus aureus yang
di tumbuhkan pada medium NA (Nutrient Agar) berumur 1 x 24 jam, 2 x 24 jam, 3 x 24 jam, dan 4 x 24 jam.
1. Hasil Pengukuran Lebar Daerah Hambat (mm) Pertumbuhan Staphylococcus aureus pada Umur 1 x 24 Jam.
Data hasil pengukuran lebar daerah hambat pertumbuhan
Staphylococcus aureus pada umur 1 x 24 jam selengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran 1 yaitu pada poin 1.1 dan 1.2, sedangkan rata-ratanya disajikan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Rata-rata Lebar Daerah Hambat (mm) PertumbuhanStaphylococcus aureus pada Umur 1 x 24 Jam Setelah Ditransformasikan ke
√
Data Asli Data Transformasi Perlakuan Jumlah Rata-Rata Jumlah Rata-Rata
S 0% 0,000 0,000 2,121 0,707 S
1 40% 3,850 1,283 4,004 1,335
S 50% 4,300 1,433 4,157 1,386
2 S
3 60% 5,600 1,867 4,588 1,529
S
4 70% 6,600 2,200 4,929 1,643
S 80% 5,200 1,733 4,471 1,490
5 S
6 90% 6,050 2,017 4,724 1,575
Data pada Tabel 4.1 di atas menunjukan hasil pengukuran rata-rata lebar daerah penghambatan pertumbuhan Staphylococcus aureus yang disebabkan oleh pemberian ekstrak daun panamar gantung untuk setiap taraf perlakuan terlihat bervariasi. Hal ini terlihat pada rata-rata lebar daerah penghambatan terkecil adalah 0,707 mm yaitu pada perlakuan S (0%) dan rata-rata daerah penghambatan terbesar adalah 1,643 mm yaitu pada perlakuan S (70%).
4 Hasil analisis variansi juga dapat diketahui bahwa pengaruh ekstrak
daun panamar gantung terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dapat dilihat pada tabel ringkasan analisis variansi yang terdapat pada Tabel 4.2, sedangkan untuk perhitungan lebih lengkap terdapat pada Lampiran 1 poin 1.3.
Tabel 4.2 Ringkasan Analisis Variansi untuk Pemberian Ekstrak Daun Panamar Gantung Terhadap Pertumbuhan Staphylococcusaureus pada umur 1 x 24 Jam setelah ditransformasikan ke √ . F Tabel Sumber Keragaman Db JK KT F Hitung 5% Perlakuan
6 1,787 0,298 15,114* 2,85 14 0,276 0,020
- Galat - 20 2,063 - -
Total Keterangan : = Berbeda Nyata ( F hitung > F 5% ) * Tn = Tidak Berbeda Nyata ( F hitung < F 5% )
Tabel 4.2 di atas menunjukan bahwa perlakuan pemberian ekstrak daun panamar gantung berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan
Staphylococcus aureus pada taraf pengujian 5% dengan nilai F hitung (15,114)
yang lebih besar dari nilai F tabel (2,85), sehingga hipotesis penelitian (H
1 )
dapat diterima sedangkan hipotesis nol (H ) ditolak pada taraf signifikansi 5% untuk parameter pertumbuhan Staphylococcus aureus pada umur 1 x 24 Jam.
Pengamatan pertumbuhan Staphylococcus aureus pada umur 1 x 24 jam memiliki nilai Koefesien Keragaman (KK) sebesar 10,165% mendukung nilai F (15,114) yang lebih besar dari nilai F 5% (2,85)
hitung tabel
yang menunjukan adanya variasi data yang masuk dalam syarat keragaman taraf 5%. Uji lanjut yang digunakan untuk mengetahui taraf optimal dari pengaruh setiap taraf perlakuan pemberian ekstrak daun panamar gantung terhadap penghambatan pertumbuhan Staphylococcus aureus yaitu dilakukan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) 5%, karena nilai koefesien keragaman (KK) pada pengamatan penghambatan pertumbuhan
Staphylococcus aureus pada umur 1 x 24 jam sebesar 10,165% pada kondisi
data hasil pengukuran yang heterogen. Hal ini sesuai dengan ketentuan hubungan nilai KK dan macam uji beda yang sebaiknya dipakai seperti tertulis pada buku berjudul Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi Edisi Ketiga yang disusun oleh Dr. Ir. Kemas Ali Hanafiah, M.S pada halaman
70
41. Berikut data hasil uji lanjut yang dilakukan dengan uji BNT 5% pada umur 1 x 24 jam selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.3, sedangkan perhitungan lebih lengkap terdapat pada Lampiran 1 poin 1.4.
Tabel 4.3 Uji Beda Nyata Terkecil (5%) untuk Pemberian Ekstrak Daun Panamar Gantung Terhadap PertumbuhanStaphylococcus aureus pada umur 1 x 24 jam setelah ditransformasikan ke
√
No Perlakuan Rata-Rata dan Notasi
1 S 0% 0,707 a
2 S
1 40% 1,335 b
3 S
2 50% 1,386 b
4 S
3 60% 1,529 bc
5 S 70% 1,643 c
4
6 S
5 80% 1,490 bc
7 S
6 90% 1,575 bc
BNT = 0,247
0,05
Keterangan = Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak
nyata (5%)Berdasarkan hasil dari uji Beda Nyata Terkecil (BNT) (5%) bahwa perlakuan ekstrak daun panamar gantung terhadap pertumbuhan
Staphylococcus aureus pada taraf perlakuan S 4 (70%) berbeda tidak nyata
dengan perlakuan ekstrak daun panamar gantung terhadap pertumbuhan
Staphylococcus aureus pada taraf perlakuan S (60%), S (80%), dan S
703
5
6 Kemas Ali Hanafiah, Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi Jilid 3, Jakarta :
(90%), dan berbeda nyata dengan perlakuan ekstrak daun panamar gantung terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus pada taraf perlakuan lainnya.
1.49 1.575
3 S0 0% S1 40% S2 50% S3 60% S4 70% S5 80% S6 90% S0 0% S1 40% S2 50% S3 60% S4 70% S5 80% S6 90%
2.5
2
1.5
1
0.5
1.643
Adapun perlakuan ekstrak daun panamar gantung terhadap pertumbuhan
0.707 1.335 1.386 1.529
Berdasarkan Gambar 4.1 di atas terlihat bahwa perlakuan dari beberapa taraf perlakuan ekstrak daun panamar gantung terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus pada umur 1 x 24 jam memiliki pengaruh penghambatan terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus, hal
Pada Umur 1 x 24 Jam.
Gambar 4.1 Grafik Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Daun Panamar Gantung Terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus3 (60%) - S 4 (70%).
sedangkan kisaran optimal untuk perlakuan ekstrak daun panamar gantung terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus terdapat pada taraf perlakuan S
Staphylococcus aureus yang optimal adalah pada taraf perlakuan S 4 (70%),
Macam Kosentrasi L eb ar d ae rah Ha m b at (m m ) ini dibuktikan dengan adanya rata-rata lebar daerah hambat yang dihasilkan dari setiap taraf konsentrasi perlakuan.
2. Hasil Pengukuran Lebar Daerah Hambat (mm) Pertumbuhan Staphylococcus aureus pada Umur 2 x 24 Jam.
Data hasil pengukuran lebar daerah hambat pertumbuhan
Staphylococcus aureus pada umur 2 x 24 jam selengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran 2 yaitu pada poin 2.1 dan 2.2, sedangkan rata-ratanya disajikan pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Rata-rata Lebar Daerah Hambat (mm) PertumbuhanStaphylococcus aureus pada Umur 2 x 24 Jam Setelah Ditransformasikan ke
√
Data Asli Data Transformasi Perlakuan Jumlah Rata-Rata Jumlah Rata-Rata
S 0% 0,000 0,000 2,121 0,707 S
1 40% 2,400 0,800 3,315 1,105
S 50% 4,300 1,433 4,157 1,386
2 S 3 60% 5,600 1,867 4,588 1,529
S
4 70% 6,600 2,200 4,929 1,643
S
5 80% 5,200 1,733 4,471 1,490
S
6 90% 6,050 2,017 4,724 1,575
Data pada Tabel 4.4 di atas menunjukan hasil pengukuran rata-rata lebar daerah penghambatan pertumbuhan Staphylococcus aureus yang disebabkan oleh pemberian ekstrak daun panamar gantung untuk setiap taraf perlakuan terlihat bervariasi. Hal ini terlihat pada rata-rata lebar daerah penghambatan terkecil adalah 0,707 mm yaitu pada perlakuan S (0%) dan rata-rata daerah penghambatan terbesar adalah 1,643 mm yaitu pada perlakuan S 4 (70%).
Hasil analisis variansi juga dapat diketahui bahwa pengaruh ekstrak daun panamar gantung terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dapat dilihat pada tabel ringkasan analisis variansi yang terdapat pada Tabel 4.5, sedangkan untuk perhitungan lebih lengkap terdapat pada Lampiran 2 poin
2.3. Tabel 4.5 Ringkasan Analisis Variansi untuk Pemberian Ekstrak Daun
Panamar gantung Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus pada umur 2 x 24 Jam setelah ditransformasikan ke √ . F Tabel Sumber Keragaman Db JK KT F Hitung 5% Perlakuan
6 1,986 0,331 9,125* 2,85 14 0,508 0,036
- Galat 20 2,494 - -
- Total
Keterangan :
- = Berbeda Nyata ( F > F 5% ) hitung tabel Tn = Tidak Berbeda Nyata ( F < F 5% ) hitung tabel
mempunyai pengaruh yang nyata, terlihat dari nilai F hitung (9,125) yang lebih besar dari nilai F tabel (2,85), sehingga hipotesis penelitian (H
1 ) dapat diterima
sedangkan hipotesis nol (H ) ditolak pada taraf signifikansi 5% untuk parameter pertumbuhan Staphylococcus aureus pada umur 2 x 24 Jam.
Pengamatan pertumbuhan Staphylococcus aureus pada umur 2 x 24 jam memiliki nilai Koefesien Keragaman (KK) sebesar 14,129% mendukung nilai F hitung (9,125) yang lebih besar dari nilai F tabel 5% (2,85) yang menunjukan adanya variasi data yang masuk dalam syarat keragaman pengaruh setiap taraf perlakuan pemberian ekstrak daun panamar gantung terhadap penghambatan pertumbuhan Staphylococcus aureus yaitu dilakukan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) 5%, karena nilai koefesien keragaman (KK) pada pengamatan penghambatan pertumbuhan
Staphylococcus aureus pada umur 2 x 24 jam sebesar 14,129% pada kondisi
data hasil pengukuran yang heterogen. Berikut data hasil uji lanjut yang dilakukan dengan uji BNT 5% pada umur 2 x 24 jam selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.6, sedangkan perhitungan lebih lengkap terdapat pada Lampiran 2 poin 2.4.
Tabel 4.6 Uji Beda Nyata Terkecil (5%) untuk Pemberian Ekstrak Daun Panamar Gantung Terhadap PertumbuhanStaphylococcus aureus pada umur 2 x 24 jam setelah ditransformasikan ke
√
No Perlakuan Rata-Rata dan Notasi
1 S 0% 0,707 a
2 S
1 40% 1,105 b
3 S 50% 1,386 c
2
4 S
3 60% 1,529 cd
5 S
4 70% 1,643 d
6 S 80% 1,490 cd
5
7 S
6 90% 1,575 cd
BNT 0,05 = 0,248
Keterangan = Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak
nyata (5%)Berdasarkan hasil dari uji Beda Nyata Terkecil (5%) bahwa perlakuan ekstrak daun panamar gantung terhadap pertumbuhan Staphylococcus
aureus pada taraf perlakuan S 4 (70%) berbeda tidak nyata dengan perlakuan
ekstrak daun panamar gantung terhadap pertumbuhan Staphylococcus
aureus pada taraf perlakuan S (60%), S (80%), dan S (90%), dan berbeda
3
5
6 nyata dengan perlakuan ekstrak daun panamar gantung terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus pada taraf perlakuan lainnya. Adapun perlakuan ekstrak daun panamar gantung terhadap pertumbuhan
Staphylococcus aureus yang optimal adalah pada taraf perlakuan S 4 (70%),
1.643
3 S0 0% S1 40% S2 50% S3 60% S4 70% S5 80% S6 90% S0 0% S1 40% S2 50% S3 60% S4 70% S5 80% S6 90%
2.5
2
1.5
1
0.5
1.49 1.575
1.386 1.529
sedangkan kisaran optimal untuk perlakuan ekstrak daun panamar gantung terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus terdapat pada taraf perlakuan S
0.707 1.105
penghambatan terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus, hal ini dibuktikan dengan adanya rata-rata lebar daerah hambat yang dihasilkan dari setiap konsentrasi taraf perlakuan. Namun pada umur 2 x 24 jam ini
Staphylococcus aureus pada umur 2 x 24 jam memiliki pengaruh
Gambar 4.2 di atas terlihat bahwa perlakuan dari beberapa taraf perlakuan ekstrak daun panamar gantung terhadap pertumbuhanPada Umur 2 x 24 Jam.
Gambar 4.2 Grafik Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Daun Panamar Gantung Terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus3 (60%) - S 4 (70%).
Macam Kosentrasi L eb ar Dae rah Ha m b at ( m m ) terlihat ada rata-rata lebar daerah hambat yang mulai mengalami penurunan dari umur sebelumnya yaitu pada taraf konsentrasi perlakuan S
1 (40%).
3. Hasil Pengukuran Lebar Daerah Hambat (mm) Pertumbuhan Staphylococcus aureus pada Umur 3 x 24 Jam.
Data hasil pengukuran lebar daerah hambat pertumbuhan
Staphylococcus aureus pada umur 3 x 24 jam selengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran 3 yaitu pada poin 3.1 dan 3.2, sedangkan rata-ratanya disajikan pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7 Rata-rata Lebar Daerah Hambat (mm) PertumbuhanStaphylococcus aureus pada Umur 3 x 24 Jam Setelah Ditransformasikan ke
√
Data Asli Data Transformasi Perlakuan Jumlah Rata-Rata Jumlah Rata-Rata
S 0% 0,000 0,000 2,121 0,707 S
1 40% 2,250 0,750 3,257 1,086
S 50% 4,250 1,417 4,137 1,379
2 S 3 60% 3,550 1,183 3,695 1,232
S
4 70% 6,100 2,033 4,770 1,590
S
5 80% 5,050 1,683 4,420 1,473
S
6 90% 5,950 1,983 4,694 1,565
Data pada Tabel 4.7 di atas menunjukan hasil pengukuran rata-rata lebar daerah penghambatan pertumbuhan Staphylococcus aureus yang disebabkan oleh pemberian ekstrak daun panamar gantung untuk setiap taraf perlakuan terlihat bervariasi. Hal ini terlihat pada rata-rata lebar daerah penghambatan terkecil adalah 0,707 mm yaitu pada perlakuan S (0%) dan rata-rata daerah penghambatan terbesar adalah 1,590 mm yaitu pada perlakuan S 4 (70%).
Hasil analisis variansi juga dapat diketahui bahwa pengaruh ekstrak daun panamar gantung terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dapat dilihat pada tabel ringkasan analisis variansi yang terdapat pada Tabel 4.8, sedangkan untuk perhitungan lebih lengkap terdapat pada Lampiran 3 poin
3.3. Tabel 4.8 Ringkasan Analisis Variansi untuk Pemberian Ekstrak Daun
Panamar Gantung Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus pada umur 3 x 24 Jam setelah ditransformasikan ke √ . F Tabel Sumber Keragaman Db JK KT F Hitung 5%
Perlakuan 6 1,779 0,296 4,539* 2,85 14 0,914 0,065
- Galat 20 2,693 - -
- Total
Keterangan :
- = Berbeda Nyata ( F > F 5% ) hitung tabel Tn = Tidak Berbeda Nyata ( F < F 5% ) hitung tabel
mempunyai pengaruh yang nyata, terlihat dari nilai F hitung (4,539) yang lebih besar dari nilai F tabel (2,85), sehingga hipotesis penelitian (H
1 ) dapat
diterima sedangkan hipotesis nol (H ) ditolak pada taraf signifikansi 5% untuk parameter pertumbuhan Staphylococcus aureus pada umur 3 x 24 Jam.
Pengamatan pertumbuhan Staphylococcus aureus pada umur 3 x 24 jam memiliki nilai Koefesien Keragaman (KK) sebesar 19,811% mendukung nilai F (4,539) yang lebih besar dari nilai F 5% (2,85)
hitung tabel taraf 5%. Uji lanjut yang digunakan untuk mengetahui taraf optimal dari pengaruh setiap taraf perlakuan pemberian ekstrak daun panamar gantung terhadap penghambatan pertumbuhan Staphylococcus aureus yaitu dilakukan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) 5%, karena nilai koefesien keragaman (KK) pada pengamatan penghambatan pertumbuhan
Staphylococcus aureus pada umur 3 x 24 jam sebesar 19,811% pada kondisi
data hasil pengukuran yang heterogen. Berikut data hasil uji lanjut yang dilakukan dengan uji BNT 5% pada umur 3 x 24 jam selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.9, sedangkan perhitungan lebih lengkap terdapat pada Lampiran 3 poin 3.4.
Tabel 4.9 Uji Beda Nyata Terkecil (5%) untuk Pemberian Ekstrak Daun Panamar Gantung Terhadap PertumbuhanStaphylococcus aureus pada umur 3 x 24 jam setelah ditransformasikan ke
√
No Perlakuan Rata-Rata dan Notasi
1 S 0% 0,707 a
2 S
1 40% 1,086 ab
3 S
2 50% 1,379 bc
4 S 60% 1,232 bc
3
5 S
4 70% 1,590 c
6 S
5 80% 1,473 bc
7 S
6 90% 1,565 c
BNT = 0,447
0,05
Keterangan = Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak
nyata (5%)Berdasarkan hasil dari uji Beda Nyata Terkecil (5%) bahwa perlakuan ekstrak daun panamar gantung terhadap pertumbuhan Staphylococcus
aureus pada taraf perlakuan S (70%) berbeda tidak nyata dengan perlakuan
4
ekstrak daun panamar gantung terhadap pertumbuhan Staphylococcus
aureus pada taraf perlakuan S 2 (50%), S 3 (60%), S 5 (80%), dan S 6 (90%),
1.086 1.379
3 S0 0% S1 40% S2 50% S3 60% S4 70% S5 80% S6 90% S0 0% S1 40% S2 50% S3 60% S4 70% S5 80% S6 90%
2.5
2
1.5
1
0.5
1.59 1.473 1.565
1.232
dihasilkan dari setiap konsentrasi taraf perlakuan. Namun pada umur 3 x 24 0.707
dan berbeda nyata dengan perlakuan ekstrak daun panamar gantung terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus pada taraf perlakuan lainnya.
aureus , hal ini dibuktikan dengan adanya rata-rata lebar daerah hambat yang
Berdasarkan Gambar 4.3 di atas terlihat bahwa perlakuan dari beberapa taraf konsentrasi perlakuan ekstrak daun panamar gantung terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus pada umur 3 x 24 jam memiliki pengaruh penghambatan terhadap pertumbuhan Staphylococcus
Pada Umur 3 x 24 Jam.
Gambar 4.3 Grafik Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Daun Panamar Gantung Terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus2 (50%) - S 4 (70%).
(70%), sedangkan kisaran optimal untuk perlakuan ekstrak daun panamar gantung terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus terdapat pada taraf perlakuan S
4
Staphylococcus aureus yang optimal adalah pada taraf perlakuan S
Adapun perlakuan ekstrak daun panamar gantung terhadap pertumbuhan
Macam Kosentrasi L eb ar Dae rah Ha m b at (m m ) jam ini terlihat rata-rata lebar daerah hambat dari setiap taraf kosentrasi perlakuan mulai mengalami penurunan dari umur sebelumnya, hal ini menunjukan bahwa zat-zat antimikroba yang terkandung pada ekstrak daun panamar gantung sudah mulai kurang efektif dalam menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus.
4. Hasil Pengukuran Lebar Daerah Hambat (mm) Pertumbuhan Staphylococcus aureus pada Umur 4 x 24 Jam.
Data hasil pengukuran lebar daerah hambat pertumbuhan
Staphylococcus aureus pada umur 4 x 24 jam selengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran 4 yaitu pada poin 4.1 dan 4.2, sedangkan rata-ratanya disajikan pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10 Rata-rata Lebar Daerah Hambat (mm) PertumbuhanStaphylococcus aureus pada Umur 4 x 24 Jam Setelah Ditransformasikan ke
√
Data Asli Data Transformasi Perlakuan Jumlah Rata-Rata Jumlah Rata-Rata
S 0% 0,000 0,000 2,121 0,707 S
1 40% 2,200 0,733 3,237 1,079
S
2 50% 3,550 1,183 3,892 1,297
S 60% 3,350 1,117 3,635 1,212
3 S 4 70% 5,550 1,850 4,588 1,529
S
5 80% 4,550 1,517 4,239 1,413
S 90% 4,450 1,483 4,223 1,408
6 Data pada Tabel 4.10 di atas menunjukan hasil pengukuran rata-rata
lebar daerah penghambatan pertumbuhan Staphylococcus aureus yang disebabkan oleh pemberian ekstrak daun panamar gantung untuk setiap taraf perlakuan terlihat bervariasi. Hal ini terlihat pada rata-rata lebar daerah penghambatan terkecil adalah 0,707 mm yaitu pada perlakuan S (0%) dan rata-rata daerah penghambatan terbesar adalah 1,529 mm yaitu pada perlakuan S (70%).
4 Hasil analisis variansi juga dapat diketahui bahwa pengaruh ekstrak
daun panamar gantung terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dapat dilihat pada tabel ringkasan analisis variansi yang terdapat pada Tabel 4.11, sedangkan untuk perhitungan lebih lengkap terdapat pada Lampiran 4 poin 4.3.
Tabel 4.11 Ringkasan Analisis Variansi untuk Pemberian Ekstrak Daun Panamar Gantung Terhadap PertumbuhanStaphylococcus aureus pada umur 4 x 24 Jam setelah ditransformasikan ke √ . F Tabel Sumber Keragaman Db JK KT F Hitung 5%
Perlakuan 6 1,370 0,228 4,236* 2,85 Galat 14 0,754 - - 0,054 20 2,124
- Total
Keterangan : = Berbeda Nyata ( F * hitung > F tabel 5% ) Tn = Tidak Berbeda Nyata ( F < F 5% ) hitung tabel
Tabel 4.11 di atas menunjukan bahwa perlakuan pemberian ekstrak daun panamar gantung terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureusmempunyai pengaruh yang nyata, terlihat dari nilai F hitung (4,236) yang lebih besar dari nilai F (2,85), sehingga hipotesis penelitian (H ) dapat diterima
tabel
1
sedangkan hipotesis nol (H ) ditolak pada taraf signifikansi 5% untuk parameter pertumbuhan Staphylococcus aureus pada umur 4 x 24 Jam.
Pengamatan pertumbuhan Staphylococcus aureus pada umur 4 x 24 jam memiliki nilai Koefesien Keragaman (KK) sebesar 18,795% mendukung nilai F hitung (4,236) yang lebih besar dari nilai F tabel 5% (2,85) yang menunjukan adanya variasi data yang masuk dalam syarat keragaman taraf 5%. Uji lanjut yang digunakan untuk mengetahui taraf optimal dari pengaruh setiap taraf perlakuan pemberian ekstrak daun panamar gantung terhadap penghambatan pertumbuhan Staphylococcus aureus yaitu dilakukan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) 5%, karena nilai koefesien keragaman (KK) pada pengamatan penghambatan pertumbuhan
Staphylococcus aureus pada umur 4 x 24 jam sebesar 18,795% pada kondisi
data hasil pengukuran yang heterogen. Berikut data hasil uji lanjut yang dilakukan dengan uji BNT 5% pada umur 4 x 24 jam selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.12, sedangkan perhitungan lebih lengkap terdapat pada Lampiran 4 poin 4.4.
Tabel 4.12 Uji Beda Nyata Terkecil (5%) untuk Pemberian Ekstrak Daun Panamar Gantung Terhadap PertumbuhanStaphylococcus aureus pada umur 4 x 24 jam setelah ditransformasikan ke
√
No Perlakuan Rata-Rata dan Notasi
1 S 0% 0,707 a
2 S
1 40% 1,079 ab
3 S 50% 1,297 bc
2
4 S
3 60% 1,212 bc
5 S
4 70% 1,529 c
6 S 80% 1,413 bc
5
7 S
6 90% 1,408 bc
BNT 0,05 = 0,408
Keterangan = Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak
nyata (5%)Berdasarkan hasil dari uji Beda Nyata Terkecil (5%) bahwa perlakuan ekstrak daun panamar gantung terhadap pertumbuhan Staphylococcus
2 (50%) - S 4 (70%).
3 S0 0% S1 40% S2 50% S3 60% S4 70% S5 80% S6 90% S0 0% S1 40% S2 50% S3 60% S4 70% S5 80% S6 90%
2.5
2
1.5
1
0.5
1.413 1.408
1.297 1.212 1.529
0.707 1.079
Pada Umur 4 x 24 Jam.
Gambar 4.4 Grafik Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Daun Panamar Gantung Terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureussedangkan kisaran optimal untuk perlakuan ekstrak daun panamar gantung terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus terdapat pada taraf perlakuan S
aureus pada taraf perlakuan S 4 (70%) berbeda tidak nyata dengan perlakuan
Staphylococcus aureus yang optimal adalah pada taraf perlakuan S 4 (70%),
(90%), dan berbeda nyata dengan perlakuan ekstrak daun panamar gantung terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus pada taraf perlakuan lainnya. Adapun perlakuan ekstrak daun panamar gantung terhadap pertumbuhan
6
(80%), dan S
5
(60%), S
3
(50%), S
2
aureus pada taraf perlakuan S
ekstrak daun panamar gantung terhadap pertumbuhan Staphylococcus
Macam Kosentrasi L eb ar Dae rah Ha m b at (m m ) Berdasarkan Gambar 4.4 di atas terlihat bahwa perlakuan dari beberapa taraf konsentrasi perlakuan ekstrak daun panamar gantung terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus pada umur 4 x 24 jam memiliki pengaruh penghambatan terhadap pertumbuhan Staphylococcus
aureus , hal ini dibuktikan dengan adanya rata-rata lebar daerah hambat yang
dihasilkan dari setiap konsentrasi taraf perlakuan. Namun pada umur 4 x 24 jam ini terlihat rata-rata lebar daerah hambat dari setiap taraf konsentrasi perlakuan mulai mengalami penurunan dari umur sebelumnya, hal ini menunjukan bahwa zat-zat antimikroba yang terkandung pada ekstrak daun panamar gantung sudah mulai kurang efektif dalam menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus.
5. Rangkuman Hasil Analisis Pengaruh Ekstrak Daun Panamar Gantung Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus pada umur 1 x 24 jam, 2 x 24 jam, 3 x 24 jam, dan 4 x 24 Jam.
Rangkuman dari hasil analisis pengaruh ekstrak daun panamar gantung terhadap penghambatan pertumbuhan Staphylococcus aureus dapat dilihat pada Tabel 4.13
Tabel 4.13 Rangkuman Hasil Analisis Pengaruh Ekstrak Daun Panamar Gantung Terhadap PertumbuhanStaphylococcus aureus pada Umur 1 x 24 jam, 2 x 24 jam, 3 x 24 jam, dan 4 x 24 jam.
Nilai F hitung Pada Setiap Umur Pertumbuhan F tabel Staphylococcus aureus
5% 1 x 24 Jam 2 x 24 Jam 3 x 24 Jam 4 x 24 jam
15,114* 9,125* 4,539* 4,236* 2,85
Keterangan : = Berbeda Nyata ( F * > F 5% )
hitung tabel
Tabel 4.13 di atas merupakan rangkuman dari keseluruhan hasil analisis pengaruh ekstrak daun panamar gantung terhadap pertumbuhan0.8
S0 (0%) S1 (40%) S2 (50%) S3 (60%) S4 (70%) S5 (80%) S6 (90%) Umur Pengukuran
1.8 1 x 24 Jam 2 x 24 Jam 3 x 24 Jam 4 x 24 Jam
1.6
1.4
1.2
1
0.6
Staphylococcus aureus selama pengamatan dilakukan. Berdasarkan Tabel
0.4
0.2
Berdasarkan Gambar 4.5 di atas terlihat bahwa perlakuan dari beberapa taraf konsentrasi perlakuan ekstrak daun panamar gantung terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus pada umur 1 x 24 jam sampai 0.707 0.707 0.707 0.707 1.335 1.105 1.086 1.079 1.386 1.386 1.379 1.297 1.529 1.529 1.232 1.212 1.649 1.643 1.59 1.529 1.49 1.49 1.473 1.413 1.575 1.575 1.565 1.408
Umur 1 x 24 Jam, 2 x 24 Jam, 3 x 24 Jam, dan 4 x 24 Jam.
Gambar 4.5 Grafik Pengaruh Ekstrak Daun Panamar Gantung Terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus Padatabel masih memiliki perbedaan yang nyata.
4.13 ini pula terlihat nilai rata-rata lebar daerah hambat yang disebabkan oleh ekstrak daun panamar gantung mengalami penurunan jika dilihat dari nilai F hitung tiap umur pertumbuhannya. Meskipun terjadi penurunan nilai F hitung pada tiap umur pengamatan namun nilai F hitung tersebut apabila dibandingkan dengan nilai F
L eb ar Dae rah h a m b at (m m ) pertumbuhan Staphylococcus aureus, hal ini dibuktikan dengan adanya rata- rata lebar daerah hambat yang dihasilkan dari setiap taraf kosentrasi perlakuan. Pada Gambar 4.5 ini pula terlihat adanya penurunan rata-rata lebar daerah hambat dari tiap umur perlakuan.
B. Pengujian Hipotesis
Berdasarkan deskripsi data dari data hasil pengukuran lebar daerah penghambatan pertumbuhan Staphylococcus aureus yang disebabkan oleh ekstrak daun panamar gantung mulai pengukuran umur 1 x 24 jam, 2 x 24 jam, 3 x 24 jam, dan 4 x 24 jam dapat diambil kesimpulan dari hipotesis yang telah diajukan yaitu hipotesis penelitian (H ) dapat diterima sedangkan hipotesis nol
1
(H ) ditolak pada taraf signifikansi 5%, hal ini dikarenakan F hitung dari semua umur pengukuran lebih besar dari F tabel 5%.
1. Aplikasi Penelitian Murni Biologi Dengan Dunia Pendidikan
Berdasarkan kurikulum Tadris Biologi STAIN Palangka Raya, khususnya pada mata kuliah mikrobiologi, yang menjadi tujuan pembelajaran yaitu mahasiswa mampu menganalisis konsep dasar berbagai aspek kehidupan mikroba terutama kaitannya dengan kehidupan manusia, mengkomunikasikan keilmuan mikrobiologi dan menerapkan mikrobiologi secara umum meliputi sejarah mikrobiologi, klasifikasi, morfologi dan sitologi, pertumbuhan dan perkembangbiakan, mikroba sebagai
biodegradator dan bioindikator, mikroba dan penyakit, mikroba dalam
industri makanan, pertanian, obat-obatan, dan mikroba sebagai wahana rekayasa genetika yang dihubungkan dengan dunia pendidikan.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dalam kegiatan pembelajaran dan praktikum pada mata kuliah mikrobiologi, khususnya materi tentang mikroba dan penyakit. Proses pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual, karena dengan pendekatan ini, mahasiswa mampu memperoleh kecakapan hidup. Selain itu juga dapat memberi informasi kepada khalayak umum tentang manfaat daun panamar gantung sebagai penghambat pertumbuhan
Staphylococcus aureus yang ditumbuhkan pada medium buatan atau dalam
hal ini medium NA (Nutrient Agar). Dari hasil penelitian ini juga, peneliti membuat penuntun praktikum terkait dengan penelitian yang telah dilakukan, yang dapat di lihat pada bagian lampiran.