WARTA ARDHIA Jurnal Perhubungan Udara Faktor Penyebab Kelelahan dan Stres Kerja Terhadap Personel Air Traffic Controller (ATC) di Bandar Udara “X”
WARTA ARDHIA Jurnal Perhubungan Udara
Faktor Penyebab Kelelahan dan Stres Kerja Terhadap Personel Air Traffic Controller (ATC) di Bandar Udara “X”
Air Traffic Controller’s Fatigue and Job Stress at “X” Airport
Susanti
Pusat Litbang Perhubungan Udara, Jl. Merdeka Timur No.5 Jakarta Pusat 10110
email: shanti.udara@gmail.com
INFO ARTIKEL
ABSTRACT / ABSTRAK
Histori Artikel:
Diterima: 29 Agustus 2016 necessary to conduct the research concerning on the fatigue and job stress of In the effort to improve aviation safety, particularly at the airports, it is Direvisi: 19 September 2016 Disetujui: 27 September 2016 the Air Traffic Controller (ATC) whom have an important role in maintaining aviation safety particularly in the aircrafts control and guidance. The purpose
Keywords:
of this study is to evaluate the fatigue and job stress of the ATC so that it can be safety, fatigue, job stress, ATC
anticipated to prevent the occurrence of any human errors. The aim of this study is to provide the recommendation for aviation service operator and other
Kata kunci: related stakeholders in order to reduce the fatigue and job stress. From the keselamatan, kelelahan, stres
conclusion, it is indicated that several factors affect the fatigue and job stress kerja, ATC in which the most important factors (in descending order) are the workload
(score 3.24), human relationship (score 2.53), the working environment (score
2.11) and role conflict (score 2.12).
Sebagai upaya dalam meningkatkan keselamatan penerbangan khususnya di bandar udara, maka perlu dilakukan kajian tentang fatigue dan Job Stress ATC yang memegang peranan penting dalam menjaga keselamatan
khususnya penanganan terhadap pesawat. Maksud kajian adalah untuk mengevaluasi bagaimana peran kelelahan dan stres kerja ATC dapat
diantisipasi untuk mencegah faktor human error. Tujuan kajian ini adalah memberikan bahan masukan kepada penyelenggara jasa angkutan udara
dan instansi terkait untuk mencegah fatigue dan job stress dengan melakukan upaya-upaya yang maksimal. Hasil kajian ini mengindikasikan
beberapa faktor yang mempengaruhi stres kerja, yang paling besar memberikan pengaruh adalah faktor beban kerja (workload) yang memberikan kontribusi sebesar 3.24, kemudian disusul oleh hubungan kerja (human relationship) sebesar 2.53, lingkungan kerja (working environment) sebesar 2.11 dan konfilk peran (role conflict) sebesar 2.12.
Faktor Penyebab Kelelahan dan Stres Kerja Terhadap Personnel Air Traffic Controller (ATC) di
Bandar Udara “X”, (Susanti) 123
PENDAHULUAN
Pertumbuhan jasa angkutan udara di sisi lain Peristiwa yang melibatkan kecelakaan
juga memerlukan suatu upaya yang kuat dalam pesawat penerbangan masih terjadi di
menciptakan tingkat keselamatan yang tinggi. Indonesia. Kabar terakhir adalah insiden hampir
Berdasarkan data yang dirilis Aviation Safety terjadi tabrakan (nearmiss) antara pesawat
Council (ASC) pada tahun 2010 (dalam Chan Jou Garuda Indonesia (GA 340) dengan pesawat
Rong dkk, 2013) terdapat 1.82 kecelakaan per 1 Lion Air (JT 960) di Bali. Peristiwa tersebut
juta penerbangan per jamnya di Taiwan dam terjadi pada hari Rabu tanggal 10 Februari 2016
1.08 kecelakaan per 1 juta penerbangan per sekitar pukul 14.00 WITA. Dikabarkan kedua
jamnya di seluruh dunia. Di antara semua faktor pesawat tersebut sedang melakukan persiapan
kelalaian manusia (human factors) menjadi pendaratan (holding) di Bandara Ngurah Rai.
penyebab utama dan menyumbang angka Jarak antar pesawat yang dapat dilihat sekitar
sampai dengan 90%, disusul oleh faktor 200 m dengan arah berlawanan. Meski
lingkungan dan faktor kelalaian mekanik. kemudian berita tersebut dibantah oleh Airnav
(Aviation Safety Council, 2010). Indonesia yang menyatakan bahwa ketinggian
Faktor human error yang sering terjadi kedua pesawat tersebut terpaut sekitar 1.000
adalah interaksi (meliputi komunikasi dan kaki, Garuda di ketinggian 17.000 kaki
kesalahpahaman) antara pilot dengan Air Traffic sedangkan Lion Air dengan ketinggian 16.000
Controller (ATC). Dari perspektif keselamatan, kaki (www.flightzone.com).
proses tinggal landas dan mendarat adalah Peristiwa hampir terjadi tabrakan juga
situasi yang paling kritis dari penerbangan, pernah terjadi sebelumnya yaitu pada tanggal 22
dimana ATC memegang peranan sentral dalam Oktober 2015 di Bandara Sultan Hasanuddin;
situasi tersebut. Data dari Airnav Taiwan selama Makassar, antara pesawat Garuda Indonesia
tahun 2010 menujukkan bahwa terjadi kejadian dengan Lion Air di apron bandara. Pada saat itu
insiden sebanyak 100 kejadian selama proses pesawat Garuda Indonesia tengah melakukan
tersebut dan 14 diantaranya disebabkan oleh proses bongkar muat (unloading) jemaah haji,
ATC (Chang Jou Rong, dkk, 2013). disaat bersamaan pesawat Lion Air mendapat
Beberapa penelitian mengindikasikan bahwa panduan dari Air Traffic Controller (ATC) untuk
faktor terbesar penyebab kecelakaan adalah parkir di parking stand 14 melalui Taxiway Echo.
faktor kelalaian manusia (human error). Studi Saat mendekati parking stand 12, personel
terbaru tentang human error bagi ATC ground
kemungkinan para ATC terjadinya singgungan antar pesawat. Personel
handling melihat
kemungkinan
menunjukkan
merasakan kelelahan dan ketidakseimbangan ground handlingsaat itujuga meminta pilot
pola tidur. Kelelahan dapat menyebabkan pesawat Lion Air untuk menghentikan laju
insiden keselamatan, menghalangi kemampuan pesawat. Pihak otoritas, Apron Movement
ATC dan meningkatkan kesulitan dalam Control (AMC) dan managemen Lion Air
pelaksanaan jaminan keselamatan. Kelelahan akhirnya memutuskan menarikpesawat ke
ATC dipenuhi oleh berbagai macam faktor yang parking stand 10, demi menghindari terjadinya
disebabkan oleh faktor-faktor yang saling singgungan
mempengaruhi antara persyaratan pekerjaan (www.liputan6.com).
profesional dengan tuntutan terhadap performa Kedua
pekerjaannya, ditambah para ATC harus menegaskan kembali bahwa peranan Air Traffic
membuat keputusan di bawah tekanan waktu. Controller (ATC) sangatlah vital. Proses
Stres akan semakin meningkat manakala harus pemanduan lalu lintas penerbangan tidaklah
membuat keputusan yang segera. Di sisi lain, hanya menyangkut di udara tetapi juga lalu
waktu bekerja ATC sangatlah konstan dalam arti lintas pendaratan, lepas landas juga pengaturan
jadwal bekerja yang sibuk dan padat, ditambah pesawat menuju parkir dan penempatan parkir.
situasi dan lingkungan yang dapat dikatakan Pertumbuhan ekonomi secara signifikan
terisolasi. Lingkungan pekerjaan tersebut dapat menjadi salah satu faktor dalam peningkatan
menjadi faktor stres fisik maupun mental bagi pertumbuhan
ATC. Semua faktor yang disebutkan di atas menyumbang kelelahan dan stres pekerjaan
Warta Ardhia, Volume 42 No. 3 September 2016, hal. 123-138 124 Warta Ardhia, Volume 42 No. 3 September 2016, hal. 123-138 124
menurunkan kesiagaan serta berpengaruh kemampuan, ketanggapan, serta kewaspadaan
dapat
mempengaruhi
kepada produktifitas kerja. ATC.
Lelah adalah suatu mekanisme perlindungan Otoritas penerbangan sipil Taiwan (The
tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih Taiwanese
lanjut sehingga dapat melakukan pemulihan Administration/CAA) pada tahun 2010 merilis
Civil
Aeronautics
melaui istirahat. Istilah kelelahan biasanya hasil investigasi mereka terhadap ATC terkait
menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari dengan
setiap individu, tetapi semuanya berakibat penerbangan. Hasilnya adalah lebih dari 78%
kinerja pemaduan
lalu
lintas
kepada kehilangan efisiensi dan penurunan ATC merasa keberatan dengan beban kerja yang
kapasitas kerja serta ketahanan tubuh. Hal ini berat, sedangkan 55% merasa keberatan dengan
menunjukkan bahwa kelelahan berperan dalam lingkungan pekerjaan mereka terkait peralatan
menjaga homeostatis tubuh. navigasi serta ruang udara yang terbatas.
Kelelahan (fatigue) merupakan suatu kondisi Dalam upaya mewujudkan keselamatan
suatu kondisi yang telah dikenali dalam penerbangan, perlu kiranya dicermati adanya
kehidupan sehari-hari. Istilah kelelahan pada masalah kelalaian manusia (human factor), yang
umumnya mengarah pada kondisi melemahnya diakibatkan faktor kelelahan dan stres
tenaga untuk melakukan suatu kegiatan, pekerjaan. Dalam kajian ini dirumuskan masalah
walaupun ini bukan merupakan satu-satunya penelitian yaitu : “faktor apakah yang
gejala.
menyebabkan kelelahan (fatigue) dan stres Barnes (1980), mendefinisikan kelelahan pekerjaan (job stress) bagi pemandu lalu lintas
kerja berkaitan dengan tiga gejala yang saling penerbangan (ATC)?”
berhubungan yaitu perasaan lelah, penurunan Maksud dari kajian ini adalah untuk
fisiologis dalam tubuh (saraf dan otot tidak mengetahui penyebab serta tingkat kelelahan
berfungsi dengan baik atau tidak secepat pada (fatigue) dan stres pekerjaan (job stress) yang
keadaan normal yang disebabkan oleh dialami pemandu lalu lintas penerbangan (ATC).
perubahan kimiawi setelah bekerja) dan Tujuan dari kajian ini adalah untuk
menurunnya kapasitas kerja. memberikan informasi hal-hal apa saja yang
harafiah, fatigue dapat diartikan dapat menyebabkan meningkatnya tingkat
Secara
secara sederhana sama dengan kelelahan yang kelelahan serta stress pekerjaan pada pemandu
mendalam (deep tiredness), mirip dengan stres, lalu lintas penerbangan (ATC), sehingga dapat
dan bersifat kumulatif. Bila dikaitkan dengan diantisipasi
pengalaman seperti apa sebenarnya fatigue itu, keselamatan penerbangan di Indonesia.
pengertiannya menjadi bervariasi. Dari berbagai literatur, fatigue sering dihubungkan dengan
TINJAUAN PUSTAKA
kondisi kurang tidur, kondisi akibat tidur yang
Kelelahan
terganggu, atau kebutuhan kuat untuk tidur Para ahli banyak berpendapat mengenai
yang berhubungan dengan panjangnya waktu kelelahan (fatigue). Fatigue sendiri berasal dari
kerja, dan stres-stres kerja yang bervariasi. Ahli definisi kata “fatigare” yang artinya adalah
lainnya sering mengkaitkan fatigue dengan hilang lenyap (waste-time). Banyak definisi
perasaan lelah yang bersifat subjektif, hilangnya kelelahan yang berkembang dikarenakan oleh
perhatian yang bersifat temporer, dan konsep kelelahan yang bersifat majemuk
psikomotor; atau sehingga banyak definisi kelelahan diwarnai
menurunnya
respon
dengan gejala-gejala yang oleh sudut pandang masing-masing (Grandjean,
berhubungan
dengan menurunnya 1985). Secara umum dapat dikatakan bahwa
dikaitkan
efisiensi performance dan skill. Fatigue juga kelelahan (fatigue) adalah perubahan dari
kerap dikaitkan dengan kondisi non-patologis keadaan yang lebih kuat ke keadaan yang lebih
yang dapat membuat kemampuan seseorang lemah. Kelelahan ini sendiri merupakan kondisi
menurun dalam mempertahankan kinerja yang yang ditandai dengan perasaan lelah dan
berhubungan dengan stres fisik maupun mental; atau terganggunya siklus biologis tubuh (misalnya akibat jet-lag). Kelelahan kerja
Faktor Penyebab Kelelahan dan Stres Kerja Terhadap Personnel Air Traffic Controller (ATC) di Bandar
Udara “X”, (Susanti) 125 Udara “X”, (Susanti) 125
kerja yang sangat mekanisme perlindungan agar terhindar dari
lingkungan
menjemukan.
kerusakan lebih lanjut, sehingga dengan
5) Kelelahan kronis, yaitu yaitu kelelahan demikian dapat terjadi pemulihan setelah
yang disebabkan olehakumulasi efek istirahat.
jangka panjang.
6) Kelelahan sirkandian, yaitu bagian dari penurunan fungsi mental dan fisik yang
Kelelahan adalah perpaduan dari wujud
ritme siang-malam dan memulai menghasilkan berkurangnya semangat kerja
periode tidur yang baru. sehingga mengakibatkan turunnya efektifitas
Pengaruh-pengaruh tersebut dan efisiensi kerja (Saito, 1999). Menurut
terakumulasi di dalam tubuh manusia dan Kroemer 1997, kelelahan kerja merupakan
menimbulkan perasaan lelah yang dapat gejala yang ditandai dengan adanya perasaan
menyebabkan seseorang berhenti bekerja lelah, merasa segan dan aktivitas akan melemah
(beraktifitas).
serta ketidakseimbangan pada kondisi tubuh.
2. Waktu terjadinya kelelahan Kelelahan akan mempengaruhi kapasitas fisik,
a. Kelelahan akut, disebabkan oleh kerja mental, dan tingkat emosional seseorang,
suatu organ atau seluruh organ dimana hal tersebut dapat mengakibatkan
tubuh secara berlebihan dan datangnya kurangnya kewaspadaan, yang ditandai dengan
secara tiba-tiba.
kemunduran reaksi pada
b. Kelelahan kronis, merupakan kelelahan berkurangnya kemampuan motorik (Australia
sesuatu dan
yang terjadi sepanjang hari dalam jangka safety compensation council, 2006).
waktu yang lama dan kadang-kadang terjadi sebelum melakukan pekerjaan,
selain itu bisa muncul dalam bentuk Kelelahan dapat dibedakan menjadi 3 (tiga)
a. Jenis-jenis kelelahan ( fatigue )
psikosomatis seperti kelompok, yaitu berdasarkan:
keluhan
meningkatnya
ketidakstabilan jiwa,
1. Proses kelesuan umum, meningkatnya sejumlah
a. Kelelahan otot ialah menurunnya kinerja penyakit fisik seperti sakit kepala, sesudah mengalami stress tertentu yang
perasaan pusing, sulit tidur, masalah ditandai dengan menurunnya kekuatan
pencernaan, detak jantung yang tidak dan kelambanan gerak.
normal, dan lain-lain.
b. Kelelahan umum, menurut Grandjean (1985) ialah suatu perasaan yang
b. Penyebab terjadinya kelelahan
menyebar yang disertai adanya penurunan Penyebab terjadinya kelelahan disebabkan kesiagaan dan kelambanan pada setiap
oleh;
aktivitas. Perasaan adanya kelelahan
1. Faktor fisiologis merupakan kelelahan yang secara umum ditandai dengan berbagai
karena adanya kondisi antara lain:
disebabkan
factorlingkungaan
fisik, seperti
1) Kelelahan visual, yaitu ketegangan yang penerangan, kebisingan, panas dan suhu. terjadi pada organ visual (mata).
2. Faktor psikologis terjadi apabila adanya
2) Kelelahan mental, yaitu kelelahan yang pengaruh hal-hal diluar diri yang berakibat disebabkan oleh pekerjaan mental atau
pada tingkah laku atau perbuatan dalam intelektual (proses berpikir).
memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti
3) Kelelahan syaraf, yaitu kelelahan yang suasana kerja, interaksi dengan sesama disebabkan oleh tekanan berlebihan
pekerja maupun dengan atasan. (Ida, pada salah satu bagian sistem
psikomotor, seperti pada pekerjaan yang membutuhkan keterampilan.
Dampak Kelelahan ( fatigue )
4) Kelelahan monotonis, yaitu kelelahan Beberapa bentuk kelelahan yang terjadi pada yang disebabkan oleh aktivitas kerja
dunia kerja merupakan suatu kondisi kronis yang bersifat rutin, monoton, atau
ilmiah. Keadaan ini tidak hanya disebabkan oleh suatu sebab tunggal seperti terlalu beratnya
Warta Ardhia, Volume 42 No. 3 September 2016, hal. 123-138 126 Warta Ardhia, Volume 42 No. 3 September 2016, hal. 123-138 126
klinis.
masa yang panjang. Bila keadaan seperti ini Dalam kondisi ini gejala kelelahan terjadi berlarut-larut maka akan muncul tanda-tanda
tidak hanya selama masa stres atau segera memburuknya kesehatan yang lebih tepat
sesudahnya tetapi laten hampir sepanjang disebut “kelelahan klinis atau kronis”.
waktu. Perasaan kelelahan sering hadir pada Pada keadaan seperti ini, gejalanya tidak
bangun di pagi hari, saat sebelum pekerjaan hanya muncul selama periode stress atau sesaat
dimulai.Bentuk kelelahan sering disertai dengan setelah masa stress, tetapi cepat atau lambat
perasaan enggan untuk bekerja, yang bersifat akan sangat mengancam setiap saat perasaan
yang lelah sering lelah kerap kali muncul ketika bangun di pagi
emosional. Orang
menunjukkan gejala berikut: hari, justru sebelum saatnya bekerja, misalnya
ketidakstabilan psikis berupa perasaan “kebencian” yang bersumber
1. Peningkatan
(quarrelsomeness dan perilaku yang terkait); dari terganggunya emosi. Sejumlah orang kerap
2. Depresi (kekhawatiran tak berdasar); kali menunjukkan gejala-gejala sebagai berikut:
3. Melemahnya/keengganan untuk bekerja;
kemungkinan terserang psikosomatis yang berpengaruh pula pada
1. Munculnya tanda-tanda
waktu-waktu absent dari pekerja. Hal ini Terdapat pula anda-tanda fisik yang jelas dan menunjukkan bahwa penyebab ketidak
datang dari gangguan psikosomatik, istilah ini hadiran di tempat kerja, adalah dikarenakan
adalah sebutan untuk gangguan fungsional dari yang bersangkutan membutuhkan waktu
sirkulasi tubuh yang dinilai sebagai manifestasi istirahat yang lebih banyak.
eksternal dari konflik psikologis.Beberapa
2. Tenaga kerja yang mempunyai masalah
gejalanya adalah:
psikologis dan kesulitan-kesulitan lainnya
1. sakit kepala;
amatlah mudah untuk mengidap suatu
2. Kepeningan;
bentuk kelelahan kronis dan sangatlah sulit
3. Sulitnya tidur;
melepaskan keterkaitannya dengan maslah
4. denyut jantung tidak teratur; kejiwaan.
5. banyak berkeringat;
6. kehilangan nafsu makan; subjektif dan objektif antara lain:
Gambaran mengenai gejala kelelahan secara
7. Pencernaan bermasalah (sakit perut, diare,
1. Perasaan lesu, ngantuk dan pusing;
sembelit).
2. Tidak/kurang mampu berkonsentrasi;
3. Berkurangnya tingkat kewaspadaan;
Dampak Kelelahan Terhadap Produktivitas
4. Persepsi yang buruk dan lambat;
Kerja
5. Tidak ada/berkurangnya gairah untuk Terdapat keterkaitan yang erat antara bekerja;
kelelahan yang dialami tenaga kerja dengan
Apabila tingkat Gejala-gejala yang timbul
6. Menurunnya kinerja jasmani dan rohani.
kinerja
perusahaan.
produktivitas seseorang tenaga kerja terganggu menyebabkan
ini dapat
oleh kelelahan fisik maupun psikis, maka akibat efektivitas kerja fisik dan mental. Sejumlah
yang ditimbulkannya bagi perusahaan adalah gejala tersebut menifestasinya timbul berupa
berupa penurunan produktivitas perusahaan. keluhan oleh tenaga kerja dan seringnya tenaga
Tenaga kerja sebagai asset investasi perusahaan kerja tidak masuk kerja.
perlu perlu dikelola dengan baik dan benar antara lain dengan memperhatikan faktor-
Kelelahan kronis (atau Klinik)
faktor kemungkinan timbulnya kelelahan. Kelelahan kronis timbul dari beban yang
Sebagaimana telah diketahui, penanganan terus menerus. Ini adalah kondisi yang
tata cara kerja yang baik dan adalah salah satu melelahkan karena tekanan yang terlalu lama
meningkatkan produktivitas, karena kondisi seperti ini juga biasanya disertai
cara untuk
khususnya bila organisasi tersebut tidak dengan tanda-tanda kesehatan yang memburuk,
memiliki tambahan dana investasi. Oleh karena itu, perbaikan terhadap system kerja, faktor-
Faktor Penyebab Kelelahan dan Stres Kerja Terhadap Personnel Air Traffic Controller (ATC) di Bandar
Udara “X”, (Susanti) 127 Udara “X”, (Susanti) 127
6. Menerapkan saran produktivitas kerja dilakukan untuk membuat suasana lingkungan
berdasarkan pendekatan manusiawi dan kerja yang aman, nyaman sehat dan produktif.
fleksibiltas yang tinggi. Kelelahan dapat terjadi karena fisik dan mental kita yang bekerja secara terus menerus
Petugas Pemandu Lalu Lintas Udara (Air
tanpa istirahat yang cukup. Selain itu kondisi
Traffic Controller / ATC)
lingkungan dengan tuntutan tinggi dapat Petugas Pemandu Lalu Lintas Udara (ATC) memperburuk kondisi kelelahan yang terjadi.
adalah petugas yang mengatur pergerakan Dampak kelelahan ini dapat berakibat serius
pesawat yang terbang atau yang berada di bagi kesehatan seseorang apalagi bila tidak
daerah pergerakan di bandara seperti apron disertai asupan makan yang cukup. Kelelahan
(tempat parkir pesawat) dan taxiway (tempat sangat berhubungan dengan berbagai gangguan
peralihan dari runway ke apron atau kesehatan seperti gangguan sistim pencernaan,
sebaliknya). Secara terperinci tugas Air Traffic gangguan sistim jantung dan pembuluh darah
Controller (ATC) adalah sebagai berikut: termasuk pembuluh darah otak serta penurunan
1. Mencegah terjadinya tabrakan antar pesawat daya tahan tubuh.
udara di udara dan mencegah terjadinya Gangguan pencernaan merupakan hal utama
tabrakan antar pesawat udara atau pesawat yang terjadi jika seseorang mengalami
udara dengan halangan di daerah manuver. kelelahan. Keluhan pencernaan yang timbul
2. Memperlancar dan menjaga keteraturan arus antara lain nafsu makan berkurang dimana hal
lalu lintas penerbangan. ini akan memperparah kondisi fisik yang sedang
3. Memberi petunjuk dan informasi yang mengalami kelelahan tersebut. Mereka yang
berguna untuk keselamatan dan efesiensi mengalami kelelahan juga sebenarnya sudah
penerbangan.
tidak berkonsentrasi dan bekerja dengan baik
4. Memberikan notifikasi kepada organisasi selain itu kestabilan emosinya menurun.
terkait untuk bantuan pencarian dan Kelelahan fisik dan psikis
pertolongan (Search and Rescue). memperburuk daya tahan tubuh seseorang
juga akan
Dalam pelaksanaan tugasnya, Petugas Lalu sehingga akan mudah terkena infeksi. Oleh
Lintas Udara / Air Traffic Controller terbagi karena itu sangat penting untuk menurunkan
menjadi 3 bagian yaitu;
kelelahan tenaga kerja ke tingkat yang wajar a). Aerodrome Control Tower (ADC) agar produktivitas kerja tidak mengalami
Sebuah unit yang memberikan pelayanan gangguan.
pengaturan pesawat di bandara dan Untuk
disekitarnya. Aerodrome adalah sebuah area memburuknya kondisi kerja akibat faktor
di darat atau di atas air (termasuk semua kelelahan disarankan agar dilakukan hal sebagai
bangunan, instalasi, dan peralatan) yang berikut:
digunakan untuk kedatangan, keberangkatan
1. Merubah metoda kerja menjadi lebih efesien dan pergerakan pesawat di permukaan. dan efektif.
b). Approach Control Unit (APP)
2. Menerapkan penggunaan peralatan dan Sebuah unit yang memberikan pelayanan pranti kerja yang memenuhi standar
pengaturan pesawat yang datang di, atau ergonomis.
berangkat dari satu bandara atau lebih.
3. Menjadwalkan waktu istirahat yang cukup c). Area Control Center (ACC) bagi seorang tenaga kerja.
Sebuah unit yang memberikan pelayanan
4. Menciptakan suasana lingkungan kerja yang pengaturan lalu lintas penerbangan didalam sehat, aman, dan nyaman, bagi tenaga kerja.
suatu area yang menjadi tanggung jawabnya.
5. Melakukan pengujian dan evaluasi kinerja tenaga kerja secara periodik untuk
Kelelahan Pada Petugas ATC
mendeteksi indikasi kelelahan secara lebih Keselamatan merupakan prasyarat utama dini serta menemukan solusi yang tepat.
dalam penyelenggaraan jasa penerbangan. Dalam upaya untuk menekan terjadinya kecelakaan penerbangan perlu dilakukan
Warta Ardhia, Volume 42 No. 3 September 2016, hal. 123-138 128 Warta Ardhia, Volume 42 No. 3 September 2016, hal. 123-138 128
kasus adalah kejadian pesawat udara yang baik nasional maupun internasional.
hampir bersentuhan satu dengan yang lainnya Usaha untuk menciptakan keselamatan
(nearmiss) yaitu pada tanggal 22 Oktober 2015 penerbangan merupakan keinginan semua
di Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar antara pengguna layanan penerbangan dan harus
pesawat Garuda Indonesia dengan Lion Air menjadi perhatian bagi penyelenggara layanan
diapron bandara.
penerbangan maupun pemerintah. Pengguna Hal serupa juga pernah terjadi di Amerika sebagai pembeli layanan berhak mendapatkan
Serikat yaitu peristiwa yang terjadi di Bandara layanan penerbangan yang selamat dan aman.
Ronald Reagan di Washington pada tanggal 23 Ada tiga unsur yang memberikan kontribusi
Maret 2011 (detik.com). Pesawat American pada keselamatan penerbangan. Pertama,
Airlines dan United Airlines terpaksa mendarat armada pesawat udara; bagaimana pesawat
tanpa panduan dari petugas ATC. Hal ini didesain, dibuat, dan dirawat. Kedua, sistem
disebabkan tidak adanya respon atau jawaban penerbangan negara, bandar udara, jalur lalu
pemanduan lalu lintas ketika pesawat tersebut lintas udara, dan pengatur lalu lintas udara (Air
ingin mendarat. Hal ini diduga karena petugas Traffic Controller). Ketiga, airlines flight
ATC tertidur akibat kelelahan. Namun, operations yang berkaitan dengan pengendalian
penelitian yang berkaitan dengan kelelahan di dan pengoperasian pesawat di airlines.
lingkungan penerbangan sampai saat ini belum Lebih dari 70% kecelakaan penerbangan
banyak dilakukan.
dapat dihubungkan dengan faktor manusia. Menjadi Petugas ATC memiliki tingkat stress Sejumlah studi bahwa kelelahan, kurang tidur-,
yang tinggi. peningkatan tingkat stress petugas dan gangguan sirkadian karena operasi
ATC ini dapat disebabkan karena kurangnya penerbangan dapat mempengaruhi awak baik
jumlah personel ATC yang ada di setiap bandara,
peningkatan jumlah lalu lintas penerbangan, juga menunjukkan bahwa ada hubungan positif
kinerja dan keselamatan penerbangan. 9 Statistik
radio navigasi yang kadang bermasalah, antara kemungkinan kecelakaan dan jam waktu
pengambilan keputusan yang menyalahi aturan tugas.Dengan kata lain, kelelahan penerbangan
birokrasi, karena jadwal shift kerja yang tidak mungkin saja menjadi penyumbang untuk
berjalan semestinya serta cuaca buruk, yang sejumlah besar kecelakaan penerbangan,
tidak terprediksi.
meskipun sulit diidentifikasi pada saat proses Petugas ATC bertugas mengatur lalu lintas investigasi kecelakaan apakah pengaruh
pesawat selama di udara dan mengatur pesawat kelelahan adalah penyebab utama kecelakaan.
agar tidak berdekatan satu sama lain untuk Berbagai masalah operasi penerbangan
menghindarai tabrakan pesawat. ATC juga dapat disebabkan oleh faktor kelelahan, seperti
bertugas memberikan izin kepada pesawat yang telah diidentifikasi dalam sejumlah studi
untuk take off dan landing serta memberikan yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Ames
informasi kepada pilot. Semua komunikasi itu (ARC) di Amerika Serikatdan oleh Yen di Taiwan.
dilakukan dengan peralatan yang sesuai dan Misalnya, kru kokpit melayani penerbangan
memenuhi aturan guna mencapai tujuan jarak jauh (dengan penerbangan melebihi 6 jam)
keselamatan penerbangan. cenderung
Dengan semakin berkembangnya dunia kekurangan tidur (sleeploss) dan gangguan
penerbangan Indonesia diiringi oleh kapasitas irama sirkadian. Kualitas tidur yang kurang baik
pekerjaan ATC penerbangan yang semakin di rumah dan di tempat kerja telah diakui
besar, maka perlu dilakukan evaluasi kelelahan sebagai faktor yang signifikan mempengaruhi
terhadap petugas pemandu lalu lintas tingkat kelelahan, meskipun faktor-faktor
penerbangan udara (Air traffic Controller/ATC). penyebab kelelahan cenderung bervariasi pada
Penelitian ini difokuskan untuk mengevaluasi setiap individu.
kondisi kelelahan petugas ATC (ditinjau dari segi Di Indonesia sendiri kejadian kecelakaan
fisik serta psikologis) serta mengevaluasi faktor- maupun insiden pesawat udara yang diduga
faktor penyebab kelelahan terhadap pemandu disebabkan oleh kesalahan pemandu lalu lintas
lalu lintas penerbangan.
Faktor Penyebab Kelelahan dan Stres Kerja Terhadap Personnel Air Traffic Controller (ATC) di Bandar
Udara “X”, (Susanti) 129
Pengukuran kelelahan fisik maupun mental memotivasi orang agar dapat mencapai tujuan, akan dilakukan dengan melakukan pengukuran
mengubah lingkungan dan berhasil dalam tingkat kelelahan petugas ATC sebelum bertugas
menghadapi tantangan hidup. dan pengukuran setelah bertugas.
Ivancevich dan Matteson dalam Luthans (2011), menyatakan bahwa stres kerja sebagai
Jam kerja Personel Air Traffic Controller
suatu respon adaptif (tanggapan penyesuaian)
(ATC)
yang dimediasi oleh perbedaan individu dan Perhitungan jam kerja personel Air Traffic
atau proses psikologi, sebagai akibat dari aksi Controller (ATC) diatur dalam Advisory Circular
lingkungan, situasi atau peristiwa yang AC 69-01 (Guidance Material and Procedures of
menyebabkan tuntutan fisik dan atau psikologi Air Traffic Controller Licence and Ratings)
terhadap seseorang. Chapter V, dimana maksimal jam kerja/hari
secara
berlebihan
Sedangkan Beehr and Newman seperti dikutip adalah 8 jam dengan maksimal jam pemanduan
oleh Luthans (2011) mengartikan stres keja adalah 6 jam/hari. Pemanduan paling banyak
sebagai sebuah kondisi yang terjadi sebagai hasil dilakukan selama 2 jam berturut-turut harus
interaksi antara pegawai dengan pekerjaan diberikan jeda waktu istirahat selama 1 jam,
mereka dan ditandai oleh perubahan manusia sedangkan maksimal jam kerja/minggu adalah
yang memaksa mereka menjadi menyimpang
32 jam dengan jumlah jam pemanduan
dari fungsi normal.
maksimal adalah 24 jam/minggu. Sedangkan untuk asisten controller peraturannya sama
Kinerja Pekerjaan (Job Performance)
dengan controller, dimana perbedaannya hanya Bernandi dan Rusell, (dalam Riani, 2011) terletak di kegiatan asistensi yaitu paling banyak
menyatakan bahwa performance adalah catatan selama 3 (tiga) jam berturut-turut, dan harus
yang dihasilkan dari fingsi suatu pekerjaan diberikan jeda waktu istirahat selama 1 (satu)
tertentu atau kegiatan selama periode tertentu. jam.
Sedangkan menurut Sinambela dkk (2012) kinerja didefinisikan sebagai kemmapuan
Stres Kerja (Job Stress)
pegawai dalam melakukan keahlian tertentu. Stres pekerjaan atau job stress berasal dari
Dengan demikian pengukuran kinerja sorang istilah latin “stringere” yang mempunyai arti
pegawai sangatlah perlu, karena dengan kinerja ketegangan dan tekanan. Menurut Wirawan
tersebut dapat diketahui seberapa jauh (2012) stres merupakan reaksi yang tidak
pegawai tersebut dalam diharapkan untuk muncul sebagai akibat
kemampuan
yang dibebankan tingginya
melaksanakan
tugas
kepadanya. Untuk itu diperlukan penetuan seseorang. Ficham dan Rhodes dalam Ashar
kriteria yang jelas dan terukur serta ditetapkan (2008) mengatakan bahwa stres disimpulkan
secara bersama-sama sebagai acuan. dari gejala-gejala dan tanda-tanda faal, perilaku,
Byars dan Rue (dalam Harsuko, 2011) psikologikal, dan somatik sebagai hasil dari
menyatakan bahwa kinerja merupakan derajat tidak/kurang adanya kecocokan antara manusia
penyusunan tugas yang mengatur pekerjaan dan lingkungannya, yang mengakibatkan
seseorang, sehingga kinerja dapat disebut ketidakmampuannya
sebagai kesediaan seseorang atau kelompok berbagai tuntutan terhadap dirinya secera
untuk
menghadapi
melakukan kegiatan atau efektif.
orang untuk
menyempurnakannya sesuai dengan tanggung Sopiah (2008) mendefinisikan stres kerja
jawabnya dengan hasil sesuai dengan yang sebagai suatu respon adaptif terhadap suatu
diharapkan. Harsuko (2011) melanjutkan situasi yang dirasakan menantang atau
dengan menyatakan bahwa kinerja adalah mengancam kesehatan seseorang. Stres sendiri
sejauh mana seseorang telah melakukan peran dibagi menjadi dua jenis yaitu distress dan
dirinya dalam melaksanakan strategi organisasi, eustress. Distress adalah derajat penyimpangan
baik untuk mencapai sasaran khusus yang fisik, psikis dan perilaku dari fungsi sehat.
berhubungan dengan peran perorangan dan atu Eustress adalah pengalaman stres yang tidak
dengan memperlihatkan kompetensi yang berlebihan, cukup untuk menggerakkan dan
dinyatakan relevan bagi organisasi. Kinerja
Warta Ardhia, Volume 42 No. 3 September 2016, hal. 123-138 130 Warta Ardhia, Volume 42 No. 3 September 2016, hal. 123-138 130
5) Cooperation (kerja sama): kesediaan untuk mencakup tiga aspek yaitu sikap (attitude),
bekerjasama dengan orang lain atau sesama kemampuan
anggota organisasi.
(accomplishment).
6) Dependability (ketergantungan): kesadaran Kriteria kinerja adalah dimensi-dimensi
untuk mendapatkan kepercayaan dalam hal pengevaluasian kinerja seseorang pemegang
kehadiran dan penyelesaian kerja. jabatan, suatu tim dan suatu unit kerja. Secara
(inisiatif): semangat untuk bersama-sama dimensi itu merupakan harapan
7) Initiative
tugas-tugas baru dan kinerja yang berusaha dipenuhi individu dan tim
melaksanakan
memperbesar tanggung jawab. guna mencapai strategi organisasi.
8) Personal qualities (kualitas personal): Menurut Schuler dan Jackson (dalam
menyangkut kepribadian, kepemimpinan, Harsuko, 2011) bahwa ada 3 jenis dasar kriteria
keramah tamahan dan integritas peribadi. kinerja yaitu:
1. Kriteria berdasarkan sifat memusatkan diri
METODOLOGI
pada karakteristik pribadi
seseorang
Penelitian ini terdiri dari identifikasi karyawan. Loyalitas, keandalan, kemmapuan
kebutuhan data dan informasi, metode berkomunikasi,
dan
keterampilan
pengumpulan data dan metode analisis yang memimpin merupakan sifat-sifat yang sering
digunakan.
dinilai selama proses penilaian. Jenis kriteria
1) Kebutuhan Data
ini memusatkan diri pada bagaimana Terdiri dari kebutuhan data sekunder. Data seseorang bukan pada apa yang dicapai atau sekunder yang dibutuhkan adalah sebagai
tidak dicapai seseorang dalam pekerjaannya.
berikut :
2. Kriteria berdasarkan perilaku terfokus pada
a) Data Primer
bagaimana pekerjaan dilaksanakan. Kriteria Data primer dalam kajian ini adalah data semacam ini penting sekali bagi pekerjaan yang diperoleh dari sumber pertama,
yang membutuhkan hubungan
antar
dikumpulkan melalui pengisisan kuisioner, personal. Sebagai contoh apakah karyawan wawancara dan pengamatan di lokasi kajian. tersebut ramah. Data primer ini yang terkait dengan faktor-
3. Kriteria berdasarkan hasil, kriteria ini faktor yang mempengaruhi kelelahan dan
semakin populer
dengan
makin
stres kerja personel ATC sebagai responden, difokuskannya produktivitas dan daya saing. serta masukan dan saran dari responden. Kriteria ini berfokus pada pa yang telah
b) Data sekunder Adalah data primer yang telah diolah,
dicapai atau dihasilkan dibandingkan
bagaimana sesuatu itu dicapai atau diperoleh melalui catatan dan dokumentasi
dihasilkan.
terkait, literatur, studi Menurut bernadin & Russel (dalam Riani
di
instansi
kepustakaan, hasil studi terdahulu dan lain- 2011) kriteria yang dapat digunakan untuk
lain meliputi:
menilai kinerja adalah sebagai berikut:
1) Data trafik lalu lintas penerbangan;
1) Quantity of work (kuantitas kerja): jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu periode
2) Ketentuan jam kerja serta istirahat personel ATC;
yang ditentukan.
3) Penelitian-penelitian serta kajian yang
2) Quality of work (kualitas kerja): kualitas kerja relevan dengan fatigue dan job stress ATC;
yang dicapai berdasarkan syarat-syarat kesesuaian dan ketentuan.
4) Data-data yang mendukung hasil kajian.
3) Job knowledge (pengalaman pekerjaan): luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan
2) Penetapan Responden
responden berdasarkan dan keterampilannya.
Penetapan
keterkaitannnya dengan topik kajian yaitu
4) Creativeness (kreatifitas): keaslian gagasan- mengenai fatigue dan job stress Air Traffic
gagasan yang dimunculkan dan tindakan- Controller (ATC). Keahlian dan kemampuan tindakan untuk menyelesaikan persoalan- responden untuk memberikan masukan dan
persoalan yang timbul.
Faktor Penyebab Kelelahan dan Stres Kerja Terhadap Personnel Air Traffic Controller (ATC) di Bandar
Udara “X”, (Susanti) 131 Udara “X”, (Susanti) 131
dalam uji-t berpasangan adalah: dalam kajian ini adalah personel ATC. 𝑛 (𝑛 − 1)
𝑡 = (𝑋̅ − 𝑌̅)√ ∑ (𝑋𝑖 − 𝑌𝑖) 𝑣𝑖 Dalam kajian ini, pengumpulan data
3) Teknik Pengumpulan Data
dilakukan dengan teknik sebagai berikut :
a) Wawancara yaitu tanya jawab langsung Uji-t berpasangan menggunakan derajat dengan responden yang ditetapkan;
bebas
n-1, dimana n adalah jumlah
b) Pengamatan/observasi yaitu dengan melihat sampel.Hipotesis pada uji-t berpasangan yang langsung di bandar udara lokasi survei.
digunakan adalah sebagai berikut: Pengamatan ini dilakukan dalam upaya
H0: D = 0 (perbedaan antara dua pengamatan mencocokan data yang di peroleh dari
adalah 0)
wawancara dan angket; Ha: D ≠ 0 (perbedaan antara dua pengamatan
c) Angket (kuisioner)
yaitu
teknik
tidak sama dengan 0)
pengumpulan data yang dilakukan dengan
memberikan lembaran pertanyaan pada
HASIL DAN PEMBAHASAN
responden untuk di isi; Hasil survei yang telah dilakukan di kantor
terdokumentasi, literatur, laporan berkala “X” mempunyai data produksi
d) Data sekunder merupakan data yang telah
Airnav bandara
angkutan udara sebagai berikut; dan lain-lain yang telah tersedia di instansi
terkait.
Metode Analisis
Pengkajian ini menggunakan metode
kuantitatif. Dalam prosedur penelitian ini
digunakan data lisan dan tertulis yang
bersumber dari responden dan pengamatan
langsung sebagai data primer. Data sekunder
adalah berupa laporan, kebijakan yang berlaku,
referensi sesuai materi kajian dan data yang
secara berkala telah tersaji di instansi terkait. Proses
penguraian, pemaparan dan penjelasan rinci
berdasarkan data primer dan data sekunder
yang telah terkumpul.
Analisis data kajian menggunakan metode
analisis uji-t berpasangan. Uji-t menilai apakah
mean dan keragaman dari dua kelompok Sumber : Ditjen Perhubungan Udara, 2015 memiliki perbedaan statistik satu sama lain.
Analisis ini digunakan apabila kita ingin Gambar 1. Grafik Pertumbuhan Jasa Angkutan membandingkan mean dan keragaman dari dua
Udara Domestik di Bandara “X” kelompok rancangan percobaan acak.
Uji t berpasangan (paired t-test) biasanya
menguji perbedaan antara dua pengamatan. Uji
t berpasangan biasa dilakukan pada Subjek yang
diuji pada situasi sebelum dan sesudah proses,
atau subjek yang berpasangan ataupun serupa.
Lanjutan dari uji t berpasangan adalah uji
ANOVA berulang.
Warta Ardhia, Volume 42 No. 3 September 2016, hal. 123-138 132
Tabel 1. Data Angkutan Udara Bandara “X” Tahun
Transit Lokal Pesawat
Sumber : Ditjen Perhubungan Udara, 2015
Dari Gambar 4 dan tabel 1 di atas diketahui keragaman dari dua kelompok data, dan cocok bahwa jumlah pergerakan angkutan udara di
sebagai analisis dua kelompok rancangan Bandara X mengalami peningkatan setiap
percobaan acak.
tahunnya. Pada tahun 2013, data pergerakan Uji t berpasangan (paired t-test) biasanya pesawat sebanyak 22. 378 pergerakan, tahun
menguji perbedaan antara dua pengamatan. Uji 2014 sebesar 47.510 dan tahun 2015 sebesar
t berpasangan biasa dilakukan pada Subjek yang 49.358 pergerakan. (Ditjen Angkutan Udara,
diuji pada situasi sebelum dan sesudah proses, 2016). Dari data tersebut terlihat potensi
atau subjek yang berpasangan ataupun serupa. pertumbuhan pergerakan pesawat di Bandara X
Rumus yang digunakan untuk mencari nilai t mengalami kenaikan yang cukup siginifikan
dalam uji-t berpasangan adalah: setiap tahunnya. Hal ini harus diantisipasi dengan peningkatan mutu SDM demi menunjang
𝑛 (𝑛 − 1) keselamatan penerbangan.
𝑡 = (𝑋̅ − 𝑌̅)√ 𝑣𝑖
Survei yang dilakukan di kantor Airnav ∑ (𝑋𝑖 − 𝑌𝑖) =1
terhadap 39 orang ATC yang sedang bertugas.
Pengukuran dilakukan melalui kuesioner Uji-t berpasangan menggunakan derajat tingkat kelelahan yang diberikan kepada
bebas n-1, dimana n adalah jumlah sampel. responden
Hipotesis pada uji-t berpasangan yang pekerjaan dan sesudah melakukan pekerjaan.
digunakan adalah sebagai berikut: Kuesioner terdiri dari 22 variabel yang terdiri
H0: D = 0 (perbedaan antara dua pengamatan dari aspek fisik dan aspek psikologis. Sedangkan
adalah 0).
kuesioner stres kerja (job stress) meliputi 18 Ha: D ≠ 0 (perbedaan antara dua pengamatan
variabel yang diukur. tidak sama dengan 0). Analisis data kajian untuk kuesioner tingkat
Setelah dilakukan pengolahan data dengan kelelahan menggunakan metode analisis uji-t
menggunakan SPSS versi 18, maka hasil yang berpasangan sedangkan untuk stres kerja
diperoleh adalah sebagai berikut; menggunakan analisis mean uji rata-rata. Uji-t
menilai apakah mean dan keragaman dari dua kelompok memiliki perbedaan secara statistik satu sama lain. Analisis ini digunakan apabila kita ingin
membandingkan
mean dan
Faktor Penyebab Kelelahan dan Stres Kerja Terhadap Personnel Air Traffic Controller (ATC) di Bandar
Udara “X”, (Susanti) 133
134
Warta Ardhia, Volume 42 No. 3 September 2016, hal. 123-138
Tabel 2. Korelasi Tingkat Kelelahan ATC
No
variabel
Nilai korelasi
keterangan
1. Berkurangnya jarak pandang
0.654
Kuat
2. Sakit punggung, nyeri kaki, anggota badan
0.477
Cukup kuat
3. Menguap, kelopak mata tertutup
0.440
Cukup kuat
4. Sakit kepala
0.679
Kuat
5. Lemas dan kurang semangat
0.604
Kuat
6. Lelah, badan tidak enak
0.399
Rendah
7. Mengantuk, memerlukan tidur
0.388
Rendah
8. Tidak dalam kondisi bugar
0.622
Kuat
9. Ingin minum dan makan
0.404
Cukup kuat
10. Leher sakit dan pegal
0.415
Cukup kuat
11. Kurang berminat berbicara
0.510
Cukup kuat
12. Tidak ingin banyak bergerak
0.430
Cukup kuat
13. Keinginan menyingkirkan tugas
0.524
Cukup kuat
14. Berkurangnya konsentrasi
0.744
Kuat
15. Melakukan kesalahan kecil
0.708
Kuat
16. Kondisi tertekan oleh keadaan
0.523
Cukup kuat
17. Koordinasi gerakan/tindakan yang menurun
0.576
Cukup kuat
18. Tingkat pemahaman menurun
0.675
Kuat
19. Ketelitian berkurang
0.621
Kuat
20. Mudah marah
0.402
Cukup kuat
21. Menurunnya kesabaran
0.241
Rendah
22. Menurunnya minat dan motivasi
0.700
Kuat Sumber: pengolahan data, 2016
Tabel 3 . Hasil pengukuran tingkat kelelahan ATC di Bandara “X”
No variabel
Nilai t hitung
Nilai Sig. (2-tailed)
keterangan
1. Berkurangnya jarak pandang
-4.224
0.000
Ada perbedaan
2. Sakit punggung, nyeri kaki, anggota badan
-4.490
0.000
Ada perbedaan
3. Menguap, kelopak mata tertutup
-5.039
0.000
Ada perbedaan
4. Sakit kepala
-6.625
0.000
Ada perbedaan
5. Lemas dan kurang semangat
-4.049
0.000
Ada perbedaan
6. Lelah, badan tidak enak
-3.213
0.000
Ada perbedaan
7. Mengantuk, memerlukan tidur
-5.761
0.003
Ada perbedaan
8. Tidak dalam kondisi bugar
-3.929
0.000
Ada perbedaan
9. Ingin minum dan makan
-6.180
0.000
Ada perbedaan
10. Leher sakit dan pegal
-6.245
0.000
Ada perbedaan
11. Kurang berminat berbicara
-4.270
0.000
Ada perbedaan
12. Tidak ingin banyak bergerak
-3.368
0.002
Ada perbedaan
13. Keinginan menyingkirkan tugas
-5.339
0.000
Ada perbedaan
14. Berkurangnya konsentrasi
-5.707
0.000
Ada perbedaan
15. Melakukan kesalahan kecil
-6.183
0.000
Ada perbedaan
16. Kondisi tertekan oleh keadaan
-5.791
0.000
Ada perbedaan
17. Koordinasi gerakan/tindakan yang menurun
-4.238
0.000
Ada perbedaan
18. Tingkat pemahaman menurun
-3.804
0.001
Ada perbedaan
19. Ketelitian berkurang
-4.817
0.000
Ada perbedaan
20. Mudah marah
-4.638
0.000
Ada perbedaan
21. Menurunnya kesabaran
-3.632
0.001
Ada perbedaan
22. Menurunnya minat dan motivasi
-4.025
0.000
Ada perbedaan Sumber: pengolahan data, 2016
Faktor Penyebab Kelelahan dan Stres Kerja Terhadap Personnel Air Traffic Controller (ATC) di Bandar
Udara “X”, (Susanti) 135
Dari hasil pengolahan data tingkat kelelahan terlihat bahwa terdapat tiga variabel yang mempunyai korelasi yang rendah yaitu (1) Lelah, badan tidak enak, (2) Mengantuk, memerlukan tidur, dan (3) menurunnya kesabaran. Sedangkan 9 variabel mempunyai korelasi yang kuat dan seb1anyak 10 variabel berkorelasi cukup kuat. Hasil pengolahan data untuk t-hitung terlihat seperti di Tabel 3.
Hasil pengujian tingkat kelelahan ATC menunjukkan dari 22 variabel tersebut, semuanya menunjukkan adanya perbedaan antara sebelum dan sesudah pekerjaan. Dengan demikian berarti semua kelelahan baik aspek fisik dan psikologis telah dialami oleh ATC sesudah melakukan pekerjaan.
Pengukuran lainnya yaitu stres kerja (job stress) mengukur 18 variabel yang
dikategorikan ke dalam beberapa faktor seperti dijabarkan dalam Tabel 4.
Dari hasil pengolahan data seperti tertera dalam tabel 5, dapat diketahui bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi stres kerja, yang paling besar memberikan pengaruh adalah faktor beban kerja (workload) yang memberikan kontribusi sebesar 3.05, kemudian disusul oleh hubungan kerja (human relationship) sebesar
2.68, lingkungan kerja (working environment) sebesar 2.55 dan konfilk peran (role conflict) sebesar 2.25.
Apabila dikaitkan antar variabel tersebut dengan variabel-variabel model lainnya seperti kepuasan
kerja
(job
satisfaction) dan kecenderungan perubahan (turnover tendency) maka hasilnya dapat dilihat dalam Tabel 6.
Tabel 4. Faktor-faktor yang menyumbang stres kerja berdasarkan kajian pustaka Faktor
Aitem
Penulis Workload (WL)
Saya mengerjakan beberapa tugas di waktu yang bersamaan sehingga susah
mengaturnya
Kadang pekerjaan dan tugas membuat saya cepat bosan Kondisi traffic penerbangan terkadang membuat saya bosan Pekerjaan saya membutuhkan konsentrasi yang sangat tinggi
Role conflict (RC)
Dalam mengerjakan tugas saya merasa selalu dikejar oleh waktu Tanggung jawab yang diberikan sangat besar yang terkadang membuat saya
tertekan
Cooper, et al (1988)
Human Relationship (HR)
Kerjasama diantara ATC turut membantu pekerjaan ini Supervisor dapat membantu kelancaran tugas ATC
Working Environment (WE)
Apabila ada kesalahan dalam pekerjaan maka akan saya laporkan Kesalahan yang dibuat ATC dapat diketahui langsung oleh supervisor Hasil pekerjaan ATC sudah mendapat apresiasi atasan Pemandu yang dilaksanakan sudah memenuhi ketentuan yang
dipersyaratkan ATC dapat menggunakan peralatan navigasi secara efektif
Job Satisfaction (JS)
Saya merasa pekerjaan saya itu-itu saja
Saya dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai tuntutan Saya merasa kerja keras saya tidak sesuai dengan hasil yang saya peroleh
Turnover Tendency (TT)
Terkadang saya ingin melepas pekerjaan saya Saya merasa tidak memiliki waktu untuk istirahat maupun cuti
Sumber: R.C. Jou, et. al, 2013, pengolahan data, 2016
Tabel 5. Analisis faktor yang menyumbang sumber stres kerja Faktor
Eigenvalue
Variance explained (%)
Cronbach’s α Workload
3.24 15.69 0.85 Human relationship
2.53 14.34 0.82 Working environment
2.11 13.56 0.81 Role conflict
2.12 13.86 0.83 Cumulative variance explained
Sumber: R.C. Jou, et. al, 2013, pengolahan data, 2016
Tabel 6. Statistik deskriptif terhadap variabel-variabel model Faktor
Standar Deviation Cronbach’s α Workload (WL)
Mean
4.21 0.45 0.85 Human relationship (HR)
3.67 0.52 0.82 Working environment (WE)
3.54 0.40 0.81 Role conflict (RC)
3.86 0.59 0.83 Job Satisfaction (JS)
2.73 0.51 0.83 Turnover Tendency (TT)
Sumber: R.C. Jou, et. al, 2013, pengolahan data, 2016
Hasil analisis statistik deskriptif terhadap
KESIMPULAN
keenam faktor di atas yang disinyalir Hasil kajian tentang Fatigue dan Job Stress Air memberikan pengaruh terhadap sumber stres
Traffic Controller (ATC) menunjukkan bahwa kerja maka urutan yang paling berpengaruh
dari 22 variabel yang diuji meliputi faktor fisik besar sampai berpengaruh paling kecil didapat
dan psikologis semuanya berpengaruh terhadap sebagai berikut; pertama adalah workload
kelelahan personel ATC, meskipun hasil t-tes sebesar 4.21, role conflict sebesar 3.86, turnover
bervariasi dari kuat sampai dengan sangat kuat. tendency sebesar 3.25, human relationship
Sedangkan faktor yang mempengaruhi stres sebesar 3.67, dan terakhir adalah job satisfaction
kerja, dimulai dari yang paling besar sebesar 2.73.
memberikan pengaruh adalah faktor beban Dari hasil pengolahan dan analisis data dapat
kerja (workload) kemudian disusul oleh dikatakan bahwa keseluruhan faktor kelelahan
(human relationship), (fatigue) ATC sebanyak 22 variabel yang
hubungan
kerja
lingkungan kerja (working environment) dan diujikan terbukti menyumbang kelelahan.
konfilk peran (role conflict). Sedangkan jika Faktor tersebut meliputi faktor fisik dan faktor
dikaitkan antar variabel tersebut dengan psikologis/mental. Sedangkan urutan faktor
model lainnya seperti yang mempengaruhi stres kerja, dari yang paling
variabel-variabel
(job satisfaction) dan besar memberikan pengaruh adalah faktor
kepuasan
kerja
kecenderungan perubahan (turnover tendency) beban kerja (workload) yang memberikan
maka faktor yang disinyalir paling berpengaruh kontribusi sebesar 3.24, kemudian disusul oleh
terhadap sumber stres adalah workload, role hubungan kerja (human relationship) sebesar
conflict,