Critical Review Ekonomi Wilayah Kawasan
DATA JURNAL
Judul Jurnal
: Kajian Pengembangan Ekonomi Wilayah Kawasan Perbatasan
Antar Negara di Kabupaten Kepulauan Talaud
I.
Penulis
: Ade Irna T. Pangalasen
Tahun Terbit
: 2013
Nama Jurnal
: Jurnal EMBA Vol.1 No.3 September 2013, Ha.l 197-207
Jumlah Halaman
: 11 halaman
REVIEW JURNAL
Pendahuluan
Permasalahan di kawasan perbatasan hingga saat ini adalah kawasan perbatasan
sering dilihat sebagai periphery suatu negara (Setiadi, 2009) karena letaknya yang jauh
dari ibu kota provinsi apalagi ibu kota negara. Di Indonesia kawasan perbatasan
dikelompokkan menjadi kawasan perbatasan laut dan darat. Dari sepuluh kawasan
perbatasan di Indonesia, terdapat empat Pos Lintas Batas (PLB) dengan klasifikasi
Internasional dan enam kawasan perbatasan lainnya berada pada klasifikasi tradisional,
diantaranya Pos Lintas Batas (PLB) Miangas Kabupaten Kepulauan Talaud di Provinsi
Sulawesi Utara yang berbatasan laut dengan negara Filipina. Masing-masing kawasan
perbatasan tersebut memiliki karakter sosial dan ekonomi yang relatif berbeda, namun
memperlihatkan adanya fenomena yang sama yakni adanya interaksi langsung dan intensif
antara warga negara Indonesia dengan warga negara tetangga, berupa hubungan sosial
kultural secara tradisional maupun aktivitas ekonomi modern.
Kabupaten Kepulauan Talaud merupakan salah satu kawasan perbatasan di
Indonesia yang merupakan bagian integral dari Provinsi Sulawesi Utara, dengan
karakteristik daerah yaitu sebagai daerah kepulauan, daerah tertinggal dan terisolir, serta
rawan bencana, mengalami hal-hal yang juga dialami oleh kawasan perbatasan lainnya,
seperti infrastruktur dan armada perhubungan yang kurang mendukung. Klasifikasi lintas
batas tradisional, menyebabkan terjadinya banyak pelanggaran di entry exit point Miangas,
sehingga perdagangan lintas batas sering merugikan masyarakat di kawasan perbatasan
dan menimbulkan permasalahan baik secara keamanan maupun kesejahteraan yang
berkaitan dengan kondisi perekonomian wilayah. Sementara di negara tetangga, Filipina
telah mengembangkan daerah perbatasannya sebagai kawasan pertumbuhan ekonomi
dengan berbagai sarana dan prasarana fisik yang lengkap serta sumberdaya manusia
yang berkualitas. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan penyelundupan barang dan
orang yang tidak diinginkan keluar masuk perbatasan, namun di sisi lain masyarakat di
Miangas memerlukan aktivitas perdagangan lintas batas karena jarak mereka lebih dekat
Critical Review Perencanaan Wilayah
1
ke desa Tibanban dan desa-desa lainnya di kotamadya Governor Generoso untuk
mendapatkan bahan kebutuhan sehari-hari
Berdasarkan permasalahan terkait, maka tujuan dari jurnal ini adalah mengkaji pola
pengembangan perekonomi kawasan perbatasan Indonesia–Filipina di Kabupaten
Kepulauan Talaud. Secara garis besar, pembahasan jurnal terbagi menjadi empat pokok
pembahasan. Pembahasan pertama terkait dengan latar belakang yag dibahas pada
pendahuluan, pembahasan kedua mengenai tinjauan pustaka. Bagian ketiga membahas
hasil penelitian dan pembahasan yang menggunakan analisis shift share dan model
pendekatan gravitasi. Bagian keempat membahas kesimpulan dan saran.
Tinjauan Pustaka
Kawasan Perbatasan
Undang-undang Nomor 43 tahun 2008 tentang wilayah negara Pasal 1 ayat 6
mendefinisikan kawasan perbatasan sebagai bagian dari wilayah negara yang terletak
pada sisi dalam sepanjang batas wilayah Indonesia dengan negara lain.Kawasan
perbatasan Negara meliputi kawasan perbatasan daratan dan perbatasan laut termasuk
pulau-pulau kecil terluar (Tim Penyusun (e), 2011). Paradigma baru, pengembangan
kawasan perbatasan adalah dengan mengubah arah kebijakan pembangunan yang
berorientasi inward looking, menjadi outward looking (Tim Penyusun (e), 2011). Dengan
menggunakan pendekatan kesejahteraan (prosperity approach), pendekatan keamanan
(security approach), dengan tidak meninggalkan aspek lingkungan (environment) tetap
menjaga kedaulatan (sovereignity)
Teori Pusat-Pinggiran
Disekitar daerah inti terdapat daerah-daerah pinggiran atau periphery region.
Daerah pinggiran ini sering disebut pula daerah pedalaman atau daerah-daerah sekitanya.
Koeksistensi itu digambarkan sebagai hubungan kekuasaan yang sangat tidak berimbang
antara pusat (core) serta pinggiran (periphery) (Todaro, 2006: 141).
Friedmann menjelaskan pandangannya mengenai transformasi sistem perkotaan di
dunia ketiga, bahwa dalam skala regional terdapat hirarki pusat-pusat pertumbuhan adalah
Pusat pertumbuhan primer yang berperan merangsang pertumbuhan daerah sekitar,
Pusat pertumbuhan sekunder yang memperluas luasan dampak, Pusat pertumbuhan
tersier sebagai titik pertumbuhan dari daerah belakang. (Setiadi, 2009)
Metodologi Penelitian
Penelitian pada jurnal ini menggunakan studi literatur, data yang digunakan adalah
data PDRB dari BPS Kabupaten Kepulauan Talaud, Provinsi Sulawesi Utara dan dari
Phillipine Statistical Yearbook, serta analisis yang digunakan adalah analisis Shift Share
dan Model Pendekatan Gravitasi.
Critical Review Perencanaan Wilayah
2
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Secara adminitratif Kabupaten Kepulauan Talaud merupakan bagian integral dari
Provinsi Sulawesi dengan ibukota Melonguane, perbatasan Indonesia-Filipina. Saat ini
Kabupaten Kepulauan Talaud terdiri dari 19 kecamatan, 11 kelurahan, dan 142 desa,
dengan karakteristik wilayah yaitu sebagai kawasan perbatasan, sebagai daerah
kepulauan, sebagai daerah tertinggal dan daerah rawan bencana.
Gambar 1. Kawasan Perbatasan Indonesia-Filipina di Kab. Kepulauan Talaud
Sumber: Bappeda Kab.Kepulauan Talaud, 2011
Analisis perekonomian kawasan perbatasan di Kabupaten Kepualauan Talaud
menggunakan dua macam alat analisis.
Hasil Analisis Shift Share.
Analisis ini digunakan untuk mengetahui kemampuan suatu daerah dalam
mengembangkan potensi yang ada, diukur dari kinerja sektor ekonomi lokal dan dalam
kerangka acuan wilayah yang lebih besar untuk suatu periode tertentu, Selain itu,
pendekatan ekonomi basis juga digunakan untuk mendapatkan sektor unggulan yang bisa
menimbulkan efek multiplier bagi perekonomian wilayah sebagai kawasan perbatasan
antarnegara. Analisis Shift Share menggunakan data PDRB ADHK Kabupaten Kepulauan
Talaud tahun 2009-2011, data distribusi persentase PDRB ADHK menurut sektor
Kabupaten Kepulauan Talaud tahun 2007-2011, dan data PDRB ADHK Sulawesi Utara
tahun 2007-2011. Hasil analisis Shift Share memperlihatkan bahwa :
a. Sektor pertanian sebagai basis namun memiliki pertumbuhan sektoral-lokal yang kecil
yaitu 4,51 %. Pertumbuhan sektoral dengan trend yang negatif ini memperlihatkan suatu
keadaan yang kurang baik, karena sebagai basis. Sektor pertanian memiliki kekuatan
multiplier shortrun, tapi jika pertumbuhan
sektoralnya makin lemah maka artinya
multiplier effect-nya pun makin lama makin lemah juga. Maka jika terjadi penurunan itu
akan berakibat juga pada sektor-sektor lainnya melalui backward linkage atau pun
Critical Review Perencanaan Wilayah
3
forward linkage, hal ini dapat menyebabkan kegiatan perekonomian yang kurang stabil
dan jika dibiarkan begitu saja.
b. Setor bangunan memiliki pertumbuhan pertumbuhan sektoral yang paling besar nilai
56,01 %. dengan meningkatnya pembangunan fisik maka terjadi juga peningkatan
terhadap lapangan usaha bahan galian. Sektor perdagangan juga terus mengalami
peningkatan dalam nilai penyumbang PDRB dan dengan analisis Shift Share
mempunyai pertumbuhan yang baik yaitu pada angka 46,63%.
Gambar 2. Hasil Analisis Shift Share
Sumber: Jurnal Ekonomi Wilayah, 2013
Tabel 1. Posisi Kuadran Sektor Ekonomi Kab.Kepulauan Talaud tahun 2007-2011
Posisi
Kuadran
Kuadran
Winners
Kuadran
Lossers
Kuadran
Mixed
Winners
Kuadran
Mixed
Lossers
Keterangan
Proportio
nal Shift
Different
ial Shift
Pertumbu
han di
Provinsi
positif
positif
positif
Pertumbu
han di
Kabupate
n
positif
Sektor
negatif
negatif
negatif
negatif
Bangunan dan sektor keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan
Pertanian dan jasa-jasa
negatif
positif
negatif
positif
Pertambangan dan penggalian
positif
negatif
positif
negatif
Listrik, gas dan air bersih,
perdagangan, hotel dan restoran
serta sektor
pengangkutan dan komunikasi
Sumber: Jurnal Ekonomi Wilayah, 2013
Critical Review Perencanaan Wilayah
4
Hasil Model Pendekatan Gravitasi
Pendekatan ini menggunakan ukuran jumlah penduduk dan jarak untuk menggambarkan
hubungan interaksi antara dua lokasi. Data yang diolah adalah data jarak sisi perbatasan
Governor Generoso Filipina dengan Kabupaten Kepulauan Talaud Indonesia, serta data
jumlah penduduk di sisi perbatasan Governor Generoso Filipina dan Kabupaten Kepulauan
Talaud Indonesia.
Gambar 3. Hasil Model Pendekatan Gravitasi
Sumber: Jurnal Ekonomi Wilayah, 2013
Daya tarik-menarik Miangas - Tibanban adalah 538 K satuan daya tarik, nilai ini 3,8
kali lebih kuat dari pada daya tarik-menarik Miangas - Melonguane yaitu 144 K satuan daya
tarik. bahwa interaksi sosial ekonomi kawasan perbatasan Indonesia-Filipina di Miangas
lebih kuat ke Tibanban yang ada di negara tetangga Filipina dari pada ke Melonguane
sebagai ibu kota Kabupaten. Nilai gravitasi ini menggambarkan aktivitas perekonomian di
Miangas yang lebih cenderung terjadi dengan para pedagang dari Tibanban. Transaksi
barang-barang yang masuk dari Filipina ke Miangas dapat dilakukan oleh pedagang dan
masyarakat Miangas dengan memesan barang-barang yang mereka inginkan kepada para
pedagang yang datang. Melonguane ibu kota Kabupaten Kepulauan Talaud merupakan
bagian dari perdagangan lintas batas Indonesia-Filipina, para pedagang yang membeli
barang-barang di Filipina membawanya ke Melonguane, namun daya tarik menarik
Melonguane-Governor Generoso lemah. Nilai yang kecil ini menunjukkan keadaan bahwa
aktivitas lintas batas kurang bagi masyarakat Kabupaten Kepulauan Talaud.
Untuk
pengembangan ekonomi kawasan
perbatasan,
perlunya perubahan
paradigma pengembangan perbatasan dari inward looking menjadi outward looking
merupakan suatu persepsi yang penting untuk mengubah cara pendang kawasan
perbatasan yang selama ini hanya dipandang sebagai periphery negara. Kombinasi
pendekatan kesejahteraan (prosperity approach) yang dilaksanakan serasi dengan
pendekatan keamanan (security approach) dan pendekatan lingkungan (environment
approach) untuk tetap menjaga kedaulatan negara (soveregnity) merupakan strategi
pengembangan potensi perbatasan. Melonguane sebagai kawasan perbatasan laut adalah
salah satu kota Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) yang diharapkan dapat
berperan sebagai outlet aktivitas ekonomi dan perdagangan dengan negara tetangga,
Critical Review Perencanaan Wilayah
5
pusat pelayanan bagi wilayah di sekitarnya, serta dapat mendorong optimalisasi
pemanfaatan potensi sumber daya maritime.
Kesimpulan dan Saran
Kondisi perekonomian Kabupaten Kepulauan Talaud menunjukkan trend yang
semakin baik dari tahun 2007 hingga 2011 yang sektor basisnya masih sektor pertanian.
Hasil analisis Shift Share menunjukkan bahwa Kabupaten Kepulauan Talaud akan terus
mengalami pertumbuhan ekonomi yang baik, bahkan walaupun perekonomian lokal tidak
bisa meningkatkan produktivitas namun dapat memberikan pengaruh perekonomian
Provinsi Sulawesi Utara. Kota Melonguane yang akan dikembangkan sebagai salah satu
Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) di kawasan perbatasan dengan strategi
pengembangan yang diarahkan sebagai pusat pelayanan administrasi pelintas batas untuk
meningkatkan aksesibilitas menuju sentra-sentra produksi di Kabupaten Kepulauan
Talaud, dengan jarak yang lebih dekat ke Tibanban Filipina Selatan, diharapkan bisa
memperbaiki kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan dan pembangunan
ekonomi wilayah tersebut.
Penulis telah memberikan saran untuk pihak terkait dan kelanjutan studi yang
diharapkan dapat mendukung pengembangan ekonomi wilayah di Kabupaten Kepulauan
Talaud, Sulawesi Utara.
II.
CRITICAL REVIEW
Jurnal “Kajian Pengembangan Ekonomi Wilayah Kawasan Perbatasan Antar
Negara di Kabupaten Kepulauan Talaud” secara keseluruhan penulis sudah memaparkan
permasalahan, teori yang digunakan, analisis, serta kesimpulan cukup baik. Penyampaian
pokok bahasan jurnal dilakukan secara terstruktur dan terarah. Teknik analisis yang
digunakan mampu menunjukkan keakurasian hasil dengan baik. Namun masih terdapat
beberapa kekurangan dalam jurnal, diantaranya adalah:
a. Data
Sumber data yang digunakan dalam hasil penelitian sudah ditulis dengan
lengkap sumber dan tahun data, sehingga keakurasian data cukup tinggi.
Penyajian data sudah tepat menggunakan tabel sehingga mudah dibaca.
Seperti data PDRB ADHK Kabupaten Kepulauan Talaud tahun 2009-2011, data
distribusi persentase PDRB ADHK menurut sektor Kabupaten Kepulauan
Talaud tahun 2007-2011, dan data PDRB ADHK Sulawesi Utara tahun 20072011. Serta sudah disajikannya peta lokasi wilayah penelitian yang bersumber
dari BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Talaud. Apabila peta yang ditampilkan
secara penuh tanpa pemotongan akan lebih baik, sehingga mengetahui wilayah
secara keseluruhan dengan standar tampilan peta.
Critical Review Perencanaan Wilayah
6
Gambar 4. Contoh tampilan peta “Cakupan Wilayah Kawasan Perbatasan Kalimantan”
Sumber: Jurnal Pengembangan Ekonomi Kawasan Perbatasan Negara di Kalimantan Barat, 2007
Untuk data pendukung seperti kondisi sosial masyarakat yang mampu
memempengaruhi aktifitas dan interaksi antar penduduk belum ada, akan lebih
detail datanya apabila melakukan pengambilan data secara primer untuk
mengklarifikasi data sekunder dengan data yang ada di lapangan. Apabila ada
rujukan peraturan untuk pengembangan ekonomi di wilaya perbatasan pada
tinjauan
pustaka
akan
lebih
baik
dalam
mendukung
jurnal
kajian
pengembangan ekonomi wilayah kawasan perbatasan antar negara di
kabupaten kepulauan Talaud. Karena pada dasarnya suatu kebijakan yang
mengatur tentang perencanaan tata ruang mempunyai peran penting dalam
perkembangn suatu wilayah. Berdasarkan data kebijakan yang diperoleh dari
Buku Pertama Kebijakan Strategi Nasional Pengelolaan Kawasan Perbatasan
Antar Negara di Indonesia menunjukkan bahwa beberapa status terkait batas
landas kontinen dan batas ZEE dengan Filipina belum disepakati pada tahun
2003.
Serta
dalam
pemaparan
pembangunan ekonomi nasional
oleh
BAPPENAS
terkait
KEK
dalam
dan daerah , provinsi Sulawesi Utara
termasuk dalam kawasan pengembangan ekonomi terpadu (KAPET) yang
dilatarbelakangi oleh RPJM 2 mulai tahun 2010-2014 untuk memantapkan
penataan kembali NKRI, meningkatkan kualitas SDM, membangun kemampuan
iptek, serta memperkuat daya saing perekonomian.
b. Metode Penelitian
Metode penelitian yang dipaparkan masih terdapat kekurangan, namun untuk
teknik pengambilan dan analisis data telah disampaikan dengan baik. Kerangka
Critical Review Perencanaan Wilayah
7
konseptual dan penjelasan lebih detail mengenai teknik analisis yang digunakan
akan lebih baik.
c. Analisis
Teknik analisis yang digunakan sudah cukup baik, untuk analisis yang
ditampilkan pada jurnal adalah data yang digunakan dan hasil yang didapatkan
tanpa menampilkan proses. Hal tersebut tidak mempengaruhi kualitas
penyampaian isi jurnal. Apabila dibandingkan dengan jurnal yang sejenis, bisa
menggunakan teknik analisis LQ yang mampu mendukung hasil analisis Shift
Share. Sehingga nantinya akan diperoleh hasil sektor-sektor prioritas untuk
perencanaan pengembangan ekonomi wilayah yang sesuai.
d. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan yang disampaikan oleh penulis sudah cukup menggambarkan
secara umum pembahasan isi jurnal dan saran untuk pihak terkait dan untuk
kelanjutan studi disampaikan oleh penulis.
III. LESSON LEARNED
Lesson learned yang dapat diambil dari jurnal serta critical review adalah:
a. Paradigma pengelolaan kawasan perbatasan di masa lampau sebagai ”halaman
belakang” wilayah NKRI membawa implikasi terhadap kondisi kawasan perbatasan
saat ini yang tersolir dan tertinggal dari sisi sosial dan ekonomi. Munculnya paradigma
ini, disebabkan oleh sistem politik dimasa lampau yang sentralistik dan sangat
menekankan stabilitas keamanan. Disamping itu secara historis, hubungan Indonesia
dengan beberapa negara tetangga pernah dilanda konflik, serta seringkali terjadinya
pemberontakan-pemberontakan
di
dalam
negeri.
Sudah
seharusnya
saat
ini
pemerintah mulai mengubah paradigma tersebut dan memperhatikan perkembangan
ekonomi di wilayah perbatasan antar negara, karena wilayah perbatasan antar negara
merupakan wilayah yang rentan dan harus dikembangkan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat sekitar yang merupakan hak dari seluruh masyarakat di
Indonesia.
b. Dalam mengkaji pengembangan ekonomi wilayah data yang digunakan bisa berupa
data PDRB dengan teknik olah data Shift Share untuk mengetahui pertumbuhan setiap
sektor dan apabila ingin melihat kecenderungan aktivitas masyarakat dalam kegiatan
perekonomian bisa menggunakan model pendekatan gravitasi. Dan pengembangan
ekonomi wilayah tidak terlepas dari peran dan perhatian pemerintah.
Critical Review Perencanaan Wilayah
8
DAFTAR PUSTAKA
Pangalasen, Ade Irna T. 2013. Kajian Pengembangan Ekonomi Wilayah Kawwasan
Perbatasan Antar Negara di Kabupaten Kepulauan Talaud. Universitas
Sam Ratulangi.
Bappenas. 2010. Perananan KEK dalam Pembangunan Ekonomi Nasional dan Daerah.
Kurniadi, Dendy. 2009. Strategi Pengembangan Wilayah Perbatasan Antar Negara:
Memacu Pertumbuhan Ekonomi Entikong Kabupaten Sanggau Provinsi
Kalimantan Barat. Semarang: Universitas Diponegoro.
Edyanto, CB Herman. 2007. Pengembangan Ekonomi Kawasan Perbatasan Negara di
Kalimantan Barat. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 9 No. 3
Lesperssi. 2007. Reformasi Sistem Manajemen Perbatasan Indonesia.
Critical Review Perencanaan Wilayah
9
Judul Jurnal
: Kajian Pengembangan Ekonomi Wilayah Kawasan Perbatasan
Antar Negara di Kabupaten Kepulauan Talaud
I.
Penulis
: Ade Irna T. Pangalasen
Tahun Terbit
: 2013
Nama Jurnal
: Jurnal EMBA Vol.1 No.3 September 2013, Ha.l 197-207
Jumlah Halaman
: 11 halaman
REVIEW JURNAL
Pendahuluan
Permasalahan di kawasan perbatasan hingga saat ini adalah kawasan perbatasan
sering dilihat sebagai periphery suatu negara (Setiadi, 2009) karena letaknya yang jauh
dari ibu kota provinsi apalagi ibu kota negara. Di Indonesia kawasan perbatasan
dikelompokkan menjadi kawasan perbatasan laut dan darat. Dari sepuluh kawasan
perbatasan di Indonesia, terdapat empat Pos Lintas Batas (PLB) dengan klasifikasi
Internasional dan enam kawasan perbatasan lainnya berada pada klasifikasi tradisional,
diantaranya Pos Lintas Batas (PLB) Miangas Kabupaten Kepulauan Talaud di Provinsi
Sulawesi Utara yang berbatasan laut dengan negara Filipina. Masing-masing kawasan
perbatasan tersebut memiliki karakter sosial dan ekonomi yang relatif berbeda, namun
memperlihatkan adanya fenomena yang sama yakni adanya interaksi langsung dan intensif
antara warga negara Indonesia dengan warga negara tetangga, berupa hubungan sosial
kultural secara tradisional maupun aktivitas ekonomi modern.
Kabupaten Kepulauan Talaud merupakan salah satu kawasan perbatasan di
Indonesia yang merupakan bagian integral dari Provinsi Sulawesi Utara, dengan
karakteristik daerah yaitu sebagai daerah kepulauan, daerah tertinggal dan terisolir, serta
rawan bencana, mengalami hal-hal yang juga dialami oleh kawasan perbatasan lainnya,
seperti infrastruktur dan armada perhubungan yang kurang mendukung. Klasifikasi lintas
batas tradisional, menyebabkan terjadinya banyak pelanggaran di entry exit point Miangas,
sehingga perdagangan lintas batas sering merugikan masyarakat di kawasan perbatasan
dan menimbulkan permasalahan baik secara keamanan maupun kesejahteraan yang
berkaitan dengan kondisi perekonomian wilayah. Sementara di negara tetangga, Filipina
telah mengembangkan daerah perbatasannya sebagai kawasan pertumbuhan ekonomi
dengan berbagai sarana dan prasarana fisik yang lengkap serta sumberdaya manusia
yang berkualitas. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan penyelundupan barang dan
orang yang tidak diinginkan keluar masuk perbatasan, namun di sisi lain masyarakat di
Miangas memerlukan aktivitas perdagangan lintas batas karena jarak mereka lebih dekat
Critical Review Perencanaan Wilayah
1
ke desa Tibanban dan desa-desa lainnya di kotamadya Governor Generoso untuk
mendapatkan bahan kebutuhan sehari-hari
Berdasarkan permasalahan terkait, maka tujuan dari jurnal ini adalah mengkaji pola
pengembangan perekonomi kawasan perbatasan Indonesia–Filipina di Kabupaten
Kepulauan Talaud. Secara garis besar, pembahasan jurnal terbagi menjadi empat pokok
pembahasan. Pembahasan pertama terkait dengan latar belakang yag dibahas pada
pendahuluan, pembahasan kedua mengenai tinjauan pustaka. Bagian ketiga membahas
hasil penelitian dan pembahasan yang menggunakan analisis shift share dan model
pendekatan gravitasi. Bagian keempat membahas kesimpulan dan saran.
Tinjauan Pustaka
Kawasan Perbatasan
Undang-undang Nomor 43 tahun 2008 tentang wilayah negara Pasal 1 ayat 6
mendefinisikan kawasan perbatasan sebagai bagian dari wilayah negara yang terletak
pada sisi dalam sepanjang batas wilayah Indonesia dengan negara lain.Kawasan
perbatasan Negara meliputi kawasan perbatasan daratan dan perbatasan laut termasuk
pulau-pulau kecil terluar (Tim Penyusun (e), 2011). Paradigma baru, pengembangan
kawasan perbatasan adalah dengan mengubah arah kebijakan pembangunan yang
berorientasi inward looking, menjadi outward looking (Tim Penyusun (e), 2011). Dengan
menggunakan pendekatan kesejahteraan (prosperity approach), pendekatan keamanan
(security approach), dengan tidak meninggalkan aspek lingkungan (environment) tetap
menjaga kedaulatan (sovereignity)
Teori Pusat-Pinggiran
Disekitar daerah inti terdapat daerah-daerah pinggiran atau periphery region.
Daerah pinggiran ini sering disebut pula daerah pedalaman atau daerah-daerah sekitanya.
Koeksistensi itu digambarkan sebagai hubungan kekuasaan yang sangat tidak berimbang
antara pusat (core) serta pinggiran (periphery) (Todaro, 2006: 141).
Friedmann menjelaskan pandangannya mengenai transformasi sistem perkotaan di
dunia ketiga, bahwa dalam skala regional terdapat hirarki pusat-pusat pertumbuhan adalah
Pusat pertumbuhan primer yang berperan merangsang pertumbuhan daerah sekitar,
Pusat pertumbuhan sekunder yang memperluas luasan dampak, Pusat pertumbuhan
tersier sebagai titik pertumbuhan dari daerah belakang. (Setiadi, 2009)
Metodologi Penelitian
Penelitian pada jurnal ini menggunakan studi literatur, data yang digunakan adalah
data PDRB dari BPS Kabupaten Kepulauan Talaud, Provinsi Sulawesi Utara dan dari
Phillipine Statistical Yearbook, serta analisis yang digunakan adalah analisis Shift Share
dan Model Pendekatan Gravitasi.
Critical Review Perencanaan Wilayah
2
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Secara adminitratif Kabupaten Kepulauan Talaud merupakan bagian integral dari
Provinsi Sulawesi dengan ibukota Melonguane, perbatasan Indonesia-Filipina. Saat ini
Kabupaten Kepulauan Talaud terdiri dari 19 kecamatan, 11 kelurahan, dan 142 desa,
dengan karakteristik wilayah yaitu sebagai kawasan perbatasan, sebagai daerah
kepulauan, sebagai daerah tertinggal dan daerah rawan bencana.
Gambar 1. Kawasan Perbatasan Indonesia-Filipina di Kab. Kepulauan Talaud
Sumber: Bappeda Kab.Kepulauan Talaud, 2011
Analisis perekonomian kawasan perbatasan di Kabupaten Kepualauan Talaud
menggunakan dua macam alat analisis.
Hasil Analisis Shift Share.
Analisis ini digunakan untuk mengetahui kemampuan suatu daerah dalam
mengembangkan potensi yang ada, diukur dari kinerja sektor ekonomi lokal dan dalam
kerangka acuan wilayah yang lebih besar untuk suatu periode tertentu, Selain itu,
pendekatan ekonomi basis juga digunakan untuk mendapatkan sektor unggulan yang bisa
menimbulkan efek multiplier bagi perekonomian wilayah sebagai kawasan perbatasan
antarnegara. Analisis Shift Share menggunakan data PDRB ADHK Kabupaten Kepulauan
Talaud tahun 2009-2011, data distribusi persentase PDRB ADHK menurut sektor
Kabupaten Kepulauan Talaud tahun 2007-2011, dan data PDRB ADHK Sulawesi Utara
tahun 2007-2011. Hasil analisis Shift Share memperlihatkan bahwa :
a. Sektor pertanian sebagai basis namun memiliki pertumbuhan sektoral-lokal yang kecil
yaitu 4,51 %. Pertumbuhan sektoral dengan trend yang negatif ini memperlihatkan suatu
keadaan yang kurang baik, karena sebagai basis. Sektor pertanian memiliki kekuatan
multiplier shortrun, tapi jika pertumbuhan
sektoralnya makin lemah maka artinya
multiplier effect-nya pun makin lama makin lemah juga. Maka jika terjadi penurunan itu
akan berakibat juga pada sektor-sektor lainnya melalui backward linkage atau pun
Critical Review Perencanaan Wilayah
3
forward linkage, hal ini dapat menyebabkan kegiatan perekonomian yang kurang stabil
dan jika dibiarkan begitu saja.
b. Setor bangunan memiliki pertumbuhan pertumbuhan sektoral yang paling besar nilai
56,01 %. dengan meningkatnya pembangunan fisik maka terjadi juga peningkatan
terhadap lapangan usaha bahan galian. Sektor perdagangan juga terus mengalami
peningkatan dalam nilai penyumbang PDRB dan dengan analisis Shift Share
mempunyai pertumbuhan yang baik yaitu pada angka 46,63%.
Gambar 2. Hasil Analisis Shift Share
Sumber: Jurnal Ekonomi Wilayah, 2013
Tabel 1. Posisi Kuadran Sektor Ekonomi Kab.Kepulauan Talaud tahun 2007-2011
Posisi
Kuadran
Kuadran
Winners
Kuadran
Lossers
Kuadran
Mixed
Winners
Kuadran
Mixed
Lossers
Keterangan
Proportio
nal Shift
Different
ial Shift
Pertumbu
han di
Provinsi
positif
positif
positif
Pertumbu
han di
Kabupate
n
positif
Sektor
negatif
negatif
negatif
negatif
Bangunan dan sektor keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan
Pertanian dan jasa-jasa
negatif
positif
negatif
positif
Pertambangan dan penggalian
positif
negatif
positif
negatif
Listrik, gas dan air bersih,
perdagangan, hotel dan restoran
serta sektor
pengangkutan dan komunikasi
Sumber: Jurnal Ekonomi Wilayah, 2013
Critical Review Perencanaan Wilayah
4
Hasil Model Pendekatan Gravitasi
Pendekatan ini menggunakan ukuran jumlah penduduk dan jarak untuk menggambarkan
hubungan interaksi antara dua lokasi. Data yang diolah adalah data jarak sisi perbatasan
Governor Generoso Filipina dengan Kabupaten Kepulauan Talaud Indonesia, serta data
jumlah penduduk di sisi perbatasan Governor Generoso Filipina dan Kabupaten Kepulauan
Talaud Indonesia.
Gambar 3. Hasil Model Pendekatan Gravitasi
Sumber: Jurnal Ekonomi Wilayah, 2013
Daya tarik-menarik Miangas - Tibanban adalah 538 K satuan daya tarik, nilai ini 3,8
kali lebih kuat dari pada daya tarik-menarik Miangas - Melonguane yaitu 144 K satuan daya
tarik. bahwa interaksi sosial ekonomi kawasan perbatasan Indonesia-Filipina di Miangas
lebih kuat ke Tibanban yang ada di negara tetangga Filipina dari pada ke Melonguane
sebagai ibu kota Kabupaten. Nilai gravitasi ini menggambarkan aktivitas perekonomian di
Miangas yang lebih cenderung terjadi dengan para pedagang dari Tibanban. Transaksi
barang-barang yang masuk dari Filipina ke Miangas dapat dilakukan oleh pedagang dan
masyarakat Miangas dengan memesan barang-barang yang mereka inginkan kepada para
pedagang yang datang. Melonguane ibu kota Kabupaten Kepulauan Talaud merupakan
bagian dari perdagangan lintas batas Indonesia-Filipina, para pedagang yang membeli
barang-barang di Filipina membawanya ke Melonguane, namun daya tarik menarik
Melonguane-Governor Generoso lemah. Nilai yang kecil ini menunjukkan keadaan bahwa
aktivitas lintas batas kurang bagi masyarakat Kabupaten Kepulauan Talaud.
Untuk
pengembangan ekonomi kawasan
perbatasan,
perlunya perubahan
paradigma pengembangan perbatasan dari inward looking menjadi outward looking
merupakan suatu persepsi yang penting untuk mengubah cara pendang kawasan
perbatasan yang selama ini hanya dipandang sebagai periphery negara. Kombinasi
pendekatan kesejahteraan (prosperity approach) yang dilaksanakan serasi dengan
pendekatan keamanan (security approach) dan pendekatan lingkungan (environment
approach) untuk tetap menjaga kedaulatan negara (soveregnity) merupakan strategi
pengembangan potensi perbatasan. Melonguane sebagai kawasan perbatasan laut adalah
salah satu kota Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) yang diharapkan dapat
berperan sebagai outlet aktivitas ekonomi dan perdagangan dengan negara tetangga,
Critical Review Perencanaan Wilayah
5
pusat pelayanan bagi wilayah di sekitarnya, serta dapat mendorong optimalisasi
pemanfaatan potensi sumber daya maritime.
Kesimpulan dan Saran
Kondisi perekonomian Kabupaten Kepulauan Talaud menunjukkan trend yang
semakin baik dari tahun 2007 hingga 2011 yang sektor basisnya masih sektor pertanian.
Hasil analisis Shift Share menunjukkan bahwa Kabupaten Kepulauan Talaud akan terus
mengalami pertumbuhan ekonomi yang baik, bahkan walaupun perekonomian lokal tidak
bisa meningkatkan produktivitas namun dapat memberikan pengaruh perekonomian
Provinsi Sulawesi Utara. Kota Melonguane yang akan dikembangkan sebagai salah satu
Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) di kawasan perbatasan dengan strategi
pengembangan yang diarahkan sebagai pusat pelayanan administrasi pelintas batas untuk
meningkatkan aksesibilitas menuju sentra-sentra produksi di Kabupaten Kepulauan
Talaud, dengan jarak yang lebih dekat ke Tibanban Filipina Selatan, diharapkan bisa
memperbaiki kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan dan pembangunan
ekonomi wilayah tersebut.
Penulis telah memberikan saran untuk pihak terkait dan kelanjutan studi yang
diharapkan dapat mendukung pengembangan ekonomi wilayah di Kabupaten Kepulauan
Talaud, Sulawesi Utara.
II.
CRITICAL REVIEW
Jurnal “Kajian Pengembangan Ekonomi Wilayah Kawasan Perbatasan Antar
Negara di Kabupaten Kepulauan Talaud” secara keseluruhan penulis sudah memaparkan
permasalahan, teori yang digunakan, analisis, serta kesimpulan cukup baik. Penyampaian
pokok bahasan jurnal dilakukan secara terstruktur dan terarah. Teknik analisis yang
digunakan mampu menunjukkan keakurasian hasil dengan baik. Namun masih terdapat
beberapa kekurangan dalam jurnal, diantaranya adalah:
a. Data
Sumber data yang digunakan dalam hasil penelitian sudah ditulis dengan
lengkap sumber dan tahun data, sehingga keakurasian data cukup tinggi.
Penyajian data sudah tepat menggunakan tabel sehingga mudah dibaca.
Seperti data PDRB ADHK Kabupaten Kepulauan Talaud tahun 2009-2011, data
distribusi persentase PDRB ADHK menurut sektor Kabupaten Kepulauan
Talaud tahun 2007-2011, dan data PDRB ADHK Sulawesi Utara tahun 20072011. Serta sudah disajikannya peta lokasi wilayah penelitian yang bersumber
dari BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Talaud. Apabila peta yang ditampilkan
secara penuh tanpa pemotongan akan lebih baik, sehingga mengetahui wilayah
secara keseluruhan dengan standar tampilan peta.
Critical Review Perencanaan Wilayah
6
Gambar 4. Contoh tampilan peta “Cakupan Wilayah Kawasan Perbatasan Kalimantan”
Sumber: Jurnal Pengembangan Ekonomi Kawasan Perbatasan Negara di Kalimantan Barat, 2007
Untuk data pendukung seperti kondisi sosial masyarakat yang mampu
memempengaruhi aktifitas dan interaksi antar penduduk belum ada, akan lebih
detail datanya apabila melakukan pengambilan data secara primer untuk
mengklarifikasi data sekunder dengan data yang ada di lapangan. Apabila ada
rujukan peraturan untuk pengembangan ekonomi di wilaya perbatasan pada
tinjauan
pustaka
akan
lebih
baik
dalam
mendukung
jurnal
kajian
pengembangan ekonomi wilayah kawasan perbatasan antar negara di
kabupaten kepulauan Talaud. Karena pada dasarnya suatu kebijakan yang
mengatur tentang perencanaan tata ruang mempunyai peran penting dalam
perkembangn suatu wilayah. Berdasarkan data kebijakan yang diperoleh dari
Buku Pertama Kebijakan Strategi Nasional Pengelolaan Kawasan Perbatasan
Antar Negara di Indonesia menunjukkan bahwa beberapa status terkait batas
landas kontinen dan batas ZEE dengan Filipina belum disepakati pada tahun
2003.
Serta
dalam
pemaparan
pembangunan ekonomi nasional
oleh
BAPPENAS
terkait
KEK
dalam
dan daerah , provinsi Sulawesi Utara
termasuk dalam kawasan pengembangan ekonomi terpadu (KAPET) yang
dilatarbelakangi oleh RPJM 2 mulai tahun 2010-2014 untuk memantapkan
penataan kembali NKRI, meningkatkan kualitas SDM, membangun kemampuan
iptek, serta memperkuat daya saing perekonomian.
b. Metode Penelitian
Metode penelitian yang dipaparkan masih terdapat kekurangan, namun untuk
teknik pengambilan dan analisis data telah disampaikan dengan baik. Kerangka
Critical Review Perencanaan Wilayah
7
konseptual dan penjelasan lebih detail mengenai teknik analisis yang digunakan
akan lebih baik.
c. Analisis
Teknik analisis yang digunakan sudah cukup baik, untuk analisis yang
ditampilkan pada jurnal adalah data yang digunakan dan hasil yang didapatkan
tanpa menampilkan proses. Hal tersebut tidak mempengaruhi kualitas
penyampaian isi jurnal. Apabila dibandingkan dengan jurnal yang sejenis, bisa
menggunakan teknik analisis LQ yang mampu mendukung hasil analisis Shift
Share. Sehingga nantinya akan diperoleh hasil sektor-sektor prioritas untuk
perencanaan pengembangan ekonomi wilayah yang sesuai.
d. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan yang disampaikan oleh penulis sudah cukup menggambarkan
secara umum pembahasan isi jurnal dan saran untuk pihak terkait dan untuk
kelanjutan studi disampaikan oleh penulis.
III. LESSON LEARNED
Lesson learned yang dapat diambil dari jurnal serta critical review adalah:
a. Paradigma pengelolaan kawasan perbatasan di masa lampau sebagai ”halaman
belakang” wilayah NKRI membawa implikasi terhadap kondisi kawasan perbatasan
saat ini yang tersolir dan tertinggal dari sisi sosial dan ekonomi. Munculnya paradigma
ini, disebabkan oleh sistem politik dimasa lampau yang sentralistik dan sangat
menekankan stabilitas keamanan. Disamping itu secara historis, hubungan Indonesia
dengan beberapa negara tetangga pernah dilanda konflik, serta seringkali terjadinya
pemberontakan-pemberontakan
di
dalam
negeri.
Sudah
seharusnya
saat
ini
pemerintah mulai mengubah paradigma tersebut dan memperhatikan perkembangan
ekonomi di wilayah perbatasan antar negara, karena wilayah perbatasan antar negara
merupakan wilayah yang rentan dan harus dikembangkan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat sekitar yang merupakan hak dari seluruh masyarakat di
Indonesia.
b. Dalam mengkaji pengembangan ekonomi wilayah data yang digunakan bisa berupa
data PDRB dengan teknik olah data Shift Share untuk mengetahui pertumbuhan setiap
sektor dan apabila ingin melihat kecenderungan aktivitas masyarakat dalam kegiatan
perekonomian bisa menggunakan model pendekatan gravitasi. Dan pengembangan
ekonomi wilayah tidak terlepas dari peran dan perhatian pemerintah.
Critical Review Perencanaan Wilayah
8
DAFTAR PUSTAKA
Pangalasen, Ade Irna T. 2013. Kajian Pengembangan Ekonomi Wilayah Kawwasan
Perbatasan Antar Negara di Kabupaten Kepulauan Talaud. Universitas
Sam Ratulangi.
Bappenas. 2010. Perananan KEK dalam Pembangunan Ekonomi Nasional dan Daerah.
Kurniadi, Dendy. 2009. Strategi Pengembangan Wilayah Perbatasan Antar Negara:
Memacu Pertumbuhan Ekonomi Entikong Kabupaten Sanggau Provinsi
Kalimantan Barat. Semarang: Universitas Diponegoro.
Edyanto, CB Herman. 2007. Pengembangan Ekonomi Kawasan Perbatasan Negara di
Kalimantan Barat. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 9 No. 3
Lesperssi. 2007. Reformasi Sistem Manajemen Perbatasan Indonesia.
Critical Review Perencanaan Wilayah
9