LINGKAR LENGAN ATAS DENGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI UPT PUSKESMAS KUTOREJO KABUPATEN MOJOKERTO
LINGKAR LENGAN ATAS DENGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL TRIMESTER
Zulfa Rufaida
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit
email: [email protected]
Abstract
One of the most common nutritional problems in pregnant women is anemia.. In this study, aimsto determine the relationship of upper arm circumference with the incidence of anemia in pregnant
women trimester III. This research is correlational analytic research with cross sectional research
design. The variables studied were upper arm circumference as independent variable and the
incidence of anemia as dependent variable. The population is third trimester pregnant women at
UPT Puskesmas Kutorejo Mojokerto Regency as many as 42 people. Sampling conducted non
Probability Sampling by using sampling saturation / total sampling as much as 42 people. Taking
data by taking secondary data. The data have been analyzed using Chi- square test with α: 0.05. Theresults of this study showed that there is no relationship of upper arm circumference with the
incidence of anemia in pregnant women trimester III. Pregnant women should pay attention to the
adequacy of nutritional needs that must be met to prevent the occurrence of anemia, including: food
intake, nutritional knowledge in food, habits, women's views on food, age, weight, parity, ambient
temperature, activity, health status, economy.Keywords: Upper Arm Circumference, Anemia
1. PENDAHULUAN
Ibu hamil merupakan kelompok sasaran yang perlu mendapatkan perhatian khusus, karena ibu hamil merupakan kelompok yang rentan untuk menderita masalah gizi, salah satu masalah gizi yang banyak terjadi pada ibu hamil adalah anemia, yang merupakan masalah gizi mikro terbesar dan tersulit diatasi di seluruh dunia (Soekirman 2003) dikutip dari Anon (2011). Faktor predisposisi terbesar terjadinya anemia adalah status gizi yang buruk dengan defisiensi multivitamin, dimana hal ini masih banyak terjadi di negara-negara berkembang termasuk di indonesia. (Atikah dan Asfuah, 2010. hlm. 77). Akibat yang akan terjadi pada anemia kehamilan adalah abortus, missed abortus, kelainan kongenital, persalianan prematur, perdarahan antepartum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asphixia intrauterin sampai kematian, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), gestosis dan mudah terkena infeksi,
IQ rendah, dekompensasi kordis kematian ibu, gangguan his primer dan sekunder, janin lahir dengan anemia, persalianan dengan tindakan tinggi, ibu cepat lelah, gannguan perjalan persalinan perlu tindakan operatif. Perdarahan postpartum, retensio plasenta, perlukaan sukar sembuh, mudah terjadi febris puerperalis, dan gangguan involusi uteri. (Atikah dan Asfuah, 2010. hlm. 78). Banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya anemia, antara lain kurangnya asupan zat besi dan protein dari makanan, adanya gangguan absorbsi usus, perdarahan akut dan kronis, dan meningkatnya kebutuhan zat besi seperti pada ibu hamil secara umum penyebab anemia pada ibu hamil dipengaruhi banyak faktor, terdiri dari umur ibu, umur kehamilan, paritas, lingkar lengan bagian atas (LILA), sosial ekonomi (tingkat ekonomi, pendidikan ibu, pekerjaan ibu dan suami), pola konsumsi, dan riwayat selama kehamilan. (Anon, 2011).
Angka kematian ibu di negara berkembang yang disebabkan oleh anemia dalam kehamilan mencapai angka 40%. Penyebab tidak langsung antara lain anemia dan kurang energi kronis (KEK), Hasil survey kesehatan rumah tangga (SKRT) Indonesia tahun 2004 kejadian anemia ibu hamil sebanyak 50%,sedangkan target tahun 2004 angka kejadian anemia 50%. Sedangkan catatan dinas kesehatan Jawa timur tahun 2006 angka kejaian anemia pada ibu hamil 55% dari target 50%. (MGS, 2011). Menurut WHO, kejadian anemia kehamilan berkisar antara 20 dan 89% dengan menetapkan Hb 11g% (g/dl) sebagai dasarnya. Angka anemia kehamilan menunjukkan nilai yang cukup tinggi. Hoo Swie Tjiong menemukan angka anemia kehamilan 3,8% pada trimester I, 13,6% trimester II, dan 24,8% pada trimester III. (Manuaba, 2010. hlm. 237- 238). Berdasarkan hasil studi pendahuluan di UPT Puskesmas Kutorejo Kabupaten Mojokerto didapatkan 7 ibu hamil trimester III dari catatan bidan diperoleh data dari 7 hamil ibu trimester III didapatkan 2 ibu resiko KEK dengan LILA 21 cm dan 22,5 cm (28,6%), 1 ibu anemia ringan dengan hemoglobin 9,5 g% (14,3%), 4 ibu hamil yg LILA nya >23,5 cm, dengan hemoglobin >11 g% (57,1%).
biokimia yang sering dilakukan adalah pengukuran kadar hemoglobin darah untuk menentukan derajat anemia gizi besi yang sering terjadi pada ibu hamil. (Lailiyana dkk, 2010. hlm. 26).
Faktor
- –faktor yang menyebabkan terjadinya anemia pada ibu hamil antara lain status gizi ibu hamil. Status gizi ibu hamil merupakan hal yang sangat berpengaruh selama masa kehamilan. (Takiya, 2012). Penyebab anemia ibu hamil pada umumnya akibat kurang gizi, kurang zat besi dalam makanan yang dikonsumsi. (Erna dkk, 2005. hlm.83) untuk menilai status gizi ibu hamil diantaranya pengukuran antropometri dan biokimia, yang sering dilakukan pada ibu hamil adalah pengukuran lingkar lengan atas (LILA). (Lailiyana dkk, 2010. hlm.26). Tujuan pengukuran LILA adalah mencakup masalah WUS baik ibu hamil maupun calon ibu untuk mengetahui resiko KEK. (Nyoman S, 2002. hlm. 48-49) .Sedangkan untuk pengukuran
Ibu hamil banyak kekurangan zat besi memasuki trimester II dan trimester III karena pada trimester tersebut ibu mengalami hemodilusi (pengenceran). (Misaroh dan Atikah, 2010. hlm. 88). Selama kehamilan, volume plasma maternal meningkat secara bertahap sebanyak 50%, atau meningkat sekitar 1200 ml pada saat cukup bulan. Peningkatan sel darah merah total adalah sekitar 25% atau kira-kira 300 ml. Hemodilusi relatif ini menyebabkan penurunan konsentrasi Hb yang mencapai titik terendah pada trimester kemampuan sistem maternal untuk memindahkan oksigen dan nutrisi yang cukup ke janin. (Diane dkk, 2009. hlm. 329). Anemia defisiensi zat besi terjadi ketika simparian zat besi total menipis, yang mengakibatkan penurunan hemoglobin. Individu yang mengalami anemia ringan tidak menyadari bahwa dirinya mengalami kekurangan zat besi. Individu dengan gejala anemia dapat mengeluh letih, lemah, pucat, sensitif terhadap dingin, anoreksia, pusing, dan sakit kepala, stomatitis, dan glositis. Wanita hamil dikatakan mengalami anemia bila kadar hemoglobin atau darah merahnya kurang dari 10 g%. Pengawasan terhadap kadar hemoglobin darah dilakukan pada trimester I dan trimester III, karena pada saat ini pengenceran darah ibu hamil sudah mencapai puncaknya. (Erna dkk, 2005. hlm. 83) Selain itu, kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan sel-sel tubuh termasuk sel- sel otak. (Tarwoto, 2007. hlm.67) Bahaya anemia selama kehamilan yaitu dapat terjadi abortus, persalinan prematuritas, hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim, mudah terjadi infeksi, ancaman dekompensasi kordis (Hb <6 gr%), molahidatidosa, hiperemesis gravidarum, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini (KPD). ( Manuaba, 2010. hlm.240). Anemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen. Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Resiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan lahir rendah, dan angka kematian perinatal meningkat. (Atikah dkk, 2011. hlm.119).
Anemia besi dapat dicegah dengan mengkonsumsi makanan bergizi seimbang dengan asupan zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. (Atikah, 2011. hlm.120) Pemerikasaan darah dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan, yaitu pada Trimester I dan Trimester III. (Manuaba, 2010. hlm.239). pengawasan terhadap ibu hamil sudah mulai dilaksanakan pada trimester I dan trimester III, karena pengenceran mencapai puncaknya. (Atikah dan Asfuah, 2010. hlm. 79). Dengan pertimbangan bahwa sebagian besar ibu hamil mengalami anemia, maka tablet pada ibu-ibu hamil. (Manuaba, 2010. total sampling untuk pengambilan sampel, hlm.239) Pemberian tablet zat besi selama dimana mengambil populasi sebagai sampel. kehamilan pemberian suplemen besi Menggunakan data sekunder yaitu buku merupakan salah satu cara bagi ibu hamil untuk register pemeriksaan ibu hamil. Lokasi meningkatkan kadar Hb Pemberian zat besi penelitian di UPT Puskesmas Kutorejo. Waktu untuk dosis pencegahan 1x1 tablet untuk dosis penelitian dilaksanakan pada 08 Februari
- – 05 pengobatan (bila Hb kurang dari 11gr/dl) Mei 2017. Analisis Univariat digunakan untuk adalah 3x1 tablet(Depkes, dikutip dari menjelaskan atau mendeskripsikan angka/nilai Tarwoto, 2007. hlm.70). Disamping itu jumlah masing-masing variabel dengan ukuran diperlukan peran serta petugas kesehatan proporsi. Analisa Bivariat dengan Chi Square 2 dalam memberikan penyuluhan akan (X ) untuk membuktikan apakah variabel pentingnya pemenuhan nutrisi ibu hamil untuk bebas benar-benar mempengaruhi variabel mencegah terjadinya penurunan kadar Hb. tergantung atau tidak.
- – 10 Tahun) α = 0.05 diperoleh sampel sebesar 42 orang.
- – Penelitian . Surabaya: Bagian FKIKM UNAIR.
Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara lingkar lengan atas dengan
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
kejadian anemia pada ibu hamil trimester III di 1.
Karakteristik Responden
UPT Puskesmas Kutorejo Kabupaten a.
Usia Responden Mojokerto.
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Umur Responden 2.
No. Umur f % KAJIAN LITERATUR
Faktor-faktor yang mempengaruhi anemia
1. Berisiko 6 14,3 pada ibu hamil adalah umur ibu, jarak (<20 Tahun dan >35 kehamilan/ usia anak terkecil, paritas, lingkar Tahun) lengan atas (LILA), pekerjaan ibu dan suami,
2. Tidak Berisiko 36 85,7 pola konsumsi, dan riwayat selama kehamilan.
(0-35 tahun) (Sandrayayuk, dkk, 2013). Ibu dengan status
Jumlah 42 100
gizi kurang tersebut dapat terjadi 2 komplikasi Berdasarkan tabel 1 bahwa sebagian yang cukup berat selama kehamilan yaitu besar ibu hamil trimester III berusia 20-35 anemia (kekurangan sel darah merah) dan pre tahun (85,7%). eklamsia/eklamsia. Evie & Masdianti, 2013.
b.
Paritas Untuk mengetahui hubungan Lingkar Lengan
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Paritas
Atas (LILA) ibu dengan kejadian anemia pada
Responden
ibu hamil trimester III, dilakukan pengukuran
No. Paritas f %
lingkar lengan atas kiri yang diklasifikasikan
1. Berisiko 1 2,4 ukuran lingkar lengan atas ≥23,5 cm tidak (Grandemultipara) resiko KEK dan <23,5 cm resiko KEK serta
2. Tidak Berisiko 41 97,6 dilakukan pengukuran kadar hemoglobin (Multipara dan Primi) dalam darah dengan metode sahli untuk
Jumlah 42 100
mengetahui kadar anemia yang Berdasarkan tabel 2 bahwa sebagian diklasifikasikan kadar hemoglobin ≥ 11 gr% besar responden paritas tidak berisiko ibu tidak anemia, kadar hemoglobin, <11 gr% hamil trimester III (97,6%). anemia.
c.
Usia Anak Terkecil
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Usia 3. METODE PENELITIAN Anak Terkecil Responden
Penelitian ini menggunakan rancangan
No. Usia Anak Terkecil f %
penelitian observasional analitik dalam bentuk
1. Berisiko 4 9,5
crossectional . Seluruh ibu hamil tahun 2016
(<2 Tahun dan >10 (Januari – Desember) di UPT Puskesmas
Tahun) Kutorejo, yaitu sebanyak 42 kasus.
2. Tidak Berisiko 38 90,5 Perhitungan besar sampel dengan rumus pada
(2
Jumlah 42 100 Berdasarkan tabel 3 bahwa sebagian sehingga tidak terdapat hubungan yang besar dari responden tidak berisiko yaitu signifikan antara lingkar lengan atas 38 ibu hamil trimester III (90,5%). dengan kejadian anemia pada ibu hamil trimester III. Jadi dapat disimpulkan
2. Data Khusus a.
bahwa Ho diterima H1 ditolak yang Lingkar Lengan Atas berarti tidak ada hubungan lingkar lengan
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Lingkar
atas dengan kejadian anemia pada ibu
Lengan Atas Responden
hamil trimester III di UPT Puskesmas
No. Lingkar Lengan f % Kutorejo Kabupaten Mojokerto. Atas (cm)
1. < 23,5 15 35,7 Berdasarkan hasil peneltian diatas
2. ≥ 23,5 27 64,3 Pembahasannya adalah sebagai berikut :
Jumlah 42 100 1. Lingkar Lengan Atas Ibu Hamil
Berdasarkan tabel 4 bahwa sebagian
Trimester III
besar dari responden dengan ukuran Berdasarkan dari hasil penelitian lingkar lengan atas yang
≥23,5 cm yaitu yang ada didapatkan responden yang 27 ibu hamil trimester III (64,3%). mengalami resiko KEK dengan ukuran d. Kejadian Anemia lingkar lengan atas yang <23,5 cm yaitu
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Kejadian 15 responden (35,7%). Anemia Responden
Pengukuran Lingkar Lengan Atas
No. Kejadian Anemia f %
merupakan salah satu pilihan untuk
1. Anemia (Hb <11 10 23,8 penentuan status gizi, karena mudah, gr%) murah dan cepat, tidak memerlukan umur
2. Tidak Anemia (Hb 32 76,2 yang terkadang susah diperoleh, ≥11 gr%) memberikan gambaran tentang keadaan
Jumlah 42 100
jaringan otot dan lapisan lemak bawah Berdasarkan tabel 5 bahwa sebagian kulit. LILA mencerminkan cadangan besar dari responden dengan kadar energi, sehingga dapat mencerminkan hemoblobin (Hb) ≥ 11 gr% cm yaitu 32 kekurangan energi dan kalori (KEK) pada ibu hamil trimester III (76,2%). ibu WUS dan ibu hamil. (Atikah dan e. Hubungan Lingkar Lengan Atas dengan Asfuah, 2010. hlm.177).
Kejadian Anemia Tujuan pengukuran lingkar lengan
Tabel 6. Tabulasi Silang Hubungan
atas (LLA) adalah mencakup masalah
Lingkar Lengan Atas Dengan
WUS baik ibu hamil maupun calon ibu,
Kejadian Anemia Pada Ibu
masyarakat umum dan peran petugas
Hamil Trimester III
lintas sektoral. Adapun tujuan tersebut
LILA Kejadian Anemia Jumlah
adalah : mengetahui resiko KEK WUS, Anemia Tidak baik ibu hamil maupun calon ibu, untuk (Hb <11 Anemia menapis wanita yang mempunyai resiko gr%) (Hb ≥11 melahirkan bayi berat lahir rendah gr%)
(BBLR), meningkatkan perhatian dan
f % f % f %
kesadaran masyarakat agar lebih berperan
<23 cm 6 14,3 9 21,4 15 35,7
dalam pencegahan dan penanggulangan
≥23,5 cm 4 9,5 23 54,8 27 64,3
KEK, mengembangkan gagasan baru
Jumlah 10 23,8 32 76,2 42 100
dikalangan masyarakat dengan tujuan Berdasarkan tabel 6 tabulasi silang di meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak, atas dapat diketahui bahwa responden meningkatkan peran petugas sektoral yang memiliki resiko KEK sebanyak 6 dalam upaya perbaikan gizi WUS yang responden (14,3%) yaitu anemia. Setelah menderita KEK, mengarahkan pelayanan dilakukan uji Fisher’s Exact Test dengan value kesehatan pada kelompok sasaran WUS program SPSS diperoleh nilai P yang menderita KEK. sebesar 0,128 maka nilai P value >0.05 Ambang batas LILA WUS dengan risiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila ukuran LILA kurang 23,5 cm atau dibagian merah pita LLA, artinya wanita tersebut mempunyai risiko KEK, dan diperkirakan akan melahirkan berat bayi lahir rendah (BBLR). BBLR mempunyai risiko kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan dan gangguan perkembangan anak. (Nyoman S, 2002. hlm. 49 )
Pengukuran lingkar lengan atas merupakan salah satu penilaian status gizi dan deteksi dini yang mudah dan dapat dilaksananakan oleh masyarakat untuk mengetahui kekurangan energi kronis terutama pada ibu hamil. Biasanya lingkar lengan atas <23,5 cm dikarenakan rendahnya konsumsi protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak mencukupi angka kecukupan gizi, umumnya terjadi pada keluarga yang tingkat ekonomi rendah.
III
Anemia adalah kondisi dimana berkurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam sirkulasi darah atau massa hemoglobin sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen keseluruh jaringan. (Tarwoto dan Wasnidar, 2007. hlm 30)
Peningkatan volume plasma menyebabkan terjadinya hidremia kehamilan atau hemodilusi, yang menyebabkan menurunnya hematokrit (20-30%), sehingga hemogloblin dari hematokrit lebih rendah secara nyata dari pada keadaan tidak hamil. (Misaroh, 2010. hlm. 132) Pengawasan terhadap kadar hemoglobin darah dilakukan pada trimester I dan trimester III, karena pada saat ini pengenceran darah ibu hamil sudah mencapai puncaknya. (Erna dkk, 2005. hlm. 83)
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti menunjukan dari 42 ibu hamil trimester III terdapat sebanyak 6 responden (14,3%) dengan anemia (Hb <11gr%).
Faktor yang dapat menyebabkan asupan zat besi dan protein dari makanan, adanya gangguan absorbsi usus, perdarahan akut dan kronis, dan meningkatnya kebutuhan zat besi seperti pada ibu hamil. Menurut laporan WHO (2005) secara umum penyebab anemia pada ibu hamil dipengaruhi banyak faktor, terdiri dari umur ibu, umur kehamilan, paritas, lingkar lengan bagian atas (LILA), sosial ekonomi (tingkat ekonomi, pendidikan ibu, pekerjaan ibu dan suami), pola konsumsi, dan riwayat selama kehamilan. (Anon, 2011)
Serta pada tabel 5 di atas dapat diketahui sebagian besar dari responden dengan ukuran lingkar lengan atas yang < 23,5 cm yaitu 15 ibu hamil trimester III (35,7%).
Menurut WHO, kejadian anemia kehamilan berkisar antara 20 dan 89% dengan menetapkan Hb 11g% (g/dl) sebagai dasarnya. Angka anemia kehamilan menunjukkan nilai yang cukup tinggi. Hoo Swie Tjiong menemukan angka anemia kehamilan 3,8% pada trimester I, 13,6% trimester II, dan 24,8% pada trimester III. (Manuaba, 2010. hlm. 237-238).
2. Kejadian Anemia Ibu Hamil Trimester
Kejadian anemia pada ibu hamil sering terjadi di tiap trimester terutama pada trimester III karena terjadinya hemodilusi dan disebabkan zat gizi yang kurang terutama anemia zat besi, ini karena pola makan yang salah, dimana ibu hamil masih dominan mengkonsumsi protein nabati (sulit diserap), protein hewani jarang dikonsumsi, akibatnya terjadi anemia.
3. Hubungan Lingkar Lengan Atas dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil Trimester III
Berdasarkan data hasil tabulasi silang pada tabel 6 antara lingkar lengan atas dengan kejadian anemia pada ibu hamil trimester III dapat diketahui responden yang beresiko KEK mengalami anemia sebanyak 6 responden (14,3%).
Setelah dilakukan uji Fisher’s Exact Test dengan program SPSS diperoleh nilai P value sebesar 0,128 maka nilai P value >0.05 sehingga tidak terdapat lengan atas dengan kejadian anemia pada ibu hamil trimester III. Jadi dapat disimpulkan bahwa Ho diterima H1 ditolak yang berarti tidak ada hubungan lingkar lengan atas dengan kejadian anemia pada ibu hamil trimester III di UPT Puskesmas Kutorejo Kabupaten Mojokerto.
Yang mempengaruhi gizi ibu hamil adalah hal-hal yang harus dipertimbangkan pada saat menentukan seberapa besar kebutuhan gizi yang harus dipenuhi oleh seorang ibu hamil, diantaranya: Umur, berat badan, paritas, asupan makanan, suhu lingkungan, aktivitas, status kesehatan, pengetahuan tentang gizi dalam makanan, kebiasaan dan pandangan wanita terhadap makanan, status ekonomi. Salah satu cara yang dilakukan untuk menilai status gizi ibu hamil yaitu Pengukuran Antropometri dan Biokimia, yang sering dilakukan pada ibu hamil yaitu: pengukuran berat badan (BB), tinggi badan (TB) dan pengukuran lingkar lengan atas (LILA). Sedangkan untuk pengukuran biokimia yang sering dilakukan adalah pengukuran kadar hemoglobin darah untuk menentukan derajat anemia gizi besi yang sering terjadi pada ibu hamil. (Lailiyana dkk, 2010. hlm.26-27).
Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB . Jakarta : EGC
8. Ibrahim, Siti Misaroh & Proverawati, Atikah. (2010). Nutrisi Janin & Ibu Hamil (cara membuat otak janin cerdas).
Yogyakarta : Nuha Medika 9. Lailiyana, Noor, Hj. N. & Suryatni, Hj.
(2010). Buku Ajar Gizi Kesehatan
Reproduksi . Jakarta : EGC 10.
Manuaba, dr. Ida Ayu, Manuaba, dr. I.
B.F. & Manuaba, Prof. dr. I.B.G. (2010).
11. MGS. (2011). Skripsi Kesehatan,
Hidayat, A.A. A. (2010). Metode
hubungam antara pola nutrisi dengan kadar hemoglobin pada ibu hamil trimester III.
(http//.www.skripsikesehatan.
blogspot.com, diakses pada tanggal 6
April 2012) 12. Notoadmodjo.
(2010). Metodelogi
Penelitian Kesehatan . Jakarta : PT Rineka
Penelitian Kebidanan & Teknis Analisis Data . Jakarta : Salemba Medika
Myles Buku Ajar Bidan . Jakarta : EGC 7.
Untuk mengetahui anemia pada ibu hamil dapat diukur dengan menggunakan pengukuran biokimia yaitu kadar hemoglobin (Hb), apabila Hb <11 g% maka mengalami anemia. Sedangkan untuk pengukuran lingkar lengan atas hanya dapat digunakan untuk mengukur status gizi ibu hamil yaitu apakah ibu mengalami resiko KEK atau tidak resiko KEK, sehingga dapat disimpulkan bahwa pengukuran lingkar lengan atas pada ibu hamil trimester III tidak dapat digunakan untuk mengetahui kejadian anemia. Mungkin hubungan lingkar lengan atas dengan kejadian anemia secara langsung tidak ada, tetapi kemungkinan juga ada hubungannya, misalnya, tingkat kecukupan kalori protein pasien yang paling berpengaruh adalah kadar protein.
(http//.www.tdwclub.com , diakses pada
5. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian pada ibu hamil trimester III didapatkan bahwa tidak ada hubungan lingkar lengan atas dengan kejadian anemia pada ibu hamil trimester III.
REFERENSI 1.
Anon. (2011). Bab I Pendahuluan. (http
//.www.digilb.unimus.ac.id , diakses pada
tanggal 6 April 2012) 2. Azharnurul. (2012). Pengertian Nutrisi.
tanggal 6 April 2012) 3. Azkah, Takiya. (2012). Anemia dalam Kehamilan . (http//.
6. Fraser, D. M. & Cooper, M. A. (2009).
diakses pada tanggal 6
April 2012) 4. Diah, Eka. (2011). Modul Pengantar
Biostatistik. Mojokerto : Eka Diah 5.
Evie Trihartiningsih; Masdianti. 2013.
Penilaian Status Gizi Ibu Hamil Dengan Pengukuran Lila Di Puskesmas Kalampangan, Kota Palangka Raya.
Jurnal Akademi Kebidanan Betang Asi Raya. Palangka Raya.
Cipta
13. Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu
. Jakarta : Salemba Medika
Keperawatan 14.
Paath, E. F., Rumdasih, Y. & Heryati.
(2005). Gizi dalam Kesehatan
Reproduksi . Jakarta : EGC 15.
Proverawati, A. & Asfuah, S. (2010).
Buku Ajar Gizi untuk Kebidanan .
Yogyakarta : Nuha Medika 16. Proverawati, Atikah. (2011). Anemia dan
Anemia Kehamilan . Yogyakarta : Nuha
Medika 17. Proverawati, A. & Wati, E. K. (2011).
Ilmu Gizi untuk Keperawatan & Gizi Kesehatan . Yogyakarta : Nuha Medika.
18. Riyanto, Agus. (2009). Pengolahan dan
Analisis Data Kesehatan . Jakarta : Nuha Medika.
19. Sandrayayuk Marlapan; Benny Wantouw; Jolie Sambeka. Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Tuminting Kec. Tuminting Kota Manado. ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 1. Nomor 1.
Agustus 2013.
20. Setiadi. (2007). Konsep dan Penelitian
Riset Keperawatan . Yogyakarta : Graha Ilmu.
21. Supariasa, I. D. N., Bakri, B. & Fajar, I.
(2002). Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC 22. Tarwoto, Ns. & Wasnidar, Dra. (2007).
Buku Saku Anemia pada Ibu Hamil, konsep dan penatalaksanaan . Jakarta :
Trans Info Media.
23. Zainuddin, Muhamad. 2000. Metodologi