PERLINDUNGAN HAK ASASI MANUSIA BAGI MASYARAKAT MISKIN ATAS PENERAPAN ASAS PERADILAN SEDERHANA CEPAT DAN BIAYA RINGAN (Protection of Human Rights to The Poor on the Application of Small, Quick and Cheap Principles of Justice)

PERLINDUNGAN HAK ASASI MANUSIA BAGI MASYARAKAT MISKIN ATAS PENERAPAN ASAS PERADILAN SEDERHANA CEPAT DAN BIAYA RINGAN

(Protection of Human Rights to The Poor on the Application of Small, Quick and Cheap Principles of Justice)

Rr. Susana Andi Meyrina

Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan

Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan HAM Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI

Jl. H.R. Rasuna Said Kav.4-5, Kuningan, Jakarta Selatan 12940

Email: susanaandimeyrina@yahoo.com Diterima: 02-02-2017; Direvisi: 15-06-2017; Disetujui Diterbitkan: 03-07-2017

ABSTRACT

Referring to the Law Number 39/1999, human rights is the basic right, naturally, that attached to the human- self, universal and lasting. Therefore, it must be protected, respected, maintained and also cannot ignorable, cannot be diminished or taken away by anyone.This writing intends to analyze how human rights carried on the application of quick, ordinary, cheap principles of justice in case adjudication of consumer protection Number 8/1999, related to the Handbill of the Supreme Court Regulation of the Republic of Indonesia Number 2/2015 on Small Claim Court. (PERMA) This writing uses a socialist juridical method, that is a research approach observed from legal aspects and its implementation in society about legal protection justice process as the main problem. The result of its analysis aims to find the recommendation to the stakeholders that can

be implemented to people so that they able to file a claim suitable with law and regulation through court (litigation) or non-litigation which is human rights guaranteed by law and regulation.

Keywords: human rights, small justice

ABSTRAK

Mengacu pada Undang Undang Nomor 39 Tahun 1999, Hak Asasi Manusia merupakan, hak dasar yang secara kodrati melekat pada diri manusia, bersifat universal dan langgeng. Oleh karena itu harus dilindungi, dihormati, dipertahankan, dan tidak boleh diabaikan, dikurangi, atau dirampas oleh siapapun. Dalam isi jurnal ini, bagaimana Hak Asasi Manusia dilaksanakan pada penerapan proses peradilan Asas cepat, sederhana dan biaya ringan dalam penyelesaian perkara Pelindungan Konsumen No 8 Tahun 1999, terkait surat edaran Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Tata Cara Penyelesaian Gugatan Sederhana biaya ringan (PERMA). Dalam penulisan ini menggunakan metode yuridis sosialis, yaitu suatu pendekatan penelitian yang akan dilihat dari aspek hukum dan pelaksanannya di masyarakat tentang proses peradilan perlindungan hukum, sebagai pokok permasalahan. Hasil dari analisa tulisan bertujuan agar dapat diperoleh rekomendasi yang dapat dijadikan masukan pada pihak-pihak pemegang kebijakan sebagai masukan yang dapat diimplementasikan di masyarakat agar dapat mengajukan tuntutan hak sesuai dengan hukum dan peraturan perundang-undangan melalui pengadilan (litigasi) maupun melalui luar jalur pengadilan (non litigasi) merupakan hak asasi manusia yang dijamin oleh hukum dan peraturan perundang-undangan.

Kata Kunci: Hak Asasi Manusia, Peradilan Sederhana

Jurnal HAM Vol. 8 No. 1, Juli 2017: 25-38 25

PENDAHULUAN Manusia bagi yang kurang mampu atas penerapan asas peradilan sederhana, cepat dan biaya ringan

Pada Tahun 2015, Mahkamah Agung sesuai dasar Peraturan Mahkamah Agung Nomor (MA) menerbitkan salah satu produk hukum

2 Tahun 2015 tentang tatacara gugatan sederhana berupa Peraturan Mahkamah Agung Republik

atau disebut PERMA. Sebagai kebijakan Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Tata Cara

Mahkamah Agung, bertujuan untuk memberikan Penyelesaian Gugatan Sederhana atau disebut

perlindungan hukum bagi masyarakat kecil yang dengan PERMA Nomor 2 Tahun 2015. Terbitnya

berada pada posisi yang lemah dalam segala PERMA ini, menurut Mahkamah Agung,

hal. Sesuai dengan tujuan tersebut merupakan dalam rangka menyongsong era perdagangan

upaya atau langkah untuk mempertahankan hak- bebas ASEAN yang diprediksi akan banyak

hak masyarakat yang memerlukan perlindungan menimbulkan sengketa perkara-perkara niaga atau

hukum. Kebijakan baru ini sudah lama

diimplementasikan oleh peradilan di Negara- Pada dasarnya, penyelesaian perkara perdata yang

bisnis skala kecil yang berujung ke pengadilan 1 .

negara Eropa. Menurut MA, PERMA Gugatan mengacu pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun

Sederhana ini diadopsi dari sistem peradilan 1999 tentang Perlindungan Konsumen dapat juga

small claim court yang salah satunya diterapkan diselesaikan melalui asas peradilan sederhana,

di London, Inggris. 2

dilakukan secara cepat dan berbiaya ringan. Hal Sistem proses peradilan sederhana, cepat dan yang demikian dapat sejalan dengan salah satu

biaya ringan merupakan terobosan baru dalam visi integrasi di regional ASEAN yang digagas

sistem peradilan di Indonesia. Hal yang demikian oleh Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang

sejalan dengan pengertian hak asasi manusia yang pada intinya dapat membantu perlindungan Hak

menitikberatkan kepada hak dasar antara manusia Asasi Manusia bagi masyarakat kurang mampu

yang satu terhadap yang lain dan terhadap atas penerapan asas peradilan sederhana, cepat dan

masyarakat secara keseluruhan dalam kehidupan biaya ringan sesuai dasar Peraturan Mahkamah

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Agung Nomor 2 Tahun 2015 tentang tatacara

Pemerintah Indonesia sebagai anggota gugatan sederhana atau disebut PERMA. Perserikatan Bangsa-Bangsa memiliki tanggung

Saat ini banyak masyarakat dimungkinkan jawab moral dan hukum untuk menjunjung untuk melakukan bisnis antar Negara, sehingga

tinggi serta melaksanakan amanat dari Deklarasi dikhawatirkan akan menghadapi berbagai macam

Universal tentang Hak Asasi Manusia yang permasalahan hukum jika masyarakat Indonesia

ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa, tidak memiliki kompetensi atau perlindungan

serta berbagai instrumen internasional lainnya hukum melalui peraturan perundang-undangan

mengenai hak asasi manusia yang telah diterima yang dapat dijadikan pedoman dalam menghadapi

dan diratifikasi melalui peraturan perundang- berbagai macam permasalahan hukum antar

undangan dimana mempunyai kewajiban untuk Negara. Serta tidak menuntut kemungkinan

melindungi masyarakatnya yang salah satunya banyak juga peluang bisnis dari antar Negara

terkait dengan proses peradilan yang berasaskan dengan masyarakat Indonesia, akan banyak

perlindungan hak asasi manusia. menghadapi permasalahan

salah

satunya

kurangnya kompetensi bisnis dan hukum karena Undang Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang belum siapnya bersaing dengan negara-negara

Hak Asasi Manusia Pasal 3 ayat (1) dan (2) lain. menyatakan bahwa:

Berkaitan dengan permasalahan tersebut “Setiap orang dilahirkan bebas dengan

diatas, apabila masalah sampai pada proses harkat dan martabat manusia yang sama peradilan, maka cara penyelesaian gugatan

dan sederajat serta dikaruniai akal dan sederhana dapat digunakan untuk membantu

hati nurani untuk hidup bermasyarakat, masyarakat terhadap perlindungan Hak Asasi berbangsa, dan bernegara dalam semangat

1 Diterbitkan oleh The Defenden.Hukum.https//taufiqadi.wordpress.com.9.Juni.2015. 2 Ibid. oleh The Defenden.Hukum.https//taufiqadi.wordpress.com.9.Juni.2015

26 Perlindungan Hak Asasi Manusia... (Rr. Susana Andi Meyrina) 26 Perlindungan Hak Asasi Manusia... (Rr. Susana Andi Meyrina)

menyinggung peringkat Kemudahan Berusaha perlakuan hukum yang adil serta mendapat

sebagai salah satu parameter yang ingin kepastian hukum dan perlakuan yang sama

disempurnakan sehingga Mahkamah Agung di depan hukum” (Ayat (2)) berupaya untuk merespon hal tersebut dengan

menerbitkan PERMA Nomor 2 Tahun 2015 Berdasarkan manifestasi ketentuan tersebut untuk merespon perkembangan bidang ekonomi diatas, masyarakat dapat mengajukan tuntutan hak di Indonesia khususnya dalam memberikan sesuai dengan hukum dan peraturan perundang- perlindungan hukum bagi masyarakat yang undangan melalui jalur pengadilan (litigasi)

melakukan usaha.

maupun melalui luar jalur pengadilan (non litigasi) dimana keduanya merupakan hak asasi

Berdasarkan latar belakang tersebut, manusia yang dijamin oleh hukum dan peraturan

penulis tertarik mengambil obyek tentang perundang-undangan. Pada dasarnya, tuntutan

proses peradilan sederhana berkaitan dengan hak adalah tindakan yang bertujuan memperoleh

perlindungan hak masyarakat dalam kerangka perlindungan hak yang diberikan oleh pengadilan

hak asasi manusia yang dituangkan pada tulisan untuk mencegah “eigenrechting” atau perbuatan

ini dengan judul “Perlindungan Hak Asasi main hakim sendiri dalam melaksanakan haknya

Manusia Bagi Masyarakat Kurang Mampu Atas sehingga menimbulkan perbuatan melawan

Penerapan Asas Peradilan Sederhana Cepat Dan hukum yang dapat merugikan pihak lainnya. 3 Biaya Ringan Berdasarkan Peraturan Mahkamah

Agung Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Pada faktanya masyarakat pencari keadilan

saat ini selalu berujung pada sengketa ataupun Sederhana”. Adapun tujuan penulisan ini

Gugatan

adalah untuk menganalisis pelaksanaan PERMA proses hukum yang rumit hingga menjadi konflik No. 2 Tahun 2015 terkait peradilan sederhana sosial yang tidak dapat terselesaikan. Meskipun biaya ringan berasas hak asasi manusia; dan untuk hak untuk menuntut merupakan hak asasi, bukan menganalisis hambatan-hambatan pelaksanaan berarti tuntutan hak tersebut dapat dilakukan

PERMA No.2 Tahun 2015 terkait peradilan tanpa dasar hukum yang telah ditentukan. Semua sederhana biaya ringan berasas hak asasi manusia. tuntutan hak yang diajukan oleh pencari keadilan

harus didasarkan pada hukum acara yang telah ada. Antara lain berdasarkan Undang Undang

METODE PENELITIAN Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia,

Metode pada tulisan ini menggunakan bagian keempat Pasal 17 terkait Hak Memperoleh metode yuridis sosiologis, yaitu suatu pendekatan Keadilan diyatakan bahwa: “Setiap orang, tanpa yang akan dilihat dari aspek hukum yang diskriminasi, berhak untuk memperoleh keadilan difokuskan permasalahan hukum di lingkungan dengan mengajukan permohonan, pengaduan, masyarakat tentang proses peradilan perlindungan dan gugatan, baik dalam perkara pidana, perdata, hukum pada proses peradilan sederhana dan maupun administrasi serta diadili melalui proses ringan berasaskan Hak Asasi Manusia. 4 peradilan yang bebas dan tidak memihak, sesuai

dengan hukum acara yang menjamin pemeriksaan yang objektif oleh hakim yang jujur dan adil untuk

PEMBAHASAN

memperoleh putusan yang adil dan benar.”

A. Hak Asasi Manusia

Sejak Tahun 2015, pemerintah Republik Indonesia (RI) telah berkomitmen untuk

Setiap warga negara berhak mendapat perlindungan hak asasi manusia oleh negara. Hal

mengadopsi parameter Kemudahan Berusaha ini berarti pemerintah selain mempersiapkan, sebagai sarana untuk meningkatkan daya saing

nasional di tingkat global. Rencana Pembangunan menyediakan, dan meyusun perangkat hukum Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-

hak asasi manusia, mendirikan kelembagaan hak 2019 Nawacita dan Agenda Reformasi Birokrasi asasi manusia, juga harus berupaya memberikan

3 Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 1981, hlm. 31. 4 Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum, Galia Indonesia, 1991

Jurnal HAM Vol. 8 No. 1, Juli 2017: 25-38 27 Jurnal HAM Vol. 8 No. 1, Juli 2017: 25-38 27

yang sama di hadapan hukum merupakan jaminan untuk melindungi warga negara terhadap

Hak Asasi manusia yang paling sering dilanggar pelanggaran hak asasi manusia, masih banyak

oleh Negara. Prinsip-prinsip hak asasi manusia diketemukan kasus pelanggaran hak asasi manusia.

adalah:

Salah satu upaya pemerintah dalam menegakkan

1. Prinsip Kesetaraan yaitu: ide yang Hak Asasi Manusia, untuk masyarakat siapapun

meletakkan semua orang terlahir bebas apabila mengalami dan melihat pelanggaran hak

dan memiliki kesetaraan dalam hak asasi asasi manusia, diharapkan segera melaporkan

manusia.

kepada pihak yang berwenang. Adanya hak asasi manusia adalah: 2. Prinsip Diskriminasi yaitu: Pelarangan

1. Timbulnya hak asasi manusia karena adanya bagian dari prinsip kesetaraan, jika semua

terhadap diskriminasi adalah salah satu

kesadaran manusia terhadap harga diri, orang setara, maka seharusnya tidak ada

harkat, dan martabat kemanusiaannya. perlakuan yang diskriminatif, atau selain

2. Hak asasi adalah hak dasar atau hak pokok tindakan afirmatif yang dilakukan untuk

yang dimiliki oleh setiap umat manusia sejak

mencapai kesetaraan.

lahir sebagai anugerah Tuhan Yang Maha

3. Kewajiban Positif untuk melindungi kak- Esa. hak tertentu menurut hukum hak asasi

3. Secara mendasar, hak asasi manusia meliputi manusia internasional, suatu negara tidak

hak untuk hidup, hak untuk merdeka dan hak boleh secara sengaja mengabaikan hak- untuk memiliki sesuatu. hak dan kebebasan-kebebasan. Sebaliknya

4. Puncak perkembangan sejarah hak asasi Negara diasumsikan memiliki kewajiban manusia, pada tanggal 10 Desember 1948

positif untuk melindungi secara aktif dan dengan lahirnya pernyataan sedunia tentang

memastikan terpenuhinya hak-hak dan hak asasi manusia yang dikenal dengan

kebebasan-kebebasan. 5 Universal Declaration of Human Rights. Teori positivisme hak asasi yaitu suatu hak

5. Instrumen hak asasi manusia di Indonesia, harus berasal dari sumber yang jelas, seperti dari antara lain UUD 1945, UU No. 39 Tahun

peraturan perundang-undangan atau konstitusi 1999; sedangkan lembaga perlindungan 6 yang dibuat Negara. Teori positivisme hak

hak asasi manusia di Indonesia, antara asasi, sangat cocok untuk pelaksanaan peradilan lain Komnas HAM, Komisi Perlindungan

sederhana cepat dan biaya ringan berdasarkan Anak Indonesia, Komisi Kebenaran dan

Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) No. 2 Rekonsiliasi, dan pengadilan HAM. Tahun 2015 terkait proses peradilan sederhana

biaya ringan berasas Hak Asasi Manusia, dimana Jaminan hak asasi manusia yang sering

gugatan sederhana terdiri dari; dilanggar yaitu “Perlakuan yang sama di hadapan hukum”. Perlakuan yang sama di depan hukum

1. Penggugat dan tergugat yang masing-masing diatur dalam UUD 1945 pasal 28 D ayat 1 yang

tidak boleh lebih dari satu, kecuali memiliki berbunyi “Setiap orang berhak atas pengakuan,

kepentingan hukum yang sama. jaminan perlindungan, dan kepastian hukum yang

2. Dalam gugatan sederhana, alamat tergugat adil serta perlakuan yang sama dihadapan hu kum”.

penggugat dan tergugat Ayat ini menegaskan bahwa setiap warga negara

diketahui,

berdomisili di daerah hukum yang sama serta berhak mendapat pengakuan dan perlindungan

penggugat dan tergugat wajib menghadiri dari Negara”. Setiap warga negara berhak untuk

secara langsung setiap persidangan dengan mendapat perlakuan di hadapan hukum yang adil

atau didampingi kuasa hukum. dan sama untuk semua warga negara tanpa ada

5 Majda El-Muhtag, HAM,DUHAM dan RANHAM Indonesia, hlm.274 dan Mujaid Kumkelo dkk, Figh Ham, Malang, Setara Press.2015, hlm.35. 6 Scott Davidson, HAM,Sejarah,Teori Praktek Dalam Pergaulan Internasional, Jakarta, Grafiiti, 1994, hlm.2.

28 Perlindungan Hak Asasi Manusia... (Rr. Susana Andi Meyrina)

3. Proses awal pengajuan gugatan sederhana, Nomor 2 Tahun 2015 berasaskan Hak Asasi yaitu melakukan pendaftaran gugatan

manusia. Hak Asasi Manusia di Indonesia termuat sederhana di Kepaniteraan. Penggugat

dalam Pembukaan UUD 1945, yang tercantum di wajib mengisi blangko yang tersedia, berisi

dalamnyaantara lain:

keterangan identitas penggugat dan tergugat,

“Bahwa sesungguhnya penjelasan ringkas duduk perkara dan tututan

1. Alinea

I:

kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa penggugat. dan oleh sebab itu maka penjajahan diatas

4. Panitera melakukan pemeriksaan syarat dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai pendaftaran, apabila memenuhi maka

dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”. dicatat dalam buku register khusus gugatan

2. Alinea IV: “… Pemerintah Negara Republik sederhana dan apabila tidak memenuhi

Indonesia yang melindungi segenap syarat, maka Panitera akan mengembalikan

bangsa Indonesia dan seluruh tumpah gugatan. Penggugat wajib membayar panjar

darah Indonesia, dan untuk memajukan biaya perkara, bagi yang tidak mampu dapat

umum, mencerdaskan mengajukan permohonan beracara secara

kesejahteraan

kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan cuma-cuma atau prodeo. 7 ketertiban

yang berdasarkan Sebagai bukti kepedulian masyarakat

dunia,

kemerdekaan, perdamaian abadi dan terhadap upaya penegakan HAM, berdasarkan

keadilan sosial……”

Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) No.2 Berkaitan dengan uraian Hak Asasi Manusia Tahun 2015 proses peradilan sederhana biaya

pada isi UUD 1945 tersebut di atas juga adalah ringan berasas Hak Asasi Manusia, gugatan

hak masyarakat Indonesia dalam perlindungan sederhana berdasarkan uraian tersebut diatas,

hukum tentu sangat erat kaitannya dengan Hak sebagai contoh, muncul berbagai aktivis dan

Asasi Manusia (HAM). Di dalam Kamus Hukum advokasi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat).

dijelaskan, “Hak Asasi Manusia adalah hak yang Para aktivis dapat mengontrol atau mengkritisi

dimiliki dengan kelahiran dan kehadirannya kebijakan pemerintah yang rawan terhadap

di dalam kehidupan masyarkat.” Maka yuridis pelanggaran HAM. Mereka juga dapat mendata

kualitatif dengan melihat pelaksanaan penerapan kasus-kasus pelanggaran HAM dan melakukan

asas peradilan sederhana, berbiaya murah atau pembelaan atau pendampingan. LSM tersebut bisa

ringan adalah penanganan gugatan sederhana menangani berbagai masalah, misalnya masalah

sebagaimana diatur di dalam PERMA Nomor kesehatan masyarakat, korupsi, demokrasi,

2 Tahun 2015 dan dikaitkan dengan Undang- pendidikan, kemiskinan, lingkungan, penegakan

undang Nomor 48 Tahun 2009 Pasal 4 ayat (2). hukum. Kehadiran mereka dapat menjadi

Sebagai analisis dalam tulisan ilmiah tentang kekuatan penyeimbang sekaligus pengontrol

“Perlindungan Hak Asasi Manusia Atas Penerapan langkah-langkah pemerintah dalam pelaksanaan

Asas Peradilan Sederhana Cepat dan Biaya HAM di Indonesia. Ringan dalam Penanganan Gugatan Sederhana

Penegakan HAM di negara kita tidak akan Berdasarkan PERMA Nomor 2 Tahun 2015”, yang berhasil jika hanya mengandalkan tindakan dari

menjadi fokus adalah pengertian “sederhana” pemerintah. Peran serta lembaga independen dan

menjadi bagian dari pengertian “Ringan”. masyarakat sangat diperlukan, bahkan keterlibatan

B. Perlindungan

Masyarakat Terhadap

masyarakat internasional sangat diperlukan dalam

Proses Hukum Sederhana Dan Ringan

kasus-kasus tertentu. Berdasarkan teori positivism Untuk melindungi hak asasi manusia terhadap hak asasi manusia, teori ini dikemukakan dengan proses peradilan kepada lapisan masyarakat, tujuan untuk membahas dan menganalisis dimaksud sederhana adalah tidak berbelit-belit mengenai penyelesaian sengketa yang ada di dan “biaya ringan” adalah “biaya perkara yang masyarakat, perbuatan melawan hukum dan dapat terpikul oleh rakyat”. Bagi pencari keadilan wanprestasi sebagaimana diatur dalam PERMA

7 www.Mahkamah Agung, Tentang Gugatan sederhana Solusi Penyelesaian Perkara Cepat dan Biaya Ringan,2015.

Jurnal HAM Vol. 8 No. 1, Juli 2017: 25-38 29 Jurnal HAM Vol. 8 No. 1, Juli 2017: 25-38 29

yang lazim disebut perkara-perkara tindak pidana prodeo), sebagai pelaksanaan perlindungan Hak

ringan atau disingkat “tipiring”. Dalam “tipiring” Asasi Manusia bagi perkara di peradilan bagi

kesederhanaan itu antara lain tidak diperlukan masyarakat tidak mampu, sepanjang perkara

surat dakwaan, tidak ada keharusan didampingi tersebut, praktik, permohonan berperkara cuma-

advokat. Tetapi, khusus dalam pemeriksaan cuma yang diajukan sesuai dengan syarat dan tata

perkara dengan acara singkat, tergantung cara yang berlaku tidak pemah ditolak pengadilan

pada Penuntut Umum. Penuntut Umum yang (selalu dikabulkan). Namun dari segi lain, biaya

.menentukan suatu perkara akan diperiksa dengan ringan juga menimbulkan ekses. Karena biaya

acara singkat atau cara biasa. 9 ringan maka sangat mudah pihak yang berperkara,

Untuk perkara perdata, asas kesederhanaan mengajukan upaya hukum walaupun diketahui

ditentukan juga oleh para pihak yang berperkara. atau dapat diduga upaya hukum akan ditolak atau

Pihak-pihak yang menentukan apakah akan tidak dapat diterima. menempuh penyelesaian secara damai atau

Berdasarkan Undang-undang Nomor 19 meneruskan berperkara (HIR, Pasal 130/RBg, Tahun 1964 memberi penjelasan mengenai asas

Pasal 154). HIR yang diperuntukkan bagi golongan sederhana, dan biaya ringan yang agak lebih rinci

orang Indonesia asli dimaksudkan untuk, beracara dibandingkan dengan Undang-undang Nomor sederhana dan cepat, berbeda dengan Rv. Misalnya,

14 Tahun 1970 dan Undang-undang Nomor 4 dalam HIR, hakim mempunyai peran aktif dalam Tahun 2004. Penjelasan Pasal 2 ayat (2) Undang-

beracara termasuk membantu mencatat gugatan, undang Nomor 19 Tahun 1964 menyebutkan:

yang diajukan secara lisan karena pemohon tidak “Peradilan harus sederhana. Tidak perlu suatu

pandai menulis menurut tats tulis resmi. Tidak acara yang berbelit-belit. yang tidak memuaskan

ada syarat-syarat formal gugatan. Suatu gugatan pencari keadilan. Hukum adalah diperuntukkan

sudah dianggap cukup kalau jelas penggugat bagi mereka, karena itulah mereka wajib mengerti

dan tergugat, alasan menggugat dan tujuart atau hukumnya”. 8 Peradilan harus cepat, hanya dengan

sasaran gugatan. Dalam beracara tidak diharuskan kecepatan, peragaan (perasaan) keadilan dapat

ada pembela, dan berbagai kesederhanaan lainnya. dipenuhi. Namun berbagai undang¬undang baru, peraturan

Tetapi dari kenyataan yang ada, Peraturan dan Surat Edaran Mahkamah Agung mengatur Mahkamah Agung (PERMA) No. 2 Tahun 2015

berbagai bntuk teknis beracara dengan maksud terkait proses peradilan sederhana biaya ringan

membangun standar peradilan yang baku sesuai berasas Hak Asasi Manusia, gugatan sederhana,

perkembangan.

bertahun-tahun proses belum dapat diselesaikan Tujuan Peraturan Mahkamah Agung No. lewat

2 Tahun 2015, untuk setiap perkara diharapkan dilanjutkan oleh para ahli waris pencari keadilan,

dapat diselesaikan dalam waktu secepat-cepatnya. harus dihindarkan sejauh- jaunya”. “Peradilan

Penyelesaian perkara dengan cepat bukan hanya harus murah. Pengadilan adalah untuk rakyat

kepentingan pihak-pihak atau yang terkena karena itu peradilan harus dilakukan dengan biaya

perkara. Pengadilan juga berkepentingan terhadap yang ringan supaya rakyat pencari keadilan dapat

penyelesaian perkara dengan cepat. Bahkan negara membayarnya”. sangat berkepentingan perkara-perkara dapat

Menurut “Asas sederhana”, sebagai diselesaikan dalam waktu sesingkat-singkatnya. penjelasan di atas pengertian “sederhana”

Pencari keadilan, harus menanggung berbagai berkaitan dengan “acara‟ atau “beracara”.

biaya yang harus dibayar (ongkos perkara, Secara normatif ada ketentuan-ketentuan yang

bayaran untuk penasihat hukum). Tidak kalah mengatur mengenai cara-cara beracara yang lebih

memberatkan yaitu beban psikologis, karena tidak sederhana. Dalam KUHAP didapati ketentuan atau belum ada kepastian hukum. Bagi pengadilan,

8 Muh.Daming Sanusi, "Fungsi Hakim Sebagai Sumber Pembentuk Hukum Dalam Perkara Perdata Dihubungkan Dengan Asas Peradilan Yang Baik" (Disertasi) Program Studi Doktor Ilmu Hukum Universitas Padjajaran, Bandung: 2009. Hlm. 127 9 KUHAP, Pasal 203 – Pasal 216

30 Perlindungan Hak Asasi Manusia... (Rr. Susana Andi Meyrina) 30 Perlindungan Hak Asasi Manusia... (Rr. Susana Andi Meyrina)

eksekusi tergantung pada tingkat kesulitan lain menyangkut penunggakan perkara. Setiap

melaksanakan eksekusi, misalnya karena penunggakan perakara akan dipandang sebagai

memerlukan pengamanan ekstra atau karena bukti pengadilan tidak bekerja efisien, efekif (dan

objek eksekusi meliputi tanah yang luas, dan produktif). Bagi negara, peradilan yang lambat

lain-lain. Untuk perkara pidana, ongkos yang akan menjadi beban pada anggaran negara karena

harus dibayar sangat kecil. Hingga saat ini, harus membayar hakim-hakim dan petugas

ongkos yang harus dibayar terdakwa antara pengadilan yang tidak produktif.

Rp. 2.500,- sampai Rp. 5.000,- kalau kasasi Sesuai surat Edaran Mahkamah Agung

Jaksa/Penuntut Umum ditolak atau tidak Nomor 6 Tahun 1992, Pengadilan Negeri dan

dapat diterima ongkos perkara dibebankan Pengadilan Tinggi (demikian juga lingkungan

kepada negara.

badan pengadilan

lainnya)

diwajibkan

2) Biaya membayar penasehat hukum bulan. Bagi yang tidak menyelesaikan suatu

menyelesaikan setiap perkara paling lama enam

(advokad). Biaya ini cenderung mahal. perkara dalam, batas waktu tersebut, diwajibkan

Hingga saat ini, baik atas kesepakatan melaporkan kepada Ketua Mahkamah Agung

antar penasehat hukum (advokad) maupun disertai alasan-alasannya. Ketentuan ini dapat

dari pemerintah, tidak ada ketentuan yang terlaksana dengan sangat baik. Jarang sekali

mengatur ongkos bagi penasehat hukum ada pemeriksaan perkara di tingkat pertama dan

(advokad). Besarnya jumlah yang harus banding lebih dari enam bulan. dibayarkan kepada penasehat hukum

Berdasarkan asas pemeriksaan secara cepat (advokad) tergantung kata sepakat dengan perlu sekali dikedepankan agar suatu perkara

pihak-pihak yang akan dibela. tidak berlarut atau dilarut-larutkan. Tetapi

C. Implementasi Peraturan Mahkamah

sebaliknya jangan sampai karena ingin cepat atau Agung No. 2 TAHUN 2015 ditekan supaya cepat, penyelidikan, penyidikan, Peraturan Mahkamah Agung No. 2 TAHUN

dan pemeriksaan di muka sidang pengadilan, terbuka berbagai

“lobang menganga” sehingga 2015 merupakan salah satu instrument hukum untuk memberikan dukungan terhadap kedaulatan

hakim tidak dapat berbuat lain kecuali memutus NKRI/diplomasi Republik Indonesia, sebagai sesuai lobang-lobang yang tidak mungkin contoh tentang perkara hak asasi manusia, ditambal tersebut. Persoalan timbul pada bisnis manusia antar Negara yaitu pengiriman pemeriksaan tingkat kasasi (Mahkamah Agung). TKI (Tenaga Kerja Indonesia) di negara Timur Selain perkara-perkara khusus tersebut di atas, Tengah (Arab Saudi) dan sekitarnya, berdasarkan tidak ada ketentuan batas waktu pemeriksaan. kebijakan pemerintah belum sepenuhnya dapat Walaupun demikian dibandingkan dengan jumlah melindungi TKI-TKI terhadap hak asasi manusia, yang dapat diselesaikan oleh tiap-tiap pengadilan terhadap masalah dimana TKI tersebut bekerja. tingkat pertama atau banding, majelis hakim pada Permasalahan TKI-TKI yang bekerja di Negara Mahkamah Agung cukup produktif. tersebut yaitu penahanan paspor oleh Biro yang Sesuai pasal 4 ayat (2) Undang-undang Nomor 48

mengirim TKI tersebut bekerja, dengan tujuan Tahun 2009 adalah “biaya ringan”, yang secara untuk mengambil sebagian gaji TKI selama

umum diartikan sebagai biaya yang terjangkau kontrak bekerja. Salah satu contoh tersebut oleh yang berperkara. Ada dua jenis biaya

adalah Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) berperkara: No. 2 Tahun 2015 dapat mengimplementasikan

1) Biaya (ongkos) perkara yaitu biaya resmi melindungi TKI-TKI didalam perlindungan Hak yang harus dibayarkan ke pengadilan.

asasi manusia, untuk disediakan Biro-biro Hukum Sebagian untuk pelaksanaan perkara

yang siap untuk membantu di dalam ketidakadilan seperti biaya pengiriman surat-surat dan

sesuai dengan teori positivisme. Sehingga pemanggilan saksi. Sebagian biaya seperti

mempercepat proses penyelesaian perkara sesuai “bea meterai” yang harus disetorkan kepada

asas peradilan sederhana, cepat, biaya ringan. kas negara. Biaya-biaya tersebut relatif

Pada era perdagangan bebas, Negara Indonesia ringan. Dalam perkara perdata, ada biaya menjadi sorotan masyarakat ekonomi dunia

Jurnal HAM Vol. 8 No. 1, Juli 2017: 25-38 31 Jurnal HAM Vol. 8 No. 1, Juli 2017: 25-38 31

sengketa hak atas tanah. Sistem ini mengenal Claim Court , dengan tujuan antara lain; dismissal process , dimana dalam sidang

1. Mewujudkan negara demokrasi modern pendahuluan hakim berwenang menilai dan dan meningkatkan pelayanan terbaik bagi

menentukan apakah perkara tersebut masuk masyarakat pencari keadilan. “Melalui

kriteria gugatan sederhana. Apabila hakim berbagai kajian Kelompok Kerja (Pokja)

berpendapat perkara bukanlah gugatan lahirlah PERMA ini untuk diterapkan semua

sederhana, maka dikeluarkan penetapan pengadilan”. perkara tidak berlanjut.

2. Untuk mengurangi volume perkara di MA.

6. Putusan akhir small claim court, para pihak Dikarenakan dalam tiga tahun terakhir MA

dapat mengajukan keberatan paling lambat menerima beban perkara sekitar 12 ribu

tujuh hari setelah putusan diucapkan atau hingga 13 ribu perkara per tahun. “Perkara

setelah pemberitahuan putusan. Keberatan perdata kecil yang nilai gugatan maksimal

ini diputus majelis hakim sebagai putusan Rp 200 juta tidak perlu diajukan banding

akhir, sehingga tidak tersedia upaya hukum atau kasasi karena putusan pengadilan 10 banding, kasasi, atau peninjauan kembali.

tingkat pertama sebagai pengadilan tingkat Pelaksanaan PERMA ini, mengatur bentuk terakhir” . pelayanan hukum secara terpadu antara pengadilan

3. Proses pembuktiannya sederhana dengan negeri, pengadlilan agama termasuk pemerintah hakim tunggal. Jangka waktu penyelesaian

daerah setempat terkait pengurusan dokumen/akta perkara ini tidak lebih dari 30 hari (maksimal

yang dibutuhkan masyakat setempat. “Ada sidang keliling untuk memenuhi permintaan pencari

25 hari, red) sudah diputuskan. “Pengajuan keadilan dalam hal perolehan akta,”. gugatan pengadilan menyediakan formulir

gugatan, jawaban, dan kesaksian (tanpa Pada tahun 2013, Mahkamah Agung RI ada tuntutan provisi, eksepsi, rekonvensi,

menerima perkara sebanyak 12.337 perkara. Sisa perkara yang belum diputus pada tahun

intervensi, replik, duplik, atau kesimpulan, 2012 berjumlah 10.112, sehingga beban perkara red). Jadi, proses persidangannya tidak Mahkamah Agung RI pada tahun 2013 berjumlah berbelit-belit dan memberi kepastian hukum

22.449 perkara. Dibandingkan dengan tahun bagi pencari keadilan”. 2012, jumlah perkara masuk turun 8,02 %. Jumlah

4. Beleid yang diteken Ketua MA HM Hatta perkara masuk tahun 2013 ini merupakan jumlah Ali pada 7 Agustus Tahun 2015, menetapkan

terendah dalam lima tahun terakhir. Jumlahnya kriteria small claim court ini sebagai

berada di bawah rata-rata perkara masuk dalam perkara cidera janji (wanprestasi) dan atau

lima tahun terakhir yaitu 12.952 perkara. Akan perbuatan melawan hukum (PMH). PERMA

tetapi jumlah beban penanganan perkara di tahun ini mensyaratkan pihak penggugat dan

2013 meningkat 6,36 % dari tahun 2012 dan tergugat tidak boleh lebih dari satu, kecuali

berada diatas rata-rata beban penanganan perkara kepentingan hukum yang sama. Para pihak

dalam lima tahun terakhir yang berjumlah 21.621 perkara.

dengan atau tanpa kuasa hukum wajib hadir langsung ke persidangan. Makanya,

Produktivitas Mahkamah Agung RI dalam tidak dapat diterapkan ketika tergugat tidak

memutus perkara pada tahun 2013 berjumlah diketahui keberadaannya. 16.034 perkara, dengan demikian rasio

5. Dua jenis perkara yang tidak bisa diselesaikan memenuhi target minimal. Jumlah ini naik 45,83%

produktifitas memutus perkara tahun 2013 telah

dalam small claim court yakni perkara jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang yang penyelesaian sengketanya dilakukan memutus 10.995 perkara. Jumlah perkara putus

10 Hukum Online.com. Judul”Urgensi Terbitnya PERMA Small Claim Court Proses persidangan small claim court tidak berbelit-belit dan memberi kepastian hukum bagi pencari keadilan. Diterbitkan pada hari Jumat, 21 Agustus 2015.

32 Perlindungan Hak Asasi Manusia... (Rr. Susana Andi Meyrina) 32 Perlindungan Hak Asasi Manusia... (Rr. Susana Andi Meyrina)

1) Terbentuknya prosedur hukum yang lebih satu dasawarsa terakhir, bahkan tertinggi dalam

sensitif terhadap masyarakat miskin marjinal catatan sejarah Mahkamah Agung RI. 11 dan mampu menciptakan pengadilan yang

Rasio perkara putus dibandingkan dengan

lebih responsif;

jumlah beban perkara di tahun 2013 berada di level

2) Mendorong peningkatan kualitas pelayanan

71, 42%. Nilai rasio ini naik 19,33% dari tahun publik pada Mahkamah Agung RI dan empat 2012 yang hanya mencapai 52,09%. Sedangkan

peradilan di bawahnya;

rasio perkara putus dibandingkan dengan perkara masuk adalah 129, 97%. Artinya, jumlah perkara

kebijakan keterbukaan putus di tahun 2013 mengalami surplus 29,97%

3) Implementasi

informasi pada pengadilan, dan dari perkara masuk sehingga sisa perkara tahun

4) Mengkomunikasikan

kebijakan akses

melalui strategi Tingginya produktivitas memutus perkara ini

2012 berhasil direduksi sebanyak 29, 56%. terhadap

keadilan

komunikasi yang inklusif, sebagaimana berdampak langsung pada penurunan sisa perkara

tertuang pada Program prioritas Pembaruan di akhir tahun 2013. Jumlah sisa perkara di akhir

Peradilan 2013.

tahun 2013 ini berjumlah 6.415 perkara. Jumlah Dalam implementasinya, Mahkamah Agung sisa perkara ini berkurang 36,56% dibandingkan

banyak bermitra dengan mitra pembaruan dan dengan tahun sebelumnya yang berjumlah pengadilan negara sahabat untuk memperoleh

10.112 perkara. Prosentase jumlah sisa perkara masukan dan saran tentang bagaimana kebijakan dibandingkan dengan jumlah beban penanganan

akses terhadap keadilan bisa terus ditingkatkan. perkara di tahun 2013 berada di angka 28,58%.

Sepanjang 2013 inisiatif akses terhadap keadilan Prosentase sisa dibawah 30% dari total beban

banyak dialokasikan kepada transisi rezim penanganan perkara merupakan jumlah ideal

bantuan hukum pasca UU Nomor 16 Tahun 2011, yang menunjukkan kinerja penanganan perkara

revitalisasi mediasi sebagai sarana penyelesaian yang tinggi sesuai dengan standar minimal yang

sengketa alternatif, pengembangan kebijakan ditetapkan. Di lihat dari sisi jumlah, sisa perkara

pengadilan dalam rangka simplifikasi sengketa- ini menjadi yang paling rendah dalam sejarah

sengketa sederhana, dan upaya peninjauan Mahkamah Agung RI. 12 kebijakan sengketa gugatan perwakilan (class

Pada tahun 2013 Mahkamah Agung RI action) dalam sistem hukum Indonesia. Selain menerima perkara sebanyak 12.337 perkara

terus mendorong penyempurnaan implementasi dan berhasil melakukan minutasi perkara serta

kebijakan keterbukaan dan pelayanan publik yang mengirimkannya kembali perkara ke pengadilan

telah dirintis sejak beberapa tahun belakangan. 14 pengaju sebanyak 12.360 perkara. Dengan

Khusus untuk mediasi, suatu program demikian rasio penyelesaian perkara pada tahun

khusus telah diluncurkan Mahkamah Agung 2013 berada di level 100,19%. Capaian ini telah

dengan didukung oleh AIPJ-AusAID dengan melampaui standar minimal clearance rate. melibatkan mitra Federal Court of Australia dan

Terpenuhinya dua indikator tersebut Family Court of Australia untuk merevitalisasi sekaligus akan terpenuhinya indikator lain yaitu

prosedur dan tata kelola mediasi. Berdasarkan data rerata waktu memutus dan minutasi perkara yang

terakhir pada tahun 2013, tingkat keberhasilan sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan oleh

mediasi di lingkungan peradilan umum mencapai peraturan perundang-undangan yang berlaku dan

21,4%, yaitu sebanyak 1.194 perkara dari total menurunnya prosentase perkara tunggakan dari

5.573 perkara yang dimediasi. Sedangkan untuk keseluruhan perkara aktif. lingkungan peradilan agama, tingkat keberhasilan

Pada tahun 2013 kebijakan akses terhadap mediasi adalah 17,08% dengan jumlah 25.318 keadilan difokuskan kepada empat fokus, yaitu: 13 perkara dari keseluruhan 148.241 perkara yang

dimediasi. Dari sini terlihat bahwa peluang untuk

11 Ibid, Mahkamah Agung Republik Indonesia, Laporan Tahunan 2013 Ringkasan Eksekutif, Jakarta, 26 Februari 2014, hlm.hlm. 14 12 Op.cid, Mahkamah Agung Republik Indonesia, Laporan Tahunan 2013 Ringkasan Eksekutif, Jakarta, 26 Februari 2014, hlm. 15

13 Lop.cid.Mahkamah Agung Republik Indonesia, Laporan Tahunan 2013 Ringkasan Eksekutif, Jakarta, 26 Februari 2014, hlm. 20-21 14 Hatta Ali, Reformasi Perlu Ditingkatkan Untuk Penyelesaian Perkara di Pengadilan,Surabaya: UNAIR, 2015, hlm. 5

Jurnal HAM Vol. 8 No. 1, Juli 2017: 25-38 33 Jurnal HAM Vol. 8 No. 1, Juli 2017: 25-38 33

karena tidak adanya kepastian hukum bila terjadi dan membantu meringankan beban perkara di

sengketa. Oleh karena itu, perlu dicarikan jalan pengadilan masih cukup luas untuk digali. 15 keluar untuk mengatasi masalah tersebut dengan

Sementara itu, untuk perkara gugatan cara melakukan pembangunan paradigma non- perdata sederhana (small claim court), suatu

litigasi, yang diharapkan mampu menggeser program khusus untuk mencari solusi kebuntuan

dominasi paradigma litigasi, sehingga masyarakat legislasi terhadap pembentukan pengadilan

Indonesia tidak hanya mengandalkan jalur litigasi gugatan sederhana telah digulirkan dengan

untuk menyelesaikan sengketa bisnis. Terbukti bekerjasama dengan AIPJ. Program ini selain

dari kritik banyaknya perkara perdata yang bertujuan untuk meningkatkan akses terhadap

diajukan ke pengadilan menimbulkan terjadinya keadilan, juga dimaksudkan untuk berkontribusi

penumpukan perkara yang pada akhirnya kepada peringkat kemudahan berusaha (ease

berimplikasi pada lambatnya proses penyelesaian of doing business) 16 Republik Indonesia. Sejak sengketa. Kritik mengenai tunggakan dan

2009 pemerintah Republik Indonesia (RI) telah kelambatan penyelesaian perkara melalui badan berkomitmen untuk mengadopsi parameter

peradilan (ordinary court) terjadi juga di Amerika Kemudahan Berusaha sebagai sarana untuk

Serikat, dimana to many Americans our system of meningkatkan daya saing nasional di tingkat

justice is neither systematic or just and in recent global. years our court system has come under increasing

criticism. 17 Dalam rangka peningkatan kinerja pelayanan informasi serta tuntutan agenda reformasi

Di dalam penyelesaian perkara perdata birokrasi, Mahkamah Agung RI menempuh

melalui litigasi pada umumnya adalah lambat terobosan baru dalam melakukan komunikasi

dan memakan waktu bertahun-tahun, sehingga kebijakan. Pada prinsipnya diperlukan suatu

terjadi pemborosan waktu (waste of time) dan mekanisme yang solid untuk mengkomunikasikan

proses pemeriksaannya bersifat sangat formal kebijakan-kebijakan yang diambil oleh organisasi

(formalistic) dan teknis (technically). Di samping untuk mendidik publik tentang hak-hak

itu juga semakin banyaknya perkara yang masuk masyarakat berasas Hak Asasi Manusia. ke pengadilan akan menambah beban pengadilan

D. Kebijakan Mahkamah Agung (MA) No. 2

untuk menyelesaikan perkara tersebut (overload).

Selanjutnya, para pihak menganggap bahwa biaya TAHUN 2015 perkara sangat mahal, apalagi dikaitkan dengan

Mahkamah Agung (MA) pada Tahun 2015 lamanya penyelesaian suatu perkara akan semakin telah menerbitkan menerbitkan salah satu produk

besar biaya yang akan dikeluarkan. Kemudian, hukumnya berupa surat edaran yakni Peraturan

pengadilan sering dianggap kurang tanggap Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor dan kurang responsif (unresponsive) dalam

2 Tahun 2015 tentang Tata Cara Penyelesaian menyelesaikan perkara. Ditambah lagi, putusan Gugatan Sederhana (PERMA). Terbitnya

pengadilan menang dan kalah (win-lose), dimana PERMA ini, dalam rangka menyongsong era

dengan adanya perasaan menang dan kalah perdagangan bebas ASEAN dan sengketa

tersebut tidak akan memberikan kedamaian pada perkara-perkara niaga atau bisnis skala kecil

salah satu pihak, melainkan akan menumbuhkan yang berujung ke pengadilan. Bagi masyarakat

bibit dendam, permusuhan dan kebencian. bisnis, yang segala sesuatunya mendasarkan pada

Terakhir, para hakim dianggap hanya memiliki efektivitas, efisiensi dan velocity, kondisi tersebut

pengetahuan di bidang hukum saja, sehingga jelas tidak menciptakan situasi kondusif untuk

sangat mustahil akan bisa menyelesaikan sengketa menunjang kegiatan mereka. Sedangkan bagi

atau perkara yang mengandung kompleksitas di

investor asing hal ini akan menyurutkan minat berbagai bidang. 18

15 Ibid. Hatta Ali, Reformasi Perlu Ditingkatkan Untuk Penyelesaian Perkara di Pengadilan, Surabaya: UNAIR, 2015 hlm. 22 16 Mahyudin Igo, "Penyelesaian Perkara Perdata", Varia Peradilan No. 295, Jakarta: MahkamahAgung, Desember, 2006, hlm. 53

17 Tony Mc Adam, Law Business An Society, USA: Irwin, 1992, hlm. 185 18 Tony Mc Adam, Ibid, hlm. 185. Lihat juga M. Yahya Harahap, "Mencari Sistem Alternatif Penyelesaian Sengketa", Varia PeradilanTahun XI No. 121, Jakarta: IKAHI, 1995, hlm. 101-102

34 Perlindungan Hak Asasi Manusia... (Rr. Susana Andi Meyrina)

Penyebab lain lambatnya proses di Thomas E. Carbonneau, menyatakan bahwa pengadilan, mulai dari adanya hak para pihak

keadilan yang diperoleh melalui jalur ligitasi untuk tidak hadir jika berhalangan (dan sering

adalah “dehumanizing and riddled with abusive dimanfaatkan untuk mengulur waktu) sampai

interpretations of truth 22 “.

terbatasnya ruang sidang dan jumlah hakim Untuk mengatasi penyelesaian perkara yang memeriksa perkara. Perlu diketahui, hakim

sebesar Rp. 200.000.000,- dengan proses yang memeriksa perkara perdata, juga bertugas

penyelesaian perkara gugatan sederhana maka untuk memeriksa dan memutus perkara pidana,

Pemerintah melakukan terobosan dengan karenanya tidak mengherankan jika tumpukan

mengatur cara penyelesaian perkara gugatan perkara membuat proses pemeriksaan perkara di

sederhana sebagaimana diatur dalam PERMA pengadilan sering terkesan sangat lamban dan

Nomor 2 Tahun 2015 yang dikeluarkan pada birokratis. 19 tanggal 7 Agustus 2015. Adapun ketentuan dalam

Rahasia umum pula bahwa peradilan di PERMA tersebut sebagaimana diatur pada Pasal Indonesia masih belum terlalu bersih sehingga

1 ayat (1) menyatakan bahwa “Penyelesaian setiap mengurus perkara, pencari keadilan harus

gugatan sederhana adalah tata cara pemeriksaan di mengeluarkan biaya yang tidak sedikit, belum lagi

persidangan terhadap gugatan perdata dengan nilai harus membayar biaya advokat yang tentunya juga

gugatan materil paling banyak Rp. 200.000.000,- tidak murah. Pada dasarnya lembaga peradilan saat

(dua ratus juta rupiah) yang diselesaikan dengan ini tidak cukup bisa diandalkan untuk para pencari

tata cara dan pembuktiannya sederhana.” keadilan dalam menyelesaikan sengketa mereka,

Dalam ketentuan Pasal 3 ayat (1) menyatakan dan ada ungkapan pejoratif yang mengatakan

bahwa:

bahwa “jika engkau bersengketa tentang kambing, “Gugatan sederhana diajukan terhadap jangan kau bawa ke pengadilan, karena engkau perkara cidera janji dan/atau perbuatan tidak saja akan kehilangan kambing, tetapi juga sapi”. Ungkapan ini cukup menggambarkan melawan hukum dengan nilai gugatan

rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap materil paling banyak Rp.200.000.000,- lembaga peradilan. 20 (dua ratus juta rupiah).”

Berkaitan hal tersebut di atas, sebenarnya Sedangkan ayat (2) menyatakan: Tidak penggunaan dan perkembangan penyelesaian

termasuk dalam gugatan sederhana adalah: sengketa secara damai sangat baik dan cocok

a. perkara yang penyelesaian sengketanya pada masyarakat Indonesia. Di Indonesia, nilai

dilakukan melalui pengadilan khusus harmoni, tenggang rasa, dan komunalisme

sebagaimana diatur di dalam peraturan atau kebersamaan lebih diutamakan daripada

perundang-undangan; atau individualisme. Pengutamaan yang demikian itu

b. dapat digunakan untuk menjelaskan mengapa

sengketa hak atas tanah penyelesaian sengketa yang menonjolkan

Terobosan yang dilakukan oleh Mahkamah konsensus dengan hasil win-win solution lebih

Agung ini juga sesuai dengan amanat yang cocok daripada penyelesaian sengketa melalui

diatur dalam Undang-undang Nomor 48 Tahun jalur ligitasi, yang menghasilkan win-lose

2009 Pasal 4 ayat (2) tentang Tercapainya solution. peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan.

Kehadiran PERMA No. 2 Tahun 2015 ini sebagai Menurut Jack Ethridge “litigation paralyzes upaya untuk mengurangi penumpukan perkara people. It makes them enemies. It pets them

not only against one another but against the pada semua tingkat pengadilan dan terakhir bermuara pada Mahkamah Agung.

other ‘s employed combatant “. 21 Di sisi lain,

19 Wirawan, "Menyelesaikan Perdata Secara Singkat", Pikiran Rakyat, 18 Oktober 2004. 20 Musahadi HAM, dan kawan-kawan. Mediasi dan Resolusi Konflik di Indonesia, Semarang: Wali Songo Mediation Centre, 2007, hlm. viii 21 Jack Ethridge dalam Peter Lovenheim, Mediate Don 't Litigate, New York: Mc Graw-Hill Publishing Company, 1989, hlm. 23

22 Thomas E. Carbonneau, Alternatif Dispute Resolution, Chicago: Melting the Lances and Diemounting the Steeds, University of Illinois,

1989, hlm. 8

Jurnal HAM Vol. 8 No. 1, Juli 2017: 25-38 35

Mahkamah Agung RI sebagai badan

SARAN

peradilan memiliki tugas pokok menerima, memeriksa, mengadili, dan menyelesaikan perkara

Kebijakan melalui terbitnya PERMA No. yang menjadi kewenangannya. Untuk mengukur

2 Tahun 2015 masih mengalami kekurangan, kinerjanya, Mahkamah Agung RI menggunakan

oleh karena itu sebaiknya isi dari PERMA ini dua indikator utama yaitu: 23 dimasukan ke Rancangan Undang-Undang

1. Rasio produktifitas memutus perkara tentang Hukum Acara Perdata yang saat ini (case-deciding productivity rate), yaitu

sedang dalam pembahasan, sehingga menjadi satu kesatuan dengan aturan induknya.

perbandingan antara jumlah perkara putus dengan jumlah beban perkara pada satu

Sejalan dengan tujuan Peraturan Mahkamah periode. Produktifitas memutus perkara

Agung (MA) No.2 Tahun 2015, peradilan dalam rangka menyelesaikan sengketa secara damai,

dikategorikan baik apabila rasionya diatas penerapan azas peradilan sederhana, cepat, biaya

70%, sehingga sisa perkara yang belum ringan, untuk menekan penumpukan perkara dapat diputus tidak melebihi dari 30%. cepat terselesaikan untuk meringankan beban

2. Rasio penyelesaian perkara (clearance rate), masyarakat miskin diperlukan suatu mekanisme yaitu perbandingan antara jumlah perkara

penyederhanaan untuk dapat membuat proses masuk dan keluar dalam satu periode

peradilan menjadi lebih efektif dan efisien dan pelaporan. Penyelesaian perkara Mahkamah

dapat memberikan bantuan pelayanan biaya Agung RI dapat dikatakan baik apabila nilai

sangat murah bagi masyarakat miskin. rasio penyelesaian perkara minimal 100%. Artinya jumlah perkara yang dikirim ke pengadilan pengaju minimal sama dengan perkara yang masuk ke Mahkamah Agung RI.

KESIMPULAN Proses peradilan perlindungan hak asasi

manusia bagi masyarakat miskin atas penerapan asas peradilan sederhana cepat dan biaya ringan masih rumit. Implmentasi Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2015 tentang tatacara gugatan sederhana dari mulai pendaftaran sampai pada eksekusi prosesnya cukup lama dan berbelit- belit.

Hambatan dalam pelaksanaan peradilan sederhana cepat dan biaya ringan berdasarkan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2015 tentang tatacara gugatan sederhana, adalah pelaksanaannya yang masih berbiaya tinggi sehingga setiap mengurus perkara, pencari keadilan harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit, belum lagi harus membayar biaya advokat yang tentunya juga tidak murah.