BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1. Diskripsi Lokasi Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Metode Bercakap-Cakap Menggunakan Boneka Jari pada Anak Kelompok A di TK Kan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1. Diskripsi Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini di TK Kanisius Gendongan Jln. Dr. Muwardi no. 4 Salatiga, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga. TK yang berada satu atap dengan SD Kanisus Gendongan ini memiliki 2 ruang kelas yaitu : Kelompok A yang

  terdiri dari 10 anak laki-laki dan 10 anak perempuan, dan kelompok B juga ada 10 anak laki-laki dan 10 anak perempuan, 1 ruang untuk kantor, 1 kamar mandi. Sarana prasarana yang dimiliki di TK Kanisius Genongan berupa alat permainan out door maupun in door. Walaupun halaman permainan out door tidak terlalu luas namun di TK ini tetap tersedia alat permainan out door misalnya ; jungkat-jungkit, prosotan, bola dunia, ayunan, dll. Sedangkan permainan in door misalnya ; lego, puzzle, masak-masakan, mobil-mobilan, balok, dll.

1.2. Refleksi Awal

  Pada saat kegiatan pembelajaran banyak kegiatan yang menggunakan Lembar Kerja Anak (LKA) sedangkan saat kegiatan apresepsi atau penjelasan untuk masuk ke dalam tema, biasanya guru hanya menjelaskan melalui lisan tanpa menggunakan alat peraga atau hanya menggambar di papan tulis. Sehingga pada saat-saat tertentu anak merasa sedikit bosan. Biasanya setelah guru menjelaskan anak diminta untuk menirukan kosa kata yang telah diucapkan guru. Anak juga diminta untuk menunjukkan gambar di papan tulis sesuai kata yang diucapkan.

  Menurut pengamatan yang dilakukan peneliti anak-anak sangat bersemangat ketika pembelajaran dimulai, anak-anak ikut bernyanyi, tepuk tangan, dan menyimak pembelajaran yang disampaikan guru. Namun ketika proses tanya jawab berlangsung tidak sedikit anak yang belum mau menjawab pertanyaan dan kalupun menjawab, jawabannya masih kurang tepat.

  Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan pada tahap Pra Siklus adalah observasi. Adapun indikator yang dinilai pada tahap Pra Siklus adalah dapat menceritakan kembali cerita yang di dengar, menjawab pertanyaan sederhana dan menyimak dan cerita yang diberikan guru.

  Rekapitulasi hasil dari tahap pra siklus adalah sebagai berikut.

  Tabel 2. Kemampuan Berbicara Anak Kelompok A di TK Kanisius

Gendongan Pra Siklus.

  

Kategori Frekuensi %

  Baik (Skor ≽ 7) 0%

  Cukup (Skor 5-6) 4 20% Kurang (Skor 3-4) 16 80%

  Total 20 100%

  Grafik 1. Kemampuan Berbicara Anak TK Kanisius Gendongan Pada Tahap Pra Siklus.

  Menurut dari grafik 1 dan tabel 2 dapat dinyatakan bahwa kemampuan berbicara pada anak kelompok A masih belum mencapai indikator. Hal ini terlihat dari persentase anak yang masuk dalam kategori kurang sebesar 80%, kategori cukup ada 20% dan 0% anak yang masuk kategori baik.

  Dari uraian data di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan berbicara anak Kelompok A di TK Kanisius Gendongan masih belum mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan yaitu sebesar 80%, karena rata-rata persentase masih jauh dari yang diharapkan. Oleh sebab itu peneliti dan guru mencari solusi untuk dapat melakukan perbaikan pada saat kegiatan pembelajaran. Hal tersebut dilakukan agar kemapuan berbicara anak meningkat hingga mencapai indikator keberhasilan yang ditergetkan.

  0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90%

  

Baik Cukup Kurang

Pra Siklus

1.3. Deskripsi Pelaksanaan Siklus 1.3.1. Siklus 1 1.3.1.1. Perencanaan

  Dari hasil observasi pada tahap pra siklus peneliti dan guru memutuskan akan memberikan tindakan untuk meningkatkan kemampuan bicara pada anak melalui metode bercakap-cakap. Rencananya pada siklus 1 ini akan dilakukan 2 tahap.

  Pada tahap ini peneliti dan guru berdiskusi untuk menentukan tema dan sub tema pembelajaran. Setelah itu peneliti menentukan indikator, menentukan kegiatan pembelajaran, dilanjutkan dengan membuat RKH, menyiapkan alat dan media yang akan digunakan.

  Peneliti juga mempersiapkan lembar observasi yang akan digunakan sebagai alat penilaian ketika proses pembelajaran berlangsung.

4.3.1.2. Pelaksanaan 1) Siklus 1 pertemuan pertama

  Siklus 1 pada pertemuan 1 diawali dengan tema Lingkungan Ku yang mengambil sub tema rumah binatang.

  Pembelajaran dilaksanakan pukul 07.00-09.30 WIB. Setelah bel berbunyi sebelum mulai pembelajaran biasanya anak berbaris rapi di depan kelas, setelah itu satu persatu anak masuk kelas dengan berhitung, kegiatan berlanjut di dalam kelas. Setelah anak masuk ke kelas dan duduk di tempat yang dipimpin oleh guru. Selanjutnya guru mengabsen anak dengan menyebutkan mana anak, bagi anak disebutkan namanya guru meninta anak mengangkat tangan dan berkata “saya bu guru”.

  Kegiatan awal dimulai dengan kegiatan fisik motorik yaitu melompat menggunakan tali. Karena kegiatan tidak memerlukan tempat yang luas, kegiatan dilakukan di dalam kelas. Sesuai urutan tempat duduk satu demi satu anak maju ke depan untuk melalukan kegiatan tersebut. Sebelum anak mulai kegiatan guru memberi contoh terlebih dahulu agar anak mengerti apa yang harus dilaksanakan.

  Setelah itu dilanjutkan dengan kegiatan bercakap-cakap seputar tema yang akan digunakan untuk pembelajaran yaitu rumah binatang. Pada kegiatan bercakap-cakap ini peneliti menggunakan boneka jari sebagai media pembelajaran. Sebelum mulai bercakap-cakap peneliti meninta anak-anak untuk menyebutkan nama-nama hewan yang ditunjukkan oleh peneliti. Jika anak tidak dapat mengenali binatang tersebut maka guru mambantu anak menyebutkannya. Setelah anak mengenal nama-nama binatang, guru menint anak-anak untuk memperhatikan.

  Ketika peneliti menyampaikan percakapan anak-anak mendengarkan. Isi percakapan tersebut antara lain tentang : dimana, dan berapa jumlah kakinya.

  Berikut adalah jalan ceritanya : Sapi : Hallo, aku sapi.

  Katak : Kalau aku katak. Ayam jantan : Sedangkan aku ayam jantan. Harimau : Kalau aku Harimau. Sapi : Moo… mo… mo… itu adalah suaraku, aku memiliki 4 kaki dan aku hidup di kandang.

  Katak : Aku punya suara krok..krok...krok, aku berjalan dengan melompat, aku bisa hidup di air juga di darat. Ayam jantan : kuku ruyuk…… itu adalah bunyi dari suaraku, aku tinggal di kandang.

  Harimau : Sedangkan suara ku aum…aum…, biasanya aku tinggal di kebun binatang.

  Ketika peneliti melakukan percakapan dengan menggunakan boneka jari, masih ada anak yang berbicara sendiri dengan teman sebelahnya, ada juga anak yang menangis karena tidak mau ditinggal orang tuanya, atau sibuk dengan dirinya sendiri. Suasana jadi kurang kondusif maka guru memperingatkan agar anak-anak duduk dengan tenang sambil mendengarkan guru. Setelah percakapan berakhir, dilakukanlah sesi tanya jawab. Peneliti memberi pertanyaan. Karena pada kegiatan sebelumnya tidak sedikit anak yang kurang memperhatikan, maka pertanyaan pun banyak yang tidak dijawab.

  Ada juga anak yang menjawab tapi masih kurang tepat, ada anak yang hanya tersenyum saja, bahkan ada juga yang hanya diam tanpa merespon. Ada beberapa anak yang yang berantusias untuk menjawab tetapi ketika diberikan pertanyaan anak tersebut hanya tertawa karena lupa dengan jawabannya. Setelah semua anak mendapat giliran untuk menjawab pertanyaan kegiatan dilanjutkan dengan kegiatan yang lain.

  Selama proses kegiatan bercakap-cakap berlangsung maka guru juga memperhatikan setiap anak, dan mencatatnya agar nanti peneliti juga dapat mengisi lembar observasi yang digunakan sebagai lembar penilaian. Selama kegiatan peneliti juga mengingat siapa saja anak yang aktif saat mengikuti kegiatan pembelajaran.

  Kegiatan selanjutnya adalah menjahit pola rumah binatang. Masing-masing anak mendapatkan satu kertas yang telah dilubangi dan seutas tali. Dalam kegiatan ini anak memasukkan tali kesetiap lubang dari kertas tersebut.

  Bagi anak yang belum bisa maka akan mendapat bantuan dari guru. Setelah semua anak selesai hasil karya tersebut boleh dibawa pulang.

  Kegiatan kedua berlanjut dengan mengambar rumah binatang. Setiap anak buku yang akan digunakan untuk menggambar. Sebelum anak mulai menggambar guru terlebih dahulu memberikan contoh gambar di papan tulis dan anak harus mengambar harus sama dengan apa yang telah digambar oleh guru.

  Berikutnya kegiatan dilanjutkan dengan istirahat, sebelum istirahat anak-anak antri untuk mencuci tangan sebelum makan, setelah cuci tangan anak makan bekal yang dibawan dari rumah. Kegiatan dilanjutkan anak bermain bebas di halaman sekolah.

  Kegiatan akhir, setelah istirahat anak masuk ke dalam kelas lalu guru mengkondisikan anak agar suasana kondusif setelah istirahat dengan guru mengajak anak untuk bernyanyi. Setelah suasana kondusif guru mereview tentang percakapan yang telah dilakukan sebelumnya. Kemudian dua sampai tiga anak bergiliran diminta maju ke depan kelas untuk menceritakan kembali tentang percakapan tersebut. Dalam kegiatan ini anak-anak sangat bersemangat untuk maju kedepan sampai ada anak yang berebut untuk maju, namun ketika sampai di depan anak-anak hanya diam dan tidak mau bercerita. Maka guru memberikan sedikit didengar sebalumnya. Selanjutnya kegiatan diakhiri dengan bernyanyi bersama dan berdoa. Sebelum anak meninggalkan kelas satu-persatu anak keluar kelas dengan memberi salam kepada guru.

  Berikut ini adalah tabel dan grafik kemampuan berbicara anak kelompok A di TK Kanisius Gendongan pada tahap siklus 1 pertemuan 1

  Tabel 3. Kemampuan Berbicara Anak Kelompok A di TK Kanisius Gendongan Siklus.1 Pertemuan Pertama. Kategori Frekuensi %

  Baik (Skor ≽ 7) 2 10% Cukup (Skor 5-6) 7 35%

  Kurang (Skor 3-4) 11 55% Total 20 100%

  

Siklus 1 Pertemuan 1

60% 50% 40% 30% 20% 10%

  0% Baik Cukup Kurang Grafik 2. Kemampuan Berbicara Anak TK Kanisius Gendongan Pada Tahap Siklus 1 Pertemuan Pertama 2) Siklus 1 pertemuan kedua

  Pertemuan 2 peneliti mengambil tema Lingkungan Ku dengan sub tema Rumah Tempat Berobat (Rumah Sakit).

  Pembelajaran dilaksanakan pukul 07.00-09.30 WIB. Setelah bel berbunyi sebelum mulai pembelajaran biasanya anak berbaris rapi di depan kelas, setelah itu satu persatu anak masuk kelas dengan berhitung, kegiatan berlanjut di dalam kelas. Setelah anak masuk ke kelas dan duduk di tempat masing-masing kegiatan dilanjutkan dengan berdoa bersama yang dipimpin oleh guru. Selanjutnya guru mengabsen anak dengan menyebutkan mana anak, bagi anak disebutkan berkata “saya bu guru”.

  Sebelum mulai kegiatan pembelajaran anak berbaris, masuk kelas sambil berhitung, kemudian berdoa bersama, dan dilanjutkan dengan absen. Berikutnya peneliti mengajak anak bernyanyi untuk mengawali hari agar tetap semangat.

  Kegiatan dilanjutkan dengan kegiatan fisik motorik. Kegiatan kali ini anak diajak untuk menuju halaman sekolah, karena kegiatan yang akan dilakukan adalah lempar tangkap bola. Sebelum kegiatan dimulai anak di minta untuk berbaris dua banjar dengan saling berhadapan dengan jarak tertentu, kemudian pelakukan gerakan pemanasan. Baru setelah itu anak melakukan mempar tangkap bola bergantian dengan teman yang ada di depannya.

  Kegiatan berikutnya, anak-anak diminta masuk kembali ke dalam kelas dan minum untuk melepas lelah.

  Kegiatanpun dilanjutkan dengan guru menjelaskan benda-benda yang ada di rumah sakit dan orang-orang yang ada di rumah sakit. Benda-benda tersebut seperti obat, stetoskop, tempat tidur, suntikan dan orang-orang yang ada di rumah sakit tersebut yaitu dokter, perawat, satpam, pasien. Setelah itu anak diminta untuk mengucapkan kembali benda yang telah disebutkan.

  Kegiatan selanjutnya peneliti menceritakan tentang menyebutkan terlebih dahulu tokoh-tokoh yang akan dimainkan dalam cerita. Ketika peneliti sedang bercerita anak sangat berantusias untuk mendengarkan. Ada juga anak yang menebak-nebak bagainama cerita selanjutnya, beberapa anak juga sempat bertanya, namun sebagian anak hanya diam dan memperhatikan jalannya cerita. Kali ini anak-anak cukup tenang saat mengikuti kegiatan pembelajaran.

  Tokoh-tokoh dalam cerita adalah ibu, Nina, dan dokter. Jalan ceritanya sebagai berikut : Saat di sekolah Nina makan coklat dan permen.

  Lalu pada malam hari sebelum tidur ibu meminta Nina untuk menggosok gigi tapi Nina tidak mau.

  Ibu : Nina, sebelum tidur harus menggosok gigi dulu ya. Nina : Nggak, mau Nina ngatuk mau tidur. Setelah itu Nina langsung menuju kamar dan tidur. Keesokan hari, Nina bangun tidur sambil menangis sambil memegang pipinya.

  Nina : Huuu..uhhuu. huuuu…. Ibu, gigiku sakit. Ibu : Pasti kemarin kamu tidak menggosok gigikan? Nina : Iya, maaf kemarin Nina tidak menggosok gigi.

  Lalu ibu mangajak Nina ke rumah sakit untuk memeriksakan gigi Nina.

  Ternyata gigi Nina berlubang. Dokter : Nina, kamu harus rajin gosok gigi, agar gigi tetap bersih, dan jangan terlalu banyak makan coklat dan permen.

  Sementara peneliti mengajar guru membantu peneliti anak untuk mengamati siapa saja anak yang mengikuti pembelajaran dengan baik. Setelah peneliti selesai bercerita, guru memberikan ringkasan cerita agar anak lebih mudah untuk memahami cerita, baru kemudian anak-anak diminta untuk menceritakan kembali cerita yang telah disampaikan.

  Guru meminta 2-3 anak maju giliran maju ke depan kelas untuk bercerita. Saat maju ke depan masih cukup banyak anak yang belum mau bercerita, ada yang bercerita tapi belum sesuai urutan dan suara yang dikeluarkan sangat halus. Guru juga membantu mengingatkan ketika ada anak yang lupa urutan cerita. Sambil mendengarkan dan mengamati anak bercerita peneliti mencatat nilai yang akan diberikan kepada anak.

  Kegiatan selanjutnya guru menjelaskan apa yang dilakukan anak diantaranya : cara mengerjakan maze, anak diminta untuk menunjukkan jalan menujuke rumah sakit. Kegiatan berikutnya, anak diminta menunjukkan benda yang jumlahnya lebih banyak dengan cara memberikan tanda centang dan mewrnai gambar yang jumlahnya lebih dilanjutkan dirumah.

  Setelah kegiatan inti berakhir kegiatan dilanjutkan istirahat, sebelum istirahat anak-anak antri untuk cuci tangan baru kemudian anak makan bekal bersama. Bagi anak yang selesai makan mereka dapat cuci tangan bisa bermain bebas di halaman bersama teman-temannya.

  Kegiatan akhir, dalam kegiatan kali ini peneliti mengisi dengan kegiatan tanya jawab mengenai ceita tentang rumah sakit tadi. Semua anak mendapatkan pertanyaan dengan porsi yang sama, tetapi tidak semua anak dapat menjwab pertanyaan. Walaupun pertanyaan yang sama sudah ditanyakan sebelumnya tapi ada anak yang masih belum benar dalam menjwabnya. Setelah semua anak mendapat giliran menjawab guru mengakhiri dengan menanyakan perasaan anak setelah seharian belajar dan memberikan pesan-pesan. Kegiatan diakhiri dengan berdoa yang dipimpin oleh guru. Anak-anak pulang dan memberikan salam.

  Di bawah ini adalah tabel dan grafik kemampan berbicara anak kelompok A di TK Kanisius Gendongan pada siklus 1 pertemuan kedua :

  Tabel 4. Kemampuan Berbicara Anak Kelompok A di TK Kanisius Gendongan Siklus.1 Pertemuan kedua. Kategori Frekuensi %

  Baik (Skor ≽ 7) 7 35% Cukup (Skor 5-6) 8 40%

  Kurang (Skor 3-4) 5 25% Total 20 100%

  

Siklus 1 Pertemuan 2

45% 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10%

  5% 0% Baik Cukup Kurang

  Grafik 3. Kemampuan Berbicara Anak TK Kanisius Gendongan

4.3.1.3. Observasi

  Selama proses pembelajaran guru dan peneliti mengamati setiap kegiatan anak. Guru dan peneliti mengamati bagaimana keterlibatan anak dalam pembelajaran, ketertarikan anak dalam pembelajaran, serta mengamati kemampuan berbicara anak.

  Pada saat kegiatan bercakap-cakap menggunakan boneka jari anak sangat berantusias untuk mendengarkan cerita.

  Walaupun setelah peneliti selesai bercerita masih banyak anak-anak yang belum bisa menjawab pertanyaan atau bercerita kembali cerita. Serta masih ada juga anak yang berbicara sendiri dengan teman sebelahnya.

  Ada juga anak yang ketika diminta maju bercerita sangat bersemangat, tapi ketika sampai kedepan kelas anak tersebut masih malu-malu untuk bercerita. Ada anak hanya diam-diam saja tidak merespon ketika ditanya atau pun diminta untukbercerita.

  Berikut adalah data dari hasil observasi secara kolaborasi dengan guru kelas pada aspek kemampuan berbicara adalah sebagai berikut :

  Tabel 5. Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Kelompok A di

TK Kanisius Gendongan Pada Siklus 1

  Siklus 1 Kategori Penilaian

  Pertemuan 1 Pertemuan 2 Kemampuan berbicara

  Frekuensi % Frekuensi % Baik (Skor ≽ 7) 2 10% 7 35%

  Cukup (Skor 5-6) 7 35% 8 40% Kurang (Skor 3-4) 11 55% 5 25%

  Total 20 100% 20 100% Dari data di atas pada siklus 1 pertemuan pertama diperoleh data sebesar 10% masuk dalam kategori baik dengan jumlah 2 anak, kategori cukup 35% dengan jumlah 7 anak, semantara 55% masuk kategori kurang dengan jumlah mencapai 11 anak.

  Sedangkan pada siklus 1 di pertemuan kedua ada 35% dengan katergori baik dengan jumlah 7 anak, kategori cukup 40% jumlah ada 8 anak, dan masih ada 25% dengan kategori kurang dengan jumlah 5 anak. dilihat dari data tersebut maka dapat dikatakan bahwa kemampuan berbicara anak belum mencapai target dari indikator yang ditentukan. Oleh sebab itu hasil dari siklus 1 ini akan menjadi dasar pelaksanaan siklus 2. Hal-hal yang masih menjadi kekurangan pada siklus 1 akan diperbaiki dalam pelaksanaan siklus 2 nanti.

  60% 50% 40% 30%

  Siklus 1 Pertemuan 1 Siklus 1 Pertemuan 2 20% 10%

  0% Baik Cukup Kurang

Grafik 4. Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Kelompok A di

TK Kanisius Gendongan Pada Siklus 1

  Menurut dari grafik di atas, pada siklus 1 ini menunjukkan adanya peningkatan kemampuan berbicara anak kelompok A di TK Kanisius Gendongan dengan metode bercakap-cakap menggunakan boneka jari. Pertemuan 1 digambarkan dengan grafik yang berwarna kuning pertemuan pertama diperoleh data sebesar 10% masuk dalam kategori baik, kategori cukup 35%, semantara 55% masuk kategori kurang. Sedangkan pertemuan kedua digambarkan dengan warna hijau ada 35% dengan katergori baik, kategori cukup 40%, dan ada 25% dengan kategori kurang. Jadi dapat disimpulkan bahwa pada tahap siklus 1 ini keberhasilan dan akan dilakukanperbaikan pada siklus 2.

4.3.1.4. Refleksi

  Data yang diperoleh melalui observasi akan digunakan sebagai pedoman bagi peneliti dan guru untuk melakukan refleksi pada permasalahan yang muncul saat proses pembelajaran. Sehingga dapat mencari solusi terhadap masalah tersebut. Pencarian solusi ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berbicara melalui metode bercakap-cakap pada anak di TK Kanisius Gendongan dan untuk merencanakan tindakan yang akan dilakukan pada Siklus berikutnya.

  Data yang diperoleh pada tahap siklus 1 rata-rata sebesar 22,5% untuk kategori baik, 27,5% kategori cukup dan 40% masuk dalam kategori kurang. Dengan data tersebut dapat dikatakan bahwa anak telah mengalami peningkatan dalam kemampuan berbicara, dan masih perlu penanganan lagi karena target untuk mencapai indikator keberhasilan sebesar 80% belum tercapai. Maka dari itu peneliti akan melakukan penaganan lanjutan ditahap berikutnya yaitu siklus 2.

  Beberapa kendala yang perlu dicari solusi dan perlu adanya peningkatan pada Siklus berikutnya yaitu:

1. Anak yang tidak masuk kelas, ada yang karena sakit dan izin.

  2. Ada beberapa anak berbicara dengan temannya, bermain sendiri dengan mainan yang dibawa, makan di dalam kelas, dan ada anak yang suka mengganggu teman. Dari beberapa kendala di atas, maka peneliti dan guru berdiskusi mencari solusi agar kegiatan pembelajaran pada Siklus berikutnya dapat berjalan lancar dan dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak melalui metode bercakap-cakap menggunakan media boneka jari.

  Solusi dan berbaikan yang di lakukan yaitu:

  a) Guru dan peneliti memberikan penjelasan, perhatian, serta memotivasi anak yang tidak masuk sekolah agar mereka mau berangkat ke sekolah dan semakin tumbuh rasa percaya dirinya.

  b) Peneliti memberikan reward bagi anak mau melaksanakan perintah dari guru atau peneliti.

c) Mengatur tempat duduk anak.

  d) Bahasa yang digunakkan saat bercakap-cakap lebih sederhana agar anak dapat memahami apa yang disampaikan.

4.3.2. Siklus 2 4.3.2.1. Perencanaan

  Pada tahap siklus 2 ini akan dilakukan 2 pertemuan. Setelah melakukan refleksi pada siklus sebelumnya maka guru dan peneliti akan melakukan perbaikan dalam proses pembelajaran yang akan dilakukan pada pembelajaran selanjutnya. Kekurangan yang terdapat pada siklus 1 akan diperbaiki pada siklus 2.

  Tahap perencanaan ini peneliti dan guru berdiskusi untuk menentukan tema dan sub tema, kemudian memilih kegiatan yang akan dilaksanakan untuk pembelajaran. Selanjutnya peneliti menyusun RKH dan menyiapkan alat dan media yang akan digunakan. Peneliti juga mempersiapkan lembar observasi yang akan digunakan sebagai alat penilaian ketika proses pembelajaran berlangsung

4.3.2.2. Pelaksanaan 1. Siklus 2 pertemuan pertama

  Siklus 2 pertemuan pertama dilaksanakan dengan mengambil tema tanaman dan sub tema buah-buahan.

  Pembelajaran dilaksanakan pada pukul 07.00-09.30 WIB. Kegiatan awal dimulai dengan anak berbaris dengan rapi di luar kelas, lalu setelah anak masuk ke dalam kelas dan duduk dengan rapi, guru meminpin untuk berdoa bersama. Setelah selasai berdoa guru menyapa anak-anak dan menanyakan kabar yang dilanjutkan dengan absensi. Bagi yang namanya dipanggil anak-anak diminta untuk mengangkat tangan dan mengatakan “saya bu guru”, lalu guru juga menanyakan hari dan tanggal anak-anak yang menyebutkan guru yang menulisnya di papan tulis.

  Selanjutnya setelah absensi guru mengajak anak bernyanyi untuk mengawali pembelajaran agar memberikan semangat

  Kegiatan berlanjut dengan berjalan maju dan mundur melewati garis lurus. Sebelum anak melakukan kegiatan terlebih dahulu guru memberikan contoh agar anak-anak mengerti apa yang harus dilakukan. Satu persatu anak dipanggil namanya secara bergantian, pertama anak diminta untuk berjalan maju terlebih dahulu setelah sampai ujung baru anak kembali ketempat semula dengan berjalan mundur.

  Setelah semua anak mendapat giliran, guru meminta anak-anak untuk segera duduk kekursi masing-masing dan kembali memperhatikan guru untuk mengikuti kegiatan berikutnya. Peneliti menggunakan boneka jari sebagai media untuk pembelajaran. Ada beberapa buah yang menjadi tokoh dalam percakapan tersebut diantaranya anggur, pisang, salak, dan semangka. Isi percakapannya antara lain masing-masing buah memperkenalkan diri dan menyebutkan warna, rasa, dan bentuk buah.

  Berikut ini adalah tokoh-tokoh yang dimainkan : Anggur : Hallo aku Anggur, warnaku ungu, walaupun aku kecil tapi rasaku mais.

  Pisang : Aku Pisang, warnaku kuning, kulitku halus, rasaku juga mais.

  Salak : Aku Salak, kulitku coklat dan kasar, rasaku ada

  Semangka : Kalau aku semangka, kulitku berwarna hijau, tubuh ku bulat dan besar.

  Ketika peneliti bercerita tentang buah-buahan tersebut anak berantusias untuk mendengarkan, walupun ada sedikit anak yang masih berbicara sendiri. Namun masih banyak anak yang memperhatikan. Setelah percakapan selesai, kegiatan berlanjut dengan kegiatan tanya jawab. Peneliti memberi pertanyaan masing-masing anak pendapatkan kesempatan yang sama untuk menjawabnya. Peneliti memberikan pertanyaan kepada satu persatu anak. Pada pembelajaran kali sudah banyak anak yang berantusias untuk menjawab pertanyaan dari peneliti. Hingga ada anak yang beberapa kali menjawab pertanyaan yang seharusnya dijawab oleh temannya. Akan tetapi ada juga yang masih engan untuk menjawa pertanyaan.

  Setelah semua anak mendapat giliran menjawab pertanyaan, peneliti meminta anak untuk menceritakan kembali percakapan yang telah didengar. Guru memangil dua anak secara bergiliran untuk menceritakan percakapan buah tadi dengan basaha sederhana. Pada kegiatan ini banyak anak yang sudah mau untuk bercerita, dan suaranya sudah mulai agak keras. Untuk memotivasi anak yang belum mau maju untuk bercerita guru memberikan reward bercerita, sedangkan anak yang masih kurang aktif mendapatkan stiker bintang kecil. Dengan memberikan

  

reward anak-anak termotivasi untuk melakukan kegiatan

lebih baik lagi.

  Kemudian kegiatan dilanjutkan dengan anak mengerjakan LKA yaitu menebalkan angka dan gambar pada LKA anak. setelah anak selasai mengerjakan, seperti biasa anak antri untuk mencuci tangan dan setelahnya bisa makan bekal bawaan masing-masing. Setelah selesai bermain anak-anak kembali ke kelas untuk mengikuti kegiatan berikutnya. Kegiatan diakhiri dengan guru menanyakan perasaan hari ini dan menanyakan apa saja kegiatan yang dilakukan anak hari ini. Lalu guru mengajak anak bernyayi dan berakhir dengan berdoa bersama dan salam.

  Berikut adalah tabel dan grafik kemampan berbicara anak kelompok A di TK Kanisius Gendongan pada siklus 2 pertemuan pertama.

  Tabel 6. Kemampuan Berbicara Anak Kelompok A di TK Kanisius Gendongan Siklus 2 Pertemuan pertama

Kategori Frekuensi %

  Baik (Skor ≽ 7) 15 75% Cukup (Skor 5-6) 4 20%

  Kurang (Skor 3-4) 1 5% Total 20 100%

  Siklus 2 Pertemuan Pertama 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10%

  0% Baik Cukup Kurang

Grafik 5. Kemampuan Berbicara Anak TK Kanisius Gendongan

Pada Tahap Siklus 2 Pertemuan pertama

2. Siklus 2 pertemuan kedua

  Pertemuan kedua ini peneliti mengambil tema sekolah Pembelajaran dilaksanakan pukul 07.00-09.30 WIB. Setelah bel berbunyi sebelum mulai pembelajaran biasanya anak berbaris rapi di depan kelas, setelah itu satu persatu anak masuk kelas dengan berhitung, kegiatan berlanjut di dalam kelas. Setelah anak masuk ke kelas dan duduk di tempat masing-masing kegiatan dilanjutkan dengan berdoa bersama yang dipimpin oleh guru. Selanjutnya guru mengabsen anak dengan menyebutkan mana anak, bagi anak disebutkan namanya guru meninta anak mengangkat tangan dan berkata

  “saya bu guru”. Berikutnya peneliti mengajak anak bernyanyi untuk mengawali hari agar tetap semangat. Kegiatan dilanjutkan dengan kegiatan fisik motorik. Kegiatan yang akan dilakukan adalah menedang bola kearah tujuan. Sebelum mulai kegiatan guru dan anak membuat aturan saat bermain bola di halaman. Kegiatan dimulai dengan anak di minta untuk mencari teman sebagai pasangan saat bermain. Selanjutnya anak diminta berbaris bersaling berhadapan dengan jarak tertentu, kemudian pelakukan gerakan pemanasan terlebih dahulu. Baru setelah itu anak menendang secara bergantian dengan teman yang ada di Kegiatan berikutnya, anak-anak diminta masuk kembali ke dalam kelas dan minum untuk melepas lelah.

  Kegiatanpun dilanjutkan dengan guru mengajak anak untuk memperhalikan lingkungan sekitar sekolah. Setelah itu anak diminta untuk menyebutkan apa saja benda yang ada ditemukan disekitar lingkungan sekolah. Selanjutnya guru menggambar lingkungan sekolah dengan benda-benda yang telah disebutkan dan guru juga meminta anta untuk menyebutkan bersama-sama benda tersebut.

  Kegiatan selanjutnya peneliti menceritakan tentang “jangan membuang sampah sembarangan”. Sebelum mulai bercerita peneliti menyebutkan terlebih dahulu tokoh-tokoh yang akan dimainkan dalam cerita (Guru, Tina, dan Doni).

  Tet……tet…..tet……. Bel tanda istirahat berbunyi, anak-anak segera pergi ke luar kelas untuk mencuci tangan. Setelah memcuci tanggan anak-anak makan bekal yang dibawa dari rumah.

  Doni dan Tina segera membuka bekal mereka.

  Tina : Doni kamu bawa bekal apa? Kalau aku bawa roti.

  Doni : Aku bawa pisang. Doni dan Tina segera menghabiskan bekal mereka. bungkus roti ke tempat sampah. Tapi Doni tidak, kulit pisang hanya dilempar dan tidak dibuang di tempat sampah.

  Pada waktu bermain tiba- tiba… Bruuk….. Doni : Aduh…aduh… sakit.

  Tina segera menolong Doni dan membawa ke ruang guru.

  Guru : Lho, ada apa Doni? Doni : Saya tadi jatuh, terpeleset kulit pisang.

  Tina : Iya bu guru, tadi Doni membuang kutil pisangnya sembarangan.

  Sambil mengobati luka Doni ibu guru menasehati Doni.

  Guru : Besok lagi kalau habis makan sampahnya dibuang di tempat sampah ya? Agar sekolah kita bersih dan tidak anak yang jatuh terpeleset lagi.

  Doni : Iya bu guru besok Doni akan membuang sampah pada tempatnya.

  Ketika peneliti sedang bercerita anak sangat berantusias untuk mendengarkan. Ada juga anak yang menebak-nebak bagaimana cerita selanjutnya dan penasaran bagaimana kelanjutan ceritanya. Ketika cerita berakhir banyak anak

  Setelah peneliti selesai bercerita, guru memberikan ringkasan cerita agar anak lebih mudah untuk memahami cerita, baru kemudian anak-anak diminta untuk menceritakan kembali cerita yang telah disampaikan. Guru meminta 2-3 anak maju giliran maju ke depan kelas untuk bercerita. Banyak anak yang ingin maju kedepan untuk bercerita, tetapi tidak semua anak yang maju kedepan lancar bercerita, ada beberapa anak yang masih lupa dengan alur ceritanya sehingga guru juga haru ssedikit membatu anak. Sambil mendengarkan dan mengamati anak bercerita peneliti mencatat nilai yang akan diberikan kepada anak agar peneliti bisa mengisi lembar observasi yang telah dibuat sebagai alat penilaian perkembangan anak.

  Kegiatan selanjutnya adalah menggambar lingkungan sekolah dengan melihat contoh gambar yang telah dibuat oleh guru. Setelah kegiatan berakhir kegiatan dilanjutkan istirahat, sebelum istirahat anak-anak antri untuk cuci tangan baru kemudian anak makan bekal bersama. Bagi anak yang selesai makan mereka dapat cuci tangan bisa bermain bebas di halaman bersama teman-temannya.

  Kegiatan akhir, dalam kegiatan kali ini peneliti mengisi dengan kegiatan tanya jawab mengenai cerita “jangan membuang sampah sembarangan”. Karena banyak anak cukup banyak pula anak yang berhasil menjawab pertanyaan dengan tepat. Setelah semua anak mendapat giliran menjawab guru mengakhiri dengan menanyakan perasaan anak setelah seharian belajar dan memberikan kesimpulan dari cerita tersebut. Kegiatan diakhiri dengan berdoa yang dipimpin oleh guru serta nyanyian penutup untuk pulang. Anak-anak pulang dan memberikan salam.

  Di bawah ini adalah tabel dan grafik kemampan berbicara anak kelompok A di TK Kanisius Gendongan pada siklus 2 pertemuan kedua.

  Tabel 7. Kemampuan Berbicara Anak Kelompok A di TK Kanisius Gendongan Siklus 2 Pertemuan Kedua Kategori Frekuensi %

  Baik (Skor ≽ 7) 17 85% Cukup (Skor 5-6) 3 15%

  Kurang (Skor 3-4) 0% Total 20 100%

  Siklus 2 Pertemuan 2 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%

  

Baik Cukup Kurang

Grafik 6. Kemampuan Berbicara Anak TK Kanisius Gendongan

Pada Tahap Siklus 2 Pertemuan Kedua

4.3.2.3. Observasi

  Berikut ini adalah data hasil observasi kemampuan berbicara anak pada tahap siklus 2:

  Tabel 8. Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Kelompok A di

TK Kanisius Gendongan Pada Siklus 2

  Siklus 2 Kategori Penilaian

  Pertemuan 1 Pertemuan 2 Kemampuan berbicara

  Frekuensi % Frekuensi % Baik (Skor ≽ 7) 15 75% 17 85%

  Cukup (Skor 5-6) 4 20% 3 15% Kurang (Skor 3-4) 1 5% 0%

  Total 20 100% 20 100%

  90% 80% 70% 60% 50%

  Siklus 2 Pertemuan 1 40% Siklus 2 Pertemuan 2 30%

  20% 10% 0% Baik Cukup Kurang

  Grafik 7. Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Kelompok A di TK Kanisius Gendongan Pada Siklus 2

  Berdasarkan tabel di atas pada siklus 2 pertemuan pertama diperoleh data sebesar 75% dalam kategori baik dengan jumlah 15 anak, 20% kategori cukup ada 4 anak dan 5% dalam kategori kurang hanya dengan jumlah 1 anak anak saja. Sedangkan pada pertemuan kedua, data yang diperoleh mencapai 85% masuk dalam kategori baik dengan jumlah 17 anak, 15% dalam kategori cukup serta dalam ketegori kurang 0% yang berarti tidak anak anak yang masuk dalam kategori tersebut. Menurut hasil data yang diperoleh pada siklus 2 dapat dilihat bahwa kemampuan berbicara anak kelompok A di TK Kanisius Gendongan sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan yaitu sebesar 80%.

4.3.2.4. Refleksi

  Proses pembelajaraan pada siklus 2 ini berjalan dengan baik, kekurangan dalam pembelajaran sebelumnya dapat ditingkatkan menjadi lebih baik lagi. Jika dilihat dari data hasil pengamatan, kemampuan berbicara anak kelompok A di TK Kanisius Gendongan ini sudah meningkat dan mencapai taget yaitu sebesar 85% yang berarti 17 anak telah mencapai kategori baik dan hanya 3 anak yang kemampuan berbicaranya masuk dalam ketegori cukup. Penggunaan boneka jari sebagai media juga pembelajaran juga mempengaruhi peningkatan kemampuan anak, anak berantusias untuk mengikuti pembelajaran. Adanya reward juga membuat anak lebih termotivasi untuk mengikuti pembelajaran dengan baik. Peningkatan kemampuan berbicara anak dapat dilihat dari data di bawah ini :

  Tabel 9. Rekapitulasi Data Kemampuan Berbicara Anak Kelompok A di TK Kanisius Gendongan Pada Siklus 1 Siklus 2

  Siklus 1 Siklus 2 Kategori Penilaian

  Kemampuan berbicara % %

  Baik (Skor ≽ 7) 22.5% 80% Cukup (Skor 5-6) 37.5% 17.5%

  Kurang (Skor 3-4) 40% 2.5% Total 100% 100%

  Grafik 8. Rekapitulasi Dtaa Kemampuan Berbicara Anak Kelompok A di TK Kanisius Gendongan Pada Siklus 1 Siklus 2

  Data di atas menunjukkan bahwa adanya paningkatan kemampuan berbicara pada anak kelompok A di TK Kanisius Gedongan. Jika dilihat dari hasil rata-rata menunjukkan bahwa siklus 1 ada 22.5% masuk dalam kategori baik, 37.5% dalam kategori cukup dan 40% dalam kategori kurang. Hal ini meningkat dikarenakan hasil dari siklus 2 ditunjukkan dengan ada 80% masuk dalam ketegori baik, dan 17.% masuk dalam kategori cukup, sedangkan kategori kurang hanya ada 2.5%. Karena hasil data pada siklus 2 ini menunjukkan bahwa telah tercapainya indikator keberhasilan maka dengan demikian penelitian ini dikatakan berhasil.

  0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% 70.00% 80.00% 90.00%

  Baik Cukup Kurang Siklus 1 Siklus 2

4.4. Pembahasan

  Keterampilan berbicara merupakan hal yang sangat penting untuk dikembangkan sejak anak usia dini, karena berbicara merupakan salah satu aspek dari keterampilan berbahasa yang sangat penting bagi perkembangan anak. Apabila anak memiliki kemampuan berbicara dengan baik, maka anak akan terampil dalam berkomunikasi dengan lingkungannya secara lancar.

  Pembelajaran di TK harus dilakukan dengan menyenangkan. Dengan menggunakan media yang menarik maka anak akan lebih senang tertarik untuk mengikuti pembelajaran. Guru mengembangkan kemampuan bahasa anak dengan menggunakan media yang dapat meningkatkan perkembangan kemampuan berbicara, mendengar, membaca, dan menulis (Moeslichatoen 2004). Dalam hal ini penggunaan boneka jari efektif digunakan sebagai media pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Gunawan (2010) boneka dapat menjadikan pengalihan perhatian anak sekaligus media berekspresi atau menyatakan perasaannya, bahwa boneka bisa mendorong tumbuhnya fantasi dan imajinasi anak.

  Berdasarkan hasil penelitian dari siklus 1 dan siklus 2 menunjukkan bahwa penggunaan boneka jari dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak kelompok A di TK Kanisius Gendongan. Hasil data di siklus 1 secara umum, keterampilan berbicara anak pada kategori kurang sebesar 40% .

  Sedangkan hasil data siklus 2 secara umum, keterampilan berbicara anak pada kategori baik sebesar 80%. hasil penilaian pada kondisi awal, siklus 1 maupun siklus 2. Perubahan ini terjadi karena beberapa sebab, beberapa sebab diantaranya: penggunaan media boneka jari dalam kegiatan bercakap-cakap membuat anak bersemangat untuk mengikuti pembelajaran, anak memperhatikan guru saat guru mengajar. Anak menjadi lebih mudah untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Pada siklus 2 guru memberikan

  

reward berupa stiker bintang yang lebih besar bagi anak-anak yang

  mengikuti pembelajaran dengan baik dan juga dapat menjawab pertanyaan yang diberikan guru.

  Menurut uraian di atas tentang peraan reward sesuai dengan pendapat Nurbiana Dhieni (2005) yang menyatakan bahwa dalam kegiatan pembelajaran akan lebih baik apabila guru memberikan reinforcement (penguat), reward (pujian, hadiah), stimulasi dan model atau contoh yang baik dari orang dewasa agar keterampilan berbicaranya dapat berkembang secara maksimal.

  Dari semua uraian dan toeri di atas, peneliti menyimpulkan bahwa kemapuan berbicara dapat ditingkatkan melalui media boneka jari.

Dokumen yang terkait

Welcome to Repositori Universitas Muria Kudus - Repositori Universitas Muria Kudus

0 0 13

Welcome to Repositori Universitas Muria Kudus - Repositori Universitas Muria Kudus

0 0 5

Welcome to Repositori Universitas Muria Kudus - Repositori Universitas Muria Kudus

0 0 12

PASURUAN KIDUL KECAMATAN JATI KABUPATEN KUDUS). I. KATA PENGANTAR - Welcome to Repositori Universitas Muria Kudus - Repositori Universitas Muria Kudus

0 0 27

Welcome to Repositori Universitas Muria Kudus - Repositori Universitas Muria Kudus

0 0 21

Welcome to Repositori Universitas Muria Kudus - Repositori Universitas Muria Kudus

0 0 23

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan Sistem Pengelolaan Pengetahuan Peraturan Daerah Kabupaten Halmahera Utara menggunakan Kerangka SECI

0 0 29

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan Sistem Pendukung Keputusan Evaluasi Kinerja Guru dengan Menggunakan Metode Topsis (Studi Kasus: SMA Kristen 1 Salatiga)

0 0 31

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1. Kemampuan Berbicara 2.1.1.1. Pengertian Berbicara - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Metode Bercakap-Cakap Menggunakan Boneka Jari

0 0 17

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1. Jenis Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Metode Bercakap-Cakap Menggunakan Boneka Jari pada Anak Kelompok A di TK Kanisius Gendongan Sala

0 1 10