Pengaruh Gelombang Ultrasonik Jangkrik (Acheta domesticus) terhadap Pola Perilaku Makan Pasif dan Gerak Pasif Tikus Sawah (Rattus argentiventer) The Influence of Cricket (Acheta domesticus) Ultrasonic Waves Toward The Passive Feeding and Passive Motion of

Pengaruh Gelombang Ultrasonik Jangkrik (Acheta domesticus) terhadap Pola Perilaku Makan Pasif dan Gerak Pasif Tikus Sawah (Rattus argentiventer)

The Influence of Cricket (Acheta domesticus) Ultrasonic Waves Toward The Passive Feeding and Passive Motion of Paddy Field Rat (Rattus argentiventer)

1 Sama’ Iradat Tito 2 , Bagyo Yanuwiadi , Chomsin Sulistya

1 Jurusan Biologi, 2 Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya,

Malang

Abstrak

Tikus sawah merupakan hama utama dan penyebab kerugian terbesar pada tanaman padi di Indonesia. Cara pengendalian hama yang ada sampai saat ini belum sepenuhnya dapat mengatasi masalah hama tikus. Oleh karena itu diperlukan penelitian untuk mendapatkan teknologi pengendalian yang efektif dan mudah dilaksanakan dengan menggunakan gelombang ultrasonik jangkrik. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh gelombang ultrasonik jangkrik terhadap pola perilaku makan pasif dan gerak pasif tikus. Gelombang ultrasonik jangkrik dipaparkan langsung terhadap tikus sawah dan diamati melalui pola perilaku makan pasif dan gerak pasif yang ditunjukkan oleh tikus sawah. Data hasil pengamatan pola perilaku makan pasif dan gerak pasif tikus dianalisis dengan analisis variansi rancangan faktorial. Faktor yang diamati meliputi frekuensi, jarak sumber, dan lama pemaparan gelombang ultrasonik jangkrik serta kombinasinya. Frekuensi gelombang ultrasonik jangkrik pada jarak 100 cm dan lama pemaparan 45-60 menit dapat menimbulkan perubahan pola perilaku makan pasif dan gerak pasif tikus. Perubahan tersebut terjadi akibat efek termal, efek kavitasi dan efek mekanik yang terjadi pada struktur jaringan sel tikus.

Kata kunci : gelombang ultrasonik, jangkrik, tikus sawah

Abstract

Over the last decade, paddy field rat cases in Indonesia still become problem cultivation rice plant. The control method be present now is not yet get exceed rat wet rice pest. Because that, need straight away research for get technology control that effective and easy to applicate. The control rat wet rice pest with cricket ultrasonic waves we hope that can become alternative that problem solving. The aim from this research is for knowing the influence of cricket ultrasonic waves toward the passive feeding and passive motion rat wet rice field. Cricket ultrasonic waves direct flat to rat rice pest. The data on the observation of response and change of behavior patterns that covered the patterns of passive movement and of passive feeding of rat wet rice field brought about by ultrasonic wave disturbances were analyzed and employed to determine which parameter were the most dominant among variations exposure distance and exposure time of the ultrasonic waves. The result of research gave significant differences (P<0.05) of the effect of ultrasonic wave frequency, source distance and exposure time. At cricket frequency, it already gave effective impact toward behavior patterns that covered the patterns of passive feeding and passive movement of the migratory locusts. At this cricket frequency, with exposure time of 45 to 60 minute at 100 cm distance it has already effective impact toward the behavior patterns of rat wet rice field compared to the change of source distance longer than 100 cm at other time too towards passive feeding and passive motion pattern of rat wet rice field.

Key Words: Ultrasonic waves, cricket, rat wet rice field

 Alamat Korespondensi Penulis: Sama’ Iradat Tito E-mail : samairadat@gmail.com Alamat : Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya, Jl. Veteran, Malang

PENDAHULUAN

sudah dalam bentuk gregaria yang Indonesia merupakan negara berkembang

jika

mempunyai perilaku bermigrasi ke daerah lain yang memiliki prioritas pertumbuhan ekonomi

dan populasi yang besar sehingga sulit untuk penduduk diarahkan pada sektor pertanian

dikendalikan dengan penyemprotan rodentisida. (Anwar, 1994). Sektor pertanian di beberapa

tikus sawah melalui daerah di Indonesia sering mengalami kegagalan

Pengendalian

hama

rodentisisda juga memiliki karena perubahan keadaan alam meliputi iklim,

penyemprotan

negatif antara lain angin, dan perubahan temperatur serta beberapa

beberapa

dampak

pencemaran lingkungan dan mahal. Berdasarkan faktor penyebab lain yaitu virus, jamur, gulma

hal tersebut maka diperlukan suatu alternatif (tumbuhan pengganggu), hama serangga dan

pengendalian hama tikus sawah selain dengan binatang pengerat dalam jumlah yang berlebih

penyemprotan rodentisida. Salah satu cara yang pada lahan pertanian (Adianto dan Soelaksono,

dilakukan petani adalah penangkapan dan 1987).

perburuan tikus sawah secara masal dengan Salah

bunyi-bunyian. Bunyi-bunyian pertanian di Indonesia adalah akibat serangan

satu contoh

yang dipergunakan antara lain bunyi kentongan, hama tikus sawah (Rattus argentiventer).

sirene, dan knalpot sepeda motor (Anonimous, Beberapa daerah yang mendapat serangan

2000). Penangkapan tikus dengan menggunakan hama tikus di Indonesia, misalnya di daerah Jawa

bunyi-bunyian berbasis pada gelombang bunyi Tengah khususnya di Kabupaten Pekalongan,

yang diterima oleh pusat pendengaran tikus Pemalang, Sragen, Klaten, dan Magelang .

sebagai tanda bahaya. Tanda bahaya tersebut Serangan hama tikus pada tanaman padi dengan

menyebabkan tikus memberikan respon berupa mencapai luas 1.576 ha pada minggu pertama

perubahan lintasan migrasi untuk memper- Desember tahun 2007 (Kompas, 2007).

tahankan populasi.

Menurut Badan Penelitian dan Pengem- Pengendalian hama tikus sawah dengan bangan Pertanian (2008), Tikus sawah (Rattus

menggunakan kentongan, sirine dan knalpot argentiventer) merusak tanaman padi pada

sepeda motor merupakan cara yang membutuh- semua tingkat pertumbuhan tanaman padi dan di

kan cukup banyak waktu dan tenaga. Oleh sebab gudang penyimpanan padi . Kerusakan parah

itu, diperlukan suatu pengembangan teknik terjadi jika tikus menyerang padi pada fase

pengendalian hama tikus sawah berbasis pada generatif, karena pada fase tersebut tanaman

bunyi-bunyian sebagai tanda sudah tidak

pemanfaatan

bahaya bagi tikus yang lebih efektif dan efisien, membentuk anakan baru.

memiliki kemampuan

untuk

salah satunya adalah pengendalian hama tikus tanaman padi mulai dari tengah petak, kemudian

Tikus merusak

sawah dengan menggunakan jangkrik (Acheta meluas ke arah tepi. Tikus menyerang padi pada

domesticus).

malam hari. Pada siang hari, tikus bersembunyi di Jangkrik merupakan serangga yang memper- dalam lubang pada tanggul-tanggul irigasi, jalan

gunakan suara (gelombang bunyi) sebagai sarana sawah, pematang, dan daerah perkampungan

komunikasi diantara sesama jangkrik. Gelombang dekat sawah. Pada periode bera (masa sebelum

suara jangkrik memiliki rentang di atas frekuensi olah tanah), sebagian besar tikus bermigrasi ke

pendengaran manusia, daerah perkampungan dekat sawah dan kembali

gelombang

bunyi

gelombang ini termasuk gelombang ultrasonik. lagi ke sawah setelah tanaman padi menjelang

Sridadi dan Rachmanto (1999) mengungkapkan fase generatif.

masyarakat beranggapan bahwa jangkrik dapat Peningkatan populasi tikus sawah secara

digunakan untuk menakut-nakuti tikus tetapi, hal besar-besaran di daerah Kabupaten Pekalongan,

ini belum dibuktikan secara ilmiah. Berdasarkan Pemalang, Sragen, Klaten, dan Magelang dapat

hal tersebut maka diperlukan suatu penelitian terjadi karena, pada daerah tersebut yang

untuk membuktikan kebenaran dari asumsi terdapat banyak lahan terbuka yang umumnya

tersebut.

ditumbuhi alang-alang dan rumput lainnya.

hama tikus adalah Kondisi lahan tersebut merupakan daerah yang

Pengendalian

menghilangkan atau mengurangi aktivitas daya cukup baik untuk perkembangan tikus (Hoeve,

rusak hama terhadap tanaman (Wudianto, 2002). 1996). Selain itu daerah yang terbuka yang

Pada penelitian ini aktivitas tersebut dibatasi sangat

pada pola perilaku pasif yaitu pengamatan menyebabkan kegiatan pengamatan populasi

luas dan jauh

dari

pemukiman

kepasifan yang tidak bergerak (diam di tempat) hama tikus sulit dilakukan sehingga populasi tikus

dan diam berkelompok dengan anggota tubuh sulit dideteksi. Umumnya populasi tikus diketahui

tidak bergerak kecuali kumisnya yang meliputi

faktor B dan taraf ke k faktor C ε (ijk) = efek sebenarnya unit eksperimen ke i

METODE PENELITIAN

disebabkan oleh kombinasi perlakuan

Rancangan Penelitian

(ijk).

Rancangan penelitian adalah eksperimental

F0, Ro, To = kontrol

laboratoris dengan perlakuan berupa rangsangan

I = 1, 2 (a) ; (taraf frekuensi) gelombang

= 1, 2, 3, 4 (b) ; (taraf jarak pemaparan) Gelombang ultrasonik frekuensi rendah adalah

ultrasonik

terhadap tikus.

= 1, 2, 3, 4 (c) ; (lama pemaparan) gelombang ultrasonik yang masih dapat

= 1, 2, 3, (n=r)

mengeluarkan bunyi (1,5 kHz – 200 kHz) yang dikeluarkan oleh jangkrik dan dapat didengar

Desain Eksperimental Penelitian

oleh pusat pendengaran tikus. Penelitian terdiri dari 20 variasi perlakuan Penelitian

gelombang ultrasonik jangkrik menggunakan RAL (rancangan acak lengkap)

terhadap pola perilaku makan pasif dan gerak dengan uji faktorial, terdiri dari tiga faktor yaitu:

pasif tikus sawah (Tabel 1). Setiap perlakuan (A) faktor pertama = frekuensi gelombang

dipergunakan 4 ekor tikus (setiap kandang berisi ultrasonik (F) dengan 2 taraf; F0 dan F1

2 tikus) dengan reflikasi atau ulangan sebanyak (B) faktor kedua = (R) dengan 5 taraf; R0, R1, R2,

tiga kali. Pada setiap perlakuan diamati pola R3, dan R4

perilaku makan pasif dan gerak pasif tikus saat (C) faktor ketiga = lama pemaparan (T) dengan 5

pemaparan gelombang ultrasonik dengan visual taraf ; T0, T1, T2, T3, dan T4.

kontol (kandang 1) dan pemakaian web camera Jadi faktor A dengan taraf sebanyak A = 2;

(kandang 2). Pola perilaku pasif pada penelitian faktor B dengan taraf sebanyak B = 5 dan faktor C

ini adalah pengamatan kepasifan yang tidak dengan taraf sebanyak C = 5. Eksperimen ini

bergerak atau diam di tempat dan diam dilakukan dengan menggunakan rancangan

berkelompok dengan anggota tubuh tidak acak lengkap (RAL), dalam tiap kombinasi

bergerak kecuali kumisnya. Pola perilaku makan perlakuan terdapat n buah unit eksperimen atau

pasif adalah ketidaktertarikan tikus terhadap pengamatan, maka model linear matematik yang

makanan (malas makan) yang dapat diketahui tepat untuk rancangan faktorian a x b x c

melalui perhitungan biomassa makanan tikus menurut Sudjana (1985) adalah :

sedangkan pola perilaku gerak pasif adalah ketidaktertarikan tikus untuk bergerak (malas

Yijk = µ+Ai+Bj+ABij+Ck+ACik +BCjk +ABCijk+ ε (ijk) gerak) yang dapat diketahui melalui pengamatan visual kontrol dan web camera.

keterangan :

Variabel Penelitian

Yijk = variabel respon karena pengaruh Variabel penelitian terdiri atas variabel bersama taraf ke i faktor A, taraf ke j

bebas, variabel terikat dan variabel kendali faktor B, dan taraf ke k faktor C yang

yang secara rinci dijabarkan sebagai berikut : terdapat

pada

pengamatan/unit

Variabel bebas :

1. Frekuensi ; 0 kHz dan frekuensi jangkrik. µ

perlakuan ke n

= efek rata-rata yang sebenarnya (nilai

2. Jarak; 0 cm, 100 cm, 200 cm, 300 cm, dan konstan)

400 cm.

Ai = efek sebenarnya dari taraf ke i faktor

3. Lama pemaparan; 0 menit, 15 menit, 30

A menit, 45 menit dan 60 menit. Bj

= efek sebenarnya dari taraf ke j faktor

4. Kombinasi frekuensi, jarak dan lama

B pemaparan gelombang ultrasonik. Abij

= efek sebenarnya dari taraf ke k faktor

Variabel terikat :

C Pola perilaku, pola makan, jumlah yang ACik

= efek sebenarnya dari interaksi taraf ke pasif, pola gerak, jumlah yang pasif

i faktor A dengan taraf ke k faktor C

Variabel terkendali :

BCjk = efek sebenarnya dari interaksi taraf ke Suhu ruang, kelembaban ruang, waktu j faktor B dengan taraf ke k faktor C

eksperimental, dan nutrisi (makanan tikus dan ABCijk = efek sebenarnya terhadap variabel

jangkrik)

respon yang disebabkan oleh interaksi

Metode Pengumpulan Data Penelitian

Tikus ditangkap dengan kotak perangkap yang Penelitian ini terdiri dari dua bagian, yaitu

telah disiapkan sore hari di bagian tengah sawah. metode observasional dan metode ekspe-

Hal ini dikarenakan tikus adalah hewan nokturnal rimental. Penelitian observasional bertujuan

dan daerah tersebut adalah tempat lalu lalang untuk mendeskripsikan pengaruh pemaparan

tikus. Setiap proses penangkapan dilakukan di gelombang ultrasonik terhadap pola perilaku

dikarenakan tikus tikus. Tahap observasional adalah:

mempunyai sifat Bait Shyness (kecurigaan). Tikus

1. Pengambilan sampel tikus untuk empat yang ditangkap dari sawah selanjutnya diseleksi tikus setiap perlakuan.

menurut jenis kelamin dan ditimbang berat

2. Deskripsi pengaruh gelombang ultrasonik pada badan tikus. Tikus jantan memiliki hemipenis jangkrik terhadap pola perilaku tikus dengan

sedangkan tikus betina memiliki glandula pengamatan pada penelitian ini adalah

mamae. Tikus kemudian dipindahkan ke kandang kepasifan yang tidak bergerak atau diam di

pemeliharaan dan diaklimatisasi dengan kondisi tempat dan diam berkelompok dengan

laboratorium selama 24 jam. Kandang tikus dan anggota

jangkrik dipisah sebelum perlakuan agar suara kumisnya.

tubuh tidak

bergerak

kecuali

jangkrik tidak terdengan oleh tikus. Kemudian Penelitian eksperimental bertujuan untuk

setelah dilakukan aklimatisasi, tikus dipuasakan memperoleh

data pengamatan

pengaruh

selama 12 jam sebelum perlakuan.

pemaparan gelombang

Tahap pertama persiapan jangkrik adalah terhadap pola perilaku makan pasif dan gerak

ultrasonik

jangkrik

dilakukan seleksi jangkrik jantan dan jangkrik pasif tikus. Tahap eksperimental adalah sebagai

betina. Jangkrik betina dewasa dengan ciri-ciri berikut :

antara lain jangkrik betina (keluar sayap terbang

dengan lengkap, telah berusia sekitar 60 hari, gelombang ultrasoniknya di laboratorium

1. Pemakaian jangkrik

dengan

frekuensi

gerakan lincah) sedangkan jangkrik jantan (sayap terhadap tikus.

lengkap, telah berumur 60 hari, “ngerik” (suara

2. Analisis gelombang ultrasonik jangkrik yang keras, dan gerakan lincah). Selanjutnya jangkrik diberikan terhadap pola perilaku makan pasif

jantan dan jangkrik betina dimasukkan pada dan gerak pasif tikus dengan kombinasi

kandang yang berbeda dan diaklimatisasi selama frekuensi, jarak sumber, dan lama pemaparan.

satu minggu. Sebelum dipergunakan untuk perlakuan, dilakukan pengukuran frekuensi

Prosedur Penelitian

gelombang bunyi jangkrik dengan menggunakan Langkah-langkah yang dilakukan dalam

osciloskop yang diletakkan di depan kandang penelitian ini yaitu persiapan tikus dan jangkrik.

jangkrik.

Tabel 1. Perlakuan gelombang ultrasonik terhadap pola perilaku makan pasif dan gerak pasif tikus Frekuensi (Hz)

Jarak Sumber (cm)

Lama pemaparan (menit)

F0R0T0

F0R0T0

F0R0T0

F0R0T0

(kontrol) F1 R1

F1R1T4 R2

F1R1T1

F1R1T2

F1R1T3

F1R2T4 R3

F1R2T1

F1R2T2

F1R2T3

F1R3T4 R4

F1R3T1

F1R3T2

F1R3T3

F1R4T4 Keterangan :

F1R4T1

F1R4T2

F1R4T3

F = frekuensi gelombang ultrasonik

R4

= 400 cm

Fo = 0 (kontrol), F1 = frekuensi jangkrik

= lama pemaparan gelombang ultrasonik R

= jarak sumber gelombang ultrasonik.

To

= 0 (kontrol)

Ro = 0 (kontrol)

T4 = 60 menit

Tahap selanjutnya yang dilakukan pada bahwa jarak sumber (R) gelombang ultrasonik perlakuan adalah dipersiapkan makanan tikus

yang tertinggi diperoleh pada perlakuan R 1 (jarak sebanyak 10 gram. Masing-masing kandang tikus

sumber 100 cm) sebesar (91,65 %) untuk pola berisi 2 sampel tikus yang terdiri dari 1 tikus

makan pasif tikus sawah. Rata-rata persentase jantan dan 1 tikus betina. Kemudian, di bagian

pola perilaku makan pasif tikus sawah pada jarak belakang

100 cm (R 1 ) memiliki perbedaan yang bermakna ditempatkan faktor penghambat frekuensi yang

kotak modifikasi

sampel

tikus

dengan perlakuan R 2 (jarak sumber 200 cm), R 3 dipaparkan berupa tanaman (alang-alang) yang

(jarak sumber 300 cm), dan R 4 (jarak sumber 400 berguna juga untuk membentuk suasana seperti

cm). Adapun data pendukung dari pengaruh kehidupan habitatnya. Data pendukung perilaku

pemaparan gelombang ultrasonik terhadap pola makan pasif dilengkapi juga dengan pengukuran

perilaku makan pasif tikus sawah adalah biomassa makanan yang dikonsumsi tikus

pengukuran biomassa. Hasil pengukuran rata- selanjutnya kandang jangkrik dan tikus diletakkan

rata biomassa dihubungkan dengan pengaruh pada jarak tertentu dan dengan lama pemaparan

jarak sumber gelombang ultrasonik diketahui tertentu

bahwa interaksi jarak sumber gelombang perlakuan). Kemudian diambil makanan yang

yang telah

ditentukan

(sesuai

ultrasonik memberikan pengaruh terhadap pola diberikan dan diganti dengan makanan yang baru

perilaku makan pasif tikus sawah. pada menit ke-15, ke-30, ke-45 dan ke-60 dan ditimbang berat makanan setelah pemaparan

Tabel 2. Pengaruh Jarak Sumber Pemaparan (pada menit ke-15, ke-30, ke-45 dan ke-60)

Gelombang Ultrasonik terhadap Rata-rata sebagai data biomassa makanan tikus, lalu

Persentase Pola Perilaku Makan Pasif Tikus diamati pola perilaku makan pasif dan gerak pasif

Sawah

tikus (visual kontrol dan web camera).

R=Jarak

Rata-rata persentase pola

Analisis Data Penelitian

perilaku makan pasif tikus Data hasil pengamatan pola perilaku makan

sumber

sawah (%) pasif dan gerak pasif tikus dianalisis dengan

(cm)

91,65 a menggunakan

R 1 =100

87,50 b rancangan faktorial dengan tiga faktor yang

87,50 b meliputi frekuensi, jarak sumber, dan lama

R 3 =300

85,40 c pemaparan gelombang ultrasonik jangkrik serta Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti oleh kombinasinya. Rancangan faktorial tersebut

R 4 =400

digunakan untuk melihat pengaruh perlakuan huruf yang berbeda menunjukkan terhadap respon dan juga untuk mengetahui

perbedaan yang bermakna dengan taraf perlakuan mana saja yang terbaik dari hasil

signifikansi 5 %. Urutan a-d dimulai dengan pengamatan terhadap pola perilaku makan pasif

angka yang tertinggi.

dan gerak pasif tikus. Jika ada perbedaan yang nyata antara perlakuan, maka dilanjutkan dengan

Terganggunya aktivitas makan (pola makan uji BNT (Beda Nyata Terkecil) pada taraf

pasif) tikus sawah akibat pemaparan gelombang signifikansi 5 % dan uji Tukey.

ultrasonik jangkrik sejauh 100 cm (R 1 ) disebabkan paparan gelombang tersebut sangat mem-

pengaruhi struktur jaringan organ tikus sawah di

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Pemaparan Gelombang Ultrasonik

bandingkan dengan jarak sumber pemaparan

Terhadap Pola Perilaku Makan Pasif Tikus

gelombang ultrasonik lainnya. Hal ini karena

sawah

semakin

sumber gelombang ultarsonik maka intensitas dan energi gelombang

dekat

jarak

Hasil analisis variansi untuk melihat pengaruh ultrasonik semakin besar. Berdasarkan teori jarak sumber gelombang ultrasonik (R) terhadap

pola makan pasif tikus sawah (Lampiran 3) bahwa gelombang ultrasonik yang keluar dari menunjukkan bahwa interaksi jarak sumber

jangkrik merambat keluar ke semua arah. gelombang ultrasonik yang berbeda memberi

Gelombang ultrasonik yang merambat keluar, memilki energi yang tersebar ke permukaan.

pengaruh yang signifikan (P < 0.05) terhadap pola makan pasif tikus sawah.

Pernyebaran energi tersebut semakin lama Rata-rata perlakuan jarak sumber

semakin luas karena merambat dalam arah tiga gelombang ultrasonik terhadap pola perilaku

dimensi, maka luas permukaan penyebaran makan pasif tikus sawah hasil uji Tukey disajikan

gelombang ultrasonik merupakan luasan dalam Tabel 1. Berdasarkan Tabel 1., diketahui

[84] hal. 72-139

ermukaan bola yaitu 4 πr 2 (“r” adalah radius

bola). Jika keluaran daya (P) dari gelombang ultrasonik jangkrik konstan, maka intensitas berkurang sebagai kebalikan dari kuadrat jarak dari sumber. Misalnya jika kita ambil dua titik

dengan jarak r 1 dan r 2 dari sumber pembangkit frekuensi gelombang ultrasonik, maka I 1 = p/4 π

r 1 2 dan I 2 = p/4 π r 2 2 . Dengan demikian, jika

jarak digandakan misalnya (r 1 /r 2 = 2), maka intensitas menjadi ¼ dari nilai mula-mula ( I 2 /I 1

= (1/2) 2 = ¼. Hal tersebut juga terjadi jika amplitudo gelombang ultrasonik berkurang terhadap jarak maka amplitudo gelombang ultrasonik menjadi berkurang sebanyak 1/r, karena intensitas sebanding dengan amplitudo maka akan sebanding dengan kebalikan dari kuadrat jarak . Jika jarak gelombang ultrasonik dua kali lipat lebih jauh dari sumber maka amplitudo akan menjadi setengahnya (Giancoli, 1998). Jadi semakin dekat jarak sumber gelombang ultarsonik dengan tikus sawah semakin besar intensitas dan energi gelombang ultrasonik jangkrik yang diterima oleh tikus. Intensitas dan energi yang diterima tikus sawah tersebut mengakibatkan perubahan pola perilaku makan pasif tikus sawah mengalami perubahan. Pada keadaan jarak sumber 100 cm ini, tikus sawah yang dalam keadaan tidak makan tersebut cenderung berkelompok atau berkumpul. Hal ini karena gelombang ultrasonik sangat mem- pengaruhi struktur jaringan tikus sehingga

perilaku tikus sawah cenderung menjadi pasif dalam posisi berkelompok.

Tabel 3. Pengaruh lama pemaparan gelombang ultrasonik terhadap rata-rata persentase pola perilaku makan pasif tikus sawah

T=Lama pemaparan (menit)

Rata-rata persentase pola perilaku makan pasif tikus sawah (%)

T 1 =15 72,90 c T 2 =30

79,15 b T 3 =45

100 a T 4 =60

100 a Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti oleh

huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang bermakna dengan taraf sifnifikansi 5 %. Urutan a-d dimulai dengan angka yang tertinggi.

Hasil analisis variansi

untuk

melihat

pengaruh lama pemaparan gelombang ultrasonik (T) terhadap pola makan pasif tikus sawah

menunjukkan bahwa interaksi lama pemaparan gelombang ultrasonik yang berbeda memberi pengaruh yang bermakna (P < 0.05) terhadap pola makan pasif tikus sawah.

Rata-rata

perlakuan

lama pemaparan gelombang ultrasonik terhadap pola perilaku makan pasif tikus sawah disajikan dalam Tabel 3. Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa lama pemaparan (T) gelombang ultrasonik yang

tertinggi diperoleh pada perlakuan T 3 (lama pemaparan 45 menit) dan T 4 (lama pemaparan

60 menit) yang memberi nilai (100 %) untuk pola makan pasif tikus sawah dan tidak berbeda bermakna dengan lama pemaparan T 1 (lama pemaparan 15 menit) dan berbeda bermakna dengan lama pemaparan T 2 (lama pemaparan

30 menit)

Adapun data pendukung dari pengaruh pemaparan gelombang ultrasonik terhadap pola perilaku makan pasif tikus sawah adalah pengukuran biomassa. Hasil pengukuran rata- rata biomassa dihubungkan dengan pengaruh lama

pemaparan gelombang ultrasonik menunjukkan bahwa interaksi lama pemaparan gelombang ultrasonik memberikan pengaruh terhadap pola perilaku makan pasif tikus sawah.

Pengaruh lama pemaparan gelombang ultrasonik yang diberikan terhadap tikus sawah dapat mempengaruhi struktur jaringan organ sel tikus sawah yang mengakibat tikus sawah pola perilaku makannya menjadi pasif, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lama pemaparan 45 menit sampai 60 menit memberikan pengaruh yang bermakna terhadap pola perilaku makan pasif tikus sawah. Berdasarkan teori bahwa gelombang ultrasonik merambat membawa energi dari satu medium ke medium lainnya. Energi yang dipindahkan sebagai energi getaran dari partikel ke partikel pada medium tersebut. Banyaknya energi yang dibawa partikel tersebut tiap satuan waktu merupakan daya yang diberikan oleh gelombang ultrasonik kepada suatu medium. Jadi semakin lama waktu pancaran gelombang ultrasonik terhadap suatu medium, semakin banyak medium atau jaringan tersebut menerima energi dari gelombang ultrasonik (Giancoli, 1998). Dengan demikian semakin lama waktu pemaparan gelombang ultrasonik diberikan terhadap tikus sawah semakin besar energi gelombang ultrasonik yang diterima tikus sawah dan semakin besar diperoleh hasil perubahan pola perilaku makan pasif tikus sawah tersebut. Hasil penelitian tentang mekanisme lama pemaparan gelombang ultrasonik

terhadap jaringan hidup telah terhadap jaringan hidup telah

lama pemaparan gelombang ultrasonik 45 menit binatang kecil lumpuh pada frekuensi gelombang

sampai 60 menit, telah memberikan pengaruh mekanik 50 kHz dengan panjang gelombang 2,5

yang bermakna terhadap pola perilaku makan cm. Sedangkan sel-sel darah merah dalam

pasif tikus sawah.

larutan dapat hancur bila menerima gelombang Berdasarkan penelitian ini diketahui bahwa ultrasonik dalam waktu cukup lama. Roman

kombinasi perlakuan jarak sumber dan lama (1956) memberi perlakuan pada Escherichia coli

gelombang ultrasonik jangkrik dan Azotobakter venelandi dengan gelombang

pemaparan

dengan jarak sumber 100 cm menegaskan bahwa suara di dalam sebuah raytheon magnet-

pola perilaku makan pasif tikus sawah selama ostractive oscillator 10 kHz dalam waktu 10 menit

lama pemaparan 45 menit sampai 60 menit dengan suhu 4 o

C dengan pH 6,6 dan melaporkan cenderung bersifat pasif. Hal ini kemungkinan adanya kerusakan sel (Sutiono¸ 1982). Umumnya

frekuensi gelombang gelombang ultrasonik untuk tujuan sterilisasi

disebabkan

bahwa

ultrasonik jangkrik ini telah mempengaruhi adalah membunuh bakteri yang tidak diinginkan,

struktur organ jaringan sel tikus sawah yang digunakan frekuensi 20 kHz sampai 1 MHz

mengakibatkan tikus sawah terganggu aktivitas dengan lama pemaparan 30 menit (Oesman,

makannya dan cenderung bersifat pasif. 1988).

Pengaruh pemaparan gelombang ultrasonik Hasil analisis variansi untuk melihat

pada frekuensi jangkrik dengan jarak sumber pengaruh kombinasi jarak sumber (R) dan lama

pemaparan 100 cm dan lama pemaparan 45 pemaparan gelombang ultrasonik (T) terhadap

menit sampai 60 menit yang mengakibatkan tikus pola perilaku makan pasif tikus sawah (Lampiran

sawah cenderung

pola perilaku aktivitas

3) menunjukkan bahwa kombinasi yang berbeda makannya terganggu kemungkinan disebabkan antara frekuensi (F), jarak sumber (R) dan lama

terjadinya efek termal yaitu absorpsi energi pemaparan (T) gelombang ultrasonik ber-

gelombang ultrasonik yang menyebabkan suhu pengaruh bermakna (P < 0.05) terhadap pola

jaringan meningkat. Kenaikan suhu pada jaringan perilaku makan pasif tikus sawah.

ini, tergantung pada viskositas, massa jenis, dan Rata-rata pengaruh pemberian variasi

impedansi jaringan, serta frekuensi gelombang jarak sumber (R) dan lama pemaparan (T)

yang diberikan.

gelombang ultrasonik terhadap pola perilaku Gelombang ultrasonik yang melalui jaringan makan pasif tikus sawah disajikan dalam Tabel 2

juga mengalami pengurangan energi, karena dan Tabel 3. Dari Tabel 1 dan Tabel 2 terlihat

sebagian energinya diabsorpsi oleh jaringan bahwa kombinasi jarak sumber (R) dan lama

akibatnya suhu jaringan meningkat. Kenaikan pemaparan (T) gelombang ultrasonik yang

suhu jaringan tergantung pada besar koefisien

terbaik diperoleh pada perlakuan F 1 R 1 T 3 dan

absorpsinya dan intensitas gelombang yang

F 1 R 1 T 4 untuk pola perilaku makan pasif tikus melaluinya (Sabbagha, 1980). Faktor-faktor yang sawah dan berbeda bermakna dengan kombinasi

mempunyai peranan penting atas kerusakan jarak sumber (R) dan lama pemaparan (T)

jaringan pada daging dan pembebasan asam gelombang ultrasonik yang lainnya.

lemak dipengaruhi adanya kenaikan suhu Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

sehingga menimbulkan panas (Hadiwiyoto, 1993; pengaruh interaksi pemaparan gelombang

Nurwantoro dan Djariah, 1994). ultrasonik terhadap pola makan pasif tikus

Kerusakan jaringan sel ini, dapat juga sawah untuk pengendalian hama tikus sawah

disebabkan adanya efek kavitasi yaitu terjadinya bergantung pada besarnya frekuensi, jarak

gelembung gas di dalam jaringan akibat sumber dan lama pemaparan gelombang

gelombang ultrasonik untuk ultrasonik yang diberikan.

penggunaan

dengan tekanan yang Pengaruh pemaparan gelombang ultrasonik

pemanasan

lokal

bervariasi, sehingga di dalam cairan tubuh jangkrik dan pengaruh jarak sumber 100 cm, 200

terbentuk gelembung gas mikro. Besarnya variasi cm, 300 cm dan 400 cm serta pengaruh lama

pemanasan lokal akibat pemaparan gelombang ultrasonik 15 menit, 30

tekanan

untuk

pemaparan gelombang ultrasonik. Gas di dalam menit, 45 menit dan 60 menit setelah dilakukan

gelembung mikro ini dapat memuai jika dilalui uji analisis variansi untuk melihat interaksi antar

gelombang ultrasonik sehingga mengakibatkan perlakuan, menunjukkan adanya perbedaan yang

difusi gas yang tidak seimbang (Sabbagha, 1980). bermakna (P < 0.05) untuk pola perilaku makan

Ada dua macam kavitasi yang terjadi dari pasif dan pengaruh pemaparan gelombang

pemaparan gelombang ultrasonik ini, yaitu

[86] hal. 72-139 [86] hal. 72-139

menyebabkan kematian sel. ukuran tertentu lalu beresonansi pada frekuensi

selanjutnya

Kematian sel tersebut dapat dikatakan terjadi gelombang ultrasonik. Amplitudo osilasinya jauh

berdasarkan konsep fisikomorfoseluler, yaitu lebih besar daripada amplitudo getaran partikel

suatu konsep yang mendasar pada pengaruh di dalam zat cair sebelum ada gelembung gas

fisika yang merupakan pengaruh luar yang dapat mikro. Jaringan disekitar gelembung gas mikro

menyebabkan perubahan struktur jaringan sel ini mengalami tegangan (stress) yang sangat

pada tingkat seluler terutama pada inti sel yang besar

diakibatkan oleh salah satu atau kombinasi efek molekul dan membran sel. Efek kavitasi yang

sehingga mengakibatkan

kerusakan

termal dan efek kavitasi (Sabbagha, 1980). tidak stabil lebih merusak jaringan sel. Pada

Pengaruh Pemaparan Gelombang Ultrasonik

tekanan rendah, gelombang ultrasonik dengan

Terhadap Pola Perilaku Gerak Pasif Tikus sawah

intensitas tinggi mengakibatkan

variansi untuk melihat gelembung kavitasi. Tekanan tinggi menye-

pengaruh jarak sumber gelombang ultrasonik (R) babkan pecahnya gelembung, sehingga energi

terhadap pola perilaku gerak pasif tikus sawah yang

(Lampiran 4) menunjukkan bahwa interaksi jarak mengakibatkan

serupa dengan

gelombang

kejut

sumber gelombang ultrasonik yang berbeda (Sabbagha, 1980).

memberi pengaruh yang bermakna (P < 0.05) Hasil eksperimen dan percobaan dengan sel-

terhadap pola perilaku gerak pasif tikus sawah. sel darah merah, protozoa, bakteri dan algae, semuanya mempertegas bahwa sel-sel itu rusak

Tabel 3. Pengaruh jarak sumber pemaparan oleh perobekan sel sebagai akibat langsung efek

gelombang ultrasonik terhadap rata-rata kavitasi. Perobekan ini dapat terjadi dengan

persentase pola perilaku gerak pasif tikus beberapa cara yang saling erat hubungannya.

sawah

Jika terjadi gelembung yang mengembang dan

Rata-rata persentase pola menghilang, akan terdapat gerakan yang amat

R=Jarak sumber

perilaku gerak pasif tikus hebat di dekat gelembung dan gerak yang

(cm)

sawah (%) lemah sejauh berapa diameter terhadap

70,82 a gelembung.

R 1 =100

68,75 b gelembung mengalami besar nisbi terhadap

Jadi bagian

64,57 c bagian membran sel yang lain (Sutiono, 1982).

R 3 =300

66,65 d Menurut Dunn dan Fry (1971), kerusakan

R 4 =400

Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti oleh jaringan

huruf yang berbeda menunjukkan ultrasonik ini, dapat disebabkan oleh salah satu

sel akibat

perlakuan

gelombang

perbedaan yang bermakna dengan taraf dari efek ini atau kombinasinya yang dapat

signifikansi 5 %. Urutan a-d dimulai dengan menimbulkan pelebaran pembuluh darah,

angka yang tertinggi.

merangsang aktivitas

sel,

peningkatan

permeabilitas membran sel dan kapiler dan hasil Rata-rata perlakuan jarak sumber gelombang eksperimen mereka tentang kerusakan sistem

ultrasonik terhadap pola perilaku gerak pasif saraf

tikus sawah disajikan dalam Tabel 3. Dari Tabel 3 gelombang ultrasonik sehingga menimbulkan

pusat mamalia

akibat

pemaparan

terlihat bahwa jarak sumber (R) gelombang kombinasi efek tersebut (Sutiono, 1982).

yang tertinggi diperoleh pada Hasil eksperimen dan percoban tersebut

ultrasonik

perlakuan R 1 (jarak sumber 100 cm) yang menunjukkan bahwa jaringan sel-sel rusak

memberi nilai (70,82 %) dan berbeda bermakna disebabkan adanya perobekan sebagai akibat

dengan perlakuan R 2 (jarak sumber 200 cm) dan langsung efek kavitasi. Umumnya efek kavitasi

perlakuan R 3 (jarak sumber 300 cm) untuk pola terjadi pada perubahan intensitas dan efek

perilaku gerak pasif tikus sawah dan berbeda kavitasi stabil sudah dapat terjadi pada frekuensi

bermakna dengan perlakuan R 4 (jarak sumber diatas 40 kHz (Ackerman et al., 1988, dan

400 cm).

Sabbagha, 1980). Pengaruh

Hasil penelitian untuk pola perilaku gerak gelombang ultrasonik terhadap pola perilaku

pemaparan

pasif tikus sawah pada frekuensi yang makan pasif tikus sawah merupakan pengaruh

dipancarkan jangkrik dan dengan bertambahnya luar yang dapat menyebabkan perubahan

lama pemaparan gelombang ultrasonik yang struktur jaringan atau sel. Perubahan struktur

diberikan terhadap tikus sawah menunjukkan jaringan atau sel terutama terjadi pada inti sel

[87] hal. 72-139 [87] hal. 72-139

dibawa partikel tersebut tiap satuan waktu sumber pemaparan satu meter dibandingkan

merupakan daya yang diberikan oleh gelombang dengan jarak sumber pemaparan yang lainnya.

ultrasonik kepada suatu medium (Giancoli, 1998). Hal ini disebabkan bahwa banyaknya energi yang

semakin lama waktu dipancar suatu alat pembangkit gelombang

Dengan

demikian

pemaparan gelombang ultrasonik diberikan ultrasonik (jangkrik) tergantung pada besarnya

terhadap tikus sawah semakin besar energi jarak yang diberikan terhadap médium atau

gelombang ultrasonik yang diterima tikus sawah jaringan yang menerima gelombang ultrasonik

dan semakin besar pengaruhnya terhadap organ tersebut (Giancoli, 1998) dan karena intensitas

jaringan sel pendengaran tikus sawah yang sebanding dengan amplitudo maka akan

menyebabkan pola perilaku geraknya menjadi sebanding dengan kebalikan dari kuadrat jarak.

pasif atau diam karena struktur organ jaringan Dengan demikian semakin dekat jarak sumber

selnya terganggu.

yang diberikan terhadap tikus sawah semakin besar pengaruh perubahan pola perilaku gerak

Tabel 4. Pengaruh lama pemaparan gelombang pasif yang dihasilkan. Pada keadaan ini juga, tikus

ultrasonik terhadap rata-rata persentase pola sawah yang dalam keadaan tidak gerak atau diam

perilaku gerak pasif tikus sawah tersebut cenderung sifatnya berkelompok atau

Rata-rata persentase pola berkumpul. Hal ini terjadi karena gelombang

T=Lama

perilaku gerak pasif tikus ultrasonik yang diterima tikus sawah sudah

pemaparan

sawah (%) sangat mempengaruhi

(menit)

31,25 d pendengarannya sehingga mengakibatkan tikus

organ jaringan

sel

T 1 =15

52,07 c sawah pola perilaku geraknya menjadi pasif atau

T 2 =30

89,57 b diam.

T 3 =45

97,90 a pengaruh lama pemaparan gelombang ultrasonik

Hasil analisis variansi untuk

melihat

T 4 =60

Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti oleh (T) terhadap pola gerak pasif tikus sawah

huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan (Lampiran 4) menunjukkan bahwa interaksi lama

yang bermakna dengan taraf sifnifikansi 5 %. pemaparan gelombang ultrasonik yang berbeda

Urutan a-d dimulai dengan angka yang memberi pengaruh yang bermakna (P < 0.05)

tertinggi.

terhadap pola perilaku gerak pasif tikus sawah.

Hasil analisis variansi untuk melihat gelombang ultrasonik terhadap pola perilaku

Rata-rata perlakuan

lama

pemaparan

pengaruh kombinasi jarak sumber (R) dan lama gerak pasif tikus sawah disajikan Tabel 4. Dari

pemaparan gelombang ultrasonik (T) terhadap Tabel 4., terlihat bahwa lama pemaparan (T)

pola gerak pasif tikus sawah (Lampiran 4) gelombang ultrasonik yang tertinggi diperoleh

menunjukkan bahwa kombinasi yang berbeda pada perlakuan T 4 (lama pemaparan 60 menit)

antara frekuensi (F), jarak sumber (R) dan lama yang memberi nilai (97,90 %) dan tidak berbeda

pemaparan (T) gelombang ultrasonik ber-

pengaruh bermakna (P< 0.05) terhadap pola pemaparan 45 menit) untuk pola perilaku gerak

bermakna dengan lama pemaparan T 3 (lama

perilaku gerak pasif tikus sawah. pasif tikus sawah dan berbeda bermakna dengan

Rata-rata pengaruh pemberian variasi jarak perlakuan T 1 (lama pemaparan 15 menit), dan T 2 sumber (R) dan lama pemaparan (T) gelombang (lama pemaparan 30 menit).

ultrasonik terhadap pola perilaku gerak pasif Lama pemaparan gelombang ultrasonik

tikus sawah disajikan dalam Tabel 4 dan 5. Dari yang diberikan terhadap tikus sawah dapat juga

Tabel 4 dan 5 terlihat bahwa kombinasi frekuensi mempengaruhi struktur jaringan organ sel

(F), jarak sumber (R) dan lama pemaparan (T) pendengaran tikus sawah sehingga tikus sawah

gelombang ultrasonik yang terbaik diperoleh pola perilaku geraknya menjadi pasif, hasil

pada perlakuan F 1 R 1 T 3 dan F 3 R 1 T 4 untuk pola penelitian terhadap pola perilaku gerak pasif

perilaku gerak pasif tikus sawah dan berbeda tikus

sawah menunjukkan

bermakna dengan kombinasi jarak sumber (R) pemaparan 45 menit

bahwa

lama

dan lama pemaparan (T) gelombang ultrasonik memberikan pengaruh yang bermakna terhadap

sampai 60 menit

yang lainnya.

pola perilaku gerak

Hasil penelitian dan analisis variansi Berdasarkan teori bahwa gelombang ultrasonik

pasif

tikus sawah.

pengaruh interaksi merambat membawa energi dari satu medium

menunjukkan

bahwa

pemaparan gelombang ultrasonik terhadap pola

[88] hal. 72-139 [88] hal. 72-139

kenaikan suhu jaringan sel akibat pemaparan pengendalian hama tikus sawah bergantung pada

tikus sawah

untuk

gelombang ultrasonik sangat sedikit. Hal ini besarnya frekuensi, jarak sumber pemaparan dan

didukung hasil laporan eksperimen Hawley lama pemaparan gelombang ultrasonik yang

(1963) bahwa efek mekanik dapat merusak diberikan.

molekul sel jaringan lunak dan penurunan Pengaruh pemaparan gelombang ultrasonik

molekul DNA terjadi dengan menggunakan jangkrik, pengaruh jarak sumber 100 cm, 200

gelombang ultrasonik frekuensi 1MHz cm, 300 cm dan 400 cm serta pengaruh lama -2 berintensitas 30 Wcm (Sutiono, 1982).

pemaparan gelombang ultrasonik 15 menit, 30 Hasil penelitian, eksperimen dan studi menit, 45 menit dan 60 menit setelah dilakukan

tentang efek mekanik dapat mempengaruhi uji analisis variansi untuk melihat interaksi antara

jaringan sel akibat pemaparan gelombang tiap perlakuan, menunjukkan adanya perbedaan

ultrasonik ini antara lain: Pengaruh mekanik yang bermakna (P < 0.05) untuk pola gerak pasif

berupa kompresi, distraksi, gravitasi, gelombang dan pengaruh perlakuan gelombang ultrasonik

elektromagnetik dan gelombang ultrasonik dapat jangkrik pada jarak sumber 100 cm dan lama

mempengaruhi aktivitas sel (Buckwalter et al, pemaparan gelombang ultrasonik 45 menit

2000). Pengaruh mekanik berupa gelombang sampai 60 menit, sudah memberikan pengaruh

ultrasonik untuk mempercepat penyembuhan yang bermakna terhadap pola gerak pasif tikus

patah tulang telah dibuktikan 40 % lebih cepat sawah.

(Rubin et al., 2001). Pengaruh gelombang Hasil

ultrasonik intensitas rendah pada fase inflamasi kombinasi perlakuan jarak sumber dan lama

dibuktikan dengan peningkatan produksi PGE2 pemaparan

oleh sel osteoblas (Kokubu et al., 1999). Studi frekuensi

pengaruh tekanan mekanik sampai tingkat pemaparan 100 cm mempertegas bahwa pola

jangkrik dengan

jarak

sumber

molekuler pada kultur sel telah dikemukakan gerak tikus sawah selama lama pemaparan 45

(1997) dan gelombang menit sampai 60 menit cenderung bersifat pasif.

oleh

Takahasshi

rendah mampu Hal

ultrasonik

intensitas

mempengaruhi aktivitas sel jaringan ikat (Herle et gelombang ultrasonik jangkrik ini sudah sangat

ini kemungkinan

mempengaruhi jaringan

pendengaran tikus

sawah

sehingga

mengakibatkan gerakan tikus sawah gerakannya menjadi pasif atau diam.

Terganggunya aktivitas

gerak

akibat

pemaparan gelombang ultrasonik jangkrik ini terhadap tikus sawah kemungkinan disebabkan terjadinya efek mekanik yaitu; gerakan partikel sehingga

dapat menimbulkan

percepatan

partikel, getaran tekanan, tekanan pemancar (sumber), dan gaya gesek. Ketergantungan besaran besaran efek mekanik ini akibat pemaparan gelombang ultrasonik di dalam teori

dinyatakan pada persamaan 2.25. Munculnya Gambar 1. Pola gerak pasif tikus saat terpapar efek

mekanik akibat

adanya

intensitas

gelombang ultrasonik jangkrik gelombang yang dipancarkan alat pembangkit

gelombang ultrasonik (jangkrik) dan kecepatan

Gelombang Ultrasonik Jangkrik

rambat gelombang di dalam jaringan. Kecepatan Hama tikus sawah merupakan suatu gelombang ultrasonik di dalam jaringan lunak masalah yang banyak menimbulkan kerugian di merambat secara longitudinal dengan kecepatan

rata-rata sekitar 1.540 ms -1

sektor pertanian. Serangan hama tikus sawah ini

(Cameron and

berdampak terhadap kehidupan petani di Skofronick, 1978) dan efek mekanik ini terjadi beberapa daerah di Indonesia. Oleh karena pada semua tingkatan intensitas (Sabbagha, itu, upaya pengendalian hama tikus sawah perlu 1980).

mengatasinya supaya Pola gerak pasif tikus sawah kemungkinan

ditingkatkan

cara

lebih banyak isebabkan oleh efek mekanik penghasilan ekonomi di sektor pertanian ini tidak daripada efek termal dan efek kavitasi karena

[89] hal. 72-139 [89] hal. 72-139

Pengaruh luar ini suatu konsep yang mendasar diakibatkan oleh tikus sawah.

menerus yang

pada pengaruh fisika yang merupakan konsep Pendayagunaan gelombang ultrasonik untuk

gelombang mekanis atau bunyi (Resnick& tujuan

Halliday, 1992) yang dapat menyebabkan merupakan suatu metode mekanis disamping

perubahan pola perilaku pada tikus sawah. metode kimia dan biologis. Metode mekanis ini merupakan

Tabel 5. Transmisi dan refleksi gelombang pendekatan biofisika yang menggunakan prinsip

suatu konsep

fisika

dengan

ultrasonik pada bidang batas udara dan air gelombang untuk pengendalian dan mempunyai

(Jaringan lunak)

pengendalian yang ramah lingkungan dan tidak

Refleksi Trans

Intensitas

3 tercemar. Gelombang ultrasonik jangkrik untuk -2 rekuensi (%) misi (x 10 Wcm ) (cm) pengendalian hama tikus sawah ini berfrekuensi

I i I r I t dalam rentangan antara 1.5 kHz sampai 200 kHz

(kHz)

2,442 1,352 1,090 161,32 dan rentangan frekuensi ini masih dapat

Keterangan : X = nilai paruh ketebalan jaringan didengar oleh tikus sawah, karena masih dapat

(Valuefluckness) adalah ketebalan jaringan mengeluarkan

yang diperlukan untuk menurunkan intensitas (Cameron and Skofronick, 1978).

gelombang

mekanis/bunyi

mula-mula menjadi setengah mula-mula. Gelombang

jangkrik sebagai alat untuk memancarkan Perubahan pola perilaku ini didasarkan gelombang ultrasonik. Gelombang ultrasonik

pada perlakuan frekuensi dan intensitas yang merupakan gelombang mekanik longitudinal

dipancarkan oleh gelombang ultrasonik jangkrik dengan frekuensi di atas 20 kHz dan

terhadap tikus sawah dan perlakuan jarak mentrasmisikan energi dalam perambatannya.

sumber serta lama pemaparan yang diberikan Gelombang ultrasonik pada frekuensi 60 kHz

terhadap tikus sawah. Pemaparan gelombang merupakan batas yang dapat didengar oleh

ultrasonik yang diberikan terhadap tikus sawah makluk hidup, di atas frekuensi tersebut

dapat mempengaruhi struktur organ jaringan sel gelombang ultrasonik ini tidak dapat didengar

tikus sawah sehingga menimbulkan efek biologis lagi

pada tikus sawah yaitu efek termal, efek menggunakan gelombang

bunyinya. Insekta

pada

umumnya

kavitasi, dan efek mekanik. Dengan adanya efek berkomunikasi dalam rentangan frekuensi 20

ultrasonik

untuk

biologis pada tikus sawah tersebut akan kHz sampai 60 kHz. Komunikasi ini dilakukan

mengakibatkan terjadi perubahan pola perilaku untuk mengetahui perubahan informasi dan

makan dan gerak yang pada akhirnya pola mendeteksi lokasi dari suatu objek. Gelombang

perilaku tikus sawah tersebut menjadi bersifat ultrasonik

yang diterima

menghasilkan bermacam-macam tanggapan Pengaruh intensitas gelombang ultrasonik yang meliputi daya tarik seks, pertahanan

yang dipancarkan oleh gelombang ultrasonik wilayah, tanda bahaya, dan perubahan lintasan

mempengaruhi terbang untuk mempertahankan kelompoknya

kerusakan jaringan organ sel tikus sawah yang (Ackerman et all., 1988).

mengakibatkan pola perilaku makan menjadi Nampak bahwa pada frekuensi jangkrik

teori dengan sebesar 20kHz maka energi yang 55,38%

menggunakan persamaan diperoleh intensitas dipantulkan dan yang diteruskan sebesar 44,62%

gelombang ultrasonik yang datang pada jaringan lunak 2,442x10 3 atau diserap pada bidang batas, ini disebabkan -2 Wcm dan intensitas gelombang

medium udara (Z udara )<(Z air ) medium air (jaringan ultrasonik yang direfleksikan atau dipantulkan

lunak). Kekuatan bunyi total yang dihasilkan jaringan lunak diperoleh 1,352x10 Wcm serta

3 -2

ultrasonik yang kekuatan bunyi yang dipantulkan sebesar

3 adalah -2 2,442x10 Wcm yang terdiri

ditransmisikan jaringan lunak diperoleh 1,090 x

10 3 Wcm 1,352x10 -2 Wcm dan kekuatan bunyi yang . Sedangkan banyaknya pancaran diteruskan atau diserap sebesar 1,090x10 3 Wcm -2 gelombang ultrasonik dengan impedansi sedangkan jarak efektif frekuensi ini untuk

3 -2

akustik udara (Z udara ) lebih kecil daripada memberikan

impedansi akustik air (Z air ) pada frekuensi disebutkan adalah 161,32cm.

dampak

seperti

yang telah

jangkrik ini diperoleh dengan persamaan 2.13 Pemaparan gelombang ultrasonik terhadap

untuk intensitas refleksi pada bidang batas tikus sawah merupakan pengaruh luar yang

sebesar 55,38% dan persamaan 2.14 untuk dapat mempengaruhi pola perilaku tikus sawah.

intensitas yang ditransmisikan ke dalam air atau

[90] hal. 72-139 [90] hal. 72-139

tikus sawah yang tidak mendapat perlakuan diagnostik adalah frekuensi 1 MHz sampai 5 MHz

dalam bidang

kedokteran

untuk

gelombang ultrasonik. Hal ini dapat dilihat pada dengan intensitas 0,01 Wcm -2 , untuk pengobatan hasil perhitungan biomassa makanan yang

adalah ditingkatkan sampai 1 Wcm -2 , sedangkan terdapat pada lampiran 5 dan 6. Sedangkan pola untuk merusak jaringan sel kanker intensitasnya

gerak tikus sawah terdapat perbedaan dengan 1000 Wcm -2 (Oesman, 1988). Suatu berkas kelompok tikus sawah yang tidak mendapat