STUDI PENGGUNAAN KITOSAN KOMPOSIT CuO SEBAGAI ADSORBEN UNTUK MENYERAP LOGAM BESI (Fe), MANGAN (Mn) DAN SENG (Zn) PADA AIRSUNGAI BELAWAN THE STUDY OF CHITOSAN-CuO COMPOSITE’S APPLICATION AS ADSORBENT IN THE REMOVAL OF Fe, Mn, AND Zn IN BELAWAN RIVER WATER

  

Jurnal Kimia Mulawarman Volume 14 Nomor 2 Mei 2017 P-ISSN 1693-5616

Kimia FMIPA Unmul

E-ISSN 2476-9258

  

STUDI PENGGUNAAN KITOSAN KOMPOSIT CuO SEBAGAI ADSORBEN UNTUK

MENYERAP LOGAM BESI (Fe), MANGAN (Mn) DAN SENG (Zn)

PADA AIRSUNGAI BELAWAN

THE STUDY OF CHITOSAN-CuO COMPOSITE’S APPLICATION AS ADSORBENT IN

  

THE REMOVAL OF Fe, Mn, AND Zn IN BELAWAN RIVER WATER

Mutia Khairuni*, Zul Alfian dan Harry Agusnar

  

Departemen Kimia,Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Jl. Bioteknologi No. 1 Kampus Usu Medan

  • *

    Email:

    Submit : 10 April 2017 Accepted : 23 Mei 2017

  

ABSTRACT

The synthesis of chitosan-CuO composite and its application as adsorbent in the removal of Fe, Mn,

and Zn in Belawan river water has been conducted. Chitosan-CuO composite is synthesized by addition the

  Cu(NO 3 ) 2 into the solution of chitosan and NaOH 2M. This adsorbent is characterized with FT-IR and its

capability to adsorb heavy metals is measured with ICP-OES. The preliminary result of Fe, Mn, and Zn level

in Belawan river water are 0,3032; 0,3251; and 0,06402 mg/L, respectively, those value levels are above the

PP No. 82 Tahun 2004 safety limit. The optimum contact time of adsorbent to interact is found at 30 minutes,

with Fe, Mn, and Zn adsorption are 69,71; 90,53; and 92,05%, respectively. The decrease of heavy metal

levels in Belawan river water are influenced by the contact time of adsorbent to the sources of heavy metal.

  Keywords: Adsorbent, chitosan, chitosan-CuO, Fe, Mn, and Zn PENDAHULUAN

  Pada daerah kecamatan Medan Sunggal terdapat sungai Belawan yang memiliki jumlah penduduk 113.446 jiwa (BPS, 2013). Sungai belawan ini juga digunakan PDAM sebagai sumber air. Oleh karena itu banyak penduduk sekitar yang menggunakan air sungai maupun PDAM untuk keperluan sehari-hari, seperti mandi, cuci dan kakus, pembuangan limbah domestik atau limbah perkotaan yang secara langsung dibuang ke sungai. Pada daerah aliran sungai ini juga terdapat beberapa aktivitas seperti pemandian, dan adanya industri kuningan di sekitar sungai Belawan [1]. Baedalda Provinsi Sumatera Utara 2007 yang diacu oleh Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2003, terdapat 22 industri di sepanjang sungai Belawan. Jenis– jenis industri tersebut antara lain pengolahan minyak goreng, pengolahan metal, pabrik plastik, pengeleman kayu lapis, tekstil, cat, baterai kering, pupuk dolomit, pelapis logam dan lain-lain.

  Berdasarkan hasil uji pendahuluan air sungai belawan pada logam Fe, Mn dan Zn melebihi ambang batas Berdasarkan peraturan PP no.82 tahun 2014 metode yang dapat digunakan untuk menghilangkan atau megurangi kadar logam berat dalam perairan di antaranya presipitasi, filtrasi, penukar ion, elektrodeposisi, adsorpsi dan sistem membran [2]. Salah satu metode pengolahan limbah yang mudah dan ramah lingkungan adalah metode adsorbsi dengan adsorben alami seperti kitosan. Adsorpsi dalam pengolahan limbah cair berperan penting untuk menurunkan kadar logam berat.

  Kitosan pertama kali ditemukan oleh C.

  Rouget pada tahun 1859 dan merupakan produk

  dari proses deasetilasi kitin yang berasal dari ekstrak kulit hewan laut yang keras . kitosan dapat digunakan sebagai agen pengkelat logam serta mempunyai kemampuan mengikat lebih dari 1 mmol/g untuk beberapa logam berat dan beracun dalam satu proses penyerapan. Berdasarkan penelitian [3], kitosan blangkas banyak digunakan dan sangat baik dalam proses penyerapan. karena kitosan blangkas memiliki derajat deasetilisasi dan Berat Molekul (BM) yang tinggi yakni 84,20% dan 893.000. Kitosan merupakan suatu polimer yang bersifat polikationik. Keberadaan gugus hidroksil dan amino sepanjang rantai

  Mutia Khairuni Studi Penggunaan Kitosan

  2 O 0,5 M

  Kimia FMIPA Unmul

  Pembuatan Larutan Asetat 1%(v/v)

  Sebanyak 10 mL asam asetat glasial dimasukkan ke dalam labu ukur 1000 mL, kemudian diencerkan dengan aqua steril sampai garis tanda,

  Pembuatan Larutan NaOH 2 M (b/v)

  Sebanyak 40 g NaOH pelet dimasukkan kedalam Beaker glass. Dilarutkan dengan aquadest, dimasukkan kedalam labu takar 500 mL kemudian diukur hingga garis tanda sehingga diperoleh larutan NaOH 2 M.

  Pembuatan Larutan Cu(NO 3 ) 2 .5H

  Sebanyak 34.6875 g Kristal Cu(NO

  Sebanyak 100 mL Air Sungai dimasukkan kedalam Beaker glass, ditambahkan 5 mL HNO

  3 ) 2 .5H

  2 O

  dimasukkan ke dalam Beaker glass. Dilarutkan dengan aquadest, dimasukkan kedalam labu takar 500 mL kemudian diukur hingga garis tanda sehingga diperoleh larutan Cu(NO

  3 ) 2 0,5 M.

  Pembuatan Larutan Kitosan

  Sebanyak 10 g kitosan dilarutkan kedalam larutan asetat 1% (b/v) sebanyak 1000 mL, lalu diaduk sampai homogen sehingga diperoleh larutan kitosan kental,

  Pembuatan Kitosan CuO

  diperoleh larutan kental Larutan kental dimasukkan kedalam pompa injeksi dan diteteskan kedalam larutan NaOH 2 M hingga terbentuk butiran hitam. Selanjutnya didiamkan selama 1 malam, kemudian disaring dicuci dengan akuades dan dikeringkan.

  Preparasi Sampel

  3 ) 2 0,5 M dengan rasio (2:1) hingga

  Pada penelitian ini menggunakan kitosan CuO namun dengan logam yang berbeda. Modifikasi kitosan sebagai adsorben ini diharapkan dapat meningkatkan kapasitas adsorpsi. Maka dari itu peneliti ingin melakukan penelitian mengenai studi Penggunaan Kitosan komposit CuO Sebagai Adsorben Untuk Menyerap Logam Besi (Fe) , Mangan (Mn) Dan zink (Zn) pada Air Sungai Belawan.

  Sebanyak 50 mL Air belawan Sunggal setelah didestruksi dimasukkan kedalam kolom yang telah berisi 15 g kitosan CuO, didiamkan selama 15, 30, 45, 60, dan 75 menit, kemudian dibuka tutup kolom dan ditampung dengan botol vial, Selanjutnya dianalisa logam Fe, Mn dan Zn dengan menggunakan ICP.

  Proses Adsorpsi Logam pada Air Sungai Sunggal dengan Kitosan CuO

  polimer mengakibatkan kitosan sangat efektif mengadsorpsi kation ion logam berat maupun kation dari zat-zat organik (protein dan lemak) [4].

  Berdasarkan penelitian sebelumnya telah banyak diteliti tentang kitosan yang digunakan Arsen (V) menggunakan komposit kitosan Cu(OH)

  2 dan CuO dengan daya serap 95%d an

  telah dilakukanpreparasi karakterisasi kompleks kitosan hydrogel-tembaga(II) bahwa antara kitosan hydrogel dan tembaga(II) dapat terbentuk suatu senyawa kompleks [6].

  Penggunaan Kitosan limbah kulit kepiting juga telah diuji dalam Pemanfaatan penjernih air pada rawa dan air sungai memiliki daya adsoren yang tinggi dalam menjernihkan air [7].

  METODELOGI PENELITIAN Alat

  sampler dimana sampel di ambil pada 3 (tiga) titik (SNI 6989.57:2008).

  ICP-OES (Varian), Seperangkat alat spektrofotometer FTIR (shimadzu), Beaker glass, Erlenmeyer, Gelas Ukur, Spatula , Corong, Kertas Saring, Labu Takar, Neraca Analitik, Pipet ukur, Pompa injeksi, Kolom

  Bahan

  Kitosan, NaOH , Cu(NO

  3 ) 2 .5H2O, Asam Asetat ,

  HNO 3, Akua steril, Aquadest, Air Sungai Belawan.

  Prosedur Penelitian Cara Pengambilan Sampel

  Teknik pengambilan sampling menggunakan teknik ”purpose random sampling”. Pada pengambilan sampel menggunakan cara point

  Larutan kitosan dimasukkan kedalam Beaker glass, kemudian ditambahkan dengan larutan Cu(NO

HASIL DAN PEMBAHASAN

  3

  Kimia FMIPA Unmul

  116

  Pada penelitian ini air sungai belawan sebagai sampel memiliki warna kuning kecoklatan agak keruh di distruksikan dengan larutan HNO 3. Kemudian mengukur absorbansi dengan menggunakan ICP-OES pada panjang gelombang tertentu. Konsentrasi sampel yang baku yang

  pekat dipanaskan hingga setengah volume awal, kemudian didinginkan dan disaring dengan kertas saring dan diencerkan kedalam labu takar 100 mL. Selanjutnya dianalisa logam Fe, Mn dan Zn dengan menggunakan ICP-OES.

  

Jurnal Kimia Mulawarman Volume 14 Nomor 2 Mei 2017 P-ISSN 1693-5616

Kimia FMIPA Unmul

E-ISSN 2476-9258

  didapat kemudian dibandingkan dengan Larutan kitosan dalam beaker glass ditambah kan konsentrasi sampel air yang menggunakan kitosan Cu(NO

  3 ) 2 0,5 M larutan dengan rasio (2:1) maka CuO.

  larutan kitosan mengental kemudian dimasukkan kedalam pompa injeksi diteteskan kelarutan

  Tabel 1. Data konsentrasi logam pada air sungai Belawan

  No Parameter Konsentrasi Baku

  Cu(NO 3 ) 2 (aq) + 2NaOH (aq) → Cu(OH) 2 + NaNO 3(aq)

  (mg/L) Mutu Cu(OH) → CuO + H O 2 (l) (s) 2 (l)

  1. Besi(Fe) 0,05051 0,3

  2. Mangan (Mn) 0,3251 0,1 Kemudian didiamkan selama 24 jam kemudian

  3. Seng (Zn) 0,06402 0,05 disaring dan dicuci dengan aquades dan dikeringkan terbentuk kitosan CuO butiran 90 10 berwarna hitam.

  [%] Tr sm an itt an ce 70 80 50

  60

3500 3000 2500 2000 1500 1000

  1

.0 .2 .6 .9 .8 .7 .5 .7 .1 .5 .4 .9 .0 .8

34 40 79 28 8 4 60 23 41 23 6 2 21 25 Wavenumber cm-1 41 5 16 15 6 12 9 23 14 8 13 83 9 24 13 5 61 12 2 54 11 2 83 10 30 8 10 6. 89 18 8. 48 66 C:\Program Files\OPUS_65\PPKS\EK\KK.1 KK Instrument type and / or accessory 04/10/2016 95 Gambar 1. Spektrum FT-IR Kitosan Komersil.

Page 1/1

] sm itt an ce [% an 80 85

  90 75 Tr 60 65 70

3500 3000 2500 2000 1500 1000

  3 34 43

.8 .4 .7 .6 .9 .9

61 23 7 37 23 8 Wavenumber cm-1 35 16 1 14 58 9 10 5 95 41 84 9. 4. 65 41 61 4. 48 C:\Program Files\OPUS_65\PPKS\EK\KR.4 KR Instrument type and / or accessory 04/10/2016

Gambar 2. Spektrum FT-IR Kitosan CuO

Page 1/1

  Hasil analisis spektrum infra merah dari H dapat diperjelas dengan tekukan N-H pada

  • 1

  kitosan komersil seperti pada gambar 1 diatas. bilangan gelombang 1512,58 cm . Serapan pada

  • 1

  Pada kitosan terdapat ulur O-H pada bilangan bilangan gelombang 2879,82 cm merupakan

  • 1

  gelombang 3440,01 cm yang memunculkan pita rentang C-H dari metilen (-CH2) dari rantai utama lebar dengan intentitas yang kuat. Adanya ulur N- kitin yang berbentuk siklik. Adanya vibrasi ini

  Kimia FMIPA Unmul

  • 1
  • 1

  gambar 2. Serapan pada bilangan gelombang 3500-3100 cm

  Pada proses adsorpsi dengan waktu 60 menit dan 75 menit, terjadi penurunan persentase adsorpsi, diduga karena gugus amin dan hidroksil yang terdapat pada kitosan sudah penuh mengikat komponen lain (H

  Pada logam Fe daya serap yang dihasil 69,71% namun tetap terjadi penurun kadar logam. Larutan kitosan mencapai titik optimum pada lama perendaman selama 45 menit sehingga setelah mencapai titik tersebut daya serap larutan kitosan mengalami penurunan. Jika Dalam adsorpsi telah tercapai massa optimum, maka selanjutnya tidak akan terjadi kenaikan atau penurunan adsorpsi, akan tetapi bersifat statis dan relatif konstan.

  Dalam adsorbsi logam dengan komposit kitosan CuO pada air sungai diperoleh Fe 69,71%, Mn 90,35%, Zn 92,05%. Dengan memvariasikan waktu , karena Lamanya waktu perendaman merupakan lamanya kontak larutan kitosan proses adsorbsi logam. Lama waktu perendaman mempengaruhi gugus amino dalam mengikat logam Fe, Mn dan Zn . Semakin lama waktu perendaman dengan larutan komposit kitosan- CuO, maka semakin banyak kadar ion logam berat yang diikat oleh gugus amino. Namun berdasarkan hasil penelitian menunjukkan jika pada lama perendaman 45 menit lebih efektif daya serap yang dihasilkan pada Mn 90,35% dan Zn 92,05%.

  Gambar 3. Kurva Hubungan Antara Waktu Kontak Dengan Daya Serap (a) logam Fe, (b) logam Mn, (c) logam Zn.

  Kitosan CuO yang berwana hitam berbentuk butiran-butiran pasir di masukkan ke dalam kolom sebanyak 15 g dan kemudian ditambahkan sampel terjadi gelembung- gelumbung dan air sampel menjadi berwarna biru muda dan terbentukendapan kecoklatan kemudian setalah 15 menit disaring dan menghasilkan filtrat berwarna biru muda bening dilakukan pengulangan yang sama pada rentang waktu 30 menit, 45 menit, 60 menit dan 75 menit. Kemudian di analisa dengan menggunakan ICP- OES. Hubungan antara waktu kontak dan persen daya sarap yang dapat dlihat pada gambar 3. dimana pada waktu kontak selama 45 menit mengalami kenaikan daya serap yang sangat signifikan, sedangkan antara kontak waktu 45 menit menuju 60 dan 75 menit daya serap menurun. terdapat perbedaan sedikit sedangkan pada logam Fe mengalami penurunan

  akibat semakin besarnya masa tereduksi dan mengikat senyawa kompleks.

  tidak ditemukan puncak yang spesifik karena pada daerah ini terdapat uluran O- H yang tumpang tindih dengan ulur N-H yang memiliki daerah pergeseran yang lebih lebar karena pada N-H telah terikat tembaga. Adanya uluran N-H yang terikat dengan tembaga diperjelas dengan adanya tekukan yang mengalami pergeseran ke bilangan gelombang yang lebih kecil yaitu dari bilangan gelombang 1512,58 menjadi 1458,99cm

  3 -).

  terdapat rentang C=O yang berasal dari gugus amida (-NHCOCH

  . Pada bilangan gelombang 1641,75 cm

  diperjelas dengan adanya tekuk C-H dari metil maupun metilen pada bilangan gelombang 1383,18 cm

  • 1
  • 1
    • ) atau sudah jenuh. Pada kondisi adsorpsi yang terlalu lama, kemungkinan ion logam yang sudah terikat oleh adsorben (kitosan) dapat terlepas lagi atau terjadi desorpsi [8]. Atau disebabkan oleh suhu yang rendah (suhu kamar), sehingga ikatan yang terjadi bersifat ikatan lemah. Semakin lama proses adsorpsi berlangsung, maka larutan akan semakin basa, sehingga daya adsorpsi kitosan menurun dan semakin tidak efektif.

  Kimia FMIPA Unmul

  118

  Kimia FMIPA Unmul

  Mutia Khairuni Studi Penggunaan Kitosan

  Pada logam Mn dan Fe diperoleh adsorbsi Mn lebih tinggi dibandingkan Fe. Jika berdasarkan sifat unsur logam seharusnya unsur logam Fe lebih tinggi dibandingkan Mn. Karena posisi unsur logam Fe terletak disebalah kanan unsur logam Mn dimana energi ionisasi unsur logam Fe lebih besar, karena semakin ke kanan gaya tarik inti makin kuat, sifat keelektronegatifan lebih besar dan kereaktifannya lebih reaktif dibandingkan unsur logam Mn . Pada hasil penelitian rendahnya daya serap logam Fe dapat terjadi karena faktor-faktor yang mempengaruhi proses adsorpsi sepertiukuran partikel, konsentrasi, dan suhu [9].

  

Jurnal Kimia Mulawarman Volume 14 Nomor 2 Mei 2017 P-ISSN 1693-5616

Kimia FMIPA Unmul

  E-ISSN 2476-9258

KESIMPULAN [4] Elwakeel, Khalid Z, Guibal, Eric. 2015.

  Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa

  Arsenic(V) Soption Using 2 Chitosan/Cu(OH) and Chitosan/CuO.

1. Kadar logam berat yang terdapat pada air

  Charbohydrate Polymers.,134: 190-24 sungai Belawan yaitu logam Fe diperoleh 0,05051 mg/l, logam Mn 0,3251 mg/l, dan

  oleh Kitosan Hasil Isolasi Kitin Cangkang

  logam Zn 0,06402. Setelah menggunakan

  Kepiting Bakau (Scylla sp). Jurnal Ilmu

  kitosan kadar logam menurun dengan daya Dasar. 8(1): 30-36. serap Fe 69,71%, Mn 90,35%, Zn 92,05%.

  [6] Muhadi, Risfidian. 2011. Preparasi Dan Lama perendaman kitosan CuO berpengaruh 2.

  Karakterisasi Kompleks Kitosan Hidrogel-

  nyata terhadap penurunan kadar logam berat FMIPA. Universitas Tembaga(II). Fe, Zn dan Mn air sungai Belawan. Untuk

  Sriwijaya: vol.2 NO.1 Mei 2011:35-43 perlakuan perendaman terbaik, yaitu 45 menit [7] Nuralam, Endoraza. 2012. Pemanfaatan dengan daya serap Fe 69,71%, Mn 90,35%,

  Limbah Kulit Kepiting Menjadi Kitosan Zn 92,05%. Sebagai Penjernih Air Pada Air Rawa Dan Air Sungai. Teknik kimia. Universitas

DAFTAR PUSTAKA

  Sriwijaya: No. 4, vol.8, [1] Yeanny, M. S. 2005. Pengaruh Aktivitas

  [8] Khotimah, Nurul. 2010. Adsorpsi Logam

  Masyarakat terhadap Kualitas Air dan Kromium (IV) oleh Biomassa Chara Keanekaragaman Plankton di Sungai Fragilis Menggunakan Spektroskopi Belawan Medan. Medan:Jurnal Komunikasi Serapan Atom [PKM-GT]. Surakarta:

  Penelitian 17 (2) Universitas Sebelas Maret [2] Schmul, R, Krieg HM, Keizer, K. 2001.

  [9] Sugita, P, Wukirsari, T, Sjahriza, A,

  Adsorption of Cu(II) and Cr(VI) ions by

  Wahyono, D.2009. Kitosan Sumber

  chitosan kinetic and equilibrium studies, Biomaterial Masa Depan. Bogor: IPB Press

  from http://www.wrc.org.za [3] Trimurni, A, Harry, A, Wandania, F.

  Laporan Akhir Penelitian Riset Pembinaan Iptek Kedokteran. 2006.Medan: Fakultas

  Kedokteran Gigi USU, 16-8, 27-30, 37-9.

  Kimia FMIPA Unmul

Dokumen yang terkait

UJI FITOKIMIA, TOKSISITAS DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI n-HEKSAN DAN ETIL ASETAT TERHADAP EKSTRAK JAHE MERAH (Zingiber officinale var. amarum.) PHYTOCHEMICAL, TOXICITY AND ACTIVITY ANTIOXIDANT FRACTION n- HEXANE AND ETHYL ACETATE EXTRACT OF RED GINGER

0 0 5

View of UJI TOKSISITAS (Brine Shrimp Lethality Test) DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DARI DAUN SINTRONG (Crassocephalum Crepidioides) DENGAN METODE 2,2-diphenyl-1-picrylhidrazil (DPPH)

0 0 6

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA KIMIA DARI EKSTRAK n-HEKSAN BATANG BENALU TANAMAN JERUK (Dendrophtoe pentandra (L.)Miq.) ISOLATION AND IDENTIFICATION OF CHEMICAL COMPOUND FROM n-HEXANE EXTRACT OF ORANGE STEM PARASITE (Dendrophtoe pentandra (L.)Miq.)

1 1 6

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MEMBRAN SELULOSA ASETAT-PVC DARI ECENG GONDOK (Eichhornia crassipes) UNTUK ADSORPSI LOGAM TEMBAGA (II) SYNTHESIS AND CHARACTERIZATION OF CELLULOSE ACETATE MEMBRANE- PVC FROM WATER HYACINTH (Eichhornia crassipes) FOR COPPER (II)

0 0 7

UJI FITOKIMIA, TOKSISITAS SERTA ANTIOKSIDAN EKSTRAK PROPOLIS PEMBUNGKUS MADU LEBAH Trigona Incisa DENGAN METODE 2,2-diphenyl-1- picrylhidrazyl (DPPH) THE PHYTOVHEMICAL TEST, BRINE SHRIMP LETHALITY TEST, AND ACTIVITY

0 1 7

RICE HUSK SILICA-COATED MAGNETIC PARTICLES AS A LOW COST SUPPORT MATERIAL FOR CRUDE Pseudomonas aeruginosa LIPASE IMMOBILIZATION

0 0 10

ANALISIS SIFAT TERMAL DAN UJI KELARUTAN DARI KARET ALAM SIKLIS DAN KARET ALAM CAIR SIKLIS ANALYSIS OF THERMAL PROPERTIES AND SOLUBILITY TEST OF CYCLIC NATURAL RUBBER AND CYCLIC LIQUID NATURAL RUBBER

0 0 5

SINTESIS DIALDEHID ALGINAT MELALUI REAKSI OKSIDASI NATRIUM ALGINAT DENGAN NATRIUM METAPERIODAT SYNTHESIS OF DIALDEHYDE ALGINATE BY OXIDATION REACTON SODIUM ALGINATE WITH SODIUM METAPERIODATE

0 0 5

KORELASI KADAR TOTAL LOGAM Pb TERHADAP KADAR PROTEIN PADA UDANG PUTIH (Penaeus marguiensis) YANG DIAMBIL DI PESISIR PULAU BUNYU KALIMANTAN UTARA CORRELATION LEVEL OF TOTAL METAL Pb CONTENT OF PROTEIN ON WHITE SHRIMP (Penaeus marguiensis) TAKEN IN COASTAL

0 1 7

PEMBUATAN NANOKOMPOSIT POLIVINIL ALKOHOLNANOSERAT SELULOSA YANGDIISOLASI DARI TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT (ELAEIS GUINEENSISJACK) DENGAN METODE LEDAK UAP THE MANUFACTURE OF NANOCOMPOSITES POLYVINYL ALCOHOLCELLULOSE NANOFIBER ISOLATED FROM EMPTY BUNCH FRUIT

0 1 7