PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN JEMBER ME
PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN JEMBER MELALUI
PENGALIHAN STRATEGI PERTANIAN TEMBAKAU DARI BERBASIS
AGRO PRODUKSI MENJADI AGRO BISNIS
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Geografi Pengembangan Wilayah
Yang dibina oleh Prof. Dr. Sumarmi, M.Pd
Oleh:
Nida Muftiatul Magfiroh
(130721611785)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI
Maret 2015
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Jember merupakan salah satu kabupaten yang terletak di bagian timur provinsi
Jawa Timur dan berjarak 198 km dari kota Surabaya. Secara atronomis terletak pada
posisi 6º27'29" s/d 7º14'35" BT dan 7º59'6" s/d 8º33'56". Jember mempunyai luas
wilayah 3.293,34 km2 dengan pulau-pulau kecil sebanyak 76 pulau. Kabupaten
Jember berada pada ketinggian 0-3330 mdpl dan beriklim tropis dengan suhu sekitar
230 C - 320 C. Curah hujan cukup banyak yaitu antara 1.969 mm – 3.394 mm. Secara
umum tanah di kabupaten Jember merupakan tanah litosol dan regosol coklat
kekuningan yang subur. Kabupaten Jember dibagi menjadi 2 wilayah, yaitu wilayah
selatan dan wilayah utara. Pada wilayah Jember selatan merupakan daerah dataran
rendah yang subur dan cocok untuk ditanami tanaman pangan, sedangkan pada
wilayah utara merupakan daerah perbukitan dan bergunung-gunung yang cocok
dimanfaatkan sebagai lahan penanaman tanaman keras dan tanaman perkebunan.
Melihat kondisi alam yang sangat mendukung sumber daya alam sektor pertanian
mendominasi di kabupaten Jember. Adapun hasil dari pertanian adalah padi, jagung,
tebu, cabe, tomat, beberapa jenis sayuran dan tembakau. Tembakau merupakan hasil
dari sektor pertanian yang paling berkontribusi dalam perekonomian masyarakat
Jember.
Tembakau sebagai salah satu sektor pertanian yang paling berkontribusi
terhadap perekonomian masyarakat Jember menjadi komoditas utama kabupaten
Jember. Tembakau yang dihasilkan di kabupaten Jember mempenyai nilai jual yang
tnggi baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Tembakau dari kabupaten Jember
selain berkualitas kuantitasnya juga mencukupi baik untuk keperluan lokal maupun
keperluan ekspor karena tembakau dapat tumbuh hampir diseluruh wilayah
kabupatan Jember terutama wilayah kabupaten Jember. Sejauh ini kehidupan petani
kabupaten Jember didominasi oleh petani tembakau. Sebagaian besar tembakau yang
dihasilkan oleh masyarakat Jember untuk keperluan ekspor. Tujuan ekspor tembakau
Jember adalah Bremen, Jerman yang digunakan sebagai bahan pembuat cerutu.
Sebagai salah satu komoditas ekspor yang memberikan kontribusi kepada
perekonomian masyarakat dan juga pendapatan pemerintah daerah, pemerintah
kabupaten Jember intensif mengembangkan pertanian tembakau.Pada awalnya
stratehi pertania yang diterapkan oleh pemerintah kabupaten Jember untuk
meningkatkan produksi tembakau adalah dengan cara menerapkan strategi pertanian
berbasis produksi yang dikenal dengan agroproduksi. Penerapan strategi
agroproduksi dalam upaya peningkatan produksi tembakau di kabupaten Jember
diaanggap mampu meningkatkan jumlah produksi tembakau, sehingga jumlah ekspor
tembakau semakin meningkat.
Upaya pengembangan tembakau kabupaten Jember dapat dilakukan pula dengan
mengalihkan strategi pertanian dari berbasis agroproduksi menjadi berbasis
agrobisnis. Pengalihan strategi pertanian menjadi berbasi agrobisnis mempunyai
beberapa kelebihan. Kelebihan penerapan strategi berbasi agrobisnis adalah selain
dapat meningkatkan jumlah tembakau yang diperdagangkan baik di dalam negeri
maupun di luar negeri, masyarakat Jember juga dapat melakukan pengolahan sendiri.
Upaya pengolahan tembakau sebagai cerutu oleh pemerintah kabupaten Jember
sudah dilakukan. Cerutu yang dihasilkan oleh masyarakat Jember di olah oleh
PT.Perkebunan Nusantara IX kecamatan Ajung. Pada dasarnya penerapan strategi
pertaian berbasi agrobisni terhadap pertanian tembakau tidak hanya dapat
dikembangkan dengan cara pembuatan cerutu, namun dapat pula dilakukan dengan
memproduksi olahan tembakau non rokok seperti pestisida organik. Pengembangan
hasil olahan rokok dapat membantu meningkatkan nilai jual tembakau dari
kabupaten Jember sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat yang
berdampak secara tidak langsung terhadap pengembangan wilayah kabupaten
Jember. Dengan optimalisasi sektor pertanian tembakau melalui strategi pertanian
berbasis agrobisnis cocok untuk diterapkan di kabupaten Jember mengingat kondisi
geografis kabupaten Jember sangat mendukung serta tembakau produksi Jember
yang sudah mempunyai nilai ekspor yang tinggi.
1.2.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana karekteristik tembakau kabupaten Jember?
2. Bagaimana kontribusi pertanian tembakau terhadap pertumbuhan perekonomian
kabupaten Jember?
3. Bagaimana pengembangan pertanian tembakau melalui strategi pertanian
berbasis agrobisnis sebagai salah satu upaya pengembangan wilayah kabupaten
Jember?
1.3.
Tujuan
1. Mendeskripsikan karakteristik tembakau kabupaten Jember.
2. Mendeskripsikan kontribusi pertanian termbakau terhadap pertumbuhan
perekonomian kabupaten Jember.
3. Mendeskripsikan pengembangan pertanian tembakau melalui strategi pertanian
berbasis agrobisnis sebagai salah satu upaya pengembangan wilayah kabupaten
Jember.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1.Karakteristik Tembakau Kabupaten Jember
Tembakau merupakan tanaman semusim dimana dalam dunia pertanian termasuk
dalam golongang tanaman perkebunan bukan termasuk golongan tanaman pangan. Pada
awal perkembangan hingga sekarang sebagian besar tanaman tembakau dimanfaatkan
daunnya sebagai bahan baku rokok. Produksi tanaman tembakau dengan kualitas yang
baik dipengaruhi oleh faktor alam dan juga faktor manusia. Faktor manusia yang
mempengaruhi adalah pengolahan pasca panen sedangkan faktor alam yang
mempengaruhi adalah tanah, pemupukan, dan iklim. Tanaman tembakau bukan
merupakan jenis tanaman yang dapat tumbuh pada semua kondisi iklim. Menurut Tegar
dalam Pratama persyaratan kondisi iklim agar tanaman tembakau dapat berproduksi
secara baik dan maksimal adalah sebagai berikut:
1. Tanamana tembakau tidak menghendaki terhadap keadaan iklim kering dan
iklim yang sangat basah, namun pada dasarnya hal ini bergantung pada jenis
tembakau yang dibudidayakan hal ini karena setiap tembakau memiliki
kesesuaian iklim yang berbeda.
2. Angin kencang juga tidak sesuai dalam usaha budidaya tanamana tembakau
karena angin kencang dapat merusak tanaman tembakau mengingat tembakau
mempunyai sistem perakaran berupa akar serabut. Namun bila menggunakan
teknik budidaya tembakau dibawah naungan akan memperkecil resiko
kerusakan. Selainit angin yang kencang akan berpengaruh terhadap mengering
dan mengerasnya tanah yang dapat menyebabkan berkurangnya kandungan
oksigen dalam tanah.
3. Untuk tanaman tembakau dataran rendah curah hujan yang sesuai adalah ratarata 2000mm/tahun sedangkan untuk tembakau dataran tinggi curah hujan yang
sesuai adalah rata-rata 1500-3500 mm/tahun.
4. Penyinaran cahaya matahari yang kurang dapat menyebabkan pertumbuhan
tanaman kurang baik sehingga produktivitasnya rendah, oleh karena itu lokasi
untuk tenaman tembakau sebaiknya dipilih di tempat yang terbuka dan waktu
tanam disesuaikan dengan jenisnya.
5. Suhu udara yang cocok untuk perumbuhan tanaman tembakau berkisar antara
210C-32,30C (Tegar dalam Pratama, 2012)
Selain iklim, faktor media penanaman juga dapat mempengaruhi produktivitas dan
kualitas tembakau yang dihasilkan. Menurut Rocman dalam Pratama syarat media yang
cocok digunakan untuk budidaya tanaman tembakau adalah sebagai berikut:
1. Untuk tembakau jenis Deli sangat cocok untuk ditanam pada jenis tanah aluvial
dan andosol. Untuk tanah regosol sangat cocok untuk tembakau vorstenlanden
dan besuki. Tembakau virginia flucured cocok ditanam pada tanah podsolik.
Sedangkan untuk tembakau rakyat atau tembakau lokal dapat tumbuh mulai dari
tanah berpasir sampai dengan tanah liat.
2. Derajat keasaman tanah yang baik untuk tanaman tembakau adalah yang
memiliki pH 5-6. Untuk tembakau Deli memerlukan pH 5-5,6, tembakau
virginia 5,5-6,0. Jika kondisi pH tanah kurang dari 5 maka perlu dilakukan
pengapuran untuk menaikkan pH, sedangkan jika kondisi pH lebih dari 6 maka
perlu diberikan belerang untuk menurunkan pH.
3. Tanah yang bersifat gembur, remah, mudah mengikat air, memiliki tata air dan
udara yang baik sehingga dapat meningkatkan drainase.
4. Makin tinggi tempat penanaman makin tinggi kadar nikotinnya. Kemiringan
lereng yang tidak direkomendasikan untuk ditanami tembakau adalah lereng
dengan kemiringan 30% (Rocman dalam Pratama 2006).
Berdasarkan teknik budidaya tembakau jenis Na-Oogst dan tembakau jenis Voor-Oogst
memiliki perbedaan, terutama dalam proses pengeringan karena kedua jenis tembakau
tersebut mempunyai fungsi yang berbeda. Ada yang berfungsi sebagai bahan baku
cerutu dan ada yang dijadikan sebagai bahan baku sigaret. Menurut Edi teknik-teknik
pengeringan pada tanaman tembakau dapat dibagi menjadi 4, yaitu sebagai berikut:
1. Air cured
Air cured adalah proses pengeringan daun tembakau dengan menggunakan
aliran udara bebas. Pengeringan dengan metode air cured akan menghasilkan
tembakau dengan kadar gula rendah namun tinggi nikotin.
2. Flue cured
Flur cured adalah proses pengeringan daun tembakau dengan dengan
mengalirkan udara panas melalui pipa (flue). Prinsip pengeringa flue cured
sangat sederhana, berkurangnya kelembaban secara perlahan selama 24-60jam
pertama (masa penguningan) diikuti hilanganya kadar air secara cepat hingga
lamina mengering yang diikuti mengeringnya gagang.
3. Sun cured
Sun cured adalah proses pengeringan dengan menggunakan sinar matahari
secara langsung atau penjemuran langsung. Proses penjemuran untuk tembakau
rajangan berlangsung selama 2-3 hari. Metode sun cured dapat menghasilkan
tembakau dengan kadar gula serta nikotin yang rendah.
4. Fire cured
Fire cured adalah proses pengeringan daun tembakau dengan cara mengalirkan
asap dan panas dari bawah susunan daun tembakau. Bahan baku yang umum
digunakan agar menghasilkan asap yang cukup antara lain adalah kayu akasia
yang dicampur dengan amps dan bongkol tebu sehingga diharapkan
menghasilkan aroma yang harum dan manis. Pengeringan dengan metode ini
akan menghasilkan tembakau dengan kadar gula rendah namun tinggi nikotin
(Edi, 2001).
Kabupaten Jember merupakan salah satu penghasil tembakau terbesar di Indonesia
sehingga mendapat julukan sebagai kota Tembakau. Tembakau yang dihasilkan oleh
pertanian kabupaten Jember tidak hanya memiliki kualitas yang baik, tapi juga mampu
di produksi sepanjang tahun. Wilayah kabupaten Jember bagian selatan adalah wilayah
penghasil tembakau terbesar di kabupaten Jember karena wilayah Jember bagian selatan
merupakan dataran rendah yang didominasi tanah regosol yang subur. Berdasarkan
teknik budidayanya dan kegunaannya tanaman tembakau di daerah Jember dibagi
menjadi dua, yaitu tembakau Na-Oogst dan tembakau Voor-Oogst. Tembakau jenis NaOogst merupakan tembakau yang dikembangkan dengan teknik budidaya menggunakan
naungan yang ditanam di lahan sawah setelah musim panen padi dengan teknik
pengeringan air cured dan smoke cured. Tembakau jenis Na-Oogst ditanam pada akhir
musim kemarau dan di panen pada awal musim hujan. Pemanfaatan utama tembakau
jenis Na-Oogst adalah sebagai bahan baku cerutu. Untuk tembakau jenis Voor-Oogst
dibudidayakan dengan cara ditanam di tahan tegal tanpa menggunakan naungan
sebelum musim panen padi. Tembakau jenis Voor-Oosgst hingga sekarang hanya
dimanfaatkan sebagai tembakau rajangan dan bahan baku rokok sigaret.
Tabel 1. Luas areal penanaman tembakau di tiap kecamatan dan jenis-jenis tembakau
yang ditanam.
N
Kecamatan
o
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Ajung
Sumbersari
Jelbuk
Arjasa
Kalisat
Sukowono
Ledok ombo
Sumberjambe
Pakusari
Mayang
Silo
Tempurejo
Mumbulsari
Ambulu
15 Wuluhan
16 Balung
17 Jenggawah
18 Rambipuji
19 Bangsalsari
20 Panti
21 Sukorambi
22 Tanggul
23 Semboro
24 Sumberbaru
25 Kencong
26 Gumukmas
27 Puger
28 Jombang
29 Kaliwates
30 Patrang
31 Umbulsari
Jumlah
Na-Oogst
TBN
NOTa
706,6
52,0
15,0
90,0
180,0
-
18,5
130,0
1.178,
25,0
130,0
10,0
35,0
112,0
11,0
12,0
1.378,
8
632,0
12,5
30,0
78,0
7,0
112,0
2.198,
Tradi-
Voor-Oogst
Kasturi Rajang
Burley
Sional
7,0
127,0
26,0
377,0
5,0
11,5
18,0
8,0
69,0
617,5
440,0
434,0
357,5
443,0
63,0
454,5
28,0
84,0
218,0
3,0
991,0
454,0
37,0
224,0
-
6,0
4,0
11,0
39,0
55,0
62,0
39,0
22,5
21,0
75,0
62,0
26,3
75,5
752,0
201,0
999,0
560,0
656,5
532,0
511,0
396,5
842,5
84,0
529,5
534,0
290,8
1.477,3
166,0
5,0
16,0
36,0
3.469,
30,0
25,0
1.794,
139,5
22,0
53,0
10,0
51,0
773,8
1.042,5
111,5
71,0
597,0
17,0
40,0
35,0
403,0
11,0
48,0
10.742,1
105,0
52,0
36,0
336,0
87,0
1.158,
5
8
0
0
0
Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Jember
Jumlah
2.2.Kontribusi Pertanian Tembakau Terhadap Pertumbuhan Perekonomian
Kabupaten Jember
Dalam upaya mencapai pertumbuhan ekonomi hal yang penting dilakukan
adalah menggunakan sumber daya yang ada secara efisien dan meningkatkan kualitas
serta kuantitas elemen-elemen yang dapat memacu pertumbuhan ekonomi.Dalam ilmu
ekonomi pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dipengaruhi oleh faktor penggerak
perekonomian. Menurut Eva elemen-elemen yang memacu pertumbuhan ekonomi
adalah sebagai berikut:
1. Sumber-sumber alam
Elemen sumber alam meliputi luas tanah, sumber mineral dan tambang, serta
iklim.
2. Sumber-sumber tenaga kerja
3. Kualitas tenaga kerja
4. Akumulasi kapital
Sumber alam sebagai salah satu elemen yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
suatu wilayah juga menjadi elemen yang penting bagi pertumbuhan perekonomian
kabupaten Jember yang berbasis agraris. Kabupaten Jember merupakan salah satu
kabupaten Jember yang arah pengembangan wilayahnya bergantung pada sektor agraris.
Pengembangan wilayah yang didasarkan pada sektor agraris bergantung pada beberapa
komoditas seperti tembakau, kopi, karet, dan kakao. Dari beberapa komoditas yang ada,
komoditas tembakau merupakan komoditas pertanian yang memiliki potensi produksi
dan mampu memberikan sumbangan terbesar bila dibandingkan dengan komuditas
lainnya terhadap perekonomian. Tembakau sebagai salah satu komoditas yang
mempunyai nilai jual tinggi baik di dalam negeri maupun di luar negeri digunakan
sebagai bahan baku pembuatan rokok, baik berupa rokok kretek, rokok filter, rokok
putih, cerutu dan cigarillos serta sebagian kecil untuk tembakau hisap. Menurut data
dari BPP dalam Masita pasar ekspor utama komoditas tembakau dan produk jadinya
adalah Eropa dan Amerika. Pada tahun 2006 komoditas tembakau menyumbang devisa
sebesar US$127.180.800,- (belum termasuk produk olahan) dengan volume ekspor
sebesar 53.168,50 ton. Dari total perolehan devisa, tembakau memberikan share
penerimaan devisa yang terbesar yaitu US$ 86.715.100,- (68,22%) dengan volume
ekspor 13.845,90 ton (BPP dalam Masita, 2015).
Jember sebagai salah satu kabupaten penghasil tembakau terbesar di Indonesia
pada tahun 2006 mempunyai luas area mencapai 22,372 ha dengan produksi sebesar
26.752,94 ton. Nilai ekspor tembakau Jember sebesar US$ 67.867.700 atau 53,39% dari
perolehan total ekspor tembakau Indonesia. Volume ekspor tembakau yang tidak terlalu
besar dikarenakan tembakau tidak hanya laku di pasaran luar negeri, tapi juga dipasaran
dalam negeri. Tembakau di dalama negeri digunakan untuk memenuhi kebutuhan
perusahaan-perusahaan rokok dalam negeri. Kontribusi komoditas tembakau dalam
pertumbuhan perekonomian masyarakat kabupaten Jember tidak hanya melalui nilai
jualnya yang tinggi baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Kontribusi komoditas
tembakau terhadap perekonomian masyarakat kabupaten Jember yang kain adalah
sebagai penyedia lapangan kerja. Tembakau dan industri hasil tembakau dalam
perekonomian mampu menyediakan lapangan kerja secara langsung bagi 4.900 pekerja.
Tabel 2. Produksi Tembakau Kabupaten Jember Tahun 2001-2004
N
URAIAN
O
I
Luas Panen (Ha)
1
Na-Oogst
2
Voor-Oogst Kasturi
3
Voor-Oogst Rajang
4
Voor-Oogst White Burley
II
Produksi (Ton)
1
Na-Oogst
2
Voor-Oogst Kasturi
3
Voor-Oogst Rajang
4
Voor-Oogst White Burley
Sumber:BPS Kabupaten Jember
2001
2002
2003
2004
11.807
6.931
-
7.686
8.067
-
3.117,90
3.196,69
374,48
3.551,50
2.115,60
414,30
547,60
130.127
53.104
-
83.826
56.671
-
3.743,73
2.557,43
559,07
5.294,44
1.675,98
290,01
876,16
Tabel 3. Volume Ekspor Tembakau Na-Oogst tahun 2001-2005
Tahun
2001
2002
2003
2004
2005
Volume (Ton)
17.038.908
9.645.168
16.181.682
7.489,395
8.882.79
2.3.Pengembangan Pertanian Tembakau Melalui Strategi Pertanian Berbasis
Agrobisnis Sebagai Salah Satu Upaya Pengembangan Wilayah Kabupaten Jember
Pada hakikatnya pengembangn wilayah merupakan strategi memanfaatkan dan
mengkombinasikan faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang
dan tantangan) yang ada sebagai potensi dan peluang yang dimanfaatkan untuk
meningkatkan produksi wilayah terhadap barang dan jasa yang merupakan fungsi dari
kebutuhan baik secara internal maupun eksternal. Dalam upaya menganalisis
pengembangan suatu wilayah menurut Sumarmi dalam bukunya yang berjudul
Pengembangan Wilayah Berkelanjutan didasarkan pada dua teori, yaitu sebagai berikut:
1. Teori dasar Ekspor (Export Base Theory)
Teori dasar ekspor berkembang atas dasar pertumbuhan dan perkembangan
suatu region akibat adanya barang-barang atau komoditi yang dieskpor dari
region yang bersangkutan.
2. Pendekatan Substitusi Impor (Impor Substitution Approach)
Pendekatan substitusi impor merupakan pendekatan yang diterapkan pada
daerah atau kawasan yang berkembang akibat adanya import bahan-bahan
pengganti yang tidak terdapat di kawasan tersebut yang mendorong
pertumbuhan serta perkembangan setempat (Sumarmi, 2012).
Pengembangan wilayah yang menggunakan teori dasar ekspor dan pendekatan
substitusi impor merupakan teori yang didasarkan pada barang-barang atau komoditi
wilayah yang bersangkutan. Untuk wilayah Indonesia yang notabene merupakan
wilayah yang kaya akan sumber daya baik alam sumber daya alam maupun sumber
daya manusia dalam upaya pengembangan wilayah harus memperhatikan alam dan
lingkungan agar risiko kerusakan lingkungan dapat dikendalikan. Menurut Sumarmi
pembangunan berbasis geografis yang mengutamakan keseimbangan ekonomi dan
ekologi dan sosiokultur bangsa Indonesia dapat dijadikan landasan untuk menetapkan
pilihan apakah Indonesia negara pertanian, industri, wisata,atau tambang, namun
berbagai pertimbangan geografis dan sosiokultur serta letak geologis dan klimatologis
harusnya menunjukkan jati diri pembangunan sebagai negara pertanian yang kuat
(Sumarmi, 2012). Sebagai negera agraris pada umumnya strategi pertanian yang
diterapkan di Indonesia merupakan strategi yang berbasis 5 A. Strategi 5 A yang
dimaksud menurut Worosuprodjo dalam Sumarmi adalah sebagai berikut:
1. Agro produksi yang berdasarkan kemampuan dan kesesuaian lahan.
2. Agro industri yang merupakan usaha pengelolaan hasil-hasil pertanian
3. Agro bisnis merupakan perdagangan hasil-hasil pertanian (lokal-regionalinternasional)
4. Agro teknologi dengan cara penggunaan teknologi ramah lingkungan.
5. Agro tourisme-sosiokultur yang dikembangkan (Worosuprodjo dalam Sumarmi,
2012).
Mengacu pada teori yang diungakapkan oleh Worosuprodjo dapat diketahui bahwa
pada awal perkembangannya kabupaten Jember sebagai salah satu kabupaten penghasil
tembakau terbesar di Indonesia menerapkan strategi pertanian berbasis agroproduksi
untuk meningkatkan hasil produksi tembakau dengan tujuan memenuhi kebutuhan pasar
baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Penerapan strategi pertanian berbasis
agroproduksi mampu meningkatkan produksi pertanian tembakau dan mampu
memenuhi permintaan pasar baik dalam negeri maupun luar negeri. Melihat permintaan
pasar yang semakin meningkat yang diikuti dengan peningkatan jumlah penduduk
strategi pertanian berbasis agroproduksi dikembangkan menjadi strategi pertanian
berbasis agrobisnis. Penerapan strategi pertanian berbasis agrobisnis dalam pertanian
tembakau pada dasarnya telah diterapkan oleh pemerintah kabupaten Jember namun
belum maksimal sehingga hasil yang diperoleh juga belum maksimal.
Pada dasarnya agro bisnis adalah suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah
satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang
ada hubungannya dengan pertanian dalam arti luas. Sedangkan yang dimaksup
pertanian dalam arti luas adalah kegiatan yang menunjang kegiatan pertanian dan
kegiatan yang ditunjan oleh kegiatan pertanian. Strategi pertanian berbasis Agrobisnis
merupakan wujud dari pertanian sebagai kegiatan ekonomi. Strategi pertanian berbasis
agro bisnis merupakan suatu sistem yang mempunyai seperangkat unsur yang secara
teratur saling berkaitan sehingga membentuk sistem agro bisnis. Menurut Laksana subs
sistem yang menyusun struktur agrobisnis terdiri dari 5 subsistem yang terdiri dari
sebagai berikut:
1. Subsistem penyediaan sarana produksi
Subsistem penyediaan sarana produksi menyangkut kegiata pengadaan dan
penyaluran yang mencangkup perencanaan, pengelolaan dari sarana produksi,
teknologi dan sumber daua agar penyediaan sarana produksi atau input usaha
tani memenuhi kriteria tepat waktu,tepat jumlah, tepat jenis,tepat mutu, dan tepat
produk.
2. Subsistem usaha tani atau proses produksi
Subsistem usaha tani atau proses produksi mencakup kegiatan pembinaan dan
pengembangan usaha tani dalam rangka meningkatkan produksi primer
pertanian. Termasuk dalam kegiatan ini adalah perencanaan pemilihan lokasi,
komoditas, teknologi, dan pola usaha tani dalam rangka meningkatkan produksi
primer.
3. Subsistem agroindutri/pengolahan hasil
Lingkup kegiatan pada subsistem agroindustri tidak hanya aktivitas pengolahan
sederhana di tingkat petani, tetapi menyangkut keseluruhan kegiatan mulai dari
penanganan pasca panen produk pertanian sampai pada tingkat pengolahan
lanjutan dengan maksud untuk menambah value added dari produksi primer.
4. Subsistem pemasaran
Subsistem pemasaran mencakup pemasaran hasil-hasil usaha tani dan
agroindustri baik untuk pasar domestik maupun ekspor. Kegiatan utama
subsistem ini adalah pemantauan dan pengembangan informasi pasar dan market
intelligence pada pasar domestik dan pasar luar negeri.
5. Subsistem penunjang
Subsistem penunjang merupakan penunjang kegiatan pra panen dan pasca panen
yang meliputi:
a. Sarana tataniaga
b. Perbankan/perkreditan
c. Penyuluhan agro bisnis
d. Kelompok tani
e. Infrastruktur agro bisnis
f. BUMN
g. Swasta
h. Penelitian dan Pengembangan
i. Koperasi Agro bisnis
j. Pendidikan dan Pelatihan
k. Transportasi
l. Kebijakan Pemerintah (Laksana, 2013)
Dalam strategi pertanian yang berbasis Agro bisnis dapat dikembangkan dengan
menerapkan strategi pengembangan agro bisni. Strategi pengembangan agro bisnis
menurut Laksana terdiri dari beberapa aspek. Adapun beberapa aspek yang menyusun
strategi pengembangan agro bisnis adalah sebagai berikut:
1. Pembangunan agro bisnis merupakan pembangunan industri dan pertanian serta
jasa yang dilakukan sekaligus secara simultan dan harmonis.
2. Membangun agrobisnis adalah membangun keunggulan bersaing diatas
keunggulan komparatif.
3. Menggerakkan kelima subsistem agro bisnis secara simultan, serentak dan
harmonis.
4. Menjadikan agroindustri sebagai A Leading Sector.
5. Membangun sistem agrobisnis melalui industri perbenihan.
6. Dukungan indutri Agro-otomotif dalam pengembangan sistem Agro bisnis.
7. Dukungan industri pupuk dalam pengembangan sistem Agro bisnis
8. Pengembangan sistem agrobisnis melalui reposisi koperasi Agrobisnis.
9. Pengembangan sistem agrobisnis melalui pengembangan sistem informasi
agrobisnis.
10. Membumikan pembangunan sistem agrobisnis dalam otonomi daerah.
11. Dukungan perbankan dalam pengembangan sistem agrobisnis di daerah.
12. Pengembangan strategi pemasaran.
13. Pengembangan sumber daya Agrobisnis.
14. Pengembangan pusat pertumbuhan sektor agro bisnis.
15. Pengembangan infrastruktur agro bisnis.
16. Pembinaan sumber daya manusia untuk mendukung pengembangan agro bisnis
dan ekonomi (Laksana, 2013)
Penerapan strategi pertanian berbasis Agro bisnis pada pertanian tembakau di
kabupaten Jember sudah diterapkan dengan cara tidak lagi hanya memasarkan daun
tembakau mentah, melainkan juga dalam bentuk yang sudah diolah. Salah satu hasil
olahan daun tembakau yang berkembang di kabupaten Jember adalah cerutu Argopuros
yang sudah berhasil merambah pasaran luar negeri yaitu Eropa dan Amerika. Hingga
saat ini olahan daun tembakau yang di hasilkan oleh masyarakat kabupaten Jember
hanya sebatas cerutu dan rokok. Untuk mengembangkan strategi pertanian berbasis
agrobisnis maka produk olahan daun tembakau perlu dikembangkan. Salah satu produk
yang bisa dihasilkan dari daun tembakau adalah sebagai bioinsektisida yang dapat
digunakan sebagai pembasmi serangga yang ramah lingkungan. Bioinsektisida dapat
dijadikan alternatif oleh produsen insektisida,karena bahan baku yang berupa tembakau
akan menekan biaya produksi dan biaya operasional produsen insektisida sehingga
harga insektisida lebih murah. Dengan pengembangan hasil olahan daun tembakau
dapat menambah nilai ekonomi tembakau sehingga petani tembakau dari kabupaten
Jember dapat meningkatkan laba, selain petani yang akan diuntungkan, pihak-pihak
yang mengolah daut tembakau juga akan diuntungkan secara ekonomi. Adanya
kemajuan dalam bidang pertanian kabupaten Jember sebagai kabupaten yang bergerak
dalam bidang agraris akan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang stabil
sehingga upaya pengembangan wilayah sektor pertanian dengan strategi pertanian
berbasis agro bisnis dapat tercapai sesuai tujuan pemerintah kabupaten Jember.
BAB 3
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Tembakau merupakan tanaman semusim dimana dalam dunia pertanian
termasuk dalam golongang tanaman perkebunan bukan termasuk golongan tanaman
pangan. Pada awal perkembangan hingga sekarang sebagian besar tanaman tembakau
dimanfaatkan daunnya sebagai bahan baku rokok. Salah satu daerah penghasil
tembakau terbesar adalah kabupaten Jember. Tembakau yang dihasilkan oleh pertanian
kabupaten Jember tidak hanya memiliki kualitas yang baik, tapi juga mampu di
produksi sepanjang tahun. Berdasarkan teknik budidayanya dan kegunaannya tanaman
tembakau di daerah Jember dibagi menjadi dua, yaitu tembakau Na-Oogst dan
tembakau Voor-Oogst.
Jember sebagai salah satu kabupaten penghasil tembakau terbesar di Indonesia
pada tahun 2006 mempunyai luas area mencapai 22,372 ha dengan produksi sebesar
26.752,94 ton. Nilai ekspor tembakau Jember sebesar US$ 67.867.700 atau 53,39% dari
perolehan total ekspor tembakau Indonesia. Volume ekspor tembakau yang tidak terlalu
besar dikarenakan tembakau tidak hanya laku di pasaran luar negeri, tapi juga dipasaran
dalam negeri. Tembakau di dalama negeri digunakan untuk memenuhi kebutuhan
perusahaan-perusahaan rokok dalam negeri. Kontribusi komoditas tembakau dalam
pertumbuhan perekonomian masyarakat kabupaten Jember tidak hanya melalui nilai
jualnya yang tinggi baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Kontribusi komoditas
tembakau terhadap perekonomian masyarakat kabupaten Jember yang kain adalah
sebagai penyedia lapangan kerja. Tembakau dan industri hasil tembakau dalam
perekonomian mampu menyediakan lapangan kerja secara langsung bagi 4.900 pekerja.
Mengacu pada teori yang diungakapkan oleh Worosuprodjo dapat diketahui
bahwa pada awal perkembangannya kabupaten Jember sebagai salah satu kabupaten
penghasil tembakau terbesar di Indonesia menerapkan strategi pertanian berbasis
agroproduksi. Penerapan strategi pertanian berbasis agroproduksi mampu meningkatkan
produksi pertanian tembakau dan mampu memenuhi permintaan pasar baik dalam
negeri maupun luar negeri. Melihat permintaan pasar yang semakin meningkat yang
diikuti dengan peningkatan jumlah penduduk strategi pertanian berbasis agroproduksi
dikembangkan menjadi strategi pertanian berbasis agrobisnis. Penerapan strategi
pertanian berbasis Agro bisnis pada pertanian tembakau di kabupaten Jember sudah
diterapkan dengan cara tidak lagi hanya memasarkan daun tembakau mentah, melainkan
juga dalam bentuk yang sudah diolah. Salah satu hasil olahan daun tembakau yang
berkembang di kabupaten Jember adalah cerutu Argopuros. Untuk mengembangkan
strategi pertanian berbasis agrobisnis maka produk olahan daun tembakau perlu
dikembangkan. Salah satu produk yang bisa dihasilkan dari daun tembakau adalah
sebagai bioinsektisida yang dapat digunakan sebagai pembasmi serangga yang ramah
lingkungan.
DAFTAR RUJUKAN
Edi, P.2001.Penggunaan Irigasi Curah Pada Tembakau Cerutu Besuki Tanam Awal.Balai
Penelitian Tanaman Tembakau dan Seat.Malang: 87-88.
Laksana, Sudrajat.2013.Model dan Strategi Pengembangan Pertanian Agribisnis.
(Online), (http://disperta.cianjurkab.go.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=72:model-dan-strategi-pengembanganpertani,n-agribisnis&catid=78:berita-dan-informasi&Itemid=472), diakses 5
Maret 2015.
Masita.2015.Analisis Kontribusi Komoditas Tembakau Terhadap Perekonomian
Wilayah Kabupaten Jember.(Online),
(http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/61369/EMILIA
%20MASITA%20-%20080810191005_1.pdf?sequence=1), diakses 5 Maret
2015.
Pratama, D.2012.Awalan Tembakau Jadi.(Online),
(http://dodikfaperta.blogspot.com/2012/02/awalan-tembakau-jadi.html),
diakses 5 Maret 2015.
Sumarmi.2012.Pengembangan Wilayah Berkelanjutan.Malang:Aditya Media.
PENGALIHAN STRATEGI PERTANIAN TEMBAKAU DARI BERBASIS
AGRO PRODUKSI MENJADI AGRO BISNIS
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Geografi Pengembangan Wilayah
Yang dibina oleh Prof. Dr. Sumarmi, M.Pd
Oleh:
Nida Muftiatul Magfiroh
(130721611785)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI
Maret 2015
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Jember merupakan salah satu kabupaten yang terletak di bagian timur provinsi
Jawa Timur dan berjarak 198 km dari kota Surabaya. Secara atronomis terletak pada
posisi 6º27'29" s/d 7º14'35" BT dan 7º59'6" s/d 8º33'56". Jember mempunyai luas
wilayah 3.293,34 km2 dengan pulau-pulau kecil sebanyak 76 pulau. Kabupaten
Jember berada pada ketinggian 0-3330 mdpl dan beriklim tropis dengan suhu sekitar
230 C - 320 C. Curah hujan cukup banyak yaitu antara 1.969 mm – 3.394 mm. Secara
umum tanah di kabupaten Jember merupakan tanah litosol dan regosol coklat
kekuningan yang subur. Kabupaten Jember dibagi menjadi 2 wilayah, yaitu wilayah
selatan dan wilayah utara. Pada wilayah Jember selatan merupakan daerah dataran
rendah yang subur dan cocok untuk ditanami tanaman pangan, sedangkan pada
wilayah utara merupakan daerah perbukitan dan bergunung-gunung yang cocok
dimanfaatkan sebagai lahan penanaman tanaman keras dan tanaman perkebunan.
Melihat kondisi alam yang sangat mendukung sumber daya alam sektor pertanian
mendominasi di kabupaten Jember. Adapun hasil dari pertanian adalah padi, jagung,
tebu, cabe, tomat, beberapa jenis sayuran dan tembakau. Tembakau merupakan hasil
dari sektor pertanian yang paling berkontribusi dalam perekonomian masyarakat
Jember.
Tembakau sebagai salah satu sektor pertanian yang paling berkontribusi
terhadap perekonomian masyarakat Jember menjadi komoditas utama kabupaten
Jember. Tembakau yang dihasilkan di kabupaten Jember mempenyai nilai jual yang
tnggi baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Tembakau dari kabupaten Jember
selain berkualitas kuantitasnya juga mencukupi baik untuk keperluan lokal maupun
keperluan ekspor karena tembakau dapat tumbuh hampir diseluruh wilayah
kabupatan Jember terutama wilayah kabupaten Jember. Sejauh ini kehidupan petani
kabupaten Jember didominasi oleh petani tembakau. Sebagaian besar tembakau yang
dihasilkan oleh masyarakat Jember untuk keperluan ekspor. Tujuan ekspor tembakau
Jember adalah Bremen, Jerman yang digunakan sebagai bahan pembuat cerutu.
Sebagai salah satu komoditas ekspor yang memberikan kontribusi kepada
perekonomian masyarakat dan juga pendapatan pemerintah daerah, pemerintah
kabupaten Jember intensif mengembangkan pertanian tembakau.Pada awalnya
stratehi pertania yang diterapkan oleh pemerintah kabupaten Jember untuk
meningkatkan produksi tembakau adalah dengan cara menerapkan strategi pertanian
berbasis produksi yang dikenal dengan agroproduksi. Penerapan strategi
agroproduksi dalam upaya peningkatan produksi tembakau di kabupaten Jember
diaanggap mampu meningkatkan jumlah produksi tembakau, sehingga jumlah ekspor
tembakau semakin meningkat.
Upaya pengembangan tembakau kabupaten Jember dapat dilakukan pula dengan
mengalihkan strategi pertanian dari berbasis agroproduksi menjadi berbasis
agrobisnis. Pengalihan strategi pertanian menjadi berbasi agrobisnis mempunyai
beberapa kelebihan. Kelebihan penerapan strategi berbasi agrobisnis adalah selain
dapat meningkatkan jumlah tembakau yang diperdagangkan baik di dalam negeri
maupun di luar negeri, masyarakat Jember juga dapat melakukan pengolahan sendiri.
Upaya pengolahan tembakau sebagai cerutu oleh pemerintah kabupaten Jember
sudah dilakukan. Cerutu yang dihasilkan oleh masyarakat Jember di olah oleh
PT.Perkebunan Nusantara IX kecamatan Ajung. Pada dasarnya penerapan strategi
pertaian berbasi agrobisni terhadap pertanian tembakau tidak hanya dapat
dikembangkan dengan cara pembuatan cerutu, namun dapat pula dilakukan dengan
memproduksi olahan tembakau non rokok seperti pestisida organik. Pengembangan
hasil olahan rokok dapat membantu meningkatkan nilai jual tembakau dari
kabupaten Jember sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat yang
berdampak secara tidak langsung terhadap pengembangan wilayah kabupaten
Jember. Dengan optimalisasi sektor pertanian tembakau melalui strategi pertanian
berbasis agrobisnis cocok untuk diterapkan di kabupaten Jember mengingat kondisi
geografis kabupaten Jember sangat mendukung serta tembakau produksi Jember
yang sudah mempunyai nilai ekspor yang tinggi.
1.2.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana karekteristik tembakau kabupaten Jember?
2. Bagaimana kontribusi pertanian tembakau terhadap pertumbuhan perekonomian
kabupaten Jember?
3. Bagaimana pengembangan pertanian tembakau melalui strategi pertanian
berbasis agrobisnis sebagai salah satu upaya pengembangan wilayah kabupaten
Jember?
1.3.
Tujuan
1. Mendeskripsikan karakteristik tembakau kabupaten Jember.
2. Mendeskripsikan kontribusi pertanian termbakau terhadap pertumbuhan
perekonomian kabupaten Jember.
3. Mendeskripsikan pengembangan pertanian tembakau melalui strategi pertanian
berbasis agrobisnis sebagai salah satu upaya pengembangan wilayah kabupaten
Jember.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1.Karakteristik Tembakau Kabupaten Jember
Tembakau merupakan tanaman semusim dimana dalam dunia pertanian termasuk
dalam golongang tanaman perkebunan bukan termasuk golongan tanaman pangan. Pada
awal perkembangan hingga sekarang sebagian besar tanaman tembakau dimanfaatkan
daunnya sebagai bahan baku rokok. Produksi tanaman tembakau dengan kualitas yang
baik dipengaruhi oleh faktor alam dan juga faktor manusia. Faktor manusia yang
mempengaruhi adalah pengolahan pasca panen sedangkan faktor alam yang
mempengaruhi adalah tanah, pemupukan, dan iklim. Tanaman tembakau bukan
merupakan jenis tanaman yang dapat tumbuh pada semua kondisi iklim. Menurut Tegar
dalam Pratama persyaratan kondisi iklim agar tanaman tembakau dapat berproduksi
secara baik dan maksimal adalah sebagai berikut:
1. Tanamana tembakau tidak menghendaki terhadap keadaan iklim kering dan
iklim yang sangat basah, namun pada dasarnya hal ini bergantung pada jenis
tembakau yang dibudidayakan hal ini karena setiap tembakau memiliki
kesesuaian iklim yang berbeda.
2. Angin kencang juga tidak sesuai dalam usaha budidaya tanamana tembakau
karena angin kencang dapat merusak tanaman tembakau mengingat tembakau
mempunyai sistem perakaran berupa akar serabut. Namun bila menggunakan
teknik budidaya tembakau dibawah naungan akan memperkecil resiko
kerusakan. Selainit angin yang kencang akan berpengaruh terhadap mengering
dan mengerasnya tanah yang dapat menyebabkan berkurangnya kandungan
oksigen dalam tanah.
3. Untuk tanaman tembakau dataran rendah curah hujan yang sesuai adalah ratarata 2000mm/tahun sedangkan untuk tembakau dataran tinggi curah hujan yang
sesuai adalah rata-rata 1500-3500 mm/tahun.
4. Penyinaran cahaya matahari yang kurang dapat menyebabkan pertumbuhan
tanaman kurang baik sehingga produktivitasnya rendah, oleh karena itu lokasi
untuk tenaman tembakau sebaiknya dipilih di tempat yang terbuka dan waktu
tanam disesuaikan dengan jenisnya.
5. Suhu udara yang cocok untuk perumbuhan tanaman tembakau berkisar antara
210C-32,30C (Tegar dalam Pratama, 2012)
Selain iklim, faktor media penanaman juga dapat mempengaruhi produktivitas dan
kualitas tembakau yang dihasilkan. Menurut Rocman dalam Pratama syarat media yang
cocok digunakan untuk budidaya tanaman tembakau adalah sebagai berikut:
1. Untuk tembakau jenis Deli sangat cocok untuk ditanam pada jenis tanah aluvial
dan andosol. Untuk tanah regosol sangat cocok untuk tembakau vorstenlanden
dan besuki. Tembakau virginia flucured cocok ditanam pada tanah podsolik.
Sedangkan untuk tembakau rakyat atau tembakau lokal dapat tumbuh mulai dari
tanah berpasir sampai dengan tanah liat.
2. Derajat keasaman tanah yang baik untuk tanaman tembakau adalah yang
memiliki pH 5-6. Untuk tembakau Deli memerlukan pH 5-5,6, tembakau
virginia 5,5-6,0. Jika kondisi pH tanah kurang dari 5 maka perlu dilakukan
pengapuran untuk menaikkan pH, sedangkan jika kondisi pH lebih dari 6 maka
perlu diberikan belerang untuk menurunkan pH.
3. Tanah yang bersifat gembur, remah, mudah mengikat air, memiliki tata air dan
udara yang baik sehingga dapat meningkatkan drainase.
4. Makin tinggi tempat penanaman makin tinggi kadar nikotinnya. Kemiringan
lereng yang tidak direkomendasikan untuk ditanami tembakau adalah lereng
dengan kemiringan 30% (Rocman dalam Pratama 2006).
Berdasarkan teknik budidaya tembakau jenis Na-Oogst dan tembakau jenis Voor-Oogst
memiliki perbedaan, terutama dalam proses pengeringan karena kedua jenis tembakau
tersebut mempunyai fungsi yang berbeda. Ada yang berfungsi sebagai bahan baku
cerutu dan ada yang dijadikan sebagai bahan baku sigaret. Menurut Edi teknik-teknik
pengeringan pada tanaman tembakau dapat dibagi menjadi 4, yaitu sebagai berikut:
1. Air cured
Air cured adalah proses pengeringan daun tembakau dengan menggunakan
aliran udara bebas. Pengeringan dengan metode air cured akan menghasilkan
tembakau dengan kadar gula rendah namun tinggi nikotin.
2. Flue cured
Flur cured adalah proses pengeringan daun tembakau dengan dengan
mengalirkan udara panas melalui pipa (flue). Prinsip pengeringa flue cured
sangat sederhana, berkurangnya kelembaban secara perlahan selama 24-60jam
pertama (masa penguningan) diikuti hilanganya kadar air secara cepat hingga
lamina mengering yang diikuti mengeringnya gagang.
3. Sun cured
Sun cured adalah proses pengeringan dengan menggunakan sinar matahari
secara langsung atau penjemuran langsung. Proses penjemuran untuk tembakau
rajangan berlangsung selama 2-3 hari. Metode sun cured dapat menghasilkan
tembakau dengan kadar gula serta nikotin yang rendah.
4. Fire cured
Fire cured adalah proses pengeringan daun tembakau dengan cara mengalirkan
asap dan panas dari bawah susunan daun tembakau. Bahan baku yang umum
digunakan agar menghasilkan asap yang cukup antara lain adalah kayu akasia
yang dicampur dengan amps dan bongkol tebu sehingga diharapkan
menghasilkan aroma yang harum dan manis. Pengeringan dengan metode ini
akan menghasilkan tembakau dengan kadar gula rendah namun tinggi nikotin
(Edi, 2001).
Kabupaten Jember merupakan salah satu penghasil tembakau terbesar di Indonesia
sehingga mendapat julukan sebagai kota Tembakau. Tembakau yang dihasilkan oleh
pertanian kabupaten Jember tidak hanya memiliki kualitas yang baik, tapi juga mampu
di produksi sepanjang tahun. Wilayah kabupaten Jember bagian selatan adalah wilayah
penghasil tembakau terbesar di kabupaten Jember karena wilayah Jember bagian selatan
merupakan dataran rendah yang didominasi tanah regosol yang subur. Berdasarkan
teknik budidayanya dan kegunaannya tanaman tembakau di daerah Jember dibagi
menjadi dua, yaitu tembakau Na-Oogst dan tembakau Voor-Oogst. Tembakau jenis NaOogst merupakan tembakau yang dikembangkan dengan teknik budidaya menggunakan
naungan yang ditanam di lahan sawah setelah musim panen padi dengan teknik
pengeringan air cured dan smoke cured. Tembakau jenis Na-Oogst ditanam pada akhir
musim kemarau dan di panen pada awal musim hujan. Pemanfaatan utama tembakau
jenis Na-Oogst adalah sebagai bahan baku cerutu. Untuk tembakau jenis Voor-Oogst
dibudidayakan dengan cara ditanam di tahan tegal tanpa menggunakan naungan
sebelum musim panen padi. Tembakau jenis Voor-Oosgst hingga sekarang hanya
dimanfaatkan sebagai tembakau rajangan dan bahan baku rokok sigaret.
Tabel 1. Luas areal penanaman tembakau di tiap kecamatan dan jenis-jenis tembakau
yang ditanam.
N
Kecamatan
o
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Ajung
Sumbersari
Jelbuk
Arjasa
Kalisat
Sukowono
Ledok ombo
Sumberjambe
Pakusari
Mayang
Silo
Tempurejo
Mumbulsari
Ambulu
15 Wuluhan
16 Balung
17 Jenggawah
18 Rambipuji
19 Bangsalsari
20 Panti
21 Sukorambi
22 Tanggul
23 Semboro
24 Sumberbaru
25 Kencong
26 Gumukmas
27 Puger
28 Jombang
29 Kaliwates
30 Patrang
31 Umbulsari
Jumlah
Na-Oogst
TBN
NOTa
706,6
52,0
15,0
90,0
180,0
-
18,5
130,0
1.178,
25,0
130,0
10,0
35,0
112,0
11,0
12,0
1.378,
8
632,0
12,5
30,0
78,0
7,0
112,0
2.198,
Tradi-
Voor-Oogst
Kasturi Rajang
Burley
Sional
7,0
127,0
26,0
377,0
5,0
11,5
18,0
8,0
69,0
617,5
440,0
434,0
357,5
443,0
63,0
454,5
28,0
84,0
218,0
3,0
991,0
454,0
37,0
224,0
-
6,0
4,0
11,0
39,0
55,0
62,0
39,0
22,5
21,0
75,0
62,0
26,3
75,5
752,0
201,0
999,0
560,0
656,5
532,0
511,0
396,5
842,5
84,0
529,5
534,0
290,8
1.477,3
166,0
5,0
16,0
36,0
3.469,
30,0
25,0
1.794,
139,5
22,0
53,0
10,0
51,0
773,8
1.042,5
111,5
71,0
597,0
17,0
40,0
35,0
403,0
11,0
48,0
10.742,1
105,0
52,0
36,0
336,0
87,0
1.158,
5
8
0
0
0
Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Jember
Jumlah
2.2.Kontribusi Pertanian Tembakau Terhadap Pertumbuhan Perekonomian
Kabupaten Jember
Dalam upaya mencapai pertumbuhan ekonomi hal yang penting dilakukan
adalah menggunakan sumber daya yang ada secara efisien dan meningkatkan kualitas
serta kuantitas elemen-elemen yang dapat memacu pertumbuhan ekonomi.Dalam ilmu
ekonomi pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dipengaruhi oleh faktor penggerak
perekonomian. Menurut Eva elemen-elemen yang memacu pertumbuhan ekonomi
adalah sebagai berikut:
1. Sumber-sumber alam
Elemen sumber alam meliputi luas tanah, sumber mineral dan tambang, serta
iklim.
2. Sumber-sumber tenaga kerja
3. Kualitas tenaga kerja
4. Akumulasi kapital
Sumber alam sebagai salah satu elemen yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
suatu wilayah juga menjadi elemen yang penting bagi pertumbuhan perekonomian
kabupaten Jember yang berbasis agraris. Kabupaten Jember merupakan salah satu
kabupaten Jember yang arah pengembangan wilayahnya bergantung pada sektor agraris.
Pengembangan wilayah yang didasarkan pada sektor agraris bergantung pada beberapa
komoditas seperti tembakau, kopi, karet, dan kakao. Dari beberapa komoditas yang ada,
komoditas tembakau merupakan komoditas pertanian yang memiliki potensi produksi
dan mampu memberikan sumbangan terbesar bila dibandingkan dengan komuditas
lainnya terhadap perekonomian. Tembakau sebagai salah satu komoditas yang
mempunyai nilai jual tinggi baik di dalam negeri maupun di luar negeri digunakan
sebagai bahan baku pembuatan rokok, baik berupa rokok kretek, rokok filter, rokok
putih, cerutu dan cigarillos serta sebagian kecil untuk tembakau hisap. Menurut data
dari BPP dalam Masita pasar ekspor utama komoditas tembakau dan produk jadinya
adalah Eropa dan Amerika. Pada tahun 2006 komoditas tembakau menyumbang devisa
sebesar US$127.180.800,- (belum termasuk produk olahan) dengan volume ekspor
sebesar 53.168,50 ton. Dari total perolehan devisa, tembakau memberikan share
penerimaan devisa yang terbesar yaitu US$ 86.715.100,- (68,22%) dengan volume
ekspor 13.845,90 ton (BPP dalam Masita, 2015).
Jember sebagai salah satu kabupaten penghasil tembakau terbesar di Indonesia
pada tahun 2006 mempunyai luas area mencapai 22,372 ha dengan produksi sebesar
26.752,94 ton. Nilai ekspor tembakau Jember sebesar US$ 67.867.700 atau 53,39% dari
perolehan total ekspor tembakau Indonesia. Volume ekspor tembakau yang tidak terlalu
besar dikarenakan tembakau tidak hanya laku di pasaran luar negeri, tapi juga dipasaran
dalam negeri. Tembakau di dalama negeri digunakan untuk memenuhi kebutuhan
perusahaan-perusahaan rokok dalam negeri. Kontribusi komoditas tembakau dalam
pertumbuhan perekonomian masyarakat kabupaten Jember tidak hanya melalui nilai
jualnya yang tinggi baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Kontribusi komoditas
tembakau terhadap perekonomian masyarakat kabupaten Jember yang kain adalah
sebagai penyedia lapangan kerja. Tembakau dan industri hasil tembakau dalam
perekonomian mampu menyediakan lapangan kerja secara langsung bagi 4.900 pekerja.
Tabel 2. Produksi Tembakau Kabupaten Jember Tahun 2001-2004
N
URAIAN
O
I
Luas Panen (Ha)
1
Na-Oogst
2
Voor-Oogst Kasturi
3
Voor-Oogst Rajang
4
Voor-Oogst White Burley
II
Produksi (Ton)
1
Na-Oogst
2
Voor-Oogst Kasturi
3
Voor-Oogst Rajang
4
Voor-Oogst White Burley
Sumber:BPS Kabupaten Jember
2001
2002
2003
2004
11.807
6.931
-
7.686
8.067
-
3.117,90
3.196,69
374,48
3.551,50
2.115,60
414,30
547,60
130.127
53.104
-
83.826
56.671
-
3.743,73
2.557,43
559,07
5.294,44
1.675,98
290,01
876,16
Tabel 3. Volume Ekspor Tembakau Na-Oogst tahun 2001-2005
Tahun
2001
2002
2003
2004
2005
Volume (Ton)
17.038.908
9.645.168
16.181.682
7.489,395
8.882.79
2.3.Pengembangan Pertanian Tembakau Melalui Strategi Pertanian Berbasis
Agrobisnis Sebagai Salah Satu Upaya Pengembangan Wilayah Kabupaten Jember
Pada hakikatnya pengembangn wilayah merupakan strategi memanfaatkan dan
mengkombinasikan faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang
dan tantangan) yang ada sebagai potensi dan peluang yang dimanfaatkan untuk
meningkatkan produksi wilayah terhadap barang dan jasa yang merupakan fungsi dari
kebutuhan baik secara internal maupun eksternal. Dalam upaya menganalisis
pengembangan suatu wilayah menurut Sumarmi dalam bukunya yang berjudul
Pengembangan Wilayah Berkelanjutan didasarkan pada dua teori, yaitu sebagai berikut:
1. Teori dasar Ekspor (Export Base Theory)
Teori dasar ekspor berkembang atas dasar pertumbuhan dan perkembangan
suatu region akibat adanya barang-barang atau komoditi yang dieskpor dari
region yang bersangkutan.
2. Pendekatan Substitusi Impor (Impor Substitution Approach)
Pendekatan substitusi impor merupakan pendekatan yang diterapkan pada
daerah atau kawasan yang berkembang akibat adanya import bahan-bahan
pengganti yang tidak terdapat di kawasan tersebut yang mendorong
pertumbuhan serta perkembangan setempat (Sumarmi, 2012).
Pengembangan wilayah yang menggunakan teori dasar ekspor dan pendekatan
substitusi impor merupakan teori yang didasarkan pada barang-barang atau komoditi
wilayah yang bersangkutan. Untuk wilayah Indonesia yang notabene merupakan
wilayah yang kaya akan sumber daya baik alam sumber daya alam maupun sumber
daya manusia dalam upaya pengembangan wilayah harus memperhatikan alam dan
lingkungan agar risiko kerusakan lingkungan dapat dikendalikan. Menurut Sumarmi
pembangunan berbasis geografis yang mengutamakan keseimbangan ekonomi dan
ekologi dan sosiokultur bangsa Indonesia dapat dijadikan landasan untuk menetapkan
pilihan apakah Indonesia negara pertanian, industri, wisata,atau tambang, namun
berbagai pertimbangan geografis dan sosiokultur serta letak geologis dan klimatologis
harusnya menunjukkan jati diri pembangunan sebagai negara pertanian yang kuat
(Sumarmi, 2012). Sebagai negera agraris pada umumnya strategi pertanian yang
diterapkan di Indonesia merupakan strategi yang berbasis 5 A. Strategi 5 A yang
dimaksud menurut Worosuprodjo dalam Sumarmi adalah sebagai berikut:
1. Agro produksi yang berdasarkan kemampuan dan kesesuaian lahan.
2. Agro industri yang merupakan usaha pengelolaan hasil-hasil pertanian
3. Agro bisnis merupakan perdagangan hasil-hasil pertanian (lokal-regionalinternasional)
4. Agro teknologi dengan cara penggunaan teknologi ramah lingkungan.
5. Agro tourisme-sosiokultur yang dikembangkan (Worosuprodjo dalam Sumarmi,
2012).
Mengacu pada teori yang diungakapkan oleh Worosuprodjo dapat diketahui bahwa
pada awal perkembangannya kabupaten Jember sebagai salah satu kabupaten penghasil
tembakau terbesar di Indonesia menerapkan strategi pertanian berbasis agroproduksi
untuk meningkatkan hasil produksi tembakau dengan tujuan memenuhi kebutuhan pasar
baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Penerapan strategi pertanian berbasis
agroproduksi mampu meningkatkan produksi pertanian tembakau dan mampu
memenuhi permintaan pasar baik dalam negeri maupun luar negeri. Melihat permintaan
pasar yang semakin meningkat yang diikuti dengan peningkatan jumlah penduduk
strategi pertanian berbasis agroproduksi dikembangkan menjadi strategi pertanian
berbasis agrobisnis. Penerapan strategi pertanian berbasis agrobisnis dalam pertanian
tembakau pada dasarnya telah diterapkan oleh pemerintah kabupaten Jember namun
belum maksimal sehingga hasil yang diperoleh juga belum maksimal.
Pada dasarnya agro bisnis adalah suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah
satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang
ada hubungannya dengan pertanian dalam arti luas. Sedangkan yang dimaksup
pertanian dalam arti luas adalah kegiatan yang menunjang kegiatan pertanian dan
kegiatan yang ditunjan oleh kegiatan pertanian. Strategi pertanian berbasis Agrobisnis
merupakan wujud dari pertanian sebagai kegiatan ekonomi. Strategi pertanian berbasis
agro bisnis merupakan suatu sistem yang mempunyai seperangkat unsur yang secara
teratur saling berkaitan sehingga membentuk sistem agro bisnis. Menurut Laksana subs
sistem yang menyusun struktur agrobisnis terdiri dari 5 subsistem yang terdiri dari
sebagai berikut:
1. Subsistem penyediaan sarana produksi
Subsistem penyediaan sarana produksi menyangkut kegiata pengadaan dan
penyaluran yang mencangkup perencanaan, pengelolaan dari sarana produksi,
teknologi dan sumber daua agar penyediaan sarana produksi atau input usaha
tani memenuhi kriteria tepat waktu,tepat jumlah, tepat jenis,tepat mutu, dan tepat
produk.
2. Subsistem usaha tani atau proses produksi
Subsistem usaha tani atau proses produksi mencakup kegiatan pembinaan dan
pengembangan usaha tani dalam rangka meningkatkan produksi primer
pertanian. Termasuk dalam kegiatan ini adalah perencanaan pemilihan lokasi,
komoditas, teknologi, dan pola usaha tani dalam rangka meningkatkan produksi
primer.
3. Subsistem agroindutri/pengolahan hasil
Lingkup kegiatan pada subsistem agroindustri tidak hanya aktivitas pengolahan
sederhana di tingkat petani, tetapi menyangkut keseluruhan kegiatan mulai dari
penanganan pasca panen produk pertanian sampai pada tingkat pengolahan
lanjutan dengan maksud untuk menambah value added dari produksi primer.
4. Subsistem pemasaran
Subsistem pemasaran mencakup pemasaran hasil-hasil usaha tani dan
agroindustri baik untuk pasar domestik maupun ekspor. Kegiatan utama
subsistem ini adalah pemantauan dan pengembangan informasi pasar dan market
intelligence pada pasar domestik dan pasar luar negeri.
5. Subsistem penunjang
Subsistem penunjang merupakan penunjang kegiatan pra panen dan pasca panen
yang meliputi:
a. Sarana tataniaga
b. Perbankan/perkreditan
c. Penyuluhan agro bisnis
d. Kelompok tani
e. Infrastruktur agro bisnis
f. BUMN
g. Swasta
h. Penelitian dan Pengembangan
i. Koperasi Agro bisnis
j. Pendidikan dan Pelatihan
k. Transportasi
l. Kebijakan Pemerintah (Laksana, 2013)
Dalam strategi pertanian yang berbasis Agro bisnis dapat dikembangkan dengan
menerapkan strategi pengembangan agro bisni. Strategi pengembangan agro bisnis
menurut Laksana terdiri dari beberapa aspek. Adapun beberapa aspek yang menyusun
strategi pengembangan agro bisnis adalah sebagai berikut:
1. Pembangunan agro bisnis merupakan pembangunan industri dan pertanian serta
jasa yang dilakukan sekaligus secara simultan dan harmonis.
2. Membangun agrobisnis adalah membangun keunggulan bersaing diatas
keunggulan komparatif.
3. Menggerakkan kelima subsistem agro bisnis secara simultan, serentak dan
harmonis.
4. Menjadikan agroindustri sebagai A Leading Sector.
5. Membangun sistem agrobisnis melalui industri perbenihan.
6. Dukungan indutri Agro-otomotif dalam pengembangan sistem Agro bisnis.
7. Dukungan industri pupuk dalam pengembangan sistem Agro bisnis
8. Pengembangan sistem agrobisnis melalui reposisi koperasi Agrobisnis.
9. Pengembangan sistem agrobisnis melalui pengembangan sistem informasi
agrobisnis.
10. Membumikan pembangunan sistem agrobisnis dalam otonomi daerah.
11. Dukungan perbankan dalam pengembangan sistem agrobisnis di daerah.
12. Pengembangan strategi pemasaran.
13. Pengembangan sumber daya Agrobisnis.
14. Pengembangan pusat pertumbuhan sektor agro bisnis.
15. Pengembangan infrastruktur agro bisnis.
16. Pembinaan sumber daya manusia untuk mendukung pengembangan agro bisnis
dan ekonomi (Laksana, 2013)
Penerapan strategi pertanian berbasis Agro bisnis pada pertanian tembakau di
kabupaten Jember sudah diterapkan dengan cara tidak lagi hanya memasarkan daun
tembakau mentah, melainkan juga dalam bentuk yang sudah diolah. Salah satu hasil
olahan daun tembakau yang berkembang di kabupaten Jember adalah cerutu Argopuros
yang sudah berhasil merambah pasaran luar negeri yaitu Eropa dan Amerika. Hingga
saat ini olahan daun tembakau yang di hasilkan oleh masyarakat kabupaten Jember
hanya sebatas cerutu dan rokok. Untuk mengembangkan strategi pertanian berbasis
agrobisnis maka produk olahan daun tembakau perlu dikembangkan. Salah satu produk
yang bisa dihasilkan dari daun tembakau adalah sebagai bioinsektisida yang dapat
digunakan sebagai pembasmi serangga yang ramah lingkungan. Bioinsektisida dapat
dijadikan alternatif oleh produsen insektisida,karena bahan baku yang berupa tembakau
akan menekan biaya produksi dan biaya operasional produsen insektisida sehingga
harga insektisida lebih murah. Dengan pengembangan hasil olahan daun tembakau
dapat menambah nilai ekonomi tembakau sehingga petani tembakau dari kabupaten
Jember dapat meningkatkan laba, selain petani yang akan diuntungkan, pihak-pihak
yang mengolah daut tembakau juga akan diuntungkan secara ekonomi. Adanya
kemajuan dalam bidang pertanian kabupaten Jember sebagai kabupaten yang bergerak
dalam bidang agraris akan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang stabil
sehingga upaya pengembangan wilayah sektor pertanian dengan strategi pertanian
berbasis agro bisnis dapat tercapai sesuai tujuan pemerintah kabupaten Jember.
BAB 3
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Tembakau merupakan tanaman semusim dimana dalam dunia pertanian
termasuk dalam golongang tanaman perkebunan bukan termasuk golongan tanaman
pangan. Pada awal perkembangan hingga sekarang sebagian besar tanaman tembakau
dimanfaatkan daunnya sebagai bahan baku rokok. Salah satu daerah penghasil
tembakau terbesar adalah kabupaten Jember. Tembakau yang dihasilkan oleh pertanian
kabupaten Jember tidak hanya memiliki kualitas yang baik, tapi juga mampu di
produksi sepanjang tahun. Berdasarkan teknik budidayanya dan kegunaannya tanaman
tembakau di daerah Jember dibagi menjadi dua, yaitu tembakau Na-Oogst dan
tembakau Voor-Oogst.
Jember sebagai salah satu kabupaten penghasil tembakau terbesar di Indonesia
pada tahun 2006 mempunyai luas area mencapai 22,372 ha dengan produksi sebesar
26.752,94 ton. Nilai ekspor tembakau Jember sebesar US$ 67.867.700 atau 53,39% dari
perolehan total ekspor tembakau Indonesia. Volume ekspor tembakau yang tidak terlalu
besar dikarenakan tembakau tidak hanya laku di pasaran luar negeri, tapi juga dipasaran
dalam negeri. Tembakau di dalama negeri digunakan untuk memenuhi kebutuhan
perusahaan-perusahaan rokok dalam negeri. Kontribusi komoditas tembakau dalam
pertumbuhan perekonomian masyarakat kabupaten Jember tidak hanya melalui nilai
jualnya yang tinggi baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Kontribusi komoditas
tembakau terhadap perekonomian masyarakat kabupaten Jember yang kain adalah
sebagai penyedia lapangan kerja. Tembakau dan industri hasil tembakau dalam
perekonomian mampu menyediakan lapangan kerja secara langsung bagi 4.900 pekerja.
Mengacu pada teori yang diungakapkan oleh Worosuprodjo dapat diketahui
bahwa pada awal perkembangannya kabupaten Jember sebagai salah satu kabupaten
penghasil tembakau terbesar di Indonesia menerapkan strategi pertanian berbasis
agroproduksi. Penerapan strategi pertanian berbasis agroproduksi mampu meningkatkan
produksi pertanian tembakau dan mampu memenuhi permintaan pasar baik dalam
negeri maupun luar negeri. Melihat permintaan pasar yang semakin meningkat yang
diikuti dengan peningkatan jumlah penduduk strategi pertanian berbasis agroproduksi
dikembangkan menjadi strategi pertanian berbasis agrobisnis. Penerapan strategi
pertanian berbasis Agro bisnis pada pertanian tembakau di kabupaten Jember sudah
diterapkan dengan cara tidak lagi hanya memasarkan daun tembakau mentah, melainkan
juga dalam bentuk yang sudah diolah. Salah satu hasil olahan daun tembakau yang
berkembang di kabupaten Jember adalah cerutu Argopuros. Untuk mengembangkan
strategi pertanian berbasis agrobisnis maka produk olahan daun tembakau perlu
dikembangkan. Salah satu produk yang bisa dihasilkan dari daun tembakau adalah
sebagai bioinsektisida yang dapat digunakan sebagai pembasmi serangga yang ramah
lingkungan.
DAFTAR RUJUKAN
Edi, P.2001.Penggunaan Irigasi Curah Pada Tembakau Cerutu Besuki Tanam Awal.Balai
Penelitian Tanaman Tembakau dan Seat.Malang: 87-88.
Laksana, Sudrajat.2013.Model dan Strategi Pengembangan Pertanian Agribisnis.
(Online), (http://disperta.cianjurkab.go.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=72:model-dan-strategi-pengembanganpertani,n-agribisnis&catid=78:berita-dan-informasi&Itemid=472), diakses 5
Maret 2015.
Masita.2015.Analisis Kontribusi Komoditas Tembakau Terhadap Perekonomian
Wilayah Kabupaten Jember.(Online),
(http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/61369/EMILIA
%20MASITA%20-%20080810191005_1.pdf?sequence=1), diakses 5 Maret
2015.
Pratama, D.2012.Awalan Tembakau Jadi.(Online),
(http://dodikfaperta.blogspot.com/2012/02/awalan-tembakau-jadi.html),
diakses 5 Maret 2015.
Sumarmi.2012.Pengembangan Wilayah Berkelanjutan.Malang:Aditya Media.