EVALUASI PERATURAN DAERAH NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA USAHA DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KANTOR UPTD BONGKAR MUAT PELABUHAN KELAPIS KABUPATEN MALINAU Rury Ahmad Sururie1 , Nur Fitriyah2 , Adri Patton3 Abstrak - 4 eJournal Ad

  eJournal Administrative Reform, 2017, 5 (4): 783-791

  ISSN 2338-7637, ar.mian.fisip-unmul.ac.id © Copyright 2017

  

EVALUASI PERATURAN DAERAH NOMOR 15 TAHUN 2011

TENTANG RETRIBUSI JASA USAHA DALAM MENINGKATKAN

PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KANTOR UPTD BONGKAR

MUAT PELABUHAN KELAPIS KABUPATEN MALINAU

  1

  2

  3 Rury Ahmad Sururie , Nur Fitriyah , Adri Patton

Abstrak

  

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi Peraturan Daerah

Kabupaten Malinau Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Retribusi Jasa Usaha Pasal

43 tentang Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi berdasarkan 6 kriteria evaluasi

dari Dunn, yaitu efektivitas, efisiensi, kecukupan, keadilan, responsivitasdan

ketepatan. Jenis penelitian yang dilakukan termasuk diskriptif kuantitatif. Analisis

data yang digunakan adalah model interaktif yang dikembangkan oleh Miles dan

Huberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam penerapan Peraturan

Daerah Kabupaten Malinau Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Retribusi Usaha

Pasal 43 Tentang Besarnya dan Tarif Retribusi Kepelabuhanan menemui

kendala, dimana ada beberapa besaran Tarif Retribusi yang di tetapkan dalam

Peraturan Daerah Tersebut yang tidak Efisien, Sehingga dalam pelaksanaannya

menjadi faktor penghambat dalam upaya Peningkatan Pendapatan Asli Daerah.

  Kata Kunci : Evaluasi, Pendapatan Asli Daerah

Abstract

The purpose of the research is to evaluate the local regulation of Malinau Distric

Area Number 15, year 2011 about structure and mangnitude of tarrifs retribution

basen on 6 evaluation criteria from Dunn, namely effectiveness, efficiency,

adequacy, fairness and accuracy. The type of research conducted is descriptive

quantitative. The data analysis used is an interactive model develoved by Miles

and Huberman.The result showed that implementation of local regulation of

Malinau Distric Area Number 15, year 2011 about levy article 43 about the

mangnitude and tariffs levy of port meet obstacle, where there are set levy rate

which is inefficient, so in its implementation becomes the inhibiting factor in an

effort ti increase local revenue.

  Keywords: Evaluation, Local Revenue Pendahuluan

  Pembiayaan pemerintah dalam melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang dapat diandalkan. Kebutuhan ini semakin dirasakan daerah terutama sejak berlakunya otonomi 1 daerah di Indonesia, yaitu mulai tanggal 1 januari 2001. Dengan adanya otonomi,

  Mahasiswa Program Magister Ilmu Administrasi Negara, Fisip 2 – Unmul Samarinda.

  Dosen Program Magister Ilmu Administrasi Negara, Fisip – Unmul Samarinda. eJournal Administrative Reform, Volume 5, Nomor 4, 2017: 783-791

  daerah dipacu untuk lebih berkreasi mencari sumber penerimaan daerah yang dapat mendukung pembiayaan Pengeluaran daerah (Siahaan,2013).

  Retribusi Daerah dalam bentuk Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan termasuk dalam Retribusi Jasa Usaha (So Sobirin Malian, 2003), dimana Dinas Perhubungan Kabupaten Malinau yang diberikan kewenangan khusus untuk memungut dan mengelola retribusi pelayanan kepelabuhanan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Malinau selalu berupaya meningkatkan pelaksanaan pengeloalaan yang optimal dalam rangka meningkatkan pembangunan ekonomi. Dinas Perhubungan Kabupaten Malinau memungut dan mengelola retribusi pelayanan kepelabuhanan dalam upaya meningkatkan pembangunan daerahnya. Retribusi pelayanan kepelabuhanan diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Malinau Nomor 15 Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Usaha Pasal 43 Tentang Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi.

  Walaupun realisasi penerimaannya meningkat dan selalu memenuhi target di setiap tahunnya tetapi penulis merasa bahwa potensi peningkatannya bisa lebih dari pada itu dikarenakan ada beberapa tarif dasar pelayanan yang tidak sesuai dengan biaya operasional.

  Berdasarkan latar belakang pemikiran tersebut maka penulis merasa tertarik untuk mencoba menganalisis lebih jauh Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Retribusi Jasa Usaha Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Di Kantor UPTD Bongkar Muat Pelabuhan Kelapis Kabupaten Malinau.

  Konsep dan Teori Evaluasi Kebijakan

  Menurut Dunn (2003), secara umum, istilah evaluasi dapat dasamakan dengan penaksiran (apparsial), pemberian angka (rating), dan penilaian (assessment). Dalam arti yang lebih spesifik, evaluasi berkenaan dengan produksi informasi mengenai nilai atau manfaat hasil kebijakan. Menurut Lester dan Stewart dalam Winarno (2002), evaluasi dilakukan karena tidak semua program kebijakan publik gagal meraih maksud atau tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian, evaluasi kebijakan ditujukan untuk melihat sebab- sebab kegagalan suatu kebijakan atau untuk mengetahui apakah kebijakan publik yang telah dijalankan meraih dampak yang diinginkan. Dalam bahasa yang lebih singkat, evaluasi adalah kegiatan yang bertuju an untuk menilai “manfaat” suatu kebijakan.

  Anderson dalam Winarno (2002) menyebutkan bahwa secara umum evaluasi kebijakan dapat dikatakan sebagai kegiatan yang menyangkut estimasi atau penilaian kebijakan yang mencangkup subtansi, implementasi, dan dampak. Dalam hal ini, evaluasi kebijakan dipandang sebagai suatu kegiatan fungsional yang berarti bahwa evaluasi kebijakan tidak hanya dilakukan pada tahap akhir saja, melainkan dilakukan dalam seluruh proses kebijakan. Hal ini pun selaras dengan yang dijelaskan oleh Adisasmita (2011) yang mengartikan evaluasi

  Evaluasi Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2011.........(Rury Ahmad Sururie)

  kebijakan publik sebagai aktivitas yang bersifat integral dari keseluruhan proses kebijakan publik.

  Objek Retribusi Daerah

  Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 menentukan bahwa objek retribusi adalah berbagai jenis jasa tertentu yang telah disediakan oleh pemerintah daerah. Tidak semua jasa yang di berikan oleh pemerintah daerah dapat dipungut retribusinya, tetapi jenis-jenis jasa tertentu saja yang menurut pertimbangan social-ekonomi layak dijadikan objek retribusi.

  Hal ini membuat objek retribusi terdiri dari 3 (tiga) kelompok jasa sebagaimana disebut dibawah ini. (Marihot, 2005) :

  1. Jasa Umum, yaitu jasa yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk tujuan atau pemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Jasa umum antara lain meliputi pelayanan kesehatan dan pelayanan persampahan. Jasa yang tidak termasuk jasa umum adalah jasa urusan umum pemerintah.

  2. Jasa Usaha, yaitu jasa yang disediakan pemerintah daerah, dengan menganut prisip-prisnsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta. Jasa usaha antara lain meliputi penyewaan asset yang dimiliki/dikuasai oleh pemerintah daerah, penyediaan tempat penginapan, usaha bengkel kendaraan, dan penjual bibit.

  3. Perizinan Tertentu, yaitu kegiatan tertentu pemerintah daerah dalam rangka pemberi izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian atas kegiatan, pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. Mengingat bahwa fungsi perizinan dimaksudkan untuk mengadakan pembianaan, pengaturan pengendalian, dan pengawasan, pada dasarnya pemberian izin oleh pemerintah tidak harus dipungut retriusi. Akan tetapi, dalam melaksanakan fungsi tersebut, pemerintah daerah mungkin masih mengalami kekurangan biaya yang tidak selalu dapat dicukupi dari sumber-sumber penerimaan daearah yang telah ditentukan sehingga perizinan tertentu masih dipungut retribusi.

  Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan

  Menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 pasal 135 objek jasa pelayanan kepelabuhanan adalah jasa kepelabuhanan, termasuk fasilitas lainnya di lingkungan pelabuhan yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah, berupa : 1. Pelayanan Tambat Kapal.

  2. Pelayanan Bongkar Muat Barang, Hewan dan Orang. eJournal Administrative Reform, Volume 5, Nomor 4, 2017: 783-791

  3. Fasilitas Lainnya di Lingkungan yang dimiliki dan dikelola oleh Pemerintah Daerah.

  4. Subjek retribusi pelayanan kepelabuhanan adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan atau menikmati pelayanan dari Pemerintah Daerah dalam hal ini adalah pengguna jasa pelabuhan yang memakai jasa usaha pelabuhan. Retribusi pelayanan kepelabuhanan merupakan jenis retribusi jasa usaha. Retribusi pelayanan kepelabuhanan dapat dikenakan oleh pengguna jasa layanan pelabuhan yang ada di Kabupaten atau Desa.

  Retribusi dipungut dengan mengunakan Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) atau dokumen lain yang dipersamakan. SKRD adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan besarnya pokok retribusi. Dokumen lain yang dipersamakan, antara lain, berupa karcis masuk, kupon, kartu langganan. Jika wajib retribusi tertentu tidak membayar retribusi secara tepat pada waktunya atau kurang membayar, ia dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari retribusi terutang yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan Surat Tagihan Retribusi Daerah (STRD). STRD merupakan surat untuk melakukan tagihan retribusi dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda. Tata cara pelaksanaan pemungutan retribusi daerah ditetapkan oleh kepala daerah (Marihot, 2005).

  Metode Penelitian

  Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Menurut Sugiyono (2013), metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan intstrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah di tetapkan. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data menggunakan teknik survei ke lapangan melalui wawancara langsung. Setelah mengumpulkan semua data yang diperlukan, maka yang dilakukan peneliti selanjutnya adalah melakukan analisis data. Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah model interaktif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (2002).

  Hasil dan Pembahasan

  Evaluasi kebijakan dapat meliputi penilaian atau pemberian nilai atas kebijakan itu sendiri. Selain itu, evaluasi kebijakan juga dapat menilai latar belakang dan tujuan diambilnya suatu kebijakan, bagaimana kebijakan tersebut diimplementasikan, dan bagaimana hasil dari kebijakan tersebut lalu perbandingannya dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Evaluasi kebijakan ditujukan untuk melihat sebab-sebab kegagalan suatu kebijakan atau untuk mengetahui apakah kebijakan publik yang telah dijalankan meraih dampak

  Evaluasi Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2011.........(Rury Ahmad Sururie)

  yang diinginkan. Dalam mengevaluasi kebijakan Peraturan Daerah Nomor 15 tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Usaha Pasal 43 Tentang Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi Jasa Kepelabuhanan penulis menggunkan 6 Dimensi evaluasi menurut Dunn, hasil penelitian berdasarkan wawancara langsung kepada Petugas Pelabuhan Kelapis dan Pengguna Jasa di Pelabuhan Kelapis dapat di angkum dan dilihat pada tabel berikut :

  

Tabel 1

Rangkuman Capaian Dimensi

NO DIMENSI

  2

  Terpenuhi Kemampuan kebijakan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat memacu masuknya kapal-kapal dari luar daerah untuk mengangkut bahan pokok dan bahan bangunan

  Terpenuhi

  Membantu memcahkan masalah publik dengan membuka jalur masuknya bahan pokok dan bahan bangunan

  5 Responsivi tas Kesesuaian kebijakan terhadap masalah publik

  Terpenuhi

  Terpenuhi Distribusi secara merata/proporsional kepada tiap stakeholder yang terlibat

  Memberikan pelayanan yang merata kepada masyarakat

  4 Keadilan Keadilan dalam pelayanan kepelabuhanan

  Terpenuhi

  Menunjang kelancaran, keamanan dan ketertiban arus lalu lintas kapal

  3

  3 Kecukupan Kemampuan kebijakan dalam memecahkan masalah publik

  1

  Memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan biaya pelaksanaan yang terjangkau

  2 Efisiensi Terjangkaunya Biaya Pelaksanaan Kebijakan

  Terpenuhi

  Terpenuhi Memenuhi target penerimaan retribusi

  1 Efektivitas Tercapainya tujuan kebijakan Mendapatkan keuntungan yang layak

  5

  4

  Tidak Terpenuhi eJournal Administrative Reform, Volume 5, Nomor 4, 2017: 783-791

  6 Ketepatan Adanya manfaat Menurunkan harga Terpenuhi yang diterima barang pokok dan setiap pihak meningkatkan terkait dengan perekonomian daerah pemberlakuan serta membuka kebijakan lapangan usaha untuk masyarakat

  Berdasarkan rangkuman capaian dimensi terpenuhi atau tidak terpenuhi diatas terlihat bahwa hanya dimensi efisiensi yang tidak terpenuhi sementara dimensi lainnya terpenuhi.

  Efektivitas

  Dimensi ini digunakan untuk menilai apakah suatu kebijakan atau program yang telah diterapkan berhasil mencapai target atau tujuan yang ingin dicapai. Efektivitas yang secara dekat berhubungan dengan rasionalitas teknis selalu diukur dari unit produk atau layanan atau nilai moneternya. Dalam implementasinya besaran tarif yang di tetapkan dalam Peraturan Daerah Nomor

  15 Tahun 2011 Tentang Retribusi Jasa Usaha Pasal 43 Tentang Struktur dan Besaran Tarif Retribusi Jasa Kepelabuhanan, apabila dilihat dari pencapaian target penerimaan retribusi yang ditetapkan dalam tiga tahun terakhir UPTD Pelabuhan Bongkar Muat Kelapis selalu melebihi target yang di tetapkan, meskipun ada beberapa tetapan tarif retribusi yang belum optimal, diantaranya tetapan Tarif retribusi sewa jasa Crane dan Forklift mengingat biaya operasional yang besar tidak sesuai dengan tarif retribusi yang ditetapkan. Oleh karena itu Kepala UPTD Pelabuhan Bongkar Muat Kelapis membatasi penggunaannya sampai ada perubahan tetapan besaran tarif untuk sewa jasa Crane dan Forklift.

  Efisiensi

  Dimensi ini digunakan untuk mencari tahu perbandingan antara input,

  

output , maupun outcome dari suatu kebijakan atau program. Efisiensi berkenaan

  dengan usaha yang diperlukan untuk menghasilkan tingkat efektivitas tertentu, biasanya ditentukan melalui perhitungan biaya per unit produk atau layanan. Kebijakan yang mencapai efektivitas tertinggi dengan biaya terkecil dinamakan efisien. Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat dilihat bahwa terjadi ketidakefisienan pada beberapa besaran tarif retribusi yang diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Retribusi Jasa Usaha Pasal 43 Tentang Struktur dan Besaran Tarif Retribusi Jasa Kepelabuhanan, dimana terdapat tetapan besaran tarif seperti sewa jasa Crane dan Forklift tidak efektif dikarenakan biaya yang di keluarkan untuk pelaksaannya tidak berbanding lurus dengan besaran tarif yang ditetapkan. Dimana dalam pelaksanaannya Crane dan

  

Forklift masing-masing membutuhkan dana sebesar Rp. 50.000.000,- /Tahun,

  tetapi dalam penerimaannya untuk tahun 2015 Crane memberikan sumbangsing

  Evaluasi Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2011.........(Rury Ahmad Sururie)

  sebesar Rp. 5.340.000,- dan forklift sebesar Rp. 1.400.000,- dan untuk tahun 2016 crane memberikan sumbangsih sebesar Rp. 6.630.000.- dan forklift sebesar Rp. 1.750.000,-.

  Kecukupan

  Dimensi ini digunakan untuk melihat sejauh mana kebijakan atau program mampu memecahkan permasalahan yang ada secara tepat/akurat. Kriteria ini menekankan pada kuatnya hubungan antara alternatif kebijakan dan hasil yang diharapkan. Adanya Pelabuhan Kelapis sangat membantu dalam kelancaran, keamanan dan ketertiban arus lalu lintas kapal barang, karena sebelum adanya pelabuhan kelapis kapal kapal yang masuk ke Kabupaten Malinau tidak terdata secara akurat, karena banyaknya dermaga ilegal. Sehingga pemerintah tidak dapat mengukur seberapa besar arus perekonomian di Kabupaten Malinau secara tepat. Setelah dibangun Pelabuhan Kelapis perekonomian Masyarakat semakin meningkat yang mana pelabuhan kelapis sangat layak untuk di masuki kapal dengan ukuran gt 500 maka kapal kapal dari luar kalimantan khususnya jawa bisa membawa kebutuhan masyarakat baik kebutuhan sembako maupun kebutuhan bangunan, dampak dari kegiatan pengangkutan antar moda transportasi terhadap harga harga semakin stabil di kabupaten malinau.

  Oleh karena itu peranan Pelabuhan Bongkar Muat Kelapis sangat penting karena dapat mendukung perpindahan arus barang baik intra dan/atau antar moda transportasi yang akan mendorong perekonomian dan pembangunan daerah. Dapat disimpulkan dengan adanya Pelabuhan Kelapis serta Peraturan Daerah Kabupaten Malinau Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Retribusi Jasa Usaha Pasal

  43 Tentang Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi secara Kecukupan sudah memenuhi Kriteria.

  Keadilan

  Dimensi ini digunakan untuk mencari tahu apakah biaya dan manfaat dari kebijakan atau program yang diterapkan telah terdistribusi secara merata atau proporsional kepada tiap stakeholder yang terlibat. Kriteria keadilan ini erat kaitannya dengan rasionalitas legal dan sosial dan menunjuk pada distribusi akibat dan usaha antara kelompok-kelompok yang berbeda dalam masyarakat. UPTD Pelabuhan Bongkar Muat Kelapis sudah menerapkan keadilan pada operasionalnya, dimana semua pihak yang berkepentingan dilibatkan. Pihak-pihak tersebut adalah Pemerintah Kabupaten dan DPRD sebagai inisiator kebijakan, Dinas Perhubungan sebagai pengelola, Syahbandar sebagai regulator, Polisi yang melaksanan pengamanan pelabuhan, koperasi TKBM (Tenaga Kerja Bongkar Muat) sebagai pelaksana kegiatan bongkar muat, koperasi transportasi darat yang menangani muatan dari kapal ke gudang atau ke pemilik barang dan keagenan yang melayanai segala kebutuhan kapal yang masuk ke pelabuhan Bongkar Muat Kelapis Kabupaten Malinau. Hal ini dilakukan agar semua pihak yang terlibat tidak ada yang dirugikan, dan semua kepentingan terakomodir. eJournal Administrative Reform, Volume 5, Nomor 4, 2017: 783-791 Responsivitas

  Dimensi ini digunakan untuk menilai apakah hasil dari kebijakan atau program yang diterapkan sudah sesuai dengan kebutuhan, preferensi, atau nilai dari kelompok-kelompok yang terlibat dalam kebijakan atau program yang bersangkutan. Kriterian ini menanyakan pertanyaan praktis apakah kriteria efektivitas, efisiensi, dan nilai-nilai dari kelompok-kelompok tertentu. Hasil penelitian menunjukan bahwa Peraturan Daerah Kabupaten Malinau Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Retribusi Jasa Usaha dapat membantu dalam memecahkan masalah publik salah satunya yaitu, dengan adanya UPTD Pelabuhan Bongkar Muat Kelapis Kabupaten Malinau memacu masuknya kapal-kapal dari luar daerah untuk mengangkut bahan pokok dan bahan bangunan, sehingga membantu menurunkan harga bahan pokok dan bahan bangunan di Kabupaten Malinau.

  Ketepatan

  Dimensi ini digunakan untuk menilai apakah hasil (tujuan) dari kebijakan atau program yang diterapkan memberikan manfaat bagi seluruh masyarakat. Ketepatan merujuk pada nilai atau harga dari tujuan program dan kepada kuatnya asumsi yang melandasi tujuan-tujuan tersebut. Jika dilihat dari indikator manfaat kebijakan Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2011 Tentang retribusi Jasa Usaha

  Pasal 43 Tentang Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi yang manfaat dapat diterima oleh pemerintah Kabupaten Malinau, Masyarakat, dan pihak swasta Khususnya pengusaha, dapat dilihat bahwa semua telah menerima manfaatnya Pemerintah Kabupaten Malinau sendiri telah menerima PAD yang besar dari UPTD Pelabuhan Bongkar Muat Kelapis karena di setiap tahunnya penerimaan PAD selalu meningkat dan mendorong pembangunan daerah, manfaat bagi masyarakat yaitu terangkatnya ekonomi dan makin terjangkaunya biaya bahan pokok, manfaat untuk pihak swasta sendiri pemilik kapal, pengusaha dan keagenan sangat terbantu dengan adanya UPTD Pelabuhan Bongkar Muat Kelapis.

  Kesimpulan

  Pelaksanaan kebijakan ini belum berjalan dengan baik karena dari keenam dimensi evaluasi kebijakan versi Dunn terdapat satu yang belum terpenuhi yaitu dimensi Efisiensi. Dampak dari adanya Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Retribusi Jasa Usaha adalah masyarakat mendapatkan manfaat dari semakin banyaknya kapal masuk ke Kabupaten Malinau dengan membawa bahan pokok dan bahan bangunan sehingga harga bahan pokok di Kabupaten Malinau menjadi lebih terjangkau, membuka lapangan pekerjaan, meningkatkan perekonomian daerah dan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.

  Evaluasi Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2011.........(Rury Ahmad Sururie) Saran-saran

  Dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah melalui Peraturan Daerah Kabupaten Malinau Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Retribusi Usaha Pasal 43 Tentang Besarnya dan Tarif Retribusi Kepelabuhanan agar lebih optimal maka Penulis memberi saran sebagai berikut :

  1. Agar Pemerintah Daerah mengusahakan UPTD Pelabuhan Bongkar Muat Kelapis untuk masuk ke peta alur pelayaran Laut oleh kementrian perhubungan.

  2. Melakukan kajian ulang terhadap Peraturan Daerah Kabupaten Malinau Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Retribusi Usaha khususnya Pasal 43 Tentang Besarnya dan Tarif Retribusi Kepelabuhanan agar sesuai dengan harga pasar.

  3. Pemerintah lebih serius untuk mensosialisasikan ke media masa atau media elektronik bahwa Kabupaten Malinau memiliki UPTD Pelabuhan Bongkar Muat Kelapis yang mempunya alur pelayaran yang memadai untuk kapal- kapal di atas GT 500.

  Daftar Pustaka

  Adisasmita. 2011. Pengelolaan Pendapatan dan Anggaran Daerah. Graha Ilmu: Yogyakarta. Anonim. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah. ______. 2011. Peraturan Daerah Kabupaten Malinau Nomor 15 Tahun 2011

  Tentang Retribusi Jasa Usaha Dunn, William N. 2003. Analisis Kebijakan Publik. Gajah Mada University Press: Yogyakarta.

  Mardiasmo. 2004. Otonomi Keuangan dan Manajemen Daerah. Andi: Yogyakarta. Miles, Hubberman. 2002. Analisis Data Kualitatif. UI Press: Jakarta. Siahaan, Marihot. 2005. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Raja Grafindo Persada: Jakarta. Sugiyono. 2013. Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta:

  Bandung Winarno, Budi. 2002. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Media Press: Yogyakarta.

Dokumen yang terkait

ANALISIS PUTUSAN KPPU NOMOR : 02/KPPU-I/2013 TENTANG JASA BONGKAR MUAT DI PELABUHAN TELUK BAYUR PROPINSI SUMATRA BARAT DALAM PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

0 6 18

FUNGSI PAJAK DAERAH DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

0 5 17

FUNGSI PAJAK DAERAH DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

0 6 17

KAJIAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME PENARIKAN RETRIBUSI PARKIR DI KABUPATEN JEMBER DITINJAU DARI PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2011

0 5 15

EVALUASI PEMUNGUTAN RETRIBUSI PARKIR OLEH DINAS PERHUBUNGAN KOTA BANDAR LAMPUNG DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH

6 65 85

1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 15 TAHUN 2011

0 0 8

IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHANKEBERSIHAN

0 0 15

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2009 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

0 0 14

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2008 NOMOR 23 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI IZIN PENGELOLAAN USAHA KEPARIWISATAAN

0 0 15

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2008 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN

0 0 12