Perfeksionisme, Prokrastinasi Akademik, dan Penyelesaian Skripsi Mahasiswa - Ubaya Repository

Perfeksionisme, Prokrastinasi Akademik, dan Penyelesaian Skripsi Mahasiswa

Vensi Anita Ria Gunawinata, Nanik, dan Hari K. Lasmono

Fakultas Psikologi, Universitas Surabaya

e-mail: vensi_arg@yahoo.com/nanik@ubaya.ac.id/arli@mitra.net.id

Abstract . The aim of this research was to find out the correlation between perfectionism and aca- demic procrastination in completing a term paper. Respondents were students (N = 232) who are working on their theses or term papers and the 2007-2008 graduates. Data were collected through (a) the Tuckman Procrastination Scale to measure academic procrastination, (b) Perfectionism Inventory to measure perfectionism, and (c) Procrastination Assessment Scale Student part II to explore the procrastination behavior. Results reveal a significant correlation between perfectionism and academic procrastination (r = 0.277). Among the three dimensions of perfectionism, the socially prescribed perfectionism and other-oriented perfectionism have a positive correlation to academic procrasti- nation.

Key words: perfectionism, academic procrastination, thesis completion, university student

Abstrak . Tujuan penelitian ini adalah mengungkap hubungan antara perfeksionisme dan prokrastinasi akademik dalam penyelesaian skripsi mahasiswa. Responden penelitian ini adalah mahasiswa (N = 232) yang sedang menyelesaikan skripsi dan lulusan semester gasal 2007-2008. data diperoleh dengan menggunakan (a) Tuckman Procrastination Scale untuk mengukur prokrastinasi akademik, (b) Perfectionism Inventory untuk mengukur perfeksionisme, dan (c) Procrastination Assessment Scale Student untuk mengetahui alasan seseorang berprokrastinasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perfeksionisme dan prokrastinasi akademik (r = 0.277). Di antara ketiga aspek perfeksionisme, socially prescribed perfectionism dan other-oriented perfectionism memiliki hubungan yang positif terhadap prokrastinasi akademik.

Kata kunci: perfeksionisme, prokrastinasi akademik, penyelesaian skripsi, mahasiswa

Proses pengerjaan skripsi seringkali menjadi membimbing mahasiswa, (c) sistem penunjang yang hambatan mahasiswa. Fenomena bottleneck ter-

kurang memadai, misalnya perpustakaan yang ku- cermin dari jumlah mahasiswa yang lulus diban-

rang lengkap, sehingga terkadang mahasiswa harus dingkan dengan jumlah yang seharusnya lulus. Jum-

mengeluarkan biaya tambahan untuk mencari lite- lah mahasiswa yang lulus umumnya lebih sedikit

ratur.

dibandingkan jumlah mahasiswa yang terlambat Mahasiswa yang merasa tidak berdaya mengha- lulus (Wijayanti, 2006). Dengan menggunakan tek-

dapi hambatan tersebut, akhirnya berusaha untuk nik Focus Group Discussion (FGD) dan wawancara

menghindar dari pengerjaan skripsi (melakukan tidak terstruktur, Kingofong (2004) menemukan 3

prokrastinasi akademik) dengan berbagai alasan. hal yang terkait erat dengan permasalahan secara

Solomon dan Rothblum (sitat dalam Binder, 2000) sistemik dalam mengerjakan skripsi. Tiga hal ter-

mendefinisikan prokrastinasi akademik sebagai pe- sebut adalah (a) kurikulum yang tidak aplikatif, ti-

rilaku maladaptif yang dilakukan oleh pelajar atau dak integratif, dan kurang melatih mahasiswa ber-

mahasiswa dalam mengerjakan tugas akademiknya. argumentasi menyebabkan mahasiswa kurang siap

Skripsi merupakan salah satu tugas akademik yang untuk mengerjakan skripsi, (b) hubungan dosen dan

menjadi fokus pada penelitian ini. Seringkali skripsi mahasiswa yang timpang terkait rasio yang tidak se-

menjadi momok bagi mahasiswa karena merupakan imbang; adapun dosen cenderung otoriter dalam

syarat kelulusan dan proses pembuatannya tidak

mudah.

Korespondensi: Vensi Anita Ria Gunawinata, Fakultas Psiko-

Prokrastinasi, menurut Lay (sitat dalam LaForge,

logi Universitas Surabaya, Jl Raya Kalirungkut, Surabaya.

2005), berarti ”the putting off of that which is neces-

PERFEKSIONISME DAN PROKRASTINASI AKADEMIK 257

sary to reach some goal, ” yang dapat diterjemah- kan bahwa prokrastinasi terutama adalah (a) bagian kan dengan penundaan terhadap hal-hal yang diper-

dari perilaku menunda, (b) menghasilkan produk lukan untuk mencapai suatu tujuan. Prokrastinasi

perilaku yang berada di bawah standar, (c) melibat- melibatkan kesadaran bahwa seseorang harus me-

kan tugas yang dianggap oleh prokrastinator sebagai lakukan suatu aktivitas, dan mungkin ingin mela-

hal yang penting untuk dilakukan, (d) menghasilkan kukan sesuatu, namun gagal untuk memotivasi diri

kondisi emosional yang mengganggu. Steel (2005a) untuk melakukan aktivitas dalam waktu yang di-

menuliskan definisi prokrastinasi sebagai “To vo- inginkan atau diharapkan (Senecal, Koestner, &

luntarily delay an intended course of action despite Vallerand, disitat dalam LaForge, 2005).

expecting to be worse-off for the delay.” Dapat di- Prokrastinasi merupakan masalah yang sangat se-

simpulkan bahwa prokrastinasi adalah perilaku me- rius yang membawa konsekuensi bagi pelaku pro-

nunda-nunda secara sukarela terhadap pekerjaan krastinasi (prokrastinator). Konsekuensi dari peri-

yang sudah terjadwal dan penting untuk dilakukan laku prokrastinasi menimbulkan pro dan kontra se-

sehingga menimbulkan konsekuensi secara emosio- cara psikologis maupun fisiologis. Beberapa peneliti

nal, fisik, dan akademik.

menemukan konsekuensi positif dan konsekuensi Banyak penelitian yang telah dilakukan dalam negatif dari perilaku prokrastinasi. Simpulan yang

beberapa tahun terakhir yang menunjukkan bahwa didapat dari beberapa literatur, konsekuensi negatif

prokrastinasi adalah masalah yang lebih umum ter- dapat dibedakan menjadi dua, yaitu internal dan

jadi di dunia akademis (Ellis & Knaus, disitat dalam eksternal. Secara internal, prokrastinasi dapat me-

LaForge, 2005). Komitmen, tenggat waktu, dan jad- nyebabkan rasa frustrasi, marah, dan bersalah. Se-

wal merupakan karakteristik aktivitas individu se- cara eksternal, prokrastinasi berkorelasi negatif de-

hari-hari dalam berbagai area. Froelich (sitat dalam ngan prestasi akademik (berdasarkan meta-analisis r

Steel, 2002) menyebutkan ada 6 area masalah pro- = -0.27; Sia, 2006), hilangnya kesempatan, hilang-

krastinasi, yaitu area rumah tangga, keuangan, per- nya waktu dengan sia-sia. Prokrastinator cenderung

sonal, sosial, pekerjaan, dan sekolah. memiliki prestasi akademik yang rendah dan ter-

Dalam ruang lingkup rumah tangga, misalnya, lambat lulus/menyelesaikan skripsi (Surijah & Sia,

seorang pembantu rumah tangga yang menunda 2007). Konsekuensi positif prokrastinasi bersifat

pekerjaan seperti menunda mencuci piring sehingga sementara, yaitu dapat mengatasi stres dan bad

menyebabkan cucian menumpuk. Dalam ruang ling- mood namun hanya untuk sementara waktu.

kup pekerjaan, misalnya, seorang sekretaris yang menunda pembuatan laporan, sehingga laporan ter- sebut tidak dapat terselesaikan tepat waktu. Dalam

Prokrastinasi

ruang lingkup sekolah atau akademik, misalnya, mahasiswa yang menunda pengerjaan skripsi se-

Definisi dan Proses Prokrastinasi hingga menunda kelulusan tepat waktu.

Menurut Lay (sitat dalam LaForge, 2005) pro- krastinasi adalah menunda apa yang perlu dilakukan

Faktor Penyebab Prokrastinasi untuk mencapai tujuan tertentu hingga beberapa

waktu ke depan karena hal tersebut dirasakan berat, Prokrastinasi merupakan hasil kombinasi (a) ke- tidak menyenangkan, atau kurang menarik (Schafer,

tidakpercayaan akan kemampuannya untuk melaku- disitat dalam Pahala, 2004). Steel (2002) mengata-

kan suatu tugas (Bandura, disitat dalam Tuckman, kan bahwa prokrastinasi bukan saja komponen dari

1998), (b) ketidakmampuan untuk menunda kese- menunda, tetapi juga menunda tugas yang terjad-

nangan, dan (c) menyalahkan sesuatu di luar dirinya wal, yang prioritas atau yang penting untuk dilaku-

untuk kesalahan yang dilakukannya (Ellis & Knaus; kan. Seseorang akan menunda tugas dengan priori-

Tuckman, disitat dalam Tuckman, 1998). Berkem- tas tinggi jika tersedia perilaku lain yang membe-

bangnya perilaku prokrastinasi dipengaruhi oleh be- rikan reward dengan segera dan kerugian yang ren-

berapa faktor. Empat faktor utama yang mendukung dah.

perilaku prokrastinasi menurut Steel (2003) antara Milgram (sitat dalam Pychyl, 2001) menunjuk-

lain sebagai berikut.

GUNAWINATA, NANIK, DAN LASMONO

Fenomenologi prokrastinasi. Ini adalah inten- kepribadian saja, penelitian telah memperkirakan ded-action gap , mood, dan kinerja (Steel, 2003). O-

faktor demografi dari prokrastinasi. Seharusnya pro- rang yang melakukan prokrastinasi pada awalnya

krastinasi menurun saat seseorang menjadi lebih tidak bermaksud untuk menunda. Ia memiliki niat

berumur dan telah belajar dari pengalaman. untuk menyelesaikan tugas, tetapi kemudian ia me-

Faktor lainnya adalah pola atribusi seseorang. nundanya. Seseorang menghindari cemas dan me-

LaForge (2005) meneliti prokrastinasi akademik ningkatkan kinerja dengan melakukan prokrastinasi.

pada mahasiswa bisnis dengan metode explanatory Dengan melakukan prokrastinasi, mereka dapat me-

style . Explanatory style adalah variabel kognitif ngeluarkan seluruh kemampuan fisik dan kognitif

kepribadian yang dikenali dalam learned helpless- ketika tenggat waktu mendekat.

ness dan depresi, yang diukur dari respon seseorang Karakteristik tugas. (a) Waktu pemberian re-

terhadap kejadian negatif. Umumnya, explanatory ward dan punishment. Samuel Johnson (sitat dalam

style menggunakan istilah atribusi dan merujuk pa- Steel, 2003) berpendapat bahwa temporal proximity

da karakter seseorang dalam menjelaskan kejadian sebagai penyebab alami prokrastinasi. Prokrastinasi

negatif dalam 3 dimensi kausalitas: locus (internal akan menurun ketika tugas semakin dekat (temporal

atau eksternal), stability (stabil atau tidak stabil), proximity ). Menurut Samuel, temporal proximity

dan globality (global atau spesifik) (Peter & Selig- sebagai “to be most solicitous for that which is by

man, disitat dalam LaForge, 2005). its nearness enabled to make the strongest impres-

Hasil penelitian LaForge (2005) menunjukkan sions, ” yang artinya kecemasan yang paling besar

bahwa pesimistik yang berupa locus (internal), sta- saat-saat terakhir menimbulkan kesan yang kuat; (b)

bility (stabil), dan globality (global) terhadap keja- Task aversiveness . Banyak hal yang dapat membuat

dian yang buruk, tidak memiliki peran dalam mun- orang menunda mengerjakan tugas. Ketika suatu tu-

culnya perilaku prokrastinasi. Tetapi, subjek yang gas dirasa tidak menyenangkan, orang cenderung

cenderung menyalahkan diri sendiri terhadap hasil menghindari tugas yang aversif tersebut. Hal inilah

akademik yang rendah, menunjukkan tingginya yang disebut dengan task aversiveness.

prokrastinasi dibandingkan dengan yang menyalah- Perbedaan individual. Steel (2003) meneliti 5

kan orang lain atau peristiwa. Subjek yang merasa tipe kepribadian, yaitu Neuroticism, Extraversion,

stresor yang mereka hadapi dapat dikontrol memi- Agreeableness, Openness to experience, dan Cons-

liki tingkat prokrastinasi yang tinggi, dibandingkan cientiousness . Tipe kepribadian openness to expe-

dengan subjek yang merasa stresor yang mereka rience tidak berkorelasi dengan prokrastinasi, se-

hadapi tidak terkontrol. Dari hasil analisis regresi dangkan agreeableness memiliki korelasi negatif

ditemukan bahwa controllability merupakan predik- dengan prokrastinasi. Tipe kepribadian conscien-

tor positif prokrastinasi, yaitu semakin terkontrol- tiousness merupakan prediktor negatif terkuat ter-

nya suatu kejadian negatif, semakin meningkatkan hadap perilaku prokrastinasi. Komponen impul-

perilaku prokrastinasi. Adapun tingkat kepentingan siveness dari tipe kepribadian extraversion juga

suatu kejadian negatif menjadi prediktor negatif dipercaya memainkan peran dalam perilaku pro-

prokrastinasi, yaitu semakin tidak penting suatu ke- krastinasi. Dari studi literatur yang dilakukan bebe-

jadian negatif, semakin meningkat perilaku pro- rapa peneliti, disimpulkan bahwa neuroticism ada-

krastinasi.

lah sumber utama prokrastinasi. Peneliti berpenda- Faktor lain yang memengaruhi perilaku prokras- pat bahwa orang melakukan prokrastinasi pada tu-

tinasi adalah rasionalisasi. Tuckman (2002) melaku- gas karena mereka aversif atau penuh tekanan, dan

kan penelitian tentang dukungan kognitif terhadap orang yang sering merasakan pengalaman stres akan

perilaku prokrastinasi yaitu berupa rasionalisasi. melakukan prokrastinasi lebih banyak. Namun,

Rasionalisasi merupakan pikiran yang membantu Steel (2003) menemukan hasil korelasi yang lemah

prokrastinator untuk melakukan penundaan secara antara neuroticism dan prokrastinasi, kecuali self-

logis. Pikiran demikian berupa wishfull thinking, efficacy memiliki korelasi negatif yang kuat dengan

yaitu prokrastinator mengharapkan hasil yang po- prokrastinasi.

sitif dari perilaku yang disfungsional, seperti peri- Demografi. Munculnya perilaku prokrastinasi

laku menunda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di populasi tidak hanya disebabkan oleh sifat-sifat

secara keseluruhan prokrastinasi pada tingkat yang

PERFEKSIONISME DAN PROKRASTINASI AKADEMIK 259

rendah kurang menggunakan rasionalisasi, diban- berkaitan dengan prokrastinasi walaupun korelasi- dingkan dengan tingkat prokrastinasi yang sedang

nya sangat lemah. Hasil temuan yang dikemukakan sampai tinggi. Sementara tingkat prokrastinasi yang

oleh Steel (2002; 2003; 2005a) menimbulkan kritik sedang dan tinggi tidak berbeda secara signifikan.

dari peneliti lainnya. Pychyl (sitat dalam Ravn, Rasionalisasi yang paling signifikan digunakan oleh

2007) menyebutkan bahwa saat ini sudah mulai ba- prokrastinator adalah “Saya sulit memulai,” “Saya

nyak penelitian yang menunjukkan bahwa ada hu- menunggu waktu yang tepat untuk melakukannya,”

bungan antara perfeksionisme dan prokrastinasi. “Saya tahu saya dapat menyelesaikannya di menit

Baik prokrastinator dan non-prokrastinator adalah terakhir.”

perfeksionis dengan alasan yang berbeda (Ferrari, Pada penelitian tentang perfeksionisme dan pro-

disitat dalam Ravn, 2007). Variasi hasil penelitian krastinasi sebelumnya telah ditemukan hasil yang

inilah yang menimbulkan rasa keingintahuan bervariasi. Ada beberapa penelitian yang mendu-

peneliti akan hubungan perfeksionisme dan prokra- kung bahwa ada hubungan antara perfeksionisme

stinasi akademik, tepatnya di kalangan mahasiswa. dan prokrastinasi. Di samping itu, juga terdapat pe-

Flett, Blankstein, Hewitt, Koledin (1992) dan nelitian yang menemukan tidak ada hubungan an-

Martin (sitat dalam Seipal & Apigian, 2005) mene- tara perfeksionisme dan prokrastinasi.

mukan aspek-aspek tertentu dari perfeksionisme Onwuegbuzie dan Jiao (2000) mengatakan bah-

yang dapat mengarahkan kepada tujuan yang tidak wa ada beberapa penelitian yang menunjukkan kai-

dapat dicapai dan mengarah pada prokrastinasi. Hal tan antara prokrastinasi akademik dan perfeksionis-

ini terlihat dalam salah satu skala pengukuran per- me dalam usaha untuk menghasilkan sesuatu yang

feksionisme yaitu Almost Perfect Scale yang memi- sempurna. Hal ini merupakan kecenderungan dari

liki 4 butir berkaitan dengan prokrastinasi (Slaney, self-oriented perfectionism . Adapula seseorang

Ashby, & Trippi, disitat dalam Steel, 2003). Stober yang ingin menunjukkan kesan pada orang lain me-

dan Joormann (2001) menemukan bahwa kekhawa- lalui usaha yang dilakukannya, yang berkenaan de-

tiran memiliki korelasi dengan perfeksionisme dan ngan socially prescribed perfectionism. Onwuegbu-

prokrastinasi. Perfeksionis yang sangat peduli de- zie dan Jiao juga menemukan bahwa hubungan an-

ngan kesalahan dan keragu-raguan yang berlebihan, tara prokrastinasi akademik dengan library anxiety

ikut bertanggungjawab membentuk worrier’s pro- dimediasi oleh tingkat perfeksionisme atau sebalik-

crastinator .

nya. Relasi antara perfeksionisme dan library anxie- Salah satu faktor yang memengaruhi munculnya ty dimediasi oleh prokrastinasi akademik. Perfeksio-

perilaku prokrastinasi akademik adalah perfeksio- nis menuntut segalanya serba sempurna dan terka-

nisme (Burka & Yuen, 1989; Gordon, 2003; Shind- dang memiliki harapan yang tidak realistik (Gor-

ler & Weinstein, 2006; Pryor, 2003). Burka dan don, 2003). Perfeksionisme membuat seseorang

Yuen (sitat dalam Flett, Blankstein, Hewitt, & Ko- enggan menyelesaikan tugas karena merasa tidak

ledin, 1992) mengklaim bahwa prokrastinator mem- mampu mencapai standar yang tinggi.

buat keinginan yang tidak realistis terhadap diri me- Haycock (sitat dalam Steel, 2003) mengatakan

reka sendiri. Burka dan Yuen melihat prokrastina- hanya 7% orang yang melaporkan perfeksionisme

tor banyak mengekspresikan karakteristik secara memberi kontribusi pada prokrastinasi mereka.

kognitif yang berhubungan dengan perfeksionisme, MacNaughton (2001) menunjukkan bahwa perfek-

misalnya kecenderungan untuk mendukung penting- sionisme dan prokrastinasi berhubungan melalui

nya continual success (sukses yang berkelanjutan). socially prescribed perfectionists . Keen (2007)

Perfeksionisme yang destruktif atau neurotik da- menemukan bahwa 66% siswa di tingkat 6, 14.3%

pat mengarah pada prokrastinasi, kecemasan pada siswa di tingkat 7, dan 27.3% siswa di tingkat 8

tingkat yang tinggi, kesendirian, dan kegagalan yang memiliki socially prescribed perfectionists

(Ashby, Mangine, & Slaney, disitat dalam Pingree, juga memiliki kecenderungan prokrastinasi yang

1999). Seseorang yang perfeksionis menuntut sega- tinggi.

lanya serba sempurna dan terkadang memiliki hara- Steel (2003) menemukan bahwa perfeksionisme

pan yang tidak realistik (Gordon, 2003). Perfeksio- tidak berkorelasi secara signifikan dengan prokras-

nisme membuat seseorang enggan menyelesaikan tinasi. Hanya other-oriented perfectionism yang

tugas karena merasa tidak mampu mencapai standar

GUNAWINATA, NANIK, DAN LASMONO

yang tinggi. Menurut Beswick, Rothblum, dan luasi kualitas pribadi diri sendiri secara ekstrem. Pe- Mann; Flett, Hewitt, Blankstein, dan Koledin (sitat

mikiran “Bila saya tidak begini maka saya bukan dalam Flett, Blankstein, Hewitt, & Koledin, 1992),

apa-apa sama sekali” merupakan dasar dari perfek- salah satu jembatan penghubung antara perfeksio-

sionisme yang menuntut kesempurnaan. Perfeksio- nisme dan prokrastinasi adalah keyakinan yang ira-

nisme merupakan salah satu hasil dari distorsi kog- sional.

nitif (Burns, disitat dalam Wulandari, 2002). Se- Dalam penelitian kualitatif oleh Kingofong

orang perfeksionis melihat dunianya sebagai all (2004), perfeksionisme menjadi salah satu alasan

or nothing , hitam atau putih.

mahasiswa menunda mengerjakan skripsinya. Ada Menurut Horney (sitat dalam Alwisol, 2004), mahasiswa yang menyiapkan semua bahan materi

perfeksionisme merupakan salah satu aktualisasi dan argumen hingga matang, baru diserahkan

diri ideal yang memiliki 3 aspek, yaitu pencarian kepada dosen pembimbing, agar tiap kali bimbingan

keagungan yang neurotik, penuntut yang neurotik, pembimbing sudah menyetujuinya. Ada mahasiswa

dan kebanggaan neurotik. Untuk mengaktualisasi- yang merasa tidak puas jika skripsinya sederhana,

kan diri idealnya, seseorang mengembangkan need menjadi terlalu idealis, dan ingin membuat sebuah

for perfection , yaitu dorongan untuk menggabung- masterpiece karena skripsi dipandang sebagai buku

kan keseluruhan kepribadian ke dalam diri ideal se- pertama yang pernah dibuat. Akibatnya, mahasiswa

cara neurotik, sehingga menjadi tidak puas dengan tersebut menunda-nunda penyelesaian skripsi dan

sedikit perubahan, tidak menerima sesuatu yang be- lulus tidak tepat waktu.

lum sempurna.

Perfeksionisme itu sendiri dapat dipahami mela- Mereka meraih kesempurnaan dengan memba-- lui tiga dimensi, yaitu self-oriented perfectionism,

ngun seperangkat ”keharusan” dan ”ketidakharus- other-oriented perfectionism , dan socially prescri-

an” yang kompleks. Ini yang kemudan dinamakan bed perfectionism (Hewitt, 2004; Hewitt & Flett,

oleh Horney “tyranny of the should.” Berjuang me- disitat dari Pingree, 1999). Self-oriented perfectio-

nuju gambaran kesempurnaan yang khayal, mereka nism dicirikan dengan membuat standar dan tujuan

secara tidak sadar mengatakan kepada dirinya sen- yang kaku untuk diri sendiri dan kecenderungan un-

diri “Lupakan bahwa kamu itu nyatanya makhluk tuk berusaha keras mencapai kesempurnaan semen-

yang memalukan, inilah bagaimana kamu yang se- tara berusaha untuk menghindari kegagalan. Other-

harusnya.” Pemikiran ini menyebabkan individu ta- oriented perfectionism difokuskan pada keyakinan

kut terhadap kesalahan atau ketidaksempurnaan apa dan harapan seseorang terhadap kemampuan orang

pun, sehingga untuk selanjutnya individu akan me- lain. Yang ditekankan adalah orang lain harus men-

mandang dirinya sebagai pribadi yang kalah total, jadi sempurna dan memiliki standar yang tidak rea-

dan individu akan merasa tidak berdaya. listis terhadap orang lain. Socially prescribed per-

Seseorang membuat standar yang sangat tinggi fectionism merupakan pemenuhan kebutuhan untuk

untuk perilakunya, misalnya mencoba untuk men- mencapai standar dan harapan yang diberikan oleh

jadi suami/istri/teman yang sempurna. Penyimpang- lingkungan sosialnya, terutama yang ditentukan o-

an dari standar ini akan menyebabkan self-criticism, leh significant others (orang tua, sekolah, atau ma-

memengaruhi mood, dan mengganggu relasi yang syarakat).

berusaha dipertahankan. Perfeksionis menciptakan pikiran yang tidak realistis dan tekanan yang sebe- narnya membuatnya menderita. Pikiran tersebut

Perfeksionisme

adalah (Romas & Sarma, disitat dalam Pahala, 2004): (a) saya harus sempurna untuk setiap apa Definisi Perfeksionisme yang saya kerjakan, (b) saya seharusnya tidak mem- buat kesalahan, demikian pula orang lain, (c) saya

Murray (sitat dalam Alwisol, 2004) menambah- berusaha keras untuk melakukan yang benar, saya kan seseorang yang mengalami icarus complex,

pantas terhindar dari frustrasi dan kesulitan hidup, akan memasang tujuan terlalu tinggi dan mengem-

(d) selalu ada satu cara yang benar untuk menyele- bangkan ambisi yang berlebihan. Pemikiran ini me-

saikan sesuatu, (e) jika saya melakukan kesalahan rujuk pada kecenderungan individu untuk mengeva-

maka hancurlah segalanya, (f) bilamana seseorang

PERFEKSIONISME DAN PROKRASTINASI AKADEMIK 261

tidak melakukan sebagaimana seharusnya mereka interpersonal dari perfeksionisme yang melibatkan lakukan, mereka adalah manusia yang buruk, (g)

keyakinan dan harapan akan kemampuan orang la- jika saya tidak melakukannya dengan sempurna,

in. Perilaku sempurna harus dimunculkan oleh o- saya pantas menghukum diri sendiri, (h) jika saat ini

rang lain, organisasi, dan masyarakat. Perfeksionis saya tidak melakukannya dengan sempurna, maka

cenderung menjadi kritikal ketika mereka menge- saya harus bisa sempurna di lain waktu, (i) saya ha-

tahui bahwa orang lain tidak dapat memenuhi hara- rus sempurna atau saya seorang yang gagal.

pan mereka secara sempurna. Perfeksionis ini me- Jadi, dapat disimpulkan bahwa perfeksionisme

nimbulkan perasaan dan pikiran yang berkaitan de- adalah aktualisasi diri ideal dengan ambisi dan tu-

ngan permusuhan dengan orang lain, autoritarianis- juan yang terlalu tinggi, tuntutan kesempurnaan

me, dan perilaku dominan (Hewitt & Flett, disitat yang berlebihan, serta tidak dapat menerima sesuatu

dalam Ferrari, Johnson, & McCown, 1995). yang tidak sempurna.

Socially prescribed perfectionist . Perfeksionis yang merupakan hasil bentukan dari lingkungan sosialnya karena mereka yakin orang lain memiliki

Aspek Perfeksionisme standar yang tidak realistis dan motif perfeksionistik terhadap perilakunya. Orang lain akan puas hanya

Di awal tahun 1990-an, konsep tentang perfek- ketika standar tersebut tercapai. Perfeksionis mene- sionisme masih dianggap satu dimensi yaitu difo-

rima orang lain untuk mengontrol dirinya. Orang kuskan pada self-directed cognition (Pingree, 1999).

lain yang dimaksud adalah significant others terma- Ferrari, Johnson, dan McCown (1995) mengatakan

suk orangtua, sekolah, atau masyarakat. Seringkali dimensi tersebut hanya keyakinan akan tingginya

kontrol dari lingkungan dijadikan dogma atau kode standar personal. Perfeksionisme dipandang sebagai

yang telah terinternalisasikan yang tidak disadari standar performansi yang tidak realistik dan usaha

oleh perfeksionis. Misalnya pada anak berbakat, untuk merealisasikan standar tersebut, lalu gagal,

lingkungan sosial percaya bahwa anak berbakat ti- kemudian mengevaluasi diri, dan cenderung melihat

dak akan melakukan kesalahan. hasil akhir dengan standar yang kaku. Gagal atau

Hill, Huelsman, Furr, Kibler, Vicente, & Kenne- sukses. Akhir-akhir ini, peneliti mulai menyadari

dy, (2004). menunjukkan bahwa dalam aspek yang bahwa perfeksionisme adalah konstruk multidimen-

diberikan dalam mengukur perfeksionisme oleh sional yang di dalamnya terdapat komponen perso-

Flett dan Hewitt dan juga Frost, terdapat banyak nal dan komponen sosial.

kesamaan (lihat Tabel 1). Dengan menggabungkan Ada berbagai macam aspek perfeksionisme. Para

aspek-aspek dari Flett dan Hewitt serta Frost, lalu peneliti terdahulu telah menyebutkan lebih dari 20

menambahkan beberapa indikator, Hill et al. me- aspek perfeksionisme (Fletcher, 2005), namun He-

ngembangkan suatu pengukuran baru terhadap per- witt dan Flett (sitat dalam Schouwenburg, Lay, Py-

feksionisme, yaitu the perfectionism inventory, yang chyl, & Ferrari, 2004; Ferrari, Johnson, & McCown,

terdiri atas delapan aspek. Perpaduan yang baik an- 1995) membaginya menjadi 3 aspek, yaitu:

tara kedua Multidimensional Perfectionism Scale Self-oriented perfectionist . Merupakan kompo-

dari Flett dan Hewitt serta Frost memberikan suatu nen personal dari perfeksionisme, seseorang mem-

pengukuran baru terhadap perfeksionisme yang le- buat standar yang sangat tinggi dan tidak realistis

bih lengkap dan kaya.

untuk kinerja dan perilaku mereka, serta motivasi Tabel 1 adalah aspek perfectionism inventory yang kuat untuk menjadi sempurna. Perfeksionis

bersama kaitannya dengan aspek dari multidimen- akan menghabiskan berjam-jam bekerja, hanya un-

sional perfectionism scale Flett dan Hewitt, serta tuk membuang hasil karyanya dan membuat ulang

Frost (sitat dari Hill et al.).

karena karya tersebut tidak sempurna, walaupun Terdapat dua penelitian terdahulu yang memba- orang lain menganggap karya itu bagus. Hal ini di-

has prokrastinasi akademik di Fakultas Psikologi lakukan berulang kali sehingga menghabiskan ener-

Universitas Surabaya (FPsi.U) yang menjadi setting gi, waktu, dan mengikis self-esteem mereka sehing-

penelitian kali ini. Pertama, Kingofong (2004) yang

ga rentan mengalami depresi. berfokus pada faktor penghambat skripsi, memba- Other-oriented perfectionist . Merupakan dimensi

has prokrastinasi akademik sebagai hambatan ma-

GUNAWINATA, NANIK, DAN LASMONO

Tabel 1 Aspek Perfectionism Inventory dan Aspek Multidimensional Perfectionism Scale

Aspek PI

Aspek MPS Hill et al

Aspek MPS

Hewitt dan Flett

Frost

Concern over mistake High standards for others

Concern over mistake

Other-oriented perfectionism

Need for approval

Socially prescribed

perfectionism

Organization Perceived parental Pressure

Organization

Parental criticisms, Parental expectation Planfulness

Concern over mistake, Doubts about action Striving for excellence

Rumination

Self-oriented perfectionism

Personal standards

hasiswa dalam menyelesaikan skripsi. Kedua, me- sitif atau negatif. Perfeksionisme yang negatif ditan- lalui penelitian kualitatif dipaparkan bagaimana

dai dengan adanya keinginan untuk mencapai ke- gambaran psikologis seorang prokrastinator (Pa-

unggulan yang luar biasa, ketakutan akan kegagalan hala, 2004). Adapun penelitian ini membahas hu-

yang tinggi, adanya perasaan inferior ketika gagal bungan perfeksionisme dan prokrastinasi akademik

mencapai tujuan, merasa tidak puas dengan hasil dalam proses penyelesaian skripsi mahasiswa, kare-

dan kinerja mereka, dan membuat standar yang sa- na berbagai penelitian terdahulu tentang perfeksio-

ngat tinggi.

nisme dan prokrastinasi menghasilkan simpulan Perfeksionisme dapat berhubungan dengan pro- yang bervariasi. Pada penelitian yang tidak mendu-

krastinasi akademik dalam dua cara. Yang pertama, kung hubungan perfeksionisme dan prokrastinasi

tekanan dan tuntutan yang tinggi serta perasaan in- akademik dikatakan lemahnya atau tidak adanya

ferioritas menyebabkan perfeksionis cenderung ber- korelasi perfeksionisme dan prokrastinasi. Sebalik-

usaha menghindari tugas tersebut. Tuckman (2003) nya, penelitian yang mendukung hubungan perfek-

mengatakan bahwa seorang prokrastinator adalah sionisme dan prokrastinasi akademik mengatakan

pencari kesenangan dan berusaha menghindar dari bahwa ada korelasi antara perfeksionisme dan pro-

hal-hal yang menekan mereka. Oleh karena itu, se- krastinasi. orang yang perfeksionis dapat melakukan prokras- tinasi sebagai coping terhadap tuntutan dan tekanan yang ia rasakan. Seringkali mahasiswa memandang

Perfeksionisme dan Prokrastinasi

penulisan suatu karya ilmiah atau skripsi sebagai

Akademik momok. Perfeksionis yang takut gagal dalam me-

nyusun suatu karya ilmiah yang sempurna, akan Perilaku prokrastinasi sebenarnya merupakan pe-

berusaha menghindari dan menunda penyelesaian rilaku yang telah lama ada dan dapat terjadi dalam

skripsinya hingga detik-detik terakhir. Dengan de- berbagai bidang dan situasi. Prokrastinasi akademik

mikian, ia dapat menyalahkan sesuatu di luar diri- merupakan suatu penundaan terhadap tugas akade-

nya dan merasa bebas dari tekanan-tekanan irasio- mik yang penting untuk dilakukan dan menimbul-

nalnya (misalnya, waktu yang tidak cukup untuk kan konsekuensi tertentu bagi prokrastinator itu sen-

membuat karya yang sempurna). diri. Ada banyak faktor yang menyebabkan perilaku

Yang kedua, seorang perfeksionis yang menuntut prokrastinasi akademik, salah satunya adalah per-

kesempurnaan akan cenderung mengumpulkan in- feksionisme. Perfeksionisme merupakan salah satu

formasi sebanyak-banyaknya dalam menentukan hasil dari distorsi kognitif yang menuntut adanya

suatu pilihan atau karya yang sempurna. Perfeksio- kesempurnaan (Burns, disitat dari Wulandari,

nis akan terus menunda mengerjakan tugasnya agar 2002).

dapat menghasilkan karya yang sempurna tanpa ca- Perfeksionisme dapat berupa perfeksionisme po-

cat. Hal ini merujuk pada decisional procrastination

PERFEKSIONISME DAN PROKRASTINASI AKADEMIK 263

(penundaan dalam pengambilan putusan) yang di- penelitian ini adalah seluruh mahasiswa yang me- kemukakan oleh Ferari, Johnson, dan McCown

ngambil mata kuliah skripsi dan wisudawan lulusan (1995). Dalam membuat suatu academic writing

semester gasal 2007-2008 (periode I-2007). Subjek seperti skripsi dibutuhkan pemahaman yang baik

dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 kelompok be- terhadap topik yang diteliti, caranya adalah dengan

sar, yaitu mahasiswa yang mengambil mata kuliah mencari dan membaca sumber informasi sebanyak

skripsi dan wisudawan lulusan semester gasal 2007- mungkin. Seorang perfeksionis yang menuntut

2008 (periode I – 2007). Mahasiswa skripsi dibagi menghasilkan karya yang sempurna akan mengum-

lagi menjadi 2 kelompok, yaitu mahasiswa skripsi pulkan sebanyak mungkin informasi. Ketika perfek-

yang telah menyerahkan proposal ke tata usaha ba- sionis masih belum merasa cukup banyak mengum-

gian skripsi dan mahasiswa yang belum menyerah- pulkan informasi maka perfeksionis akan menunda

kan proposal ke tata usaha bagian skripsi. Secara pengerjaan skripsinya. Dalam hal ini, seseorang

garis besar, populasi dalam penelitian ini terdiri atas yang perfeksionis melakukan prokrastinasi akade-

3 kelompok, yaitu (a) lulusan semester gasal (maha- mik dalam menyelesaikan skripsi.

siswa lulus), (b) mahasiswa skripsi yang telah me- Penelitian mengenai perfeksionisme dan perilaku

nyerahkan proposal ke tata usaha (mahasiswa pro- prokrastinasi selama ini menunjukkan hasil yang

posal), (c) mahasiswa skripsi yang belum menye- bervariasi. Itulah sebabnya peneliti merasa perlu

rahkan proposal ke tata usaha (mahasiswa belum memperjelas bagaimana hubungan perfeksionisme

proposal).

dan perilaku prokrastinasi akademik. Diharapkan Tiga kelompok sampel penelitian diberi kategori temuan ini akan lebih memperkaya pengetahuan

untuk setiap durasi proses pengerjaan skripsi. Pro- tentang hubungan perfeksionisme dan prokrastinasi

ses pengerjaan skripsi di mulai dari KRS yaitu me- akademik. Adapun hipotesis yang diajukan adalah

lakukan input mata kuliah skripsi, kemudian maha- ada korelasi yang signifikan antara perfeksionisme

siswa menyerahkan proposal penelitian ke tata usa- dengan prokrastinasi akademik dalam menyelesai-

ha untuk mendapatkan kartu bimbingan dan surat kan skripsi.

tugas penelitian (KRS-Prop). Setelah itu proses me- Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara

ngerjakan skripsi dilakukan hingga lulus atau hing- empirik hubungan antara perfeksionisme dan pro-

ga sekarang (Prop-Lulus bagi mahasiswa lulus dan krastinasi akademik. Adapun, penelitian ini berman-

Prop-Skrg bagi mahasiswa dengan proposal). Maha- faat untuk menjadi studi awal untuk menanggulangi

siswa yang belum menyerahkan proposal proses pe- fenomena prokrastinasi akademik di kalangan ma-

ngerjaan skripsi dilihat dari KRS hingga sekarang hasiswa, selain itu dapat memperkuat argumen yang

(1 November 2007) (KRS-Skrg). Proses pengerjaan masih tidak stabil antara perfeksionisme dan pro-

skripsi dihitung dalam hitungan bulan, kemudian di- krastinasi akademik.

konversikan ke dalam hitungan semester. Kategori tersebut terdiri atas (a) cepat, yaitu pro- ses berlangsung selama kurang dari 1 semester, (b)

Metode

tepat, yaitu proses berlangsung selama 1 hingga 2 semester, (c) lambat, yaitu proses berlangsung lebih

Prokrastinasi akademik diukur dengan menggu- dari 2 semester. Jadi, tiap-tiap kelompok subjek me- nakan skala Tuckman Procrastination Scale (TPS)

miliki durasi proses pengerjaan skripsinya beserta yang memiliki reliabilitas 0.86 (Tuckman, 1998).

kategorinya (cepat/tepat/lambat). Berikut distribusi Sementara perfeksionisme diukur melalui skala

frekuensi kelompok subjek penelitian berdasarkan psikologik yaitu adaptasi dari The Perfectionism

kategori dan durasi proses pengerjaan skripsi (lihat Inventory (PI) yang memiliki reliabilitas 0.83 (Hill

Tabel 2).

et al , 2004). Sebagai data tambahan, peneliti meng- Berdasarkan durasi KRS hingga sekarang dapat gunakan Procrastination Assessment Scale Student

disimpulkan bahwa terdapat 10 orang mahasiswa bagian II (PASS) untuk mengetahui alasan sese-

yang lulus dengan durasi lambat, 81 orang maha- orang melakukan prokrastinasi (Solomon & Roth-

siswa lambat dalam menyerahkan proposal pene- blum, 1988).

litian ke tata usaha, 17 orang mahasiswa terhitung Populasi dan sekaligus menjadi seluruh sampel

lambat sejak KRS hingga sekarang belum menye-

GUNAWINATA, NANIK, DAN LASMONO

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Kelompok Sampel Penelitian dan Kategorinya

Mahasiswa lulus

2 9 18 10 Mahasiswa proposal

81 Mahasiswa belum Proposal

Ket: Mahasiswa lulus = lulusan semester gasal; Mahasiswa proposal = mahasiswa skripsi yang telah menyerahkan proposal ke tata usaha; Mahasiswa belum proposal = mahasiswa skripsi yang belum menyerahkan proposal ke tata usaha; KRS-Prop = durasi input mata kuliah skripsi hingga menyerahkan proposal ke tata usaha; Prop-Lulus (Prop-Skrg) = durasi mengerjakan skripsi dilakukan hingga lulus atau sekarang; KRS-lulus = durasi input mata kuliah skripsi hingga lulus; KRS-Skrg = durasi input mata kuliah skripsi hingga sekarang.

rahkan proposal penelitian ke tata usaha. pada skala PASS, butir nomor 12 dipertahankan (ti- Pengambilan data dilakukan dengan mengguna-

dak digugurkan) agar dapat mewakili aspek yang kan skala likert dalam distribusi respon lima pilihan

diukurnya. Alasan mempertahankan butir nomor 12 jawaban, yaitu STS (Sangat Tidak Setuju), TS (Ti-

adalah nilai korelasinya lebih tinggi yaitu sebesar dak Setuju), R (Ragu-ragu), S (Setuju), dan SS (Sa-

0.23 daripada nilai korelasi butir nomor 18 yaitu ngat Setuju). Ketiga skala ini lalu dikumpulkan da-

sebesar 0.19.

lam suatu program Tes Kesiapan Skripsi. Terhadap skala prokrastinasi (TPS) dan perfeksionisme (PI) pernah dilakukan uji coba sekali. Skala TPS terdiri

Hasil

atas 35 butir, skala PI terdiri atas 59 butir, skala PASS terdiri atas 26 butir. Setelah dilakukan uji

Deskripsi Data Penelitian

coba, pada skala TPS dan PI dilakukan modifikasi blueprint dengan membuang butir yang gugur, me-

Berikutnya adalah deskripsi data tiap-tiap varia- nambahkan beberapa butir, dan menambah serta

bel penelitian. Kategori skor perfeksionisme dilaku- menggabungkan aspek yang diukur (lihat Lampiran

kan dengan perhitungan rata-rata (mean ideal) se-

1, 2, dan 3). besar 144 dan simpangan baku (SD ideal) sebesar Pada Tabel 3, dapat dilihat simpulan uji reliabi-

32. Berikut kategori skor perfeksionisme pada sam- litas uji coba terpakai dengan menggunakan alpha

pel penelitian.

cronbach pada pengukuran masing-masing. Dapat Tabel 4 menunjukkan tingkat perfeksionisme pa- dilihat bahwa ketiga skala pengukuran dapat dika-

da subjek penelitian; dapat dilihat bahwa sebagian takan valid dan ajeg. Walaupun nilai korelasi butir-

besar subjek memiliki perfeksionisme yang tinggi total yang dihasilkan masih ada yang rendah, yaitu

yaitu sebesar 35.78%. Subjek yang memiliki skor

Tabel 3 Uji Reliabilitas Skala Pengkuran

Skala pengukuran

Butir yang Butir yang Butir yang gugur

Rentang skor

Koefisien

korelasi butir-total reliabilitas TPS

diuji-coba

diterima

0.863 PI

26 butir

18 butir

8 butir

0.934 PASS

55 butir

48 butir

7 butir

26 butir

23 butir

3 butir

PERFEKSIONISME DAN PROKRASTINASI AKADEMIK 265

Tabel 4 Kategori Skor Perfeksionisme

Persentase Sangat tinggi

Kategori

Batasan nilai

Frekuensi (orang)

Cenderung tinggi

Cenderung rendah

Sangat rendah

perfeksionisme cenderung tinggi sebesar 16.06%, melihat aspek perfeksionisme yang menonjol dalam yang sedang 29.36% dan yang rendah 9.63%. Ka-

subjek penelitian, peneliti membandingkan nilai re- tegori skor prokrastinasi akademik dilakukan de-

rata pada aspek perfeksionisme. Berikut ini adalah ngan perhitungan rata-rata (mean ideal) sebesar 72

perbedaan rerata pada aspek perfeksionisme. Seperti dan simpangan baku (SD ideal) sebesar 18. Berikut

yang terlihat dari Tabel 6, nilai p < 0.05, artinya ter- kategori skor prokrastinasi akademik pada sampel

dapat perbedaan nilai rerata pada tiap-tiap aspek penelitian.

perfeksionisme. Menurut Hewit dan Flett (sitat da- Tabel 5 menunjukkan tingkat prokrastinasi aka-

lam Schouwenburg, Lay, Pychyl, & Ferrari, 2004), demik pada subjek penelitian, sebagai berikut. Ti-

perfeksionisme memiliki 3 aspek, yaitu self-orien- dak ada subjek yang memiliki skor prokrastinasi

ted perfectionism, other-oriented perfectionism, dan akademik yang tergolong tinggi (cenderung tinggi,

socially prescribed perfectionism . Perbedaan aspek tinggi, dan sangat tinggi). Sebagian besar subjek

perfeksionisme menunjukkan aspek yang memiliki memiliki skor prokrastinasi akademik yang tergo-

nilai dominan dan aspek yang memiliki nilai ren- long rendah yaitu sebesar 76.15%. Subjek yang

dah, sehingga dapat menunjukkan ka-rakteristik memiliki skor prokrastinasi tergolong sangat rendah

subjek penelitian. Dari Tabel 9 dapat dilihat socially sebesar 11.01%. Subjek yang memiliki skor pro-

prescribed perfectionism memiliki nilai rerata yang krastinasi tergolong sedang sebesar 5.05%. Untuk

tertinggi yaitu sebesar 29.63. Untuk memperjelas Tabel 5

Kategori Skor Prokrastinasi Akademik

Persentase Sangat tinggi

Kategori

Batasan nilai

Frekuensi (orang)

Cenderung tinggi

11 5.05 Cenderung rendah

76.15 Sangat rendah

Tabel 6 Perbedaan Rerata Aspek Perfeksionisme

Aspek perfeksionisme

Mean

Sig

Self-oriented perfectionism

Other-oriented perfectionism

Socially prescribed Perfectionism

GUNAWINATA, NANIK, DAN LASMONO

alasan yang umum digunakan oleh subjek ketika antara alasan tipe dan aspek perfeksionisme dengan melakukan prokrastinasi akademik, peneliti mem-

aspek prokrastinasi akademik.. bandingkan nilai rerata alasan tersebut. Berikut ta-

Pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa self-oriented bulasi frekuensi nilai rerata untuk melihat alasan

perfectionism memiliki korelasi negatif dengan pro- menunda yang dominan di antara subjek penelitian.

krastinasi akademik (TPS) beserta aspeknya, se- Tabel 7 menunjukkan nilai p < 0.05, maka pada

dangkan other-oriented perfectionism dan socially tiap-tiap kelompok alasan memiliki perbedaan. Tiga

prescribed perfectionism memiliki korelasi dengan alasan yang memiliki nilai rerata paling tinggi ada-

prokrastinasi akademik yaitu sebesar 0.27 dan 0.30. lah task aversiveness yaitu sebesar 11.21, evalua-

Adapun socially prescribed perfectionism berkaitan tion anxiety sebesar 10.84, dan difficulty making

dengan lack of self confidence sebesar 0.28 dan task decision sebesar 6.29. Artinya, subjek penelitian

avoidance sebesar 0.27. Tampaknya perfeksionisme cenderung melakukan penundaan tugas dengan ala-

tidak memiliki korelasi yang kuat dengan aspek san tidak menyukai tugas tersebut lalu menghindari-

pembuang waktu.

nya, cemas dievaluasi oleh orang lain, dan sulit Seperti yang terlihat pada Tabel 9, terdapat hu- membuat putusan. Adapun alasan yang memiliki ni-

bungan antara aspek perfeksionisme dan alasan me- lai rerata paling rendah adalah peer influence yaitu

nunda. Socially prescribed perfectionism memiliki sebesar 2.96.

korelasi yang tinggi dengan lack of assertion (0.42) dan evaluation anxiety (0.41). Other-oriented per- fectionism memiliki korelasi yang cukup tinggi de-

Uji Statistik ngan fear of success (0.26) dan rebellion against control (0.25). Self-oriented perfectionism memiliki

Pengujian statistik dilakukan untuk melihat hu- korelasi dengan fear of success yaitu sebesar 0.27. bungan antara perfeksionisme dan prokrastinasi

Dari 11 alasan prokrastinasi tersebut, yang paling akademik, hubungan antara aspek perfeksionisme

banyak berkorelasi dengan faktor perfeksionisme dengan aspek prokrastinasi akademik, hubungan

adalah fear of success dengan rentang nilai korelasi antara perfeksionisme dengan aspek alasan menun-

0.23 hingga 0.37.

da, hubungan antara aspek menunda dengan aspek Tabel 10 menunjukkan bahwa beberapa aspek prokrastinasi akademik.

prokrastinasi akademik memiliki hubungan yang Diperoleh nilai koefisien korelasi Pearson Pro-

erat dengan alasan prokrastinasi. Faktor pertama duct Moment (r) antara perfeksionisme dengan pro-

dari TPS yaitu pembuang waktu memiliki korelasi krastinasi akademik sebesar 0.277 (p < 0.05). Be-

terbanyak dengan alasan prokrastinasi. Nilai kore- rikut ini merupakan hasil uji hubungan dengan

lasinya yang tertinggi adalah dengan rebellion menggunakan korelasi Pearson Product Moment

against control (0.58), task aversiveness (0.37) dan

Tabel 7 Perbedaan Rerata Alasan Menunda

Sig Evaluation anxiety

Alasan menunda

Mean

10.84 70.02 0.00 Difficulty making decision

6.29 60.90 0.00 Dependency and help seeking

5.28 55.15 0.00 Task aversiveness

11.21 74.53 0.00 Lack of self confidence

5.55 59.62 0.00 Lack of assertion

5.55 50.57 0.00 Risk taking

3.32 44.98 0.00 Peer influence

2.96 47.62 0.00 Fear of success

5.00 48.93 0.00 Feeling overwhelmed and poor time management

5.56 53.40 0.00 Rebellion against control

PERFEKSIONISME DAN PROKRASTINASI AKADEMIK 267

Tabel 8 Hubungan Aspek Perfeksionisme dan Aspek Prokrastinasi Akademik

TPS

Pembuang

Lack of self-

avoidance principle PI

perfectionism Socially prescribed

perfectionism Ket: PI = Perfectionism Inventory; TPS = Tuckman Procrastination Scale. Angka tercetak tebal adalah nilai korelasi yang besar.

Tabel 9 Hubungan Aspek Perfeksionisme dan Alasan Menunda

Socially prescribed

perfectionism P2

Evaluation anxiety

Difficulty making decision

0.07 0.11 Task aversiveness

Dependency

0.12 -0.06

0.24 0.02 0.17 0.20 Lack of self confidence

Lack of assertion

Risk taking 0.11 0.09 0.10 -0.05 Peer influence

0.18 0.13 Fear of success

Poor time management 0.21 0.10 0.21 0.08 Rebellion

0.25 0.21 Ket: PI = Perfectionism Inventory; P2 = Procrastination Assessment Scale Student (PASS). Angka yang

0.18 -0.10

tercetak tebal adalah nilai korelasi yang besar.

dependency and help seeking (0.36). Lack of self adalah rebellion against control dengan rentang ni- confidence memiliki korelasi yang erat dengan re-

lai korelasi 0.28 (blaming others) hingga 0.58 (pem- bellion against control (0.42), lack of assertion

buang waktu). Faktor kedua dari PASS memiliki (0.35), sedangkan dengan lack of self confidence

hubungan dengan task avoidance sebesar 0.28. Fear dari alasan prokrastinasi (PASS) hanya memiliki

of success dan peer influence hanya memiliki kore- nilai korelasi 0.20. Blaming others memiliki ko-

lasi dengan task avoidance, nilai korelasinya pun relasi yang tinggi dengan task aversiveness (0.38)

relatif rendah 0.19 dan 0.22. Risk taking memiliki dan rebellion against control (0.28). Task avoidan-

korelasi dengan pembuang waktu sebesar 0.20.

ce atau kesulitan dalam memulai sesuatu yang tidak disukai memiliki korelasi yang erat dengan evalua- tion anxiety (0.31) dan rebellion against control

Bahasan

(0.29). Pleasure Principle memiliki korelasi yang cukup tinggi dengan rebellion against control

Ulasan Hipotesis

(0.41) dan lack of assertion (0.31). Dari alasan menunda yang paling banyak memi-

Dari perhitungan korelasi Pearson Product Mo- liki korelasi dengan faktor prokrastinasi akademik

ment , diperoleh nilai koefisien korelasi (r) antara

GUNAWINATA, NANIK, DAN LASMONO

Tabel 10 Hubungan Aspek Prokrastinasi Akademik dan Alasan Menunda

TPS

Pembuang

Lack of self

principle P2

0.63 0.55 0.41 0.42 0.44 0.37 Evaluation anxiety

0.37 0.30 0.19 0.23 0.31 0.24 Difficulty making

0.21 0.26 0.21 0.19 decision

Dependency 0.39 0.36 0.20 0.21 0.27 0.20 Task aversiveness

Lack of self 0.38 0.34 0.20 0.27 0.26 0.20 confidence

Lack of assertion

Risk taking 0.21 0.20 0.10 0.07 0.16 0.17 Peer influence

0.28 0.23 0.17 0.17 0.22 0.15 Fear of success

0.15 0.08 0.13 0.17 0.19 0.00 Poor time

Ket: TPS = Tuckman Procrastination Scale; P2 = PASS. Angka yang tercetak tebal adalah nilai korelasi yang besar.

perfeksionisme dengan prokrastinasi akademik se- perilaku mereka, sehingga kecenderungan mereka besar 0.277. Dari perhitungan regresi linear diper-

untuk melakukan prokrastinasi akademik menjadi oleh F hitung sebesar 17.966 dengan nilai p < 0.05.

rendah. Hal ini disebabkan individu dengan standar Artinya, hipotesis penelitian didukung oleh hasil pe-

yang tinggi dan secara aktif mencapai standar me- nelitian, yaitu terdapat hubungan antara perfeksio-

reka tidak menunjukkan kecenderungan menunda nisme dengan prokrastinasi akademik. Diketahui