BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Manajemen Peserta Didik - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Manajemen Peserta Didik Dalam Peningkatan Mutu Lulusan Di SMPN 2 Singorojo Tahun 2013/2014

9

BAB II
KAJIAN TEORI
2.1. Manajemen Peserta Didik
Manajemen secara etimologi berasal dari bahasa
Inggris yaitu dari kata kerja to manage yang artinya
mengurus, mengatur, menggerakkan dan mengelola
(John M. Echols dan Hassan Shadily). Manajemen
adalah penggunaan sumber daya secara efektif untuk
mencapai sasaran; pimpinan yang bertanggung jawab
atas jalannya perusahaan dan organisasi (Kamus Besar
Bahasa Indonesia). “Manajemen adalah suatu proses
kegiatan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan,

pengkoordinasian

dan

pengawasan


dengan menggunakan berbagai sumber daya secara
efektif

dan

efisien

untuk

mencapai

tujuan

yang

diinginkan” (Slameto, 2009: 1). “Manajemen adalah
suatu proses penataan dengan melibatkan sumbersumber potensial baik yang bersifat manusia maupun
yang bersifat non manusia dalam rangka mencapai
tujuan


secara

efektif

dan

efisien”

(Tim

Pakar

Manajemen Pendidikan UM, 2003: 4).
Dari pemikiran-pemikiran di atas dapat dipahami
bahwa manajemen merupakan proses yang terdiri
merencana,

mengurus,


menggerakkan,

mengorganisir,

mengelola,

memimpin

mengatur,
dengan

melibatkan sumber potensial agar tercapai tujuan yang
efektif dan efisien.
Setelah

menelaah

berbagai

jenis


pengertian

manajemen, penulis berpendapat bahwa manajemen

10

adalah suatu proses yang dilakukan agar suatu usaha
dapat berjalan dengan baik, memerlukan perencanaan,
pemikiran,

pengarahan,

dan

pengaturan

untuk

mencapai tujuan dengan melibatkan sumber-sumber

potensial. Manajemen merupakan sistem kerja sama
yang kooperatif dan rational. Manajemen menekankan
perlunya prinsip-prinsip effeciency. Manajemen tidak
dapat terlepas dari kepemimpinan atau pembimbingan.
Peserta didik adalah anggota masyarakat yang
berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses
pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan
jenis pendidikan tertentu (UU SPN, 2003). Menurut
Suharsimi Arikunto dalam Badrudin (2014: 20) “peserta
didik adalah siapa saja yang terdaftar sebagai obyek
didik disuatu lembaga pendidikan”.
Dari

beberapa

pendapat

di

atas


penulis

berpendapat peserta didik adalah seseorang yang yang
terdaftar dalam jalur, jenjang, dan jenis pendidikan
dalam

lembaga

pendidikan

tertentu

untuk

mendapatkan layanan sesuai dengan bakat, minat, dan
kemampuannya agar tumbuh dan berkembang dengan
baik.
2.1.1. Pengertian Manajemen Peserta Didik
Menurut Knezevich dalam Tim Pakar Manajemen

Pendidikan UM (2003: 52)
“Manajemen peserta didik (pupil personnel
administration) sebagai suatu layanan yang
memusatkan
perhatian
pada
pengaturan,
pengawasan dan layanan siswa di kelas dan di
luar kelas seperti: pengenalan, pendaftaran,
layanan
individual
seperti
pengembangan

11

keseluruhan kemampuan, minat, kebutuhan
sampai ia matang di sekolah.”

Slameto (2009: 130) menyatakan bahwa

“Manajemen peserta didik adalah penataan dan
pengaturan terhadap kegiatan yang berkaitan
dengan peserta didik, mulai masuk sampai
dengan keluarnya peserta didik tersebut dari
suatu sekolah. Manajemen peserta didik
bertujuan untuk mengatur berbagai kegiatan
dalam bidang peserta didik agar kegiatan
pembelajaran dapat berjalan tertib, lancar serta
mencapai tujuan pendidikan sekolah. Untuk
mewujudkan
tujuan
tersebut,
bidang
manajemen peserta didik sedikitnya memiliki
tiga tugas utama yaitu, penerimaan peserta
didik baru, kegiatan kemajuan belajar dan
bimbingan konseling serta pembinaan disiplin.”

Menurut Daryanto dan M Farid, (2013: 53)
“Manajemen peserta didik merupakan penataan

dan pengaturan terhadap kegiatan yang
berkaitan dengan peserta didik, mulai dari siswa
itu masuk sampai dengan keluar dari sekolah.
Manjemen
peserta
didik
tidak
semata
pencatatan data peserta didik akan tetapi
meliputi aspek yang lebih luas yaitu dapat
membantu upaya pertumbuhan anak melalui
proses pendidikan di sekolah.”

Berdasarkan

pendapat

para

ahli


di

atas

manajemen peserta didik adalah pengaturan kegiatan
layanan terhadap peserta didik mulai dari diterima
hingga

lulus

perencanaan,

sekolah,

yang

pengorganisasian,

meliputi


kegiatan

implementasi

dan

pengawasan agar pembelajaran dapat berjalan tertib,
lancar

dan

tercapai

tujuan

pendidikan

sekolah.

Membantu mengembangkan kemampuan, bakat, minat
peserta didik.

12

2.1.2. Pentingnya Manajemen Peserta Didik
Pengelolaan manajemen peserta didik sangat
penting

dalam

lembaga

pelaksanaannya
Pakar

pendidikan

mempunyai

Manajemen

tujuan

Pendidikan

UM

maka

dalam

tertentu.

Tim

(2003:

53)

menyatakan tujuan umum manajemen peserta didik
adalah “Mengatur kegiatan peserta didik agar kegiatan
tersebut menunjang proses belajar mengajar di sekolah;
lebih lanjut, proses belajar mengajar di sekolah dapat
berjalan ancar, tertib dan teratur sehingga dapat
memberi kontribusi bagi pencapaian tujuan

sekolah

dan tujuan pendidikan secara keseluruhan.” Tujuan
khusus

manajemen

peserta

didik adalah

sebagai

berikut: a. meningkatkan pengetahuan, keterampilan
dan psikomotor peserta didik; b. menyalurkan dan
mengembangkan
bakat

dan

kemampuan

minat

peserta

umum

didik;

c.

(kecerdasan),
menyalurkan

aspirasi, harapan dan memenuhi kebutuhan peserta
didik; d. diharapkan peserta didik dapat mencapai
kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang lebih lanjut
dapat

belajar

dengan

baik

dan

tercapai

cita-cita

mereka.
Menurut Daryanto dan M Farid, (2013: 54)
“Manajemen

peserta

didik

bertujuan

menciptakan

kondisi lingkungan sekolah yang baik serta agar siswa
dapat belajar dengan tertib sehingga tercapai tujuan
pengajaran yang efektif dan efisien.”
Berdasar pendapat di atas manajemen peserta
didik

sangat

penting

karena

mempunyai

tujuan

mengatur kegiatan yang berhubungan dengan peserta
didik dalam kegiatan pembelajaran di sekolah baik

13

kurikuler maupun ekstrakurikuler agar dapat berjalan
dengan tertib dan teratur dengan harapan dapat
menghasilkan proses pembelajaran yang efektif dan
efisien.
2.1.3. Prinsip Manajemen Peserta Didik
Prinsip

merupakan

melaksanakan
Pendidikan

tugas.

UM

(2003:

pedoman

Tim

Pakar

53)

untuk

Manajemen

menyebutkan

prinsip

manajemen peserta didik meliputi: a. Manajemen
peserta

didik

dipandang

sebagai

bagian

dari

keseluruhan manajemen sekolah; b. Segala bentuk
kegiatan
mengemban

manajemen
misi

peserta

pendidikan

didik

dan

haruslah

dalam

rangka

mendidik para peserta didik; c. Kegiatan-kegiatan
manajemen peserta didik haruslah diupayakan untuk
mempersatukan peserta didik yang mempunyai aneka
ragam latar belakang dan punya banyak perbedaan; d.
Kegiatan manajemen peserta didik haruslah dipandang
sebagai upaya pengaturan terhadap pembimbingan
peserta didik. e. Kegiatan manajemen peserta didik
haruslah mendorong dan memacu kemandirian peserta
didik. f. Apa yang diberikan kepada peserta didik dan
yang selalu diupayakan oleh kegiatan manajemen
peserta didik haruslah fungsional bagi kehidupan
peserta didik baik di sekolah lebih-lebih di masa depan.
Dari uraian di atas tentang prinsip manajemen
peserta didik penulis berpendapat manajemen peserta
didik merupakan bagian dari manajemen sekolah,
segala

bentuk

kegiatan

sekolah

diarahkan

untuk

mendidik tidak mengajar saja, perbedaan yang dimiliki

14

peserta didik bukan untuk memnculkan konflik tetapi
untuk

saling

menghormati

pembimbingan

terhadap

dan

menghargai,

peserta

didik

diatur

sedemikian rupa untuk mengembangkan kemampuan
dan bakatnya, peserta didik dilatih mandiri untuk
mengurangi

rasa

ketergantungan

agar

dapat

bermanfaat di sekolah maupun di masyarakat dimasa
yang akan dating.
2.1.4. Ruang Lingkup Manajemen Peserta Didik
Tim Pakar Manajemen Pendidikan UM (2003: 55)
menyebutkan

“manajemen

peserta

didik

meliputi

beberapa kegiatan yaitu: perencanaan peserta didik,
penerimaan peserta didik, orientasi peserta didik baru,
mengatur kehadiran, pengelompokkan peserta didik ,
evaluasi peserta didik , mengatur kenaikan tingkat,
mutasi, kode etik, disiplin, layanan peserta didik,
mengatur organisasi peserta didik.”
Penjelasan

dari

ruang

lingkup

manajemen

peserta didik di atas adalah
1.

Perencanaan peserta didik meliputi: school census,
schol size, , class size, dan effective class.

2.

Penerimaan peserta didik meliputi: kebijaksanaan,
penerimaan,

kriteri,

prosedur,

pemecahan

masalah.
3.

Orientasi peserta didik baru berisi pengaturan
tentang: hari pertama masuk sekolah, waktu
pelaksanaan, pendekatan, dan teknik orientasi.

4.

Mengatur

kehadiran

termasuk

ketidakhadiran

yang terjadi karena membolos, terlambat, ijin.

15

5.

Mengatur pengelompokkan peserta didik baik yang
berdasarkan persamaan atau perbedaan.

6.

Mengatur evaluasi peserta didik, dalam rangka
memperbaiki proses belajar mengajar, bimbingan
dan penyuluhan, promosi.

7.

Mengatur kenaikan peserta didik,

8.

Mengatur yang mutasi dan drop out

9.

Peningkatan disiplin

10. Mengatur layanan yang meliputi: layanan BK,
layanan

kesehatan,

layanan

kantin,

kopersai,

perpustakaan, laboratorium,
11. Mengatur organisasi peserta didik, meliputi: OSIS,
PMR, KIR.
Menurut Daryanto dan M Farid, (2013: 54)
“Manajemen peserta didik meliputi beberapa kegiatan
yaitu: perencanaan terhadap peserta didik, pembinaan
peserta didik, evaluasi peserta didik, mutasi peserta
didik.”
Dari pendapat di atas peneliti bependapat bahwa
ruang

lingkup

manajemen

perencanaan

peserta

penerimaan,

seleksi,

didik

peserta

didik

(analisa

orientasi,

meliputi

kebutuhan,

pengelompokan,

pencatatan, pelaporan), pembinaan dan pengembangan
peserta didik (layanan Bk, layanan perpustakaan,
layanan kantin, kegiatan ekstrakurikuler), evaluasi
peserta didik (ulangan harian, ulangan akhir semester,
ulangan kenaikan kelas, ujian)

16

2.2. Evaluasi
Evaluasi merupakan bagian dari manajemen
yaitu

perencanaan,

organisasi,

pelaksanaan

dan

pengawasan. Tanpa evaluasi tidak akan diketahui
bagaimana

kondisi

program

dalam

perencanaan,

pelaksanaan dan hasilnya.
Pengertian evaluasi menurut Arikunto dan Cepi
(2008:

2)

“Evaluasi

adalah

kegiatan

untuk

mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu,
yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk
menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil
sebuah keputusan.
Menurut

Stufflebeam

dan

Shinkfield

dalam

Widoyoko (2014: 3)
“Evaluasi merupakan suatu proses menyediakan
informasi
yang
dapat
dijadikan
sebagai
pertimbangan untuk menentukan harga dan jasa
dari tujuan yang dicapai, desain, implementasi, dan
dampak untuk membantu membuat keputusan,
membantu pertangungjawaban dan meningkatkan
pemahaman terhadap fenomena.”

Menurut Stark & Thomas dalam Widoyoko (2014: 3)
“Evaluasi merupakan suatu proses atau kegiatan
pemilihan, pengumpulan, analisis dan penyajian
informasi yang dapat digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan serta penyusun program
selanjutnya.”

Menurut Djaali dan Pudji (2008: 1), “Evaluasi
dapat juga diartikan sebagai proses menilai sesuatu
berdasarkan kriteria atau tujuan yang telah ditetapkan
yang

selanjutnya

diikuti

dengan

pengambilan

keputusan atas obyek yang dievaluasi”.
Ahmad (2007: 133), “Evaluasi diartikan sebagai
proses sistematis untuk menentukan nilai sesuatu

17

kegiatan atau program, berdasarkan kriteria tertentu
melalui penilaian”.
Yusuf (2000: 3), “Evaluasi merupakan suatu
usaha untuk mengukur dan memberi nilai secara
obyektif

dalam

pencapaian

hasil

yang

telah

direncanakan sebelumnya”.
Menurut pendapat di atas dalam evaluasi ada
proses mengukur, program, rencana, mengumpulkan,
analisis,

penyajian,

membuat

keputusan,

program

selanjutnya.
Dari telaah di atas penulis dapat menyimpulkan
bahwa

evaluasi

merupakan

proses

menilai

atau

mengukur terhadap program atau kegiatan yang telah
dirancang

sebelumnya

dengan

mengumpulkan,

menganalisis dan penyajian informasi yang selanjutnya
digunakan untuk membuat keputusan dan program
selanjutnya. Keberhasilan program dapat dilihat dari
dampak atau hasil yang dicapai apakah sudah tercapai
efektifitas dan efisiensinya.
Evaluasi

dapat

dilakukan

dengan

memilih

pendekatan yang disesuaikan dengan informasi dan
tujuan apa yang dibutuhkan, juga mempertimbangkan
segi kelebihan dan kelemahannya. Menurut Arikunto
dan Jabar (2008), model pendekatan yang dapat
digunakan

untuk

evaluasi

adalah

Goal

Oriented

Evaluation Model, Goal Free Evaluation Model, Formatif
Sumatif

Evaluation

Model,

Responsive

Evaluation

Model,

Discrepancy Model.

Model,

Countenance

Evaluation
CIPP

Model,

Evaluation

Evaluation
CSE-UCLA

Model,

dan

18

Penelitian ini menggunakan model evaluasi CIPP
(Context, Input, Proces, Product) yang dikembangkan
oleh Daniel Stufflebeam pada tahun 1966. Model
evaluasi

CIPP

ini

awalnya

digunakan

untuk

mengevaluasi ESEA (the Elementary and Secondary
education

act).

Konsep

tersebut

ditawarkan

oleh

Stufflebeam bahwa tujuan penting evaluasi bukan
membuktikan tetapi untuk memperbaiki.
Model Evaluasi CIPP berorintasi pada suatu
keputusan (a decision oriented evaluation approach
structured).

Tujuannya

untuk

membantu

kepala

sekolah dan guru dalam membuat keputusan. Menurut
Stufflebeam dalam Eko Putro Widoyoko (2014: 181),
“the CIPP approach is based on the view that the most
important purpose of evaluation is not prove but improve”
Sesuai dengan nama modelnya, evaluasi ini
dibagi menjadi empat jenis kegiatan yaitu: evaluasi
konteks (Context evaluation), evaluasi masukan (Input
evaluation), evaluasi proses (Process evaluation), dan
evaluasi hasil (Product evaluation).
Evaluasi Konteks (context evaluation),
Menurut Sax dalam Eko Putro Widoyoko (2014:
181) menyatakan bahwa
“…the delineation and specification of project’s
environment, its unmet, the population and
sample individual to be served, and the project
objectives. Context evaluation provides a rationale
for justifying a particular type program
intervention.
Evaluasi konteks merupakan penggambaran
dan spesifikasi tentang lingkungan program,
kebutuhan yang belum terpenuhi, karakteristik
populasi dan sampel dari individu yang dilayani
dan tujuan program.”

19

Menurut Suharsimi (2008: 46) “Evaluasi konteks
dilakukan untuk menjawab pertanyaan kebutuhan apa yang
belum

dipenuhi

pengembangan
pemenuhan

oleh

kegiatan

manakah

kebutuhan,

yang
tujuan

program,

tujuan

berhubungan

dengan

manakah

yang

paling

mudah dicapai.”

Dari pendapat di atas evaluasi konteks meliputi
lingkungan,

kebutuhan

yang

belum

dipenuhi,

karakteristik populasi dan sampel, tujuan.
Evaluasi Input (Input evaluation)
Menurut Eko Widoyoko (2014: 182),
“Evaluasi
masukan
membantu
mengatur
keputusan, menentukan sumber-sumber yang
ada, alternative apa yang diambil, apa rencana
dan strategi untuk mencapai tujuan, dan
bagaimana prosedur kerja untuk mencapainya.
Komponen evaluasi masukan meliputi: 1.
Sumber daya manusia, 2. Sarana dan peralatan
pendukung, 3. Dana atau anggaran, dan 4.
Berbagai prosedur dan aturan yang diperlukan.”

Menurut Sufflebeam dalam Suharsimi Arikunto
(2008), “Pertanyaan yang berkenaan dengan masukan
mengarah

pada

pemecahan

masalah

yang

diselenggarakannya program.”
Dari pendapat diatas evaluasi masukan meliputi
sumber daya manusia, sarana pendukung, dana,
aturan-aturan.
Evaluasi Proses (Process evaluation)
Worthen & Sanders dalam Eko Putro Widoyoko
(2014: 182) bahwa evaluasi proses menekankan pada
tiga tujuan:
“1. Do detect or predict in procedural design or its
implementation stage, 2. To provide information
for programmed decision, and 3. To maintain a
record of the procedure as it occurs.” Evaluasi

20

proses digunakan untuk mendeteksi atau
memprediksi rancangan prosedur selama tahap
implementasi, menyediakan informasi untuk
keputusan program dan sebagai rekaman atau
arsip prosedur yang telah terjadi.”

Suharsimi Arikunto (2008) mengatakan,
“Evaluasi proses dalam CIPP menunjuk pada
apa (what) kegiatan yang dilakukan dalam
program, siapa (who) orang yang ditunjuk
sebagai penanggungjawab program, kapan
(when) kegiatan akan selesai.”

Dari pendapat di atas evaluasi proses
meliputi

perencanaan,

pelaksanaan,

dan

penilaian.
Evaluasi hasil (Product evaluation)
Sax dalam Eko Putro Widoyoko (2014: 183),
“ to allow to project director (or teacher) to make
dicision of program. Dari evaluasi proses
diharapkan dapat membantu pimpinan project
atau guru untuk membuat keputusan yang
berkenaan dengan kelanjutan, akhir, maupun
modifikasi program.”

Menurut Farida Yusuf Tayibnapis
Eko

Putro

Widoyoko

(2014:

183),

dalam

“Evaluasi

produk untuk membantu membuat keputusan
selanjutnya, baik mengenai hasil yang telah
dicapai maupun apa yang dilakukan setelah
program itu berjalan.”
Dari pendapat di atas evaluasi produk
meliputi penilaian dan ketercapaian/keberhasilan
suatu program.

21

2.3. Mutu
Goetsch dan Davis dalam Fandy Tjiptono dan
Anastasia

Diana

(2003:

4)

menyatakan

“Kualitas

merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan
dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan
yang memenuhi atau melebihi harapan”.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mutu
adalah “(ukuran) baik buruk suatu benda; kadar; taraf
atau derajat (kepandaian, kecerdasan, dsb)”.
Sallis dalam Riyadi dan fathurrozi (2012: 56)
“Mutu

adalah

sesuatu

yang

memuaskan

dan

melampaui keinginan dan kebutuhan pelanggan”.
Sallis (2012: 51) mengemukakan bahwa “mutu
adalah konsep yang absolut dan relatif. Mutu yang
absolut adalah mutu yang mempunyai idealisme tinggi
dan berstandar tinggi yang harus dipenuhi, dengan
sifat produk bergengsi yang tinggi. Sedangkan mutu
relatif adalah sebuah alat yang sudah ditetapkan dan
harus memenuhi standar yang telah dibuat.”
Menurut Marus Suti dalam jurnal MEDTEK,
Volume 3, Nomor 2, Oktober 2011 bahwa “mutu
pendidikan

adalah

derajat

keunggulan

dalam

pengelolaan pendidikan secara efektif dan efisien untuk
melahirkan keunggulan akademis dan ekstra kurikuler
pada peserta didik yang dinyatakan lulus untuk satu
jenjang pendidikan atau menyelesaikan pembelajaran
tertentu.”
Dari uraian di atas mutu memiliki banyak arti
yaitu:

unggul,

cakap,

terampil,

sesuai

standar,

memenuhi harapan, baik-buruk. Dari telaah penulis
menyimpulkan bahwa mutu adalah sesuatu yang

22

diinginkan atau dirancang dan memenuhi harapan
sesuai standar yang ada, sehingga dapat diunggulkan
dari

yang

lainnya.

Jika

dikaitkan

dengan

mutu

pendidikan berarti program pendidikan yang disusun
dapat terlaksana dan hasilnya sangat memuaskan.
Didik Suhardi dalam Era Mutu SMP (2010: 20)
menyatakan

“Indikator

mutu

terwujud

dalam

kemampuan kecakapan hidup (life skills). Life skills
mencakup empat aspek, yakni kecakapan sosial (social
skills),

kecakapan

akademik

(akademic

skills),

kecakapan personal (personal skills), dan kecakapan
vokasional (vocational skills)”. Kecakapan sosial antara
lain sikap sopan santun, ketrampilan berkomunikasi,
tenggang rasa, kerja sama, kerja keras, sportivitas,
disiplin, menghargai orang lain. Kecakapan akademik
bersifat

kemampuan

pemahaman

pengetahuan

(knowledge). Kecakapan personal berhubungan dengan
kemampuan memahami dirinya, antara lain bakat,
minat, idealisme, kelebihan-kekurangan. Kecakapan
vokasional adalah ketrampilan dasar yang dimiliki
untuk masuk dunia kerja.
2.4. Penelitian yang relevan
2.4.1. Vera Anggraini (2010), Implementasi Manajemen
Peserta didik Di MA Miftahulm Huda Kabupaten
Grobogan.

Hasil

penelitian

adalah

pelaksanaan

manajemen peserta didik di MA Miftahulm Huda sudah
mengikuti konsep-konsep manajemen peserta didik hal
ini bisa dilihat langsung dalam pelaksanaan dari
penerimaan peserta didik baru pendataan kemajuan
peserta

didik,

bimbingan

dan

pembinaan

disiplin

23

peserta didik serta monitoring sudah diterapkan oleh
komponen madrasah. Terdapat faktor penghambat
pelaksanaan Manajemen

Peserta didik antara

lain:

Pengelolaan peserta didik kurang maksimal, Sumber
daya

manusia

khususnya

pelaksana

manajemen

komando

yang

Tenaga

peserta

jelas

Kurang menyerap dan

didik,

administrasi
Tidak

dari kepala

ada

madrasah.

mendengarkan

laporan

masyarakat, Monitoring hanya dilakukan oleh kepala
sekolah dibantu Wakil kepala dan guru BK sedang
masyarakat tidak dilibatkan.
2.4.2. Restia Kartika Dewi (2011), Tesis: Manajemen
peserta didik SD Negeri di Gugus Ki Hajar Dewantoro.
Magister manajemen pendidikan FKIP UKSW. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa 1) Langkah-langkah
penerimaaan peserta didik baru meliputi perencanaan,
pengorganisasian, dan pelaksanaan; 2)
pendukung

penerimaan

peserta

Faktor

didik

baru

yaitu

kepedulian dan kerjasama komite, guru dan wali murid
tersedianya dana dan daya tampung peserta didik yang
masih memungkinkan. Adapun faktor penghambatnya
yaitu karena letak geografis, persaing antar sekolah,
tradisi serta keberhasilan KB; 3) kegiatan peserta didik
yang telah dilakukan SD Negeri di Gugus Ki Hajar
Dewantara mencakup kegiatan bimbingan konseling,
ekstrakurikuler, pembinaan prestasi unggulan danpen
dataan alumni; dan 4)
kegiatan

itu

waktu

Faktor penghambat program
pelaksanaan

kegiatan,

letak

geografis serta belum adanya buku panduan dalam
pelaksanaan kegiatan peserta didik tersebut.

24

2.4.3. Marsiti (2011).

Strategi Kepala Sekolah dalam

Implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000
untuk penerimaan peserta didik baru (Studi Multi
Kasus pada SMA Islam Kepanjen Malang dan SMPK
Santa Maria II Malang).
sebagai

berikut.

Hasil penelitian disimpulkan

Strategi

kepala

sekolah

dalam

perencanaan penerimaan peserta didik baru untuk
meningkatkan
melakukan
lembaga

layanan

sosialisasi

untuk

peserta

didik

terhadap

perbaikan

meliputi:

semua

sistem,

civitas

(2)

(1)
di

proses

penerimaan peserta didik baru dilaksanakan sebelum
dimulainya tahun ajaran baru, (3)
tetapkan

tidak

melainkan

terbatas

pada

semua

pada

strategi yang di

salah

aspek

baik

satu

aspek

itu

sarana

prasarana,

tenaga

pendidik,

kurikulum

dan

pembiayaan

sekolah,

dan

penekanan

pada

(4)

pemberian layanan pada peserta didik
Strategi

kepala

sekolah

dalam

implementasi

penerimaan peserta didik baru untuk meningkatkan
layanan peserta didik meliputi: (1)

perbaikan pada

sistem penerimaan peserta didik baru berdasarkan
pagu,

(2)

tes

IQ

dilaksanakan

untuk

melihat

kemempuan peserta didik dalam proses pendampingan
pembelajaran

yang

pelajaran IPA (3)

akan

dilaksanakan,

terutama

Pengendalian dokumen penerimaan

peserta didik baru.
Evaluasi pelaksanaan penerimaan peserta didik baru
dalam meningkatkan layanan peserta didik meliputi: (1)
pelaksanaan

audit

internal

secara

berkala

guna

menentukan apakah sistem manajemen mutu yang

25

telah ditetapkan memenuhi aturan yang direncanakan
terhadap

persyaratan

9001:2000,

(2)

standar

internasional

meningkatkan

kinerja

ISO

dilembaga

pendidikan terutama terhadap layanan peserta didik
yang prima disekolah, dan (3) melakukan pengukuran
dengan

standar

yang

telah

ditentukan,

sehingga

diketahui selisih antara hasil pengukuran dengan
standar yang telah ditentukan.
2.4.4. Rizda Nirmala Sari, Alben Ambarita, Sowiyah
(2014)

jurnal Manajemen Kesiswaan Di Mts Darul

A`Mal Metro. Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1)
perencanaan kesiswaan dilakukan dengan mengadakan
rapat awal tahun dengan membahas menghitung daya
tampung siswa, perencanaan penerimaan peserta didik
baru dan mengadakan orientasi peserta didik baru, (2)
pengorganisasian kesiswaan dilakukan dengan cara
mengelompokan siswa ke dalam kelas berdasarkan
kemampuan akademik dan memberi wewenang kepada
wali

kelas

untuk

membinanya,

(3)

pelaksanaan

kesiswaan diawali dengan kegiatan pembinaan dan
pengembangan peserta didik melalui kurikuler dan
ekstrakurikuler, kemudian diadakan pencatatan dan
pelaporan, menjalin komunikasi dengan para alumni,
dan memberikan layanan-layanan bagi peserta didik,
(4) pengawasan dilakukan kepala sekolah dengan cara
memantau kegiatan kesiswaan secara langsung dan
membuat
evaluasi

hasil

laporan

kepada

siswa

setiap
secara

bulan,
berkala

melakukan
(5)

Faktor

pendukung dalam pelaksanaan kegiatan kesiswaan di
MTs Darul A`mal Metro adalah pelajaran agama Pondok

26

Pesantren Darul A`mal Metro, kelengkapan sarana dan
prasaran, kualitas SDM yang baik karena 90% guru
telah Sarjana, status akreditasi B.
2.4.5. Sugeng (2012)

Jurnal Evaluasi pelaksanaan

manajemen peserta didik di SDN percontohan Surgi
Mufti Banjarmasin. Temuan dalam penelitian ini: 1.
Konteks, partisipasi dan kontribusi orang tua sudah
bagus. 2. Input, kegiatan manjemen peserta didik
sudah berjalan baik meliputi pelayanan konseling,
sarpras,

Kegiatan ekstra kurikuler, 3. Proses, sudah

berjalan baik meliputi PPDB,

Penilaian Lulusan. 4.

Produk, prestasi akademik dan nonakademik.
Dari
manajemen

penelitian

terdahulu

peserta

didik

ruang

meliputi

lingkup
kegiatan

penerimaan, pengelolaan, dan kelulusan peserta didik.
Sekolah

perlu

melakukan

pengelolaan,

pelaksanaan

manajemen

peserta

kegiatan
dan

didik.

perencanaan,

pengawasan

Penelitian

yang

dalam
saya

laksanakan walaupun hampir sama dengan penelitian
terdahulu tapi ingin menunjukkan perbaikan dari sisi
manajemen peserta didik untuk peningkatan mutu
lulusan. SMPN 2 Singorojo terkenal dengan julukan
sekolah ndandani, harapan dari guru bahwa anak
masih punya harga diri walaupun rendah dalam
kemampuan akademis tapi unggul dalam bidang non
akademis.
2.5. Kerangka berpikir
Salah

satu

aspek

manajemen

yang

dapat

mengelola seluruh sumber daya pendidikan di sekolah

27

khususnya pada peserta didik yaitu manajemen peserta
didik. Tanggungjawab yang dimiliki kepala sekolah yang
berkaitan

dengan

manajemen

peserta

didik

yaitu

memberikan layanan kepada peserta didik dengan cara
memenuhi berbagai kebutuhan yang mereka perlukan
sesuai

dengan

tujuan

yang

telah

ditetapkan oleh

sekolah sebelumnya secara efektif dan efisien.
Evaluasi model CIPP sesuai namanya terdapat 4
aspek yaitu konteks, input, proses dan produk. Dalam
penelitian ini aspek konteks meliputi visi, misi, tujuan
sekolah, kondisi sekolah, sekolah pendukung dan
kompetitor.

Aspek

input

meliputi

peserta

didik,

pendidik, dan sarana prasarana. Aspek proses meliputi
perencanaan, pembinaan dan pengembangan peserta
didik. Aspek produk meliputi prestasi akademik dan
non akademik.
Dengan kondisi aspek konteks dan input yang
mempunyai potensi baik merupakan modal dukungan
untuk

mengimplementasikan

atau

mensukseskan

manajemen peserta didik yang melaksanakan program
PPDB, MOPD, pembinaan akademis dan pengembangan
kegiatan

ekstrakurikuler

dengan

harapan

menghasilkan peserta didik yang berprestasi dalam
bidang akademik maupun non akademik. Sekaligus
dapat diketahui faktor pendukung dan penghambat
yang terjadi untuk mengambil kebijaksanaan apakah
ada program yang dihilangkan atau diperbaiki.

28