S h s,r h s,d h
55 Prosiding Seminar Nasional Teknologi Elektro Terapan 2017 Vol.01 No.01, ISSN: 2581-0049
Kata-kata kunci : sistem komunikasi kooperatif, relay demodulate and forward, maximum ratio combining, selection combining
Korespondensi: hendy@pens.ac.id a) Teknik Telekomunikasi, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, Jl. Raya ITS Kampus PENS Sukolilo - Surabaya
Ada berbagai macam platform yang digunakan untuk mengimplementasikan sistem komunikasi kooperatif. Pada [7] penulis menggunakan software define radio platform yang digunakan untuk desain layer fisik. Masih terdapat kekurangan jika menggunakan platform tersebut, yaitu implementasi software dari lapisan fisik tidak bekerja secara real time. Adapun platform lain yang bisa digunakan adalah proyek GNURadio. Proyek tersebut menyediakan platform pengembangan nirkabel yang fleksibel, yang mencakup kerangka open-source dari algoritma nirkabel yang diimplementasikan dalam perangkat lunak. Tetapi dengan sebagian besar pengolahan dijalankankan PC, saat ini GNURadio tidak dapat menjalankan jenis komunikasi yang high-throughput dan komunikasi wide-band [8].
Penelitian tentang sistem komunikasi kooperatif sangatlah banyak [1-2] [5-6]. Survei di [5] dan [6] menyediakan gambaran umum yang sangat baik dari teori sistem komunikasi kooperatif. Meskipun sistem komunikasi kooperatif telah banyak dipelajari, namun masih sedikit penelitian yang mengimplementasikan sistem tersebut. Dengan demikian, masalah-masalah yang berhubungan dengan implementasi masih belum dipahami denganbaik.
Sistem komunikasi kooperatif merupakan mekanisme yang mengumpulkan sumber daya dari node-node yang terdistribusi untuk meningkatkan seluruh kinerja jaringan nirkabel[3]. Pada sistem komunikasi kooperatif, source (S) mengirimkan informasinya secara broadcast ke destination (D) dan ke relay (R) yang merupakan user lain dalam area yang berada didekatnya. Kemudian sinyal yang diterima oleh R akan diolah terlebih dahulu untuk kemudian dikirimkan ke D. Sinyal yang diterima dari pengirim maupun dari relay akan mengalami proses combining di penerima [4].
Untuk mengatasi multipath fading, digunakan teknik diversity. Spatial diversity merupakan salah satu teknik diversity yang menggunakan multiple antena (MIMO). Beberapa perangkat nirkabel memiliki keterbatasan ukuran, biaya, dan kompleksitas perangkat keras sehingga kita tidak dapat mengimplementasikan multiple antena [1]. Maka dikembangkan teknik baru untuk mengatasi keterbatasan tersebut, yaitu menggunakan sistem komunikasi kooperatif. Dengan menggunakan sistem komunikasi kooperatif, dapat dihasilkan antena virtual yang mendukung teknik diversity [2].
Saat ini perkembangan teknologi komunikasi sangat pesat. Banyak peralatan komunikasi yang menggunakan media nirkabel yang memiliki banyak keunggulan, antara lain praktis dan mempunyai mobilitas yang tinggi. Tetapi dalam implementasi sistem komunikasi nirkabel banyak sekali tantangan yang harus dihadapi, missal pada media nirkabel sinyal yang dikirimkan tidak terlindung di dalam suatu waveguide, sinyal yang dikirimakan mengalami banyak gangguan yang dapat menurunkan kinerja sistem. Kondisi kanal akan menurun sehingga mengakibatkan kapasitas kanal dan reliability dari data yang dikirimkan juga menurun. Gangguan pada sistem komunikasi nirkabel yang paling dominan adalah multipath fading.
single antenna dan multihop. Semakin jauh jarak antara source dan destination maka semakin besar nilai BER dan
semakin besar nilai daya pancarnya maka nilai BER semakin kecil.Hendy Briantoro
komunikasi single antenna dan multihop. Hasil kinerja yang dilihat adalah besar BER pada fungsi daya pancar dan fungsi jarak. Jarak source dan relay diatur sebesar 3 meter, jarak relay dengan destination diatur sebesar 3 meter sehingga jarak source dan destination adalah 6 meter. Hasilnya sistem komunikasi kooperatif (MRC) lebih baik dari
Combining (SC). Penelitian ini membandingkan kinerja dari sistem komunikasi kooperatif dengan sistem
kompleksitas yang lebih tinggi. Untuk mengatasi hal tersebut maka dikembangkan teknik baru yaitu menggunakan sistem komunikasi kooperatif. Walaupun sistem komunikasi kooperatif telah banyak dipelajari, namun masih sedikit penelitian yang mengimplementasikan sistem tersebut. Maka pada penelitian ini dilakukan simulasi dan implementasi sistem komunikasi kooperatif pada modul Wireless Open Access Research Platform (WARP) menggunakan relay Demodulate and Forward dan teknik Maximum Ratio Combining (MRC) dan Selection
antenna memiliki permasalahan yaitu ukuran menjadi lebih besar, biaya lebih banyak, konsumsi daya lebih besar dan
mengatasi multipath fading adalah dengan menggunakan teknik diversity, bisa menggunakan multiple antenna. Tetapi multiple
a)
Abstrak: Salah satu permasalahan dalam system komunikasi nirkabel adalah adanya multipath fading. Salah satu cara untuk
a)
, Ida Anisah 21. Pendahuluan
Salah satu platform yang bisa memperbaiki kekurangan-kekurangan platform-platform sebelumnya adalah WARP. Wireless Open-Access Research Platform (WARP), merupakan sebuah modul Field Programmable
Namun, untuk penelitian ini dilakukan inovasi yaitu menggunakan metode Demodulate and Forward. Peneliti menggunakan metode ini karena lebih simple dan cocok digunakan pada modul WARP. Untuk metode AF, tidak bisa digunakan karena berdasarkan spesifikasi WARP bahwa sinyal yang masuk pada buffertransmitter WARP harus berada diantara amplitudo -1 dan 1. Jika ada sinyal hasil penguatan yang amplitudonya lebih dari 1, sinyal tersebut dianggap cacat. Untuk metode DF, lebih kompleks lagi karena menggunakan teknik pengkodean. Pada metode
mengimplementasikan algoritma nirkabel canggih. Platform ini memiliki banyak keunggulan, salah satunya adalah WARP dibuat dengan disain perangkat keras khusus, mengintegrasikan sumber daya pengolahan berbasis FPGA dengan antarmuka radio nyata. Selain itu platform ini didukung dengan modul khusus yang memudahkan pengguna dari berbagai pengolahan hardware dan sumber daya peripheral. Platform ini juga mendukung modul-modul digunakan untuk membangun berbagai aplikasi penelitian, termasuk implementasi real time dari physical layer dan MAC layer [9]. Oleh karena itu pada penelitian ini penulisakan mengimplementasikan sistem komunikasi kooperatif pada WARP. Pada penelitian ini akan ditunjukkan kinerja sistem komunikasi kooperatif pada lingkungan indoor. Pengukuran indoor akan dilakukan di Laboratorium Komunikasi Data di Politeknik Elektronika Negeri Surabaya.
Gate Array (FPGA) yang telah dipersiapkan untuk
sinyal yang diterima dari user lain sebelum mengirimkannya menuju destination node dan tidak ada penguatan sinyal noise pada sinyal yang dikirim seperti pada metode AF.
Demodulate and Forward, relay akan mendemodusaikan
Sistem komunikasi kooperatif beroperasi di bawah protokol Time Division Multiplexing (TDM) di mana sumber mentransmisikan data selama slot pertama dan relay mentransmisikan selama kedua. Data yang ditransmi-sikan selama slot pertama kali diterima oleh relay dan node tujuan.
2.2. Metode Forwarding
Dalam sistem komunikasi kooperatif terdapat dua metode yang dilakukan di relay, yaitu metode Amplify-and-
Forward (AF) dan metode Decode and Forward (DF).
2. Metode Penelitian
2.1. Sistem Komunikasi Kooperatif
Gambar 1.Teknik Relaying keterangan : S : source R : relay D : destination hs,r : respon kanal source-relay hs,d : respon kanal source-destination hr,d : respon kanal relay-destination
: RSSI dari sinyal terima dari relay y
Sistem komunikasi kooperatif merupakan mekanisme yang mengumpulkan sumber daya dari node-node yang terdistribusi untuk meningkatkan seluruh kinerja jaringan nirkabel [3]. Pada sistem komunikasi kooperatif, source (S) mengirimkan informasinya secara broadcast ke penerima (D) dan ke relay (R) yang merupakan user lain dalam area yang berada didekatnya. Kemudian sinyal yang diterima oleh R akan diolah terlebih dahulu untuk kemudian dikirimkan ke D. Sinyal yang diterima dari pengirim maupun dari relay akan mengalami proses
R D S h s,r h s,d h r,d
program Matlab secara langsung. Penggunaan modul
work yang bisa mengintegrasikan modul WARP dengan
Implementasi sistem komunikasi kooperatif pada penelitian ini menggunakan modul WARP versi 2, untuk mengintegrasikan PC dengan WARP menggunakan switch seperti tampak pada Gambar 2. Pada penelitian ini menggunakan WARPLab, yang merupakan sebuah frame
3. Implementasi Sistem
[n] : sinyal terima yang dikirim oleh relay
R
[n] : sinyal terima yang dikirim oleh source y
s
RSSI R
Secara sederhana model komunikasi kooperatif ditunjukkan pada Gambar 1.
: RSSI dari sinyal terima dari source
RSSI S
[n] : sinyal hasil MRC di destination
y d
(2) Keterangan :
combining di penerima [4]. Dalam transmisi, jalur pengiriman yang terjadi saling independen satu sama lain.
(MRC) [10]. Pada teknik SC dipilih satu sinyal yang terbaik dari semua sinyal yang diterima. Pemilihan ini didasarkan oleh nilai Receive Signal Strength Indicator (RSSI) yang terbesar sesuai dengan persamaan (1).
Selection Combining (SC) dan Maximum Ratio Combining
Adapun teknik combining yang digunakan adalah
2.3. Teknik Combining
(1) Sedangkan untuk teknik Maximum Ratio Combining (MRC) kedua sinyal dijumlahkan sesuai dengan Persamaan 2. WARPLab, sinyal yang dibangkitkan Matlab bisa dikirimkan secara real-time melalui udara dengan
Warp Node Warp
menggunakan node WARP sebagai pemancar (S) dan
1 Node 2
penerima (D) untuk sistem komunikasi langsung dari
source (S) ke destination (D). Pada sistem komunikasi kooperatif, data dikirim dari (S) ke (D) melalui relay (R).
Upconverter Down-converter Baseband baseband Upsample Down-sample dan with SRRC Correlator
Append Demodulasi Preamble DQPSK
Modulasi Data
Gambar 2. Konfigurasi Sistem Komunikasi Kooperatif di WARP
DQPSK Relay
Implementasi ini dilakukan pada modul WARP. Sistem
Generate
komunikasi yang dijelaskan pada makalah ini
Modulasi bit
menggunakan versi MATLAB berbasis PC dari WARP
DQPSK
disebut sebagai WARPLAB. Sistem komunikasi kooperatif berbasis WARP dirancang menggunakan teknik modulasi
Append Differential Quadrature Phase Shift Keying (DQPSK). Preamble
Dengan menggunakan modulasi DQPSK, tidak
Data
memerlukan sinkronisasi phase di penerima karena DQPSK
Akhir
merupakan suatu teknik modulasi non-coherent. Gambar 3
Upsample
merupakan rancangan blok diagram untuk implementasi
with SRRC
sistem komunikasi kooperatif pada WARP. Demodulasi Berdasarkan Gambar 2 dapat dilihat bahwa WARP
DQPSK node1 sebagai sumber, WARP node2 sebagai relay, dan
Upconverter
WARP node3 sebagai tujuan. Data yang dibangkitkan
Baseband
11 SC atau
adalah deretan bit sepanjang 2 , kemudian dilakukan
MRC
proses modulasi DQPSK, ditambahkan preamble, melalui proses upsample dengan Squared Root Raised Cosine
Warp
(SRRC) dan upconverter baseband dan sinyal siap Node 2
Down-sample dan dikirimkan melalui WARP node 1 ke relay dan tujuan.
Correlator
Pada relay sinyal mengalami proses kebalikan dari pemancar yaitu downcorverter, downsample, dan
Down-converter
demodulasi. Setelah itu sinyal yang tersebut dipersiapkan
baseband
untuk dipancarkan ke tujuan. WARP node 3 (penerima) menerima dua sinyal yaitu sinyal yang dipancarkan dari sumber dan sinyal yang dipancarkan dari relay. Kedua
Warp
sinyal tersebut akan mengalami proses combining. Adapun Node 3 teknik combining yang digunakan adalah SC dan MRC.
Setelah melakukan combining, penerima akan Gambar 3. Blok Sistem Komunikasi Kooperatif pada WARP melakukan proses kebalikan dari yang dilakukan oleh pemancar. Adapun tahap-tahap tersebut adalah down
4. Hasil converter, penerapan filter SRRC pada sisi penerima dan
4.1 Hasil Simulasi
melakukan down sampling. Untuk mendeteksi letak Simulasi sistem komunikasi kooperatif dengan relay
preamble dilakukan proses korelasi dengan reference Demodulate and Forward dilakukan menggunakan pemrograman matrix yang telah dibangkitkan pada penerima. Setelah itu
Matlab. Pada sub bab ini kanal yang disimulasikan berupa kanal tahap terakhir adalah mendemodulasi dengan DQPSK yang dipengaruhi noise terdistribusi Gaussian yang biasa disebut sehingga didapatkan estimasi sinyal yang diterima. kanal Aditive White Gaussian Noise (AWGN). Sinyal yang
Selanjutnya sinyal yang diterima dibandingkan dengan melewati kanal tersebut hanya akan ditambahkanlevel amplitudo sinyal yang dikirim untuk dihitung nilai Bit Error Rate noisepada level amplitudo sinyal.Untuk memastikan bahwa hasil (BER). simulasi yang telah dilakukan benar maka perlu dilakukan validasi.
- 1 .
4 5 6 7 8 9
- -6 10 x 10 -1 -0.5 0.5 1 b Waktu (detik) Real Imajiner
- -6
- 1
- -6
- 1
- -6 6 x 10 -1 -0.5 0.5 1 a Waktu (detik) Real Imajiner
- 0.5
- 0.5
- 1
- 1
- 1
- 40 -35 -30 -25 -20 -15 -10 -0.5 -1
- -0.5 -1 6 7 Waktu (detik) 8 9 10 x 10 11 -6 -85 -75 -80
- -95 Berdasarkan gambar 4.4 tersebut dapat dilihat bahwa jika menggunakan jalur langsung sinyal yang diterima oleh -100 -40 -35 -30 -25 -20 -15 -10
- Access
- -94 6 -96 -92 -90 -88 -86 -84 -82 Jarak (meter) Jalur Langsung Jalur Multihop
- 2
- 2
- 2
- 3 .
Imajiner
Selain itu juga menunjukkan sinyal yang diterima oleh relay. Berdasarkan gambar tersebut dapat terlihat bahwa sinyal yang sampai di relay mengalami delay dan penurunan amplitudo.
Karena relay yang digunakan adalah Demodulate and Forward, maka pada relay mengalami proses demodulasi terlebih dahulu. Setelah didemodulasi maka sinyal tersebut dimodulasi kembali agar sinyal yang dikirim oleh relay menyerupai sinyal yang dikirimkan oleh source, selanjutnya sinyal tersebut akan dikirimkan ke destination. Adapun gambar sinyal yang dikirim oleh relay dan diterima oleh destination terlihat pada Gambar 9.
Gambar 9 (a) Sinyal Baseband yang Dikirim oleh Relay, (b) 5 10 15 20 25 10 -7 10 -6 10 -5 10 -4 10 -3 10 -2 10 -1 10 E b /N o SISO Multihop MRC SC
1
2
3
4
5
6 x 100.5
1 a Waktu (detik) Real
4
Berdasarkan spesifikasi WARP bahwa sinyal yang masuk pada buffertransmitter WARP harus berada diantara amplitudo -1 dan 1. Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa pada sistem komunikasi kooperatif ada dua jalur yang dilalui, yaitu jalur langsung (source - destination) dan jalur melalui relay (source
5
6
7
8
9
10
11 x 100.5
1 b Waktu (detik) Real
Imajiner
1 2 3 4 5
relay - destination). Pada Gambar 8 menunjukkan sinyal yang akan dikirim oleh source dengan level amplitudo diantara -1 dan 1.
Gambar 8 akan ditunjukkan bentuk sinyal yang dikirim dari source dan diterima di relay dan destination.
Gambar 8. (a) Sinyal Baseband yang Dikirim oleh Source, (b) Sinyal Baseband Diterima oleh Relay
BER sebesar 4.560 x 10
relay yang digunakan adalah Demodulate and Forward. Pada
Pada implementasi sistem komunikasi kooperatif berikut ini
4.2. Hasil Implementasi Sistem Komunikasi Kooperatif pada Modul WARP
Proses validasi tersebut dilakukan dengan cara membandingkan grafik BER hasil simulasi sistem komunikasi Single Input Single
Output (SISO) sumber-tujuan dan sistem komunikasi kooperatif.
Parameter yang digunakan adalah jumlah bit yang dikirimkan sejumlah 10
5
bit. Sistem komunikasi kooperatif diciptakan untuk mengurangi pengaruh fading, sehingga dapat memperbaiki kinerja sistem. Dengan demikian, secara teoritis performansi sistem komunikasi kooperatif pasti lebih baik daripada sistem komunikasi non kooperatif. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 7.
Berdasarkan Gambar 7, dapat dilihat bahwa simulasi sistem komunikasi kooperatif dengan menggunakan Maximum Ratio
Combining (MRC) lebih baik dari sistem komunikasi non
kooperatif (SISO), sistem komunikasi kooperatif tanpa diversity (multihop), ataupun sistem komunikasi kooperatif dengan menggunakan SC.
Gambar 7. Simulasi pada Kanal Ideal dengan Pengaruh AWGN Pada E b /N sebesar 1 dB, pada sistem komunikasi SISO nilai
. Pada sistem komunikasi multihop dan sistem sistem komunikasi kooperatif dengan menggunakan SC nilai BER-nya sama yaitu 4.234 x 10 Sinyal Baseband yang Diterima oleh Destination
. Hanya dengan menggunakan E b /N sebesar 18 dB pada sistem komunikasi kooperatif dengan menggunakan MRC sudah mendapatkan nilai BER sebesar 0, dengan kata lain semua data yang diterima tidak terdapat kesalahan. Sedangkan untuk sistem komunikasi multihop dan sistem komunikasi kooperatif dengan menggunakan SC dan SISO baru mendapatkan BER sama dengan 0 pada saat E
b /N sebesar 20 ,21, dan 24 dB.
Sedangkan kinerja sistem komunikasi multihop hampir sama dengan sistem komunikasi dengan menggunakan tipe SC. Hal ini disebabkan pada sistem komunikasi koopertif dengan SC memilih salah satu dari sinyal yang memiliki E
b
/N terbesar antara sistem komunikasi SISO dengan sistem komunikasi multihop. Dalam penelitian ini diasumsikan node-node yang ada tidak bergerak dan kanal sistem komunikasi SISO lebih buruk dari pada multihop sehingga E
b
/N multihop selalu lebih tinggi dari pada sistem komunikasi SISO akibatnya pada sistem komunikasi kooperatif dengan menggunakan SC selalu memilih sinyal dari kanal multihop sehingga performansi sistem komunikasi kooperatif dengan menggunakan SC hampir sama dengan sistem komunikasi multihop. Misalnya pada E
b
/N sebesar 5 dB nilai BER pada sistem komunikasi multihop dan sistem komunikasi kooperatif dengan menggunakan SC adalah 2.955 x 10
, sedangkan nilai BER pada sistem komunikasi kooperatif dengan menggunakan Maximum MRC adalah 3.343 x 10
500 Jalur Langsung
Pada Gambar 9 terlihat bahwa sinyal yang dikirim oleh
450 Jalur Multihop relay menyerupai sinyal yang dikirim oleh source karena pada
400 relay terdapat proses demodulasi dan modulasi. Tidak hanya itu,
sinyal yang diterima oleh destination-pun menyerupai sinyal yang
350
diterima oleh relay. Berbeda dengan jalur langsung (source -
300 destination), pada kondisi ini jarak antara source ke destination dua kali dari jarak source ke relay atau relay ke destination.
250
Adapun bentuk sinyal yang dikirim oleh source ke destination
200
dengan jalur langsung atau tanpa relay adalah seperti pada Gambar 10. 1 a 150 0.5 Real Imajiner 100
50
Daya Pancar (dBm) 0.5 1 1 2 Waktu (detik) b 3 4 5 x 10 -6 6 Gambar 11. Pengaruh Nilai Daya Pancar terhadap Nilai RSSI -65 -70 Jalur Langsung Jalur Multihop
Gambar 10. (a) Sinyal Basebandyang Dikirim oleh Source, (b) Sinyal Baseband yang Diterima oleh Destination (jalur -90 langsung)
destination lebih kecil dan delay yang terjadi lebih besar Daya Pancar (dBm)
dibandingkan dengan jika melalui relay. Berdasarkan bentuk sinyal tersebut, penggunaanrelay lebih menguntungkan daripada Gambar 12. Pengaruh Nilai Daya Pancar terhadap Nilai Daya jalur langsung.
Terima Sedangkan untuk jalur multihop nilai RSSI dan daya
4.3. Pengukuran Nilai Daya Pancar dan Jarak terhadap pancarnya adalah 148.972 dan -89.806.Selain menunjukkan
daya Terimapengaruh jalur yang dilewati terhadap RSSI dan nilai daya terima, grafik tersebut juga menunjukkan pengaruh nilai Pada Gambar 11 dan 12 ditunjukkan grafik daya pancar terhadap RSSI dan daya terima. Jika daya pengaruh jalur yang dilewati oleh sinyal dan nilai daya pancar dinaikkan menjadi -11.466 dBm maka pada jalur pancar terhadap RSSI dan daya terima. Berdasarkan langsung nilai RSSI dan daya terima juga naik menjadi gambar tersebut dapat dilihat bahwa sinyal yang melewati 296.064 dan -79.742 dBm. Semakin besar daya yang jalur relay (multihop) memiliki nilai RSSI dan daya dipancarkan maka nilai RSSi dan daya terima juga akan terima lebih tinggi daripada sinyal yang tanpa melewati semakin besar.
relay (jalur langsung). Hal inilah yang nantinya akan Pada bagian ini juga akan ditunjukkan pengaruh jarak
membuat kinerja sistem komunikasi yang melalui relay antara source dan destinationterhadap nilai RSSI dan daya lebih baik daripada sistem komunikasi tanpa melewati relay. terima yang terdapat pada Gambar 13 dan 14. Nilai jarak, Untuk daya pancar -39.6712, pada jalur langsung nilai berbanding terbalik dengan nilai RSSI dan daya terima. RSSI dan daya terima adalah sebesar 60.611 dan -95.853 Semakin besar jarak antara source dan destination maka dBm. nilai RSSI dan daya terima semakin kecil.
IEEE Trans. Commun., vol. 51, no. 11,pp. 1927 1938, Nov. 2003. [2] cooperation diversity Part II: Implementation
Daftar Pustaka
[Diakses 11 September 2017]. [10] Y-.W.P. Hong, W.J. Huang, dan C-.C.J. Kuo,
Gambar 13. Pengaruh Jarak antara Source dan Destination terhadap Nilai RSSI Gambar 14. Pengaruh Jarak antara Source dan Destination terhadap Nilai Daya Terima
[9] Platform, 2017. [Online]. http://warp.rice.edu/trac/.
European Signal Processing Conference (EUSIPCO 2006), Florence, Italy, September 4-8, 2006.
th
IEEE, vol. 47, no. 2, pp. 134 141, 2009. [8] Patrick Murphy, Ashu Sabharwal, and Behnaam
Communications and Networking. New York: Cambridge Univ. Press, 2009. [7] T. Korakis, M. Knox, E. Erkip, and S. Panwar, open-
[4] Su,W., Sadek,A.K., and Liu,K. J. R., n [5] pp. 271 425, Aug. 2006. [6] K.Liu,A.Sadek,W.Su,andA.Kwasinski, Coopera tive
Implementation, and Characterization of a Cooperative Communications System Transaction On Vehicular Technology, Vol. 60, No. 6, July 2011
Commun., vol. 51, no. 11, pp. 1939 1948, Nov. 2003. [3] Patrick Murphy a Design,
[1] cooperation diversity
5. Kesimpulan
Hanya dengan menggunakan daya pancar sebesar -32.39 dBm pada sistem komunikasi kooperatif dengan menggunakan Maximum Ratio Combining (MRC) sudah mendapatkan nilai BER sebesar 0. Sedangkan untuk sistem komunikasi multihop dan SISO baru mendpatkan BER sama dengan 0 pada saat daya pancar sebesar -20.3395 dBm ,-23.5975 dB.
Maximum Ratio Combining (MRC) adalah 1.34x10
[15] Cooperative Communication using Software Defined 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5 6 300 250 200 150 50 100 Jarak (meter) Jalur Langsung Jalur Multihop 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
[14] Nader Sheikholeslami Alagha and Peter Kabal - Transactions on Communication, Vol. 47, No. 7, July 1999
[13] Netherlands, 2008
Experimental Framework for the Evaluation of pp. 641 645
42,10, pp. 74-80, 2004. [12]
[11] A Nosratinia, A. Hedayat, and T.E.
Cooperative Communication and Networking: Technologies and System Design , Springer New York Dordrecht Heidelberg London, 2010.
Berdasarkan analisa dan hasil penelitian, sistem komunikasi kooperatif dengan menggunakan Maximum
Ratio Combining (MRC) lebih baik dari sistem komunikasi
non kooperatif (SISO), sistem komunikasi kooperatif tanpa diversity (multihop), ataupun seistem komunikasi kooperatif dengan menggunakan Selection Combining (SC). Misalnyasistem komunikasi kooperatif (MRC) pada modul WARP lebih baik dari sistem komunikasi SISO, multihop, dan sistem komunikasi kooperatif dengan SC . Misalnya pada daya pancar sebesar -35.19 dBm, pada sistem komunikasi SISO nilai Bit Error Rate (BER) sebesar 6.25x10
. Pada sistem komunikasi multihop dan sistem sistem komunikasi kooperatif dengan menggunakan
Selection Combining (SC) nilai BER-nya hampir sama
yaitu 1.2x10
dan 2.7x10
, sedangkan nilai BER pada sistem komunikasi kooperatif dengan menggunakan