ASKEP SEMINAR KEJANG DEMAM test
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
DENGAN KEJANG DEMAM
Disusun Oleh :
Ade Sri Wahyu Hartasari
Ni Putu Intan Indrayani
Nadia Vivianthi
Sang Ayu Risna Sri Wahyuni
I Putu Diantara
Ni Putu Devi Stini
I Gede Sugandi
I Wayan Beni Setiawan
Putu Mirah Ratna Sari Dewi
S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BALI
TAHUN AJARAN 2016/2017
BAB 1
PENDAHULUAN
a. Latar belakang
Suhu tubuh relative konstan. Hal ini di perlukan untuk sel-sel tubuh agar dapat
berfungsi secara efektif. Normlny suhu tubuh berkisaran 36,5-37,5 0 C. suhu tubuh
dapatdiartikan sebagai keseimbangan antara panas yang di produki dengan panas
yang hilang dari tubuh. Kulit merupakan organ tubuh yang bertanggung jawab untuk
memelihara suhu tubuh agar tetap normal dengan mekanisme tertentu.
Panas di produksi tubuh melalu proses metabolism, aktivitas otot, dan skresi
kelenjar. Produksi panas meningkat atau menurun dipengaruhi oleh suatu sebab.
Misalnya karena penyakit ataupun stress. Suhu tubuh terlalu ekstrim, baik panas atau
dingin yang ekstrim depat menyebabkan kematian. Oleh karena itu perawat perlu
membantu klien apabila mekanisme homeostatis tubuh, untuk mengontrol suhu
tubuhnya, tidak mampu mennggulanginya peubahan suhu tubuh tersbut secara
efektif.
Secara fisiologi suhu tubuh merupakan perbedaan antara jumlah panas yang
dihasilkan tubuh dengan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Panas yang
dihasilkan – panas yang hilang = suhu tubu. Nilai suhu tubuh ditentukan oleh lokasi
pengukuran (oral, rectal, aksila, membrane timpani, arteri temporalis, esophagus,
arteri pulmonal, atau kandung kemih). Anda akan mempelajari kisaran suhu pada
klien individual di lahan praktik. Tidak ada satu nilai suhu tubuh tunggal yang
normal bagi semua orang. Pengaturan suhu tubuh bertujuan memperoleh nilai suhu
jaringan dalam pada tubuh. Lokasi yang mewakili suhu ini merupakan indictor yang
lebih terpercaya di bandingkan lokasi yang mewakili suhu permukaan.
b. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
a. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada pasin dengan
hipertermi
2. Tujuan Khuus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan pada pasien
hipertermi
b. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien
hipertermi
c. Mahasiswa mampu merencanakan tindakan keperawatan pada pasien
hiprtermi
d. Mahasiswa mampu melaksanakan evaluasi keperawatan pada pasien
hipertermi
c. Metode Penulisan
Metode yang digunakan penulisan dalam laporan studi kasus ini adalah metode
deskriptif melalui pendktan proses keperawatan engan cara teknik pengumpulan data
seperti wawancara, pemeriksan fisik, kolaborsi dengan tim keshatan yang lain serta
data dari catatan medic klien. Setelah itu data diolah dan dianalisa untuk selanjutnya
dirumuskan masalah sehingga bisa di intervensi dan di evaluasi.
d. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pengertian dan pemahaman terhadap isi dan maksud dari
laporan kasus ini, maka penulisannyadibuat secara sistematis dibagi menjadi 5 bab,
yaitu :
Bab I Pendahuluan
Bab II Tinjauan Teori
Bab III Tinjauan Kasus
Bab IV Pembahasan
Pembahasan merupakan analisa antara penerapan teori antara praktek secara
nyata. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pda bab III yang memuat tinjauan
kasus nyata diruangan, dimana penulis membahas adanya kesenjangan antara teori
dengan kasus nyata yang di dapat pada pasien Ny. EI dengan hipertermi.
Untuk mendapat gambarab yang lebih jelas maka kesenjangan yang terjadi
akan diuraikan dalam setiap tahapan proses keperawatan sebagai berikut.
A. Pengkajian
Pada tahap pengkajian hamper semua data pada konsep ditentukan pada
kasus. Sehingga semua diagnose keperawatan di teori hanya 1 diagnosa
keperawatan yang ditemukn dikasus antara lain hiprtermi.
Dalam melakukan pengkajian untuk menapatkan data-data yang maksimal
untuk kasus ini, perawat tidak mendapat hmbatan karena keluarga dan
pasien sangat koperatif dengan perawat sehingga pengambilan data
berjalan dengan lancar.
B. Perencanaan
Pada perencanaan diawali dengan memprioritaskan masalah keperawatan
berdasarkn 14 kebutuhan dasar manusia menurut Abraham maslow.
Dimana prioritas masalah konsep tori dan kasus sudah sesuai dalam kasus.
C. Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah tahapan ketiga dlam proses keperawatan dimana dalam
pelaksanaan pada perencana tindakan seharusnya dapat dilaksanakan.
Memberikan kompres hangat .
Untuk rencana tindakan yang lain juga dapat dilaksanakan karena didukung
oleh situasi dan kondisi, respon pasien, respon pasien yang kooperatif serta
kerjasama yang baik dari tim ruangan, sehingga dalam pelakanaannya tidak
menmukan hambatan yang brarti.
D. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahapan akhir dari proseskeperawatan untuk memiliki
pencapaian tujuan. Evaluasi Ny. EI dengan hipertermi.
Bab V Penutup
A. Kesimpulan
Dari laporan yang kami buat dapat ditarik kesimpulan bahwa hipertermi
Hipertermi merupakan keadaan ketika individu mengalami atau berisiko
mengalami kenaikan suhu tubuh 15 menit) biasanya disertai apnea.
Meningkatnya kebutuhan O2 dan untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi
hipoksemia, hiperkapnia, denyut jantung yang tidak teratur dan makin meningkatnya
suhu tubuh karena tingginya aktifitas otot dan selanjutnya menyebabkan metabolisme
otek meningkat. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang
mengakibatkan hipoksia sehingga meningkatkan permeabilitas kapiler dan timbul
oedema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak (Hasan dan Alatas,
1985: 847 dan Ngastiyah, 1997: 229)
D. PATHWAY ANAK KEJANG
Infeksi bakteri
Virus dan parasit
Reaksi inflamasi
rangsang mekanik dan biokimia.
gangguan keseimbangan cairan&elektrolit
perubahan konsentrasi ion
di ruang ekstraseluler
Proses demam
Hipertermia
Ketidakseimbangan
kelainan neurologis
potensial membran
perinatal/prenatal
ATP ASE
Resiko kejang berulang
difusi Na+ dan K+
Pengobatan perawatan
Kondisi, prognosis, lanjut
kejang
resiko cedera
Dan diit
Kurang informasi, kondisi
kurang dari
Prognosis/pengobatan
lebih dari 15 menit
15 menit
Dan perawatan
perubahan suplay
Tidak menimbulkan
Kurang pengetahuan/
Darah ke otak
gejala sisa
Inefektif
Penatalaksanaan kejang
resiko kerusakan sel
Cemas
Neuron otak
Cemas
Perfusi jaringan cerebral tidak efektif
E. MANIFESTASI KLINIK
1. Kejang parsial (fokal, lokal)
a. Kejang parsial sederhana :
Kesadaran tidak terganggu, dapat mencakup satu atau lebih hal berikut ini :
a) Tanda-tanda motoris, kedutan pada wajah, atau salah satu sisi tubuh;
umumnya gerakan setiap kejang sama.
b) Tanda atau gejala otonomik: muntah, berkeringat, muka merah, dilatasi
pupil.
c) Gejala somatosensoris atau sensoris khusus : mendengar musik, merasa
seakan jatuh dari udara, parestesia.
d) Gejala psikis : dejavu, rasa takut, visi panoramik.
b. Kejang parsial kompleks
a) Terdapat gangguan kesadaran, walaupun pada awalnya sebagai kejang
parsial simpleks
b) Dapat mencakup otomatisme atau gerakan otomatik : mengecap–
ngecapkan bibir, mngunyah, gerakan menongkel yang berulang–ulang
pada tangan dan gerakan tangan lainnya.
c) Dapat tanpa otomatisme : tatapan terpaku
2. Kejang umum (konvulsi atau non konvulsi)
a. Kejang absens
a) Gangguan kewaspadaan dan responsivitas
b) Ditandai dengan tatapan terpaku yang umumnya berlangsung kurang
dari 15 detik
c) Awitan dan akhiran cepat, setelah itu kempali waspada dan konsentrasi
penuh
b. Kejang mioklonik
a) Kedutan–kedutan involunter pada otot atau sekelompok otot yang
terjadi secara mendadak.
b) Sering terlihat pada orang sehat selama tidur tetapi bila patologik
berupa kedutan kedutan sinkron dari bahu, leher, lengan atas dan kaki.
c) Umumnya berlangsung kurang dari 5 detik dan terjadi dalam kelompok
d) Kehilangan kesadaran hanya sesaat.
c. Kejang tonik klonik
a) Diawali dengan kehilangan kesadaran dan saat tonik, kaku umum pada
otot ekstremitas, batang tubuh dan wajah yang berlangsung kurang dari
1 menit
b) Dapat disertai hilangnya kontrol usus dan kandung kemih
c) Saat tonik diikuti klonik pada ekstremitas atas dan bawah.
d) Letargi, konvulsi, dan tidur dalam fase postictal
d. Kejang atonik
a) Hilangnya tonus secara mendadak sehingga dapat menyebabkan
kelopak mata turun, kepala menunduk, atau jatuh ke tanah.
b) Singkat dan terjadi tanpa peringatan.
F. KOMPLIKASI
1.
Aspirasi
2.
Asfiksia
3.
Retardasi mental
G. UJI LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK
1.
Elektroensefalogram (EEG) : dipakai
unutk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang.
2.
Pemindaian CT : menggunakan kajian
sinar X yang lebih sensitif dari biasanya untuk mendeteksi perbedaan kerapatan
jaringan.
3.
Magnetic Resonance Imaging (MRI) :
menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapangan magnetik dan gelombang
radio, berguna untuk memperlihatkan daerah–daerah otak yang tidak jelas terlihat
bila menggunakan pemindaian CT
4.
Pemindaian Positron Emission
Tomography (PET) : untuk mengevaluasi kejang yang membandel dan membantu
menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolik atau aliran darah dalam otak
5.
Uji laboratorium
a. Pungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler
b. Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokrit
c. Panel elektrolit
d. Skrining toksik dari serum dan urin
e. AGD
f. Kadar kalsium darah
g. Kadar natrium darah
h. Kadar magnesium darah
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Memberantas kejang secepat mungkin
Diberikan antikonvulsan secara intravena jika klien masih dalam keadaan kejang,
ditunggu selama 15 menit, bila masih terdapat kejang diulangi suntikan kedua
dengan dosis yang sama juga secara intravena. Setelah 15 menit suntikan ke 2
masih kejang diberikan suntikan ke 3 dengan dosis yang sama tetapi melalui
intramuskuler, diharapkan kejang akan berhenti. Bila belum juga berhenti dapat
diberikan fenobarbital atau paraldehid 4 % secara intravena.
2. Pengobatan penunjang
Sebelum memberantas kejang tidak boleh dilupakan perlunya pengobatan
penunjang
a.Semua pakaian ketat dibuka
b.
Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah
aspirasi isi lambung
c.Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen, bila
perlu dilakukan intubasi atau trakeostomi.
d.
Penhisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan
diberikan oksigen.
3. Pengobatan rumat
a.Profilaksis intermiten
Untuk mencegah kejang berulang, diberikan obat campuran anti konvulsan
dan antipietika. Profilaksis ini diberikan sampai kemungkinan sangat kecil
anak mendapat kejang demam sederhana yaitu kira-kira sampai anak umur 4
tahun.
b.
Profilaksis jangka panjang
Diberikan pada keadaan
1) Epilepsi yang diprovokasi oleh demam
2) Kejang demam yang mempunyai ciri :
1.
Terdapat gangguan perkembangan saraf seperti
serebral palsi, retardasi
2.
perkembangan dan mikrosefali
Bila kejang berlangsung lebih dari 15 menit, bersifat
fokal atau diikuti kelainan saraf yang sementara atau menetap
3.
Riwayat kejang tanpa demam yang bersifat genetik
4.
Kejang demam pada bayi berumur dibawah usia 1
bulan
4. Mencari dan mengobati penyebab
I. KLASIFIKASI
Menurut Ngastiyah ( 1997: 231), klasikfikasi kejang demam adalah
1.
Kejang demam sederhana
yaitu kejang berlangsung kurang dari 15 menit dan umum. Adapun pedoman
untuk mendiagnosa kejang demam sederhana dapat diketahui melalui criteria
Livingstone, yaitu :
a. umur anak ketika kejang antara 6 bulan sampai 4 tahun
b. kejang berlangsung hanya sebentar, tidak lebih dari 15 menit.
c. Kejang bersifat umum
d. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbul demam.
e. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kjang normal
f. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu normal
tidak menunjukan kelainan.
g. Frekuensi kejang bangkitan dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali
2.
Kejang kompleks
Kejang kompleks adalah tidak memenuhi salah satu lebih dari ketujuh criteria
Livingstone. Menurut Mansyur ( 2000: 434) biasanya dari kejang kompleks
diandai dengan kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit, fokal atau multiple (
lebih dari 1 kali dalam 24jam). Di sini anak sebelumnya dapat mempunyai
kelainan neurology atau riwayat kejang dalam atau tanpa kejang dalam riwayat
keluarga.
J. PENCEGAHAN
Menurut Ngastiyah ( 1997: 236-239) pencegahan difokuskan pada pencegahan
kekambuhan berulang dan penegahan segera saat kejang berlangsung.
1.
Pencegahan berulang
a. Mengobati infeksi yang mendasari kejang
b. Penkes tentang
1) Tersedianya obat penurun panas yang didapat atas resep dokter
2) Tersedianya obat pengukur suhu dan catatan penggunaan termometer, cara
pengukuran suhu tubuh anak, serta keterangan batas-batas suhu normal
pada anak ( 36-37ºC)
3)
Anak diberi obat anti piretik bila orang tua mengetahuinya pada saat
mulai demam dan jangan menunggu sampai meningkat
4)
Memberitahukan pada petugas imunisasi bahwa anaknya pernah
mengalami kejang demam bila anak akan diimunisasi.
2.
Mencegah cedera saat kejang berlangsung kegiatan
ini meliputi :
a. Baringkan pasien pada tempat yang rata
b. Kepala dimiringkan unutk menghindari aspirasi cairan tubuh
c. Pertahankan lidah untuk tidak menutupi jalan napas
d. Lepaskan pakaian yang ketat
e. Jangan melawan gerakan pasien guna menghindari cedera
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KEJANG DEMAM
A. PENGKAJIAN
Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien dengan kejang demam menurut Greenberg
(1980 : 122 – 128)
1. Riwayat Keperawatan
a. Adanya riwayat kejang demam pada pasien dan keluarga
b. Adanya riwayat infeksi seperti saluran pernafasan atis, OMA, pneumonia,
gastroenteriks, Faringiks, brontrope, umoria, morbilivarisela dan campak.
c. Adanya riwayat peningkatan suhu tubuh
d. Adanya riwayat trauma kepala
2. Pengkajian fisik
a. Adanya peningkatan : suhu tubuh, nadi, dan pernafasan, kulit teraba hangat
b. Ditemukan adanya anoreksia, mual, muntah dan penurunan berat badan
c. Adanya kelemahan dan keletihan
d. Adanya kejang
e. Pada pemeriksaan laboratorium darah ditemukan adanya peningkatan kalium,
jumlah cairan cerebrospiral meningkat dan berwarna kuning
3. Riwayat Psikososial atau Perkembangan
a. Tingkat perkembangan anak terganggu
b. Adanya kekerasan penggunaan obat – obatan seperti obat penurun panas
c. Pengalaman tantang perawatan sesudah/ sebelum mengenai anaknya pada
waktu sakit.
4. Pengetahuan keluarga
a. Tingkatkan pengetahuan keluarga yang kurang
b. Keluarga kurang mengetahui tanda dan gejala kejang demam
c. Ketidakmampuan keluarga dalam mengontrol suhu tubuh
d. Keterbatasan menerima keadaan penyakitnya
Pengkajian neurologik :
1. Tanda – tanda vital
a.Suhu
b.
Pernapasan
c.Denyut jantung
d.
Tekanan darah
e.Tekanan nadi
2. Hasil pemeriksaan kepala
a.Fontanel : menonjol, rata, cekung
b.
Lingkar kepala : di bawah 2 tahun
c.Bentuk Umum
3. Reaksi pupil
a.Ukuran
b.
Reaksi terhadap cahaya
c.Kesamaan respon
4. Tingkat kesadaran
a.Kewaspadaan : respon terhadap panggilan
b.
Iritabilitas
c.Letargi dan rasa mengantuk
d.
Orientasi terhadap diri sendiri dan orang lain
5. Afek
a.Alam perasaan
b.
Labilitas
6. Aktivitas kejang
a.Jenis
b.
Lamanya
7. Fungsi sensoris
a.Reaksi terhadap nyeri
b.
Reaksi terhadap suhu
8. Refleks
a.Refleks tendo superfisial
b.
Reflek patologi
9. Kemampuan intelektual
a.Kemampuan menulis dan menggambar
b.
Kemampuan membaca
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut Doengoes, dkk (1999 : 876), Angram (1999 : 629 – 630) dan carpenito
(2000 : 132), diagnosa yang mungkin muncul pada pasien dengan kejang demam
1. Resiko tinggi terhadap cidera b.d aktivitas kejang
2. Hipertermi bd efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamus
3. Perfusi jaringan cerebral tidak efektif bd reduksi aliran darah ke otak
4. Kurang pengetahuan orang tua tentang kondisi, prognosis, penatalaksanaan
dan kebutuhan pengobatan bd kurangnya informasi
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
DX 1
: Resiko tinggi terhadap cidera b.d aktivitas kejang
Tujuan:
NOC
NIC
Setelah dilakukan
Pengendalian Resiko
Mencegah jatuh
tindakan keperawatan
selama poroses
a.Pengetahuan tentang
resiko
keperawatan
diharapkan resiko
a.identifikasi faktor
b.
kognitif atau psikis dari
pasien yang dapat
Monitor
menjadiakn potensial
lingkungan yang dapat
cidera dapat di hindari
jatuh dalam setiap
menjadi resiko
c.Monitor kemasan
personal
d.
keadaan
b.
identifikasi
mkarakteristik dari
Kembangkan
lingkungan yang dapat
strategi efektif
menjadikan potensial
pengendalian resiko
jatuh
e.Penggunaan sumber
c.monitor cara berjalan,
daya masyarakat untuk
keseimbangan dan tingkat
pengendalian resiko
kelelahan dengan
ambulasi
Indkator skala :
1 = tidak adekuat
2 = sedikit adekuat
3 = kadang-kadan adekuat
4 = adekuat
5 = sangat adekuat
d.
instruskan
pada pasien untuk
memanggil asisten kalau
mau bergerak
DX 2
: Hipertermi b.d efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamus
Tujuan:
NOC
NIC
Setelah dilakukan
Themoregulation
Temperatur regulation
a. Suhu tubuh dalam
a.Monitor suhu minimal
tindakan keperawatan
suhu dalam rentang
rentang normal
norma
b. Nadi dan RR dalam
tiap 2 jam
b.
rentang normal
Rencanakan monitor
c. Tidak ada perubahan
suhu secara kontinyu
c.Monitor tanda –tanda
warna kulit dan tidak
warna kulit dan tidak
pusing
Indicator skala
hipertensi
d.
Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
e.Monitor nadi dan RR
1. : ekstrem
2
: berat
3
: sedang
4
: ringan
5
: tidak ada gangguan
DX 3 : Perfusi jaringan cerebral tidakefektif berhubungan dengan reduksi aliran
darah ke otak
Tujuan:
NOC
NIC
Setelah dilakukan
Status sirkulasi
NIC I: Monitor TTV:
a. TD sistolik dbn
a.monitor TD, nadi, suhu,
tindakan keperawatan
selama proses
keperawatan
diharapkan suplai
respirasi rate
b. TD diastole dbn
b.
catat
darah ke otak dapat
kembali normal
c. Kekuatan nadi dbn
d. Tekanan vena sentraldbn
adanya fluktuasi TD
c.monitor jumlah dan irama
jantung
e. Rata- rata TD dbn
Indicator skala :
1 = Ekstrem
2 = Berat
d.
monit
or bunyi jantung
e.monitor TD pada saat
klien berbarning, duduk,
3 = Sedang
berdiri
4 = Ringan
5 = tidak terganggu
NIC II: Status neurologia
a.monitor tingkat kesadran
b.
monit
or tingkat orientasi
c.monitor status TTV
d.
monit
or GCS
DX 4 : Kurang pengetahuan orang tua tentang kondisi, prognosis, penatalaksanaan
dan kebutuhan pengobatan b.d kurang informasi
Tujuan:
NOC
NIC
Setelah dilakukan
Knowledge : diease proses
Teaching : diease process
a. Keluarga menyatakan
a.Berikan penilaian tentang
tindakan keperawatan
keluarga mengerti
tentang kondisi pasien
pemahaman tentang
penyakit pengetahuan
penyakit kondisi
pasien tentang proses
prognosis dan program
pengobatan
penyakit yang spesifik
b.
b. Keluarga mampu
Jelas
kan patofisiologi dari
melaksanakan prosedur
penyakit dan bagaimana
yang dijelaskan secara
hal ini berhubungan
benar
dengan anatomi fisiologi
dengan cara yang tepat
c. Keluarga mampu
menjelaskan kembali apa
c.Gambarkan tanda dan
yang dijelaskan perawat/
gejala yang biasa muncul
tim kesehatan lainya
pada penyakit, dengan
cara yang tepat
Indicator skala :
1.
Tidak pernah
dilakukan
2.
Jarang dilakukan
3.
Kadang dilakukan
4.
Sering dilakukan
5.
Selalu dilakukan
d.
Identi
fikasikan kemungkinan
dengan cara yang tepat
D. EVALUASI
D
Kriteria hasil
Keterangan skala
x
1
a. Pengetahuan tentang resiko
1 = tidak adekuat
b. Monitor lingkungan yang dapat menjadi
2 = sedikit adekuat
resiko
3 = kadang-kadan adekuat
c. Monitor kemasan personal
4 = adekuat
d. Kembangkan strategi efektif pengendalian
5 = sangat adekuat
resiko
e. Penggunaan sumber daya masyarakat untuk
pengendalian resiko
2
a. Suhu tubuh dalam rentang normal
1. : ekstrem
b. Nadi dan RR dalam rentang normal
2 : berat
3 : sedang
c. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak
warna kulit dan tidak pusing
3
a. TD sistolik dbn
b. TD diastole dbn
c. Kekuatan nadi dbn
d. Tekanan vena sentral dbn
4 : ringan
5 : tidak ada gangguan
1 = Ekstrem
2 = Berat
3 = Sedang
4 = Ringan
5 = tidak terganggu
e. Rata- rata TD dbn
4
a. Keluarga menyatakan pemahaman tentang
1. Tidak pernah
penyakit kondisi prognosis dan program
dilakukan
pengobatan
b. Keluarga mampu melaksanakan prosedur
yang dijelaskan secara benar
c. Keluarga mampu menjelaskan kembali apa
yang dijelaskan perawat/ tim kesehatan
lainya
2. Jarang dilakukan
3. Kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan
DAFTAR PUSTAKA
1. Betz, Cecily L & Sowden Linda A. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatri.
Jakarta: EGC.
2. Sacharin Rosa M. (1996). Prinsip Keperawatan Pediatrik. Alih bahasa : Maulanny
R.F. Jakarta : EGC.
3. Ngastiyah.( 1997 ). Perawatan Anak Sakit Jakarta : EGC
4. Arjatmo T.(2001). Keadaan Gawat Yang Mengancam Jiwa. Jakarta : Gaya Baru
5. ………, ( 2003 ). Kejang Pada Anak. www. Pediatrik.com/knal.php
BAB III
ASKEP KASUS
A. Pengkajian.
1. Biodata.
a. Identitas klien
: An. A
Tanggal lahir
: 8 Mei 2016
Jenis Kelamin
: Laki - laki
Pendidikan
:-
Alamat
: Br. Gingsir, Akah, Klungkung
Agama
: Hindu
Tanggal masuk
: 7 Desember 2016
Tanggal pengkajian
: 8 Desember 2016
Diagnosa medis
: Kejang Demam Sederhana
No register
: 1964XX
b. Identitas orang tua
1. ayah
Nama
: Tn.P
Umur
:-
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Pegawai swasta
Agama
: Hindu
Alamat
: Br. Gingsir, Akah, Klungkung
Hubungan dengan klien
: Ayah kandung
2. ibu
Nama
: Ny.I
Umur
:-
Pendidikan
:-
Pekerjaan
:-
Agama
: Hindu
Alamat
: Br. Gingsir, Akah, Klungkung
Hubungan dengan klien
: Ibu kandung
Alasan dirawat.
a. Keluhan Utama.
Klien kejang 1x selama 3 menit, berupa kaki menghentak dan mata
mendelik, klien demam, ini adalahkejang yang pertama kalinya, riwayat
mengkonsumsi obat penurun panas 30 menit sebelum masuk rumah sakit
b. Riwayat Penyakit Sekarang.
Klien datang dengan keluhan demam tinggi dan disertai kejang sebanyak 6 kali, diikuti
suhu tubuh yang tinggi kurang lebih 1,5 jam, setelah kejang klien minta BAB, BAB cair
berampas, dibawa ke rumah sakit RSUD Curup ke UGD dalam keadaan lemah.
Diagnosa medis : Kejang Demam Sederhana
Therapy
:
- IVFD D5 ¼ NS 24 tpm
- Paracetamol 3x ½
- Diazepam 3x1 mg
- Diazepam 3 mg, IV Bila kejang
Riwayat Penyakit Dahulu.
Menurut keterangan keluarga klien belum pernah menderita penyakit
kejang seperti ini, biasanya cuma demam dan sembuh setelah minum
obat turun panas dari Puskesmas atau dokter praktek terdekat.
Riwayat anak
-Riwayat Alergi.
Anak tidak punya riwayat alergi.
-Riwayat Tumbuh Kembang.
Klien hanya bisa miring kanan dan kri pada umur 4 bualn
-Riwayat Kehamilan dan Persalinan.
1) Prenatal.
Selama hamil ibu tak pernah menderita penyakit yang berarti
selama hamil ibu memeriksakan kehamilan ke bidan terdekat danselama mendapa
t suntikan TT
2) Natal.
Klien dilahirkan di rumah sakit dengan SC pada umur kehamilan 9 bulan dengan
berat badan lahir 330 gr, panjang 48 cm.
3) Pos natal.
Pada waktu lahir keadaan tubuh normal, tidak ada kelainan.
4) Riwayat imunisasi.
Ibu mengatakan bahwa anaknya sudah mendapatkan imunisasi
antara lain: BCG, DPT, I, II , Hepatitis, B, I ,II,
dan Polio I,II,III
Riwayat Penyakit Keluarga.
Ibu klien mengidap asma
Riwayat
3. Pola Kebiasaan
a. Bernafas :
Ibu Pasien mengatakan sebelum pegkajian dan saat penkajian pasien tidak
mengalami masalah saat bernafas, tidak ada batuk dan dada berdebar
b. Makan dan Minum
Ibu klien mengatakan sebelum dirawat di Rumah Sakit anaknya di beri minum
ASI dan susu Formula
c. eliminasi.
Ibu klien mengatakan sebelum sakit BAB 1 kali sehari warna kuning,
Konsistensi lembek, BAK kurang lebih 4 – 6 kali sehari warna kuning
jernih. Ibu klien mengatakan BAB 3-4 kali sehari konsistensi cair
bercampur ampas, tidak ada darah, BAK klurang lebih 4 – 5 kali sehari
dengan warna kuning tidak ada lendir maupun darah.
d. Gerak dan aktivitas
Sebelum pengkajian ibu pasien mengatakan anaknya biasa bergerak gerak, saat
pengkajian pasien hanya tidur dan jarang bergerak gerak
e. Istirahat dan tidur.
Sebelum dirawat di Rumah Sakit ibu klien mengatakan biasa tidur siang dan
malam,Selama dirawat di Rumah Sakit ibu klien mengatakanfrekuensi tidur pasien tidak mengalami perubahan
f. Kebersihan diri
Sebelum pengkajian ibu pasien mengatakan anaknya mandi 2x sehari, saat
pengkajian ibu pasien mengatakan anaknya hanya mandi 1x
g. Pengaturan suhu tubuh
Sebelum dan saat pengkajian ibu pasien mengatakan anaknya demam
h. Rasa Nyaman
Sebelum dan saat pengkajian, ibu pasien mengatakan merasa aman karena ia
selalu menemani anaknya di bantu dengan suaminya, ibu pasien mengatakan
bed sudah aman dan terpasang pengaman
i. Data sosial
Hubungan dengan keluarga, perawat, maupun orang lain tidak ada masalah baik
selama dirawat dirumah sakit, orang yang paling dekat adalah ibunya
e. Pola persepsi sensasi dan kognitif.
Klien tidak menggunakan alat bantu penglihatan, pendengaran
f. Pola hubungan dengan orang lain.
Hubungan dengan keluarga, perawat, maupun orang lain tidak ada masalah baik
selama dirawat dirumah sakit, orang yang paling dekat adalah ibunya
g. Pola mekanisme koping.
Ibunya mengatakan jika lapar anaknya menangis
h. Pola nilai keperawatan dan keyakinan.
Keluarga beragama Hindu dan rajin sembahyang.
i.
Pola Persepsi.
Harapan klien dan ibu klien semoga anaknya cepat sembuh agar cepat
pulang ke rumah
4. Pemeriksaan Fisik.
Dilakukan pada tanggal: 8 Desember 2016.
Keluhan Utama
: Lemah
Kesadaran
: Composmetis
TTV
:N
: 116 kali/menit
:RR
: 37x/menit
:Suhu
: 380C
:BB
: 8 kg
:TB
: 60 cm.
Kepala
: Mesochepal.
Mata
: Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,
Pupil isokor, Reflek terhadap cahaya
Hidung
: Tidak ada polip, tidak ada napas cuping hidung
Telinga
: Telinga tidak kotor, tidak ada serumen
pendengaran baik.
Mulut
: Bibir kering, lidah bersih,tidak ada peradangan tonsil
Leher
: Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada
nyeri tekan.
Dada
: Simetris, sterin fremitus kanan : kiri, konfigurasi
normal, bunyi tidak ada gallop.
Abdomen
: Datar, tidak ada luka, tidak ada nyeri tekan, tidak
ada pembesaran hepar.
Ekstremitas
: Teraba hangat
Kulit
: Sawo matang, kulit bersih, kuku pendek,
Genetalia
: Tidak terkaji
5. Data Penunjang.
Tanggal 07 Desember 2016
Gula darah
- BS Sewaktu
: 97 mg/dl
DL
- WBC
: 8,70
- RBC
: 5,08
- HGB
: 12,3
- HCT
: 36
B. ANALISA DATA
N
O
DATA
ETIOLOGI
MASALAH
1
DS:
Proses infeksi
hipertermi
kejang
Resiko tinggi
ibu klien mengatakan anaknya panas.
DO:
wajah klien tampak merah, S : 39,4oC
2
DS:
ibu klien mengatakan sebelum masuk
rumah sakit klien mengalami kejang 1 kali
disertai demam tinggi
Kerusakan
sel otak
DO:
anak tampak lemas
terpasang infus RL 20 tetes / menit,
wajah tampak tegang
3DS:
Sering buang
Resiko
kurangnya
ibu klien mengatakan anaknya kurang
lebih satu jam setelah kejang anaknya mencret
air besar
volme cairan
dan elektrolit
DO:
feses terlihat cair,warna kuning,
berampas, membran mukosa kering
C. DIAGNOSA KEPEREWATAN
N
O
1
DATA
Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi atau infl
amasi.
Ditandai dengan:
DS:
ibu klien mengatakan anaknya batuk, pilek, suhu
tubuh panas.
DO:
wajah klien tampak merah
suhu tubuh klien 38,00C, nadi 88x/menit,
RR:38x/menit
2
Resiko terjadi kerusakan sel otak berhubungan dengan k
ejang.
Ditandai dengan:
TANGGAL
DITEMUKA
N
TANGGA
L
TERATA
SI
PARA
F
DS:
ibu klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit
klien mengalami kejang 6 kali disertai demam tinggi
DO:
anak tampak lemas
terpasang infus RL 20 tetes / menit,wajah tampak
tegang
Resiko kurangnya volume cairan dan elektrolit
berhubungan dengan sering buang air besar dan muntah
3
Ditandai dengan:
DS:
ibu klien mengatakan anaknya kurang lebih satu
jam setelah kejang anaknya mencret
DO:
feses terlihat cair, warna kuning, berampas,
membran mukosa kering
D. INTRVENSI KEPERAWATAN
N Tujuan
O
.
D
ia
g
n
o
s
a
intervensi
rasionalisasi
1
Setelah dilakuka 1.Kaji tanda dan gejala adanya peningkatan
n
suhu
1.Untuk mengidentifika
si pola
tindakan kepera
watanselama
tubuh
demam klien
dan penyebabnya.
2.Untuk acuan mengeta
hui
3 x 24 jam tidak
2.Monitor TTV, suhu tiap 6 jam sekali
terjadi hiperterm
3.Anjurkan klien banyak minum 2 –2,5 liter/
i.
24 jam
Dengan kriteria
4.Monitor intake dan
hasil:
-Suhu tubuh norm output
al
5.Anjurkan untuk
dan menyerap keringat
-klien tampak
6. Memberimenyarankan
watan
nyaman.
3.Menurunkan
suhu tubuh
mengakibatkan pengua
panubuh meningkat se
hingga perlu diimbang
i
(36-370C),klien memakai pakaian tipis
tidak demam
Kesadaran umumKlien
dengan asupancairan y
ang
tindakan kepera
kompres air banyak.
hangat
dan 4.Untuk
pada ibu klien untukmemberi kompres
Mengetahui
sebagai penanganan
ketidak
pertama bila suhu
seimbangan
tubuh anaknya
tubuh.
tidak normal.
5.Untuk menurunkan su
hu tubuh.
6.Untuk menurunkan su
hu tubuh
2
Setelah dilakuka 1.Atur kepala dan beri
n
bantal yang empuk, beri
tindakan kepera
watan selama 3 x posisi yang nyaman
24jam tidak terjaLonggarkan pakaian
di
1.Mengarahkan
Ekstremitas
dengan hati-hati
menurunkan
terjadi kerusakan
pada daerah leher atau
selotak dan tidak
dada dan abdomen.
terjadi komplikas
i.
3.Lakukan tanda-tanda
resiko trauma
Dengan kriteria vital dan tingkat kesadaran
hasil:
4.Kolaborasi pemberian tambahan O2
-tidak ada tanda
5.Kolaborasi pemberian
tanda kejang
kehilangan
-peredaran darah
lancar
-suplai oksigen
lancar
-komplikasi otak
tidak terjadi
-kerusakan sel
otak tidak terjadi
obat sesuai indikas
secara fisik
ketika klien
kontrol
terhadap otot
volunter.
2.Obat anti
kejang yang
dapat menstabilkan me
mbran
sel.
3.Untuk fasilitasi usaha
bernafas
atau ekspansi
dada
4.Mencatat
Keadaan
posiktal dan
waktu
penyembuhan
pada keadaan
normal.
5..Dapat
Menurunkan
Hipoksia
Serebral
sebagai akibat
dari
sirkulasi yang menuru
n atau oksigen
sekunder
terhadap pasmevaskule
r
3
Setelah
1.Mengkaji frekuensi defekasi, karakteristik j 1.Menetukan
dilakukan
umlahdan factor pencetus.
kebutuhan dan
keperawatan
2.Mengkaji TTV.
3x24 jam
kehilangan
diharapkanKesei 3.Mengkaji status hidrasi, mata, turgor kulit d
cairan.
mbangan
an
cairan dapat
membran mukosa.
dipertahankan daAnak diistirahatkan.
lambatas normal,
5.Kolaborasi dengan
tidak
cairan
terjadi mencret pemerian
d
alamkonsistensi
parenteral.
normal.
Pemberian obat anti
Dengan kriteria
hasil:
Diare.
-membran
mukosa lembab
-turgor elastis
-berat badan
tidak
menunjukkan
penurunan
2.Membantu
Mengkaji
kesadaran klien.
3.Menetukan
kehiangan dan
kebutuhan
4.Meningkatkan
sirkulasi.
5.Meningkatkan
konsumsi yang
lebih.
6.Mencegah diare
berlanjut
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tangg
al/jam
N
O
D
X
IMPLEMENTASI
02/06/
2014
1 1.mengkaji tanda dan gejala adanya peningkatan
Suhu Tubuh dan penyebabnya.
PA
RA
F
Jam
20.00
R/suhu tubuh 38,2C
1 2.meonitor TTV, suhu tiap 6 jam sekali
R/temp: 38,2C rr:37x/m n:116x/mnt
Jam
20.00
1 3.menganjurkan klien banyak minum 2 –2,5 liter/24 jam
R/klien meminum sedikit demi sedikit
Jam
02.00
4.Memoonitor intake dan output
1
R/BAB 4 X, BAK 6 X
5.menganjurkan untuk memakai pakaian tipis
1
Jam
06.00
Jam
20.10
dan menyerap keringat
R/anak tampak nyaman
1
6. menyaran kan tindakan
pres
air
keperawatan
hangat
kom
dan
pada ibu klien untuk memberi kompres
sebagai penanganan pertama bila suhu tubuhanaknya tidak normal.
R/ibunya mengerti dengan penjelasan
Jam
20.15
7.mengatur kepala dan beri bantal yang empuk, beri
2
posisi yang nyaman
R/anak tampak nyaman
melonggarkan pakaian pada daerah leher atau
dada dan abdomen.
2
R/anak mau melonggarkan pakaiannya
9.melakukan tanda-tanda vital dan Tingkat
Jam
20.15
2
kesadaran
R/s:38,2C, rr:37x/mnt, n:116 x/m , kesadaran: komposmetis
10.mengkolaborasi pemberian tambahan O2
Jam
20.20
R/O2 sudah terpasang 2 liter
2
11.mengkolaborasi pemberian obat sesuai indikasi
R/
Jam
20.00
2 12.Mengkaji frekuensi defekasi, karakteristik
Jumlah dan factor pencetus.
3
R/
13.Mengkaji TTV.
R/temp:38,2C, rr:37x/mnt, n:116x/mnt
Jam
21.00
3 14.Mengkaji status hidrasi, mata, turgor kulit dan
membran mukosa.
Jam
04.00
3
R/ mata agak cekung, membran mukosa kering
15.Anak diistirahatkan.
R/ menyuruh keluarga yang besuk untuk keluar ruangan
Jam
21.10
16.mengkolaborasi dengan pemerian cairan
3 parenteral.
R/
Jam
02.00
Jam
20.30
Jam
17.Pemberian obat anti diare.
3 R/lacto B
3
21.30
Jam
20.35
Jam
21.00
05/06/
2014
Jam
14.00
1 1.mengkaji tanda dan gejala adanya peningkatan
Suhu Tubuh.
R/suhu tubuh 36,0C
2.meonitor TTV, suhu tiap 6 jam sekali
Jam
18.00
R/temp: 36,0C rr:39x/m n:110x/mnt
3.menganjurkan klien banyak minum 2 –2,5 liter/24 jam
R/klien meminum sedikit demi sedikit
Jam
14.30
4.Memonitor intake dan output
R/BAB 2 X, BAK 6 X
5.menganjurkan untuk memakai pakaian tipis
Jam
18.00
Jam
14.40
dan menyerap keringat
R/anak tampak nyaman
F. EVALUASI
Tanggal/jam
No dx
03/06/2014
1
evaluasi
S: Ibu klien mengatakan anak masih panas.
O: Suhu 370C, klien sudah tampak tenang.
A: masalah belum teratasi.
P: Lanjutkan intervensi.
2
S: Ibu klien mengatakan anaknya tidak
paraf
Mengalami kejang lagi.
O: Tidak ada tanda-tanda kejang suplai
Oksigen mencukupi, peredaran darah
lancar.
A: Masalah teratasi sebagian.
P: intervensi dilanjutkan no. 9,10,11
3
S: Ibu klien mengatakan anaknya sudah tidak
BAB terus dan sudah tidak muntah.
O: BAB 2x sehari dengan konsistensi lembek
Tidak berampas, turgor kulit elastis,
Membran mukosa lembab, minum banyak.
A: Masalah teratasi.
P: intervensi dihentikan
04/06/2014
1
S: Ibu klien mengatakan anak masih panas.
O: Suhu 36,80C, klien sudah tampak tenang.
A: masalah belum teratasi.
P: Lanjutkan intervensi.
2
S: Ibu klien mengatakan anaknya tidak
Mengalami kejang lagi.
O: Tidak ada tanda-tanda kejang suplai
Oksigen mencukupi, peredaran darah
lancar.
A: Masalah teratasi.
P: intervensi dihentikan.
05/06/2014
1
S: Ibu klien mengatakan anak tidak panas lagi
O: Suhu 360C, klien sudah tampak tenang.
A: masalah teratasi.
P: intervensi dihentikan
DENGAN KEJANG DEMAM
Disusun Oleh :
Ade Sri Wahyu Hartasari
Ni Putu Intan Indrayani
Nadia Vivianthi
Sang Ayu Risna Sri Wahyuni
I Putu Diantara
Ni Putu Devi Stini
I Gede Sugandi
I Wayan Beni Setiawan
Putu Mirah Ratna Sari Dewi
S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BALI
TAHUN AJARAN 2016/2017
BAB 1
PENDAHULUAN
a. Latar belakang
Suhu tubuh relative konstan. Hal ini di perlukan untuk sel-sel tubuh agar dapat
berfungsi secara efektif. Normlny suhu tubuh berkisaran 36,5-37,5 0 C. suhu tubuh
dapatdiartikan sebagai keseimbangan antara panas yang di produki dengan panas
yang hilang dari tubuh. Kulit merupakan organ tubuh yang bertanggung jawab untuk
memelihara suhu tubuh agar tetap normal dengan mekanisme tertentu.
Panas di produksi tubuh melalu proses metabolism, aktivitas otot, dan skresi
kelenjar. Produksi panas meningkat atau menurun dipengaruhi oleh suatu sebab.
Misalnya karena penyakit ataupun stress. Suhu tubuh terlalu ekstrim, baik panas atau
dingin yang ekstrim depat menyebabkan kematian. Oleh karena itu perawat perlu
membantu klien apabila mekanisme homeostatis tubuh, untuk mengontrol suhu
tubuhnya, tidak mampu mennggulanginya peubahan suhu tubuh tersbut secara
efektif.
Secara fisiologi suhu tubuh merupakan perbedaan antara jumlah panas yang
dihasilkan tubuh dengan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Panas yang
dihasilkan – panas yang hilang = suhu tubu. Nilai suhu tubuh ditentukan oleh lokasi
pengukuran (oral, rectal, aksila, membrane timpani, arteri temporalis, esophagus,
arteri pulmonal, atau kandung kemih). Anda akan mempelajari kisaran suhu pada
klien individual di lahan praktik. Tidak ada satu nilai suhu tubuh tunggal yang
normal bagi semua orang. Pengaturan suhu tubuh bertujuan memperoleh nilai suhu
jaringan dalam pada tubuh. Lokasi yang mewakili suhu ini merupakan indictor yang
lebih terpercaya di bandingkan lokasi yang mewakili suhu permukaan.
b. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
a. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada pasin dengan
hipertermi
2. Tujuan Khuus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan pada pasien
hipertermi
b. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien
hipertermi
c. Mahasiswa mampu merencanakan tindakan keperawatan pada pasien
hiprtermi
d. Mahasiswa mampu melaksanakan evaluasi keperawatan pada pasien
hipertermi
c. Metode Penulisan
Metode yang digunakan penulisan dalam laporan studi kasus ini adalah metode
deskriptif melalui pendktan proses keperawatan engan cara teknik pengumpulan data
seperti wawancara, pemeriksan fisik, kolaborsi dengan tim keshatan yang lain serta
data dari catatan medic klien. Setelah itu data diolah dan dianalisa untuk selanjutnya
dirumuskan masalah sehingga bisa di intervensi dan di evaluasi.
d. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pengertian dan pemahaman terhadap isi dan maksud dari
laporan kasus ini, maka penulisannyadibuat secara sistematis dibagi menjadi 5 bab,
yaitu :
Bab I Pendahuluan
Bab II Tinjauan Teori
Bab III Tinjauan Kasus
Bab IV Pembahasan
Pembahasan merupakan analisa antara penerapan teori antara praktek secara
nyata. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pda bab III yang memuat tinjauan
kasus nyata diruangan, dimana penulis membahas adanya kesenjangan antara teori
dengan kasus nyata yang di dapat pada pasien Ny. EI dengan hipertermi.
Untuk mendapat gambarab yang lebih jelas maka kesenjangan yang terjadi
akan diuraikan dalam setiap tahapan proses keperawatan sebagai berikut.
A. Pengkajian
Pada tahap pengkajian hamper semua data pada konsep ditentukan pada
kasus. Sehingga semua diagnose keperawatan di teori hanya 1 diagnosa
keperawatan yang ditemukn dikasus antara lain hiprtermi.
Dalam melakukan pengkajian untuk menapatkan data-data yang maksimal
untuk kasus ini, perawat tidak mendapat hmbatan karena keluarga dan
pasien sangat koperatif dengan perawat sehingga pengambilan data
berjalan dengan lancar.
B. Perencanaan
Pada perencanaan diawali dengan memprioritaskan masalah keperawatan
berdasarkn 14 kebutuhan dasar manusia menurut Abraham maslow.
Dimana prioritas masalah konsep tori dan kasus sudah sesuai dalam kasus.
C. Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah tahapan ketiga dlam proses keperawatan dimana dalam
pelaksanaan pada perencana tindakan seharusnya dapat dilaksanakan.
Memberikan kompres hangat .
Untuk rencana tindakan yang lain juga dapat dilaksanakan karena didukung
oleh situasi dan kondisi, respon pasien, respon pasien yang kooperatif serta
kerjasama yang baik dari tim ruangan, sehingga dalam pelakanaannya tidak
menmukan hambatan yang brarti.
D. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahapan akhir dari proseskeperawatan untuk memiliki
pencapaian tujuan. Evaluasi Ny. EI dengan hipertermi.
Bab V Penutup
A. Kesimpulan
Dari laporan yang kami buat dapat ditarik kesimpulan bahwa hipertermi
Hipertermi merupakan keadaan ketika individu mengalami atau berisiko
mengalami kenaikan suhu tubuh 15 menit) biasanya disertai apnea.
Meningkatnya kebutuhan O2 dan untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi
hipoksemia, hiperkapnia, denyut jantung yang tidak teratur dan makin meningkatnya
suhu tubuh karena tingginya aktifitas otot dan selanjutnya menyebabkan metabolisme
otek meningkat. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang
mengakibatkan hipoksia sehingga meningkatkan permeabilitas kapiler dan timbul
oedema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak (Hasan dan Alatas,
1985: 847 dan Ngastiyah, 1997: 229)
D. PATHWAY ANAK KEJANG
Infeksi bakteri
Virus dan parasit
Reaksi inflamasi
rangsang mekanik dan biokimia.
gangguan keseimbangan cairan&elektrolit
perubahan konsentrasi ion
di ruang ekstraseluler
Proses demam
Hipertermia
Ketidakseimbangan
kelainan neurologis
potensial membran
perinatal/prenatal
ATP ASE
Resiko kejang berulang
difusi Na+ dan K+
Pengobatan perawatan
Kondisi, prognosis, lanjut
kejang
resiko cedera
Dan diit
Kurang informasi, kondisi
kurang dari
Prognosis/pengobatan
lebih dari 15 menit
15 menit
Dan perawatan
perubahan suplay
Tidak menimbulkan
Kurang pengetahuan/
Darah ke otak
gejala sisa
Inefektif
Penatalaksanaan kejang
resiko kerusakan sel
Cemas
Neuron otak
Cemas
Perfusi jaringan cerebral tidak efektif
E. MANIFESTASI KLINIK
1. Kejang parsial (fokal, lokal)
a. Kejang parsial sederhana :
Kesadaran tidak terganggu, dapat mencakup satu atau lebih hal berikut ini :
a) Tanda-tanda motoris, kedutan pada wajah, atau salah satu sisi tubuh;
umumnya gerakan setiap kejang sama.
b) Tanda atau gejala otonomik: muntah, berkeringat, muka merah, dilatasi
pupil.
c) Gejala somatosensoris atau sensoris khusus : mendengar musik, merasa
seakan jatuh dari udara, parestesia.
d) Gejala psikis : dejavu, rasa takut, visi panoramik.
b. Kejang parsial kompleks
a) Terdapat gangguan kesadaran, walaupun pada awalnya sebagai kejang
parsial simpleks
b) Dapat mencakup otomatisme atau gerakan otomatik : mengecap–
ngecapkan bibir, mngunyah, gerakan menongkel yang berulang–ulang
pada tangan dan gerakan tangan lainnya.
c) Dapat tanpa otomatisme : tatapan terpaku
2. Kejang umum (konvulsi atau non konvulsi)
a. Kejang absens
a) Gangguan kewaspadaan dan responsivitas
b) Ditandai dengan tatapan terpaku yang umumnya berlangsung kurang
dari 15 detik
c) Awitan dan akhiran cepat, setelah itu kempali waspada dan konsentrasi
penuh
b. Kejang mioklonik
a) Kedutan–kedutan involunter pada otot atau sekelompok otot yang
terjadi secara mendadak.
b) Sering terlihat pada orang sehat selama tidur tetapi bila patologik
berupa kedutan kedutan sinkron dari bahu, leher, lengan atas dan kaki.
c) Umumnya berlangsung kurang dari 5 detik dan terjadi dalam kelompok
d) Kehilangan kesadaran hanya sesaat.
c. Kejang tonik klonik
a) Diawali dengan kehilangan kesadaran dan saat tonik, kaku umum pada
otot ekstremitas, batang tubuh dan wajah yang berlangsung kurang dari
1 menit
b) Dapat disertai hilangnya kontrol usus dan kandung kemih
c) Saat tonik diikuti klonik pada ekstremitas atas dan bawah.
d) Letargi, konvulsi, dan tidur dalam fase postictal
d. Kejang atonik
a) Hilangnya tonus secara mendadak sehingga dapat menyebabkan
kelopak mata turun, kepala menunduk, atau jatuh ke tanah.
b) Singkat dan terjadi tanpa peringatan.
F. KOMPLIKASI
1.
Aspirasi
2.
Asfiksia
3.
Retardasi mental
G. UJI LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK
1.
Elektroensefalogram (EEG) : dipakai
unutk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang.
2.
Pemindaian CT : menggunakan kajian
sinar X yang lebih sensitif dari biasanya untuk mendeteksi perbedaan kerapatan
jaringan.
3.
Magnetic Resonance Imaging (MRI) :
menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapangan magnetik dan gelombang
radio, berguna untuk memperlihatkan daerah–daerah otak yang tidak jelas terlihat
bila menggunakan pemindaian CT
4.
Pemindaian Positron Emission
Tomography (PET) : untuk mengevaluasi kejang yang membandel dan membantu
menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolik atau aliran darah dalam otak
5.
Uji laboratorium
a. Pungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler
b. Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokrit
c. Panel elektrolit
d. Skrining toksik dari serum dan urin
e. AGD
f. Kadar kalsium darah
g. Kadar natrium darah
h. Kadar magnesium darah
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Memberantas kejang secepat mungkin
Diberikan antikonvulsan secara intravena jika klien masih dalam keadaan kejang,
ditunggu selama 15 menit, bila masih terdapat kejang diulangi suntikan kedua
dengan dosis yang sama juga secara intravena. Setelah 15 menit suntikan ke 2
masih kejang diberikan suntikan ke 3 dengan dosis yang sama tetapi melalui
intramuskuler, diharapkan kejang akan berhenti. Bila belum juga berhenti dapat
diberikan fenobarbital atau paraldehid 4 % secara intravena.
2. Pengobatan penunjang
Sebelum memberantas kejang tidak boleh dilupakan perlunya pengobatan
penunjang
a.Semua pakaian ketat dibuka
b.
Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah
aspirasi isi lambung
c.Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen, bila
perlu dilakukan intubasi atau trakeostomi.
d.
Penhisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan
diberikan oksigen.
3. Pengobatan rumat
a.Profilaksis intermiten
Untuk mencegah kejang berulang, diberikan obat campuran anti konvulsan
dan antipietika. Profilaksis ini diberikan sampai kemungkinan sangat kecil
anak mendapat kejang demam sederhana yaitu kira-kira sampai anak umur 4
tahun.
b.
Profilaksis jangka panjang
Diberikan pada keadaan
1) Epilepsi yang diprovokasi oleh demam
2) Kejang demam yang mempunyai ciri :
1.
Terdapat gangguan perkembangan saraf seperti
serebral palsi, retardasi
2.
perkembangan dan mikrosefali
Bila kejang berlangsung lebih dari 15 menit, bersifat
fokal atau diikuti kelainan saraf yang sementara atau menetap
3.
Riwayat kejang tanpa demam yang bersifat genetik
4.
Kejang demam pada bayi berumur dibawah usia 1
bulan
4. Mencari dan mengobati penyebab
I. KLASIFIKASI
Menurut Ngastiyah ( 1997: 231), klasikfikasi kejang demam adalah
1.
Kejang demam sederhana
yaitu kejang berlangsung kurang dari 15 menit dan umum. Adapun pedoman
untuk mendiagnosa kejang demam sederhana dapat diketahui melalui criteria
Livingstone, yaitu :
a. umur anak ketika kejang antara 6 bulan sampai 4 tahun
b. kejang berlangsung hanya sebentar, tidak lebih dari 15 menit.
c. Kejang bersifat umum
d. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbul demam.
e. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kjang normal
f. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu normal
tidak menunjukan kelainan.
g. Frekuensi kejang bangkitan dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali
2.
Kejang kompleks
Kejang kompleks adalah tidak memenuhi salah satu lebih dari ketujuh criteria
Livingstone. Menurut Mansyur ( 2000: 434) biasanya dari kejang kompleks
diandai dengan kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit, fokal atau multiple (
lebih dari 1 kali dalam 24jam). Di sini anak sebelumnya dapat mempunyai
kelainan neurology atau riwayat kejang dalam atau tanpa kejang dalam riwayat
keluarga.
J. PENCEGAHAN
Menurut Ngastiyah ( 1997: 236-239) pencegahan difokuskan pada pencegahan
kekambuhan berulang dan penegahan segera saat kejang berlangsung.
1.
Pencegahan berulang
a. Mengobati infeksi yang mendasari kejang
b. Penkes tentang
1) Tersedianya obat penurun panas yang didapat atas resep dokter
2) Tersedianya obat pengukur suhu dan catatan penggunaan termometer, cara
pengukuran suhu tubuh anak, serta keterangan batas-batas suhu normal
pada anak ( 36-37ºC)
3)
Anak diberi obat anti piretik bila orang tua mengetahuinya pada saat
mulai demam dan jangan menunggu sampai meningkat
4)
Memberitahukan pada petugas imunisasi bahwa anaknya pernah
mengalami kejang demam bila anak akan diimunisasi.
2.
Mencegah cedera saat kejang berlangsung kegiatan
ini meliputi :
a. Baringkan pasien pada tempat yang rata
b. Kepala dimiringkan unutk menghindari aspirasi cairan tubuh
c. Pertahankan lidah untuk tidak menutupi jalan napas
d. Lepaskan pakaian yang ketat
e. Jangan melawan gerakan pasien guna menghindari cedera
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KEJANG DEMAM
A. PENGKAJIAN
Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien dengan kejang demam menurut Greenberg
(1980 : 122 – 128)
1. Riwayat Keperawatan
a. Adanya riwayat kejang demam pada pasien dan keluarga
b. Adanya riwayat infeksi seperti saluran pernafasan atis, OMA, pneumonia,
gastroenteriks, Faringiks, brontrope, umoria, morbilivarisela dan campak.
c. Adanya riwayat peningkatan suhu tubuh
d. Adanya riwayat trauma kepala
2. Pengkajian fisik
a. Adanya peningkatan : suhu tubuh, nadi, dan pernafasan, kulit teraba hangat
b. Ditemukan adanya anoreksia, mual, muntah dan penurunan berat badan
c. Adanya kelemahan dan keletihan
d. Adanya kejang
e. Pada pemeriksaan laboratorium darah ditemukan adanya peningkatan kalium,
jumlah cairan cerebrospiral meningkat dan berwarna kuning
3. Riwayat Psikososial atau Perkembangan
a. Tingkat perkembangan anak terganggu
b. Adanya kekerasan penggunaan obat – obatan seperti obat penurun panas
c. Pengalaman tantang perawatan sesudah/ sebelum mengenai anaknya pada
waktu sakit.
4. Pengetahuan keluarga
a. Tingkatkan pengetahuan keluarga yang kurang
b. Keluarga kurang mengetahui tanda dan gejala kejang demam
c. Ketidakmampuan keluarga dalam mengontrol suhu tubuh
d. Keterbatasan menerima keadaan penyakitnya
Pengkajian neurologik :
1. Tanda – tanda vital
a.Suhu
b.
Pernapasan
c.Denyut jantung
d.
Tekanan darah
e.Tekanan nadi
2. Hasil pemeriksaan kepala
a.Fontanel : menonjol, rata, cekung
b.
Lingkar kepala : di bawah 2 tahun
c.Bentuk Umum
3. Reaksi pupil
a.Ukuran
b.
Reaksi terhadap cahaya
c.Kesamaan respon
4. Tingkat kesadaran
a.Kewaspadaan : respon terhadap panggilan
b.
Iritabilitas
c.Letargi dan rasa mengantuk
d.
Orientasi terhadap diri sendiri dan orang lain
5. Afek
a.Alam perasaan
b.
Labilitas
6. Aktivitas kejang
a.Jenis
b.
Lamanya
7. Fungsi sensoris
a.Reaksi terhadap nyeri
b.
Reaksi terhadap suhu
8. Refleks
a.Refleks tendo superfisial
b.
Reflek patologi
9. Kemampuan intelektual
a.Kemampuan menulis dan menggambar
b.
Kemampuan membaca
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut Doengoes, dkk (1999 : 876), Angram (1999 : 629 – 630) dan carpenito
(2000 : 132), diagnosa yang mungkin muncul pada pasien dengan kejang demam
1. Resiko tinggi terhadap cidera b.d aktivitas kejang
2. Hipertermi bd efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamus
3. Perfusi jaringan cerebral tidak efektif bd reduksi aliran darah ke otak
4. Kurang pengetahuan orang tua tentang kondisi, prognosis, penatalaksanaan
dan kebutuhan pengobatan bd kurangnya informasi
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
DX 1
: Resiko tinggi terhadap cidera b.d aktivitas kejang
Tujuan:
NOC
NIC
Setelah dilakukan
Pengendalian Resiko
Mencegah jatuh
tindakan keperawatan
selama poroses
a.Pengetahuan tentang
resiko
keperawatan
diharapkan resiko
a.identifikasi faktor
b.
kognitif atau psikis dari
pasien yang dapat
Monitor
menjadiakn potensial
lingkungan yang dapat
cidera dapat di hindari
jatuh dalam setiap
menjadi resiko
c.Monitor kemasan
personal
d.
keadaan
b.
identifikasi
mkarakteristik dari
Kembangkan
lingkungan yang dapat
strategi efektif
menjadikan potensial
pengendalian resiko
jatuh
e.Penggunaan sumber
c.monitor cara berjalan,
daya masyarakat untuk
keseimbangan dan tingkat
pengendalian resiko
kelelahan dengan
ambulasi
Indkator skala :
1 = tidak adekuat
2 = sedikit adekuat
3 = kadang-kadan adekuat
4 = adekuat
5 = sangat adekuat
d.
instruskan
pada pasien untuk
memanggil asisten kalau
mau bergerak
DX 2
: Hipertermi b.d efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamus
Tujuan:
NOC
NIC
Setelah dilakukan
Themoregulation
Temperatur regulation
a. Suhu tubuh dalam
a.Monitor suhu minimal
tindakan keperawatan
suhu dalam rentang
rentang normal
norma
b. Nadi dan RR dalam
tiap 2 jam
b.
rentang normal
Rencanakan monitor
c. Tidak ada perubahan
suhu secara kontinyu
c.Monitor tanda –tanda
warna kulit dan tidak
warna kulit dan tidak
pusing
Indicator skala
hipertensi
d.
Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
e.Monitor nadi dan RR
1. : ekstrem
2
: berat
3
: sedang
4
: ringan
5
: tidak ada gangguan
DX 3 : Perfusi jaringan cerebral tidakefektif berhubungan dengan reduksi aliran
darah ke otak
Tujuan:
NOC
NIC
Setelah dilakukan
Status sirkulasi
NIC I: Monitor TTV:
a. TD sistolik dbn
a.monitor TD, nadi, suhu,
tindakan keperawatan
selama proses
keperawatan
diharapkan suplai
respirasi rate
b. TD diastole dbn
b.
catat
darah ke otak dapat
kembali normal
c. Kekuatan nadi dbn
d. Tekanan vena sentraldbn
adanya fluktuasi TD
c.monitor jumlah dan irama
jantung
e. Rata- rata TD dbn
Indicator skala :
1 = Ekstrem
2 = Berat
d.
monit
or bunyi jantung
e.monitor TD pada saat
klien berbarning, duduk,
3 = Sedang
berdiri
4 = Ringan
5 = tidak terganggu
NIC II: Status neurologia
a.monitor tingkat kesadran
b.
monit
or tingkat orientasi
c.monitor status TTV
d.
monit
or GCS
DX 4 : Kurang pengetahuan orang tua tentang kondisi, prognosis, penatalaksanaan
dan kebutuhan pengobatan b.d kurang informasi
Tujuan:
NOC
NIC
Setelah dilakukan
Knowledge : diease proses
Teaching : diease process
a. Keluarga menyatakan
a.Berikan penilaian tentang
tindakan keperawatan
keluarga mengerti
tentang kondisi pasien
pemahaman tentang
penyakit pengetahuan
penyakit kondisi
pasien tentang proses
prognosis dan program
pengobatan
penyakit yang spesifik
b.
b. Keluarga mampu
Jelas
kan patofisiologi dari
melaksanakan prosedur
penyakit dan bagaimana
yang dijelaskan secara
hal ini berhubungan
benar
dengan anatomi fisiologi
dengan cara yang tepat
c. Keluarga mampu
menjelaskan kembali apa
c.Gambarkan tanda dan
yang dijelaskan perawat/
gejala yang biasa muncul
tim kesehatan lainya
pada penyakit, dengan
cara yang tepat
Indicator skala :
1.
Tidak pernah
dilakukan
2.
Jarang dilakukan
3.
Kadang dilakukan
4.
Sering dilakukan
5.
Selalu dilakukan
d.
Identi
fikasikan kemungkinan
dengan cara yang tepat
D. EVALUASI
D
Kriteria hasil
Keterangan skala
x
1
a. Pengetahuan tentang resiko
1 = tidak adekuat
b. Monitor lingkungan yang dapat menjadi
2 = sedikit adekuat
resiko
3 = kadang-kadan adekuat
c. Monitor kemasan personal
4 = adekuat
d. Kembangkan strategi efektif pengendalian
5 = sangat adekuat
resiko
e. Penggunaan sumber daya masyarakat untuk
pengendalian resiko
2
a. Suhu tubuh dalam rentang normal
1. : ekstrem
b. Nadi dan RR dalam rentang normal
2 : berat
3 : sedang
c. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak
warna kulit dan tidak pusing
3
a. TD sistolik dbn
b. TD diastole dbn
c. Kekuatan nadi dbn
d. Tekanan vena sentral dbn
4 : ringan
5 : tidak ada gangguan
1 = Ekstrem
2 = Berat
3 = Sedang
4 = Ringan
5 = tidak terganggu
e. Rata- rata TD dbn
4
a. Keluarga menyatakan pemahaman tentang
1. Tidak pernah
penyakit kondisi prognosis dan program
dilakukan
pengobatan
b. Keluarga mampu melaksanakan prosedur
yang dijelaskan secara benar
c. Keluarga mampu menjelaskan kembali apa
yang dijelaskan perawat/ tim kesehatan
lainya
2. Jarang dilakukan
3. Kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan
DAFTAR PUSTAKA
1. Betz, Cecily L & Sowden Linda A. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatri.
Jakarta: EGC.
2. Sacharin Rosa M. (1996). Prinsip Keperawatan Pediatrik. Alih bahasa : Maulanny
R.F. Jakarta : EGC.
3. Ngastiyah.( 1997 ). Perawatan Anak Sakit Jakarta : EGC
4. Arjatmo T.(2001). Keadaan Gawat Yang Mengancam Jiwa. Jakarta : Gaya Baru
5. ………, ( 2003 ). Kejang Pada Anak. www. Pediatrik.com/knal.php
BAB III
ASKEP KASUS
A. Pengkajian.
1. Biodata.
a. Identitas klien
: An. A
Tanggal lahir
: 8 Mei 2016
Jenis Kelamin
: Laki - laki
Pendidikan
:-
Alamat
: Br. Gingsir, Akah, Klungkung
Agama
: Hindu
Tanggal masuk
: 7 Desember 2016
Tanggal pengkajian
: 8 Desember 2016
Diagnosa medis
: Kejang Demam Sederhana
No register
: 1964XX
b. Identitas orang tua
1. ayah
Nama
: Tn.P
Umur
:-
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Pegawai swasta
Agama
: Hindu
Alamat
: Br. Gingsir, Akah, Klungkung
Hubungan dengan klien
: Ayah kandung
2. ibu
Nama
: Ny.I
Umur
:-
Pendidikan
:-
Pekerjaan
:-
Agama
: Hindu
Alamat
: Br. Gingsir, Akah, Klungkung
Hubungan dengan klien
: Ibu kandung
Alasan dirawat.
a. Keluhan Utama.
Klien kejang 1x selama 3 menit, berupa kaki menghentak dan mata
mendelik, klien demam, ini adalahkejang yang pertama kalinya, riwayat
mengkonsumsi obat penurun panas 30 menit sebelum masuk rumah sakit
b. Riwayat Penyakit Sekarang.
Klien datang dengan keluhan demam tinggi dan disertai kejang sebanyak 6 kali, diikuti
suhu tubuh yang tinggi kurang lebih 1,5 jam, setelah kejang klien minta BAB, BAB cair
berampas, dibawa ke rumah sakit RSUD Curup ke UGD dalam keadaan lemah.
Diagnosa medis : Kejang Demam Sederhana
Therapy
:
- IVFD D5 ¼ NS 24 tpm
- Paracetamol 3x ½
- Diazepam 3x1 mg
- Diazepam 3 mg, IV Bila kejang
Riwayat Penyakit Dahulu.
Menurut keterangan keluarga klien belum pernah menderita penyakit
kejang seperti ini, biasanya cuma demam dan sembuh setelah minum
obat turun panas dari Puskesmas atau dokter praktek terdekat.
Riwayat anak
-Riwayat Alergi.
Anak tidak punya riwayat alergi.
-Riwayat Tumbuh Kembang.
Klien hanya bisa miring kanan dan kri pada umur 4 bualn
-Riwayat Kehamilan dan Persalinan.
1) Prenatal.
Selama hamil ibu tak pernah menderita penyakit yang berarti
selama hamil ibu memeriksakan kehamilan ke bidan terdekat danselama mendapa
t suntikan TT
2) Natal.
Klien dilahirkan di rumah sakit dengan SC pada umur kehamilan 9 bulan dengan
berat badan lahir 330 gr, panjang 48 cm.
3) Pos natal.
Pada waktu lahir keadaan tubuh normal, tidak ada kelainan.
4) Riwayat imunisasi.
Ibu mengatakan bahwa anaknya sudah mendapatkan imunisasi
antara lain: BCG, DPT, I, II , Hepatitis, B, I ,II,
dan Polio I,II,III
Riwayat Penyakit Keluarga.
Ibu klien mengidap asma
Riwayat
3. Pola Kebiasaan
a. Bernafas :
Ibu Pasien mengatakan sebelum pegkajian dan saat penkajian pasien tidak
mengalami masalah saat bernafas, tidak ada batuk dan dada berdebar
b. Makan dan Minum
Ibu klien mengatakan sebelum dirawat di Rumah Sakit anaknya di beri minum
ASI dan susu Formula
c. eliminasi.
Ibu klien mengatakan sebelum sakit BAB 1 kali sehari warna kuning,
Konsistensi lembek, BAK kurang lebih 4 – 6 kali sehari warna kuning
jernih. Ibu klien mengatakan BAB 3-4 kali sehari konsistensi cair
bercampur ampas, tidak ada darah, BAK klurang lebih 4 – 5 kali sehari
dengan warna kuning tidak ada lendir maupun darah.
d. Gerak dan aktivitas
Sebelum pengkajian ibu pasien mengatakan anaknya biasa bergerak gerak, saat
pengkajian pasien hanya tidur dan jarang bergerak gerak
e. Istirahat dan tidur.
Sebelum dirawat di Rumah Sakit ibu klien mengatakan biasa tidur siang dan
malam,Selama dirawat di Rumah Sakit ibu klien mengatakanfrekuensi tidur pasien tidak mengalami perubahan
f. Kebersihan diri
Sebelum pengkajian ibu pasien mengatakan anaknya mandi 2x sehari, saat
pengkajian ibu pasien mengatakan anaknya hanya mandi 1x
g. Pengaturan suhu tubuh
Sebelum dan saat pengkajian ibu pasien mengatakan anaknya demam
h. Rasa Nyaman
Sebelum dan saat pengkajian, ibu pasien mengatakan merasa aman karena ia
selalu menemani anaknya di bantu dengan suaminya, ibu pasien mengatakan
bed sudah aman dan terpasang pengaman
i. Data sosial
Hubungan dengan keluarga, perawat, maupun orang lain tidak ada masalah baik
selama dirawat dirumah sakit, orang yang paling dekat adalah ibunya
e. Pola persepsi sensasi dan kognitif.
Klien tidak menggunakan alat bantu penglihatan, pendengaran
f. Pola hubungan dengan orang lain.
Hubungan dengan keluarga, perawat, maupun orang lain tidak ada masalah baik
selama dirawat dirumah sakit, orang yang paling dekat adalah ibunya
g. Pola mekanisme koping.
Ibunya mengatakan jika lapar anaknya menangis
h. Pola nilai keperawatan dan keyakinan.
Keluarga beragama Hindu dan rajin sembahyang.
i.
Pola Persepsi.
Harapan klien dan ibu klien semoga anaknya cepat sembuh agar cepat
pulang ke rumah
4. Pemeriksaan Fisik.
Dilakukan pada tanggal: 8 Desember 2016.
Keluhan Utama
: Lemah
Kesadaran
: Composmetis
TTV
:N
: 116 kali/menit
:RR
: 37x/menit
:Suhu
: 380C
:BB
: 8 kg
:TB
: 60 cm.
Kepala
: Mesochepal.
Mata
: Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,
Pupil isokor, Reflek terhadap cahaya
Hidung
: Tidak ada polip, tidak ada napas cuping hidung
Telinga
: Telinga tidak kotor, tidak ada serumen
pendengaran baik.
Mulut
: Bibir kering, lidah bersih,tidak ada peradangan tonsil
Leher
: Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada
nyeri tekan.
Dada
: Simetris, sterin fremitus kanan : kiri, konfigurasi
normal, bunyi tidak ada gallop.
Abdomen
: Datar, tidak ada luka, tidak ada nyeri tekan, tidak
ada pembesaran hepar.
Ekstremitas
: Teraba hangat
Kulit
: Sawo matang, kulit bersih, kuku pendek,
Genetalia
: Tidak terkaji
5. Data Penunjang.
Tanggal 07 Desember 2016
Gula darah
- BS Sewaktu
: 97 mg/dl
DL
- WBC
: 8,70
- RBC
: 5,08
- HGB
: 12,3
- HCT
: 36
B. ANALISA DATA
N
O
DATA
ETIOLOGI
MASALAH
1
DS:
Proses infeksi
hipertermi
kejang
Resiko tinggi
ibu klien mengatakan anaknya panas.
DO:
wajah klien tampak merah, S : 39,4oC
2
DS:
ibu klien mengatakan sebelum masuk
rumah sakit klien mengalami kejang 1 kali
disertai demam tinggi
Kerusakan
sel otak
DO:
anak tampak lemas
terpasang infus RL 20 tetes / menit,
wajah tampak tegang
3DS:
Sering buang
Resiko
kurangnya
ibu klien mengatakan anaknya kurang
lebih satu jam setelah kejang anaknya mencret
air besar
volme cairan
dan elektrolit
DO:
feses terlihat cair,warna kuning,
berampas, membran mukosa kering
C. DIAGNOSA KEPEREWATAN
N
O
1
DATA
Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi atau infl
amasi.
Ditandai dengan:
DS:
ibu klien mengatakan anaknya batuk, pilek, suhu
tubuh panas.
DO:
wajah klien tampak merah
suhu tubuh klien 38,00C, nadi 88x/menit,
RR:38x/menit
2
Resiko terjadi kerusakan sel otak berhubungan dengan k
ejang.
Ditandai dengan:
TANGGAL
DITEMUKA
N
TANGGA
L
TERATA
SI
PARA
F
DS:
ibu klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit
klien mengalami kejang 6 kali disertai demam tinggi
DO:
anak tampak lemas
terpasang infus RL 20 tetes / menit,wajah tampak
tegang
Resiko kurangnya volume cairan dan elektrolit
berhubungan dengan sering buang air besar dan muntah
3
Ditandai dengan:
DS:
ibu klien mengatakan anaknya kurang lebih satu
jam setelah kejang anaknya mencret
DO:
feses terlihat cair, warna kuning, berampas,
membran mukosa kering
D. INTRVENSI KEPERAWATAN
N Tujuan
O
.
D
ia
g
n
o
s
a
intervensi
rasionalisasi
1
Setelah dilakuka 1.Kaji tanda dan gejala adanya peningkatan
n
suhu
1.Untuk mengidentifika
si pola
tindakan kepera
watanselama
tubuh
demam klien
dan penyebabnya.
2.Untuk acuan mengeta
hui
3 x 24 jam tidak
2.Monitor TTV, suhu tiap 6 jam sekali
terjadi hiperterm
3.Anjurkan klien banyak minum 2 –2,5 liter/
i.
24 jam
Dengan kriteria
4.Monitor intake dan
hasil:
-Suhu tubuh norm output
al
5.Anjurkan untuk
dan menyerap keringat
-klien tampak
6. Memberimenyarankan
watan
nyaman.
3.Menurunkan
suhu tubuh
mengakibatkan pengua
panubuh meningkat se
hingga perlu diimbang
i
(36-370C),klien memakai pakaian tipis
tidak demam
Kesadaran umumKlien
dengan asupancairan y
ang
tindakan kepera
kompres air banyak.
hangat
dan 4.Untuk
pada ibu klien untukmemberi kompres
Mengetahui
sebagai penanganan
ketidak
pertama bila suhu
seimbangan
tubuh anaknya
tubuh.
tidak normal.
5.Untuk menurunkan su
hu tubuh.
6.Untuk menurunkan su
hu tubuh
2
Setelah dilakuka 1.Atur kepala dan beri
n
bantal yang empuk, beri
tindakan kepera
watan selama 3 x posisi yang nyaman
24jam tidak terjaLonggarkan pakaian
di
1.Mengarahkan
Ekstremitas
dengan hati-hati
menurunkan
terjadi kerusakan
pada daerah leher atau
selotak dan tidak
dada dan abdomen.
terjadi komplikas
i.
3.Lakukan tanda-tanda
resiko trauma
Dengan kriteria vital dan tingkat kesadaran
hasil:
4.Kolaborasi pemberian tambahan O2
-tidak ada tanda
5.Kolaborasi pemberian
tanda kejang
kehilangan
-peredaran darah
lancar
-suplai oksigen
lancar
-komplikasi otak
tidak terjadi
-kerusakan sel
otak tidak terjadi
obat sesuai indikas
secara fisik
ketika klien
kontrol
terhadap otot
volunter.
2.Obat anti
kejang yang
dapat menstabilkan me
mbran
sel.
3.Untuk fasilitasi usaha
bernafas
atau ekspansi
dada
4.Mencatat
Keadaan
posiktal dan
waktu
penyembuhan
pada keadaan
normal.
5..Dapat
Menurunkan
Hipoksia
Serebral
sebagai akibat
dari
sirkulasi yang menuru
n atau oksigen
sekunder
terhadap pasmevaskule
r
3
Setelah
1.Mengkaji frekuensi defekasi, karakteristik j 1.Menetukan
dilakukan
umlahdan factor pencetus.
kebutuhan dan
keperawatan
2.Mengkaji TTV.
3x24 jam
kehilangan
diharapkanKesei 3.Mengkaji status hidrasi, mata, turgor kulit d
cairan.
mbangan
an
cairan dapat
membran mukosa.
dipertahankan daAnak diistirahatkan.
lambatas normal,
5.Kolaborasi dengan
tidak
cairan
terjadi mencret pemerian
d
alamkonsistensi
parenteral.
normal.
Pemberian obat anti
Dengan kriteria
hasil:
Diare.
-membran
mukosa lembab
-turgor elastis
-berat badan
tidak
menunjukkan
penurunan
2.Membantu
Mengkaji
kesadaran klien.
3.Menetukan
kehiangan dan
kebutuhan
4.Meningkatkan
sirkulasi.
5.Meningkatkan
konsumsi yang
lebih.
6.Mencegah diare
berlanjut
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tangg
al/jam
N
O
D
X
IMPLEMENTASI
02/06/
2014
1 1.mengkaji tanda dan gejala adanya peningkatan
Suhu Tubuh dan penyebabnya.
PA
RA
F
Jam
20.00
R/suhu tubuh 38,2C
1 2.meonitor TTV, suhu tiap 6 jam sekali
R/temp: 38,2C rr:37x/m n:116x/mnt
Jam
20.00
1 3.menganjurkan klien banyak minum 2 –2,5 liter/24 jam
R/klien meminum sedikit demi sedikit
Jam
02.00
4.Memoonitor intake dan output
1
R/BAB 4 X, BAK 6 X
5.menganjurkan untuk memakai pakaian tipis
1
Jam
06.00
Jam
20.10
dan menyerap keringat
R/anak tampak nyaman
1
6. menyaran kan tindakan
pres
air
keperawatan
hangat
kom
dan
pada ibu klien untuk memberi kompres
sebagai penanganan pertama bila suhu tubuhanaknya tidak normal.
R/ibunya mengerti dengan penjelasan
Jam
20.15
7.mengatur kepala dan beri bantal yang empuk, beri
2
posisi yang nyaman
R/anak tampak nyaman
melonggarkan pakaian pada daerah leher atau
dada dan abdomen.
2
R/anak mau melonggarkan pakaiannya
9.melakukan tanda-tanda vital dan Tingkat
Jam
20.15
2
kesadaran
R/s:38,2C, rr:37x/mnt, n:116 x/m , kesadaran: komposmetis
10.mengkolaborasi pemberian tambahan O2
Jam
20.20
R/O2 sudah terpasang 2 liter
2
11.mengkolaborasi pemberian obat sesuai indikasi
R/
Jam
20.00
2 12.Mengkaji frekuensi defekasi, karakteristik
Jumlah dan factor pencetus.
3
R/
13.Mengkaji TTV.
R/temp:38,2C, rr:37x/mnt, n:116x/mnt
Jam
21.00
3 14.Mengkaji status hidrasi, mata, turgor kulit dan
membran mukosa.
Jam
04.00
3
R/ mata agak cekung, membran mukosa kering
15.Anak diistirahatkan.
R/ menyuruh keluarga yang besuk untuk keluar ruangan
Jam
21.10
16.mengkolaborasi dengan pemerian cairan
3 parenteral.
R/
Jam
02.00
Jam
20.30
Jam
17.Pemberian obat anti diare.
3 R/lacto B
3
21.30
Jam
20.35
Jam
21.00
05/06/
2014
Jam
14.00
1 1.mengkaji tanda dan gejala adanya peningkatan
Suhu Tubuh.
R/suhu tubuh 36,0C
2.meonitor TTV, suhu tiap 6 jam sekali
Jam
18.00
R/temp: 36,0C rr:39x/m n:110x/mnt
3.menganjurkan klien banyak minum 2 –2,5 liter/24 jam
R/klien meminum sedikit demi sedikit
Jam
14.30
4.Memonitor intake dan output
R/BAB 2 X, BAK 6 X
5.menganjurkan untuk memakai pakaian tipis
Jam
18.00
Jam
14.40
dan menyerap keringat
R/anak tampak nyaman
F. EVALUASI
Tanggal/jam
No dx
03/06/2014
1
evaluasi
S: Ibu klien mengatakan anak masih panas.
O: Suhu 370C, klien sudah tampak tenang.
A: masalah belum teratasi.
P: Lanjutkan intervensi.
2
S: Ibu klien mengatakan anaknya tidak
paraf
Mengalami kejang lagi.
O: Tidak ada tanda-tanda kejang suplai
Oksigen mencukupi, peredaran darah
lancar.
A: Masalah teratasi sebagian.
P: intervensi dilanjutkan no. 9,10,11
3
S: Ibu klien mengatakan anaknya sudah tidak
BAB terus dan sudah tidak muntah.
O: BAB 2x sehari dengan konsistensi lembek
Tidak berampas, turgor kulit elastis,
Membran mukosa lembab, minum banyak.
A: Masalah teratasi.
P: intervensi dihentikan
04/06/2014
1
S: Ibu klien mengatakan anak masih panas.
O: Suhu 36,80C, klien sudah tampak tenang.
A: masalah belum teratasi.
P: Lanjutkan intervensi.
2
S: Ibu klien mengatakan anaknya tidak
Mengalami kejang lagi.
O: Tidak ada tanda-tanda kejang suplai
Oksigen mencukupi, peredaran darah
lancar.
A: Masalah teratasi.
P: intervensi dihentikan.
05/06/2014
1
S: Ibu klien mengatakan anak tidak panas lagi
O: Suhu 360C, klien sudah tampak tenang.
A: masalah teratasi.
P: intervensi dihentikan