PENGEMBANGAN PENGELOLAAN SAMPAH PERKOTAAN DENGAN POLA PEMANFAATAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT
PENGEMBANGAN PENGELOLAAN SAMPAH PERKOTAAN DENGAN POLA PEMANFAATAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT
Slamet Raharjo, Taufiq Ihsan, Sri Rahmiwati Yuned
Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Andalas Kampus Limau Manis, Padang, Telp. (0751)72497, Fax. (0751)72564 *Email: sraharjo@ft.unand.ac.id
ABSTRAK
Kota Bukittinggi dengan timbulan sampah 471,01 m 3 /hari dan hanya terlayani 55,7% dari total sampah. Permasalahan persampaan yang ada di Kota ini yaitu masih rendahnya praktek pemanfaatan sampah, selain itu adanya sampah kiriman dari kabupaten tetangga yang menyebabkan jumlah timbulan sampah meningkat, sementara Kota Bukittinggi tidak memiliki TPA sendiri. Untuk itu diperlukan perencanaan pengembangan pengelolaan sampah Kota Bukittinggi selama 20 tahun perencanaan (2016-2035) meliputi aspek teknis dengan pola pemanfaatan sampah. Pengelolaan persampahan yang direncanakan yaitu meningkatkan daerah pelayanan dengan dibagi menjadi 3 zona yaitu zona I, II dan III berdasarkan kawasan strategis kota dan tingkat pelayanan menjadi 100% pada zona prioritas (Zona I) dengan melakukan reduksi sampah melalui pengolahan di TPS 3R berdasarkan target 3R, 20% di akhir tahun perencanaan dengan sistem pengolahan berupa pengomposan dengan sistem takakura susun dan rotary kiln serta bank sampah untuk sampah kering yang bisa didaur ulang. Berdasarkan analisis perbandingan, adanya pengolahan sampah dapat mengurangi jumlah sarana prasarana pengelolaan sampah.
Kata kunci: Pengelolaan, Bukittinggi, Aspek Teknis dan Non Teknis, 3R
ABSTRACT
Bukittinggi generates around 471,01 m 3 /day of municipal solid waste (MSW), in which only 55,7 % is managed by the local government. As many other cities, Bukttinggi is facing a problem of implementing recycling practice. Meanwhile, there are abundant of waste from coming from districts around the border area. Such problems result in a high generation of waste that must be transfered to landfill. In order to reduce the waste generation, Bukittinggi needs a 20 years-planning of MSW development which is based on recycling management (2016- 2030). It includes technical aspect and non technical aspect. The purpose of this study is to increase service coverage by developing community-based recycling facilities (TPS 3R). Developing area is divided into 3 zones. The level of service in zone 1 is increased to 100% by practicing waste reduction management in TPS 3R.. 3R target is set at 20 % of total waste generation at the end of the planning year with management system such as takakura composting, rotary klin composting and dry garbage bank. Planning with community-based waste recycling will decrease the amount of waste management facilities.
Keywords: Waste Management, Bukittinggi, technical aspect, non technical aspect, 3R
PENDAHULUAN
paradigma lama pengelolaan sampah yang mengandalkan
kegiatan pengumpulan,
Latar Belakang
pengangkutan, dan pembuangan. Semua kegiatan tersebut membutuhkan anggaran yang
Meningkatnya laju pembangunan, pertambahan semakin besar dari waktu ke waktu, bila tidak penduduk, serta aktivitas dan tingkat sosial
tersedia akan menimbulkan banyak masalah ekonomi masyarakat di Indonesia telah memicu
operasional seperti sampah yang tidak terjadinya peningkatan jumlah timbulan
terangkut, fasilitas yang tidak memenuhi sampah. Hal ini menjadi semakin berat
syarat, cara pengoperasian fasilitas yang tidak dengan hanya dijalankannya
mengikuti ketentuan teknis, dan semakin
Jurnal Teknik Lingkungan UNAND 13(1) : 10-25 (Januari 2016) Raharjo dkk
habisnya lahan pembuangan.
3. Merencanakan aspek teknis dan dengan pola pemanfaatan sampah;
Menurut Undang-undang No 18 Tahun 2008
perbandingan sistem Tentang Pengelolaan Sampah, Pengelolaan
4. Menganalisis
Konvesional dan sistem 3R. sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga terdiri atas pengurangan
METODOLOGI
sampah dan penanganan sampah. Pengurangan sampah dapat dilakukan dengan metode 3R
Lokasi Perencanaan terletak di Kota (Reuse, Reduce, dan Recycle) yang dapat
Bukittinggi dengan luas 2,239 km 2 . Dengan dilakukan di sumber atau di Tempat
jumlah penduduk tahun 2014 sebanyak 120.491 Pengelolaan
jiwa. Dengan tahapan perencanaan sebagai sementara untuk penanganan sampah dapat
dilakukan dengan
pemilahan
sampah
1. Studi Literatur
berdasarkan komponennya, pengumpulan, Studi literatur bertujuan untuk mengumpulkan pemindahan dan pengangkutan sampah baik
dan mempelajari teori yang mendukung dalam dari sumber ke tempat penampungan sementara
rancangan pengembangan sistem pengelolaan (TPS) atau dari TPST menuju tempat
sampah Kota Bukittinggi yang bersumber dari pemprosesan akhir.
buku teks, jurnal dan penelitian sebelumnya.
2. Pengumpulan Data
Kota Bukittinggi tidak luput dari permasalahan Pengumpulan data merupakan langkah penting persampahan. Sebagai kota pariwisata,
dalam proses penyusunan studi dan banyaknya pangunjung di kota ini terutama di
sistem pengelolaan hari libur, peningkatan jumlah penduduk kota
pengembangan
persampahan, karena tingkat kearutan data menyebabkan produksi sampah juga ikut
menjadi kunci dalam memproyeksikan rencana meningkat, sementara daerah dan tingkat
selama jangka waktu pelayanan sampah Kota ini belum merata yang
pengembangan
perencanaan. Adapun jenis data yang menyebabkan pengelolaan sampah yang ada di
dikumpulkan berupa data Primer (yang Kota Bukittinggi ini tidak tertata dengan baik
diperoleh dari kuisioner dan suvei lapangan) pada kondisi tertentu. Rendahnya praktek
dan data sekunder (yang diperoleh Telaah pemanfaatan sampah (3R) juga menjadi
sistem pengelolaan permasalahan dalam pengelolaan persampahan
dokumen
terkait
persampahan Kota Bukittinggi. Kota. Selain permasalahan tersebut, adanya
3. Identifikasi Permasalahan sampah kiriman dari kabupaten Agam yang
Identifikasi permasalahan dan kebutuhan berasal dari masyarakatnya yang bekerja di
pengembangan aspek teknis dan non teknis Kota Bukittinggi juga menyebabkan jumlah
pengelolaan sampah Kota Bukittinggi timbulan sampah Kota Bukittinggi meningkat.
4. Perencanaan
Untuk itu pada perencanaan ini diharapkan Perencanaan akan dilakukan jangka waktu 20 dapat direncanakan kegiatan pengembangan
Tahun, dengan 3 tahap perencanaan: yang sesuai dengan kondisi eksistng wilayah
a. Tahap I (2016-2020), jangka pendek; perencanaan.
b. Tahap II (2021-2025), jangka menengah;
c. Tahap III (2026-2035), jangka panjang.
Maksud
Dengan merencanakan aspek teknis berbasis Maksud dari perencanaan ini adalah
masyarakat dengan prinsip 3R. merencanakan pengembangan pengelolaan sampah perkotaan di Kota Bukittinggi dengan
KONDISI EKSISTING PENGELOLAAN
pola pemanfaatan sampah berbasis masyarakat.
PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI
Tujuan
Umum
Tujuan dari perencanaan ini adalah:
Satuan timbulan sampah domestik Kota persampahan di Kota Bukittinggi;
Bukittinggi sebesar 2,9 l/o/h. atau 0,22 kg/o/h.
2. Merencanakan daerah dan tingkat pelayanan Dengan persentase sampah non domestik serta target 3R di Kota Bukittinggi;
terhadap sampah domestik sebesar 32,6 %,
Pengembangan Pengelolaan Sampah Perkotaan dengan Pola Pemanfaatan Sampah Berbasis Masyarakat
yaitu sebanyak 114,01 m 3 /h sampah non
domestik yang dihasilkan terhadap total sampah Kota Bukittinggi pada hari biasa (Tabel 1). Rasio sampah domestik hari biasa dan lebaran yaitu, 1: 1,06, sementara untuk sampah non domestik, yaitu 1: 1,02 (DKP Kota Bukittinggi, 2015) . Dengan total timbulan hari iasa dan lebaran dapat dilihat pada Tabel 1.
Sistem pengelolaan sampah Kota Bukittinggi umumnya masih m enerapakan sistem kumpul-
Gambar 1. Skema Pengelolaan Sampah
angkut-buang. Skema pengelolaan sampah Kota Bukittinggi dapat dilihat pada Gambar 1.
Kota Bukittinggi Eksisting
Berdasarkan skema di atas pengelolaan sampah
Pengolahan Sampah
di Kota Bukittinggi diawali dengan pewadahan sampah di sumber tanpa pemilahan, kemudian
Pemerintah Kota Bukittinggi hingga 2014 sampah di sumber diangkut dengan pola belum melaksanakan pengelolaan sampah 3R pengangkutan individual tidak langsung
menggunakan gerobak sampah, becak sampah dengan baik Fasilitas kota terkait 3R yang sudah ada yaitu gedung fisik TPS 3R (Tempat
dan becak motor, komunal tidak langsung dan Pengolahan Sampah) berbasis 3R yang penyapuan jalan. Selanjutnya dikumpulkan di
TPS diangkut dengan menggunakan dump truck berlokasi di Aur Kuning, namun pada
3 kapasitas 8 m realisasinya gedung ini belum digunakan sama menuju TPA Regional sekali yang disebabkan oleh beberapa faktor.
Payakumbuh dengan sistem Sanitary Landfill. Pengelolaan
Kegiatan persampahan 3R di Kota Bukittinggi yang ada adalah pengolahan persampahan
merupakan pengelolaan skala Kota yang berbasis masyarakat. Kegiatan ini pembuatan dilakukan oleh DKP Kota Bukittinggi. kerajinan dari bahan daur ulang dan pengomposan. Kegiatan kerajinan daur ulang
Tabel 1. Timbulan Sampah Kota Bukittinggi Hari Biasa dan Lebaran
dan pengomposan yang ada di Kota Bukittinggi
Total Timbulan (m 3 /hari)
ini tidak memiliki lokasi pasti kegiatan 3R ini merupakan kegiatan pembinaan kesejahteraan
Sumber
Sampah Hari biasa
Hari Lebaran
Keluarga (PKK) yang hanya dilakukan ketika
Domestik 349,42
PKK memiliki program untuk melakukan
Perkantoran dan
fasilitas umum
pembinaan daur ulang kepada masyarakatnya.
Berdasarkan hal tersebut menyebakna tidak
terdatanya potensi 3R Kota Bukittinggi.
Analisis Permasalahan
Rumah Makan
1. Timbulan Sampah
a. Adanya sampah kiriman dari luar yang
Rumah sakit
menambah timbulan sampah
b. Masih adanya masyarakat yang masih
Toko & Industri
penimbunan dan Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota
Total Timbulan 463,43
melakukan
pembakaran sampah. Bukittinggi, 2014
2. Tingkat dan daerah pelayanan Daerah pelayanan sampah sebesar 65,3 %
dan tingkat pelayanan sampah tahun 2015 adalah sebesar 55,7 % hal ini masih berada cukup jauh dari target RPJMN 2014, yaitu 100 %. Rincian tingkat pelayanan per kecamatan dapat dilihat pada Tabel 2.
Jurnal Teknik Lingkungan UNAND 13(1) : 10-25 (Januari 2016) Raharjo dkk
Tabel 2. Tingkat Pelayanan Per Kecamatan
sistem pengangkutan Kota Bukittinggi ini
Berdasarakan daya Tampung Sampah
terkendala pada jumlag sarana prasarana,
Tahun 2015
dimana jumlah truk yang ada untuk
Daya
mengangkut jumlah total sampah belum
Timbulan Tampun Tingkat Kecamata
mencukupi. jumlah dump truk sampah 16
n Sampah
g Pelayan
dengan dua ritasi hanya bisa mengangkut
sampah sebesar 192 m 3
/hari sementara
(m 3
sampah yang harus diangkut secara Guguk
/h)
keseluruahan sebasar 471,01 m /hari. Aur Birugo
Panjang 172,83
d. Sistem Pengolahan Sampah Tigo Baleh
Berdasarkan data yang diperoleh ada Mandingin
beberapa kelurahan, yaitu kelurahan Koto
Campago Guguk Bulek, Pulai Anak Aia, Selayan
Belakang Balok, Aur Kuning dan Bukit
Cangang. yang
menerapkan sistem
3. Aspek Teknis pengelolaan 3R yang berbasis masyarakat
a. Pewadahan berupa kegiatan pengomposan, kerajian daur Sistem pewadahan
ulang. Namun tidak terdata persentase Bukittinggi berasal dari pihak masyarakat
individual
Kota
kegiatan 3R yang diolah, karena kegiatan itu sendiri hal ini dapat dilihat dari hasil
tidak menetap dan tidak berkelanjutan. TPS kuesioner,
3R di Aur Kuning memang telah karung/keranjang, plastik dan ember. Sistem
mempunyai sarana fisik yang memiliki area pewadahan Komunal yang ada di Kota
pengomposan dan area penyimpanan Bukittinggi ini masih memakai pewadahan
sampah kering yang di arahkan sebagai sistem tercampur untuk TPS batu, kayu dan
pengolahan pengomposan dan daur ulang, kontainer, namun untuk TPS kembar.
namun belum beroperasi. jumlah wadah yang sudah disediakan oleh
e. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) pemerintah
Permasalahan TPA untuk Kota Bukittinggi mencukupi dengan jumlah sampah yang
ini adalah TPA Panorama Bukittinggi dihasilkan,
dengan sistem open dumping tidak sesuai pewadahan yang sudah ada sebesar 271,8
dengan UU No 18 Tahun 2008. Hal ini m 3 /h sementara total volume sampah yang
menyebabkan Kota Bukittinggi tidak dihasilkan Kota Bukittinggi sebesar 471,01
mempunyai TPA sendiri, Jarak antara Kota m 3 /h.
Bukittinggi ke TPA Regional > 25 km.
b. Pengumpulan sehingga terlalu banyak jam kerja pada Pola pengumpulan yang di Kota Bukittinggi
proses pengangkutan.
ini yaitu pola komunal tidak langsung, pola individual tidak langsung da pola penyapuan
Analisis Kebutuhan Pengembangan
jalan. Dengan sistem pengumpulan sampah Berdasarkan Permasalahan-permasalahan yang tanpa pemilahan sama sekali. Permasalahan
ada, kebutuhan pengembangan yang perlu ada untuk sistem pengangkutan yang ada pada
diantaranya:
pola pengumpulan komunal tidak langsung,
1. Perlu adanya sosialisasi pemilahan sampah masyarakat membuang sampah secara
di sumber;
2. Menekan jumlah timbulan sampah kiriman; yang dibuang masuk ke dalam TPS atau
sembarangan tanpa memperhatikan sampah
3. Peningkatan daerah pelayanan hingga tidak. Jumlah sarana dan prasarana untuk
mencapai standar pelayanan minimal pada pengumpulan sampah di Kota Bukittinggi
jangka pndek dan zona prioritas dan terus tidak mencukupi dengan total jumlah
terjadi peningkatan pada periode desain sampah yang ada di Kota Bukittinggi
jangka panjang;
4. Perlunya adanya zonasi guna mempermudah tampung sarana-prasarana yang sudah ada
sebesar 466,95 m 3 /hari dengan kapasitas
monitoring dan pengembangan pengolahan sebesar 269 m 3 /hari.
3R dengan peningkatan daerah pelayanan di
c. Pengangkutan zona prioritas mencapai 100%;
Pengembangan Pengelolaan Sampah Perkotaan dengan Pola Pemanfaatan Sampah Berbasis Masyarakat
5. Penambahan sarana prasarana pewadahan sistem 3R, berdasarkan hasil kuesioner komunal, pengumpulan, pengangkutan, dan
keinginan masyarakat terhadap adanya pengolahan sampah dengan target 3R
pengolahan sampah yang akan dikembangkan sebesar 20%(Permen Pu, no. 03 Tahun
dapat dilihat pada Gambar 2. 2013)
serta diharapkan
bangunan
pengolahan sampah yang sudah ada dapat beroperasi pada tahun pertama jangka
Tabel 3. Hasil Kuesioner terkait Perlakuan
pendek;
Sampah oleh Masyarakat Kota Bukittinggi
6. Melakukan penutupan TPA Panorama dan
No
Jenis Perlakuan Persentase (%)
menghitung kebutuhan luas TPA;
1 Dibuang ke sungai
20 (3R berbasis masyarakat), mengoptimalkan
7. Penambahan bidang pengolahan sampah
2 Dibakar
10 tetribusi masyarakat, penegasan terhadap
3 Ditimbun Ditanah
4 Dikumpulkan petugas 65 peraturan, serta peningkatan peran serta
5 Diolah (Kompos dan 5 masyarakat melalui sosialisasi dan pelatihan daur ulang)
terkait pengelolaan sampah paradigma baru
(adanya sistem pengolahan sampah).
SKENARIO PENGEMBANGAN
% ( Setuju;
Setuju; Setu…
Dasar Pengembangan
se Pengola
dibangu a Setuju;
nt han Tidak
n Tidak berparti Tidak
a. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) rse sampa Setuju; … Bangu Setuju; … sipasi Setuju;
dibangu atau berparti … pengelolaan sampah Kota Bukittingi mengikuti
Perencanaan umum
pengembangan
Pengola
Perencanaan pengembangan han … n … … sipasi … lamanya perencanaan RTRW Kota Bukittinggi
dengan penetapan pembagian Zona mengacu
Gambar 2. Hasil Kuesioner terkait
pada kawasan strategis yang terdapat pada
Perencanaan Pengelolaan sampah di Kota
RTRW.
Bukittinggi
a. RPJMN 2014 Target tingkat pelayanan sampah mencapai 100
Berdasarkan Gambar 2, dapat dilihat adanya % pada zona prioritas di akhir periode jangka
keinginan atau partisipasi masyarakat terhadap pendek perencanaan, sesuai dengan target
pengolahan sampah yang RPJMN tahun 2014, dimana tingkat pelayan
perencanaan
dilakukan, sebanyak 85% masyarakat setujua sanitasi yang salah satunya mengenai
adanya pengolahan sampah berbasis 3R dan pengolahan sampah mencapai 100 % pada
dibangun bangunan fisik pengolahan sampah, tahun 2019.
namun hanya 70% masyarakat yang mau
b. Hasil Kuisioner berpartisipasi langsung dalam pengolahan Berdasarkan hasil kuesioner dari 20 responden
sampah.
di Kelurahan yang memiliki bangunan fisik
c. Hasil Wawancara
pengolahan sampah (Kelurahan Aur Kuning). Bedasarkan hasil wawancara perencana dengan Berdasarkan hasil kuesioner yang ada prilaku
Dinas Kebersihan dan Partmanan (DKP) Kota masyarakat dalam pengelolaan sampah dapat
perencanaan pengembangan dilihat pada Tabel 3.
Bukittinggi,
pengelolaan sampah yang diinginkan selama 20 tahun, dengan sistem pengelolaan sampah
Berdasarkan Tabel 3 diatas dapat dilihat, menerapkan pengolahan sampah di Tempat masyarakat Kota Bukittinggi yang masih
Pengolahan Sampah dengan metode 3R(TPS melakukan penimbunan dan pembakaran
3R). pengolahan sampah yang ingin sampah, lalu belum adanya kepedulian
direncanakan berupa pengomposan dan daur masyarakat untuk memanfaatkan sampah yang
ulang sampah.
masih bisa digunakan, karena hanya 5% yang
d. Pembagian Zona-Zona Pengembangan melakukan pengolahan sampah disumber. Terkait prencanaan pengolahan sampah dengan
Jurnal Teknik Lingkungan UNAND 13(1) : 10-25 (Januari 2016) Raharjo dkk
Dasar pembagian zona-zona pengembangan dalam pengembangan pengelolaan sampah Kota Bukittinggi adalah sebagai berikut:
1) Daerah dan tingkat pelayanan eksisting Zona prioritas dipilih, berdasarkan tingkat dan daerah pelayanan yang paling tinggi. Dan untuk zona selanjutnya dengan tingkat dan daerah pelayanan yang ada dibawah zona prioritas.
2) Kawasan strategis Pembagian zona berdasarkan kawasan
Gambar 3. Peta Pembagian Zona
strategis ini, merujuk pada banyak nya
Pengembangan Kota Bukittinggi
kawasan strategis pada pembagian yang
direncanakan, dimana jumlah kwasan Berdasarakan zona-zona pengembangan yang stretgis terbanyak dijadikan sebagia zona
ada, direncanakan daerah dan tingkat prioritas.
pelayanan, serta target 3R meningkat setiap
3) Kepadatan penduduk tahunnya dengan kenaikan tingkat dan daerah Kawasan dengan kepadatan penduduk
pelayanan, serta terget 3R dapat dilihat pada teringgi dijadikan sebagia zona prioritas,
Tabel 4.
dengan kepadatan penduduk terpadat
menjadi zona prioritas.
Proyeksi Penduduk dan Proyeksi Timbulan
Pembagian zona direncanakan menjadi 3 Zona,
Sampah
agar monitoring pengelolaan persampahan tidak menunjukkan metode yang tepat untuk proyeksi terlalu luas. Berdasarkan pertimbangan yang
penduduk untuk semua kecamatan adalah telah disebutkan diatas, Zona Prioritas (Zona I)
metode eksponensial. Proyeksi total timbulan adalah Kecamatan Guguk Panjang, Zona II
sampah domestik dapat dilihat dari jumlah Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh dan Zona III
kenaikan jumlah penduduk setiap tahunnya Kecamatan Mandiangin Koto Selayan, dimana
dengan satuan timbulan sampah Kota Zona II dan III merupakan Zona yag akan terus
Bukittinggi sebesar 2,90 l/o/h, sementara untuk dikembangkan dalam pengelolaan sampah.
proyeksi timbulan sampah non domestik Pembagian zona pengembangan dapat dilihat
proyeksi sampah domestik, pada Gambar 3.
mengikuti
persentase sampah non domestik berdasarkan kondisi eksisting adalah 32,6 % dari sampah
e. Kenaikan Tingkat dan Daerah Pelayanan domestik Kota Bukittinggi. Proyeksi penduduk selama periode tahun perencanaan
dan timbulan sampah Kota Bukittinggi tahun 2015-2035 dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 4. Rencana Kenaikan Persentase Daerah dan Tingkat Pelayanan Serta Target 3R per Zona
No Zona Daerah
Target 3R Pelayanan
Tingkat
Interval Kenaikan
Sampah Sampah
Pelayanan/Tahun
Basah Kering
Eksisting
0 0 0 0 2 Zona II
1 Zona I 75,2%
0 0 0 0 3 Zona III
Jangka Pendek (2016-2020)
4,2% 1,8% 2 Zona II
1 Zona I 100 %
4,2% 1,8% 3 Zona III
Jagka Menengah (2021-2025)
1 Zona I 100 %
Pengembangan Pengelolaan Sampah Perkotaan dengan Pola Pemanfaatan Sampah Berbasis Masyarakat
No Zona Daerah
Target 3R Pelayanan
Tingkat
Interval Kenaikan
Sampah Sampah
Pelayanan/Tahun
Basah Kering
Eksisting
1 Zona I 75,2%
0 0 0 0 2 Zona II
0 0 0 0 3 Zona III
0 0 0 0 2 Zona II
7% 3% 3 Zona III
Jagka Panjang(2026-2035)
1 Zona I 100 %
14% 6% 2 Zona II
14% 6% 3 Zona III
Tabel 5 Proyeksi Penduduk dan Timbulan Sampah Kota Bukittinggi Tahun 2015-2035
Jumlah Penduduk perkecamatan Timbulan Sampah (m 3 /h) Total No
Sampah GP
MAKS (m 3 /h)
Ket: GP : Kec. Guguk Panjang; ABTB: Aur Birugo Tigo BalehMAKS: Mandiangin Koto Selayan
Perencanaan Target 3R Selama 20 Tahun
Target 3R yang direncanakan pada studi Target 3R yang direncanakan pada studi pengembangangan pengelolaan sampah Kota
pengembangangan pengelolaan sampah Kota Bukittinggi ini sebesar 20% hingga akhir
Bukittinggi ini sebesar 20% hingga akhir periode perencanaan, sesui dengan Permen PU
periode perencanaan, sesui dengan Permen PU No 03 Tahun 2013. Untuk persentase sampah
No 03 Tahun 2013. Untuk persentase sampah basah (dikompos) dan sampah kering (didaur
basah (dikompos) dan sampah kering (didaur ulang) yang akan diolah masing-masing 70%
ulang) yang akan diolah masing-masing 70% dan 30% dari target 3R nya. Untuk rincian
dan 30% dari target 3R nya. Untuk rincian jumlah timbula sampah yang bisa diolah
jumlah timbulan sampah yang bisa diolah disetiap zona dapat dilihat pada Tabel 6. 2015
disetiap zona dapat dilihat pada Tabel 6. 2015 (eksisting).
(eksisting). Perencanaan aspek teknis pengelolaan sampah
Perencanaan Sistem Pengelolaan Sampah
1. Aspek Teknis
Kota Bukittinggi secara umum adalah sebagai
berikut:
Jurnal Teknik Lingkungan UNAND 13(1) : 10-25 (Januari 2016) Raharjo dkk
a. Sistem pewadahan jalan untuk mengumpulkan sampah jalan Sistem pewadahan yang direncanakan di
yang ada di jalan utama. sumber berupa pewadahan terpilah dan
c. Sistem pengangkutan
tercampur, untuk pewadahan terpilah Sistem pengangkutan yang direncanakan diterapkan di kawasan yang memeiliki
berupa sistem pengangkutan Hould bangunan 3R, baik eksisting maupun yang
Container System ( HCS) hingga akhir direncanakan. Dengan sistem pemilahan
periode perencanaan sementara untuk dump terdiri dari sampah basah dan sampah
yang masih ada kering. Dimana pada pengolahan sampah,
truck
eksisting
menggunakan sistem Stationary Conatiner sampah
System (SCS) hingga masa pakai dump truck habis.
b. Sistem pengumpulan
d.
Sistem pengumpulan yang direncanakan Sistem pengolahan sampah
Pengolahan sampah yang direncanakan pada
pengembangan
pengelolaan
berupa pengolahan sampah skala kawasan persampahan Kota Bukittinggi berupa pola dengan bangunan pengolahan berupa TPS individual tidak langsung (kawasan yang 3R, sistem pengolahan yang dilakukan memiliki TPS 3R) untuk mengangkut berupa pengomposan untuk sampah basah sampah basah, komunal langsung untuk dan bank sampah untuk menampung sampah mengumpulkan sampah kering dalam kering yang bisa di daur ulang seperti bentuk bank sampah dan pola penyapuan sampah plastik, karton dan kertas.
Tabel 6. Jumlah Volume Sampah Sampah yang masuk Ke TPS 3R
Tahun Targer 3R (%) Volume sampah yang masuk ke TPS 3R (m 3 /h)
zona III Zona
zona I
zona II
Zona
Zona
Sampa Sampah
Sampa Sampah Total
I II III
h Kering
h Kering Sampa
Basah h 2015
2) Aspek Peran Serta Masyarakat Tempat
e. TPA
Untuk mendukung sistem pengelolaan direncanakan, masih menggunakan TPA
sampah dengan sistem 3R di Kota Regional Payakumbuh hingga lahan TPA ini
Bukittinggi direncanakan dengan menarik sudah penuh. Sistem yang digunakan pada
partisipasi masyarakat Kota Bukittinggi TPA ini berupa sistem Sanitary Lanfill
dengan cara melakukan sosialisasi dengan pemanfaatan gas metan.
Pengembangan Pengelolaan Sampah Perkotaan dengan Pola Pemanfaatan Sampah Berbasis Masyarakat
3R. Jumlah sarana pewadahan sampah yang mengenai Sistem Pengelolaan Sampah
dibutuhkan dapat dilihat Tabel 7. dengan 3R di lembaga-lembaga pendidikan serta
memberi
sosialisasi-sosialisasi
mengenai bank sampah yang merupakan
Tabel 8. Kebutuhan Becak Motor
salah satu strategi penerapan 3R dalam
Kebutuhan Becak motor Tot
pengelolaan sampah di tingkat masyarakat. al
Tah
Sampah basah
Sampah kering
Zon Zon Zona (un
dengan prinsip rekayasa sosial (social
engineering ) untuk mengajak masyarakat
3 4 2 1 2 1 memilah sampah dan menabungnya di Bank 13
sampah yang ada di setiap TPS 3R
perencanaan. Pada aktivitas pengolahan
7 3 4 2 1 2 1 sampah masyarakat sangat diharapkan dapat 13
memilah sampah di sumber, kemudian
diharapkan adanya KSM yang dapat
9 3 5 2 1 2 1 mengelola TPS 3R yang direncanakan di 14
setiap zona pengembangan.
PROGRAM PENGEMBANGAN
Jumlah Pewadahan
3 6 5 4 2 2 2 Sarana pewadahan sampah Kota Bukittinggi ini 21
terdiri dari sarana pewadahan individual dan
komunal. Pewadahan individual direncanakan
5 6 5 4 2 2 1 disediakan oleh masing-masing masyarakat. 20
Untuk masyarakat yang memiliki bangunan
pengolahan sampah, maka dilakukan pemilahan
7 6 5 4 2 2 1 sampah menjadi sampah basah dan sampah 20
kering. Namun untuk daerah yang tidak
memiliki maka sampah tercampur yang
9 8 5 4 2 2 1 ditampung ke pewadahan komunal berupa 22
Kontainer 6 m 3 dan 8 m 3 . Penggunaan kontainer
6 m 3 hanya digunakan hingga masa pakai
1 9 5 8 2 2 2 kontainer eksisting habis sebanyak 13 buah. 28
Selanjutnya dilakukan pemusnahan TPS kayu
dan batu, karena tidak sesuai dengan SNI 19-
Tabel 7. Jumlah Pewadahan Komunal yang
5 9 6 10 2 2 2 dibutuhkan di Kota Bukittinggi 31
*eksisting
Kebutuhan Kontainer
Tahu Sampah langsung ke
n TPA
Kontiner Residu
Jumlah Sarana Pengumpulan
Zona Zona Zona
Sarana pengumpulan sampah yang digunakan
0 0 0 0 0 0 untuk pola ini berupa gerobak sampah, becak
10 10 13 1 1 1 sampah dan becak motor. Volume sampah yang
25 15 28 4 4 4 diangkut berasal dari kelurahan yang memiliki *Eksisting
TPS, sampah yang diangkut dengan becak Pewadahan komunal ini digunakan untuk
motor ke kontainer yaitu sampah basah dan menampung sampah yang langsung diangkut ke
kering. Untuk alat kumpul yang menuju ke TPS TPA dengan sistem tercampur dan juga
3R hanya mengangkut sampah basah saja, mengangkut sampah residu yang berada di TPS
karena sampah kering langsung di antar ke TPS 3R (menabung sampah). Jumlah sarana yang
Jurnal Teknik Lingkungan UNAND 13(1) : 10-25 (Januari 2016) Raharjo dkk
dibutuhkan untuk pola individual tidak sampai akhir periode jangka panjang dapat di langsung dan penyapuan jalan dapat dilihat pata
lihat pada Tabel 10.
Tabel 8.
Tabel 10. Kebutuhan Truk Sampah
Sarana yang dibutuhkan untuk pola penyapuan
Jumlah Amroll Truck(buah)
jalan ini berupa gerobak sampah yang dibawa
Dump
Truck 8 Amroll Truck 8m 3 Juml Tota
pada saat penyapuan jalan dilaksanakan.
Tahun
m 3*** ah l
Berdasarkan volume sampah jalan eksisting,
Zo Zo Rita Truc si* k
persentase sampah jalan terhadap sampah
Zona I
Zona
I na na
volume sampah total adalah 0,69%. jumlah
II III
sarana yang dibutuhkan untuk penyapuan jalan
7 4 4 5 2 dapat dilihat pata Tabel 9. Jumlah Sarana 20
Tabel 9. Kebutuhan Gerobak Sampah
5 5 5 7 2 22 Kebutuhan Gerobak sampah
4 8 6 7 2 25 Tahu Zona
Zona III
0 13 8 14 2 35 2026 *Terdapat dua atau lebih truck dengan jumlah ritasi tiga 2 1 2 5 untuk mengangkut jumlah residu di TPS 3R
2027 2 1 2 5 2015,Tahun eksisting***tahun pengandaan dumptruck 2028
2 1 2 5 eksisting, 2 buah- 2012, 3 buah 2013, dan 2 buah 2014 2029
2 1 2 5 Sistem Pengolahan Sampah
2 1 2 5 Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 3R yang 2033
2 1 2 5 direncanakan akan dikelola oleh kelompok 2034
2 1 2 5 swadaya masyarakat yang akan di monitoring 2035
2 1 2 5 oleh DKP Kota Bukitinggi. TPS 3R yang drencanakan terdiri dari 3 Tipe yang memiliki
Rancangan Sistem pengangkutan sampah yang perbedaan dari luas dan pelayanan TPS 3R berbasis 3R direncanakan pengangkutan
tersebut, menimbang meningkatnya tingkat sampah dngan menggunakan Dump Truck dan
pelayanan dan target 3R yang direncanakan Amroll Truck dengan jumlah ritasi 2-3 kali
sehingga menyebabkan meningkatnya volume dalam 1 hari. Sistem pengangkutan yang
sampah yang akan diolah. Perhitungan rincian direncanakan yaitu mengangkut sampah dari
luas TPS 3R dapat dilihat pada Lampiran LD- TPS ke TPA dan residu sampah di TPS 3R ke
IX. Rincian dari ketiga TPS 3R yaitu: TPA. Jumlah residu sampah yang tidak terlalu
1. Tipe I
banyak, maka dikhususkan pada saat volume Beban penerimaan total TPS 3R tipe ini adalah kontainer di TPS 3R sudah penuh maka terdapat
6m 3 /hari atau melayani sekitar ± 400 KK yang satu atau dua truk sampah yang mengangkut masih berada disatu kelurahan. Beban sampah sampah dengan ritasi 3 kali dalam 1 hari.
basah sebesar 4 m 3 /hari dan sampah kering 2 Jumlah Truck yang dibutuhkan di setiap zona
m 3 /hari. Sampah basah diolah menjadi kompos
Pengembangan Pengelolaan Sampah Perkotaan dengan Pola Pemanfaatan Sampah Berbasis Masyarakat
dengan metode pengomposan takakura susun, akan dituangkan dalam bentuk bank sampah lama pengomposan 14 hari. Pemilihan metode
dengan jumlah nasabah ± 800 KK yang pengomposan ini karena metode ini dapat
terlayani oleh TPS 3R tipe ini.
menghemat lahan, selain itu proses composting berlangsung cepat, proses rapi dan sangat
3. Tipe III
terstruktur. Sementara untuk sampah kering TPS 3R tipe ini menyesuaikan dengan luas yang terdiri dari sampah daur ulang yang akan
eksisting bangunan pengolahan sampah yang dituangkan dalam bentuk bank sampah dengan
ada. Dengan beban penerimaan total 23 m 3 /hari jumlah nasabah ± 400 KK yang terlayani oleh
atau melayani sekitar ± 1600 KK yang berada TPS 3R tipe ini.
masih disatu kelurahan. Beban sampah basah sebesar 16 m 3 /hari dan sampah kering 7 m 3 /hari.
Tabel 11. Perbandingan TPS 3R Tipe I, II
Sampah basah diolah menjadi kompos dengan
dan III
metode pengomposan Rotary Kiln, lama
Tipe
pengomposan 7 hari dengan penambahan
Aspek
Tipe I
Tipe II
bakteri. Pemilihan metode pengomposan ini Luas total (m )
III
karena pada metode ini tidak memerlukan lahan 2. Jumlah KK
3 3. yang luas, cepat, hiegenis, bersih dan tidak Beban layanan (m )
mengganggu lingkungan dengan bau, selain itu
4. Jenis komposter
kiln komposter jenis ini memiliki kapasitas yang 5. Jumlah komposter
a susun
susun
2 5 7 cukup besar. Sementara untuk sampah kering 6. Ruang pencurahan dan
yang terdiri dari sampah daur ulang yang akan
pemilahan sampah
dituangkan dalam bentuk bank sampah dengan
24 44 50 jumlah nasabah ± 1600 KK. Perbandingan 7. Ruang
Basah (m 2 )
14 15 28 rincian spesifikasi TPS 3R tipe I, II dan III dapat 8. Ruang pengomposan
pencacahan sampah basah (m 2 )
dilihat pada Tabel 11. Direncanakan
pengolahan sampah yang akan dilakukan 9. Ruang
2 kompos (m berupa kegiatan pengomposan dan daur ulang ) 9 12 12 sampah. Untuk perencanaan pembangunan TPS 10. Ruang
pengayakan
pengemasan kompos (m 2 )
12 12 12 3R dapat dilihat pada Tabel 12 dan Gambar 4. 11. Bank sampah (m 2 )
pembangunan dilakukan 12. Ruang pencucian dan
6 6 6 Perencanaan
menimbang tidak tertampung lagi sampah yang
pengemasan sampah
diolah di TPS yang sudah ada sementara target
kering daur ulang (m 2 )
12 20 22 3R yang terus meningkat.
13. Gudang penyimpanan
kompos dan sampah daur ulang (m 2 )
18 30 Tabel 12. Rencana Lokasi TPS 3R Kota
14. Lahan penampungan
Bukittinggi
residu sampah (m 2 )
6 6 6 Lokasi TPS 3R/ TPST
Tahap
15. Ruang kantor dan pos
Zona I
Zona II Zona III
jaga (m )
14 12 Jangka
Kayu Kubu 1 Aur Pulai
pendek
Kuning 2 Anak aia 3
Apit Aur Pulai TPS 3R tipe ini menyesuaikan dengan luas
2. Tipe II
Jangka
-Bukit
menengah Puhun 1 Kuning 2 Anak Aia 3 eksisting bangunan pengolahan sampah yang
Pulai ada. Dengan beban penerimaan total 13 m /hari
Anak atau melayani sekitar ± 800 KK yang berada
3 Panjang
Kubu 1 Kuning 2
- - Bukit Apit
Aia 3 Puhun masih disatu kelurahan. Beban sampah basah 1 -
/hari. Manggis Atas 1 ginting 3
sebesar 9 m 3 /hari dan sampah kering 4 m 3 -Benteng Pasar
Sampah basah diolah menjadi kompos dengan
metode pengomposan takakura susun, lama
1. Kecamatan Guguk panjang
pengomposan 14 hari. Sementara untuk sampah 2. Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh 3. Kecamatan Mndiangin Koto Selayan
kering yang terdiri dari sampah daur ulang yang
Jurnal Teknik Lingkungan UNAND 13(1) : 10-25 (Januari 2016) Raharjo dkk
GAMBAR 4. Peta Perletakan TPS 3R Kota Bukittinggi hingga akhir periode perencanaan
Tabel 13. Perencanaan Pembangunan TPS 3R
Tahap Perencanaan pembangunan
Tahun Operasional Zona I
Tahun Pembangunan
Zona II
Zona III
Zona Zona Zona
Jangka 1 TPS 3R
tipe II
tipe I
Tipe I
Jangka 1 TPS 3R
1 TPS 3R
1 TPS 3R
2022 2024 2023 menengah Tipe II
tipe I
tipe II
Jangka 1 TPS 3R
2027 2027 2027 Tipe II
tipe I
tipe II
2032 2031 2031 Tipe II
Tipe II
Tipe III
Mass Balance
Regional yang diperuntukkan untuk Kota Mass Balance pengelolaan sampah Kota
Bukittinggi hanya cukup untuk menampung Bukittinggi dapat dilihat pada Gambar 5. dan
sampah hingga tahun 2029 (awal jangka Gambar 6. Tujuan mass balance ini adalah
panjang) Sehingga dibutuhkan lahan baru untuk mengetahui jumlah sampah total yang
sebagai TPA untuk menampung sampah hingga terlayani, yang masuk ke lokasi pengolahan dan
akhir periode perencanaan. Untuk itu sampah
diperlukan program dan kegiatan untuk dapat TPA.Berdasarakan jumlah timbulan sampah
mencari lokasi TPA baru agar sampah Kota yang langsung ke TPA diatas dihitung luas
Bukittinggi dapat tertampung sebelum kebutuhan TPA per Tahun selama 20 Tahun
penutupan TPA Regional. perencanaan dengan Rumus yang ditetapkan oleh DPU (2006). Kebutuhan luas TPA selama
20 Tahun dapat dilihat pada Tabel 14. Berdasarakan Tabel 14 tersebut Luas TPA
Pengembangan Pengelolaan Sampah Perkotaan dengan Pola Pemanfaatan Sampah Berbasis Masyarakat
Analisis Perbandingan (Konvesional vs Sistem 3R
1. Sarana pewadahan Berdasarakan proyeksi timbulan sampah dengan tingkat pelayanan dan terget 3R yang direncanakan, perbandingan kebutuhan wadah Komunal dengan sistem konvesional dan sistem 3R dapat dilihat Tabel 15.
Berdasarkan Tabel 15, dapat dilihat ada perbedaan jumlah wadah yang dibutuhkan pada
Gambar 5. Mass Balance Eksisting
sistem Konvesional dan sistem 3R, dimana dengan adanya sistem pengolahan 3R,
kebutuhan wadah komunal juga berkurang.
Tabel 15. Jumlah Wadah yang dibutuhkan dengan Sistem Konvensional Vs sistem 3R
Jumlah Pewadahan Komunal
l Sistem 3R
Gambar 5. Mass Balance Kota Bukittinggi
Terlayani
Kontainer 8 Kontainer 8
Akhir Prencanaan (2035)
(m3/h)
m3 m3*
Jangka Pendek
48 Tabel 14. Luas Kebutuhan TPA Per Tahun 36
Jangka
selama 20 Tahun
Jumlah Volume
Tahun Sampah
*Rekapitulasi jumlah wadah dari perhitungan
sarana pewadahan
(Ha)
2. Sarana Pengumpulan dan Pengangkutan
Perbandingan Jumlah kebutuhan sarana
pengumpulan dan pengangkutan sampah
dengan sistem konvesional dan 3R dapat
dilihat pada Tabel 16.
3. Sarana Pengumpulan dan Pengangkutan
Perbandingan Jumlah kebutuhan sarana
pengumpulan dan pengangkutan sampah
dengan sistem konvesional dan 3R dapat
dilihat pada Tabel 16.
Total
*Eksisting
Jurnal Teknik Lingkungan UNAND 13(1) : 10-25 (Januari 2016) Raharjo dkk
Tabel 16.Kebutuhan Sarana Pengumpulan dan Pengangkutan Sistem Konesional Vs sistem
3R
Jumlah
Jumlah Sarana Pengumpulan
Sarana Pengangkutan
Timbulan
Konvesional
Sistem 3R
Konvesional
Sistem 3R
Becak Motor
Jangka Pendek
85 14 24 22 Jangka Menengah
20 31 29 Jangka Panjang
31 42 35 *Rekapitulasi jumlah becak motor pada Tabel
Tabel 17. Jumlah Timbulan Sampah yang
masuk ke TPA Sistem Konesional Vs sistem
*Rekapitulasi jumlah Truk pada Tabel 10
3R
Jumlah timbulan Berdasarkan Tabel di atas dapat dilihat
sampah Kota Terlayani perbandingan jumlah sarana pengumpul dengan
Tahap
(m3/h) sistem konvesional lebih banyak menggunakan
Konvesional Sistem 3R becak motor dibandingkan dengan sistem 3R,
383,38 361,11 hal ini disebakan karena dengan sistem 3R,
Jangka Pendek
489,73 438,32 direncanakan partisipasi masyarakat juga
Jangka Menengah
672,08 537,27 meningkat dengan menerapkan pola komunal
Jangka Panjang
langsung, dimana masyarakat langsung menuju
ke wadah komunal mengantarkan timbulan
sampah, sementara untuk kawasan yang memiliki
menggunakan becak motor agar proses
ot
pengolahan terus berjalan, peningkatan becak
motor pada sistem 3R disebabkan karena p )
Jumla
h menigkatnya jumlah timbulan sampah yang
a m 3 /h
timbul diolah. Sementara untuk sarana pengangkutan
n S (m
an sampah, alat angkut yang dibutuhkan pada
la u
b sam… sistem konvesional juga lebih banyak, hal ini
T im
disebabkan karena jumlah kontainer pada sistem ini juga lebih banyak.
Tahp Perencanaan
4. Sampah yang masuk ke TPA
Gambar 7. Perbandingan jumlah Sampah
Perbandingan jumlah sampah yang masuk ke
Kota Bukittinggi dengan Sistem
TPA dengan sistem konvesional dan sistem 3R
Konvesional dan Sistem 3R
dapat dilihat pada Tabel 17 dan Gambar 7.
Berdasarkan Tabel 17 dan Gambar 7 bahwa
PROGRAM DAN KEGIATAN
jumlah timbulan sampah yang masuk ke TPA Program dan kegiatan yang dilaksanakan dalam dengan sistem 3R lebih sedikit dibandingkan
jangka pendek dari Tahun 2016-2020 terdiri jumlah sampah dengan menggunkan sistem 3R,
teknis dan non teknis. Program dan kegiatan hal ini disebakan adanya pengurangan sampah
pengelolaan persampahan secara garis besar di TPS 3R yang direncanakan.
mencakup
sampah dari sumbernya dan meningkatkan layanan persampahan skala kawasan. Kegiatan
pengurangan
teknis
dalam pengelolaan
persampahan antara lain:
Pengembangan Pengelolaan Sampah Perkotaan dengan Pola Pemanfaatan Sampah Berbasis Masyarakat
1. Penambahan
monitoring maka pengumpulan dan pengangkutan sampah;
dilakukan pembagian zona daerah
2. Perletakan wadah, penentuan jadwal dan
pelayanan;
rute pengangkutan Kota Bukittinggi;
3. Perencanaan aspek teknis meliputi:
3. Pembangunan TPS 3R Skala kawasan di
a. Pola pewadahan yang digunakan yaitu Kelurahan Pulai Anak Aia dengan TPS 3R
terpilah dan tidak terpilah. Pewadahan tipe I dan di Kelurahan Kayu Kubu dengan
direncanakan berupa TPS 3R tipe II;
komunal
kontainer dengan kapasitas 8 m 3 ;
4. Optimalisasi TPS 3R di Kelurahan Aur
b. Pola pengumpulan direncanakan adalah Kuning (TPS 3R Tipe I);
pola individual tidak langsung,
5. Penutupan TPA sampah Panorama Baru. komunal langsung dan pola penyapuan Kegiatan Non Teknis dalam pengelolaan
jalan, dengan alat kumpul berupa becak persampahan antara lain:
motor dengan kapasitas 1,5 m 3 ;
1. Sosialisasi peraturan, perundangan dan
c. Pola pengangkutan yang direncanakan sosialisasi tentang Perda pengelolaan
hingga akhir perencanaan berupa sampah
Hauled Container System (HCS) persampahan/ kebersihan;
menggunakan amroll truck;
2. Sosialisasi Pengolahan sampah dengan
d. Bangunan pengolahan 3R berupa TPS metode 3R dengan masyarakat
3R dengan sistem bank sampah yang
3. Pelatihan teknis SDM untuk pengelolaan terdiri atas tiga tipe yaitu Tipe I dengan sampah di Kelurahan Aur kuning, Pulai
luas 209 m 2 , Tipe II dengan luas 402,5 Anak Aia dan Keluraha Kayu Kubu;
m 2 dan Tipe III dengan luas 494 m 2 .
4. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan Komposter yang digunakan berupa pelayanan persampahan Kota Bukittinggi;
rotary kiln dan takakura susun;
5. Penguatan kelembagaan stekholder bidang
e. Tempat pemprosesan akhir (TPA) persampahan (pola hubungan RT, RW ,
sampah yang direncanakan yaitu TPA kelurahan, Kecamatan dengan DKP Kota
Regional Payakumbuh hingga TPA Bukittinggi);
penuh pada pertengahan jangka
6. Sosialisasi prilaku tidak membuang panjang dan diperlukan pengakajian sampah sembarangan;
untuk lahan TPA yang baru.
7. Sosialisasi dan kampanye tata cara dan
4. Aspek non teknis, meliputi: gerakan
a. Menambah sub bidang pengolahan sumbernya;
sampah di DKP Kota Bukittinggi, dan
8. Pelatihan tentang pengolahan sampah bekerjasama dengan Kabupaten lain untuk Kelompok Swadaya Masyarakat
untuk menekan jumlah timbulan dari (KSM) yang peduli lingkungan;
Kabupaten tersebut;
9. Sosialisasi tentang bank sampah.
pembiayaan dari retribusi masyarakat dan ABPD;
b. Menetapkan
KESIMPULAN
peraturan-peraturan yang sudah ada; Berdasarkan analisis dan perencanaan sistem
c. Mempertegas
d. Mengaktifkan peran serta masyarakat dan manajemen persampahan Kota Bukittinggi
dalam pengelolaan sampah melalui yang telah dilakukan maka berikut merupakan
berbagai sosialisasi dan pelatihan. beberapa kesimpulan dari laporan tugas akhir
analisis perbandingan ini adalah:
5. Berdasarakan
pengelolaan sampah konvesional dan
1. Kondisi persampahan Kota Bukittinggi sistem 3R, bahwa pengelolaan sampah belum mencapai standar yang seharusnya
dengan sistem 3R dapat mengurangi julah dengan tingkat dan daerah pelayanan
sarana prasarana sampah yang digunakan. hanya 55,7 % dan 65,3 %;
2. Perencanaan tingkat pelayanan mencapai
DAFTAR PUSTAKA
100 % (Zona I dan II) pada akhir periode Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera perencanaan dengan persentase target 3R
Barat. 2015. Kota Bukittinggi Dalam yaitu 20% dari sampah terlayani, untuk
Angka . Padang: BPS
Jurnal Teknik Lingkungan UNAND 13(1) : 10-25 (Januari 2016) Raharjo dkk
Damanhuri, Erni dan Tri Padmi. 2010. Diktat Lokasi Tempat Pembuangan Akhir Kuliah Pengelolaan Sampah , Institut
Sampah , Badan Standar Nasional(BSN) Teknologi Bandung:Bandung
Standar Nasional Indonesia Nomor SNI-03- Departemen Pekerjaan Umum Direktorat
tentang Tata Cara Jenderal Cipta Karya, Petunjuk Teknis
3242-1994
Pengelolaan Sampah di Permukiman , Nomor CT/S/Re-TC/001/98 tentang
Badan Standar Nasional (BSN). Tata Cara Pengolahan Sampah 3M.
Standar Nasional Indonesia Nomor SNI-19- Departemen
2454-2002 tentang Tata Cara Teknik Perencanaan
Pengelolaan Sampah Sampah Terpadu 3R , Departemen
Perkotaan , Badan Standar Nasional Pekerjaan Umun Kota Semarang.
(BSN)
Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Standar Nasional Indonesia Nomor SNI-19- Jenderal Cipta Karya. 2014 Tata Cara
3983-1995 tentang Spesifikasi Timbulan Penyelenggaraan
Sampah Untuk Kota Kecil dan Sedang di Pengolahan Sampah (TPS) 3R Berbasis
Umum
Tempat
Indonesia , Badan Standar Nasional Masyarakat di Kawasan Pemukiman.
(BSN).
Januar, Muhammad Anis. 2000. Peningakatan Standar Nasional Indonesia Nomor SNI-19- Teknis
3964-1995 tentang Metode Pengambilan Sampah Di Kota Malang . Universitas
Operasional
Pengelolaan
dan Pengukuran Contoh Timbulan Diponegoro:
Komposisi Sampah di Perkotaan , Badan Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi.
Standar Nasional (BSN). 2014.
Tchobanoglous, G., Teisen H., Eliasen, R, Kebersihan dan Pertamanan Kota
Integrated Solid Waste Bukittinggi
1977,
Manajemen, Mc.Graw Hill : Kogakusha, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
Ltd
3/PRT/M/2013.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Prasarana dan Sarana Persampahan
Penyelenggaraan
Tahun 2008, Tentang Pengelolaan dalam Penanganan Sampah Rumah
Sampah
Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Sampah Rumah Tangga
Provinsi Sumatera Barat. 2014. TPA Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:
Sampah Regional Payakumbuh. Padang: 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan
UPTD Sampah
Stratehi Nasional Pengembangan Sistem Yones, Indra. 2007. Kajian Pengelolaan Pengelolaan Persampahan.
Sampah Di Kota Ranai Ibu Kota Peraturan Daerah Kota Bukittinggi Nomor 6
Kabupaten Natuna Propinsi Kepulauan Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang
Riau . Universitas Diponegoro:Semarang Wilayah (RTRW) Kota Bukittinggi Tahun 2010 – 2030
Peraturan Menteri Dalam Negeri No 22 Tahun 2009 tentang Tata Cara Kerjasama Daerah .
Rahardyan B. dan Widagdo A.S., 2005. Peningkatan Pengelolaan Persampahan Perkotaan Melalui Pengembangan Daur Ulang. Materi Lokakarya 2 Pengelolaan Persampaham di Propinsi DKI Jakarta .
Syafrudin dan Priyambada I.B., 2001. Pengelolaan Limbah Padat. Diktat Kuliah
Lingkungan, Fakultas Teknik Undip: Semarang.
Standar Nasional Indonesia Nomor SNI-03- 3241-1994 tentang Tata CaraPemilihan