Analisis Kepemimpinan berdasarkan Teori. dco
“Analisis Kepemimpinan berdasarkan Teori Perilaku dan Teori Penerimaan
di MI Muhammadiyah 5 Wonoasri, Ponorogo”
Tugas ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Manajemen Kepemimpinan dan Kependidikan Islam
Dosen Pengampu :
Dr. Afiful Ikhwan, M.Pd.I
Disusun Oleh:
Alif Yaya Zunaidi
16160074
PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER PENDIDIKAN ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
2017
0
Analisis Kepemimpinan berdasarkan Teori Perilaku dan Teori Penerimaan
di MI Muhammadiyah 5 Wonoasri, Ponorogo
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tercapainya tujuan dari pendidikan, khususnya dalam pendidikan Islam adalah
sebuah harapan dari semua pihak, baik dari penyelenggara pendidikan, peserta didik
dan masyarakat luas. Oleh karena itu, diperlukan sinergi yang baik di antara ketiga
pihak tersebut. Masyarakat luas yang notabene adalah konsumen atau pihak yang
membutuhkan jasa pendidikan bagi anak-anak mereka, tentu akan sangat selektif
dalam memilih lembaga pendidikan. Hal inilah yang menjadi tantangan bagi lembaga
pendidikan khususnya lembaga pendidikan islam dewasa ini. Hal ini menjadikan tiap
lembaga pendidikan Islam berlomba-lomba untuk meningkatkan kualitas, baik dari
segi sarana prasarana, tenaga pendidikan, dan metode, serta segala sesuatu yang
dibutuhkan dalam penyelenggaraan pendidikan.
Islam memandang bahwa kepemimpinan harus dipegang oleh sosok yang
mampu dan dapat menempatkan diri sebagai pembawa obor kebenaran. Dalam asas
dan prinsip ajaran Islam; pemimpin adalah hamba Allah, membebaskan manusia dari
ketergantungan kepada siapa pun, melahirkan konsep kebersamaan antar manusia,
menyentuh aspek hubungan manusia dengan manusia dengan manusia dan alam
sekitar, membenarkan seseorang taat kepada pemimpin selama tidak bermaksiat dan
melanggar aturan Allah,. Kepemimpinan merupakan tanggung beban dan tanggung
jawab, bukan kemuliaan.
Peran seorang pemimpin dalam sebuah lembaga atau organisasi menjadi kunci
pokok. Yaitu, seorang pemimpin lembaga yang mempunyai visi dan misi yang
berorientasi ke depan serta mempunyai karakter yang mampu menjadi contoh bagi
orang-orang yang dipimpinnya. Kepemimpinan pendidikan islam harus mampu
memberikan kontribusi signifikan minimal tawaran konsep bagi problematika
kependidikan instusional dan nasional terlebih dalam pendidikan islam. 1Makalah ini
1
Baharuddin & Umiarso. Kepemimpinan Pendidikan Islam Antara Teori dan Praktik. (Jogjakarta: ArRuzz Media,2012), Hlm. 13.
1
memfokuskan pembahasan tentang kepemimpinan berdasarkan teori perilaku dan
teori penerimaan
BAB II
PEMBAHASAN
Secara etimologi, kepemimpinan berasal dari kata dasar pemimpin. Dalam bahasa
inggris, leadership yang berarti kepemimpinan, dari kata dasar leader berarti pemimpin dan
akart katanya to lead yng terkandung berarti arti yang sling erat berhubungan adalah bergerak
lebih awal, berjalan di awal, mengambil langkah awal, berbuat paling dulu, memelopori,
mengasahkan mengarahkan pikiran pendapat orang lain, membimbing, menuntut dan
menggerakkan orang lain melalui pengaruhnya. 2
Kepemimpinan adalah suatu kekuatan penting dalam rangka pengelolaan sehingga
kemampuan pemimpin secara efektif merupakan kunci keberhasilan organisasi. Maka, esensi
kepemimpinan adalah kepengikutan kemauan orang lain untuk mengikuti keinginan
pemimpin.3 Sudarwan Danim sendiri mendefinisikan kepemimpinan adalah setiap tindakan
yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk mengkoordinasi dan memberi arah
kepada individu atau kelompok lain yang tergabung dalam wadah tertentu untuk mencapai
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya
Dari berbagai pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa kepemimpinan adalah
kemampuan seseorang dalam untuk mempengaruhi orang lain agar orang tersebut mau
bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Kepemimpinan telah dipelajari melalui berbagai cara yang berbeda-beda, tergantung
pada konsepsi kepemimpinan dan pilihan metodologi para penelitiannya. Sehingga studi
kepemimpinan hanya memperlakukan atau dihadapkan pada satu aspek yang sempit, seperti
pengaruh bawahan atau sifat pribadi atau perilaku. Makalah ini membahas terkait analisis
kepemimpinan berdasarkan teori perilaku dan teori penerimaan yang akan di uraikan sebagai
berikut:
A.
Analisis kepemimpinan berdasarkan teori perilaku
2
3
Mangunharjana.Kepemimpinan, ( Yogjakarta: Kanisius, 2004), hlm.1.
Wahjosumidjo. Kepemimpinan Kepala Sekolah. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2008), hlm.4
2
Dalam penelitian mengenai perilaku pemimpin telah didominasi oleh suatu
fokus pada sejumlah kecil aspek dari perilaku. Kebanyakan studi mengenai perilaku
kepemimpinan selama periode tersebut menggunakan kuesioner untuk mengukur
perilaku yang berorientasi pada tugas dan yang berorientasi pada hubungan. Beberapa
studi telah dilakukan untuk melihat bagaimana perilaku tersebut dihubungkan dengan
kriteria tentang efektivitas kepemimpinan seperti kepuasan dan kinerja bawahan.
Peneliti-peneliti lainnya menggunakan eksperimen laboratorium atau lapangan untuk
menyelidiki bagaimana perilaku pemimpin mempengaruhi kepuasan dan kinerja
bawahan.
Teori perilaku kepemimpinan (behavioral theory of leadership) ini didasari
pada keyakinan bahwa pemimpin yang hebat merupakan hasil bentukan atau dapat
dibentuk,
bukan
dilahirkan
(leader
aremade,
nor
born).
Berakar
pada
teori behaviorisme,teori kepemimpinan ini berfokus pada tindakan pemimpin, bukan
pada kualitas mental atau internal. Menurut teori ini, orang bisa belajar untuk menjadi
pemimpin, misalnya, melalui pelatihan atau observasi.4
Dalam pendekatan perilaku ini memandang bahwa kepemimpinan dapat
dipelajari dari pola tingkah laku, dan bukan dari sifat-sifat (traits) pemimpin. Alasannya
sifat seseorang sukar untuk diidentifikasi. Beberapa ahli berkeyakinan bahwa perilaku
dapat dipelajari, hal ini berarti orang yang dilatih dalam perilaku kepemimpinan yang
tepat akan dapat memimpin secara efektif.5 Namun demikian, keefektifan perilaku
kepemimpinan ini dipengaruhi oleh beberapa variabel. Jadi perilaku tidak mutlak
menentukan keberhasilan suatu kepemimpinan.
Konsep perilaku kepemimpinan ini muncul karena menganggap bahwa konsep
sifat kepemimpinan tidak mampu menghasilkan kepemimpinan yang efektif, karena
sifat sulit untuk diidentifikasi. Yulk sebagaimana yang dikutip Marno dkk, menjelaskan
bahwa perilaku pemimpin terhadap bawahan ada 4 bentuk perilaku, yaitu:
1.
2.
3.
4.
ada yang lebih menekankan pada tugas
ada yang lebih mementingkan pada hubungan.
ada yang mementingkan kedua-duanya
ada yang mengabaikan kedua-duanya.6
4
Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 91
Ibid.,92
6
Marno dan Triyo Supriyatno, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam, (Bandung: Refika
Abditama, 2008), hal. 39
5
3
Ada juga peneliti yang mengatakan bahwa perwujudan perilaku pemimpin
dengan orientasi bawahan:
1. penekanan pada hubungan atasan-bawahan,
2. perhatian pribadi pimpinan pada pemuasan kebutuhan para bawahannya
3. menerima perbedaan-perbedaan kepribadian, kemampuan dan perilaku yang terdapat
dalam diri dari para bawahan.
Pemimpin berusaha keras tidak menyakiti bawahannya. Penjabaran perilaku
pemimpin terhadap bawahan tersebut dapat dirinci sebagai berikut:
High-high berarti pemimpin tersebut memiliki hubungan tinggi dan orientasi tugas
1.
yang tinggi juga.
2. High task-low relation, pemimpin tersebut memiliki orientasi tugas yang tinggi, tetapi
rendah hubungan terhadap bawahan.
3. Low task-high relation, pemimpin tersebut lebih mementingkan hubungan dengan
bawahan, dengan sedikit mengabaikan tugas. Teori ini disebut dengan Konsiderasi
yaitu kecenderungan seorang pemimpin yang menggambarkan hubungan akrab
dengan bawahan. Contoh gejala yang ada dalam hal ini seperti: membela bawahan,
memberi masukan kepada bawahan dan bersedia berkonsultasi dengan bawahan
4. Low task-low relation, orientasi tugas lemah, hubungan dengan bawahan juga lemah.7
B.
Analisis kepemimpinan berdasarkan teori penerimaan
Pendekatan
kepemimpinan
berdasarkan
penerimaan
menganggap
bahwa
kepemimpinan merupakan kemampuan mempengaruhi perilaku para bawahan
sedemikian rupa sehingga mereka mau dan mampu dan bahkan menyenangi bertindak
sesuai dengan keinginan dan harapan pimpinan dalam rangka pencapaian tujuan
organisasi.8 Agar pimpinan mampu mempengaruhi perilaku para bawahannya, ia perlu
mengenali karakteristik, kepentingan, kebutuhan, kecenderungan perilaku dan
kemampuan mereka. Melakukan hal tersebut jelas sulit.
Dewasa ini telah umum diterima sebagai kebenaran ilmiah bahwa manusia adalah
makhluk sangat kompleks. Karena kali ini sengaja dilakukan pembatasan dari materi
yaitu hanya pada berbagai kepentingan dan kebutuhan manusia dikaitkan dengan
7
Marno dan Triyo Supriyatno, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam, (Bandung: Refika
Abditama, 2008), hal. 39
8
Kartono, Kartini. Pemimpin dan Kepemimpinan. (Jakarta: Rajawali Pers,2011),26.
4
kepemimpinan. Kepentingan tersebut terbagi atas kepentingan politik, kepentingan
ekonomi, dan kepentingan social
Kegiatan manusia secara bersama-sama selalu membutuhkan kepemimpinan.
Untuk berbagai usaha dan kegiatannya diperlukan upaya yang terencana dan sistematis
dalam melatih dan mempersiapkan pemimpin baru. Oleh karena itu, banyak studi dan
penelitian dilakukan orang untuk mempelajari masalah pemimpin dan kepemimpinan
yang menghasilkan berbagai teori tentang kepemimpinan. Teori kepemimpinan
merupakan penggeneralisasian suatu seri perilaku pemimpin dan konsep-konsep
kepemimpinannya, dengan menonjolkan latar belakang historis, sebab-sebab timbulnya
kepemimpinan, persyaratan pemimpin, sifat utama pemimpin, tugas pokok dan
fungsinya serta etika profesi kepemimpinan.9
Kepemimpinan tidak akan terjadi dalam satu kevakuman sosial atau lingkungan.
Para pemimpin mencoba melakukan pengaruhnya kepada anggota kelompok dalam
kaitannya dengan situasi yang spesifik.Karena situasi dapat sangat bervariasi sepanjang
dimensi yang berbeda, oleh karenanya hanya masuk akal untuk memperkirakan bahwa
tidak ada satu gaya atau pendekatan kepemimpinan yang akan selalu terbaik. Namun,
sebagaimana telah kita pahami bahwa strategi yang paling efektif akan bervariasi dari
satu situasi ke situasi lainnya
Penerimaan kenyataan dasar ini melandasi teori tentang efektifitas pemimpin yang
dikembangkan oleh Fiedler, yang menerangkan teorinya sebagai Contingency
Approach.Asumsi sentral teori ini adalah bahwa kontribusi seorang pemimpin kepada
kesuksesan kinerja oleh kelompoknya adalah ditentukan oleh kedua hal yakni
karakteristik pemimpin dan dan oleh berbagai variasi kondisi dan situasi. Untuk dapat
memahami
secara
lengkap
efektifitas
pemimpin,
kedua
hal tersebut
harus
dipertimbangkan.10
1. Aturan Penerimaan
Jika penerimaan dari satu pemecahan oleh para bawahan adalah penting dan
terdapat suatu ketidakpastian tentang akan diterimanya suatu keputusan otokratik.
2. Aturan Konflik
9
Ibid.,27.
Kartono, Kartini. Pemimpin dan Kepemimpinan. (Jakarta: Rajawali Pers,2011),29.
10
5
Jika penerimaan dari suatu pemecahan oleh kelompok adalah pening dan jika
suatu keputusan otokratik tidak akan diterima, dan jika ada kemungkinan
ketidaksetujuan anatara bawahan yang berusaha memecahkan persoalan, maka
gaya kepemimpinan harus memberikan kesempatan kepada pihak – pihak yang
tidak setuju untuk mengatasi perbedaan mereka, dan memberikan kepada mereka
pengetahuan selengkapnya dari persoalan.
3. Aturan kewajaran
Jika penerimaan oleh kelompok penting tetapi mutu dari keputusan tdak penting,
maka gaya kepemimpinan harus memberikan peluan kepada bawahan untuk
berinteraksi dan berunding tentang apa pemecahan yang wajar.
4. Aturan prioritas penerimaan
Jika penerimaan dari pemecahan penting, tidak dapat dipastikan sebagai hasil dari
suatu keputusan otokratik, dan jika bawahan berkemauan untuk mengarah ke
tujuan organisasi dalam mencarai suatu pemechan, maka gaya kepemimpinan
yang diinginkan adalah yang memberikan kesamaan hak kepada anggota tanpa
merugikan mutu pemecahan, karena ini akan menghasilkan penerimaan yang lebih
besar dari keputusan.
Kepemimpinan di MI Muhammadiyah 5 Wonoasri
Kepala MI Muhammadiyah 5 Wonoasri, sejak didirikan tahun 1963, telah berganti
sebanyak empat kali. Urutan Kepala madrasah
Bapak Soeradji. ( 1963-1993 ), Bapak
Musolli ( 1993-2006 ), Bapak Samsu Priasmoro, SH ( 2006-2016 ), dan Bapak Afwan Khoiri,
S.Pd ( 2016 –sekarang). Menurut Bapak Samsu Priasmoro, sejarah MI Muhammadiyah 5
Wonoasri dimulai saat berdiri tahun 1958, namun belum terdaftar di Departemen Agama saat
itu. Baru pada tahun 1963, mendapat Sertifikat pendirian Sekolah/Madrasah sehingga secara
sah mendapat pengakuan dari pemerintah sebagai lembaga pendidikan formal.
Bapak Soeradji merupakan salah satu pendiri MI Muhammadiyah 5 Wonoasri. Beliau
memanfaatkan tanah wakaf di dusun Wonoasri , desa Plalangan untuk mendirikan sebuah
lembaga pendidikan. Dengan berbekal semangat untuk amar ma’ruf nahi munkar, jalur
pendidikan merupakan langkah hidup beliau. Meskipun pada awal berdiri belum mempunyai
gedung sendiri, namun hal itu tudak menyurutkan langkah beliau dan guru-guru yang lain
untuk mendidik siswanya. Hal ini karena keprihatinan beliau terhadap kondisi sosial dusun
Wonoasri yang kurang dalam kegiatan agamanya.
6
Beliau mengajak orang lain untuk ikut mengajar di MI Wonoasri. Hal ini sesuai
dengan teori penerimaan bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan mempengaruhi
perilaku para bawahan sedemikian rupa sehingga mereka mau dan mampu dan bahkan
menyenangi bertindak sesuai dengan keinginan dan harapan pimpinan dalam rangka
pencapaian tujuan organisasi.
Teori penerimaan ini juga berlaku bagi kepala Madrasah selanjutnya. Bapak Musolli
tidak menjabat kepala lagi karena beliau pensiun dari tugas kedinasan di Kementerian
Agama. Bapak Samsu Priasmoro tidak menjabat kepala lagi karena terbentur dengan aturan
kepala sekolah tidak boleh menjabat selama dua periode berturut-turut.
Gaya kepemimpinan kepala madrasah adalah demokratis. Setiap guru berhak untuk
menyampaikan aspirasinya dan tanpa rasa takut. Setiap ada pertemuan dewan guru, selalu
dibahas bagaimana cara untuk memajukan madrasah , sehingga semakin maju, diminati oleh
masyarakat, prestasi siswa meningkat, dan lain-lain.
BAB III
KESIMPULAN
Teori perilaku kepemimpinan (behavioral theory of leadership) didasari pada
keyakinan bahwa pemimpin yang hebat merupakan hasil bentukan atau dapat dibentuk,
bukan dilahirkan (leader aremade, nor born). Berakar pada teori behaviorisme, teori
kepemimpinan ini berfokus pada tindakan pemimpin, bukan pada kualitas mental atau
internal. Menurut teori ini, orang bisa belajar untuk menjadi pemimpin, misalnya, melalui
pelatihan atau observasi.
7
Pendekatan
kepemimpinan
berdasarkan
penerimaan
menganggap
bahwa
kepemimpinan merupakan kemampuan mempengaruhi perilaku para bawahan sedemikian
rupa
sehingga
mereka
sesuai dengan keinginan
mau
dan
dan
ahrapan
mampu
dan
pimpinan
bahkan
dalam
menyenangi
rangka
bertindak
pencapaian
tujuan
organisasi. Agar pimpinan mampu mempengaruhi perilaku para bawahannya, ia perlu
mengenali karakteristik, kepentingan, kebutuhan, kecenderungan perilaku dan kemampuan
mereka. Melakukan hal tersebut jelas sulit
DAFTAR PUSTAKA
Wahyosumidjo. 2002. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Raihani. 2010. Kepemimpinan Sekolah Transformatif. Yogjakarta : PT LKIS Printing
Cemerlang
Muslimin,Imam. 2013. Pemimpin Perubahan Model Kepemimpinan dalam Transisi
Perubahan Kelembagaan. Malang : UIN – MALIKI PRESS.
Fattah, Nanang. 2004. Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
8
Marno, Triyo Supriyatno. 2008. Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam, Bandung:
Refika Abditama,
Kartono, Kartini. 2011. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: Rajawali Pers.
telah diunggah di :
http://alifyz.blogspot.co.id/2018/01/analisis-kepemimpinan-berdasarkan-teori.html
9
di MI Muhammadiyah 5 Wonoasri, Ponorogo”
Tugas ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Manajemen Kepemimpinan dan Kependidikan Islam
Dosen Pengampu :
Dr. Afiful Ikhwan, M.Pd.I
Disusun Oleh:
Alif Yaya Zunaidi
16160074
PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER PENDIDIKAN ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
2017
0
Analisis Kepemimpinan berdasarkan Teori Perilaku dan Teori Penerimaan
di MI Muhammadiyah 5 Wonoasri, Ponorogo
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tercapainya tujuan dari pendidikan, khususnya dalam pendidikan Islam adalah
sebuah harapan dari semua pihak, baik dari penyelenggara pendidikan, peserta didik
dan masyarakat luas. Oleh karena itu, diperlukan sinergi yang baik di antara ketiga
pihak tersebut. Masyarakat luas yang notabene adalah konsumen atau pihak yang
membutuhkan jasa pendidikan bagi anak-anak mereka, tentu akan sangat selektif
dalam memilih lembaga pendidikan. Hal inilah yang menjadi tantangan bagi lembaga
pendidikan khususnya lembaga pendidikan islam dewasa ini. Hal ini menjadikan tiap
lembaga pendidikan Islam berlomba-lomba untuk meningkatkan kualitas, baik dari
segi sarana prasarana, tenaga pendidikan, dan metode, serta segala sesuatu yang
dibutuhkan dalam penyelenggaraan pendidikan.
Islam memandang bahwa kepemimpinan harus dipegang oleh sosok yang
mampu dan dapat menempatkan diri sebagai pembawa obor kebenaran. Dalam asas
dan prinsip ajaran Islam; pemimpin adalah hamba Allah, membebaskan manusia dari
ketergantungan kepada siapa pun, melahirkan konsep kebersamaan antar manusia,
menyentuh aspek hubungan manusia dengan manusia dengan manusia dan alam
sekitar, membenarkan seseorang taat kepada pemimpin selama tidak bermaksiat dan
melanggar aturan Allah,. Kepemimpinan merupakan tanggung beban dan tanggung
jawab, bukan kemuliaan.
Peran seorang pemimpin dalam sebuah lembaga atau organisasi menjadi kunci
pokok. Yaitu, seorang pemimpin lembaga yang mempunyai visi dan misi yang
berorientasi ke depan serta mempunyai karakter yang mampu menjadi contoh bagi
orang-orang yang dipimpinnya. Kepemimpinan pendidikan islam harus mampu
memberikan kontribusi signifikan minimal tawaran konsep bagi problematika
kependidikan instusional dan nasional terlebih dalam pendidikan islam. 1Makalah ini
1
Baharuddin & Umiarso. Kepemimpinan Pendidikan Islam Antara Teori dan Praktik. (Jogjakarta: ArRuzz Media,2012), Hlm. 13.
1
memfokuskan pembahasan tentang kepemimpinan berdasarkan teori perilaku dan
teori penerimaan
BAB II
PEMBAHASAN
Secara etimologi, kepemimpinan berasal dari kata dasar pemimpin. Dalam bahasa
inggris, leadership yang berarti kepemimpinan, dari kata dasar leader berarti pemimpin dan
akart katanya to lead yng terkandung berarti arti yang sling erat berhubungan adalah bergerak
lebih awal, berjalan di awal, mengambil langkah awal, berbuat paling dulu, memelopori,
mengasahkan mengarahkan pikiran pendapat orang lain, membimbing, menuntut dan
menggerakkan orang lain melalui pengaruhnya. 2
Kepemimpinan adalah suatu kekuatan penting dalam rangka pengelolaan sehingga
kemampuan pemimpin secara efektif merupakan kunci keberhasilan organisasi. Maka, esensi
kepemimpinan adalah kepengikutan kemauan orang lain untuk mengikuti keinginan
pemimpin.3 Sudarwan Danim sendiri mendefinisikan kepemimpinan adalah setiap tindakan
yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk mengkoordinasi dan memberi arah
kepada individu atau kelompok lain yang tergabung dalam wadah tertentu untuk mencapai
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya
Dari berbagai pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa kepemimpinan adalah
kemampuan seseorang dalam untuk mempengaruhi orang lain agar orang tersebut mau
bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Kepemimpinan telah dipelajari melalui berbagai cara yang berbeda-beda, tergantung
pada konsepsi kepemimpinan dan pilihan metodologi para penelitiannya. Sehingga studi
kepemimpinan hanya memperlakukan atau dihadapkan pada satu aspek yang sempit, seperti
pengaruh bawahan atau sifat pribadi atau perilaku. Makalah ini membahas terkait analisis
kepemimpinan berdasarkan teori perilaku dan teori penerimaan yang akan di uraikan sebagai
berikut:
A.
Analisis kepemimpinan berdasarkan teori perilaku
2
3
Mangunharjana.Kepemimpinan, ( Yogjakarta: Kanisius, 2004), hlm.1.
Wahjosumidjo. Kepemimpinan Kepala Sekolah. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2008), hlm.4
2
Dalam penelitian mengenai perilaku pemimpin telah didominasi oleh suatu
fokus pada sejumlah kecil aspek dari perilaku. Kebanyakan studi mengenai perilaku
kepemimpinan selama periode tersebut menggunakan kuesioner untuk mengukur
perilaku yang berorientasi pada tugas dan yang berorientasi pada hubungan. Beberapa
studi telah dilakukan untuk melihat bagaimana perilaku tersebut dihubungkan dengan
kriteria tentang efektivitas kepemimpinan seperti kepuasan dan kinerja bawahan.
Peneliti-peneliti lainnya menggunakan eksperimen laboratorium atau lapangan untuk
menyelidiki bagaimana perilaku pemimpin mempengaruhi kepuasan dan kinerja
bawahan.
Teori perilaku kepemimpinan (behavioral theory of leadership) ini didasari
pada keyakinan bahwa pemimpin yang hebat merupakan hasil bentukan atau dapat
dibentuk,
bukan
dilahirkan
(leader
aremade,
nor
born).
Berakar
pada
teori behaviorisme,teori kepemimpinan ini berfokus pada tindakan pemimpin, bukan
pada kualitas mental atau internal. Menurut teori ini, orang bisa belajar untuk menjadi
pemimpin, misalnya, melalui pelatihan atau observasi.4
Dalam pendekatan perilaku ini memandang bahwa kepemimpinan dapat
dipelajari dari pola tingkah laku, dan bukan dari sifat-sifat (traits) pemimpin. Alasannya
sifat seseorang sukar untuk diidentifikasi. Beberapa ahli berkeyakinan bahwa perilaku
dapat dipelajari, hal ini berarti orang yang dilatih dalam perilaku kepemimpinan yang
tepat akan dapat memimpin secara efektif.5 Namun demikian, keefektifan perilaku
kepemimpinan ini dipengaruhi oleh beberapa variabel. Jadi perilaku tidak mutlak
menentukan keberhasilan suatu kepemimpinan.
Konsep perilaku kepemimpinan ini muncul karena menganggap bahwa konsep
sifat kepemimpinan tidak mampu menghasilkan kepemimpinan yang efektif, karena
sifat sulit untuk diidentifikasi. Yulk sebagaimana yang dikutip Marno dkk, menjelaskan
bahwa perilaku pemimpin terhadap bawahan ada 4 bentuk perilaku, yaitu:
1.
2.
3.
4.
ada yang lebih menekankan pada tugas
ada yang lebih mementingkan pada hubungan.
ada yang mementingkan kedua-duanya
ada yang mengabaikan kedua-duanya.6
4
Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 91
Ibid.,92
6
Marno dan Triyo Supriyatno, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam, (Bandung: Refika
Abditama, 2008), hal. 39
5
3
Ada juga peneliti yang mengatakan bahwa perwujudan perilaku pemimpin
dengan orientasi bawahan:
1. penekanan pada hubungan atasan-bawahan,
2. perhatian pribadi pimpinan pada pemuasan kebutuhan para bawahannya
3. menerima perbedaan-perbedaan kepribadian, kemampuan dan perilaku yang terdapat
dalam diri dari para bawahan.
Pemimpin berusaha keras tidak menyakiti bawahannya. Penjabaran perilaku
pemimpin terhadap bawahan tersebut dapat dirinci sebagai berikut:
High-high berarti pemimpin tersebut memiliki hubungan tinggi dan orientasi tugas
1.
yang tinggi juga.
2. High task-low relation, pemimpin tersebut memiliki orientasi tugas yang tinggi, tetapi
rendah hubungan terhadap bawahan.
3. Low task-high relation, pemimpin tersebut lebih mementingkan hubungan dengan
bawahan, dengan sedikit mengabaikan tugas. Teori ini disebut dengan Konsiderasi
yaitu kecenderungan seorang pemimpin yang menggambarkan hubungan akrab
dengan bawahan. Contoh gejala yang ada dalam hal ini seperti: membela bawahan,
memberi masukan kepada bawahan dan bersedia berkonsultasi dengan bawahan
4. Low task-low relation, orientasi tugas lemah, hubungan dengan bawahan juga lemah.7
B.
Analisis kepemimpinan berdasarkan teori penerimaan
Pendekatan
kepemimpinan
berdasarkan
penerimaan
menganggap
bahwa
kepemimpinan merupakan kemampuan mempengaruhi perilaku para bawahan
sedemikian rupa sehingga mereka mau dan mampu dan bahkan menyenangi bertindak
sesuai dengan keinginan dan harapan pimpinan dalam rangka pencapaian tujuan
organisasi.8 Agar pimpinan mampu mempengaruhi perilaku para bawahannya, ia perlu
mengenali karakteristik, kepentingan, kebutuhan, kecenderungan perilaku dan
kemampuan mereka. Melakukan hal tersebut jelas sulit.
Dewasa ini telah umum diterima sebagai kebenaran ilmiah bahwa manusia adalah
makhluk sangat kompleks. Karena kali ini sengaja dilakukan pembatasan dari materi
yaitu hanya pada berbagai kepentingan dan kebutuhan manusia dikaitkan dengan
7
Marno dan Triyo Supriyatno, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam, (Bandung: Refika
Abditama, 2008), hal. 39
8
Kartono, Kartini. Pemimpin dan Kepemimpinan. (Jakarta: Rajawali Pers,2011),26.
4
kepemimpinan. Kepentingan tersebut terbagi atas kepentingan politik, kepentingan
ekonomi, dan kepentingan social
Kegiatan manusia secara bersama-sama selalu membutuhkan kepemimpinan.
Untuk berbagai usaha dan kegiatannya diperlukan upaya yang terencana dan sistematis
dalam melatih dan mempersiapkan pemimpin baru. Oleh karena itu, banyak studi dan
penelitian dilakukan orang untuk mempelajari masalah pemimpin dan kepemimpinan
yang menghasilkan berbagai teori tentang kepemimpinan. Teori kepemimpinan
merupakan penggeneralisasian suatu seri perilaku pemimpin dan konsep-konsep
kepemimpinannya, dengan menonjolkan latar belakang historis, sebab-sebab timbulnya
kepemimpinan, persyaratan pemimpin, sifat utama pemimpin, tugas pokok dan
fungsinya serta etika profesi kepemimpinan.9
Kepemimpinan tidak akan terjadi dalam satu kevakuman sosial atau lingkungan.
Para pemimpin mencoba melakukan pengaruhnya kepada anggota kelompok dalam
kaitannya dengan situasi yang spesifik.Karena situasi dapat sangat bervariasi sepanjang
dimensi yang berbeda, oleh karenanya hanya masuk akal untuk memperkirakan bahwa
tidak ada satu gaya atau pendekatan kepemimpinan yang akan selalu terbaik. Namun,
sebagaimana telah kita pahami bahwa strategi yang paling efektif akan bervariasi dari
satu situasi ke situasi lainnya
Penerimaan kenyataan dasar ini melandasi teori tentang efektifitas pemimpin yang
dikembangkan oleh Fiedler, yang menerangkan teorinya sebagai Contingency
Approach.Asumsi sentral teori ini adalah bahwa kontribusi seorang pemimpin kepada
kesuksesan kinerja oleh kelompoknya adalah ditentukan oleh kedua hal yakni
karakteristik pemimpin dan dan oleh berbagai variasi kondisi dan situasi. Untuk dapat
memahami
secara
lengkap
efektifitas
pemimpin,
kedua
hal tersebut
harus
dipertimbangkan.10
1. Aturan Penerimaan
Jika penerimaan dari satu pemecahan oleh para bawahan adalah penting dan
terdapat suatu ketidakpastian tentang akan diterimanya suatu keputusan otokratik.
2. Aturan Konflik
9
Ibid.,27.
Kartono, Kartini. Pemimpin dan Kepemimpinan. (Jakarta: Rajawali Pers,2011),29.
10
5
Jika penerimaan dari suatu pemecahan oleh kelompok adalah pening dan jika
suatu keputusan otokratik tidak akan diterima, dan jika ada kemungkinan
ketidaksetujuan anatara bawahan yang berusaha memecahkan persoalan, maka
gaya kepemimpinan harus memberikan kesempatan kepada pihak – pihak yang
tidak setuju untuk mengatasi perbedaan mereka, dan memberikan kepada mereka
pengetahuan selengkapnya dari persoalan.
3. Aturan kewajaran
Jika penerimaan oleh kelompok penting tetapi mutu dari keputusan tdak penting,
maka gaya kepemimpinan harus memberikan peluan kepada bawahan untuk
berinteraksi dan berunding tentang apa pemecahan yang wajar.
4. Aturan prioritas penerimaan
Jika penerimaan dari pemecahan penting, tidak dapat dipastikan sebagai hasil dari
suatu keputusan otokratik, dan jika bawahan berkemauan untuk mengarah ke
tujuan organisasi dalam mencarai suatu pemechan, maka gaya kepemimpinan
yang diinginkan adalah yang memberikan kesamaan hak kepada anggota tanpa
merugikan mutu pemecahan, karena ini akan menghasilkan penerimaan yang lebih
besar dari keputusan.
Kepemimpinan di MI Muhammadiyah 5 Wonoasri
Kepala MI Muhammadiyah 5 Wonoasri, sejak didirikan tahun 1963, telah berganti
sebanyak empat kali. Urutan Kepala madrasah
Bapak Soeradji. ( 1963-1993 ), Bapak
Musolli ( 1993-2006 ), Bapak Samsu Priasmoro, SH ( 2006-2016 ), dan Bapak Afwan Khoiri,
S.Pd ( 2016 –sekarang). Menurut Bapak Samsu Priasmoro, sejarah MI Muhammadiyah 5
Wonoasri dimulai saat berdiri tahun 1958, namun belum terdaftar di Departemen Agama saat
itu. Baru pada tahun 1963, mendapat Sertifikat pendirian Sekolah/Madrasah sehingga secara
sah mendapat pengakuan dari pemerintah sebagai lembaga pendidikan formal.
Bapak Soeradji merupakan salah satu pendiri MI Muhammadiyah 5 Wonoasri. Beliau
memanfaatkan tanah wakaf di dusun Wonoasri , desa Plalangan untuk mendirikan sebuah
lembaga pendidikan. Dengan berbekal semangat untuk amar ma’ruf nahi munkar, jalur
pendidikan merupakan langkah hidup beliau. Meskipun pada awal berdiri belum mempunyai
gedung sendiri, namun hal itu tudak menyurutkan langkah beliau dan guru-guru yang lain
untuk mendidik siswanya. Hal ini karena keprihatinan beliau terhadap kondisi sosial dusun
Wonoasri yang kurang dalam kegiatan agamanya.
6
Beliau mengajak orang lain untuk ikut mengajar di MI Wonoasri. Hal ini sesuai
dengan teori penerimaan bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan mempengaruhi
perilaku para bawahan sedemikian rupa sehingga mereka mau dan mampu dan bahkan
menyenangi bertindak sesuai dengan keinginan dan harapan pimpinan dalam rangka
pencapaian tujuan organisasi.
Teori penerimaan ini juga berlaku bagi kepala Madrasah selanjutnya. Bapak Musolli
tidak menjabat kepala lagi karena beliau pensiun dari tugas kedinasan di Kementerian
Agama. Bapak Samsu Priasmoro tidak menjabat kepala lagi karena terbentur dengan aturan
kepala sekolah tidak boleh menjabat selama dua periode berturut-turut.
Gaya kepemimpinan kepala madrasah adalah demokratis. Setiap guru berhak untuk
menyampaikan aspirasinya dan tanpa rasa takut. Setiap ada pertemuan dewan guru, selalu
dibahas bagaimana cara untuk memajukan madrasah , sehingga semakin maju, diminati oleh
masyarakat, prestasi siswa meningkat, dan lain-lain.
BAB III
KESIMPULAN
Teori perilaku kepemimpinan (behavioral theory of leadership) didasari pada
keyakinan bahwa pemimpin yang hebat merupakan hasil bentukan atau dapat dibentuk,
bukan dilahirkan (leader aremade, nor born). Berakar pada teori behaviorisme, teori
kepemimpinan ini berfokus pada tindakan pemimpin, bukan pada kualitas mental atau
internal. Menurut teori ini, orang bisa belajar untuk menjadi pemimpin, misalnya, melalui
pelatihan atau observasi.
7
Pendekatan
kepemimpinan
berdasarkan
penerimaan
menganggap
bahwa
kepemimpinan merupakan kemampuan mempengaruhi perilaku para bawahan sedemikian
rupa
sehingga
mereka
sesuai dengan keinginan
mau
dan
dan
ahrapan
mampu
dan
pimpinan
bahkan
dalam
menyenangi
rangka
bertindak
pencapaian
tujuan
organisasi. Agar pimpinan mampu mempengaruhi perilaku para bawahannya, ia perlu
mengenali karakteristik, kepentingan, kebutuhan, kecenderungan perilaku dan kemampuan
mereka. Melakukan hal tersebut jelas sulit
DAFTAR PUSTAKA
Wahyosumidjo. 2002. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Raihani. 2010. Kepemimpinan Sekolah Transformatif. Yogjakarta : PT LKIS Printing
Cemerlang
Muslimin,Imam. 2013. Pemimpin Perubahan Model Kepemimpinan dalam Transisi
Perubahan Kelembagaan. Malang : UIN – MALIKI PRESS.
Fattah, Nanang. 2004. Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
8
Marno, Triyo Supriyatno. 2008. Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam, Bandung:
Refika Abditama,
Kartono, Kartini. 2011. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: Rajawali Pers.
telah diunggah di :
http://alifyz.blogspot.co.id/2018/01/analisis-kepemimpinan-berdasarkan-teori.html
9