PEMBELA HAK ASASI MANUSIA PADA ISU SUMBER DAYA ALAM DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR (Human Rights Defenders on Natural Resources Issue at South Timor Tengah Regency the Province of East Nusa Tenggara)

HAM

PEMBELA HAK ASASI MANUSIA PADA ISU SUMBER DAYA ALAM DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

(Human Rights Defenders on Natural Resources Issue at South Timor Tengah Regency

the Province of East Nusa Tenggara)

Firdaus

Peneliti pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan Hak Asasi Manusia

Kementerian Hukum dan HAM R.I. Jl. HR. Rasuna Said Kav 4-5 Jakarta Selatan Email: firdaus_ham@yahoo.co.id Tulisan Diterima: 01-08-2017; Direvisi: 10-10-2017; Disetujui Diterbitkan: 09-11-2017

ABSTRACT

Human Rights Defenders are those who work on and actively promote the Human Rights, and stand on the front line of the fight for respect to Human Rights to voice the aspirations of the public, in particulars the victims of Human Rights violations. The Human Rights Defenders itself is a new terminology and discourse that is not commonly understood by the public, including those who work on encouraging the state as the liable party, to respect, satisfy and protect the Human Rights of every subjects under its control. The purpose of this paper is to map the situation of access to the Human Rights protection, and the obstacles encountered in defending the Human Rights including the best experience of human rights defenders, in particular on the issue of Mollo communities in East Nusa Tenggara. This paper uses qualitative methods to elucidate phenomena that are hardly to reveal by qualitative research. Research has found that during the implementation and performance of their activities, the Human Rights Defenders are still encountering some barriers, inter alia the likelihood of both physical and psychological threats to the Indigenous Peoples of Mollo. This closely relates to the abundance natural resources for marble quarry. The act of criminalization has resulted in the cessation of Human Rights Defenders’ activities.

Keywords: Human Rights Defenders, Natural Resources, Mollo People

ABSTRAK

Pembela hak asasi manusia adalah mereka yang bekerja dan beraktivitas mempromosikan hak asasi manusia, dan berada di garis depan perjuangan dan penghormatan hak asasi manusia untuk menyuarakan aspirasi publik, khususnya korban pelanggaran hak asasi manusia. Pembela hak asasi manusia sendiri adalah terminologi dan diskursus baru yang tidak banyak dipahami oleh publik, termasuk oleh orang-orang yang melakukan kerja untuk mendorong negara selaku pemangku kewajiban untuk menghormati, memenuhi dan melindungi hak asasi manusia bagi setiap orang yang berada di bawah kekuasaannya. Tujuan penulisan ini untuk memetakan situasi akses perlindungan hak asasi manusia, dan hambatan-hambatan yang dihadapi pembelaan hak asasi manusiatermasuk pengalaman yang terbaikyang dilakukan oleh pembela hak asasi manusia, khususnya pada masyarakat Mollo di wilayah Nusa Tenggara Timur. Penulisan ini menggunakan metode kualitatif untuk merinci fenomena yang sulit diungkap oleh penelitian kualitatif. Penelitian telah menemukan bahwa dalam tatanan implementasi, kegiatan yang dilakukan oleh para pembela hak asasi manusia masih mengalami hambatan antara lain kecenderungan terjadinya ancaman baik secara fisik maupun psikis kepada Masyarakat Adat Mollo. Hal ini terkait erat dengan sumber daya alam di sektor Pertambangan marmer. Tindakan kriminalisasi memiliki akibat terhentinya aktivitas pembela hak asasi manusia.

Kata Kunci: Pembela Hak Asasi Manusia, Sumber Daya Alam, Masyarakat Mollo

Jurnal HAM Vol. 8 No. 2, Desember 2017: 83-103 83

Jurnal Volume 8, Nomor 2, Desember 2017

HAM

PENDAHULUAN dicitakan bersama. Sehingga semakin banyak kontribusi yang diberikan,maka tujuan bersama

Paradigma partisipatif saat ini menjadi meraih kesejahteraan, keadilan, demokarsi, dan penopang dasar dalam diskursus perubahan.

kepentingan publik lain semakin mungkin dapat Partisipasi dalam konteks yang paling dasar

tercapai.

meletakkan peran setiap individu ataupun Dalam konteks Hak Asasi Manusia (HAM), kelompok dalam peran substansif dan tidak hanya

paradigma partisipatif ini diletakkan sebagi hak, terbatas pada peran prosedural semata. Bahkan

dan dalam perkembangan konsep munculah lebih jauh lagi, individu maupun kelompok tersebut

wacana Pembela HAM (Human Rights Defender). merupakan pemilik dari tujuan menuju perubahan,

Wacana ini muncul seiring menguatnya peran yaitu keadilan, kesejahteraan umum, demokrasi,

individu maupun kelompok dalam usaha ataupun kepentingan –kepentingan lain yang

guna menjamin proses bersifat publik. Seperti apa yang dikemukakan

penegakan HAM

demokratisasi dan pencapaian kesejahteraan oleh Cicero, seorang filsuf Romawi, mengenai

umum yang meluas. Pada prosesnya, negara- Communione Sociatus yang dalam kutipannya

negara anggota PBB menyepakati pengakuan hak mengatakan, “kesejahteraan umum adalah milik

ini dan menuangkannya dalam kerangka normatif rakyat, akan tetapi rakyat bukanlah sekedar

berupa Deklarasi Pembela HAM. 2 kerumunan manusia, melainkan kumpulan orang

Deklarasi ini tidak menanggalkan kewajiban yang direkatkan satu sama lain oleh penghormatan negara terhadap HAM (duty bearer). Kewajiban pada keadilan dan kerjasama mengejar kebaikan

1 bersama.” utama dalam promosi dan perlindungan HAM

Seperti halnya demokrasi dalam tetap berada pada tangan negara, 3 namun Deklarasi pengetahuan umum, “dari rakyat, untuk rakyat, ini juga meletakkan pengakuan individu atau dan oleh rakyat”. kelompok dalam usaha promosi dan perlindungan

Dalam konteks partisipatif inilah aktor HAM sebagai pemegang hak (rights holder). perubahan tidak hanya dilekatkan pada entitas

Dalam prakteknya, negara justru seringkali kekuasaan atau aparatus negara, namun juga dibuka

menjadi pelaku pelanggaran HAM (human rights dan diakuinya setiap individu ataupun kelompok

violator ).Di sisi lain, upaya promosi HAM juga untuk berperan secara aktif. Peran penting setiap

dilakukan oleh para aktor non-negara melalui kerja individu ataupun kelompok tersebut terjadi karena

pemantauan HAM, mengungkap suatu peristiwa dua hal adalah: Pertama, pada faktanya aktor

pelanggaran HAM, memberi masukan kepada kekuasaan ataupun aparatus negara memiliki

institusi negara dalam memenuhi kewajiban berbagai kekurangan dan juga memiliki potensi

HAM-nya, atau dengan cara mengadvokasi negara besar menyalahgunakan kekuasaan yang dimiliki,

untuk memenuhi hak-hak korban atas pelanggaran sehingga keinginan bersama atau tujuan yang

yang terjadi. 4 Dalam banyak hal, berbagai aktivitas dicitakan tidak tercapai. Kedua, pada dasarnya

Pembela HAM dalam mengkritisi kebijakan setiap individu ataupun kelompok memiliki

pemerintah justru berkontribusi positif dalam potensi positif yang dapat dikontribusikan

upaya pemenuhan HAM.

pada kepentingan bersama meraih tujuan yang

1. AA GN Ari Dwipayana, Memperkuat Civil Society dan Budaya Kewarganegaraan, Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIPOL, Universitas Gajah Mada, Jogjakarta: 2010. 2. Deklarasi tersebut telah diadopsi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)/ United Nations (UN) melaui General Assembly Resolution Nomor 53/ 144 pada tanggal 9 Desember 1988. 3. Deklarasi Pembela HAM, supra note 1, Pasal 2. Kewajiban negara untuk menghormati HAM (obligation to respect) mengacu pada tugas negara untuk tidak melakukan intervensi terhadap pelaksanaan hak-hak asasi manusia, seperti hak atas hidup, hak-hak integritas personal, atau hak atas privasi (aspek vertikal). Kewajiban negara untuk melindungi HAM (obligation to protect) menekankan pada langkah-langkah menghadapi pelanggaran (human rights abuse) yang dilakukan oleh pihak-pihak non-negara (aspek horisontal). Sementara kewajiban negara untuk memenuhi (obligation to fulfil) menekankan pada upaya-upaya positif negara lewat mekanisme legislatif, yudikatif, atau administratif untuk menjamin implementasi HAM di tingkat yang paling konkrit. Ketiga kewajiban negara ini secara jelas menunjukan bahwa implementasi hak-hak sipil dan politik-di bawah Kovenan Sipol-mengandaikan adanya kombinasi kewajiban negara baik yang bersifat ‘negatif ’ maupun yang bersifat ‘positif ’.Mengakhiri praktek impunitas bisa dikatakan merupakan kewajiban negara yang berdimensi ‘positif ’ mengingat negara harus melakukan investigasi, penuntutan/penghukuman, dan pemberian reparasi bagi korban. Lihat Manfred Nowak, U.N. Covenant on Civil and Political Rights; CCPR Commentary, 2nd Revised Edition, N.P. Engel, Publisher, Kehl, 2005, hal. XX-XXI.

4. Human Rights First, Protecting Human Rights Defenders; Analysis of Newly Adopted Declaration on Human Rights Defenders, http:// www.humanrightsfirst.org/defenders/hrd_un_declare/hrd_declare_1.htm.

84 Pembela Hak Asasi Manusia... (Firdaus)

Jurnal Volume 8, Nomor 2, Desember 2017

HAM

Di Indonesia, pengakuan atas partisipasi Kunjungan Pelapor Khusus PBB, Hina masyarakat sipil diakui dalam Undang-Undang

Jilani di beberapa tempat di Indonesia, termasuk No. 39 Tahun 1999 tentang HAM. Secara

di Provinsi Papuapada tahun 2006 menunjukkan implisit pengakuan tersebut meliputi peran-

bahwa ancaman kepada Pembela HAM mencapai peran yang dilakukan oleh Pembela HAM. Peran

jumlah yang cukup masif. Ia menemukan pembela HAM telah menjadi salah satu motor

bahwaotoritas keamanan Indonesia telah menuduh perubahan rezim, termasuk mendorong proses

para aktivis gereja di Papuamemiliki hubungan pemerintahan yang transparan dan akuntabel.

dengan Organisasi Papua Merdeka (OPM), Meskipun demikian, masih banyak ditemukan

terdapat serangan kepada para aktivis Organisasi pembatasan serius bagi aktivitas Pembela HAM.

Non Pemerintah yang dituduh mendukung Pembatasan tersebut banyak digunakan oleh

separatis, terjadi pembunuhan pimpinan adat, polisi, militer, intelijen dan juga kelompok sipil

serta terjadi insiden Abepura tahun 2000. Kondisi garis keras (hardliners) yang dilakukan secara

ini menjadikan Papua menjadi wilayah yang sepihak dalam bentuk intimidasi, penganiayaan

paling tidak aman bagi para pembela HAM untuk hingga menghilangkan nyawa seseorang. Selain

beraktifitas. 6

itu, pembatasan tersebut jugaterwujud dalam Aktivitas pembela HAM yang bertujuan bentuk pelabelan pembela HAM sebagai teroris,

memberikan kontribusi terhadap kualitas kerja- separatis, antek asing, pendukung anti negara yang

kerja pemerintah dalam memajukan HAMserta dilakukan dalam bentuk pengintaian/surveillance,

ancaman-ancaman yang mengiringinya telah kriminalisasi, interogasi, penahanan, penangkapan

menunjukkan bahwa perlindungan bagi pembela dan tuduhan palsu. 5 HAM menjadi hal yang signifikan. Para pembela

Fakta ini dapat dilihat dari catatan kasus HAM adalah pihak yang berada pada garis depan yang mengancampara Pembela HAM yang

atas represi dan peganiayaan terhadap aktifitas bermuara pada pengabaian oleh aparat penegak

dilakukanya dalam menyebarluaskan hukum dan pemerintah, diantaranya (i) insiden

yang

kelemahan sistem pemerintahan atau terjadinya penembakan petani di Alastlogo, Pasuruan, Jatim

peristiwa pelanggaran HAM. Sehingga kemudian pada bulan Mei 2007; (ii) bentrok antara petani

muncul premise bahwa ketika hak pembela HAM dan pamswakarsa PT. Persada Sawit Mas (PSM),

dilanggar berarti ancaman bagi hak kita semua. di Ogan Komering Ilir, Sumsel, Juli 2009; (iii)

“Deklarasi bersandar pada premis dasar: bentrok antara warga dan Polisi dan Pamswakarsa

bahwa ketika hak-hak pembela HAM PT Kuala Gunung, Simalungun, Sumut, Juli 2009; dilanggar, semua hak-hak kita diletakkan

(iv) penolakan masyarakat adat atas kehadiran dalam bahaya dan kita semua dibuat kurang PT. Teja Sekawan yang melakukan penambangan aman. KofiAnnan, Sekjen PBB, September Marmer di Timor Tengah Selatan, NTT, Februari

14, 1998 Konferensi LSM/DPI. 7 2007; (v) tuduhan pencemaran nama baik bagi aktivis anti korupsi dan hak asasi manusia,Usman

Dengan melihat beberapa hal penting tersebut, Hamid, Illian Deta Sari dan Emerson Juntho,

maka perlindungan terhadap Pembela HAM Oktober 2009; (vi) pembunuhan Aktivis Hak

dapat meliputi beberapa hal, yaitu antara lain: (i) Asasi Manusia, Munir pada akhir tahun 2004;dan perlindungan hukum, dimana perlindungan ini

(vi) kriminalisasi terhadap Pendeta Palti Panjaitan tidak hanya terkait adanya hukum yang memberi (HKBP Philadelfia) di Bekasi pada 24 Desember

jaminan atas perlindungan Pembela HAM, 2012. Lebih khusus bentuk-bentuk ancaman

namun juga meniadakan hukum yang berpotensi terhadap Pembela HAM dapat kita temukan di

mengancam Pembela HAM; (ii) jaminan dan wilayah konflik seperti yang terjadi di Provinsi

dukungan aktifitas Pembela HAM. Hal ini terkait Papua. pada efektifitas Pembela HAM dalam melakukan

5. Hasil kunjungan Hina Jilani, Special Rapporteur for Human Rights Defender, 28 Januari 2006 di Indonesia. 6. Report of The Special Representative of the secretary general on the situation of human rights defenders, Hina Jilani, 28 January 2008

7 Human Rights First, Protecting Human Rights Defenders; Analysis of Newly Adopted Declaration on Human Rights Defenders, http:// www.humanrightsfirst.org/defenders/hrd_un_declare/hrd_declare_1.htm.

Jurnal HAM Vol. 8 No. 2, Desember 2017: 83-103 85

Jurnal Volume 8, Nomor 2, Desember 2017

HAM

pembelaannya, misalnya hak untuk mendapatkan lain, untuk mempromosikan dan mengupayakan informasi, komunikasi baik dengan pemerintah

perlindungan dan realisasi hak asasi manusia dan ataupun non-pemerintah; (iii)pengakuan terhadap

kebebasan fundamental di tingkat nasional dan pembelaan oleh Pembela HAM. Hal ini termasuk

internasional.

jaminan immunitas Pembela HAM terhadap Berdasarkan definisi yang sangat luas aktifitas pembelaan yang dilakukan. Oleh karena

tersebut maka banyak orang yang dapat itu, permasalahan yang muncul dalam tulisan ini

dikategorikan sebagai pembela HAM, mulai dari adalah (i) Bagaimana Perlindungan bagi pembela

aktivis organisasi internasional hingga individu HAM?; (ii) Bagaimana hambatan-hambatan

yang bekerja dalam komunitasnya, terdiri dari yang dihadapi oleh Pembela HAM?; dan (iii)

berbagai macam profesi. Pasal 2 bahwakewajiban Bagaimana pengalaman terbaik yang dilakukan

negara untuk menghormati HAM (obligation to oleh para pembela HAM?. respect) mengacu pada tugas negara untuk tidak

Berdasarkan permasalahan di atas, adapun melakukan intervensi terhadap pelaksanaan hak- yang menjadi tujuan utama tulisanini adalah

hak asasi manusia, seperti hak atas hidup, hak-hak untuk mengetahui perlindungan bagi pembela

integritas personal, atau hak atas privasi (aspek hak asasi manusia di Masyarakat Adat Mollo

vertikal).Kewajiban negara untuk melindungi Kabupaten Timor Tengah Selatan, Provinasi Nusa

HAM (obligation to protect) menekankan pada Tenggara Timur,dan menilai hambatan-hambatan

langkah-langkah menghadapi pelanggaran (human yang dihadapi oleh Pembela HAM termasuk

rights abuse) yang dilakukan oleh pihak-pihak pengalaman terbaik yang dilakukan oleh para

non-negara (aspek horisontal).

kewajiban negara untuk Kerangka teori yang digunakan dalam

Pembela HAM. Sementara

memenuhi (obligation to fulfil) menekankan pada penulisan ini adalah teoriPembela HAM (Human

upaya-upaya positif negara lewat mekanisme Rights Defender) adalah bagian dari masyarakat

legislatif, yudikatif, atau administratif untuk yang mendorong negara untuk memenuhi

menjamin implementasi HAM di tingkat yang kewajiban internasionalnya menghormati dan

paling konkrit. Ketiga kewajiban negara ini secara menjamin penghormatan HAM. Pembela HAM

jelas menunjukan bahwa implementasi hak- menjadi aktor penting dalam berbagai upaya

hak sipil dan politik, di bawah Kovenan Sipol, untuk melaksanakan kerangka kerja HAM secara

mengandaikan adanya kombinasi kewajiban internasional. Istilah pembela HAM digunakan

negara baik yang bersifat „negatif‟ maupun yang setelah adanya “Declaration on the Right

bersifat „positif‟. Mengakhiri praktek impunitas and Responsibility of Individuals, Groups,

bisa dikatakan merupakan kewajiban negara and Organs of Society to Promote and Protect

yang berdimensi „positif‟ mengingat negara harus Universally Recognized Human Rights and

melakukan investigasi, penuntutan/penghukuman, Fundamental Freedom ” terjemahan bebasnya

dan pemberian reparasi bagi korban. adalah Deklarasi tentang Hak dan Tanggung Jawab

Berbagai macam hak dan kewajiban sebagai Individu, Kelompok, dan Organ Masyarakat

manifestasi prinsip- prinsip hak asasi manusia untuk Mempromosikan dan Melindungi Hak

(HAM) yang dirumuskan dalam berbagai Asasi Manusia yang Diakui secara Universal

instrumen hukum (internasional) menempatkan dan Kebebasan Mendasar,yang kemudian

HAM sebagai sekumpulan hak yang bersifat lebih dikenal sebagai “Deklarasi Pembela

normatif yang harus diimplementasikan dan HAM”dalam Resolusi Majelis Umum PBB

dijamin pelaksanaannya. Pada prinsipnya, dalam Nomor: 53/144 tahun 1998. Pasal 1 Dekalarasi

hukum HAM, negara c.q Pemerintah mempunyai Pembela HAM ini menyatakan: Everyone has

kedudukan sebagai pemangku kewajiban (duty the right, individually and in association with

bearer) dan individu-individu yang berdiam di others, to promote and to strive for the protection

wilayah jurisdiksinya sebagai pemegang hak and realization of human rights and fundamental

(rights holder). Kewajiban yang diemban negara freedoms at the national and international levels .

adalah kewajiban untuk menghormati (to Terjemahan bebasnya adalah Setiap orang memiliki

respetc) kewajiban untuk memenuhi (to fulfil) dan hak, perseorangan dan hubungan dengan orang

86 Pembela Hak Asasi Manusia... (Firdaus)

Jurnal Volume 8, Nomor 2, Desember 2017

HAM

kewajiban untuk melindungi (to protect) HAM

PEMBAHASAN

bagi warganya. 8

A. Definisi Pembela Hak Asasi Manusia instrumen hukum internasional, sebenamya

Di samping diatur dalam berbagai

Pembela HAM memiliki definisi yang sangat eksistensi pembela HAM ini sudah mendapatkan luas. Definisi Pembela HAM dapat dijelaskan landasan

melalui kategori SIAPA atau aktor yang termasuk nasional Indonesia, yaitu dalam UUDNRI 1945,

Pembela HAM dan APA atau ruang lingkup kerja khususnya Pasal 28 C ayat (2), yang menyatakan

Pembela HAM. bahwa„... Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara

Pemahaman tentang pembela HAM (human kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa

rights defenders) mulai diperkenalkan secara resmi dan negara ..

.‟. Ketentuan ini menunjukkan adanya pada tanggal 9 Desember 1998, bertepatan dengan kehendak negara untuk memberi kesempatan

peringatan 50 tahun Deklarasi Universal Hak Asasi kepada setiap orang untuk memperjuangkan

Manusia, melalui pengesahan Deklarasi Hak dan haknya,disamping

komitmen negara untuk Tanggung Jawab dari Para Individu, Kelompok, menjamin perlindungan dan pemajuan HAM

dan Organ Masyarakat untuk Memajukan dan sebagaimanamenjadi kewajiban dan tanggung

Melindungi Hak Asasi Manusia dan Kebebasan jawabnya, termasuk memberi perlindungan

Fundamental yang Diakui secara Universal terhadap pembela HAM. (Declaration on the Right and Responsbility of

Individuals and Organs of Society to Promote and

METODE PENELITIAN Protect UniversallyRecognized Human Rights and

Fundamental Freedoms) . Deklarasi ini kemudian Penelitian dilakukan dengan menggunakan

lebih dikenal sebagai Deklarasi Pembela HAM metode kualitatif untuk merinci fenomena

(Declaration on Human Rights Defenders). yang sulit diungkap oleh penelitian kuantitatif.

Alasan mendasar munculnya deklarasi ini Penelitian yang direncanakan akan mencakup

adalah terkait dengan banyaknya laporan para rumpun utama hak asasi manusia yaitu hak sipil

aktivis pembela HAM yang mendapat ancaman politik dan hak ekonomi sosial budaya. kekerasan berupa teror, intimidasi, dan bentuk

Penelitian ini menggunakan empatteknik pengurangan/penghilangan kebebasan bahkan pengumpulan data, yaitu studi literatur informasi

penghilangan atas nyawa. Istilah pembela HAM yang telah dipublikasikan, analisis data sekunder,

kemudian digunakan untuk menggeneralisir wawancara mendalam dan pengamatan lapangan.

berbagai macam istilah seperti pekerja HAM, Studi literatur informasi bertujuan menjawab

aktifis HAM ataupun berbagai istilah lainnya. pertanyaan tentang bagaimana bentuk-bentuk

Pasal 1 Deklarasi ini berbunyi: perlindungan yang diteliti, definisi, bentuk-bentuk

“Setiap orang mempunyai hak secara sendiri- kerentanan yang kerap dihadapi oleh pembela

sendiri maupun bersama-sama dengan yang HAM. Literatur dikhususkan pada publikasi

lain, untuk memajukan dan memperjuangkan informasi secara proaktif. perlindungan dan pemenuhan hak asasi

Analisis data sekunder dilakukan dengan manusia dan kebebasan dasar di tingkat meninjau dokumen-dokumen yang mencakup

nasional dan internasional.” peraturan di tingkat lokal dan dokumen lain yang

Istilah Pembela HAM digunakan untuk relevan dengan tujuan penelitian. Analisis data mendeskripsikan orang yang secara individu sekunder dalam penelitian ini lebih ditekankan pada

maupun bersama pihak lain bertindak untuk peraturan lokal yang berisi materi perlindungan

memajukan atau melindungi hak sipil dan politik terhadap pembela HAM. serta memajukan, melindungi dan merealisasikan

pemenuhan hak ekonomi, sosial dan budaya. Pembela HAM bekerja secara aktif di tingkat

8. Manfred Nowak, Introduction to lntema/ional Human Rights Regime, (Leiden: Martmus NiJhoff Publishers, 2002), hlm.48-49

Jurnal HAM Vol. 8 No. 2, Desember 2017: 83-103 87

Jurnal Volume 8, Nomor 2, Desember 2017

HAM

lokal, nasional dan internasional dan berada adalah”Pembela hak asasi manusia adalah dalam situasi konflik atau masa damai serta pada

orang yang bekerja tanpa kekerasan atas negara berkembang atau negara demokratis.

semua atau semua hak yang tercantum dalam Secara terperinci, seseorang dikatakan sebagai

Deklarasi Universal tentang Hak Asasi pembela HAM saat melakukan aktivitas berupa:

Manusia”.

mengumpulkan dan mendiseminasikan informasi Dengan mengatakan bahwa Pembela HAM atas kekerasan, mendukung korban pelanggaran adalah mereka yang melakukan pembelaan HAM, melakukan tindakan untuk mendorong HAM berdasarkan asas-asas Deklarasi Universal pertanggungjawaban hukum dan menghentikan Hak Asasi Manusia (DUHAM), maka lingkup impunitas, mendukung pemerintahan dan kebijakan pembelaan tidak hanya terbatas pada isu sipil dan pemerintahan yang lebih baik, berkontribusi atas politik namun termasuk juga isu ekonomi, sosial pelaksanaan dari perjanjian-perjanjian HAM serta

9 dan budaya. pendidikan dan pelatihan HAM. Selanjutnya, pada seminar “Protection of

Pada tahun 2000, dua tahun setelah Deklarasi Human Rights Defender in Africa: International Pembela HAM ini disahkan, Komisi HAM

Strategies ”, Pembela HAM PBB membentuk Perwakilan Khusus Sekretaris didefinisikan sebagai berikut (i) Pembela HAM Jenderal PBB untuk situasi Pembela HAM. adalah orang yang mempertahankan hak sipil, Mandat ini terus diperbaharui hingga Dewan politik, ekonomi, sosial dan budaya, baik HAM PBB membentuk Pelapor Khusus untuk yang dimiliki sendiri maupun hak orang lain situasi Pembela HAM pada tahun 2000. Pelapor berdasarkan prinsip universalitas dan keutuhan Khusus PBB tentang Pembela HAM ini memiliki HAM. (ii) Pembela HAM, baik yang bekerja untuk mandat untuk (i) mencari, menerima, memeriksa hak perempuan, hak atas tanah, perlindungan dan menanggapi informasi tentang situasi pembela lingkungan, ataupun kebebasan sipil, memegang hak asasi manusia; (ii) menjalin kerjasama dan peranan penting dalam pemajuan dan perlindungan melakukan dialog dengan pemerintah dan pihak HAM dan kebebasan dasar. (iii) Tujuan aktivitas lain yang tertarik pada upaya penghormatan dan mereka adalah pelaksanaan hukum HAM domestik pelaksanaan yang efektif dari Deklarasi; (iii) dan kewajiban internasional, serta mendorong merekomendasikan strategi yang efektif dan tanggung jawab pemerintah secara penuh untuk lebih baik untuk melindungi pembela HAM dan memajukan dan melindungi semua aspek HAM. 11 menindaklanjuti rekomendasi yang dilahirkan;dan Dalam hukum internasional, (iv) mengintegrasikan perspektif gender pada 12 Pembela HAM

Norms and

kerja-kerjanya. didefinisikan sebagai orang yang melakukan pembelaan HAM, ketika HAM tidak dijamin

Definisi Pembela HAM juga dirumuskan atau dilanggar oleh negara. Pembela HAM juga misalnya

oleh sebuah

organisasi

HAM

melakukan intervensi ketika negara gagal untuk internasional bernama Front Line yang berbasis mentransformasi asas-asas hukum internasional di Dublin Irlandia mendefinisikan Pembela HAM ke dalam peraturan nasional. 13 sebagai:

“A human rights defender is a person who Definisi Pembela HAM dapat juga dilihat di European Union Guidelines on Human Rights

works, non-violently, for any or all rights Defender yang menyatakan bahwa Pembela HAM enshrined in the Universal Declaration of

adalah:

Human Rights”. 10 Terjemahan bebasnya

9. Dikutip dari situs OHCHR http://www.ohchr.org/EN/Issues/SRHRDefenders/Pages/Defender.aspx. 10. Rusdi Marpaung dkk (Ed), Perlindungan Terhadap Pembela Hak Asasi Manusia, (Jakarta : Imparsial, 2005), halaman 7 11. Makalah Seminar Protection of Human Rights Defender In Africa : International Norms and Strategies di Dakar 11-13 Oktober 1999.

12. Yang dimaksud dengan hukum internasional di sini adalah Pasal 30 DUHAM, pasal 1 European Convention for the Protection of Human Rights and Fundamental Freedom, Bab I pasal 1 (Human and People’s Rights) of the African Charter on Human and People’s Rights (BANJUL Charter) dan Pasal 1 Paragraf 1 American Convention on Human Rights. 13. Protection International, Protection of Human Rights Defenders: Best Practices and Lessons Learnt, 2011, hal.28.

88 Pembela Hak Asasi Manusia... (Firdaus)

Jurnal Volume 8, Nomor 2, Desember 2017

HAM

”...mereka yang merupakan individu- HAM (UN Fact Sheet No 29: Human Rights individu, kelompok, dan bagian dari

Defenders: Protecting the right to defend Human masyarakat yang melakukan promosi dan

Rights) :

perlindungan hak-hak asasi dan kebebasan “Human rights defender is a term used to dasar yang diakui secara universal. Pembela

describe people who, individually or with HAM

others, act to promote or protect human melindungi hak-hak sipil-politik dan juga

rights. Human rights defenders are identified promosi, perlindungan, dan realisasi hak-

above all by what they do and it is through hak ekonomi, sosial, dan budaya. Pembela

a description of their action and of some HAM juga mempromosikan dan melindungi

of the context in which their work that the hak-hak anggota suatu kelompok seperti

explained” 16 . Terjemahan komunitas masyarakat adat (indigenous

term can best be

bebasnya adalah “Pembela hak asasi people). Definisi ini tidak mencakup

manusia adalah istilah yang digunakan untuk mereka, individu-individu atau kelompok,

menggambarkan orang-orang yang, secara yang melakukan atau mempropagandakan

individu atau dengan orang lain, bertindak kekerasan.” 14 untuk mempromosikan atau melindungi hak

Amnesty Internasional, sebuah organisasi asasi manusia. Pembela hak asasi manusia HAM Internasional berpendapat bahwa siapa

diidentifikasi di atas semua oleh apa yang saja yang melakukan kerja-kerja untuk hak asasi

mereka lakukan dan melalui deskripsi manusia dapat disebut sebagai Pembela HAM,

tindakan mereka dan beberapa konteks di termasuk siapa saja yang memperjuangkan,

mana karya mereka bahwa istilah tersebut misalnya, gender, masyarakat adat,buruh, petani,

dapat dijelaskan dengan sebaik- baiknya”. orang-orang yang memperjuangkan keadilan,

Meskipun Pembela HAM bisa mencakup kebenaran dan memperkuat hukum, memperkuat siapa saja asal dia bekerja membela HAM, namun pemerintahan yang demokratis, memperjuangkan berdasarkan Lembar Fakta PBB di atas, ada hak-hak sipil dan politik, memperjuangkan hak- beberapa syarat minimum yang harus dimiliki hak ekonomi, sosial, budaya dan lain-lain. Pembela oleh seseorang untuk bisa disebut sebagai Pembela HAM bekerja di berbagai lapisan masyarakat HAM, yaitu: 17 (i) menerima prinsip HAM secara dan mereka bekerja berdasarkan standar HAM universal, jika seseorang masih mengingkari yang

berlaku secara universal.Keleluasaan sebagian prinsip yang terkandung

dalam definisi Pembela HAM dimaksudkan agar dapat

DUHAM, maka dia tidak bisa dikatakan sebagai menjangkau semua lapisan orang yang melakukan Pembela HAM. (ii) membela, mempromosikan kerja-kerja HAM sekaligus menjangkau segala dan melindungi HAM. Dalam kerjanya membela aktivitas HAM yang dilakukan. Pembela HAM HAM, Pembela HAM sering berada pada didefinisikan sebagai tindakan seseorang dalam posisi membela seseorang atau kelompok yang upaya penghormatan terhadap HAM, bukan dari dianggap melanggar hukum.Misalnya, Pembela sisi jabatan professional mereka. Jadi yang lebih HAM mengadvokasi masyarakat yang sudah penting adalah tindakan seseorang dalam kaitannya menempati dan menggarap sebuah lahan selama dengan HAM dibandingkan dengan siapa mereka

turun-temurun kemudian akan digusur oleh sebenarnya. perusahaan yang memiliki lahan tersebut.Pembela

Penjelasan Amnesty Internasional di atas HAM dalam hal ini membela masyarakat yang sejalan dengan Lembar Fakta PBB No. 29 tentang

melanggar hukum karena menempati lahan yang Pembela HAM: Melindungi Hak untuk membela bukan milik mereka. Dengan demikian, Pembela

14. Ensuring Protection–EuropeanUnionGuidelines on Human Rights Defenders, bagian (3) http://www.osce.org/documents/ odihr/2004/09/3667_en.pdf. 15. Disarikan dari Amnesty International, Al Index: AMR 01/009/200, November 1993, hal 5 dalam Al Araf et.al, Perlindungan terhadap Pembela Hak Asasi Manusia, Imparsial, 2005.

16. United Nations Fact Sheet No 29, Human Rights Defenders: Protecting the right to defend Human Rights, hal 2. 17. Ibid, hal. 8-10.

Jurnal HAM Vol. 8 No. 2, Desember 2017: 83-103 89

Jurnal Volume 8, Nomor 2, Desember 2017

HAM

HAM membela pelanggar hukum. Akan tetapi penting dari siapa yang disebut Pembela HAM tidak penting apakah Pembela HAM itu secara

seperti yang tercantum dalam Lembar Fakta hukum benar atau salah, yang menjadi isu utama

PBB tentang Pembela HAM. Akan tetapi, di sini adalah apakah yang dibela oleh Pembela

pengkategorian tersebut dirasa hanya asal HAM termasuk dalam lingkup HAM. (iii) bekerja

menyebutkan saja tanpa disertai penjelasan yang secara damai, pembela HAM harus bekerja secara

lebih spesifik.Selain itu, pengkategorian seperti damai berdasarkan DUHAM. di atas juga bersifat multitafsir dan membatasi kemungkinan adanya individu atau kelompok lain

B. Pembela HAM pada Instrumen Hukum

yang juga membela HAM.

Nasional Di Negara Brazil dan Nepal, definisi

Definisi HAM yang dipaparkan di atas Pembela HAM yang tercantum dalam Deklarasi adalah definisi berdasarkan instrumen-instrumen

Pembela HAM telah diadopsi menjadi bagian internasional. Bagaimana dengan definisi HAM

dari rancangan peraturan mereka. Sementara di di instrumen hukum nasional. Bagian ini akan

Republik Demokratik Kongo, definisi Pembela menjelaskan mengenai definisi Pembela HAM

HAM ditambah dengan menyebutkan lingkup yang dipakai oleh beberapa negara, khususnya

kerja Pembela HAM yaitu: (i) mencari dan Indonesia. menyediakan bukti-bukti pelanggaran HAM; (ii)

Pada laporan penelitian yang dilakukan menyediakan bantuan hukum, medis, psikologis oleh Protection International, sebuah organisasi

dan bantuan lainnya kepada korban pelanggaran HAM internasional yang berfokus untuk isu

HAM; dan (iii) memerangi budaya impunitas yang perlindungan kepada pembela HAM disebutkan

menyembunyikan pelanggaran terhadap HAM dan bahwa instrumen nasional tentang perlindungan

kebebasan fundamental yang dilakukan secara Pembela HAM sebaiknya menyebutkan secara

sistemik dan berulang. 19

jelas siapa yang dimaksud dengan Pembela HAM. Selain definisi yang belum jelas mengenai Semua instrumen hukum nasional yang diteliti

Pembela HAM dalam instrumen hukum nasional, menyebutkan istilah Pembela HAM namun tidak

beberapa negara bahkan menghindari istilah ada penjelasan lebih lanjut mengenai apa yang

Pembela HAM. Sebagai contoh, di Meksiko, dimaksud dengan Pembela HAM. istilah yang dipakai adalah “civilian defenders of

Sebagai contoh, di Amerika Tengah Kota human rights”. Istilah ini mempunyai arti yang Guatemala, dalam Rancangan Kebijakan Publik

tidak jelas dan bisa disalahartikan. 20 mengenai Pembela HAM dan Kelompok Rentan

Di Indonesia, ketentuan mengenai Pembela lainnya, sudah disebutkan beberapa elemen dari

HAM tertuang dalam Pasal 28C Ayat (2) Undang- Lembar Fakta PBB tentang Pembela HAM. Namun,

Undang Dasar 1945 menyatakan; “setiap siapa saja yang disebutkan sebagai Pembela HAM

orang berhak untuk memajukan dirinya dalam dibatasi hanya pada (i) pemimpin dan aktivis di

memperjuangkan haknya secara kolektif untuk kelompok politik, terutama kelompok oposisi; (ii)

membangun masyarakat bangsa dan negara. ” Hal pemimpin dan aktivis di kelompok sosial, sipil,

ini menegaskan bahwa setiap orang memiliki hak komunitas, serikat pekerja, petani dan kelompok

untuk menjadi Pembela HAM, yaitu hak untuk etnik; (iii) pemimpin dan aktivis organisasi HAM; memajukan diri dalam memperjuangkan haknya.

(iv) korban penyalahgunaan kekuasaan dan/atau Batasan Pembela HAM dalam pasal ini pun sangat saksi suatu kasus pelanggaran HAM, baik yang

luas dengan penyebutan kata “setiap orang”. sudah diproses secara hukum atau belum; (v)

Ketentuan mengenai Pembela HAM juga jurnalis dan pekerja media yang memperjuangkan tercantum dalam Pasal 100 Undang-undang No kebebasan berpendapat; dan (vi) walikota, menteri

39 Tahun 1999 tentang HAM yang menyebutkan: dan anggota serikat pekerja yang pekerjaannya

“setiap orang, kelompok, organisasi politik, organisasi

menempatkan mereka pada situasi yang riskan. 18

lembaga swadaya Kategori di atas sudah mencakup elemen masyarakat, atau lembaga kemasyarakatan

masyarakat,

18. Pembela HAM: Melindungi Hak untuk Membela Hak Asasi Manusia. Lembar Fakta No. 29. www.unhchr.ch 19. Disarikan dari Protection International, op.cit, hal.12

20 Ibid.

90 Pembela Hak Asasi Manusia... (Firdaus)

Jurnal Volume 8, Nomor 2, Desember 2017

HAM

lainnya, berhak berpartisipasi dalam perlindungan, pembunuhan aktifis Munir dan masih banyak lagi penegakan, dan pemajuan HAM.” Dari pasal 100,

yang berlangsung pasca reformasi. dapat dilihat bahwa siapapun dapat berpartisipasi

Perlindungan hukum terhadap Pembela dalam perlindungan, penegakan dan pemajuan

HAM di level nasional dirasa sangat minim. HAM. Akan tetapi, UU ini tidak menyebutkan

Sampai saat ini belum ada instrumen hukum yang secara tegas atas definisi Pembela HAM. secara khusus mengatur tentang perlindungan

Ruang lingkup kerja Pembela HAM terhadap Pembela HAM. Perlindungan terhadap dapat dilihat dalam Pasal 101, 102 dan103

Pembela HAM secara sporadis diatur di dalam UU HAM. 21 Dari pasal-pasal tersebut dapat

beberapa undang-undang yang jumlahnya tidak dijelaskan ruang lingkup kerja Pembela HAM

banyak. Pengaturannya pun tidak secara spesifik adalah menyampaikan laporan, mengajukan

menyuratkan perlindungan bagi Pembela HAM. usulan, melakukan penelitian, pengkajian dan

UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia penyebarluasan informasi mengenai HAM.

(HAM) dalam Bab VIII tentang Partisipasi Namun, uraian di atas tidak secara definitif dan

Masyarakat (Pasal 100 – 103), tidak dicantumkan detail mencantumkan tindakan apa saja yang dapat

hak-hak yang dimiliki oleh Pembela HAM dilakukan oleh Pembela HAM. Hal ini kemudian

secara jelas dan detail, serta tidak secara tegas memunculkan ruang bagi terjadinya pembatasan

menyebutkan perlindungan apa yang tersedia bagi atau pelanggaran terhadap Pembela HAM. para Pembela HAM.

Jika dibandingkan dengan Lembar Fakta

C. Bentuk Hambatan, Kekerasan dan

PBB tentang Pembela HAM, ruang lingkup kerja

Ancaman Kekerasan terhadap Pembela

Pembela HAM yang tercantum dalam UU HAM tidak mencakup membantu korban pelanggaran

HAM

HAM. Pekerjaan ini justru yang banyak dilakukan Hambatan, kekerasan dan ancaman kekerasan oleh Pembela HAM di Indonesia. Risiko

yang dihadapi oleh Pembela HAM dalam membantu korban pelanggaran HAM pun cukup

melakukan kerjanya terdiri dari berbagai bentuk, besar. Diantara berbagai risiko membantu korban

mulai dari hambatan prosedural, ancaman ringan, hingga tindakan nyata yang membawa kematian. pelanggaran HAM yang terjadi, risiko membantu 22 korban pelanggaran HAM Pembela HAM dalam

Hambatan biasanya berbentuk tindakan atau banyak kasus selalu dihadapkan pada situasi dan

pembiaran yang menghambat hak-hak Pembela kondisi yang sangat memprihatinkan. Mereka

HAM dalam melakukan kerja HAM. sangat rentan oleh kekerasan, intimidasi, teror

Kekerasan dan ancaman kekerasan dapat bahkan dari tindakan pembunuhan. Diantara

berupa pembunuhan, ancaman pembunuhan, peristiwa yang menimpa Pembela HAM adalah

dan penahanan Marsinah, Udin, Ja‟far Siddiq, Munir, dan para

penculikan,

penangkapan

sewenang-wenang, pemukulan dan penyiksaan Pembela HAM dalam kasus Nipah di Sampang

saat penahanan, penuntutan dan dakwaan kriminal, Madura tahun 1993, penembakan mahasiswa

pelecehan, pencemaran nama baik, pembatasan Trisakti 12 Mei 1999 dan 5 orang meninggal,

kerja, gangguan pertemuan-pertemuan, pem- tragedi Semanggi I dan 5 orang mahasiswa tewas,

batasan hak berekspresi dan berorganisasi, tragedi Semanggi II dan 10 orang mahasiswa

penyerangan terhadap rumah atau kantor, tewas, Peristiwa Batu Merah Berdarah 11 Agustus

pencurian, penggeledahan secara sewenang- 2000 dan Kebun Cengkeh, Wasior tahun April-

wenang, hingga budaya impunitas. Berbagai Oktober 2001, Kasus Bulukumba tahun 2003, hambatan, kekerasan dan ancaman tersebut dapat

21. Pasal 101 menyatakan, “setiap orang, kelompok, organisasi politik, organisasi masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, atau lembaga kemasyarakatan lainnya, berhak menyampaikan laporan atas terjadinya pelanggaran HAM kepada Komnas HAM atau lembaga lain yang berwenang dalam rangka perlindungan, penegakan, dan pemajuan hak asasi manusia.” Pasal 102 menyatakan:“setiap orang, kelompok, organisasi politik, organisasi masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, atau lembaga kemasyarakatan lainnya, berhak untuk mengajukan usulan mengenai perumusan dan kebijakan yang berkaitan dengan hak asasi manusia kepada Komnas HAM dan/ atau lembaga lainnya ”. Pasal 103 menyatakan:“setiap orang, kelompok, organisasi politik, organisasi masyarakat, lembaga swadaya masyarakat,perguruan tinggi, lembaga studi, atau lembaga kemasyarakatan lainnya, baik secara sendiri-sendiri maupun bekerja sama dengan Komnas HAM dapat melakukan penelitian, pendidikan dan penyebarluasan informasi mengenai hak asasi manusia”.

22. Al Araf, op.cit.

Jurnal HAM Vol. 8 No. 2, Desember 2017: 83-103 91

Jurnal

HAM

Volume 8, Nomor 2, Desember 2017

92 Pembela Hak Asasi Manusia... (Firdaus)

dilakukan oleh aktor negara, para militer, ataupun

aktor individual. 23 Kekerasan dan ancaman

kekerasan ini mungkin hanya terjadi sekali, namun bisa juga terjadi berkali-kali atau terus-menerus atau dampaknya dirasakan dalam jangka waktu

yang cukup lama. 24 Berdasarkan kasus-kasus yang terjadi, baik di

Indonesia maupun di negara-negara lain, bentuk- bentuk kekerasan dan ancaman kekerasan yang dialami oleh Pembela HAM dapat diklasifikasikan

ke dalam lima kategori yaitu: 25

1. Pembatasan hak-hak dalam melindungi

dan memajukan HAM Pembela HAM dalam melakukan aktivitasnya

secara damai menggunakan cara-cara tertentu yang merupakan bagian dari hak asasi manusia. Hak-hak tersebut sering kali dibatasi bahkan dihilangkan sehingga proses perlindungan dan pemajuan HAM akan terhambat, atau bahkan terhenti. Hak-hak tersebut diantaranya adalah; hak atas informasi, kemerdekaan berserikat, kebebasan berekspresi, kebebasan melakukan pertemuan umum, kebebasan bergerak, dan hak untuk berpartisipasi dalam pemerintahan.

Berbagai pembatasan tersebut biasanya dilakukan oleh aktor negara, baik berdasarkan peraturan

perundang-undangan

maupun

kewenangan diskresi yang dimiliki. Pembatasan hak atas informasi paling sering terjadi pada saat kegiatan investigasi atas peristiwa pelanggaran HAM yang dilakukan oleh Pembela HAM, serta kegiatan untuk mendapatkan kebijakan atau produk hukum tertentu. Hal ini mempersulit proses pengungkapan peristiwa pelanggaran HAM seperti pada kasus-kasus pelanggaran HAM berat kerusuhan Mei 1998, peristiwa Trisakti dan Semanggi, bahkan kasus pembunuhan Munir, serta kasus-kasus lainnya. Aktor negara tertentu secara sewenang-wenang dapat menolak permintaan informasi dengan dalih merupakan rahasia negara. Pembatasan ini menjadi sangat mungkin dan biasa dilakukan karena lemahnya aturan yang menjamin dan mengatur masalah kebebasan memperoleh informasi.

Pembatasan kebebasan berserikat pada masa orde baru merupakan alat yang efektif untuk

menindas upaya perlindungan dan pemajuan HAM melalui ketentuan-ketentuan dalam Undang- Undang Ormas yang mensyaratkan asas tunggal dan Undang-Undang Partai Politik yang menutup kemungkinan pembentukan partai politik baru.

Pembatasan berekspresi dalam melakukan pertemuan umum dan pembatasan kebebasan bergerak dilakukan dengan cara kriminalisasi atas bentuk-bentuk ekspresi tertentu dengan dalih bertentangan dengan moralitas atau melanggar aturan pidana tertentu. Pembatasan juga dilakukan yang dilegitimasi dengan undang-undang tertentu seperti Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 tentang kemerdekaan menyampaikan pendapat. Pencabutan kebebasan berekspresi misalnya terjadi dalam bentuk pembredelan Tempo, Editor, dan Detik tahun 1994. Kriminalisasi terhadap kebebasan berekspresi misalnya tampak dalam kasus Bambang Harimurti dari Tempo, sedangkan pembatasan pertemuan umum dapat dilihat pada kasus pembubaran berbagai aksi demonstrasi dengan cara-cara represif mulai dari kasus Malari tahun 1974 sampai pembubaran pertemuan petani di NTT beberapa waktu yang lalu.

2. Menggunakan hukum untuk melanggar HAM:

penangkapan,

penahanan, penuntutan, dan pemenjaraan pembela

HAM Pembela HAM di banyak negara di dunia dan

daerah-daerah telah banyak yang ditangkap dan ditahan tanpa surat yang sah karena melakukan kerja-kerja HAM seperti melaporkan peristiwa pelanggaran HAM, melakukan demonstrasi secara damai, menghadiri seminar, melakukan perjalanan, dan membuat pernyataan kritis melawan otoritas pemerintahan.

Bahkan otoritas negara menggunakan pengadilan dan produk hukum yang restriktif untuk menghambat dan menghukum Pembela HAM. Beberapa Pembela HAM dihadapkan pada tuntutan hukum atas tuduhan pelanggaran “terkait pemberontakan,” makar, memberikan informasi yang salah, atau merusak nama baik negara pada saat melaporkan kondisi HAM nasional pada forum-forum internasional.

23. Ibid. 24. UN Fact Sheet, op.cit, hal. 11. 25. Al Araf, op.cit, hal. 19-24.

Jurnal Volume 8, Nomor 2, Desember 2017

HAM

3. Pelanggaran atas hak hidup serta integritas nasionalisme. Pernyataan-pernyataan itu kemudian mental dan fisik secara sewenang-wenang berkembang hingga berupa tuntutan hukum seperti

Pelanggaran ini terdiri dari beberapa macam pada kasus somasi dan gugatan Pangdam Trikora tindakan seperti pembunuhan, penganiayaan,

terhadap Aliansi Demokrasi untuk Papua (AlDP) penculikan, penyiksaan dan ancaman kekerasan.

di Papua pada 2004.

Bahkan pelanggaran terhadap Pembela HAM Kasus-kasus yang ditangai oleh Pembela juga terjadi dalam bentuk aksi premanisme baik

HAM seringkali tidak mendapatkan respon dari terhadap orang maupun rumah atau kantor seperti

otoritas negara dan berujung pada impunity. Polisi aksi pengrusakan, pencurian, dan bentuk-bentuk

banyak mengalami kegagalan menghentikan vandalisme lain. Menurut laporan Hina Jilani, pada

kekerasan atas Pembela HAM yang dilakukan tahun 2004 di Asia terdapat 11 kasus pembunuhan, oleh aktor-aktor tertentu dan membiarkan pelaku

11 penyiksaan, dan 20 ancaman kekerasan. pelanggaran tidak diproses secara tindakan hukum. Contoh-contoh bentuk kekerasan ini adalah kasus

Apalagi jika pelaku pelanggaran adalah aparat insiden Dili tahun 1991, kasus Marsinah tahun

pemerintah, maka mereka tidak menunjukkan 1993, tragedi 27 Juli, kasus penghilangan orang

kemauan untuk menindaklanjutinya sesuai dengan secara paksa oleh Tim Mawar, kasus penyerangan

ketentuan hukum yang berlaku. kantor Perhimpunan Bantuan Hukum Indonesia

Diantara berbagai pelanggaran HAM berat (PBHI) dan Komisi Untuk Orang Hilang

yang terjadi, hingga saat ini baru tiga kasus yang danTindak Kekerasan (KontraS)pada tahun 2001,

diajukan ke pengadilan, yaitu kasus Tanjung serta berbagai kasus lainnya. Priok 1984, kasus Timor Timur 1999, dan kasus

4. Kampanye intimidasi dan penghinaan Abepura 2000. Dari ketiga kasus tersebut hanya Kekerasan ini dilakukan dengan meng-

satu orang yang dinyatakan bersalah dan dihukum, kampanyekan kepada publik bahwa Pembela

yaitu Eurico Gueteres dalam kasus Timor-Timur. HAM memiliki hubungan dengan pemberontak

Kasus-kasus yang sudah diselidiki oleh Komnas atau teroris. Pembela HAM adalah “musuh

HAM dan tak kunjung ditindaklanjuti oleh Jaksa rakyat” yang harus dipertanyakan moralitasnya

Agung adalah Peristiwa Kerusuhan Mei 1998, karena tidak memiliki nasionalisme. Kampanye

Peristiwa Trisakti dan Semanggi, Peristiwa Petrus ini sering dilakukan dengan dukungan lembaga

1984, Peristiwa Talangsari Lampung 1989, Kasus atau organisasi pemerintahan untuk memicu

Penculikan Aktivis 1997/1998, Peristiwa 1965 sentimen negatif masyarakat. Model ini banyak

serta Kasus Wasior 2001 dan Wamena 2002. Dalam disertai dengan aksi perusakan dan vandalisme

mengadvokasi kasus-kasus tersebut, terjadi banyak yang dilakukan oleh organisasi paramiliter atau

terjadi kekerasan terhadap para pembela HAM premanisme. yang mendampingi para korbannya, seperti tampak

jelas pada pembunuhan konspirasi terhadap Munir Pada masa Orde Baru, intimidasi dan di tahun 2004. Keberlanjutan peristiwa kekerasan penghinaan biasa dilakukan dengan memberikan dan pelanggaran HAM tersebut menunjukkan cap tertentu yang menimbulkan stigma pada kentalnya budaya impunitas di Indonesia. masyarakat. Stigmatisasi dilakukan dengan

menuduh pembela HAM menjadi bagian dari Sampai dengan akhir tahun 2009 setidaknya organisasi yang disebut sebagai “bentuk baru dari

sudah 7 (tujuh) hasil penyelidikan Komnas PKI,” atau memiliki ideologi anti kemapanan

HAM masih belum ditindaklanjuti Jaksa Agung, yang berasal dari ideologi komunis, seperti

yaitu peristiwa Penembakan mahasiswa Trisakti, yang dialami oleh Partai Rakyat Demokratik

Semanggi I dan Semanggi II, Peristiwa Mei 1998, dan Sri Bintang Pamungkas. Pada era reformasi,

Peristiwa Penghilangan Orang Secara Paksa, kampanye intimidasi dan penghinaan lebih banyak

Peristiwa Talangsari, Peristiwa Kasus Wamena, dilakukan melalui pernyataan-pernyataan pejabat

dan Peristiwa Wasior. Hasil Penyelidikan tersebut negara bahwa orang tertentu atau organisasi

Dokumen yang terkait

HAK ASASI ANAK ( The Politics of Law of The Constitutional Court of Indonesia on Child Born Out of Wedlock: The Application of Progressive Law as Child Rights Protection)

0 0 12

PEMULIHAN HAK EKONOMI DAN SOSIAL KORBAN PELANGGARAN BERAT HAK ASASI MANUSIA DALAM PERISTIWA TALANGSARI 1989 (Restoration of Social and Economic Rights of Victims of Gross Violations of Human Rights in the 1989 Talangsari Incident )

0 1 15

IMPLIKASI PENGABAIAN HAK SIPIL DAN POLITIK MASYARAKAT MORO- MORO DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH (The Implication of Civil and Political Rights of Moro-Moro Society Deterioration in Local Election)

0 0 12

PERLINDUNGAN HAK ASASI MANUSIA BAGI MASYARAKAT MISKIN ATAS PENERAPAN ASAS PERADILAN SEDERHANA CEPAT DAN BIAYA RINGAN (Protection of Human Rights to The Poor on the Application of Small, Quick and Cheap Principles of Justice)

0 0 14

PERLINDUNGAN HAK MASYARAKAT ADAT DALAM MELAKUKAN AKTIVITAS EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA DI PROVINSI MALUKU (Protection of the Rights of Indigenous People to Do Economic Activity, Social, and Cultural in Maluku (Moluccas) Province)

0 1 11

PERAN BALAI PEMASYARAKATAN PADA SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DI TINJAU DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA (The Role of Balai Pemasyarakatan on Juvenile Justice System Reviewed from Human Rights Perspective)

0 1 14

PRINSIP NON-INTERVENSI BAGI ASEAN DITINJAU DARI PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA

0 0 15

PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA: STUDI TERHADAP PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DI DESA SEI BAHARU, KECAMATAN HAMPARAN PERAK, KABUPATEN DELI SERDANG, PROVINSI SUMATERA UTARA (Village Financial Management In Human Rights Perspective:

0 3 13

KONSISTENSI DAN PENGARUH IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN TERHADAP PRAKTEK PERKAWINAN BEDA AGAMA DI MAKASSAR

0 1 13

PERLINDUNGAN HAK TENAGA KERJA INDONESIA DI TAIWAN DAN MALAYSIA DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA (Protection of Indonesian Workers Rights in Taiwan And Malaysia in Human Rights Perspective)

0 1 11